PT INDONESIAN PARADISE PROPERTY Tbk DAN ENTITAS ANAK

Laporan Tahunan 

Annual Report 2011 

PT Indonesian Paradise Property Tbk. 

Growing 

Pertumbuhan

DAFTAR ISI 

Index 

Sekilas Perseroan 

Company in Brief 1 

IKHTISAR DATA KEUANGAN PENTING 

Overview of Important Financial Data 

• Ikhtisar Data Keuangan Penting I Financial Highlights 5 

• Informasi Saham di Bursa I Share Information 7 

LAPORAN DEwAN KOmISARIS DAN DIREKSI 

BOARD OF COmmISSIONERS AND DIRECTORS REPORT 

• Laporan Dewan Komisaris I Board of Commissioners Report 10 

• Laporan Direksi I Board of Directors’ Report 13 

PROFIL PERSEROAN 

COmPANy PROFILE 

• Riwayat Singkat Perseroan I Company Brief History 18 

• Bidang dan Kegiatan Usaha Perseroan I Company’s Business and Activities 19 

• Struktur Organisasi I Organization Structure 21 

• Visi, Misi, & Nilai Perseroan I Vision, Mission, and Company Value 22 

• Riwayat Hidup Singkat Dewan Komisaris dan Direksi I Profile of Board of Commissioners and Directors 23 

• Sumber Daya Manusia I Human Resources 28 

• Pemegang Saham Perseroan I Company’s Shareholders 32 

• Penyertaan Saham Perseroan I Company’s Share Participation 33 

• Kronologis Pencatatan dan Perubahan Jumlah Saham I Chronology of Share Listing and Revision of Share Volume 44 

• Informasi Alamat Penting I Information on Important Addresses 48 

ANALISIS DAN PeMBAHASAN MANAJeMeN 

mANAGEmENT DISCUSSION AND ANALySIS 

• HARRIS hotel Tuban-Bali dan Hotel Bali Prani | HARRIS hotel Tuban-Bali and Hotel Bali Prani 52 

• Hotel - Hotel Anak Perusahaan dan Afiliasi I Subsidiary Hotels and Affiliates 53 

• Aksi Korporasi Perseroan I Company’s Corporate Actions 54 

• Kinerja Keuangan I Financial Performance 56 

• Prospek Usaha I Business Prospect 62 

• Rencana Pengembangan I Development Plan 63 

TATA KELOLA PERSEROAN 

GOOD CORPORATe GOVeRNANCe 

• Dewan Komisaris I Board of Comissioners 67 

• Direksi I Directors 68 

• Komite Audit I Audit Committee 69 

• Sekretaris Perusahaan I Corporate Secretary 71 

• Sistem Pengendalian Internal I Internal Control System 72 

• Resiko Perseroan I Company’s Risks 74 

• Tanggung Jawab Sosial Perusahaan I Corporate Social Responsibility 75 

SURAT PERNyATAAN DEwAN KOmISARIS DAN DIREKSI 

BOARD OF COmmISSIONERS AND DIRECTORS STATEmENT 

SURAT PeRNyATAAN DIReKSI TeNTANG TANGGUNG JAwAB ATAS LAPORAN KeUANGAN 

DIRECTORS’ STATEmENT ON THE RESPONSIBILITy FOR THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEmENTS 

LAPORAN KEUANGAN DAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN 

FINANCIAL REPORT AND INDEPENDENT AUDITOR REPORT

PT Indonesian Paradise Property didirikan di Jakarta 

pada tahun 1996 semula dengan nama PT Penta Karsa 

lubrindo. Pada tahun 2004 dengan Modal Disetor 

sebesar Rp24.000.000.000,- (dua puluh empat miliar 

Rupiah) PT Indonesian Paradise Property memenuhi 

kriteria sebagai “Perusahaan Publik” sesuai dengan 

ketentuan Undang-undang no.8 Tahun 1995 tentang 

Pasar Modal sehingga namanya berubah menjadi 

PT Indonesian Paradise Property Tbk. Bersama beberapa 

strategic business partner PT Indonesian Paradise 

Property Tbk. memiliki 17 anak perusahaan, dan 

menjadikan PT Indonesian Paradise Property Tbk. sebagai 

sebuah Holding company bidang properti. Properti yang 

dimiliki 100% oleh PT Indonesian Paradise Property Tbk. 

saat ini adalah HARRIS hotel Tuban – Bali dan Hotel Bali 

Prani – Bali. 

2011 Annual Report PT Indonesian Paradise Property Tbk. 

FInAncIAl HIGHlIGHTS 

Sekilas Perseroan 

company in Brief 

PT Indonesian Paradise Property Tbk. was established 

in Jakarta in 1996 under the name of PT Penta Karsa 

lubrindo. Based on the capital Market laws no. 8 of 

1995, PT Penta Karsa lubrindo met the criteria as a 

“Public company” with IDR 24 billion Paid Up capital 

in 2004 and changed its name into PT InDOnESIAn 

PARADISE PROPERTY Tbk. PT Indonesian Paradise 

Property Tbk. is a Property Holdiing company of 17 

subsidiary companies in partnership with various business 

partners. The properties which are 100% owned by 

PT Indonesian Paradise Property Tbk. currently are 

HARRIS hotel Tuban – Bali and Hotel Bali Prani – Bali. 

1

Many failures in life because people 

did not realize how close they were to 

success when they gave up 

Thomas Alva Edison

Ikhtisar Data Keuangan Penting 

Financial Highlights 

Ikhtisar Keuangan | Financial Highlights 

Informasi Saham di Bursa | Stock Information in the Stock Exchange

4 laporan Tahunan 2011 PT Indonesian Paradise Property Tbk. 

IKHTISAR DATA KEUAnGAn PEnTInG 

Ikhtisar Data Keuangan Penting 

Financial Highlights 

InFORMASI KEUAnGAn – Perbandingan 5 (lima) Tahun 

terakhir. 

Dalam jutaan Rupiah kecuali nilai per saham yang disajikan dalam Rupiah penuh 

In million of Rupiah except for the share value otherwise stated 

* laporan Keuangan Konsolidasi 

^ Tahun 2009 disajikan kembali sebagai laporan keuangan konsolidasi 

FInAncIAl InFORMATIOn - comparison of the last 5 

(Five) Years. 

KETERAnGAn 2011* 2010*^ 2009*^ 2008 2007 

lAPORAn RUGI/lABA 

IncOME STATEMEnT 

Pendapatan Usaha 

Revenues 

laba Bruto 

Gross Profit 

laba (Rugi) Usaha 

Gain (loss) From Operation 

laba (Rugi) Komprehensif yang dapat di atribusikan kepada Pemilik Entitas induk 

comprehensive income attributable to Equity holders of the parent company 

Jumlah Saham yang beredar 

Outstanding Shares 

laba (Rugi) Per Saham 

Earning Per Share 

POSISI KEUAnGAn 

BAlAncE SHEETS 

Modal Kerja Bersih 

Working capital 

Jumlah Aset 

Total Assets 

Jumlah Investasi 

Total Investment 

Jumlah liabilitas 

Total liabilities 

Jumlah Ekuitas 

Total Equity 

RASIO KEUAnGAn 

FInAncIAl RATIO 

Rasio laba Terhadap Jumlah Aset (%) 

Return on Assets (%) 

Rasio laba Terhadap Ekuitas (%) 

Return on Equity (%) 

Rasio lancar (%) 

current Ratio (%) 

Rasio Kewajiban Terhadap Ekuitas (%) 

Debt to Equity (%) 

Rasio Kewajiban Terhadap Jumlah Aset (%) 

Debt to Assets (%) 

Rasio Modal Kerja Terhadap Aktiva 

Working capital on Assets 

Rasio Imbal Hasil Terhadap Investasi 

Return on Investment 

Rasio Investasi Terhadap Aktiva 

Investment on Assets 

79.322 16.178 13.261 10.121 6.181 

60.440 12.791 10.542 7.624 4.331 

3.218 14.365 (1.734) (301) (859) 

1.409 23.904 3.611 1.765 (450) 

2.411 2.411 2.411 1.594 1.594 

0,58 9,92 1,50 1,11 (0,28) 

51.771 106.114 110.248 6.681 7.698 

1.133.499 810.579 496.197 116.906 114.164 

71.143 100.075 401.765 84.921 86.561 

496.016 206.528 9.037 3.008 2.031 

637.482 604.051 487.160 113.897 112.133 

0,12 2,95 0,73 1,51 (0,39) 

0,22 3,96 0,74 1,55 (0,40) 

156,92 282,00 1.536,46 424,01 738,31 

77,81 34,19 1,86 2,64 1,81 

43,76 25,48 1,82 2,57 1,78 

4.57 13.09 22.22 5.71 6.74 

0.12 2.95 0.73 1.51 (0.39) 

6.28 12.35 80.97 72.64 75.82 

* consolidated financial statements 

^ 2009’s is restated consolidated financial statements


Revenues 

Miliar Rupiah/Bilion Rupiah 

100 

90 

80 

70 

60 

50 

40 

30 

20 

10 

07 08 09 10 11 

Jumlah Aset 

Total Assets 


1.2000 

1.000 

800 

600 

400 

200 

0 

07 08 09 10 11 

Laba Bruto 

Gross Profit 


60 

50 

40 

30 

20 

10 

07 08 09 10 11 

Jumlah Liabilitas 

Total Liabilities 


500 

450 

400 

350 

300 

250 

200 

150 

100 

50 

07 08 09 10 11 



Laba (Rugi) Usaha 

Gain (loss) From Operation 


20 

15 

10 

5 

0 

(5) 

(10) 

07 08 09 10 11 


Total Equity 


700 

600 

500 

400 

300 

200 

100 

0 

07 08 09 10 11 

5



Informasi Saham di Bursa 

Share Information 

Emiten : PT Indonesian Paradise Property Tbk. (InPP) 

Issuer : PT Indonesian Paradise Property Tbk. (InPP) 

Biro Administrasi Efek : PT Adimitra Transferindo 

Securities Administration Bureau : PT Adimitra Transferindo 

Periode : Januari – Desember 2011 

Period : January – December 2011 

DATA PERDAGAnGAn EFEK DI BURSA EFEK InDOnESIA 

STOcK TRADE DATA AT THE InDOnESIA STOcK EXcHAnGE 

no Periode 

Period 

1 

2 

3 

4 

Triwulan Pertama 

First Quarter 

Januari – Maret 2011 

January – March 2011 

Triwulan Kedua 

Second Quarter 

April – Juni 2011 

April – June 2011 

Triwulan Ketiga 

Third Quarter 

Juli – September 2011 

July – September 2011 

Triwulan Keempat 

Fourth Quarter 

Oktober – Desember 2011 

October – December 2011 

Tertinggi / Highest 

Rp 

Harga Saham 

Share Price 

Terendah / lowest 

Rp 

Volume 

(Unit) 

Volume 

(Shares) 

Jumlah Saham 

Tercatat 

Amount of Shares 

listed 

179 179 10.000.000 2.410.803.600 

179 150 976.000 2.410.803.600 

275 152 664.000 2.410.803.600 

275 275 100 2.410.803.600



7

A goal without a plan is merely a wish 

Antoine de Saint - Exupery

laporan Dewan Komisaris dan Direksi 

Board of commissioners and Directors Report 

laporan Dewan Komisaris | Board of commissioners Report 

laporan Direksi | Directors Report


lAPORAn DEWAn KOMISARIS 

laporan Dewan Komisaris 

Board of commissioners Report 

Todo Sihombing 

Presiden Komisaris merangkap 

Komisaris Independen 

President commissioner, serving concurrently as 

Independent commissioner

Pemegang Saham yang terhormat, 

Kunci untuk bisa memenangkan persaingan ketat dalam 

setiap bisnis adalah “efisiensi”. Setiap pelaku bisnis 

dituntut untuk bisa mengoperasikan bisnisnya lebih efisien 

dibandingkan bisnis yang dijalankan kompetitornya. 

Untuk memastikan PT Indonesian Paradise Property 

Tbk. baik operasional hotel maupun pelaksanaan 

pembangunan proyek dikelola secara efisien, maka 

Dewan Komisaris telah melakukan kontrol ketat dan 

supervisi terus menerus kepada Direksi dalam mengelola 

perusahaan. Secara rutin Dewan Komisaris mengundang 

Direksi untuk mendapatkan laporan sekaligus memberikan 

arahan. Selain itu Dewan Komisaris juga mengadakan 

rapat dengan Komite Audit untuk memperoleh laporan 

dan rekomendasi untuk perbaikan operasional Perseroan. 

Agar tidak kehilangan momentum investasi yang sedang 

bagus saat ini, Dewan Komisaris telah memberikan arahan 

kepada Direksi untuk memfokuskan pengembangan 

propertynya di sektor hotel bintang 2 selain hotel 

bintang 4 yang terus berlangsung, waterpark, serta 

pusat perbelanjaan dan lifestyle mall. Dewan Komisaris 

meyakini permintaan masyarakat akan jenis-jenis property 

tersebut akan mengalami peningkatan sejalan dengan 

pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik 

dari hari ke hari. 

Akhir kata, Dewan Komisaris mengucapkan terima kasih 

kepada para Pemegang Saham atas dukungan dan 

kepercayaan yang diberikan sehingga kami telah berhasil 

menutup tahun buku 2011 dengan hasil operasional yang 

baik. Terima kasih juga kami sampaikan kepada para 

pemakai jasa kami, rekanan bisnis, dan yang paling utama 

adalah karyawan yang telah menunjukkan dedikasi tinggi 

sehingga Perseroan mampu berkembang baik. 

Semoga di tahun mendatang PT Indonesian Paradise 

Property Tbk. mampu terus berkembang dengan baik 

dan memberikan kesejahteraan kepada “stakeholders” 

Perseroan. 


Presiden Komisaris & 

Komisaris Independen 

President commissioner & 

Independent commissioner 

Amelia Gozali 

wakil Presiden Komisaris 

vice President commissioners 


Dear Honored Shareholders, 

BOARD Of cOmmISSIOneRS RePORT 

The key to succeed in a hard competition environment 

for each business is “efficiency.” each business actor 

is demanded to be able to operate the business more 

efficiently compared to the competitor’s. 

To make sure that PT Indonesian Paradise Property Tbk., 

either the operations of the hotels and the commencement 

of the project development is managed efficiently, the 

Board of commissioners has conducted stringent control 

and continuous supervision to the Board of Directors 

in managing the company. Routinely, the Board of 

commissioners invites the Board of Directors to provide 

report as well as providing guidance. Besides that, the 

Board of commissioners also conducts meeting with the 

Audit committee to acquire reports and recommendations 

for the improvement of the company’s operations. 

So that the investment momentum, which is excellent 

at the moment, does not diminish, the Board of 

commissioners has provided guidance to the Board 

of Directors to focus the development of its property in 

2-star, other than 4-star, hotel sector which is currently 

on-going, waterpark, shopping malls, and lifestyle mall. 

The Board of commissioners believes that demand 

from the public on those types of property will increase 

in accordance with Indonesia’s economic growth which 

keeps improving. 

finally, the Board of commissioners would like to express 

their gratitude to the Shareholders for their continuous 

support and trust so that we are successful in closing 

2011 with excellent operational results. we would also 

like to express our gratitude to the users of our services, 

our business partners, and the most important is to our 

employees who have shown high dedication so that the 

company manages to develop well. 

It is our hope that in the future year, PT Indonesian 

Paradise Property Tbk. manages to continuously develop 

well and provide welfare to the company’s “stakeholders”. 

Karel Patipeilohy 

Komisaris 

commissioners 

11


lAPORAn DIREKSI 

laporan Direksi 

Directors Report 

Agoes Soelistyo Santoso 

Presiden Direktur 

President Director

Pemegang Saham yang terhormat, 

Kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2011 yang 

berjalan baik akibat tingkat inflasi yang relatif rendah 

dan keamanan dalam negeri yang terjaga dengan baik 

memberi kepercayaan kepada para pelaku bisnis untuk 

menjalankan usahanya. Tidak mau ketinggalan dalam 

memanfaatkan momentum yang baik tersebut, maka 

PT Indonesian Paradise Property Tbk. setelah selesai 

melakukan restrukturisasi usaha di tahun 2010 secara 

agresif melakukan ekspansi baik melalui perusahaan 

anak maupun afiliasinya. Pada tahun 2011 Perseroan 

melakukan ekspansi bisnis dengan membangun 4 hotel 

bintang 2, 4, & 5 di kota-kota Jakarta, Batam, Bali, 

Yogyakarta, sebuah Trade center di Jakarta, dan sebuah 

lifestyle center di Bali. 

Kondisi perekonomian yang baik serta munculnya 

perusahaan-perusahaan penerbangan dalam negeri 

dengan tarif murah telah mampu menarik golongan 

masyarakat berpendapatan menengah untuk bisa 

berwisata ke kota-kota di Indonesia. Golongan 

masyarakat berpendapatan menengah tersebut tidak 

mampu menjangkau hotel bintang 3 sebagai tempat 

menginap karena harganya sudah relatif tinggi. Sedangkan 

hotel-hotel yang ada yang kelasnya di bawah bintang 

3 adalah hotel-hotel kelas melati yang rata-rata dikelola 

sendiri oleh pemiliknya atau keluarganya dan kurang 

memperhatikan pemeliharaan kamarnya. Melihat adanya 

gap yang demikian besar antara bintang 3 dan kelas 

melati, maka banyak perusahaan mulai melihat adanya 

peluang untuk membangun hotel-hotel bintang 1 dan 2. 

Memenuhi permintaan pasar akan sarana akomodasi 

kelas berbintang tetapi dengan tarif yang murah, maka 

Perseroan juga mulai melakukan diversifikasi ke hotel 

bintang 2 dengan membangun hotelnya yang pertama di 

Yogyakarta. Dalam jangka panjangnya, Perseroan akan 

memfokuskan diri kepada pengembangan hotel bintang 2 

dan 4. 


Dear Honored Shareholders, 

DIREcTORS REPORT 

The 2011 Indonesian economic condition which improves 

well due to relative low inflation rate and well-maintained 

internal security provides an trustworthy environment for 

business actors to run their businesses. not wanting to 

be left behind this excellent momentum, PT Indonesian 

Paradise Property Tbk., after completing a business 

restructurisation in 2010, aggressively expands through its 

subsidiaries or affiliates. In 2011, the company conducted 

business expansion by building 4 hotels 2, 4, & 5-star 

hotels in Jakarta, Batam, Bali, and Yogyakarta, a Trade 

center in Jakarta, and a lifestyle center in Bali. 

The excellent economic condition as well as the appearing 

domestic and economic airline companies have attracted 

mid-income community members to visit various cities in 

Indonesia. They cannot yet afford to stay in 3-star hotels 

since the room rates are relatively high. Meanwhile, the 

current hotels with lower than 3-star status are budget 

hotels (kelas melati) which are often personally-managed 

by the owners or families and the rooms are sometime not 

highly-maintained. Due to tremendous gap between 3-star 

hotels and budget hotels, various companies start to see 

opportunities to develop 1 and 2-star hotels. 

Striving to satisfy market demand on affordable star-class 

accommodations, the company starts to diversify to 

2-star hotel sector by building the first hotel in Yogyakarta. 

In the long-term, the company will focus on developing 2 

and 4-star hotels. 

13


lAPORAn DIReKSI 

Peningkatan Pendapatan Usaha Perseroan dan 

Perusahaan-perusahaan Anak serta Afiliasinya di tahun 

2011 tidak mampu menghasilkan laba Komprehensif 

Tahun Berjalan yang lebih tinggi dibandingkan tahun 

2010. ekspansi bisnis yang dilakukan secara agresif 

oleh Perseroan telah menahan laju pertumbuhan laba 

Perseroan, namun “pengorbanan” ini dalam jangka 

panjang akan memberikan hasil yang jauh lebih baik 

bagi para Pemegang Saham setelah semua proyek yang 

sedang dilaksanakan pembangunannya tersebut telah 

selesai dibangun dan siap beroperasi komersial. 

Kami sungguh mengharapkan dukungan terus menerus 

dan komitmen para Pemegang Saham sehingga cita-cita 

menjadikan Perseroan sebagai salah satu Perusahaan 

property di Indonesia yang unggul bisa tercapai. Kepada 

para karyawan, kami juga mengharapkan agar masingmasing 

bekerja dengan passion yang tinggi karena 

dengan passion tersebut akan mendorong tumbuhnya 

prestasi kerja yang optimal dan untuk semuanya itu, sudah 

sepantasnya Direksi melalui laporan ini menyampaikan 

ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya. 

Semoga sukses selalu menyertai langkah kita di hari-hari 

mendatang. 



President Director 

Patrick Santosa Rendradjaja 

Direktur 

Director 

The increase of company’s Business Revenue as well as 

the Subsidiaries and Affiliates’ in 2011 has not managed 

to produce higher current Year comprehensive Profit 

compared to 2010. Aggressive business expansions 

carried out by the company has slowed down the 

company’s profit rate; however, this “sacrifice”, in the 

long-term, will provide better results to the Shareholders 

after all current development projects are concluded and 

are ready to operate commercially. 

we truly wish for continuous supports and commitment 

from the Shareholders so that the dream of becoming 

one of the foremost property companies in Indonesia 

can become a reality. To all of our staffs, we also hope 

that each of you works passionately since that passion 

will encourage the growth of optimum work achievement 

and for all that, it is only proper for the Board of Directors, 

through this report, to express an utmost gratitude and 

recognition. 

we wish that success will always accompany us in the 

future. 

Edhie Bambang Siswoko 

Direktur Independen 

Independent Director 

Diana Solaiman 

Direktur 

Director

7 6 4 5 2 3 1 


DIREcTORS REPORT 

1. Todo Sihombing 

Presiden Komisaris merangkap Komisaris Independen 

President commissioner & Independent commissioner 

2. Amelia Gozali 

Wakil Presiden Komisaris 

Vice President commissioners 

3. Karel Patipeilohy 

Komisaris 

commissioners 

4. Agoes Soelistyo Santoso 



5. Edhie Bambang Siswoko 



6. Patrick Santosa Rendradjaja 

Direktur 

Director 

7. Diana Solaiman 

Direktur 

Director 

15

The way to get started is to quit talking 

and begin doing 

Walt Disney

Profil Perseroan 

company Profile 

Riwayat Singkat Perseroan | company Brief History 

Bidang dan Kegiatan Usaha Perseroan | company’s Business and Activities 

Struktur Organisasi | Organisation Structure 

Visi, Misi, & nilai Perseroan | Vision, Mission, and company Value 

Riwayat Hidup Singkat Dewan Komisaris dan Direksi | Profile of Board of commissioners and Directors 

Sumber Daya Manusia | Human Resources 

Pemegang Saham Perseroan | company’s Shareholders 

Penyertaan Saham Perseroan | company’s Share Participation 

Kronologis Pencatatan dan Perubahan Jumlah Saham | chronology of Share listing and Revision of Share Volume 

Informasi Alamat Penting | Information on Important Addresses


PROFIl PERSEROAn 

Riwayat Singkat Perseroan 

company Brief History 

PT Indonesian Paradise Property Tbk. didirikan dengan 

nama PT Penta Karsa lubrindo berdasarkan Akta no. 

96 tanggal 14 Juni 1996 dan diubah dengan Akta no. 

42 tanggal 8 Januari 1997, keduanya dibuat di hadapan 

Buntario Tigris Darmawa, nG, SH, cn, pengganti 

dari Rachmat Santoso, SH, pada saat itu, notaris di 

Jakarta. Akta Pendirian Perseroan telah mendapat 

pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia 

dalam Surat Keputusan no. c2-1030 HT.01.01.TH.97 

tanggal 12 Februari 1997 dan telah didaftarkan dalam 

Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan 

Kotamadya Jakarta Utara no. 413/BH.09.01/IX/97 

tanggal 9 September 1997 serta telah diumumkan dalam 

Berita negara Republik Indonesia no. 21 tanggal 12 Maret 

2002 Tambahan no. 2574. 

Anggaran Dasar Perseroan telah disesuaikan dengan 

Undang-Undang no. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan 

Terbatas dengan Akta no. 161 tanggal 30 Juni 2008, dan 

telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak 

Asasi Manusia R.I. dengan Surat Keputusan no. AHU- 

70491.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 6 Oktober 2008, 

dan telah didaftarkan dengan Daftar Perseroan no. AHU- 

0092727.AH.01.09. Tahun 2008 tanggal 6 Oktober 2008. 

Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali 

perubahan, terakhir dengan: Akta Pernyataan Keputusan 

Rapat no. 271, tanggal 24 Juni 2011 dibuat oleh Dr. 

Irawan Soerodjo, SH., Msi., notaris di Jakarta, telah 

disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia 

Republik Indonesia dengan keputusan no. AHU-41199. 

AH.01.02.Tahun 2011 tanggal 15 Agustus 2011, 

didaftarkan dalam Daftar Perseroan no. AHU-0067558. 

AHAH.01.09.Tahun 2011 tanggal 15 Agustus 2011 

mengenai Perubahan Pasal 3, yaitu Maksud dan Tujuan 

Serta Kegiatan Usaha, yaitu menjadi berusaha dalam 

bidang akomodasi (hotel) 

Pernyataan Pendaftaran Perseroan sebagai Perusahaan 

Publik dinyatakan efektif oleh Badan Pengawas Pasar 

Modal (BAPEPAM) pada tanggal 21 September 2004 

dengan surat no. S-2970/PM/2004. Mengikuti efektifnya 

Perseroan sebagai Perusahaan Publik, Perseroan 

kemudian mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya 

pada tanggal 1 Desember 2004. 

Dengan terjadinya merger antara Bursa Efek Surabaya 

dan Bursa Efek Jakarta menjadi Bursa Efek Indonesia 

pada tanggal 01 Desember 2007, saham Perseroan 

secara otomatis tercatat di Bursa Efek Indonesia. 

PT Indonesian Paradise Property Tbk. was established 

under the name of PT Penta Karsa lubrindo based on 

Deed no. 96 dated 14 June 1996 and was amended by 

Deed no. 42 dated 8 January 1997, and both deeds were 

drafted before Buntario Tigris Darmawa, nG, SH, cn, 

replacement of Rachmat Santoso, SH, who at that time, 

was a notary in Jakarta. The company’s Establishment 

Deed has received approval from the Minister of law 

of the Republic of Indonesia in a Decree no. c2-1030 

HT.01.01.TH.97 dated 12 February 1997 and has been 

registered in the company Register in the company 

Registration Office of Jakarta Utara no. 413/BH.09.01/ 

IX/97 on 9 September 1997 and has been published in 

the State Gazette of the Republic of Indonesia no. 21 

dated 12 March 2002; Supplementary Gazette no. 2574. 

company’s Articles of Association has been amended in 

accordance with law no. 40 of 2007 on limited liability 

company with notarial Deed no. 161 dated 30 June 

2008, and has received approval from the Minister of law 

and Human Rights of the Republic of Indonesia through 

Decree of The Minister of law and Human Rights no. 

AHU-70491.AH.01.02. of 2008 dated 6 October 2008, 

and has been registered with company Registration no. 

AHU-0092727.AH.01.09. of 2008 dated 6 October 2008. 

company’s Articles of Association has been amended 

several times and the last was with: Minutes of Meeting 

Declaration notarial Deed no. 271, dated 24 Juni 2011, 

produced by Dr. Irawan Soerodjo, SH., Msi., a notary in 

Jakarta, has received approval from the Minister of law 

and Human Resources of the Republic of Indonesia with 

a Decree no. AHU-41199.AH.01.02. of 2011 dated 15 

August 2011, which is registerd in company Registration 

no. AHU-0067558.AHAH.01.09. of 2011 dated 15 August 

2011 regarding Amendment of Article 3, i.e. Purpose 

and Intention as well as Business Activities, which is into 

accommodation business (hotel) 

This Declaration of Registration as a Public company was 

declared to be in effect by capital Market Supervisory 

Board (BAPEPAM) dated 21 September 2004 through a 

decree no. S-2970/PM/2004. considering the company’s 

effectiveness as a Public company, it then listed its shares 

in Surabaya Stock Exchange on 1 December 2004. 

When Surabaya Stock Exchange and Jakarta Stock 

Exchange were merged on 1 December 2007, the 

company’s stocks were automatically listed in Indonesia 

Stock Exchange.


cOMPAnY PROFIlE 

Bidang dan Kegiatan Usaha Perseroan 

company’s Business and Activities 

Perseroan bergerak di bidang usaha akomodasi (hotel) 

pertama-kalinya dengan membangun dan memiliki 

HARRIS hotel Tuban – Bali yang mulai beroperasi pada 

bulan Oktober 2002. 

Pada tahun 2007 Perseroan memperluas usahanya 

dengan bantuan operator hotel mengelola Hotel Bali Prani 

yang pada akhirnya hotel tersebut dibeli pada Januari 

2010. 

HARRIS hotel Tuban-Bali 

HARRIS hotel Tuban – Bali terletak di Jalan Dewi Sartika, 

Tuban, Bali, dengan lokasi yang strategis berdampingan 

dengan Bandara ngurah Rai, berdekatan dengan Pantai 

Tuban di Kuta Selatan serta terletak tidak jauh dari Pusat 

Perbelanjaan Kuta. Dibangun di atas lahan seluas 2.700 

m 2 , HARRIS hotel Tuban – Bali merupakan hotel dengan 

nuansa ‘modern minimalist’, memiliki 66 kamar yang 

dlengkapi dengan berbagai fasilitas sebagaimana layaknya 

hotel berbintang seperti: kolam renang, coffee shop, 

Aromatherapy & Spa, dan lain-lain. Selain sangat cocok 

untuk tamu-tamu yang sedang melakukan perjalanan 

bisnis, HARRIS hotel Tuban – Bali cocok pula untuk 

keluarga yang sedang berlibur dan pasangan yang sedang 

menikmati bulan madu. 

Hotel Bali Prani 

Sejak nopember 2007 Perseroan dengan bantuan 

operator hotel mengelola Hotel Bali Prani, sebuah hotel 

kelas melati yang letaknya berdampingan dengan HARRIS 

hotel Tuban-Bali. namun pada Januari 2010 Perseroan 

telah mengambil-alih kepemilikan Hotel Bali Prani. 

Kegiatan Usaha Lainnya 

Beberapa langkah strategis juga telah dilakukan Perseroan 

dalam upaya untuk mengembangkan dan mewujudkan 

cita-citanya sebagai salah satu perusahaan properti 

terkemuka di Indonesia. 

The company’s business is in the field of accommodation 

(hotel), and its first ever project was to build and own 

HARRIS hotel Tuban - Bali which started operating in 

October 2002. 

In 2007, the company expanded its business, with 

assistance from hotel operator, by managing Hotel Bali 

Prani which later on was purchased by the company in 

January 2010. 

HARRIS hotel Tuban-Bali 

HARRIS hotel Tuban – Bali is located on Jalan Dewi 

Sartika, Tuban, Bali, on a strategic location next to the 

ngurah Rai International Airport; the hotel is located close 

to Tuban Beach in South Kuta area, not far away Kuta 

Shopping Mall (Pusat Perbelanjaan Kuta). constructed 

on a 2,700m 2 plot of land, HARRIS hotel Tuban – Bali 

is a hotel with ‘modern minimalistic’ nuances, and its 

66 rooms are equipped with various amenities typically 

possessed by star hotels such as swimming pool, coffee 

shop, Aromatherapy & Spa, etc. HARRIS hotel Tuban - 

Bali is not only suitable for business travellers but also for 

vacationing families and honeymooning couples. 

Hotel Bali Prani 

Since november 2007, the company, with the assistance 

from hotel operator, has taken over the management of 

Hotel Bali Prani, a budget hotel located next to HARRIS 

hotel Tuban-Bali. In January 2010, the company took over 

the ownership to Hotel Bali Prani. 

Other Business Activitites 

Several stategic measures have also been carried out by 

the company as efforts to develop and realise its dream 

to become one of the foremost property companies in 

Indonesia. 

19



Sejak tahun 2004 Perseroan terus bertumbuh dengan 

melakukan investasi melalui penyertaan saham maupun 

dengan memiliki sendiri beberapa hotel, gedung 

perkantoran, waterpark, dan beberapa properti lainnya. 

Unit-Unit Usaha Perseroan yang telah beroperasi per 31 

Desember 2011, yaitu sebagai berikut: 

no 

Anak Perusahaan 

/ Afiliasi Perseroan 

Subsidiaries/Affiliates 

company 

% 

Penyertaan 

Placement 

Unit Usaha 

Business Unit 

Tahun 

Operasional 

Operation Year 

1 

Perseroan 

company 

100,00% HARRIS hotel Tuban - Bali 2002 

2 PT Indonesian Paradise Island 55,00% HARRIS resort Kuta Beach - Bali 2004 

3 PT Java Paradise Island 27,50% HARRIS hotel Tebet - Jakarta 2005 

4 PT Omega Propertindo 33,34% Wisma Millenia - Jakarta 1993 

5 PT langgeng cipta Karya 70,00% Puri Bunga Resort & Spa Ubud - Bali 2008 

6 PT Aneka Bina laras 51,00% HARRIS suites fX Sudirman-Jakarta 2011 

7 PT Mega Biru Selaras 99,66% circus Waterpark - Bali 2011 

8 PT Retzan Indonusa 99,90% HARRIS hotel Batam center - Batam 2011 

Penjelasan lebih rinci mengenai Unit-Unit Usaha Perseroan 

yang telah beroperasi tersebut diatas, maupun yang masih 

dalam tahap pembangunan serta perencanaan, akan 

diuraikan lebih lanjut pada bab PEnYERTAAn SAHAM 

PERSEROAn dalam laporan Tahunan Perseroan 2011 ini. 

Since 2004, the company has kept developing by 

conducting investment through share participation 

or through acquiring several hotels, office buildings, 

waterpark, and several other properties. The companyowned 

Business Units which have operated as of 31 

December 2011 are as follows: 

Further explanations regarding company’s Business Units 

which have been in operation as stated above or the 

ones which are currently in development and planning 

stage, will be discussed in chapter cOMPAnY’S SHARE 

PARTIcIPATIOn within this 2011 company Annual Report.

Operation 

- Sales & Marketing 

- Room & 

Housekeeping 

- Food & Beverage 

- Engineering 

- Front Office 

Audit 

Committee 

Corporate Secretary 

Internal Audit 

Finance & 

Accounting 

- Finance 

- Accounting 

General Meeting of 

Shareholders 

Board of 

Commissioners 

Board of 

Directors 

- Business 

Development 

- Project 

Development 


- legal 

- license 


Struktur Organisasi 

Organization Structure 

Owner Representative 

Development Legal 

Office Support 

Human 

Resources 

- Personnel 

Administration 

- Training 

21



Visi, Misi, & nilai Perseroan 

Vision, Mission, and company Value 

Visi Perseroan: 

Selalu Berupaya untuk Unggul dalam Pengembangan 

Property Melalui Pencapaian yang Inovatif dan Kreatif. 

Misi Perseroan: 

• Menciptakan lingkungan kerja yang dapat 

memotivasi para individu dalam Perseroan untuk bisa 

memunculkan ide - ide yang inovatif dan kreatif. 

• Mengembangkan produk-produk inovatif yang 

didukung oleh pelayanan yang unggul. 

• Memberikan kepuasan kepada pemangku 

kepentingan (stakeholders). 

Nilai Perseroan: 

Perusahaan dikelola secara Profesional oleh Individuindividu 

yang mempunyai High commitment dan Passion 

terhadap masing-masing tugasnya dan mengutamakan 

Teamwork di atas kemampuan individual. 

Vision: 

Striving for excellence in Property Development through 

Innovative and creative Achievements. 

Mission: 

• Creating work environment which is able to motivate 

individuals within the company to emerge their 

innovative and creative ideas. 

• Developing innovative products supported by excellent 

services. 

• Delivering satisfaction to the stakeholders. 

Corporate Value: 

The company is Professionally managed by Individuals 

with High commitment and Passion towards their duties 

and prioritize on Teamwork over individual capabilities.



Riwayat Hidup Singkat Dewan Komisaris dan Direksi 

Profile of Board of commissioners and Directors 

Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan pada tahun 

2011 tidak memutuskan adanya perubahan kepengurusan 

dalam Perseroan, sehingga Susunan Dewan Komisaris 

dan Direksi Perseroan sama dengan tahun sebelumnya 

yaitu sebagai berikut; 

Dewan Komisaris: 

Presiden Komisaris merangkap 

Komisaris Independen : Todo Sihombing 

Wakil Presiden Komisaris : Amelia Gozali 

Komisaris : Karel Patipeilohy 

Direksi: 

Presiden Direktur : Agoes Soelistyo Santoso 

Direktur Independen : Edhie Bambang Siswoko 

Direktur : Patrick Santosa Rendradjaja 

Direktur : Diana Solaiman 

Annual General Meeting of company’s Shareholders 

in 2011 did not decide on the administrative change in 

the company; therefore, the members of the Board of 

commissioners and the Board of Directors remain the 

same as the previous year: 

Board of Commissioners: 

President commissioner, serving concurrently as 

Independent commissioner : Todo Sihombing 

Vice President commissioner : Amelia Gozali 

commissioner : Karel Patipeilohy 

Directors: 

President Director : Agoes Soelistyo Santoso 

Independent Director : Edhie Bambang Siswoko 

Director : Patrick Santosa Rendradjaja 

Director : Diana Solaiman 

23



Dewan Komisaris 

Board of commissioners 


Presiden Komisaris 

President Commissioner 

lahir di Pematang Siantar pada tanggal 23 Pebruari 1941. 

Menempuh pendidikan di Akademi Militer nasional pada 

tahun 1961-1964, tahun 1976-1977 menempuh pendidikan 

SESKOAD, tahun 1981 menempuh pendidikan SESKOGAB, 

tahun 1987 menempuh pendidikan lEMHAnAS, dan tahun 1992 

menyelesaikan pendidikan di Defense Resources Management 

course (DRMc). Karir militernya dimulai pada tahun 1965 dengan 

pangkat terakhir Mayor Jenderal TnI sampai dengan tahun 

1997, diantaranya pada tahun 1994 – 1995 menjabat sebagai 

Koordinator Staf Ahli Panglima ABRI dan pada tahun 1995 – 

1997 menjadi Wakil Ketua Fraksi TnI DPR-RI Koordinator Bidang 

Umum. Sejak tahun 2004 sampai sekarang masih menjabat 

sebagai Presiden Komisaris PT Indonesian Paradise Property 

Tbk. 

Born in Pematang Siantar on 23 February 1941. Received 

education in Akademi Militer nasional (national Military Academy) 

in 1961-1964. In 1976-1977, received education from SESKOAD 

(Army command Staff School). In 1981, received education from 

SESKOGAB (Joint Section Staff command School). In 1987, 

received education from lEMHAnAS (national Defense Institute); 

and in 1902, graduated from Defense Resources Management 

course (DRMc). His military career started in 1965 and ended in 

1997 with the last rank of Major General in the Indonesian Armed 

Forces; in 1994 – 1995, held a position as the coordinator of 

Expert Staff to the commander in chief of the Indonesian Armed 

Forces and in 1995 – 1997, held a position as Vice chairman and 

General Affairs coordinator. Since 2004, has held the position of 

President commissioner of PT Indonesian Paradise Property Tbk. 

Amelia Gozali 

Wakil Presiden Komisaris 

Vice President Commissioner 

lahir di Singapore tanggal 6 Maret 1985. Menyelesaikan Bachelor 

of Business Administration, Marketing – Honors dari University of 

Southern california, Marshall School of Business, los Angeles, 

cA, pada tahun 2006. Pada kurun waktu tahun 2004 – 2005 

bekerja sebagai Marketing di Starbucks-Jakarta, Phelps Group, 

Santa Monica, cA dan World Harvest, Arcadia, cA. Pada tahun 

2006-2007 bekerja di Merrill lynch, Global Private Wealth 

Management, Beverly Hills – los Angeles, cA. Pada tahun 2007 

- 2008 sebagai Business Analyst pada A.T. Kearney consultants, 

Jakarta dan sejak tahun 2008 sampai saat ini masih bekerja 

sebagai Business Development pada PT Plaza Indonesia Realty 

Tbk., Jakarta. Disamping itu menjabat sebagai Wakil Presiden 

Komisaris PT Indonesian Paradise Property Tbk. sejak tahun 

2010 sampai saat ini. 

Born in Singapore on 6 March 1985. completed a study in the 

field of Bachelor of Business Administration, Marketing – Honors 

from the University of Southern california, Marshall School of 

Business, los Angeles, cA, in 2006. In 2004 – 2005, worked 

as Marketing staff at Starbucks-Jakarta, Phelps Group, Santa 

Monica, cA, and World Harvest, Arcadia, cA. In 2006-2007, 

worked at Merrill lynch, Global Private Wealth Management, 

Beverly Hills – los Angeles, cA. In 2007 - 2008, worked as 

a Business Analyst at A.T. Kearney consultants, Jakarta and 

since 2008 has worked as Business Development Officer at 

PT Plaza Indonesia Realty Tbk., Jakarta. currently, also holding 

a position as Vice President commissioner of PT Indonesian 

Paradise Property Tbk. since 2010.


Komisaris 

Commissioner 

lahir di Jakarta pada tanggal 19 Maret 1958. Dalam kurun 

waktu tahun 1979 – 1998 bekerja sebagai Operation Manager 

pada PT Schlumberger Geophisic nusantara dan PT Ometraco 

Realty. Sejak tahun 1998 sampai sekarang masih menjabat 

sebagai Direktur PT Inti Insan Santosa dan sejak tahun 2000 

sampai sekarang juga masih menjabat sebagai Komisaris di 

PT Sinar Harapan Persada. Pada kurun waktu 2001 - 2004 

sebagai Presiden Direktur PT Marina city Development dan 

sejak tahun 2004 sampai sekarang masih menjabat sebagai 

Presiden Komisaris PT Senimba Bay Resort (d/h PT Marina city 

Development). Selama kurun waktu sejak tahun 2004 sampai 

saat ini menjabat sebagai Komisaris PT Indonesian Paradise 

Property Tbk., dan juga duduk di jajaran Dewan Komisaris pada 

beberapa Anak Perusahaan dan Afiliasi Perseroan yaitu sebagai 

Komisaris PT Grahatama Kreasibaru, Wakil Komisaris Utama PT 

cakra Guna Dharma Eka dan Komisaris Utama PT Kega Property 

Utama serta Komisaris PT Mega Biru Selaras. 

Born in Jakarta on 19 March 1958. In 1979 – 1998, worked as 

an Operation Manager at PT Schlumberger Geophisic nusantara 

and PT Ometraco Realty. Since 1998, has held the position of 

Director at PT Inti Insan Santosa, and since 2000 has held the 

position of commissioner at PT Sinar Harapan Persada. In 2001 

- 2004, as President Director of PT Marina city Development and 

since 2004 has been the President commissioner of Presiden 

Komisaris PT Senimba Bay Resort (formerly known as PT Marina 

city Development). From 2004 to present, has held the position 

of commisioner at PT Indonesian Paradise Property Tbk., as 

well as a member of the Board of commissioners at several 

Subsidiaries and Affiliates, i.e. as commissioner at PT Grahatama 

Kreasibaru, Vice commissioner at PT cakra Guna Dharma Eka 

and chief commissioner at PT Kega Property Utama, as well as a 

commissioner at PT Mega Biru Selaras. 



25



Direksi 

Directors 




lahir di Semarang tanggal 26 September 1961 dan 

menyelesaikan S1 Fakultas Ekonomi di Universitas Katolik 

Parahyangan pada tahun 1985. Dalam kurun waktu 1985 – 1992 

bekerja sebagai Finance & Accounting Manager di beberapa 

perusahaan yaitu PT Daya Knitto, Indomobil Group, dan Sinar 

Mas Group. Tahun 1992 – 1996 sebagai Direktur PT Budi Acid 

Jaya Tbk., dan Presiden Direktur PT Ometraco corporation Tbk. 

pada tahun 1996 - 2000. Pada kurun waktu tahun 2000 sampai 

sekarang masih menjabat sebagai Presiden Direktur 

PT Indonesian Paradise Property Tbk., dan pada beberapa Anak 

Perusahaan dan Afiliasi Perseroan antara lain Direktur 

PT Indonesian Paradise Island, PT Java Paradise Island, Direktur 

PT Eka Ilalang Suryadinamika dan Direktur Utama PT Kega 

Property Utama. 

Born in Semarang on 26 September 1961 and completed 

his Undergraduate study in Universitas Katolik Parahyangan 

(Parahyangan catholic University) majoring in Economy in 1985. 

In 1985 – 1992, worked as Finance & Accounting Manager at 

several companies: PT Daya Knitto, Indomobil Group, and Sinar 

Mas Group. In 1992 – 1996, worked as a Director at 

PT Budi Acid Jaya Tbk., and a President Director at PT Ometraco 

corporation Tbk. in 1996 - 2000. Since 2000, has held the 

position of President Director at Direktur PT Indonesian Paradise 

Property Tbk., and at several Subsidiaries and Affiliates among 

others as a Director at PT Indonesian Paradise Island, PT Java 

Paradise Island, a Director at PT Eka Ilalang Suryadinamika, and 

chief Director at PT Kega Property Utama. 

Edhie Bambang Siswoko 



lahir di Madiun tanggal 28 Juli 1951 dan lulus dari Fakultas Sosial 

dan Politik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta pada tahun 1974. 

Pada tahun 1974 – 1982 bekerja sebagai Procurement Assistant 

dan Project Administration pada PT Djasa Ubersakti, Oil and 

Gas Facilities contractors ; pada tahun 1982 – 1986 bekerja 

sebagai Personnel and Administration Officer dan Project site 

PT Petroindo Gunapersada Engineering, Oil and Gas Facilities 

consultants, Jakarta. Dalam kurun waktu tahun 1986 – 1995 

sebagai Personnel & General Affairs Manager PT circlekindonesia 

Waserba dan PT Ometraco Realty; pada Tahun 1995 – 1998 

bekerja pada PT Ometraco land, sebagai Building Manager, dan 

pada tahun 1998 – 2003 sebagai Personnel and General Affairs 

Manager PT langgeng Ayomlestari. Sejak tahun 2010 sampai 

dengan saat ini masih menjabat sebagai Direktur PT Indonesian 

Paradise Property Tbk. 

Born in Madiun on 28 July 1951; graduated from Universitas 

Gajah Mada (University of Gajah Mada), Yogyakarta majoring in 

Social and Political Sciences in 1974. In 1974 – 1982, worked 

as Procurement Assistant dan Project Administration Officer at 

PT Djasa Ubersakti, Oil and Gas Facilities contractors. In 1982 – 

1986, worked as Personnel and Administration Officer and Project 

site PT Petroindo Gunapersada Engineering, Oil and Gas Facilities 

consultants, Jakarta. In 1986 – 1995, worked as a Personnel & 

General Affairs Manager at PT circlekindonesia Waserba and 

PT Ometraco Realty; in 1995 – 1998, worked at PT Ometraco 

land, as Building Manager, and in 1998 – 2003 as a Personnel 

and General Affairs Manager at PT langgeng Ayomlestari. Since 

2010, has held the position of Director at PT Indonesian Paradise 

Property Tbk.

Patrick Santosa Rendradjaja 

Direktur 

Director 

lahir di Banjarmasin tanggal 9 Januari 1959. lulus Sarjana 

Teknik Sipil dari Universitas lambung Mangkurat Banjarmasin 

pada tahun 1977, dan mendapatkan gelar Master of Science 

in Architecture di Delft Technical University – netherland pada 

tahun 1986. Dalam kurun waktu 1986-2000 bekerja sebagai 

Arsitek dan Project coordinator di beberapa Biro Arsitek seperti 

Atelier 6 Group-Jakarta, lippo city Development-Jakarta, 

Ometraco Realty-Jakarta, Bentala Sanggrahan Group-Jakarta, 

Tekton Architecten-Amsterdam netherland, Han Awal Architects- 

Jakarta. Pada tahun 1999 – 2000 menjalin kerjasama dengan 

Han Awal Architects, Jakarta dan Atelier Bouwkunde, Rotterdam/ 

Amsterdam-netherland sebagai Principal. Dalam kurun waktu 

tahun 1999 sampai sekarang masih menjabat sebagai Direktur 

PT Indonesian Paradise Property Tbk. dan juga di beberapa 

Anak Perusahaan Perseroan yaitu Direktur pada PT Indonesian 

Paradise Island dan Direktur PT Kega Property Utama. 

Born in Banjarmasin on 9 January 1959. Graduated as a civil 

Engineer from Universitas lambung Mangkurat (the University 

of lambung Mangkurat), Banjarmasin in 1977, and acquired a 

degree of Master of Science in Architecture from Delft Technical 

University – netherland in 1986. In 1986-2000, worked as an 

Architect and Project coordinator at several Architectural Bureau 

such as Atelier 6 Group-Jakarta, lippo city Development-Jakarta, 

Ometraco Realty-Jakarta, Bentala Sanggrahan Group-Jakarta, 

Tekton Architecten-Amsterdam netherland, Han Awal Architects- 

Jakarta. In 1999 – 2000, cooperated with Han Awal Architects, 

Jakarta, and Atelier Bouwkunde, Rotterdam/Amsterdamnetherland 

as Principal. Since 1999, has held the position of 

Director at PT Indonesian Paradise Property Tbk. as well as in 

several Subsidiaries such as a Director at PT Indonesian Paradise 

Island and a Director at PT Kega Property Utama. 



Diana Solaiman 

Direktur 

Director 

lahir di Jakarta tanggal 4 Oktober 1969. Memperoleh gelar 

Master in Business Administration di Philippine christian 

University, Manila pada tahun 1992. Pada kurun waktu 1992 

– 2001 sebagai Finance & Accounting Manager di beberapa 

perusahaan seperti PT Putera Ometraco Electric, PT Ometraco 

corporation Tbk.. Dari tahun 2005 sampai sekarang masih 

menjabat sebagai Direktur PT Indonesian Paradise Property Tbk. 

dan Komisaris pada PT Indonesian Paradise Island, sejak tahun 

2006 sampai saat ini masih menjabat sebagai Komisaris 

PT Grahatama Indah lestari, serta sejak tahun 2009 sampai 

sekarang menjabat sebagai Direktur PT Grahatama Kreasibaru. 

Born in Jakarta on 4 October 1969. Acquired a Master in 

Business Administration degree from the Philippine christian 

University, Manila in 1992. In 1992 – 2001, worked as Finance 

& Accounting Manager at several companies such as PT Putera 

Ometraco Electric, PT Ometraco corporation Tbk.. Since 2005, 

has held the position of Director at PT Indonesian Paradise 

Property Tbk. and commissioner at PT Indonesian Paradise 

Island, since 2006, has held the position of commissioner at 

PT Grahatama Indah lestari, since 2009, has held the position of 

Director at PT Grahatama Kreasibaru. 

27



Sumber Daya Manusia 

Human Resources 

Perencanaan, penerimaan, penempatan dan pembinaan 

sumber daya manusia menjadi suatu kegiatan yang 

berkesinambungan mengingat dinamika dari usaha. 

Struktur karyawan Perseroan pada saat ini menurut 

jenjang manajemen dan tingkat pendidikan dapat 

digambarkan dengan tabel sebagai berikut: 

Tabel Jumlah Karyawan Menurut Jenjang Manajemen: 

Keterangan / Remarks Jumlah / number 

Direksi Board of Directors 4 

Manager Manager 9 

Staff Staff 16 

Pelaksana Implementer 47 

Total 76 

Tabel Jumlah Karyawan Menurut Tingkat Pendidikan: 

Keterangan / Remarks Jumlah / number 

S2 dan S3 Master’s and Doctoral Degrees 1 

S1 Undergraduate 18 

D3 D3 Diploma Degree 8 

D1 D1 Diploma Degree 23 

SlTA/sederajat High School Diploma/ 

Equivalent 

Total 76 

Perseroan sangat menyadari bahwa kualitas sumber 

daya manusia memberikan sumbangan yang sangat 

besar didalam tingkat keberhasilan dan kesuksesan 

setiap usaha. Untuk itu Perseroan senantiasa berusaha 

untuk meningkatkan investasi dalam pengembangan 

potensi setiap individual karyawan dengan menggunakan 

konsep Pengelolaan Sumber Daya Manusia Berdasarkan 

Kompetensi. 

Berbagai program pelatihan dan pengembangan 

karyawan yang telah dilaksanakan dengan mengikutsertakan 

karyawan dalam berbagai kursus, pelatihan, 

workshop dan seminar, antara lain: 

Unit Usaha Bali: 

• EmployeeTeam Building 

• Security Training 

• HARRIS Health Program - Bagaimana menciptakan 

cara hidup sehat – oleh Manu Waluya Public Health 

Service 

26 

Planning, recrutment, placement, and development of 

human resources become a continous cycle of activities 

due to the dynamic of the business. 

The company’s employment structure at the moment, in 

accordance with the managerial and education levels can 

be best described by the following table: 

Table of the number of Employees Based on the 

Managerial level: 

2011 

Direksi Board of Directors 

Manager Manager 

Staff Staff 

Pelaksana Implementer 

Table of the number of Employees Based on the 

Education level: 

2011 

S2 dan S3 Master’s and 

Doctoral Degrees 

S1 Undergraduate 

D3 D3 Diploma Degree 

D1 D1 Diploma Degree 

SlTA/sederajat High School 

Diploma/Equivalent 

The company is highly aware that the quality of the 

human resources contributes significantly to the success 

of each business. To that end, the company is always 

striving to improve investment in the development of the 

potential ability possessed by each employee by utilising 

the concept of competency-Based Human Resource 

Management. 

Various training and development programs for employees 

have been conducted where employees are involved in 

various courses, trainings, workshops, and seminars, 

among others: 

Bali Business Unit: 

• EmployeeTeam Building 

• Security Training 

• HARRIS Health Program - How to create a healthy life – 

by Manu Waluya Public Health Service

• Spa Training & Workshop – Pengembangan 

kemampuan therapist – oleh Bali Hotel Association 

(BHA) Wellnes 

• Bomb Threat Training – oleh POlDA Bali 

• English course – oleh BHA london Academy English 

course 

• new Wave Digital Marketing Workshop – oleh 

E-commerce & PR 

• Beauty class – Bagaimana menjaga standar 

penampilan – oleh Sari Ayu 

• Best Student of Frontliners Supervisor Training 

• Supervisory Skill Training – oleh 3P consultant 

• new Social Media & PR Workshop – oleh Tempo 

• certified Behaviour Analysis Workshop – oleh HRM 

• leadership Training for Engineering Supervisors 

Workshop – oleh AcE Bali 

Employee Team Building 

HARRIS Health Program 



• Spa Training & Workshop – Therapist ability 

development – by Bali Hotel Association (BHA) 

Wellness 

• Bomb Threat Training – by Bali Provincial Police Force 

• English Course - by BHA London Academy English 

course 

• New Wave Digital Marketing Workshop – by 

E-commerce & PR 

• Beauty Class – How to maintain the standard of 

personal appearance – by Sari Ayu 

• Best Student of Frontliners Supervisor Training 

• Supervisory Skill Training – by 3P Consultant 

• New Social Media & PR Workshop – by Tempo 

• Certified Behaviour Analysis Workshop – by HRM 

• Leadership Training for Engineering Supervisors 

Workshop – by AcE Bali 

Security Training 

Spa Training & Workshop 

29



Bomb Threat Training 

Unit Usaha Jakarta: 

• Training SOP Documentation and Internal Audit – oleh 

Darmawan swecker & associate 

• Implementasi IFRS – oleh Tubagus Mansyur 

• Fire Drill – bagaimana cara menghadapi kebakaran 

• Beauty class – bagaimana menjaga standar 

penampilan karyawan - oleh Oriflame 

• Motivational and Inspirational – bagaimana cara 

memelihara motivasi - oleh Reza Widyaprastha 

• English class – oleh English Today 

• Spiritual Service Values – bagaimana memberikan 

pelayanan yang lebih baik ke tamu - oleh Teddy Irawan 

(Virtue Hospitality) 

• Bomb Threat Procedures - bagaimana menghadapi 

ancaman bom - oleh SIGAP 

Fire Drill 

Best Student of Frontliners Supervisor Training 

Jakarta Business Unit: 

• Training SOP Documentation and Internal Audit – by 

Darmawan swecker & associate 

• IFRS Implementation – by Tubagus Mansyur 

• Fire Drill – how to face Fire 

• Beauty Class – How to maintain the standard of 

personal appearance - by Oriflame 

• Motivational and Inspirational – how to maintain 

motivation - by Reza Widyaprastha 

• English Class – for active English communication by 

English Today 

• Spiritual Service Values – how to provide better services 

to guess - by Teddy Irawan (Virtue Hospitality) 

• Bomb Threat Procedures - how to handle bomb threat 

- by SIGAP 

Beauty class

Motivational and Inspirational 

Unit Usaha Batam: 

• Yoga class 

• Futsal 

• Pengajian 

Experiental learning Training 

Yoga class 

Kesejahteraan karyawan juga menjadi perhatian utama 

Perseroan antara lain dengan pemberian tunjangan / 

bantuan pengobatan, asuransi kesehatan, memfasilitasi 

kegiatan olah raga, bantuan makan dan transportasi, 

mengikut-sertakan karyawan dalam program Dana 

Pensiun dan juga pembentukan koperasi simpan-pinjam. 


Spiritual Service Values 

Batam Business Unit: 

• Yoga Class 

• Futsal 

• Islamic Study Circle 

Futsal 

Islamic Study circle 


Employee’s welfare is also a focus for the company 

through the provision of, among others, health benefits/ 

assistance, health insurance, facilitating sports activities, 

meals and transportation benefits, involving employees 

in Pension Plan program and establishing save-loan 

cooperatives. 

31



Pemegang Saham Perseroan 

company’s Shareholders 

Pemegang Saham Perseroan per tanggal 31 Desember 

2011 termasuk didalammya Prosentase Kepemilikan 

Saham oleh Komisaris dan Direksi Perseroan, 

komposisinya adalah sebagai berikut: 

Pemegang Saham Perseroan 

Shareholders company 

Jumlah Saham 

Amount of 

Shares 

The composition of company’s Shareholders as of 31 

December 2011, including the Percentage of Share 

Ownership by the commissioners and Directors of the 

company, is as follows: 

% Kepemilikan 

% of 

Ownership 

Jumlah 

In Rp 

(nominal Value of 

Rp100/share) 

MODAL DASAR: 

AUTHORISED CAPITAL: 

MODAl DITEMPATKAn & DISETOR PEnUH: 

ISSUED & FUllY PAID-UP cAPITAl: 

o Pemegang Saham Pengendali: 

o controlling Shareholder: 

5.000.000.000 500.000.000.000 

- PTGrahatama Kreasibaru 

o Pemegang Saham Publik: 

o Public Shareholder: 

946.675.350 39,27% 94.667.535.000 

- RBS coutts Bank ltd. 949.000.000 39.36% 94.900.000.000 

- BSI Bank limited 

- Pemegang Saham dibawah 5%: 

* Komisaris & Direksi: 

* commissioners & Directors: 

223.000.000 9,25% 22.300.000.000 

- Karel Patipeilohy (Komisaris) 1.000.000 0,04% 100.000.000 

- Agoes Soelistyo S. (Presiden Direktur) 10.000.000 0,41% 1.000.000.000 

- Patrick S. Rendradjaja (Direktur) 5.000.000 0,21% 500.000.000 

- Diana Solaiman (Direktur) 3.750.000 0,16% 375.000.000 

* lain-lain 

* Others 

272.378.250 11,3% 27.237.825.000 

Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh: 

Amount of Issued & Fully Paid-Up capital: 

2.410.803.600 100% 241.080.360.000 

Saham dalam Portepel 

Share in Portfolio 

2.589.196.400 258.919.640.000



Penyertaan Saham Perseroan 

company Share Structure 

Per 31 Desember 2011 as of 31 December 2011 


55% 27,5% 60% 51% 99,90% 99,66% 33,34% 51% 70% 99,98% 

IPI JPI DPP ABL RI MBS OP EIS LCK KCU SJ 

51% 99,99% 88,65% 99,99% 

92,72% 

MT PS CGDE GIL 

KPU SBK 

1. PT Indonesian Paradise Island (IPI) 10. PT Grahatama Indah lestari (GIl) 

2. PT Java Paradise Island (JPI) 11. PT Omega Propertindo (OP) 

3. PT Dinamika Putra Perkasa (DPP) 12. PT Eka Ilalang Suryadinamika (EIS) 

4. PT Magna Terra (MT) 13. PT langgeng cipta Karya (lcK) 

5. PT Aneka Bina laras (ABl) 14. PT Karsa citra Unggul (KcU) 

6. PT Padma Suasa (PS) 15. PT Kega Property Utama (KPU) 

7. PT Retzan Indonusa (RI) 16. PT Segara Biru Kencana (SBK) 

8. PT Mega Biru Selaras (MBS) 17. PT Saranausaha Jaya (SJ) 

9. PT cakra Guna Dharma Eka (cGDE) 

99,99% 

55% 

33



PT Indonesian Paradise Island 

PT Indonesian Paradise Island (‘IPI’) merupakan pemilik 

HARRIS resort Kuta Beach – Bali (d/h. HARRIS resort Kuta 

– Bali) yang berlokasi Jl. Pantai Kuta, tepat di jantung pantai 

Kuta, Bali yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia, 

dengan total area tanah yang dimiliki seluruhnya seluas 

52.462m 2 . Hotel ini mulai beroperasi pada bulan Juni 2004 

dan dikelola oleh Tauzia Hotel Management. 

HARRIS resort Kuta Beach - Bali memiliki 191 kamar dan 

mengangkat slogan ‘Simple, Unique & Friendly’ dengan 

berbagai fasilitas yang sederhana namun unik serta 

pelayanan yang ramah, cocok dijadikan pilihan untuk liburan 

keluarga, serta juga memiliki fasilitas ruang rapat dengan 

kapasitas 200 orang. 

Menjadi satu dengan HARRIS resort Kuta Beach – Bali, 

pada tanggal 30 Juli 2010 telah dilaksanakan peresmian 

dimulainya pembangunan kawasan ‘Sahid Kuta lifestyle 

Resort’ dimana di kawasan tersebut untuk tahap pertama 

dilaksanakan pembangunan lifestyle center ‘beachwalk 

Kuta-Bali’ terdiri atas lebih dari 300 superior retail units 

yang rencananya akan selesai pada akhir semester pertama 

tahun 2012. 

Pada kawasan tersebut saat ini juga sedang dilaksanakan 

pembangunan hotel berbintang lima ‘Sheraton Bali Kuta 

Resort’ melengkapi ‘HARRIS resort Kuta Beach - Bali’ yang 

telah beroperasi sejak tahun 2004. Pembangunan hotel ini 

diperkirakan selesai pada kwartal ketiga tahun 2012. 

Pada november 2010 IPI kembali melakukan Peningkatan 

Modal Ditempatkan dan Disetor dengan cara pengeluaran 

saham baru yang diambil dari saham portepel IPI sejumlah 

50.000.000 (lima puluh juta) saham dengan nilai nominal per 

saham Rp1.000,00 (seribu Rupiah) atau seluruhnya bernilai 

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar Rupiah). Untuk 

mempertahankan prosentase Kepemilikan Perseroan pada 

IPI, Perseroan telah mengambil bagian dan menyetor penuh 

atas saham yang dikeluarkan tersebut secara proporsional. 

Pada bulan Desember 2010 melihat kepada prospek 

usaha yang sangat baik, Perseroan kembali meningkatkan 

penyertaan sahamnya di IPI dari sebelumnya 48,75% 

menjadi 65% dengan membeli sebagian saham milik Dana 

Pensiun Bank Indonesia. 

Pada bulan April 2011 Perseroan menjual 10% Kepemilikan 

sahamnya di IPI kepada PT Bimantara citra namun dengan 

tetap mempertahankan mayoritas kepemilikan Perseroan 

atas IPI yaitu menjadi sebesar 55%. 

PT Indonesian Paradise Island 

PT Indonesian Paradise Island (‘IPI’) is the owner of 

HARRIS resort Kuta Beach – Bali (formerly HARRIS resort 

Kuta – Bali) located on Jl. Pantai Kuta, right in the center 

of Kuta beach area in the world-famous Bali, with the 

total property area of 52,462m 2 . This hotel started the 

operation in June 2004 and it is managed by Tauzia Hotel 

Management. 

HARRIS resort Kuta Beach - Bali has 191 rooms and 

promotes the slogan of ‘Simple, Unique & Friendly’ with 

various simple but unique facilities and friendly service so 

that it is suitable as a holiday place for families, and the 

resort also provides a meeting room capable of catering 

for 200 participants. 

Merger with HARRIS resort Kuta Beach – Bali, on 30 

July 2010 has been officiated by the start of ‘Sahid 

Kuta lifestyle Resort’ area development in which for the 

first stage, there would be a development of a lifestyle 

center ‘beachwalk Kuta-Bali’ consisting of more than 

300 superior retail units which are planned to conclude 

development at the end of the first semester of 2012. 

In that area, at the moment, a 5-star hotel called ‘Sheraton 

Bali Kuta Resort’ is being built to complete ‘HARRIS resort 

Kuta Beach - Bali’ which has operated since 2004. The 

development of this hotel is predicted to complete in the 

third quarter of 2012. 

In november 2010, IPI increased the Issued & Fully 

Paid-Up capital by issuing new shares taking from 

IPI’s share portfolio in the amount of 50,000,000 (fifty 

million) shares with the nominal value per share of 

Rp1,000.00 (one thousand Rupiahs) or the total value of 

Rp50,000,000,000.00 (fifty billion Rupiahs). To preserve 

the company’s percentage of Ownership in IPI, the 

company has taken part and paid up in full the shares 

issued proportionally. 

In December 2010, considering the excellent business 

prospect, the company once again increased its share 

participation in IPI from 48.75% to 65% by buying shares 

belonging to Dana Pensiun Bank Indonesia. 

In April 2011, the company sold 10% of the Shares it 

owns in IPI to PT Bimantara citra but still maintained the 

major shareholder of IPI with 55%.

Komposisi Pemegang Saham IPI saat ini selengkapnya 

adalah sebagai berikut: 

Pemegang Saham IPI 

IPI’s Shareholders 


Saham (lembar) 

Shares (shares) 

Saham (Rp1000/saham) Shares 

Jumlah nominal (Rp) 

nominal(Rp1000/share) 

Modal Dasar Authorised capital: 300.000.000 300.000.000.000 

Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Issued & Fully Paid-Up capital: 


- Perseroan company 134.566.667 134.566.667.000 55,00 

- Vision lead Finance limited 55.050.000 55.050.000.000 22,50 

- PT Bimantara citra 36.700.000 36.700.000.000 15,00 

- Dr. H. Sukamdani Sahid Gitosardjono 11.010.000 11.010.000.000 4,50 

- ny. H. Yuliah Sukamdani 7.340.000 7.340.000.000 3,00 

Jumlah Modal Ditempatkan & Disetor Penuh 

Amount of Issued & Fully Paid-Up capital 

PT Java Paradise Island 

Pada tahun 2004 Perseroan berpatungan dengan Gobel 

Group dan caraka Group melakukan penyertaan saham 

pada PT Java Paradise Island (‘JPI’), membangun hotel 

berbintang empat diatas lahan seluas 5.580 m 2 dengan 

nama HARRIS hotel Tebet - Jakarta yang berlokasi dekat 

dengan pusat bisnis, pertokoan dan perkantoran, yaitu 

di Jalan Dr. Saharjo no. 191, Jakarta Selatan. HARRIS 

hotel Tebet - Jakarta yang dikelola oleh Tauzia Hotel 

Management, mulai beroperasi pada bulan September 

2005, memiliki berbagai fasilitas seperti: function hall, 

meeting room, business center, restaurant & bar, fitness 

center & spa, dan lain-lain. 

Prosentase kepemilikan saham Perseroan pada JPI saat 

ini adalah sebesar 27,50%; dengan komposisi Pemegang 

Saham JPI selengkapnya adalah sebagai berikut: 

Pemegang Saham JPI 

JPI’s Shareholders 

244.666.667 244.666.667.000 100.00 

nilai nominal Rp1.000/ saham nominal Value Rp1,000/share 




nominal(Rp1000/share) 

Modal Dasar Authorised capital: 100.000.000 100.000.000.000 

Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Issued & Fully Paid-Up capital: 

- Perseroan company 17.325.000 17.325.000.000 27.50 

- PT caraka Investama 31.500.000 31.500.000.000 50,00 

- PT Gobel Dharma Sarana Karya 14.175.000 14.175.000.000 22.50 



In detail, the composition of IPI Shareholders at the 

moment is as follows: 

PT Java Paradise Island 

In 2004, the company shared costs with Gobel Group and 

caraka Group in conducting share participation in PT Java 

Paradise Island (‘JPI’), to build a 4-star hotel on a plot of 

land with an area of 5,580 m 2 which was later named as 

HARRIS hotel Tebet - Jakarta; the area is located close 

to a business center as well as commercial and office 

center, i.e. at Jalan Dr. Saharjo no. 191, Jakarta Selatan. 

HARRIS hotel Tebet - Jakarta, managed by Tauzia Hotel 

Management, started operating in September 2005; this 

hotel provides the following facilities: function hall, meeting 

room, business center, restaurant & bar, fitness center & 

spa, etc. 

Percentage of company’s share in JPI at the moment is 

27.5%; detailed composition of JPI’s Shareholders is as 

follows: 

63.000.000 63.000.000.000 100,00 

% 

% 

35



PT Dinamika Putra Perkasa 

PT Dinamika Putra Perkasa (“DPP”) didirikan tanggal 4 

Januari 2006. DPP merupakan perusahaan investasi yang 

memiliki satu Anak Perusahaan yaitu PT Magna Terra. 

Struktur Permodalan dan Susunan Pemegang Saham 

DPP adalah: 

Pemegang Saham 

Shareholders 

PT Magna Terra 

Anak Perusahaan PT Dinamika Putra Perkasa. 

PT Magna Terra (“MT”) didirikan tanggal 7 Juli 2006 

merupakan pemilik proyek peremajaan Pasar Perhiasan 

cikini dengan luas lahan 4.908 m 2 . Hak membangun 

dan memasarkan unit peremajaan Pasar cikini diperoleh 

pada tahun 2007. Proyek peremajaan pasar perhiasan 

yang diberi nama ‘cikini Gold center’ telah dimulai 

pada bulan Juni 2011 dan direncanakan akan selesai 

pembangunannya pada kwartal keempat tahun 2012. 

Struktur Permodalan dan Susunan Pemegang Saham MT 


Pemegang saham 

Shareholders 


Saham 

Shares 


nominal Value (Rp) 

Modal Dasar Authorised capital 15.000.000 15.000.000.000 

Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Issued and Fully Paid-Up capital: 

- PT Dinamika Putra Perkasa 3.999.930 3.999.930.000 51,00 

- Aldrin Tando 3.843.070 3.843.070.000 49,00 




PT Dinamika Putra Perkasa (“DPP”) was established on 

4 January 2006. DPP is an investment company with one 

subsidiary, PT Magna Terra. 

The capitalisation Structure and composition of DPP’s 

Shareholders are: 

Saham (Rp1000.000/saham) nominal Value Rp1,000,000/share 




nominal(Rp) 

Modal Dasar Authorised capital 10.000 10.000.000.000 


- Perseroan company 4.200 4.200.000.000 60,00 

- PT Sejahtera Karya Bersama 2.800 2.800.000.000 40,00 



7.000 7.000.000.000 100,00 


Subsidiary of PT Dinamika Putra Perkasa. 

PT Magna Terra (“MT”), established on 7 July 2006, is 

the owner of renovation project of Pasar Perhiasan cikini 

(cikini Gold center) with an area of 4,908 m 2 . The rights 

to build and market renovated units of cikini Market were 

acquired in 2007. The gold market renovation project, 

named ‘cikini Gold center’, was started in June 2011 

and the construction is planned to conclude in the fourth 

quarter of 2012. 

The capitalisation Structure and composition of MT’s 

Shareholders are as follows: 

7.843.000 7.843.000.000 100,00 

% 

%

PT Aneka Bina laras 

PT Aneka Bina laras (ABl) didirikan tanggal 15 Februari 

2010, memiliki HARRIS suites fX Sudirman-Jakarta yang 

telah beroperasi sejak bulan April 2011 dan berlokasi 

menyatu dengan f’X lifestyle X’nter & Residences - Jalan 

Jenderal Sudirman, Jakarta. Pada awal mulai beroperasi 

HARRIS suites fX Sudirman-Jakarta memiiliki 88 unit 

condotel, namun melihat tingkat hunian (occupancy rate) 

yang tinggi, pada bulan Desember 2011 telah selesai 

dilakukan penambahan sejumlah 20 unit condotel. Saat 

ini sedang dilaksanakan renovasi penambahan sejumlah 

39 unit condotel lagi yang diperkirakan akan selesai pada 

pertengahan 2012. Sehingga total condotel yang akan 

dimiliki HARRIS suites fX Sudirman-Jakarta seluruhnya 

akan menjadi 147 kamar. ABl memiliki satu Anak 

Perusahaan yaitu PT Padma Suasa. 


ABl adalah sebagai berikut: 


Shareholders 




Saham 

Shares 






- PT Sinar Monexindo 39.993.800 19.996.900.000 49,00 



PT Padma Suasa 

Anak Perusahaan PT Aneka Bina laras 

PT Padma Suasa (‘PS’) didirikan pada tanggal 12 

Agustus 2010, merupakan pengelola HARRIS suites fX 

Sudirman-Jakarta yang telah beroperasi sejak bulan April 

2011 dan berlokasi menyatu dengan f’X lifestyle X’nter & 

Residences - Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. 

Struktur Permodalan dan Susunan Pemegang Saham PS 



Shareholders 

PT Aneka Bina laras 

PT Aneka Bina laras (ABl), established on 15 February 

2010, owns HARRIS suites fX Sudirman-Jakarta which 

has been operating since April 2011 and the location is 

integrated into f’X lifestyle X’nter & Residences - Jalan 

Jenderal Sudirman, Jakarta. When it started to operate, 

fX Sudirman-Jakarta had 88 units of condotel; however, 

due to high rate of occupancy, in December 2011, 20 

units of condotel were added. At the moment, an addition 

of 39 units of condotel are being added and the project 

is predicted to condluce in mid-2012. When the project 

concludes, HARRIS suites fX Sudirman-Jakarta will have 

a total of 147 rooms. ABl has a subsidiary; PT Padma 

Suasa. 

The capitalisation Structure and composition of ABl’s 


81.620.000 40.810.000.000 100,00 


Saham 

Shares 



Modal Dasar Authorised capital 400.000 400.000.000 99,99 


- PT Aneka Bina laras 99.990 99.990.000 99,99 

- PT Grahatama Kreasibaru 10 10.000 0,01 




A Subsidiary of PT Aneka Bina laras 

PT Padma Suasa (‘PS’), established on 2 August 2011, 

manages HARRIS suites fX Sudirman-Jakarta which has 

been operating April 2011 and the location is integrated 

into f’X lifestyle X’nter & Residences - Jalan Jenderal 

Sudirman, Jakarta. 

The capitalisation Structure and composition of PS’s 


100.000 100.000.000 100,00 

% 

% 

37



PT Retzan Indonusa 

PT Retzan Indonusa (“RI”) didirikan pada tanggal 18 Juli 

1988 dan memiliki lahan seluas 9.221m 2 di Batam center, 

Batam, dimana diatas lahan tersebut telah berdiri HARRIS 

hotel Batam center - Batam yang terdiri atas 180 kamar 

dengan sejumlah fasilitas hotel berbintang empat, serta 

telah mulai beroperasi sejak bulan november 2011. Untuk 

tahap berikutnya diatas lahan yang sama Perseroan 

berencana untuk membangun 91 unit condotel. 

Struktur Permodalan dan Susunan Pemegang Saham RI 



Shareholders 

PT Mega Biru Selaras 

PT Mega Biru Selaras (“MBS”) didirikan tanggal 20 Maret 

1996, menguasai lahan seluas 19.940m 2 di Kediri, Tuban, 

Bali. Diatas lahan tersebut MBS memiliki sarana rekreasi 

‘circus Waterpark - Bali’ yang telah mulai beroperasi pada 

bulan Juli 2011. 

MBS memiliki dua Anak Perusahaan yaitu PT cakra Guna 

Dharma Eka dan PT Grahatama Indah lestari. 


MBS adalah sebagai berikut: 


Shareholders 

Saham (Rp1000.000/saham) nominal Value 

Rp1,000,000/share 




nominal(Rp) 




- Yayasan Bunga Kasih 135 135.000.000 0,34 




PT Retzan Indonusa (“RI”) was established on 18 July 

1988 and has a plot of land with an area of 9,221m 2 in 

Batam center, Batam; on the plot of land stands HARRIS 

hotel Batam center - Batam consisting 180 rooms with 

various facilities fit for a 4-star hotel; this hotel has started 

operating since november 2011. For the next step, on 

the same plot of land, the company plans to construct 91 

units of condotel. 

The capitalisation Structure and composition of RI’s 



Saham 

Shares 






- PT Grahatama Kreasibaru 30 30.000.000 0,10 



30.000 30.000.000.000 100,00 


PT Mega Biru Selaras (“MBS”) was established on 20 

March 1996 and controls a plot of land with an area of 

19,940m 2 in Kediri, Tuban, and Bali. On the plot of land, 

MBS constructed a recreational facility called ‘circus 

Waterpark - Bali’ which started operating in July 2011. 

MBS has two Subsidiaries: PT cakra Guna Dharma Eka 

and PT Grahatama Indah lestari. 

The capitalisation Structure and composition of MBS’s 


40.000 40.000.000.000 100,00 

% 

%

PT cakra Guna Dharma Eka 

Anak Perusahaan PT Mega Biru Selaras. 

PT cakra Guna Dharma Eka (“cGDE”) didirikan tanggal 

27 nopember 1997, sampai dengan tahun 2011 memiliki 

lahan (landbank) seluas total 115.602 Ha, berlokasi di 

Desa Waleo, Kecamatan Kauditan Kema, Kabupaten 

Minahasa, Sulawesi Utara. Atas lahan ini, cGDE 

berencana untuk membangun suatu kawasan resort 

terpadu. 


cGDE adalah: 


Shareholders 







nominal(Rp) 



- PT Mega Biru Selaras 6.560 6.560.000.000 88,65 

- I Gusti ngurah Oka Suryawan 100 100.000.000 1,35 

- Jemmy Asiku 740 740.000.000 10,00 



PT Grahatama Indah lestari 

Anak Perusahaan PT Mega Biru Selaras. 

PT Grahatama Indah lestari (“GIl”) pada awalnya 

didirikan dengan nama PT Ometraco Hotel Jakarta pada 

tanggal 28 Juni 1995, menguasai lahan seluas 47,24 ha 

berlokasi di Jl. Pura Puncak Alit, Dusun Pausan, Desa 

Buah Kaja, Kecamatan Payangan, Bali. Atas lahan ini GIl 

merencanakan untuk membangun suatu kawasan resort 

terpadu. 

Struktur Permodalan dan Susunan Pemegang Saham GIl 



Shareholders 

PT cakra Guna Dharma Eka 

A Subsidiary of PT Mega Biru Selaras 

PT cakra Guna Dharma Eka (“cGDE”), established 

on 27 nopember 1997, until 2011 had a plot of land 

(landbank)with an area of 115,602 Ha, in the village of 

Waleo, Kauditan Kema District, Minahasa Regency, north 

Sulawesi. On the plot of land, cGDE plans to construct an 

integrated resort. 

The capitalisation Structure and composition of cGDE’s 

Shareholders are: 

7.400 7.400.000.000 100,00 


Saham 

Shares 





- PT Mega Biru Selaras 9.999.899 9.999.899.000 99,999 

- Yayasan Bunga Kasih 101 101.000 0,001 



PT Grahatama Indah lestari 

A Subsidiary of PT Mega Biru Selaras 

PT Grahatama Indah lestari (“GIl”), in the beginning 

established under the name of PT Ometraco Hotel Jakarta 

on 28 June 1995, controls a land of 47.24 ha located on 

Jl. Pura Puncak Alit, Dusun Pausan, Desa Buah Kaja, 

Kecamatan Payangan, Bali. On the plot of land, GIl plans 

to construct an integrated resort. 

The capitalisation Structure and composition of GIl’s 


10.000.000 10.000.000.000 100,000 

% 

% 

39



PT Omega Propertindo 

PT Omega Propertindo (“OP”) didirikan pada awalnya 

dengan nama PT Mapalus Bestari tanggal 10 Maret 1989, 

merupakan pemilik dan pengelola dari Wisma Millenia 

yang berlokasi di Jalan MT Haryono Kav 16, Jakarta 

Selatan. Wisma Millenia dibangun diatas lahan seluas 

3.700m 2 , merupakan gedung perkantoran 10 lantai yang 

dibangun dan beroperasi sejak tahun 1993. Beberapa 

penyewa utama dari Wisma Millenia adalah Bank BcA, 

Japfa comfeed Group, dan SMS Finance. 

Struktur Permodalan dan Susunan Pemegang Saham OP 



Shareholders 

PT Eka Ilalang Suryadinamika 

PT Eka Ilalang Suryadinamika (“EIS”) didirikan tanggal 

27 Oktober 1995. EIS memiliki lahan seluas 17.226m 2 

di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Atas lahan ini EIS 

merencanakan untuk membangun hotel berbintang 

empat. 

Struktur Permodalan dan Susunan Pemegang Saham EIS 



Shareholders 





nominal(Rp) 




- Reina Kumala Kwee 2.450 2.450.000.000 24,50 

- laurie Kumala Kwee 2.450 2.450.000.000 24,50 



PT Omega Propertindo 

PT Omega Propertindo (“OP”), in the beginning 

established under the name of PT Mapalus Bestari on 

10 March 1989, is the owner and manager of Wisma 

Millenia located at Jalan MT Haryono Kav 16, Jakarta 

Selatan. Wisma Millenia, constructed on a plot of land 

of 3,700m 2 , is a 10-storey office building built and has 

operated since 1993. Some major tenants of Wisma 

Millenia are Bank BcA, Japca comfeed Group, and SMS 

Finance. 

The capitalisation Structure and composition of OP’s 






nominal(Rp) 



- PT Intijaya Kreasipersada 16.666 16.666.000.000 33,332 

- PT Millenia Prosperindo Optima 16.666 16.666.000.000 33,332 




50.000 50.000.000.000 100,000 

PT Eka Ilalang Suryadinamika 

PT Eka Ilalang Suryadinamika (“EIS”) was established on 

27 October 1995. EIS has a plot of land with an area of 

17,226m 2 in Sentul, Bogor, West Java. On this plot of 

land, EIS plans to construct a 4-star hotel. 

The capitalisation Structure and composition of EIS’s 


10.000 10.000.000.000 100,00 

% 

%

PT langgeng cipta Karya 

PT langgeng cipta Karya (“lcK”) didirikan tanggal 

4 Juli 2006, merupakan pemilik dan pengelola Puri Bunga 

Resort & Spa berlokasi di Kadewatan, Ubud, Bali. Hotel 

dengan 10 kamar yang dibangun diatas lahan seluas 

7.120m 2 , merupakan Resort dan Spa dengan konsep 

alam, dimana hotel dibangun dengan pemandangan 

areal persawahan dan Sungai Ayung yang terkenal untuk 

rafting. 


lcK adalah sebagai berikut: 


Shareholders 




Saham 

Shares 



Modal Dasar Authorised capital 40.000.000 40.000.000 


- I Gusti ngurah Oka Suryawan 1.500.000 1.500.000 15,00 

- I Gusti ngurah Oka Budiasa 1.500.000 1.500.000 15,00 

- Perseroan company 7.000.000 7.000.000 70,00 



PT langgeng cipta Karya 

PT langgeng cipta Karya (“lcK”), established on 4 July 

2006, is the owner and manager of Puri Bunga Resort 

& Spa located in Kadewatan, Ubud, Bali. This 10-room 

hotel, constructed on a 7,120m 2 of land, is a Resort 

and Spa with natural concept, where the hotel was 

constructed facing paddy field area and Ayung River 

famous for rafting. 

The capitalisation Structure and composition of lcK’s 


10.000.000 10.000.000 100,00 

% 

41



PT Karsa citra Unggul 

PT Karsa citra Unggul (“KcU”) didirikan tanggal 

14 Februari 2007, merupakan pemilik lahan seluas 

2.144m 2 yang berlokasi di Jalan Boulevard, Manado, 

Sulawesi Utara. Atas lahan ini KcU berencana untuk 

membangun hotel berbintang dua. Saat ini KcU memiliki 

dua Anak Perusahaan yaitu PT Kega Property Utama dan 

PT Segara Biru Kencana. 


KcU adalah sebagai berikut: 


Shareholders 

PT Kega Property Utama 

Anak Perusahaan PT Karsa citra Unggul. 

PT Kega Property Utama (“KPU”) didirikan 1 Juli 2008. 

KPU memiliki Perjanjian Kerjasama dengan Induk Koperasi 

TnI Angkatan Udara (InKOPAU-PUKADARA) untuk 

pemanfaatan tanah TnI AU eks Mess Jetis seluas 3.094m 2 

yang terletak di Jalan AM Sangaji no.10 Yogyakarta 

untuk dibangun hotel beserta sarana pendukungnya yang 

akan diberi nama POP! Hotel Tugu Yogyakarta. Proyek 

ini dimulai pembangunannya pada bulan Maret 2011 dan 

diperkirakan akan selesai pada bulan Mei 2012. 


KPU adalah sebagai berikut: 


Shareholders 

PT Kega Property Utama 

A Subsidiary of PT Karsa citra Unggul. 

PT Kega Property Utama (“KPU”) was established on 

1 July 2008. KPU has cooperation Agreement with Induk 

Koperasi TnI Angkatan Udara (InKOPAU-PUKADARA) 

to utilise 3.094m 2 plot of land formerly used as an 

accomodation by the Air Force located at Jalan AM 

Sangaji no.10 Yogyakarta to construct a hotel complete 

with the support facilities which will be named POP! Hotel 

Tugu Yogyakarta. The construction project started in 

March 2011 and it is predicted to conclude in May 2012. 

The capitalisation Structure and composition of KPU’s 



Saham 

Shares 





- Seno Hadi Utomo 50.000 50.000.000 0,46 

- Harry Rahayu Gamdani 50.000 50.000.000 0,46 

- PT Karsa citra Unggul 10.200.000 10.200.000.000 92,72 

- PT Kega Purna Bakti 450.000 450.000.000 4,09 

- Astrid Abina carolin 250.000 250.000.000 2,27 







nominal(Rp) 




- Yayasan Bunga Kasih 5.000 5.000.000 0,02 



PT Karsa citra Unggul 

PT Karsa citra Unggul (“KcU”), established on 

14 February 2007, is the owner of 2,144m 2 plot of land 

located on Jalan Boulevard, Manado, north Sulawesi. On 

this plot of land, KcU plans to construct a 2-star hotel. At 

the moment, KcU has two Subsidiaries: PT Kega Property 

Utama and PT Segara Biru Kencana. 

The capitalisation Structure and composition of KcU’s 


28.000.000 28.000.000.000 100,00 

11.000.000 11.000.000.000 100,00 

% 

%

PT Segara Biru Kencana 

Anak Perusahaan PT Karsa citra Unggul 

PT Segara Biru Kencana (“SBK”) didirikan pada tanggal 18 

Oktober 2010, merencanakan untuk membangun sebuah 

hotel bintang dua yang akan diberi nama POP! Hotel 

Sanur – Bali. Pembangunan hotel ini rencananya akan 

dimulai pada pertengahan 2012, dan diperkirakan akan 

selesai pada kwartal ke dua tahun 2013. 


SBK adalah sebagai berikut: 


Shareholders 




Saham 

Shares 



Modal Dasar Authorised capital 400.000 400.000.000 


- PT Karsa citra Unggul 99.900 99.900.000 99,90 

- PT Grahatama Kreasibaru 100 100.000 0,10 



PT Saranausaha Jaya 

PT Saranausaha Jaya (“SJ”) didirikan tanggal 13 Agustus 

1992. SJ direncanakan akan menangani peremajaan 

pasar obat dan burung Pramuka Jakarta. 

Struktur Permodalan dan Susunan Pemegang Saham SJ 



Shareholders 

100.000 100.000.000 100,00 


Saham 

Shares 






- PT Sejahtera Karya Bersama 2.000.000 2.000.000.000 40,00 

- Antonius Tommy Gozali 250.000 250.000.000 5,00 



PT Segara Biru Kencana 

A Subsidiary of PT Karsa citra Unggul 

PT Segara Biru Kencana (“SBK”), established on 18 

October 2010, plans to construct a 2-star hotel which will 

be named POP! Hotel Sanur – Bali. The hotel construction 

is planned to start in the middle of 2012 and it is predicted 

to conclude in the second quarter of 2013. 

The capitalisation Structure and composition of SBK’s 


PT Saranausaha Jaya 

PT Saranausaha Jaya (“SJ”) was established on 

13 August 1992. SJ is planned to handle the renovation of 

Pramuka medicine and bird market, Jakarta. 

The capitalisation Structure and composition of SJ’s 


5.000.000 5.000.000.000 100,00 

% 

% 

43



Kronologis Pencatatan dan Perubahan Jumlah Saham 

chronology of Share listing and Revision of Share Volume 

Kronologis pencatatan dan perubahan jumlah saham 

sejak awal pencatatan sampai akhir tahun buku per 31 

Desember 2010 adalah sebagai berikut: 

Pada tanggal 1 Desember 2004 Perseroan pertama 

kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya 

sejumlah 240 juta saham dengan jumlah nilai nominal 

Rp24.000.000.000,00. Sesuai dengan Keterbukaan 

Informasi yang telah disampaikan Perseroan dalam 

Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik yang telah 

disetujui oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM): 

- Obligasi Perseroan dikonversikan menjadi saham 

Perseroan oleh Premiere Estates limited sejumlah 330 

juta saham dengan nilai nominal Rp33.000.000.000,00 

dan resmi dicatatkan di Bursa Efek Surabaya pada 

tanggal 17 Desember 2004. 

- Perseroan melakukan transaksi tukar menukar saham 

(share swap) dengan Anemone continental S.A. 

sejumlah 949 juta saham dengan jumlah nilai nominal 

Rp94.900.000.000,00 dan resmi tercatat di Bursa Efek 

Surabaya pada tanggal 27 Desember 2004. 

Sehingga total jumlah saham Perseroan meningkat 

menjadi 1.519.000.000 saham dengan jumlah nilai 

nominal Rp151.900.000.000,00 

Perseroan melakukan Penambahan Modal Tanpa Hak 

Memesan Efek Terlebih Dahulu dengan menerbitkan 

saham baru sejumlah 75 juta saham dengan jumlah 

nilai nominal Rp7.500.000.000,00 dan resmi tercatat di 

Bursa Efek Surabaya pada tanggal 14 Juli 2005. Dengan 

demikian total jumlah saham Perseroan meningkat 

menjadi 1.594.000.000 saham dengan jumlah nilai 

nominal Rp159.400.000.000,00 

Dalam rangka proses merger antara Bursa Efek Jakarta 

dengan Bursa Efek Surabaya membentuk Bursa Efek 

Indonesia, saham Perseroan sejak tanggal 

1 Desember 2007 dihentikan sementara perdagangannya, 

dengan pertimbangan saham Perseroan tidak aktif 

diperdagangkan dan jumlah Pemegang Saham 

Publik Perseroan masih dibawah jumlah minimal yang 

disyaratkan Bursa Efek Indonesia. 

The chronology of Share listing and Revision of Share 

Volume since the beginning of listing to the end of book 

year per 31 December is as follows: 

On 1 December 2004, the company listed the share, 

for the first time, in Surabaya Stock Exchange with the 

amount of 240 million shares with the nominal value of 

Rp24,000,000,000.00. In accordance with Disclosure of 

Information submitted by the company in the Declaration 

of Registration of Public company which has received 

approval from capital Market Supervisory Board 

(BAPEPAM): 

- company’s obligations are converted into company’s 

shares by Premiere Estates limited in the amount 

of 330 million shares with the nominal value of 

Rp33,000,000,000.00 and this was officially listed with 

Surabaya Stock Exchange on 17 December 2004. 

- The company conducted a share swap transaction 

with Anemone continental S.A. in the amount of 

949 million shares with the total nominal value of 

Rp94,900,000,000.00 and this was officially listed with 

Surabaya Stock Exchange on 27 December 2004. 

Therefore, the total sale of the company’s shares 

increased to 1,519,000,000 shares with nominal value of 

Rp151,900,000,000.00 

The company increased a capital Stock Without Pre- 

Emptive Rights by issuing 75 million new shares with 

the nominal value of Rp7,500,000,000.00 and it was 

officially listed with Surabaya Stock Exchange on 14 July 

2005. Therefore, the total sale of the company’s shares 

increased to 1,594,000,000 shares with nominal value of 

Rp159,400,000,000.00 

For the purpose of merger between Jakarta Stock 

Exchange and Surabaya Stock Exchange to form 

Indonesia Stock Exchange, since 1 December 2007, the 

company’s shares were suspended with the consideration 

that the company’s share was not actively traded and the 

number of the company’s Public Shareholders was still 

below the minimal requirement determined by Indonesia 

Stock Exchange.

Agar perdagangan bisa dibuka kembali, pada tahun 2009 

PT Grahatama Kreasibaru (’GK’) sebagai Pemegang 

Saham Pengendali Perseroan, melaksanakan Penawaran 

Umum Atas Kepemilikan Saham GK pada Perseroan 

(’PUPS’). PUPS meliputi sejumlah 180.000.000 (seratus 

delapan puluh juta) Saham Biasa Atas nama yang 

merupakan saham lama dengan nilai nominal Rp100,00 

(seratus Rupiah) setiap saham, yang ditawarkan ke 

masyarakat dengan harga penawaran Rp115,00 (seratus 

lima belas Rupiah) setiap saham. Adapun Hasil PUPS 

yang dilaksanakan pada tanggal 19 – 21 Oktober 2009 


Keterangan 

Remarks 

Total Penawaran 

Amount of Offering 

Total Pemesanan 

Total of Purchase 

Sisa Penawaran 

Remainder of Offering 

Jumlah Pemesan 

no. or Pruchasers 

Dengan dilaksanakannya PUPS tersebut diatas, Perseroan 

telah mampu meningkatkan kepemilikan saham sehingga 

memenuhi ketentuan persyaratan jumlah saham yang 

dimiliki oleh pemegang saham minoritas, maka Bursa 

Efek Indonesia berdasarkan surat no.S-05577/BEI. 

PSJ/10-2009 tanggal 29 Oktober 2009 telah mencabut 

penghentian sementara (’suspensi’) perdagangan Efek 

Perseroan. 

Pada tahun 2010 Perseroan melakukan pengembangan 

usaha dengan melaksanakan Penggabungan Usaha 

(‘Merger’) dengan PT Tirta Saga Wangi (‘TSW’) yang 

masih tergolong sebagai Perusahaan Afiliasi Perseroan. 

TSW meleburkan diri ke dalam Perseroan sehingga semua 

Perusahaan Anak dan Perusahaan Asosiasi TSW menjadi 

Perusahaan Anak dan Perusahaan Asosiasi Perseroan. 

Setelah proses Penggabungan Usaha selesai dilakukan, 

TSW bubar demi hukum tanpa harus didahului proses 

likuidasi. 

Jumlah Saham 



Jumlah Uang Pemesanan (Rp) 

Amount of Purchase 


For the trade to be reopened, in 2009, PT Grahatama 

Kreasibaru (’GK’), as the company’s controlling 

Shareholder, conducted a Public Offering on GK’s Shares 

to the company (’PUPS’). PUPS has 180,000,000 (one 

hundred and eighty million) Registered common Stock 

which is the old stock with the nominal value of Rp100.00 

(one hundred Rupiahs) per share, which is offered to the 

public with offering price of Rp115.00 (one hundred and 

fifteen Rupiahs) per share. The results of PUPS conducted 

on 19 - 21 October 2009 are as follows: 

% (prosen) 

% (percent) 

- 180.000.000 20.700.000.000 100,00 

534 179.639.000 20.658.485.000 99,80 

- 361.000 41.515.000 0,20 

With the commencement of PUPS above, the company 

has been able to increase the ownership of share so 

that it is able to satisfy the minimum requirement for the 

number of shares for minority shareholder, so that the 

Indonesia Stock Exchange through a decree no.S-05577/ 

BEI.PSJ/10-2009 dated 29 October 2009 annuled the 

suspension for the trade of company’s stock. 

In 2010, the company carried out business development 

through Merger with PT Tirta Saga Wangi (‘TSW’) which 

was company’s Affiliate. TSW is acquired into the 

company so that all Subsidiaries and Associated Business 

belonging to TSW become Subsidiaries and Associated 

Business of the company. After the merger concluded, 

TSW is legally dissolved without the process of liquidation. 

45



Atas Pernyataan Pendaftaran untuk Penggabungan 

Usaha tersebut, telah diperoleh pernyataan efektif dari 

Badan Pengawas Pasar Modal dan lembaga Keuangan 

berdasarkan Surat Ketua Bapepam dan lK no. S-4500/ 

Bl/2010 tanggal 20 Mei 2010 Perihal Pemberitahuan 

Efektifnya Pernyataan Penggabungan Usaha 

Penggabungan Usaha tersebut juga telah mendapat 

persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham 

luar Biasa Perseroan pada tanggal 25 Mei 2010 dan 

Pelaksanaan Penggabungan Usaha adalah pada tanggal 

1 Juni 2010. Dalam Penggabungan Usaha tersebut setiap 

1 saham TSW ditukar dengan 4,7 saham Perseroan. 

Berikut ini adalah tabel susunan Pemegang Saham 

Perseroan sebelum dan setelah Penggabungan Usaha 

pada tanggal 1 Juni 2010: 


Shareholders 

Sebelum Konversi 

Prior to conversion 

Perseroan 

company 

Jumlah Saham 


On the based of Declaration of Registration for the 

Merger, an effective statement has been acquired 

from Securities and Exchange commission based on 

a Decree of the chairman of Securities and Exchange 

commission no. S-4500/Bl/2010 dated 20 Mei 2010 on 

the Announcement of the Effective Merger. The Merger 

has received approval from the company’s Extra Ordinary 

General Meeting of Shareholders on 25 May 2010 and the 

commencement of the Merger was carried out on 1 June 

2010. In the Merger, each unit of TSW share is exchanged 

with 4.7 company’s shares. 

The following is the table of the company’s Shareholders 

prior and a subsequent of the Merger on 1 June 2010: 

% 

TSW 

Jumlah Saham 


Setelah Konversi 

Subsequent to conversion 

% 

Perseroan 

company 

Jumlah Saham 


Modal Dasar 

Authorised capital 

Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 

Issued and Fully Paid-Up capital: 

5.000.000.000 250.000.000 5.000.000.000 

- Anemone continental SA 949.000.000 59,54 - - 949.000.000 39,36 

- PT Grahatama Kreasibaru 129.861.000 8,15 173.785.500 99,999 946.652.850 39,27 

- cB london S/A BSI SA 223.000.000 13,99 - - 223.000.000 9,25 

- Masyarakat community 242.139.000 15,19 - - 292.139.000 10,05 

- Yayasan Bunga Kasih 

Total Modal Ditempatkan dan 

50.000.000 3,13 2.500 0,001 50.011.750 2,07 

Disetor Penuh: 

Total Amount of Issued and Fully 

Paid-Up capital: 

1,594,000,000 100.00 173,788,000 100.000 2,410,803,600 100.00 

%



47



Informasi Alamat Penting 

Information on Important Addresses 

Perseroan company: 

PT InDOnESIAn PARADISE PROPERTY Tbk. 

Kantor Pusat: 

Main Office: 

Jl. Tebet Timur Raya no.10c 

Jakarta 12820 

Telp. (62-21) 8305633 

Fax. (62-21) 8305634 

www.theparadise-group.com 

PT INDONESIAN PARADISE ISLAND 

HARRIS hotel Tebet - Jakarta 

Jl. Dr. Saharjo no.191 

Jakarta 12960 

Telp. (62-21) 8303355 

Fax. (62-21) 8295533 

Kantor Korespondensi: 

correspondence Office: 


Jakarta 12820 

Telp. (62-21) 8305633 

Fax. (62-21) 8305634 

HARRIS resort Kuta Beach - Bali 

Jl. Pantai Kuta, Kuta, 

Bali 80361 

Telp. (62-361) 753868 

Fax. (62-361) 753875 

beachwalk Kuta - Bali 

Sahid Kuta lifestyle Resort 


Bali 80361 

Telp. (62-361) 8464888 

Fax. (62-361) 8465000 

HARRIS hotel Tuban - Bali 

Jl. Dewi Sartika, Tuban 

Bali 80361 

Telp. (62-361) 9365255 

Fax. (62-361) 9366258 

Anak Perusahaan dan Perusahaan Asosiasi Perseroan 

Subsidiaries and Associated companies: 

PT JAVA PARADISE ISLAND 



Jakarta 12960 

Telp. (62-21) 8303355 

Fax. (62-21) 8295533 




Jakarta 12820 

Telp. (62-21) 8305633 



Jakarta 12960 

Telp. (62-21) 8303355 

Fax. (62-21) 8295533 

PT DINAMIKA PUTRA PERKASA 




Jakarta 12820 

Telp. (62-21) 8305633 

Fax. (62-21) 8305634 

PT MAGNA TERRA 

Wisma Aldiron 

lantai Dasar, Suite 038 

Jl. Gatot Subroto Kav.72 

Pancoran 

Jakarta Selatan 




Jakarta 12820 

Telp. (62-21) 8305633 

Fax. (62-21) 8305634 

Hotel Bali Prani - Bali 

Jl. Dewi Sartika, Tuban 

Bali 80361 

PT ANEKA BINA LARAS 

Apartemen fX Residences, lantai 10, 

Jl. Jenderal Sudirman - Pintu I Senayan, 

Jakarta 10270 

Telp. (62-21) 25554333 

Fax. (62-21) 25554321 




Jakarta 12820 

Telp. (62-21) 8305633 

Fax. (62-21) 8305634 

PT PADMA SUASA 

Apartemen fX Residences, lantai 10, 


Jakarta 10270 

Telp. (62-21) 25554333 

Fax. (62-21) 25554321 

HARRIS suites fX Sudirman - Jakarta 


Jakarta 10270 

Telp. (62-21) 25554333 

Fax. (62-21) 25554321 

PT RETZAN INDONUSA 

Jl. Engku Putri, 

Batam center, 

Batam 29641 

Telp. (62-778) 7498888 

Fax. (62-778) 7499999 

HARRIS hotel Batam center - Batam 

Jl. Engku Putri, 

Batam center, 

Batam 29641 

Telp. (62-778) 7498888 

Fax. (62-778) 7499999

PT MEGA BIRU SELARAS 



Jakarta 12820 

Telp. (62-21) 8305633 

Fax. (62-21) 8305634 

circus Waterpark - Bali 

Jl. Kediri, 

Kuta 

Bali 80361 

Telp. (62-361) 764003 

Fax. (62-361) 764103 

PT OMEGA PROPERTINDO 

Wisma Millenia lantai 3, 

Jl. MT Haryono Kav.16, Tebet, 

Jakarta Selatan 

Telp. (62-21) 8310352 

Fax. (62-21) 8310330 

PT LANGGENG CIPTA KARYA 



HARRIS resort Kuta Beach - Bali 


Bali 80361 

Telp. (62-361) 753867 

Fax. (62-361) 753866 

Puri Bunga Resort & Spa Ubud-Bali 

Kedewatan, 

Ubud 80571, Bali 

Telp. (62-361) 753867 

Fax. (62-361) 753866 

PT KEGA PROPERTY UTAMA 

Jl. Danau Toba Blok F III no. 5 

Kelurahan Bendungan Hilir, 

Kecamatan Tanah Abang, 

Jakarta Pusat 10210 




Jakarta 12820 

Telp. (62-21) 8305633 

Fax. (62-21) 8305634 

POP! Hotel Tugu Yogyakarta 

Jl. AM Sangaji Kav.16-18 

Jetis 

Yogyakarta 55000 

PT CAKRA GUNA DHARMA EKA 

PT GRAHATAMA INDAH LESTARI 

PT EKA ILALANG SURYADINAMIKA 

PT KARSA CITRA UNGGUL 

PT SEGARA BIRU KENCANA 

PT SARANA USAHAJAYA 




Jakarta 12820 

Telp. (62-21) 8305633 

Fax. (62-21) 8305634 



Biro Administrasi Efek: 

Securities Administration Bureau: 

PT ADIMITRA TRANSFERINDO 

Plaza Property, lantai 2 

Jl. Perintis Kemerdekaan 

Komplek Pertokoan Pulomas 

Blok VIII no.1 

Jakarta Timur 13210 

Telp. (62-21) 47881515 

Fax. (62-21) 4709697 

Akuntan Publik: 

Public Accountant: 

Kantor Akuntan Publik TJAHJADI 

& TAMARA 

Gedung Jaya 4th Floor 

Jl. M.H. Thamrin no.12 

Jakarta 10340 

Telp (62-21) 31908550 

Fax. (62-21) 31908502 

notaris: 

notary: 

Dr. IRAWAN SOERODJO, SH, MSI 

Jl. KH. Zainul Arifin no.2 

Komp.Ketapang Indah Blok B–2, no.4-5, 

Jakarta 11140 

Telp. (62-21) 6301511 

Fax. (62-21) 6337851 

49

Belief in oneself is one of the most 

important bricks in building any 

successful venture 

Lydia M. Child

Analisis dan Pembahasan Manajemen 

Management Discussion and Analysis 

HARRIS hotel Tuban-Bali dan Hotel Bali Prani | HARRIS hotel Tuban-Bali and Hotel Bali Prani 

Hotel-hotel Anak Perusahaan dan Afiliasi | Subsidiary Hotels and Affiliates 

Aksi Korporasi Perseroan | company’s corporate Actions 

Kinerja Keuangan | Financial Performance 

Prospek Usaha | Business Prospect 

Rencana Pengembangan | Development Plan


AnAlISIS DAn PEMBAHASAn MAnAJEMEn 

HARRIS hotel Tuban-Bali dan Hotel Bali Prani 

HARRIS hotel Tuban-Bali and Hotel Bali Prani 

Tingkat Hunian (Occupancy Rate) HARRIS hotel Tuban- 

Bali mencapai 85,8% sedangkan Harga Kamar rata-rata 

(Average Room Rate) meningkat 13,6% dibandingkan 

Harga Kamar Rata-rata tahun 2011. 

Hotel Bali Prani mampu mencapai Tingkat Hunian 

64,3% dengan Harga Kamar Rata-rata meningkat 5,4% 

dibandingkan tahun 2010. 

Occupancy Rate of HARRIS hotel Tuban-Bali reached 

85.8% while the Average Room Rate increased 13.6% 

compared to 2011’s 

Occupancy Rate of Hotel Bali Prani reached 64.3% while 

the Average Room Rate reached 5.4% compared to 

2010’s.


MAnAGEMEnT DIScUSSIOn AnD AnAlYSIS 

Hotel - Hotel Anak Perusahaan dan Afiliasi 

Subsidiary Hotels and Affiliates 

HARRIS resort Kuta Beach-Bali 

HARRIS resort Kuta Beach-Bali mencapai Tingkat Hunian 

78,1% yang mengalami penurunan dibandingkan tahun 

2010 yang mencapai 84,8%. Meskipun terjadi penurunan 

di Tingkat Hunian, namun Harga Kamar Rata-rata justru 

mengalami peningkatan 9,5%. Harga Kamar Rata-rata 

mengalami peningkatan dari Rp554.512 di tahun 2010 

menjadi Rp607.466 di tahun 2011. 

HARRIS hotel Tebet-Jakarta 

HARRIS hotel Tebet-Jakarta mengalami peningkatan 

Tingkat Hunian, dari 80,5% di tahun 2010 menjadi 81,8% 

di tahun 2011. Harga Kamar Rata-rata juga mengalami 

peningkatan dari Rp476.073 di tahun 2010 menjadi 

Rp498.538 di tahun 2011. 


Tingkat Hunian Puri Bunga Resort & Spa Ubud-Bali di 

tahun 2010 mencapai 58,0% sedangkan di tahun 2011 

menjadi 55,1%. Harga Kamar Rata-rata mengalami 

penyesuaian dari Rp452.115 di tahun 2010 menjadi 

Rp445.471 di tahun 2011. 

HARRIS suites fX Sudirman-Jakarta 

Dalam tahun pertama operasinya, Tingkat Hunian HARRIS 

suites fX Sudirman-Jakarta mampu mencapai 84% 

dengan Harga Kamar Rata-rata Rp582.832. 

HARRIS hotel Batam Center-Batam 

Meskipun baru beroperasi 2 bulan, Tingkat Hunian 

HARRIS hotel Batam center-Batam mampu mencapai 

83,5% dengan Harga Kamar Rata-rata Rp331.760 

HARRIS resort Kuta Beach-Bali 

HARRIS resort Kuta Beach-Bali reached the Occupancy 

Rate of 78.1% which is a decline compared to 2010’s 

figure of 84.8%. Even though the Occupancy Rate 

decreased, the Average Room Rate increased by 9.5%. 

The Average Room Rate increased from Rp554,512 in 

2010 to Rp607,466 in 2011. 

HARRIS hotel Tebet-Jakarta 

The Occupancy Rate of HARRIS hotel Tebet-Jakarta 

increased from 80.5% in 2010 to 81.8% in 2011. The 

Average Room Rate also increased from Rp476,073 in 

2010 to Rp498,538 in 2011. 


The Occupancy Rate of Puri Bunga Resort & Spa Ubud- 

Bali in 2010 reached 58.0% while it was 55.1% in 2011. 

The Average Room Rate experienced adjustment from 

Rp452,115 in 2010 to Rp445,471 in 2011. 

HARRIS suites fX Sudirman-Jakarta 

In its first year of operation, the Occupancy Rate of 

HARRIS suites fX Sudirman-Jakarta reached 84% with 

Average Room Rate of Rp582,832. 

HARRIS hotel Batam Center-Batam 

Even though HARRIS hotel Batam center-Batam has just 

operated for two months, the Occupancy Rate reached 

83.5% while the Average Room Rate was Rp331,760. 

53



Aksi Korporasi Perseroan 

company’s corporate Actions 

Pada tahun 2009 PT Grahatama Kreasibaru selaku 

pemegang saham pengendali Perseroan melakukan 

Penawaran Umum Pemegang Saham (‘PUPS’) yang 

mana Pernyataan Pendaftaran sehubungan dengan PUPS 

tersebut telah dinyatakan efektif oleh Bapepam-lK pada 

tanggal 15 Oktober 2009 berdasarkan suratnya 

no. S-9156/Bl/2009. 

Pada awal tahun 2010 Perseroan melaksanakan Kuasi 

Reorganisasi dengan persetujuan RUPS pada tanggal 

29 Januari 2010 setelah memenuhi standar Akuntansi 

yang berlaku di Indonesia dan ketentuan-ketentuan 

Bapepam-lK yang berlaku. Kuasi Reorganisasi 

merupakan prosedur akuntansi yang mengatur perseroan 

merestrukturisasi ekuitasnya dengan metode reorganisasi 

akuntansi (accounting reorganization method) tanpa 

melalui reorganisasi secara hukum, dengan tujuan untuk 

menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh aset 

dan kewajiban pada nilai wajarnya. 

latar belakang dilakukannya Kuasi Reorganisasi oleh 

Perseroan adalah: 

Kegiatan usaha Perusahaan mengalami kerugian sejak 

tahun 1996 sampai 2008, namun sejak tahun 2009, 

Perusahaan telah mengalami laba usaha. Akumulasi 

kerugian terjadi karena pendapatan pada tahuntahun 

awal operasi tidak mampu menutup beban 

penyusutan dan beban operasional lainnya. Keadaan ini 

mengakibatkan Perusahaan mengalami defisit sebesar 

Rp31.224.820.582,00 pada tanggal 31 Juli 2009. 

Adapun tujuan dan manfaat dilaksanakannya Kuasi 

Reorganisasi oleh Perseroan adalah sebagai berikut: 

a. Perseroan dapat memulai awal yang baik (fresh start), 

dengan menampilkan kembali posisi keuangan yang 

baik serta neraca menunjukkan nilai sekarang dan 

tanpa dibebani defisit. 

b. Memperbaiki struktur ekuitas Perseroan dengan 

mengeliminasi saldo defisit, dan menilai kembali seluruh 

aset serta kewajiban Perseroan sebesar nilai wajarnya. 

c. Dengan tidak adanya saldo defisit, maka memberikan 

dampak positif bagi para pemegang saham karena 

Perseroan dapat membagi dividen sesuai dengan 

Undang-Undang no. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan 

Terbatas dan ketentuan Bapepam sebagaimana 

termaktub dalam Surat Edaran no. S2057/PM/2003 

tanggal 21 Agustus 2003 tentang Pembagian Dividen. 

d. Meningkatkan minat dan daya tarik investor untuk 

memiliki saham Perseroan. 

e. Perseroan diharapkan lebih mudah memperoleh 

pendanaan, baik dalam bentuk pinjaman modal kerja 

ataupun investasi, dalam rangka pengembangan usaha 

untuk menghasilkan produk baru. 

In 2009, PT Grahatama Kreasibaru as the controlling 

Shareholder conducted Shareholders Public Offering 

(‘PUPS’), which Declaration of Registration of the PUPS 

had been declared to be effective by the capital Market 

and Financial Institution Supervisory Board (BapepamlK) 

on 15 October 2009 through its letter no. S-9156/ 

Bl/2009. 

In the beginning of 2010, the company conducted a 

Quasi Reorganisation with approval from the General 

Meeting of Shareholders on 29 January 2010 after 

satisfying the applicable Accounting standards in 

Indonesia and applicable regulations of capital Market 

and Financial Institution Supervisory Board (BapepamlK). 

Quasi Reorganisation is an accounting procedure 

regulating a company when restructuring its equities 

through the method of accounting reorganisation without 

going through legal reorganisation, with the purpose 

of eliminating deficits and reassessing all assets and 

obligations on their fair value. 

The background for the Quasi Reorganisation the 

company carried out is: 

The company’s business endeavors experienced loss 

from 1996 to 2008; however, starting from 2009, the 

company has enjoyed profit. The loss accumulation 

was due to the fact that the revenue gathered from 

early operation years was not able to cover the burden 

of depreciation and other operational burdens. This 

condition forced the company to withstand a deficit of 

Rp31,224,820,582.00 on 31 July 2009. 

The purpose and benefit of this Quasi Reorganisation to 

the company are as follows: 

a. The company can have a fresh start, by projecting a 

sound financial position and the balance showed the 

current value without the burden of deficit. 

b. The company can improve the equity structure it owns 

by eliminating the deficit balance and reassess its entire 

assets and liabilities in the amount of its fair value. 

c. With no deficit balance, the shareholders receive 

positive impact because the company can share 

divident in accordance with law no. 40 of 2007 on 

limited liability company and Regulation of Securities 

and Exchange commission as stated on circulation 

no. S2057/PM/2003 dated 21 August 2003 on 

Dividend Sharing. 

d. Increasing interests and attractiveness to acquire 

company’s shares. 

e. The company is expected to be better able to acquire 

funding, either in the form of working capital loan or 

investment, to support its business development in 

order to produce new products.

Selanjutnya Perseroan melakukan pengembangan 

usaha dengan melaksanakan Penggabungan Usaha 

(‘Merger’) dengan PT Tirta Saga Wangi yang masih 

tergolong sebagai Perusahaan Afiliasi Perseroan. 

PT Tirta Saga Wangi meleburkan diri ke dalam Perseroan 

sehingga semua Perusahaan Anak dan Perusahaan 

Asosiasi PT Tirta Saga Wangi menjadi Perusahaan 

Anak dan Perusahaan Asosiasi Perseroan. Setelah 

proses Penggabungan Usaha selesai dilakukan, 

PT Tirta Saga Wangi bubar demi hukum tanpa harus 

didahului proses likuidasi. Atas Pernyataan Pendaftaran 

untuk Penggabungan Usaha tersebut, telah diperoleh 

pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal 

dan lembaga Keuangan berdasarkan Surat Ketua 

Bapepam-lK no. S-4500/Bl/2010 tanggal 20 Mei 

2010 Perihal Pemberitahuan Efektifnya Pernyataan 

Penggabungan Usaha. Penggabungan Usaha tersebut 

juga telah mendapat persetujuan dari Rapat Umum 

Pemegang Saham luar Biasa Perseroan pada tanggal 

25 Mei 2010 dan Pelaksanaan Penggabungan Usaha 

terjadi pada tanggal 1 Juni 2010. Penggabungan Usaha 

antara Perseroan dengan PT Tirta Saga Wangi didasarkan 

pada pertimbangan bahwa kedua perusahaan tersebut 

dikendalikan oleh Pemegang Saham Pengendali yang 

sama yaitu PT Grahatama Kreasibaru serta didasarkan 

pula pada pertimbangan adanya kesamaan bidang 

usaha yaitu bisnis Properti. Dengan Penggabungan 

Usaha, akan memudahkan PT Grahatama Kreasibaru 

selaku Pemegang Saham Pengendali dalam melakukan 

konsolidasi dan kontrol atas kegiatan usaha Perseroan 

dan PT Tirta Saga Wangi, selain memungkinkan 

PT Grahatama Kreasibaru untuk menyusun suatu rencana 

pengembangan strategis yang lebih terintegrasi dengan 

menggabungkan kekuatan kedua Perusahaan Peserta 

Penggabungan. 

Seiring dengan rencana Perseroan untuk dapat 

mengelola sendiri unit hotel milik Perseroan maupun anak 

perusahaan Perseroan, seperti yang telah ada saat ini 

yaitu Puri Bunga Resort & Spa Ubud-Bali yang terletak 

di Kedewatan, Ubud, Bali, maka setelah memenuhi 

ketentuan Bapepam-lK serta mendapat persetujuan 

Rapat Umum Pemegang Saham pada tanggal 24 Juni 

2011, Perseroan melaksanakan Perubahan Kegiatan 

Usaha. 



Afterwards, the company conducted a business 

development through Merger with PT Tirta Saga Wangi 

which was still the company’s Affiliate. TSW is acquired 

into the company so that all Subsidiaries and Associated 

Business belonging to TSW become Subsidiaries and 

Associated Business of the company. After the merger 

concluded, PT Tirta Saga Wangi is legally dissolved 

without prior liquidation process. On the based of 

Declaration of Registration for the Merger, an effective 

statement has been acquired from the capital Market 

and Financial Institution Supervisory Board (BapepamlK) 

based on a Decree of the chairman of capital Market 

and Financial Institution Supervisory Board no. S-4500/ 

Bl/2010 dated 20 Mei 2010 on the Announcement of 

the Effective Merger. The Merger has received approval 

from the company’s Extra Ordinary General Meeting of 

Shareholders on 25 May 2010 and the commencement 

of the Business Development was carried out on 1 

June 2010. The Merger between the company and PT 

Tirta Saga Wangi is based on the consideration that 

both companies are controlled by the sam controlling 

Shareholder, i.e. PT Grahatama Kreasibaru as well as 

a consideration that there is a similar business field: 

Property. With the Merger, it would be easier for PT 

Grahatama Kreasibaru, as the controlling Shareholder, 

to conduct consolidation and control on the business 

activities of the company and PT Tirta Saga Wangi; 

besides that, it would be possible for PT Grahatama 

Kreasibaru to formulate a more-integrated strategic 

development plan merge the strengths of both Merging 

companies. 

In line with the company’s plan to self-manage the 

hotel or the subsidiaries it owns, such as Puri Bunga 

Resort & Spa Ubud-Bali located in Kedewatan, Ubud, 

Bali, after satisfying regulation of capital Market and 

Financial Institution Supervisory Board (Bapepam-lK), 

and after receiving approval from the General Meeting of 

Shareholders on 24 June 2011, the company carried out 

a change of Business Activity. 

55



Perubahan Kegiatan Usaha Perseroan tersebut adalah dari 

semula bergerak dalam bidang pembangunan gedung 

termasuk pembangunan hotel, perkantoran, pertokoan, 

apartemen, kondominium dan pusat niaga beserta 

pembangunan fasilitas hotel dan pengelolaan-pengelolaan 

pemeliharaan dan penyewaan bangunan pertokoan 

serta memasarkan hasil pembangunan tersebut, menjadi 

bergerak di bidang penyediaan akomodasi (hotel) dan 

manajemen hotel. Dengan Perubahan Kegiatan Usaha 

Perseroan tersebut memungkinkan Perseroan untuk 

melakukan pengelolaan dan pengoperasian secara 

mandiri atas hotel baik yang dimiliki Perseroan maupun 

oleh anak perusahaan Perseroan. 

Pada tanggal 05 Oktober 2011 PT Karsa citra Unggul 

(‘KcU’) yang merupakan anak perusahaan Perseroan 

dengan prosentase kepemilikan 99,98%, menjual 

seluruh saham PT Oasis Hotel Bogor (‘OHB’) milik KcU 

dengan prosentase kepemilikan 50%. Jumlah saham 

yang ditransaksikan adalah 2.223.500 saham dengan 

keseluruhan nilai transaksi sejumlah Rp6.012.500.000,00 

OHB bergerak dalam bidang usaha perhotelan, dan 

memiliki sebidang tanah seluas 3.496m 2 yang berlokasi di 

Jalan Suryakencana, Bogor yang masih belum dibangun. 

namun melihat kondisi makro ekonomi dan lingkungan 

di sekitar lokasi pembangunan hotel yang berubah, maka 

rencana pembangunan tersebut ditunda sampai waktu 

yang akan ditentukan kemudian. Melihat belum adanya 

kepastian kapan rencana pembangunan hotel di OHB 

akan dimulai yang mengakibatkan kesempatan Perseroan 

untuk memperoleh peningkatan Aktiva dan laba menjadi 

tertunda, maka Perseroan memutuskan untuk melakukan 

divestasi saham yang dimilikinya. Hasil divestasi tersebut 

akan digunakan untuk memperkuat modal kerja dan 

dialokasikan untuk meraih peluang-peluang bisnis lainnya 

yang lebih pasti, yang pada akhirnya akan meningkatkan 

tingkat pengembalian kepada Pemegang Saham 

Perseroan. 

The company’s change of Business Activity is from 

constuction business including construction of hotels, 

office buildings, commercial buildings, apartments, 

condominiums, and trade centers as well as hotel facilities 

and management, maintenance, and leasing of office 

building and marketing the construction results, into an 

accommodation business (hotel) and hotel management. 

With the company’s change of Business Activity, it is 

possible for the company to conduct maintenance and 

operation independently on hotels owned by company or 

the Subsidiaries. 

On 05 October 2011, PT Karsa citra Unggul (‘KcU’), a 

subsidiaryof the company with 99.98% shares, sold the 

entire shares of PT Oasis Hotel Bogor (‘OHB’) belonging 

to KcU with ownership percentage of 50%. The amount 

of share transaction was 2,223,500 shares with the total 

transaction value of Rp6,012,500,000.00 

OHB is in business in the hotel field and controls an 

empty plot of land with and area of 3,496m 2 located 

on Jalan Suryakencana, Bogor. considering the macro 

economic and environmental conditions around the area, 

the construction plan was put on hold until further notice. 

With the uncertain construction schedule by OHB which 

delayed the opportunity for the company to acquire 

increased Assets and Profit, the company decided to 

conduct divestment on the shares it controlled. The result 

of the divestment would be utilised to strengthen the 

working capitan and be allocated to acquire other morecertain 

business opportunities which in the end would 

increase the return to the company’s Shareholders.

Berikut ini adalah pembahasan dan analisis keuangan 

berdasarkan laporan Keuangan Konsolidasian Perseroan 

untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 

31 Desember 2011 dan 2010 yang telah diaudit oleh 

Kantor Akuntan Publik Tjahjadi & Tamara anggota 

independen dari Morison International dengan pendapat 

Wajar Tanpa Pengecualian. 

Analisis laba Rugi Komprehensif 


Pendapatan Usaha diperoleh dari kegiatan usaha Perseroan 

terdiri dari Hotel dan pendapatan dari wahana air. 

Pendapatan Usaha pada tahun 2011 tercatat sebesar 

Rp79.322 juta meningkat sebesar 390,31% atau Rp63.144 

juta dari Rp16.178 juta pada tahun sebelumnya. Kenaikan 

ini disebabkan oleh adanya peningkatan Harga Sewa 

Kamar Rata-rata sebesar 13,64% dan peningkatan 

kepemilikan saham di PT Indonesian Paradise Island 

(IPI) sebesar 16,25% pada tanggal 23 Desember 2010, 

sehingga total kepemilikan saham perseroan di PT IPI 

menjadi 65%. Penjualan 10% kepemilikan saham IPI milik 

Perseroan kepada PT Bimantara citra pada tanggal 13 Juni 

2011 menyebabkan total kepemilikan saham Perseroan 

menjadi 55%. Sejak tahun 2011 seluruh Pendapatan 

Usaha dari PT IPI dikonsolidasikan selama 1 (satu) tahun 

sedangkan di tahun 2010 Pendapatan Usaha PT IPI yang 

dikonsolidasikan ke PT Indonesian Paradise Property Tbk. 

hanya satu bulan saja hal ini dikarenakan peningkatan 

Kepemilikan tersebut terjadi pada bulan Desember 2010. 

Kontribusi dari Pendapatan Usaha anak perusahaan 

PT IPI sebesar 56,03% atas Pendapatan Usaha Perseroan 

pada tahun 2011. Pendapatan dari hotel mencatat 

kenaikan tertinggi pada tahun 2011, sebesar 383,29% atau 

Rp62.010 juta. Kontribusi dari hotel dan pendapatan dari 

wahana air masing-masing sebesar 98,57% dan 1,43% 

atas Pendapatan Usaha Perseroan pada tahun 2011. 

Pendapatan Usaha pada tahun 2010 tercatat sebesar 

Rp16.178 juta meningkat sebesar 22,00% atau Rp2.917 

juta dari Rp13.261 juta pada tahun sebelumnya. 

Beban Pokok Pendapatan 

Beban Pokok Pendapatan pada tahun 2011 tercatat 

sebesar Rp18.882 juta, meningkat sebesar 457,48% atau 

Rp15.495 juta dari Rp3.387 juta pada tahun sebelumnya 

sejalan dengan kenaikan Pendapatan Usaha. Rasio Beban 

Pokok Pendapatan terhadap Pendapatan Usaha naik dari 

20,94% di tahun 2010 menjadi 23,80% pada tahun 2011. 



Kinerja Keuangan 

Financial Performance 

The company’s financial discussion and analysis refers to 

the consolidated financial statements for the years ending 0n 

31 December 2011 and 2010 audited by Public Accounting 

Firm (KAP) Tjahjadi & Tamara, an independent member of 

Morison International, with an Unqualified Opinion 

comprehensive loss Profit Analysis 

Revenues 

The company obtained Revenues from Hotel and Water 

Park tickets. The company recorded Revenues of Rp79,322 

milion in 2011, a 390,31% or Rp63,144 million increase from 

Rp16.178 million in 2010. This was primarily attributed to the 

increase of average room rate by 13.64% and increase of 

investment in PT Indonesian Paradise Island (IPI) amounting 

16.25% on 23 December 2010, so that the total investment 

in IPI becomes 65%. On 13 June 2011, The company sale 

10% of its investment in IPI to PT Bimantara citra, the result 

of that transaction the total investment becomes 55%. Since 

2011, IPI’s Revenue has been consolidated for the whole 1 

(one) year, while in 2010 IPI’s Revenue being consolidated 

into PT Indonesian Paradise Property Tbk. was only for 

1 month because the Ownership increase took place in 

December 2010. 

IPI contributed Revenues by 56.03% to the company’s 

revenues in 2011. Revenues from hotels recorded the 

highest increase in 2011, which are 383.29% or Rp62,010 

million. Revenues contributed from Hotel and Water Park are 

98.57% and 1.43% in 2011. Revenues in 2010 amounting 

Rp16,178 million, increase 22.00% or Rp2,917 million from 

Rp13,261 million in the previous year. 

Cost of Revenue 

The company’s 2011 cost of revenues recorded Rp18,882 

million, increased by 457.48% or Rp15,495 million against 

Rp3,387 million in the previous year as well as the increasing 

of Revenues. Ratio of cost of Revenue to the Revenues 

increased from 20.94% in 2010 to 23.80% in 2011. 

57



Laba Bruto 

laba Bruto pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp60.440 

juta, meningkat sebesar 372,52% atau Rp47.649 juta dari 

Rp12.791 juta pada tahun 2010 terutama dikarenakan 

konsolidasi IPI selama 1 tahun sedangkan di tahun 2010 

hanya dikonsolidasikan untuk 1 bulan. Rasio laba Bruto 

terhadap Pendapatan Usaha menurun dari 79,06% di 

tahun 2010 menjadi 76,20% di tahun 2011. 

Beban Usaha 

Beban Usaha pada tahun 2011 tercatat sebesar negatif 

Rp57.222 juta, meningkat sebesar 3.733% atau sebesar 

Rp58.797 juta dari positif Rp1.575 juta pada tahun 

sebelumnya karena adanya penurunan Pendapatan 

Operasi lain dari Rp25.194 juta di tahun 2010 menjadi 

Rp4.088 juta di tahun 2011 Rasio Beban Usaha terhadap 

Pendapatan Usaha turun dari positif 9,74% di tahun 2010 

menjadi negatif 72,14% di tahun 2011. 

Laba Usaha 

laba Usaha pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp3.218 

juta, turun sebesar 77,60% atau Rp11.147 juta dari 

Rp14.365 juta pada tahun sebelumnya sejalan dengan 

penurunan Pendapatan Operasi lain. 

Laba Komprehensif yang di Atribusikan kepada 

Pemilik Entitas Induk 

laba Komprehensif Perseroan yang di atribusikan 

kepada Pemilik Entitas Induk pada tahun 2011 tercatat 

sebesar Rp1.409 juta, menurun sebesar Rp22.495 juta 

dari Rp23.904 juta pada tahun sebelumnya, terutama 

dikarenakan adanya penurunan laba Penjualan Efek 

sebesar Rp21.864 juta di tahun 2010. 

Analisis Posisi Keuangan 

Aset 

Aset Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 

tercatat sebesar Rp1,133.499 juta, meningkat sebesar 

39,84% atau Rp322.920 juta dari Rp810.579 juta pada 

tahun sebelumnya terutama disebabkan penambahan 

Aset Tetap yang berasal dari Entitas Anak (IPI) yang 

dikonsolidasi dan dari proyek dalam pelaksanaan IPI, PT 

Magna Terra (MT) serta PT Kega Property Utama (KPU). 

Liabilitas 

liabilitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 

tercatat sebesar Rp496.016 juta, meningkat sebesar 

140,17% atau Rp289.488 juta dari Rp206.528 juta 

pada tahun sebelumnya terutama disebabkan kenaikan 

Sewa Diterima Dimuka sebesar 520,86% atau Rp95.229 

juta, Pinjaman Jangka Panjang sebesar 126,00% atau 

Rp155.163 juta dan adanya kenaikan setoran jaminan 

sebesar Rp3.832 juta. 

Gross Profit 

The company’s Gross Profit in 2011 increased by 

372.52% or Rp47,649 million against the 2010, from 

Rp12,791 million to Rp60,440 million as the consequence 

of the consolidation of IPI for the whole year operation in 

2011, but in 2010 IPI’s Revenue was consolidated only for 

1 month. Ratio of Gross profit to Revenue decreased from 

79.06% in 2010 to 76.20% in 2011. 

Operating Expenses 

The 2011 Operating Expenses went up 3,733% or 

Rp58,797 million above the 2010 which was positive 

Rp1,575 million to Rp57,222 million in 2011 mainly due to 

declining of other Revenue amounting Rp25,194 million 

in 2010 to Rp4,088 million in 2011. Ratio Operating 

Expenses to Revenue went down from positive 9.74% in 

2010 to 72.14% In 2011 

Income from Operations 

In 2011, Income from Operations was recorded Rp3,218 

million, declined 77.60% or Rp11,147 million from the 

previous year which was Rp14,365 million which was in 

line with the declining of Other Revenues. 

Comprehensive Income Attributable to Equity Holders 

of The Parent Company 

The company posted comprehensive Income 

attributeable to Equity Holders of Parent company of 

Rp1.409 million in 2011, dropped by Rp22.495 million 

from Rp23.904 million in the previous year due to declining 

in gain on Sale of Marketable Securities amounting 

Rp21,864 million in 2010. 

Financial Analysis 

Assets 

The company’s Assets as of 31 December 2011 

amounting Rp1,133, 499 million, increase 39.84% or 

Rp322, 920 million from Rp810,579 million in the previous 

year was the result of an increase in Fixed Assets of IPI 

which was consolidated and project in progress of IPI, PT 

Magna Terra (MT) and PT Kega Property Utama (KPU). 

Liabilities 

The company’s liabilities as of 31 December 2011 

experienced Rp496,016 million, increase by 140.17% or 

Rp289,488 million from the previous Rp208,528 million 

was due to the Prepaid Rental 520,86% or Rp95,229 

million, long Term loan by 126.00% or Rp155,163 million 

and security deposit amounting Rp3,832 million.

Ekuitas 

Ekuitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2011 

tercatat sebesar Rp637.482 juta meningkat sebesar 

5,53% atau Rp33.431 juta dari Rp604.051 juta pada 

tahun sebelumnya disebabkan kenaikan Saldo laba 

dari Rp28.319 juta pada tanggal 31 Desember 2010 

menjadi Rp29.728 juta pada tanggal 31 Desember 2011 

serta kenaikan Saldo Kepentingan nonpengendali dari 

Rp112.313 juta pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi 

Rp144.223 juta pada tanggal 31 Desember 2011. 

Likuiditas 

Rasio likuiditas untuk tahun yang berakhir pada tanggal 

31 Desember 2011 adalah 156,92%, dan menunjukkan 

adanya penurunan dari 282,00% pada tanggal 

31 Desember 2010. 

Solvabilitas 

Solvabilitas Ekuitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 

2011 adalah sebesar 77,81%. Rasio ini menunjukkan 

bahwa pendanaan operasional Perseroan lebih banyak 

menggunakan Modal sendiri. 

Dividen 

Pada tahun 2010 Perseroan telah membukukan laba 

Komprehensif sejumlah Rp21,356 juta namun oleh karena 

Perseroan memiliki rencana untuk melakukan ekspansi 

penambahan jumlah kamar HARRIS hotel Tuban – Bali, 

maka pada Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 

24 Juni 2011, para Pemegang Saham memutuskan tidak 

membagikan dividen tahun 2010. 

Ikatan Material 

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 

Pada tanggal 13 Desember 2010 PT Indonesian Paradise 

Island (IPI), Entitas anak, memiliki fasilitas Kredit Investasi 

dengan jumlah maksimum sebesar Rp463.838.265.098 

yang ditujukan untuk pembangunan Sahid Kuta lifestyle 

Resort. Pencairan pinjaman dilakukan secara bertahap 

selama proses pembangunan. Pinjaman ini jatuh tempo 

pada tanggal 12 Juni 2018 termasuk masa tenggang 

selama 27 bulan dan dikenakan bunga 12% per tahun. 

Pinjaman ini dijamin dengan tanah dan bangunan IPI yang 

terletak di Kuta, Bali dengan SHGB no.975, 978 dan 

980, saham-saham IPI, letter of Undertaking dan letter 

of Guarantee dari salah satu komisaris IPI untuk membeli 

kembali aset yang dijaminkan, dan Jaminan Perusahaan 

dari Perseroan. Saldo yang telah dicairkan sampai dengan 

tanggal 31 Desember 2011 sebesar Rp173.108.899.780. 



Equity 

The company’s Equity as of December 2011 amounted 

Rp637,482 million, an increase by 5.53% or Rp33,431 

from Rp604,051 million in the previous year was due 

to the increased of company’s Retained Earnings from 

Rp28,319 million as of 31 December 2010 to Rp29,728 

million as of 31 December 2011. 

Liquidity 

liquidity Ratio as of 31 December 2011 was 156.92%, a 

decline from 282.00% on 31 December 2010. 

Solvability 

The company’s Solvability as of 31 December 2011 was 

77.81%, represents the company’s capacity to finance it’s 

operational using it’s equity. 

Dividen 

On 2010, The company’s recorded a comprehensive 

Income of Rp21,356 which will be used to add more 

rooms in HARRIS hotel Tuban-Bali, therefore General 

Shareholders meeting on 24 June 2011 decided not to 

distribute the 2010’s devident. 

Material Agreements 

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 

On December 13, 2010, PT Indonesian Paradise Island 

(IPI), a Subsidiary, obtained an investment credit facility 

with the maximum amount of Rp463,838,265,098 for the 

purpose of construction of Sahid Kuta lifestyle Resort. 

The loan has been drawdowned gradually during period 

of construction. The loan will be due on June 12, 2018 

including a grace period of 27 months and bears interest 

at 12% per annum. This loan is secured by land and 

buildings of IPI located in Kuta, Bali with HGB no. 975, 

978 and 980, shares of IPI, letter of Undertaking and 

letter of Guarantee from one of IPI’s commissioners to 

buy back collateralized assets, and corporate guarantees 

from the company. As of December 31, 2011, the total of 

loans drawdown amounted to Rp173,108,899,780. 

59



PT Bank Victoria International Tbk 

Pada tanggal 5 April 2010, PT Retzan Indonusa (RIn), 

Entitas Anak, memperoleh fasilitas pinjaman Kredit 

Investasi dengan jumlah maksimum sebesar Rp63 miliar 

dari Bank Victoria. Tingkat bunga per tahun untuk fasilitas 

ini sebesar 13% dan jatuh tempo dalam 78 (tujuh puluh 

delapan) bulan termasuk masa tenggang selama 18 

(delapan belas) bulan. Fasilitas ini dijamin dengan Aset 

Tetap berupa bangunan hotel yang akan dibangun dan 

tanah RIn dengan SHGB no. 3896/Teluk Tering - Batam, 

seluruh saham RIn, Jaminan Perusahaan atas nama 

Perusahaan dan PT Anugerah nusaraya, pihak berelasi. 

Sesuai perjanjian, RIn diwajibkan memenuhi batasanbatasan 

tertentu yang ditetapkan antara lain memberikan 

informasi perkembangan usaha. 

Pada tanggal 5 April 2010, PT Karsa citra Unggul (KcU), 

Entitas Anak, memperoleh fasilitas Kredit Investasi 

dari Bank Victoria dengan jumlah maksimum pinjaman 

sebesar Rp25 miliar yang akan jatuh tempo pada tanggal 

5 Oktober 2016 termasuk masa tenggang selama 18 

(delapan belas) bulan dan dikenakan bunga sebesar 13% 

per tahun. Pencairan pinjaman dilakukan secara bertahap 

selama proses pembangunan dilakukan. Pada tanggal 

31 Desember 2010, KcU telah menggunakan fasilitas 

pinjaman tersebut sebesar Rp344.160.000. Selanjutnya, 

pinjaman ini telah dilunasi oleh KcU pada tanggal 26 

Agustus 2011. 

PT Bank Windu Kentjana International Tbk. (Bank 

Windu) 

Pada tanggal 2 november 2010, Perseroan menerima 

fasilitas kredit dari Bank Windu dengan jumlah maksimum 

Rp46.2 milliar yang ditujukan untuk pembangunan POP! 

Hotel Tugu Yogyakarta dan renovasi HARRIS suites 

fX Sudirman - Jakarta. Berdasarkan Akta Perubahan 

pertama terhadap Perjanjian Kredit dengan memakai 

jaminan tanggal 4 Maret 2011, Bank Windu menyetujui 

penambahan fasilitas Kredit dengan jumlah maksimum 

Rp10 milliar yang ditujukan untuk pembangunan extention 

HARRIS hotel Tuban-Bali dengan jangka waktu 6 tahun 

termasuk masa tenggang 12 bulan. Fasilitas kredit ini 

dikenakan bunga sebesar 12% per tahun dan dicairkan 

secara bertahap selama proses pembangunan dan 

pengembangan serta dijamin dengan tanah dan bangunan 

milik Perseroan, saham Entitas Anak PT Karsa citra 

unggul yang ada dalam PT Kega Property Utama dan 

saham Perseroan yang ada dalam PT Aneka Bina laras. 

PT Bank Victoria International Tbk (Bank Victoria) 

On April 5, 2010, PT Retzan Indonusa (RIn), a Subsidiary, 

obtained an Investment credit facility with the maximum 

amount of Rp63 billion from Bank Victoria. The loan 

bears interest at 13% per annum and will be due in 78 

months including 18 months of grace period. This facility 

is secured by assets consisting of the hotel building to 

be constructed and land of RIn with Building Usage 

Rights no. 3896/Teluk Tering - Batam, all shares of RIn, 

a corporate Guarantee on behalf of the company and PT 

Anugerah nusaraya, a related party. Under the agreement, 

RIn is required to meet certain requirements set forth, 

among others, providing information on the progress of 

business. 

On April 5, 2010, PT Karsa citra Unggul (KcU), a 

Subsidiary, obtained an investment credit facility from 

Bank Victoria with the maximum amount of Rp25 billion 

which will be due on October 5, 2016 including 18 months 

of grace period and bears interest at 13% per annum. 

The loan has been drawdowned gradually during the 

construction period. As of December 31, 2010, KcU 

has used the loan facility amounting to Rp344,160,000. 

Furthermore, the loan has been paid in full by KcU on 

August 26, 2011. 

PT Bank Windu Kentjana International Tbk. (Bank 

Windu) 

On november 2, 2010, the company obtained a credit 

facility from Bank Windu with the maximum amount 

of 46.2 billion for the purpose of construction of POP! 

Hotel Tugu Yogyakarta and development and renovation 

of HARRIS suites fX Sudirman-Jakarta. Based on First 

Amendment to credit Agreement Using collateral dated 

March 4, 2011, Bank Windu agreed to provide the credit 

facility with the maximum amount Rp10 billion for the 

purpose of extended construction of HARRIS Hotel Tuban, 

Bali was available for 6 (six) years including 12 (twelve) 

months of grace period. These loan facilities bear interest 

at 12% per annum and draw down gradually during 

construction, development, and renovation period and 

secured by the company’s land and buildings, 

PT Karsa citra Unggul’s shares in PT Kega Property 

Utama and the company’s shares in PT Aneka Bina laras.

Global Emerging Markets Specialist Capital Pte Ltd 

Pada tanggal 17 Desember 2010, Perusahaan menerima 

pinjaman dari Global Emerging Markets Specialist capital 

Pte ltd sebesar US$9.000.000 yang digunakan untuk 

Modal Kerja Perusahaan. Pinjaman ini dikenakan bunga 

sebesar 3% per tahun dan jatuh tempo dalam waktu 

5 (lima) tahun sejak tanggal pencairan pinjaman. Pada 

tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pembayaran 

pinjaman sebesar US$7.296.000. Saldo pinjaman 

pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 masingmasing 

sebesar Rp15.451.872.000 (US$1.704.000) dan 

Rp80.919.000.000 (US$9.000.000). 

Risiko Keuangan 

a. Risiko Suku Bunga Atas nilai Wajar dan Arus Kas 

Perusahaan dan Entitas Anak menghadapi risiko suku 

bunga yang disebabkan oleh perubahan tingkat suku 

bunga pinjaman yang dikenakan bunga. Suku bunga 

atas Pinjaman Jangka Panjang dapat berfluktuasi 

sepanjang periode pinjaman. Fluktuasi suku bunga 

mempengaruhi biaya atas pinjaman baru dan bunga 

atas saldo Pinjaman Jangka Panjang Perusahaan 

dan Entitas Anak yang dikenakan suku bunga 

mengambang. Perusahaan dan Entitas Anak mengukur 

risiko atas pergerakan suku bunga dengan melakukan 

analisa marjin dan pergerakan suku bunga sehingga 

dapat melakukan transaksi kontrak swap tingkat bunga 

apabila diperlukan untuk mengurangi risiko tingkat suku 

bunga. 

b. Risiko nilai Tukar Mata Uang Asing 

Risiko nilai tukar mata uang asing adalah risiko 

dimana nilai wajar atau arus kas masa depan dari 

suatu instrumen keuangan akan berfluktuasi akibat 

perubahan nilai tukar mata uang asing. Dampak 

fluktuasi nilai tukar terhadap Perusahaan dan Entitas 

Anak terutama berasal dari saldo bank dan Pinjaman 

Jangka Panjang dalam mata uang asing. Perusahaan 

dan Entitas Anak mengelola risiko nilai tukar mata 

uang asing dengan melakukan pengawasan terhadap 

fluktuasi nilai tukar mata uang asing secara terusmenerus 

sehingga dapat melakukan tindakan yang 

tepat seperti penggunaan transaksi lindung nilai apabila 

diperlukan untuk mengurangi risiko nilai tukar mata 

uang asing. 

Kejadian Setelah Tanggal Neraca 

Penghancuran Bangunan Hotel Bali Prani 

Pada tanggal 25 Februari 2012, Perusahaan telah 

melakukan penghancuran bangunan Hotel Bali Prani 

sehubungan dengan rencana dimulainya pembangunan 

extention HARRIS hotel Tuban-Bali pada pertengahan 

tahun 2012. nilai buku bangunan Hotel Bali Prani sejumlah 

Rp1.531.133.334 juga turut dihapuskan dari pencatatan 

Perusahaan. 




On December 17, 2010, the company obtained a 

loan from Global Emerging Markets Specialist capital 

Pte ltd amounting to US$9,000,000 which was used 

for the company’s Working capital. The loan bears 

interest at 3% per annum and will be due on 5 years 

from the date of loan drawdown. In 2011, the company 

has paid the loan amounting to US$7,296,000. The 

balance of loan as of December 31, 2011 and 2010 

amounting to Rp15,451,872,000 (US$1,704,000) and 

Rp80,919,000,000 (US$9,000,000). 

Financial Risks 

a. Fair Value and cash Flow Interest Rate Risk 

The company and Subsidiaries are exposed to interest 

rate risk through the impact of rate changes on interest 

bearing liabilities. Interest rate for long-Term borrowing 

can fluctuate over the borrowing period. Interest 

rate fluctuations influence the cost of new loans and 

interest on the outstanding Variable Rate loans of 

the company and Subsidiaries. The company and 

Subsidiaries measure risks of interest rate fluctuation 

using interest margin and spread analysis so that the 

company and Subsidiaries can enter into interest rate 

swap contract if needed to reduce interest rate risks. 

b. Foreign Exchange currency Risk 

Foreign exchange currency risk is a risk that the fair 

value of future cash flows of a financial instrument will 

fluctuate because of changes in foreign exchange 

rates. The company and Subsidiaries’ exposure to 

the risk of changes in foreign exhange rates primarily 

to cash in banks and long-Term loans balances in 

foreign currencies. The company and Subsidiaries 

manage exchange rate risk with foreign currency 

fluctuations to supervise the foreign currency exchange 

rate continuously so as to perform appropriate actions 

such as the use of hedging transactions if necessary to 

reduce the risk of foreign currency exchange rates. 

Subsequent Events 

Demolition of Building of Hotel Bali Prani 

On February 25, 2012, the company demolished 

the building of Hotel Bali Prani in connection with the 

commencement of extended construction of HARRIS 

Hotel Tuban Bali in the middle of 2012. The book value 

of the building amounting to Rp1,531,133,334 was also 

written-off from the company’s records. 

61



Prospek Usaha 

Business Prospect 

Prospek perekonomian Indonesia untuk tahun 2012 

diperkirakan masih cukup baik, didukung oleh kuatnya 

konsumsi dan investasi swasta di dalam negeri. Setelah 

diperkirakan tumbuh sebanyak 6,3% untuk tahun 2011, 

pemerintah memperkirakan perekonomian Indonesia 

masih bisa tumbuh di level yang hampir sama yaitu sekitar 

6.3% untuk tahun 2012. 

Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata 

internasional yang sangat terkenal di dunia. Sektor 

kepariwisataan telah menjadi motor penggerak 

perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 

1970-an. Oleh karena itu kepariwisataan merupakan 

bagian yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan 

lagi dalam kehidupan masyarakat dan pembangunan 

di Bali. Keindahan alam dan kebudayaan Bali yang unik 

dan beranekaragam yang dituntun atau berpedoman 

pada falsafah Hindu dan keindahan alam menjadi daya 

tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik wisatawan 

mancanegara, maupun wisatawan nusantara. 

Perkembangan jumlah wisatawan yang berkunjung ke 

Bali terus mengalami peningkatan sejak tahun 2005. 

Wisatawan asing yang biasa berkunjung ke Thailand 

sekarang banyak yang beralih ke Bali. Makin banyaknya 

wisatawan Australia yang datang ke Bali karena 

meningkatnya mata uang Australian Dollar, serta ekonomi 

dan keamanan Indonesia yang stabil, menimbulkan 

keyakinan Perseroan terhadap prospek usaha Perseroan 

di tahun-tahun mendatang akan cerah. 

The prospect of Indonesian economy for 2012 is predicted 

to remain prospective supported by the strength of 

domestic consumption and private investment. After 

predicting 6.3% growth for 2011, the government predicts 

that Indonesian economy to still grow to equivalent level in 

2012; 6.3%. 

Bali is one of the world-famous tourist destinations. 

Tourism sector has become a driving factor for Balinese 

economy and development since 1970s. Therefore, 

tourism is an inseparable part from community life and 

development in Bali. The beautiful landscape as well as 

the unique and varied culture in Bali, guided by Hindu 

philosophies has become the attracting power for the 

tourists; domestic and overseas. 

The number of tourists visiting Bali has increased since 

2005. Many foreign tourists, previously picked Thailand as 

their destination, now visit Bali instead. Many Australian 

tourists visiting Bali due to the strengthening Australian 

Dollar as well as stable Indonesian economy and security, 

provide the company with the belief that the future 

prospect is bright.

Setelah sukses pada tahun 2011 dengan mulai 

beroperasinya beberapa unit usaha baru pada tahun 

2011 yaitu HARRIS suites fX Sudirman-Jakarta, circus 

Waterpark-Bali dan HARRIS hotel Batam center-Batam, 

maka dengan memanfaatkan momentum positif bisnis 

Properti di Indonesia, Perseroan melalui Anak Perusahaan 

dan Afiliasinya akan melanjutkan pembangunan terutama 

untuk hotel-hotel bintang 2 dan bintang 4 di beberapa 

daerah di Indonesia. 

Untuk pertama kalinya, Perseroan akan masuk ke pasar 

hotel bintang 5 dengan membangun Sheraton Bali Kuta 

Resort yang akan dilengkapi dengan sebuah lifestyle 

center yang diberi nama ‘beachwalk’, sehingga akan 

menjadikan hotel yang dibangun Anak Perusahaan 

Perseroan tersebut sebagai landmark di kawasan pantai 

Kuta, Bali. Proyek ini diperkirakan dapat mulai beroperasi 

pada tahun 2012. 

Disamping itu masih berlokasi di Bali, Perseroan akan 

memulai pembangunan hotel bintang 2 yang berlokasi di 

Sanur, serta mulai membangun pengembangan HARRIS 

hotel Tuban-Bali dengan sebutan proyek HARRIS hotel 

Tuban extension. 

Selain memfokuskan diri kepada bisnis perhotelan dan 

lifestyle Properties, Perseroan juga masuk kepada 

bisnis Property Trade center dengan cara melakukan 

peremajaan pasar-pasar yang dimiliki PD Pasar Jaya. 

Proyek Trade centre yang saat ini sedang dalam 

tahap pembangunan adalah proyek peremajaan pasar 

perhiasan yang diberi nama ‘cikini Gold center’ telah 

dimulai pembangunannya pada bulan Juni 2011 dan 

direncanakan akan selesai pada kwartal keempat tahun 

2012. 



Rencana Pengembangan 

Development Plan 

After the success in 2011 by starting the operations of 

several business units, i.e. HARRIS suites fX Sudirman- 

Jakarta, circus Waterpark-Bali, and HARRIS hotel Batam 

center-Batam, by taking advantage of the positive 

momentum taking place within the property business 

in Indonesia, the company through its Subsidiaries and 

Affiliates will continue the development of 2 and 4-star 

hotels in several areas in Indonesia. 

For the first time, the company will enter 5-star hotel 

market by constructing Sheraton Bali Kuta Resort 

equipped with lifestyle center called ‘beachwalk’, 

which will establish the hotel, built by a Subsidiary of the 

company, as a landmark in Kuta beach area in Bali. The 

project is predicted to start operating in 2012. 

Besides that, still in Bali, the company will construct a 

2-star hotel located in Sanur, as well as development of 

HARRIS hotel Tuban-Bali with the project designation of 

HARRIS hotel Tuban extension. 

Besides focusing on hotel and lifestyle Properties 

businesses, the company will also enter Property Trade 

center business by renovating markets belonging to PD 

Pasar Jaya. 

The current gold market renovation project, named 

‘cikini Gold center’, was started in June 2011 and the 

construction is planned to conclude in the fourth quarter 

of 2012. 

63

To accomplish great things, 

we must dream as well as act 

Anatole France

Tata Kelola Perseroan 

Good corporate Governance 

Dewan Komisaris | Board of comissioners 

Direksi | Directors 

Komite Audit | Audit committee 

Sekretaris Perusahaan | corporate Secretary 

Sistem Pengendalian Internal | Internal control System 

Risiko Perseroan | company’s Risks 

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | corporate Social Responsibility (cSR)


TATA KElOlA PERSEROAn 

Tata Kelola Perseroan 

Good corporate Governance 

Perseroan dikelola oleh Dewan Direksi yang dalam 

pelaksanaan tugasnya diawasi oleh Dewan Komisaris, 

dimana dalam menjalankan fungsi pengawasannya Dewan 

Komisaris dibantu oleh suatu Komite Audit. 

Pelaksanaan tugas dan wewenang Komisaris dan Direksi 

Perseroan secara umum diatur didalam Anggaran Dasar 

Perseroan, dimana Anggaran Dasar Perseroan tersebut 

juga telah disesuaikan dengan mulai berlakunya Undang- 

Undang nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan 

Terbatas yaitu dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat 

PT Indonesian Paradise Property Tbk. no. 161, tanggal 

30 Juni 2008, yang dibuat dihadapan Robert Purba S.H., 

notaris di Jakarta. 

The company is managed by a Board of Directors which, 

in carrying out their duties, is supervised by a Board of 

commissioners which in turn is assisted by an Audit 

committee. 

commencement of duties and authorities of the 

commissioners and Directors of the company is regulated 

in the company’s Articles of Association where it has 

also been amended by the enactment of law no. 40 of 

2007 on limited liability company, which is by Minutes 

of Meeting Declaration notarial Deed of PT Indonesian 

Paradise Property Tbk. no. 161, dated 30 June 2008, 

created in front of Robert Purba S.H., a notary in Jakarta.

Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas 

kebijakan-kebijakan pengurusan yang diambil oleh 

Direksi dalam menjalankan Perseroan serta memberikan 

nasihat kepada Direksi. Untuk dapat melaksanakan 

fungsi pengawasannya dengan baik, Dewan Komisaris 

memiliki wewenang untuk memasuki tempat-tempat 

yang dipergunakan atau yang dikuasai oleh Perseroan, 

memeriksa semua pembukuan, surat dan alat bukti 

lainnya, memeriksa dan mencocokkan uang kas dan lainlain, 

serta berhak untuk mengetahui segala tindakan yang 

telah dijalankan Direksi. 

Dewan Komisaris telah mengadakan rapat rutin bulanan. 

Sesuai Anggaran Dasar Dewan Komisaris dapat 

mengambil keputusan yang sah apabila lebih dari ½ (satu 

per dua) bagian dari jumlah anggota Dewan Komisaris 

yang sedang menjabat hadir atau diwakili dalam Rapat. 

namun apabila diperlukan Rapat Dewan Komisaris dapat 

diadakan setiap waktu bilamana dianggap perlu oleh 

seorang atau lebih anggota Dewan Komisaris lainnya atau 

atas permintaan tertulis dari 1 (satu) atau lebih Pemegang 

Saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu per 

sepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak 

suara yang sah. 

Sesuai dengan ketentuan pasal 96 Undang-Undang 

no.40 tahun 1997 tentang Perseroan Terbatas, besarnya 

gaji dan tunjangan bagi para anggota Dewan Komisaris 

ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (‘Rapat’). 

Dalam pelaksanaannya, Rapat Umum Pemegang Saham 

Perseroan tanggal 24 Juni 2011 telah menyetujui untuk 

menetapkan jumlah total gaji dan tunjangan Dewan 

Komisaris Perseroan untuk tahun buku yang berjalan 

dalam jumlah tidak melebihi Rp600.000.000,00 (Enam 

Ratus Juta Rupiah), dan memberikan kuasa dan 

wewenang kepada Presiden Komisaris untuk menetapkan 

dan mengatur pembagiannya. 


GOOD cORPORATE GOVERnAncE 


Board of comissioners 

The Board of commissioners conducts supervision on 

the management policies created by the Directors to run 

the company as well as providing suggestions to the 

Directors. To carry out the supervising functions well, the 

Board of commissioners has the authority to enter venues 

used or controlled by the company; inspect all accounting 

details, letters, and other evidence; check and match 

cash, etc; as well as reserves the rights to be aware of all 

actions carried out by the Directors. 

The Board of commissioners has conducted monthly 

regular meeting. 

In accordance with the Articles of Association, the Board 

of commissioners has the right to make legitimate 

decisions if a half of the Board of commissioners is 

present or represented in a Meeting. However, when it is 

necessary, the Meeting of Board of commissioners can 

be carried out at any time when one or more members 

of the Board of commissioners request it by submitting a 

written request from 1 (one) or more Shareholders which 

collectively represents 1/10 (one tenth) or more of the total 

shares with voting right. 

In accordance with the stipulation of law no. 40 of 1997 

on limited liability company, the amount of wages 

and benefits for members of Board of commissioners 

is determined by the General Meeting of Shareholders 

(‘Meeting’). In the implementation, the General Meeting of 

company’s Shareholders dated 24 June 2011 agreed to 

determine the total amount of wages and benefits of the 

company’s Board of commissioners for the current book 

year in the amount not exceeding of Rp600,000,000.00 

(Six Hundred Million Rupiahs), and confers power and 

authority to the President commissioner to determine and 

regulate the distribution. 

67



Direksi 

Directors 

Direksi memiliki tugas pokok menjalankan pengurusan 

Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; 

disamping itu juga bertugas untuk menguasai, memelihara 

dan mengurus kekayaan Perseroan. Setiap anggota 

Direksi wajib menjalankan tugasnya dengan itikad baik dan 

penuh tanggung jawab dengan mengindahkan peraturan 

perundang-undangan yang berlaku. 

Direksi telah mengadakan rapat rutin secara mingguan. 

Sesuai Anggaran Dasar Rapat Direksi dapat mengambil 

keputusan yang sah apabila lebih dari ½ (satu per dua) 

bagian dari jumlah anggota Direksi yang sedang menjabat 

hadir atau diwakili dalam Rapat. namun apabila diperlukan 

Rapat Direksi dapat diadakan setiap waktu bilamana 

dianggap perlu oleh seorang atau lebih anggota Direksi 

lainnya atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih 

anggota Dewan Komisaris, atau atas permintaan tertulis 

dari 1 (satu) atau lebih Pemegang Saham yang bersamasama 

mewakili 1/10 (satu per sepuluh) atau lebih dari 

jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah. 

Sesuai dengan ketentuan pasal 96 Undang-Undang 

no. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, para 

anggota Direksi dapat diberi gaji dan tunjangan lainnya 

yang jumlahnya ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang 

Saham (‘Rapat’) dan wewenang tersebut oleh Rapat 

dapat dilimpahkan kepada Dewan Komisaris. Dalam 

pelaksanaannya Rapat Umum Pemegang Saham 

Perseroan tanggal 24 Juni 2011 telah menyetujui untuk 

memberikan kuasa dan wewenang kepada Dewan 

Komisaris untuk menetapkan gaji serta tunjangan bagi 

Direksi. 

Secara khusus Perseroan tidak memprogramkan pelatihan 

Direksi, namun untuk tetap mendapatkan informasi dan 

perkembangan yang terkini/up-to-date, Direksi secara 

aktif mengikuti berbagai seminar baik di dalam maupun 

luar negeri yang relevan dengan bidang usaha Perseroan 

maupun keahlian masing-masing anggota Direksi. 

Directors has the duties to carry out the running of the 

company in accordance with the visions and missions 

the company has; as well as to control, maintain, and 

take care of the company’s properties. Each Director 

has the obligation to conduct their duties with goodwill 

and responsibilities by abiding to applicable rules and 

regulations. 

Directors has conducted reguler weekly meeting. 

In accordance with the Articles of Association, the Meeting 

of Directors can take a valid decision when there is 

more than a half of the current Directors are present or 

represented in a Meeting. However, when it is necessary, 

the Meeting of Directors can be carried out at any time 

when one or more Directors request it by submitting a 

written request from 1 (one) or more Shareholders which 

collectively represents 1/10 (one tenth) or more of the total 

shares with voting right. 

In accordance with stipulation of Article 96 law no. 40 of 

2007 on limited liability company, the Directors receive 

wages and other benefits which amount is determined by 

the General Meeting of Shareholders (‘Meeting’) and the 

authority, by the Meeting, can be transferred to the Board 

of commissioners. In its implementation, the General 

Meeting of company’s Shareholders, dated 24 June 2011, 

has approved on confering the power and authority to 

the Board of commissioners to determine the wages and 

benefits received by the Directors. 

Specifically, the company does not program trainings 

for Directors; however, to acquire up-to-date information 

development, Directors actively attends various seminars, 

domestically or overseas, which are relevant with the 

company’s business field or the expertise of each 

Directors.

Sesuai dengan Peraturan Bapepam no. IX.I.5 tentang 

Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite 

Audit, lampiran Keputusan Ketua Bapepam no. Kep-29/ 

PM/2004 tanggal 24 September 2004, pada tahun 2010 

Dewan Komisaris telah mengangkat kembali Komite 

Audit berdasarkan Resolusi Keputusan Dewan Komisaris 

Perseroan tertanggal 11 Januari 2010, terdiri atas 1(satu) 

orang Ketua dan 2 (dua) orang Anggota, yaitu dengan 

susunan beserta riwayat hidup singkat, sebagai berikut: 

Ketua Komite Audit: 


Presiden Komisaris merangkap Komisaris Independen 

Perseroan 

Anggota Komite Audit: 

1. Bambang Rahardja Burhan 

lahir di Jakarta pada tahun 1955, lulus B.Sc. 

Economics, Hull University, Inggris pada tahun 1978, 

dan pemegang Diploma Anggota Institute of chartered 

Accountants in England & Wales (1982), certified Public 

Accountants-Singapore, Investment Manager dan 

chartered Financial Analyst. 

Mulai bekerja sebagai Trainee Public Accountant 

pada tahun 1978-1983 di Knox cropper (chartered 

Accountant), london. Tahun 1983-1985 bekerja 

sebagai Auditor Senior di Ernst & Young (Public 

Accountant), Singapore. Sebagai Vice President 

dan Senior Risk Manager di citibank, Jakarta dari 

tahun 1985-1994. Menjadi Direktur PT Telekomindo 

Primabhakti pada tahun 1994-1996. Setelah itu dari 

tahun 1996-1999 menjabat pula sebagai Direktur di 

Ometraco corporation. Tahun 1999-2001 bekerja 

di Aviva Insurance, Hong Kong. Tahun 2001-2003 

sebagai Direktur Keuangan di Standard chartered 

Bank, Jakarta. 

2. Eka Shanti T 

lahir pada tahun 1960. lulus Sarjana S1 pada Fakultas 

Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan pada tahun 

1984. Mulai bekerja pada tahun 1984 sebagai Staff 

Akuntan PT Mekasindo Dharma International sampai 

dengan tahun 1987. Setelah itu menjabat sebagai 

Akuntan PT Ometraco dari tahun 1987 – 2001. Bekerja 

sebagai Konsultan Keuangan sejak tahun 2001 – 

2006, dan pada tahun 2007 sampai sekarang sebagai 

Konsultan Pajak PT Omega Propertindo. 



Komite Audit 

Audit committee 

In accordance with the Regulation of capital Market 

Supervisory Board (BAPEPAM) no. IX.I.5 on Formulation 

and Guidance for the Work Implementation of Audit 

committee, Attachment to a Decree of the chairman 

of the capital Market Supervisory Board (BAPEPAM) 

no. Kep-29/PM/2004 dated 24 September 2004, in 

2010, the Board of commissioners has reelected the 

Audit committee based on the Resolution of Decree 

of the company’s Board of commissioners dated 11 

January 2010, consisting of 1 (one) chairman and 2 (two) 

members, with the following profiles, as follows: 

chairman of Audit committee: 


President commissioner serving concurrently as 

Independent commissioner 

Members of Audit committee: 

1. Bambang Rahardja Burhan 

Born in Jakarta in 1955, holder of a B.Sc. degree. 

in Economics, Hull University, England, graduated 

in 1978, and a holder of Diploma from Institute of 

chartered Accountants in England & Wales (1982), 

certified Public Accountants-Singapore, Investment 

Manager, and chartered Financial Analyst. 

Started the career as Trainee Public Accountant during 

1978-1983 at Knox cropper (chartered Accountant), 

london. Between 1983 and 1985 worked as a 

Senior Auditor at Ernst & Young (Public Accountant), 

Singapore. Served as Vice President and Senior Risk 

Manager at citibank, Jakarta from 1985 to 1994. 

Served as a Director of PT Telekomindo Primabhakti in 

1994-1996. Afterwards, from 1996 to 1999 served as a 

Director at Ometraco corporation. From 1999 to 2001, 

worked at Aviva Insurance, Hong Kong. 2001-2003 as 

Financial Director at Standard chartered Bank, Jakarta. 

2. Eka Shanti T 

Born in 1960. A graduate of Universitas Katolik 

Parahyangan majoring in Economy in 1984. Started 

working in 1984 as an Accounting Staff at PT 

Mekasindo Dharma International until 1987. Afterwards, 

served as an Accountant at PT Ometraco from 1987 

to 2001. Worked as a Financial consultant from 2001 

to 2006, and in 2007 to present serves as a Tax 

consultant at PT Omega Propertindo. 

69



Komite Audit bertugas memberikan laporan dan pendapat 

kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal 

yang disampaikan Direksi kepada Dewan Komisaris, 

mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian 

Komisaris dan melaksanakan tugas-tugas lain yang 

berkaitan dengan tugas Dewan Komisaris, misalnya antara 

lain: penelaahan terhadap informasi keuangan Perseroan 

(seperti laporan keuangan, proyeksi, dan informasi 

keuangan lainnya), penelaahan atas ketaatan Perseroan 

terhadap peraturan perundang-undangan di bidang 

Pasar Modal dan peraturan perundang-undangan lainnya 

yang berkaitan dengan kegiatan Perseroan, penelaahan 

terhadap pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor, 

melaporkan berbagai risiko yang dihadapi Perseroan 

dan pelaksanaan manajemen risiko oleh Direksi, dan 

hal-hal lain dalam rangka membantu Dewan Komisaris 

melaksanakan tugas dan fungsinya. 

Dalam melaksanakan tugasnya Komite Audit telah 

melakukan rapat rutin bulanan dan ikut serta dalam Rapat 

Dewan Komisaris atas permintaan Komisaris. 

The Audit committee has the duties to provide reports 

and opinions to the Board of commissioners on reports 

or other matters submitted by Directors to the Board of 

commissioners; identify matters requiring attention from 

the Board of commissioners and conduct other duties 

related with the duties of the Board of commissioners 

such as assessment on the company’s financial 

information (such as financial report, projection, and 

other financial information); assessment of company’s 

compliance on rules and regulations in the field of Stock 

Exchange and other pertinent rules and regulations 

related with company’s activities; assessment on the 

implementation of assessment by the auditors; report 

various risks faced by the company and implementation 

of risk management by Directors; and other matters 

to support the duties and functions of the Board of 

commissioners. 

In conducting the duties, the Audit committee has 

conducted regular monthly meeting and attends the 

Meeting of the Board of commissioners in accordance 

with the request from the Board of commissioners.

Memenuhi persyaratan peraturan Bapepam nomor IX.I.4 

Keputusan Ketua Bapepam no. Kep-63/PM/1996 tanggal 

17 Januari 1996 mengenai Pembentukan Sekretaris 

Perusahaan, Perseroan telah membentuk Sekretaris 

Perusahaan berdasarkan Surat Penunjukan tanggal 21 Juli 

2004 yang ditanda-tangani oleh Direksi Perseroan, yang 

menerangkan mengenai pengangkatan ninawati sebagai 

Sekretaris Perusahaan (corporate Secretary) Perseroan, 

dengan riwayat hidup singkat sebagai berikut: 

Sekretaris Perusahaan: 

Ninawati 

lahir pada tahun 1966. lulus Sarjana S1 jurusan Fakultas 

Ekonomi Manajemen Universitas Katolik Indonesia Atma 

Jaya pada tahun 1989. Mulai bekerja di lippobank pada 

tahun 1989 sampai dengan tahun 1992 terakhir menjabat 

sebagai Kepala Bagian Kredit. Pada tahun 1992 – 1998 

menjabat sebagai Finance Manager pada PT Dayabuana 

Swakarya. Sejak tahun 1998 sampai sekarang bergabung 

di Treasury Department dan merangkap sebagai 

corporate Secretary pada PT Indonesian Paradise 

Property Tbk. (d/h. PT Penta Karsa lubrindo). Selama 

kurun waktu tahun 2007 sampai sekarang masih menjabat 

sebagai Direktur beberapa anak perusahaan dan afiliasi 

Perseroan yaitu antara lain PT Karsa citra Unggul, 

PT Retzan Indonusa, PT langgeng cipta Karya, PT Aneka 

Bina laras dan PT Padma Suasa. 

Sekretaris Perusahaan Perseroan mempunyai tugas antara 

lain: mengikuti perkembangan Pasar Modal khususnya 

peraturan-peraturan yang berlaku di bidang Pasar Modal; 

memberikan pelayanan kepada masyarakat atas setiap 

informasi yang dibutuhkan pemodal yang berkaitan 

dengan kondisi Perseroan; memberikan masukan kepada 

Direksi Perseroan untuk mematuhi ketentuan Undang- 

Undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan 

peraturan pelaksanaannya; sebagai penghubung (contact 

person) antara Perseroan dengan Bapepam-lK, Bursa 

Efek Indonesia, Biro Administrasi Efek dan masyarakat; 

serta menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham. 



Sekretaris Perusahaan 

corporate Secretary 

As the fulfillment to the requirement stated by the 

stipulations in the Regulation of the chairman of capital 

Market Supervisory Board (BAPEPAM) no. IX.I.4 no. Kep- 

63/PM/1996 dated 17 January 1996 on the Appointment 

of corporate Secretary, the company has appointed a 

corporate Secretary based on Appointment letter dated 

21 July 2004 signed by the company’s Directors, which 

declares the appointment of ninawati as the corporate 

Secretary to the company, with the following profile: 

corporate Secretary: 

Ninawati 

Born in 1966. A graduate of Atma Jaya catholic University 

majoring in Management in 1989. Worked at lippobank 

in 1989 to 1992 with the last position of Head of credit 

Section. In 1992 – 1998, worked as an Finance Manager 

at PT Dayabuana Swakarya. Since 1998, has joined the 

Treasury Department and also served as the corporate 

Secretary at PT Indonesian Paradise Property Tbk. 

(formerly PT Penta Karsa lubrindo). Since 2007, has 

served as a Director at several subsidiaries and affiliates 

of the company: PT Karsa citra Unggul, PT Retzan 

Indonusa, PT langgeng cipta Karya, PT Aneka Bina 

laras, and PT Padma Suasa. 

The company’s corporate Secretary has the duties 

of, among others: following the development of Stock 

Exchange especially current rules and regulations 

in the field of Stock Exchange; providing services to 

the community on each information, related with the 

company’s conditions, required by investors; providing 

inputs to the company’s Directors in complying with the 

stipulations of law no. 8 of 1995 on Stock Exchange 

and its implementation regulations; serving as a contact 

person between the company and Securities, Exchange, 

and Financial Institution commission, Indonesia 

Stock Exchange, Securities Administration Bureau, 

and community; and holding the General Meeting of 

Shareholders. 

71



Sistem Pengendalian Internal 

Internal control System 

Sistem Pengendalian Internal (Internal control System) 

Perseroan dilaksanakan berdasarkan peraturan-peraturan 

dan kebijakan-kebijakan, standar prosedur operasional 

(standard operating procedures) yang disusun dan 

disahkan oleh manajemen, antara lain: 

• Struktur organisasi yang detil baik struktur organisasi 

perusahaan (corporate) maupun per departemen/ 

unit yang menunjukkan jenjang manajemen sekaligus 

pemisahan tugas dan wewenang masing-masing 

karyawan dalam Perseroan. 

• Peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang 

terus berkembang disesuaikan dengan kondisi dan 

perkembangan Perseroan, misalnya peraturanperaturan 

dan kebijakan-kebijakan kepegawaian, dan 

sebagainya. 

• Standar prosedur operasional, misalnya yang dibuat 

bersama dengan operator hotel yang ditunjuk dan 

menjadi standar pengelolaan manajemen hotel. 

Sejalan dengan Peraturan Bapepam-lK no. IX.I.7 

Keputusan Ketua Bapepam-lK no. Kep-496/Bl/2008 

tanggal 28 nopember 2008, tentang Pembentukan 

dan Pedoman Penyusunan Piagam Unit Audit Internal, 

Perseroan telah: 

• Membentuk Unit Audit Internal yang dipimpin oleh 

seorang Kepala Unit Audit Internal (chief Internal Audit) 

yang diangkat oleh Presiden Direktur setelah mendapat 

persetujuan Dewan Komisaris Perseroan. 

• Membuat Piagam Audit Internal (Internal Audit charter). 

Adapun tugas, wewenang, dan tanggung jawab Unit Audit 

Internal sesuai dengan Piagam Audit Internal Perseroan 


Piagam Audit Internal 

Pendahuluan 

Piagam Audit Internal ini merupakan dasar pelaksanaan 

fungsi dari Unit Audit Internal serta penegasan komitmen 

dari berbagai pihak di PT Indonesian Paradise Property 

Tbk. terhadap arti pentingnya fungsi pengawasan internal. 

Struktur & Kedudukan 

Unit Audit Internal dipimpin oleh seorang chief Internal 

Audit yang bertanggung jawab secara administratif 

kepada Presiden Direktur dan secara fungsional kepada 

Komite Audit. 

The company’s Internal control System is carried out 

based on the rules, regulations, and policies, as well as 

standard operating procedures created and validated by 

the management, among others: 

• Detailed organisation structure of the company/unit in 

accordance with the department/unit provides a clear 

distinction of duties and authorities for each employee 

in the company. 

• The ever-evolving rules, regulation, and policies are 

adjusted with the conditions and development the 

company has, such as employment rules, regulations, 

and policies, etc. 

• Standard operating procedure is for example the one(s) 

created with appointed hotel operator and becomes 

the standard management practice of the hotel. 

In accordance with the Regulation of capital Market and 

Financial Institution Supervisory Board (BAPEPAM-lK) 

no. IX.I.7 no. Kep-496/Bl/2008 dated 28 november 

2008, on Formulation and Guidance for creation of 

Internal Audit Unit charter, the company has: 

• Formed an Internal Audit Unit lead by a Chief Internal 

Auditor appointed by the President Director after 

receiving approval from the company’s Board of 

commissioners. 

• Created Internal Audit Charter. 

The duties, authorities, and responsibilities of the Internal 

Audit Unit, in accordance with the company’s Internal 

Audit charter, are as follows: 

Internal Audit charter 

Introduction 

The Internal Audit charter is the foundation for the 

implementation of the functions the Internal Audit charter 

has as well as reaffirmation of commitment from various 

parties within PT Indonesian Paradise Property Tbk. on the 

importance of internal supervisory functions. 

Structure & Position 

Internal Audit Unit is lead by a chief Internal Audit who is 

administratively responsible to the President Director and 

functionally to the Audit committee.

Tugas 

Unit Audit Internal bertugas memberikan layanan 

keyakinan dan konsultasi yang bersifat independen dan 

obyektif dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan 

memperbaiki operasional perusahaan melalui pendekatan 

yang sistematis dengan cara mengevaluasi dan 

meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, 

dan proses tata kelola perusahaan. 

Wewenang 

Unit Audit Internal berwenang untuk: 

• Mengakses seluruh informasi yang relevan tentang 

perusahaan terkait dengan tugas dan fungsinya. 

• Melakukan komunikasi secara langsung dengan 

pimpinan dan anggota Dewan Direksi, Dewan 

Komisaris, dan Komite Audit; dan 

• Melakukan koordinasi kegiatan dengan kegiatan auditor 

eksternal. 

Tanggung Jawab 

Tanggung jawab Unit Audit Internal adalah: 

• Menyusun dan melaksanakan rencana audit internal 

tahunan; 

• Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian 

intern dan sistem manajemen risiko sesuai dengan 

kebijakan perusahaan; 

• Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan 

efektivitas di bidang keuangan, akuntansi, operasional, 

sumber daya manusia, pemasaran, teknologi informasi 

dan kegiatan lainnya, serta melakukan pemeriksaan 

khusus apabila diperlukan; 

• Memberikan saran perbaikan dan informasi yang 

obyektif tentang kegiatan yang diperiksa pada semua 

tingkat manajemen; 

• Membuat laporan hasil audit dan menyampaikan 

laporan tersebut kepada Presiden Direktur dan Dewan 

Komisaris, serta bekerjasama dengan Komite Audit; 

• Memantau, menganalisis, dan melaporkan pelaksanaan 

tindak lanjut perbaikan yang telah disarankan; 

• Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan 

audit internal yang dilakukannya; 

• Selalu menjaga independensi dan obyektifitasnya 

dengan tidak merangkap jabatan atau tugas pada 

pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan maupun 

institusi terafiliasi lainnya; 

• Selalu meningkatkan kompetensi dan 

profesionalismenya melalui program pendidikan profesi 

berkelanjutan. 



Duties 

Internal Audit Unit has the duties to provide certainty 

and consultancy services independently and objectively 

with the purpose of increasing the values and improving 

company’s operations through systematic approach 

by evaluating and increasing effectiveness of risk 

management, control, and the process of corporate 

governance. 

Authorities 

The Internal Audit Unit has the authorities to: 

• Access all company-relevant information related with its 

duties and functions; 

• Conduct direct communication with management 

and members of Board of Directors, Board of 

commissioners, and Audit committee; and 

• Coordinating activities with the activities of external 

auditors. 

Responsibilities 

The responsibilities of Internal Audit Unit are: 

• Compiling and conducting annual internal audit plan: 

• Testing and evaluating the implementation of internal 

control and risk management system in accordance 

with company’s policies; 

• Conducting assessment and inspection on efficiency 

and effectiveness in the fields of finance, accounting, 

operation, human resources, marketing, information 

technologi, and other activities, as well as conducting 

special inspection when necessary; 

• Providing suggestion on improvement and objective 

information for audited activities to all levels of 

management; 

• Creating an audit result report and submitting the report 

to the President Director and Board of commissioners, 

and conducting cooperation with the Audit committee; 

• Monitoring, analyzing, and reporting the implementation 

of the suggested improvement follow-ups; 

• Compiling programs to evaluate the quality of 

completed internal audit activities; 

• Maintaining independence and objectivity by not 

carrying out other duties or holding other positions 

in the implementation of the company’s operational 

activities or other affiliated institutions; 

• Striving to improve the competency and 

professionalism through continuous professional 

education program. 

73



Risiko Perseroan 

company’s Risks 

Sejalan dengan bidang usaha Perseroan yaitu dibidang 

properti yang terutama berfokus pada perhotelan, 

terdapat faktor-faktor risiko yang harus dihadapi yang 

terutama adalah: 

Risiko Persaingan Usaha 

Untuk menghadapi persaingan ini, Perseroan berusaha 

untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada tamu 

dengan harga bersaing, dan terutama pula selalu 

berusaha untuk selalu melakukan inovasi-inovasi yang unik 

didalam pengelolaan hotel-hotelnya. 

Risiko Gangguan Keamanan 

Usaha Perseroan erat kaitannya dengan kondisi 

keamanan dalam negeri. Adanya beberapa negara 

yang mengeluarkan peringatan (Travel Warning) bagi 

warganya yang akan bepergian ke Indonesia juga ikut 

mempengaruhi jumlah wisatawan yang akan bepergian 

ke Indonesia. Demikian pula dengan wisatawan lokal 

yang merasa tidak aman untuk bepergian bila kondisi 

keamanan tidak menentu. Misalnya peristiwa bom Bali 

pada tahun 2002 dan 2005, membawa dampak lesunya 

pariwisata di pulau tersebut. Penurunan Tingkat Hunian 

(Occupancy Rate) dan Harga Kamar Rata-Rata, disiasati 

dengan tetap fokus mempertahankan standar kualitas 

pelayanan dan memperluas pemasaran, misalnya untuk 

pasar MIcE (Meeting, Incentives, convention & Exhibition). 

Untuk meminimalkan risiko, Perseroan juga telah 

mengasuransikan secara all risk asset Perseroan seperti 

gedung, kendaraan bermotor, mesin/peralatan, furniture, 

dan lain-lain, dari kerusakan akibat api, bencana alam, 

kerusuhan dan sebagainya; serta juga terhadap klaim 

Pihak Ketiga (Public liabilities). 

In line with the business field of the company, property 

business which is focused more on hotel business, there 

are risk factors which must be faced, namely: 

Business competition Risks 

To face this kind of competitions, the company strives 

to improve the service quality provided to the guess 

through competitive pricing, and stives to present unique 

innovations in the management of the hotels. 

Security Risks 

The company’s efforts are related with domestic security 

conditions. Travel warnings from countries whose citizens 

are planning to travel to Indonesia also influence the 

number of tourists entering Indonesia. The same situation 

happens with domestic tourist feeling unsafe to travel 

when the security condition worsens. case in point, 

the Bali bombings in 2002 and 2005 which resulted in 

major decrease of tourism in the area. The decrease of 

Occupancy Rate and Average Room Rate are handled by 

maintaining the standard of quality services and expanding 

marketing, for example for MIcE (Meeting, Incentives, 

convention & Exhibition) market. 

To minimize risks, the company has also purchased all risk 

insurance for all of its assets such as buildings, vehicles, 

machinery/equipment, furniture, etc, from the risk of fire, 

natural disasters, riots, etc.; as well as Public liabilities.



Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 

corporate Social Responsibility 

Sebagai warga-negara, Perseroan senantiasa 

menyadari tanggung-jawabnya dan berusaha untuk 

selalu meningkatkan kontribusi terhadap peningkatan 

kesejahteraan lingkungan dan masyarakat tempat 

Perseroan mengembangkan usahanya. 

Sebagai bentuk nyata kepedulian sosialnya, Perseroan 

baik secara langsung maupun melalui anak perusahaan 

dan perusahaan asosiasinya ikut aktif berpartisipasi 

dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan maupun 

perbaikan lingkungan hidup, misalnya antara lain 

kunjungan dan bantuan kepada Yayasan Sosial, Sekolah 

dan Panti-Panti Asuhan berupa dana tunai, kebutuhan 

hidup sehari-hari, peralatan sekolah, pakaian layak pakai, 

dan lain-lain. 

Beberapa contoh kegiatan sosial masyarakat yang 

dilakukan adalah sebagai berikut: 

Unit Usaha Bali: 

• Kunjungan ke Panti Asuhan Bina Usaha Mulya, Jalan 

nanas Subagan, Karang Asem dengan pemberian 

bantuan berupa dana tunai, sembako dan alat-alat tulis 

sekolah. 

• Kunjungan ke Panti Asuhan Penyandang Cacat 

Kesayang Ikang Papa, Jalan Erlangga, Gianyar 

memberikan bantuan berupa dana tunai dan sembako. 

• Pemberian Sumbangan dalam rangka Hari Ulang Tahun 

HARRIS resort Kuta Beach yang berhasil dikumpulkan 

melalui penjualan tiket acara the HARRIS Fun Bike, 

yaitu kepada: 

- Panti Asuhan SAlAM di Tabanan – Bali, dan: 

- Yayasan SEnYUM Bali. 

• Pemberdayaan Organisasi Tradisional di sekitar hotel. 

• Menyelenggarakan Perayaan Tumpek Landep di area 

hotel. 

• Bepartisipasi bekerja sama dengan Bali Hotel. 

Associatioan menyelenggarakan BHA Blood Drive 

• General Cleaning of Kuta Beach. 

As citizen, company realizes that it has responsibilities 

and tries to increase contributions in improving the welfare 

of community and environment where it develops the 

business. 

As a real expression of social caring, the company, directly 

or indirectly, through the subsidiaries and its associated 

companies, participate actively in various community 

social activities such as visiting and providing assistance 

to Social Foundations, Schools, and Orphanages; the 

assistance is in the form of cash, items of daily needs, 

school equipment, decent clothes, etc. 

Several community social activities which are conducted 

are as follows: 

Bali Business Unit: 

• A visit to Panti Asuhan Bina Usaha Mulya (an 

orphanage), Jalan nanas Subagan, Karang Asem and 

provided cash assistance, items of daily needs, and 

school stationeries. 

• A visit to Panti Asuhan Penyandang Cacat Kesayang 

Ikang Papa (an orphanage), Jalan Erlangga, Gianyar 

and provided cash assistance and items of daily needs. 

• Presentation of Donation for the Birthday of HARRIS 

resort Kuta Beach collected through ticket sale of the 

HARRIS Fun Bike event, to: 

- Panti Asuhan SAlAM (an orphanage) in Tabanan – 

Bali, and; 

- Yayasan SEnYUM Bali. 

• Empowering traditional organisations around the hotel. 

• Holding a Tumpek Landep Celebration in the hotel area. 

• Participating with Bali Hotel Association in organising 

BHA Blood Drive. 

• General Cleaning of Kuta Beach. 

Visit to Panti Asuhan Bina Usaha Mulya Visit to Panti Asuhan Bina Usaha Mulya 

75



Visit to Panti Asuhan Penyandang cacat Kesayang Ikang Papa 

Visit to Yayasan SEnYUM Bali 

Holding BHA Blood Drive 

Unit Usaha – Jakarta: 

• Buka Puasa bersama dengan anak-anak yatim piatu, 

kelurahan dan kecamatan setempat serta Polsek dan 

Koramil. 

• Donasi hewan qurban pada hari Raya Idul Adha untuk 

masyarakat sekitar hotel. 

• Perayaan Natal bersama anak-anak panti asuhan KDM. 

Visit to Panti Asuhan SAlAM di Tabanan – Bali 

Empowerment of Traditional Organizations around the hotel 

General cleaning of Kuta Beach 

Jakarta Business Unit: 

• Fast breaking with orphans and personals from local 

district and sub-district offices, police precinct, and 

military command office. 

• Donation of sacrificial animals for the Celebration of Idul 

Adha to the community around the hotel. 

• Christmas celebration with orphans from KDM.

Breakfasting with orphans and officials of local administrative offices 

christmas celebration with the children of Panti Asuhan KDM. 

Unit Usaha Batam: 

• Pemberian Donasi dari hasil penjualan tiket HARRIS 

Fun Bike kepada Organisasi ‘BAlA KESElAMATAn’. 

• Donasi kepada Yayasan Panti Asuhan Viran Sejahtera 

dalam rangka perayaan natal dengan memberikan 

bahan – bahan kebutuhan sehari-hari. 

Presentation of donation from the selling of HARRIS Fun Bike ticket 

to the BAlA KESElAMATAn (a social organisation) 

Donation of sacrificial animals for Idul Adha 

Batam Business Unit: 

• Presentation of donation from the selling of HARRIS 

Fun Bike ticket to the BAlA KESElAMATAn (a social 

organisation). 

• Donation to Yayasan Panti Asuhan Viran Sejahtera (an 

orphanage) for the christmas celebration in the form of 

items of daily needs. 

Donation to Yayasan Panti Asuhan Viran Sejahtera



Halaman ini sengaja dikosongkan 

This page is intentionally left blank





laporan Keuangan dan 

laporan Auditor Independen 

Financial Statements and Independent Auditor Report



PT INDONESIAN PARADISE PROPERTY Tbk 

DAN ENTITAS ANAK 

Laporan Keuangan Konsolidasian 

Dengan Laporan Auditor Independen 

31 Desember 2011 

Dengan Angka Perbandingan pada 

Tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 

1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan 

untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 


Dengan Angka Perbandingan 

untuk Tahun yang Berakhir pada 

Tanggal 31 Desember 2010 

(Mata Uang Rupiah)

Laporan Auditor Independen 





Dengan Laporan Auditor Independen 


Dengan Angka Perbandingan pada 

Tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 

1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan 

untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2011 

Dengan Angka Perbandingan 

untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2010 

Daftar Isi 

Halaman 

Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian……………………………….…………………………… 1 - 3 

Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian……………………….………………………….. 4 

Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian…………….……………………………………………. 5 

Laporan Arus Kas Konsolidasian.……………...……………………………………………………… 6 - 7 

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian…………………...………………………………… 8 - 87 

***************************

ASET 



LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 


Dengan Angka Perbandingan pada Tanggal-tanggal 

31 Desember 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 

(Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 

1 Januari 2010/ 

Catatan 31 Desember 2011 31 Desember 2010* 31 Desember 2009* 

ASET LANCAR 

Kas dan setara kas 2f,2z,4,35 77.828.429.242 95.113.356.789 6.943.751.849 

Investasi jangka pendek 2z,5 29.749.182.282 56.434.204.983 108.670.541.160 

Piutang usaha dengan pihak 

ketiga - neto 2h,2z,3,6 10.252.303.925 2.880.788.386 630.880.368 

Piutang lain-lain 

Pihak ketiga 2h,2z 2.648.057.482 425.248.481 262.601.330 

Pihak-pihak berelasi 2g,2h,2z,7 938.121.206 957.466.816 904.486.000 

Persediaan 2i,8 1.479.281.488 560.426.194 126.796.828 

Pajak dibayar di muka 19a 17.568.877.899 5.967.016.364 140.308.032 

Uang muka dan biaya dibayar 

di muka 2j 2.254.416.538 2.078.504.144 243.932.553 

JUMLAH ASET LANCAR 142.718.670.062 164.417.012.157 117.923.298.120 

_____ 

ASET TIDAK LANCAR 

Investasi pada entitas asosiasi 2e,9 41.394.532.790 43.641.289.487 293.094.714.720 

Aset pajak tangguhan 2t,19e 4.005.670.025 3.105.369.048 947.562.509 

Aset tetap - setelah dikurangi 

akumulasi penyusutan 

sebesar Rp 59.788.371.470 

pada tanggal 

31 Desember 2011, 

Rp 50.204.695.352 pada 

tanggal 31 Desember 2010 

dan Rp 12.349.566.761 

pada tanggal 

1 Januari 2010/ 2k,2l, 

31 Desember 2009 2n,3,10 446.547.628.282 349.735.863.518 50.178.168.469 

Hak sewa jangka panjang 2o,11 50.169.513.420 47.713.968.471 6.728.415.505 

Tanah yang belum 

dikembangkan 2p,12 12.155.518.798 9.555.015.798 9.555.015.798 

Biaya ditangguhkan 2k,13 21.874.898.507 24.095.042.145 5.614.402.427 

Uang muka perolehan aset tetap 14 6.698.639.298 4.897.363.248 7.216.768.048 

Aset takberwujud 2c,2m,2n,15 953.721.320 985.075.369 106.551.584 

Jaminan 2z 2.181.072.200 109.079.032 - 

Aset tidak lancar lainnya 2u,16 404.799.355.399 162.323.745.588 4.832.801.769 

JUMLAH ASET 

TIDAK LANCAR 990.780.550.039 646.161.811.704 378.274.400.829 

JUMLAH ASET 1.133.499.220.101 810.578.823.861 496.197.698.949 

*) Disajikan kembali lihat Catatan 2a atas laporan keuangan konsolidasian. 

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan 

dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan. 

1

LIABILITAS DAN EKUITAS 



LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 







LIABILITAS JANGKA PENDEK 

Utang usaha 2z,17 4.662.574.648 2.388.896.858 449.812.376 

Utang lain-lain 

Pihak ketiga 2z,18 62.437.679.796 31.309.526.314 5.444.404.298 

Pihak-pihak berelasi 2g,2z,7 4.099.417.472 15.522.839.972 139.309.734 

Utang pajak 2t,3,19b 5.458.491.513 2.149.722.196 790.193.756 

Biaya masih harus dibayar 2z,20 8.068.291.468 6.665.375.391 802.045.113 

Utang jangka panjang yang 

jatuh tempo dalam waktu 

satu tahun: 

Pinjaman jangka panjang 2z,22,35 5.644.588.506 - - 

Sewa pembiayaan 2l,2z 577.334.459 266.750.013 49.744.659 

JUMLAH LIABILITAS 

JANGKA PENDEK 90.948.377.862 58.303.110.744 7.675.509.936 

_____ 

LIABILITAS JANGKA PANJANG 

Sewa diterima di muka 2l,21 113.511.831.082 18.283.299.349 - 

Goodwill negatif 2b,2c,23 - 112.613.338 150.151.118 

Setoran jaminan 2z 3.832.195.964 - - 

Liabilitas pajak tangguhan 2t,19e 7.824.921 - - 

Utang jangka panjang - 

setelah dikurangi bagian 

yang jatuh tempo dalam 

waktu satu tahun: 

Pinjaman jangka panjang 2z,22,35 278.312.422.532 123.148.945.538 - 

Sewa pembiayaan 2l,2z 966.524.044 627.539.438 96.201.790 

Liabilitas imbalan kerja 2v,3,34 8.437.550.279 6.052.555.721 1.115.453.662 


JANGKA PANJANG 405.068.348.822 148.224.953.384 1.361.806.570 

JUMLAH LIABILITAS 496.016.726.684 206.528.064.128 9.037.316.506 




2



LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 







EKUITAS 

Ekuitas yang Dapat 

Diatribusikan kepada 

Pemilik Entitas Induk 

Modal saham - nilai nominal 

Rp 100 per saham 

Modal dasar - 5.000.000.000 

saham 

Modal ditempatkan dan disetor 

penuh - 2.410.803.600 saham 1b,24 241.080.360.000 241.080.360.000 159.400.000.000 

Selisih penilaian aset dan liabilitas 2e,2y,38 144.715.511.834 144.715.511.834 144.715.511.834 

Selisih nilai transaksi restrukturisasi 

entitas sepengendali 2d 77.622.880.357 77.622.880.357 - 

Selisih nilai transaksi perubahan 

ekuitas entitas anak 23 112.233.268 - - 

Selisih nilai transaksi restrukturisasi 

entitas sepengendali tahun 

komparatif 2b - - 159.303.240.357 

Saldo laba (defisit sebesar 

Rp 31.224.820.582 telah 

dieliminasi pada saat 

Kuasi-Reorganisasi tanggal 

31 Juli 2009) 2y,38 29.728.077.417 28.318.674.893 4.414.998.408 

Jumlah ekuitas yang dapat 

diatribusikan kepada pemilik 

entitas induk 493.259.062.876 491.737.427.084 467.833.750.599 

Kepentingan Nonpengendali 2b 144.223.430.541 112.313.332.649 19.326.631.844 

JUMLAH EKUITAS 637.482.493.417 604.050.759.733 487.160.382.443 


DAN EKUITAS 1.133.499.220.101 810.578.823.861 496.197.698.949 




3



LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN 

Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2011 

Dengan Angka Perbandingan untuk Tahun 2010 




4 

Catatan 2011 2010* 

PENDAPATAN USAHA 2r,25 79.322.317.700 16.177.782.619 

BEBAN POKOK PENDAPATAN 2r,26 (18.882.432.297) (3.386.695.289) 

LABA BRUTO 60.439.885.403 12.791.087.330 

BEBAN USAHA 

Beban penjualan 2r,27 (4.824.647.665) (728.353.802) 

Beban umum dan administrasi 2r,28 (21.008.869.644) (3.446.456.995) 

Beban usaha pemilik 2r,29 (18.272.718.818) (11.919.498.889) 

Beban penyusutan 2k,10 (9.662.578.336) (1.807.752.919) 

Jasa manajemen dan lisensi 2r,36 (4.666.125.650) (912.658.640) 

Pendapatan operasi lain 2r,30 4.088.116.734 25.193.864.570 

Beban operasi lain 2r,31 (2.875.277.329) (4.805.076.854) 

LABA USAHA 3.217.784.695 14.365.153.801 

Bagian atas laba neto entitas asosiasi 2e,9 2.537.918.341 7.488.166.621 

Laba penjualan investasi pada entitas asosiasi 2e,9 1.227.824.962 - 

Pendapatan keuangan 2r,32 2.195.826.196 193.132.414 

Biaya keuangan 2r,33 (6.961.071.339) (712.804.628) 

LABA SEBELUM MANFAAT (BEBAN) 

PAJAK PENGHASILAN 2.218.282.855 21.333.648.208 

MANFAAT (BEBAN) PAJAK PENGHASILAN 

Kini 2t,19d (1.012.827.159) (8.128.750) 

Tangguhan 2t,19d 892.476.057 30.681.406 

Manfaat (Beban) Pajak Penghasilan - Neto (120.351.102) 22.552.656 

LABA TAHUN BERJALAN 2.097.931.753 21.356.200.864 

PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN - - 

JUMLAH LABA KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN 2.097.931.753 21.356.200.864 

Jumlah laba komprehensif yang dapat diatribusikan 

kepada: 

Pemilik entitas induk 1.409.402.524 23.903.676.485 

Kepentingan nonpengendali 688.529.229 (2.547.475.621) 

JUMLAH 2.097.931.753 21.356.200.864 

LABA PER SAHAM 2x 0,58 9,92 

*) Laporan laba rugi komprehensif konsolidasian untuk 2011 termasuk laporan laba rugi komprehensif Entitas Anak (IPI) sedangkan 

untuk 2010 belum termasuk laporan laba rugi komprehensif Entitas Anak (tanpa IPI).

Saldo 1 Januari 2010 

Bagian rugi bersih TSW 

Januari - Mei 2010 

Penambahan saham baru atas 

Penggabungan Usaha 

Kepentingan nonpengendali 

dari akuisisi entitas anak 

Jumlah laba komprehensif 

tahun 2010 

Saldo 31 Desember 2010 

Catatan 

Modal 

Ditempatkan dan 

Disetor Penuh 


Selisih 

Penilaian Aset 

dan Liabilitas 



LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIAN 




Ekuitas yang Dapat Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk 

Selisih Nilai 

Transaksi 

Restrukturisasi 

Entitas 

Sepengendali 

159.400.000.000 144.715.511.834 - 

- - 843.133.707 

1b 81.680.360.000 - 76.779.746.650 

- - - 

- - - 

241.080.360.000 144.715.511.834 77.622.880.357 

Selisih Nilai 

Transaksi 

Restrukturisasi 

Entitas 

Sepengendali 

Periode 

Komparatif 

159.303.240.357 

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian yang merupakan 

bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan. 

5 

Selisih Nilai 

Transaksi 

Perubahan 

Ekuitas Entitas 

Anak 

Saldo Laba 


yang Dapat 

Diatribusikan 

kepada Pemilik 

Entitas Induk 

- 4.414.998.408 467.833.750.599 

(843.133.707 ) - - - 

(158.460.106.650 ) - - - 

- 

- 

- 

- - - 

- 23.903.676.485 23.903.676.485 

- 28.318.674.893 491.737.427.084 

Kepentingan 

Nonpengendali* 


19.326.631.844 487.160.382.443 

- - 

- - 

95.534.176.426 95.534.176.426 

(2.547.475.621 ) 21.356.200.864 

112.313.332.649 604.050.759.733 

Selisih nilai transaksi perubahan 

ekuitas entitas anak 23 -- -- - - 112.233.268 - 112.233.268 380.070 112.613.338 

Penambahan porsi pemilikan 

kepentingan nonpengendali 1d -- -- - - - - - 19.951.188.593 19.951.188.593 

Uang muka setoran modal 

kepentingan nonpengendali 

Jumlah laba komprehensif 

tahun 2011 

-- -- - - - - - 11.270.000.000 11.270.000.000 

-- -- - - - 1.409.402.524 1.409.402.524 688.529.229 2.097.931.753 

Saldo 31 Desember 2011 241.080.360.000 144.715.511.834 77.622.880.357 - 112.233.268 29.728.077.417 493.259.062.876 144.223.430.541 637.482.493.417



LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN 






6 

Catatan 2011 2010* 

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI 

Penerimaan kas dari pelanggan 77.033.052.684 15.928.423.305 

Sewa diterima di muka dan setoran jaminan 93.978.477.174 18.283.299.349 

Pembayaran kas kepada pemasok, 

karyawan dan lainnya (56.154.135.585) (38.015.541.732) 

Kas diperoleh dari operasi 114.857.394.273 (3.803.819.078) 

Penerimaan dari pendapatan bunga 2.195.826.196 193.132.414 

Pembayaran biaya keuangan (6.961.071.339) (434.843.089) 

Pembayaran pajak penghasilan (1.012.827.159) - 

Kas Neto Diperoleh dari (Digunakan untuk) 

Aktivitas Operasi 109.079.321.971 (4.045.529.753) 

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI 

Penjualan investasi jangka pendek 33.349.371.944 87.775.027.496 

Penjualan investasi pada entitas asosiasi 9 6.012.500.000 - 

Penjualan aset tetap 10 455.700.000 4.231.660.048 

Peningkatan aset tidak lancar lainnya (345.586.965.893) (41.653.275.950) 

Perolehan aset tetap 10 (28.541.280.343) (3.581.089.616) 

Penempatan investasi jangka pendek 5 (5.000.000.000) - 

Pembayaran hak sewa jangka panjang 11 (3.246.277.773) (222.353.500) 

Uang muka perolehan aset tetap 14 (3.201.276.050) (528.550.000) 

Perolehan tanah belum dikembangkan 12 (2.600.503.000) - 

Pembayaran jaminan dan aset takberwujud (2.071.993.168) (479.776.558) 

Pembayaran biaya ditangguhkan 13 (676.512.502) (8.537.609.120) 

Peningkatan penyertaan saham - (125.564.759.063) 

Kas Neto Digunakan untuk Aktivitas Investasi (351.107.236.785) (88.560.726.263) 

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN 

Penerimaan pinjaman jangka panjang 226.078.005.780 98.444.984.000 

Penjualan penyertaan saham 1d 54.000.000.000 - 

Uang muka setoran modal dari 

kepentingan nonpengendali 11.270.000.000 - 

Pembayaran pinjaman jangka panjang (65.811.288.000) - 

Pembayaran utang sewa pembiayaan (833.380.948) (68.892.000) 

Penerimaan dari pihak berelasi - 15.330.549.421 

Kas Neto Diperoleh dari Aktivitas Pendanaan 224.703.336.832 113.706.641.421 

*) Laporan arus kas konsolidasian untuk 2011 termasuk laporan arus kas Entitas Anak (dengan IPI) sedangkan untuk 2010 belum 

termasuk laporan arus kas Entitas Anak (tanpa IPI).



LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN (lanjutan) 






7 

Catatan 2011 2010* 

KENAIKAN (PENURUNAN) NETO 

KAS DAN SETARA KAS (17.324.577.982) 21.100.385.405 

KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN 95.113.356.789 6.943.751.849 

DAMPAK NETO PERUBAHAN NILAI 

TUKAR ATAS KAS DAN SETARA KAS 39.650.435 (390.664.779) 

SALDO ENTITAS ANAK YANG 

DIKONSOLIDASIKAN 1d - 67.459.884.314 

KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN 4 77.828.429.242 95.113.356.789 

Aktivitas yang tidak mempengaruhi arus kas: 

Reklasifikasi aset tidak lancar lainnya 

ke aset tetap 10 110.855.246.946 2.847.954.800 

Penambahan aset tidak lancar lainnya melalui 

utang lain-lain 18 29.667.251.482 21.923.360.618 

Reklasifikasi uang muka perolehan aset tetap 

ke piutang lain-lain 14 1.400.000.000 - 

Perolehan aset tetap melalui 

sewa pembiayaan 10 1.482.950.000 - 

Penambahan modal saham melalui 

penggabungan usaha 24 - 81.680.360.000 

Peningkatan modal disetor Entitas Anak melalui 

hak sewa tanah jangka panjang 11 - 40.810.000.000 

Penambahan aset tetap melalui 

utang lain-lain 18 - 4.203.984.267 

*) Laporan arus kas konsolidasian untuk 2011 termasuk laporan arus kas Entitas Anak (dengan IPI) sedangkan untuk 2010 belum 

termasuk laporan arus kas Entitas Anak (tanpa IPI).

1. UMUM 

a. Pendirian Perusahaan 



CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 




PT Indonesian Paradise Property Tbk (Perusahaan) didirikan dengan nama PT Penta Karsa 

Lubrindo berdasarkan Akta No. 96 tanggal 14 Juni 1996 dan diubah dengan Akta No. 42 tanggal 

8 Januari 1997, keduanya dibuat di hadapan Buntario Tigris Darmawa, NG, SH, CN, pengganti dari 

Rachmat Santoso, SH, Notaris di Jakarta. Akta pendirian Perusahaan telah mendapat pengesahan 

dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-1030 HT.01.01.TH.97 

tanggal 12 Februari 1997 dan telah didaftarkan dalam daftar Perusahaan di kantor Pendaftaran 

Perusahaan Kotamadya Jakarta Utara No.413/BH.09.01/IX/97 tanggal 9 September 1997, serta 

telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 21 tanggal 12 Maret 2002 

Tambahan No. 2574. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, 

terakhir dengan Akta No. 271 tanggal 24 Juni 2011 yang dibuat di hadapan Dr. Irawan 

Soerodjo, SH, MSi, Notaris di Jakarta, mengenai perubahan maksud dan tujuan serta kegiatan 

usaha Perusahaan. Perubahan anggaran dasar ini telah mendapat persetujuan dari 

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan 

No. AHU-41199.AH.01.02.Tahun 2011 tanggal 15 Agustus 2011. 

Sesuai dengan Pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah 

dalam bidang penyediaan akomodasi (hotel) dan melakukan penyertaan dalam bentuk saham pada 

entitas lain. 

Kantor pusat Perusahaan berkedudukan di Jalan Tebet Timur Raya No. 10C, Jakarta 12820. 

Perusahaan memiliki hotel dengan nama Hotel HARRIS yang memiliki 66 kamar dan beralamat di 

Jalan Dewi Sartika, Tuban, Bali dengan Surat Tanda Izin Usaha Hotel No. 556.2/649/DIPARDA 

tanggal 7 Oktober 2002, yang terakhir diperpanjang dengan No. 556.2/024/DIPARDA tanggal 

15 Januari 2008 dari Kantor Pariwisata Pemerintah Kabupaten Badung, Bali berlaku sampai 

dengan tanggal 15 Januari 2013. 

Perusahaan memulai kegiatan operasionalnya pada bulan Oktober 2002. 

b. Penggabungan Usaha dengan PT Tirta Saga Wangi dan Entitas Anak 

Berdasarkan Rancangan Penggabungan Usaha PT Indonesian Paradise Property (INPP) dan 

PT Tirta Saga Wangi (TSW), pada tanggal 5 April 2010 telah ditandatangani Kesepakatan Awal 

untuk mengintegrasikan kegiatan usaha kedua perusahaan tersebut dengan cara penggabungan 

usaha. Dalam penggabungan ini INPP bertindak selaku “Perusahaan Yang Menerima 

Penggabungan” dan TSW sebagai “Perusahaan Yang Akan Bergabung”. 

Sehubungan dengan telah diterimanya Surat Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik 

Indonesia No. AHU-AH.01.10-13057.Tahun 2010 tanggal 27 Mei 2010, penggabungan usaha 

menjadi efektif pada tanggal 1 Juni 2010. Penggabungan usaha ini dinyatakan efektif oleh 

Bapepam-LK melalui surat No. S-4500/BL/2010 tanggal 20 Mei 2010. 

Tanggal efektif penggabungan usaha dengan TSW ditetapkan pada tanggal 1 Juni 2010 

berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 

25 Mei 2010, yang dinyatakan dalam Akta Notaris Robert Purba, SH No. 75 tanggal yang sama. 

Selain menetapkan tanggal penggabungan usaha, akta ini juga menyetujui perubahan anggaran 

dasar INPP mengenai perubahan modal ditempatkan dan disetor penuh sehubungan dengan 

penggabungan usaha dari semula Rp 159.400.000.000 (terdiri dari 1.594.000.000 saham) menjadi 

Rp 241.080.360.000 (terdiri dari 2.410.803.600 saham). 

8

1. UMUM (lanjutan) 







b. Penggabungan Usaha dengan PT Tirta Saga Wangi dan Entitas Anak (lanjutan) 

Sejak tanggal penggabungan usaha, seluruh hubungan hukum antara eks pelanggan/relasi bisnis 

dengan eks TSW telah beralih dan diteruskan oleh INPP. 

Susunan pemegang saham sebelum dan pada tanggal penggabungan usaha adalah sebagai 

berikut: 

Pemegang saham INPP Pemegang saham TSW Pemegang saham INPP 

sebelum penggabungan sebelum penggabungan pada tanggal 

usaha usaha penggabungan usaha 

Jumlah saham Jumlah saham Jumlah saham 

ditempatkan dan ditempatkan dan setelah 

Pemegang saham disetor penuh % disetor penuh % konversi Jumlah saham % 

Anemone Continental 

S.A. BVI 949.000.000 59,54% - - - 949.000.000 39,36% 

CB London S/A BSI SA 223.000.000 13,99% - - - 223.000.000 9,25% 

PT Grahatama Kreasibaru 129.861.000 8,15% 173.785.500 99,99% 816.791.850 946.652.850 39,27% 

Yayasan Bunga Kasih 50.000.000 3,14% 2.500 0,01% 11.750 50.011.750 2,07% 


(Presiden Direktur) 10.000.000 0,63% - - - 10.000.000 0,41% 

Patrick Santosa 

Rendradjaja (Direktur) 5.000.000 0,31% - - - 5.000.000 0,21% 

Diana Solaiman (Direktur) 3.500.000 0,22% - - - 3.500.000 0,15% 


(Komisaris) 1.000.000 0,06% - - - 1.000.000 0,04% 

Lain-lain 222.639.000 13,96% - - - 222.639.000 9,24% 

Jumlah 1.594.000.000 100% 173.788.000 100% 816.803.600 2.410.803.600 100% 

Berdasarkan laporan penilaian No. Y&R/BV/10/046 tanggal 12 Mei 2010 dan 

No. Y&R/BV/10/029.2R tanggal 3 Mei 2010 dari KJPP Yanuar Bey & Rekan, penilai independen, 

untuk keperluan konversi saham, manajemen menetapkan nilai pasar wajar per saham IPP dan 

TSW masing-masing adalah sebesar Rp 159 (nilai penuh) dan Rp 745 (nilai penuh) per saham. 

Berdasarkan penilaian tersebut, maka setiap 1 pemegang saham TSW akan mendapatkan 

4,7 saham yang diterbitkan oleh INPP dengan nilai nominal Rp 100 (nilai penuh) per saham. 

Penilaian tersebut merupakan nilai intrinsik wajar dari masing-masing perusahaan dan juga 

memberikan premium di atas harga perdagangan historis. 

Untuk perhitungan penambahan nilai modal saham INPP, manajemen menggunakan harga pasar 

saham INPP pada saat penggabungan usaha terjadi. Dengan demikian terdapat penambahan nilai 

modal saham sebesar Rp 81.680.360.000. 

Pada tanggal efektif penggabungan usaha, INPP dan TSW berada dalam pengendalian entitas 

yang sama, yaitu PT Grahatama Kreasibaru (GK). Oleh karena itu, penggabungan usaha dilakukan 

dengan menggunakan metode penyatuan kepemilikan. Berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku 

umum di Indonesia, selisih antara nilai pengalihan dengan nilai buku pada transaksi restrukturisasi 

antar entitas sepengendali dibukukan sebagai “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas 

Sepengendali” pada unsur Ekuitas. 

9








c. Pencatatan sebagai Perusahaan Publik dan Penambahan Modal Saham 

Pada tanggal 21 September 2004, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan 

Pengawas Pasar Modal (Bapepam) berdasarkan Surat No. S-2970/PM/2004 dalam rangka 

pendaftaran sebagai Perusahaan Publik. Selanjutnya saham-saham Perusahaan dicatatkan pada 

Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Surabaya) pada tanggal 1 Desember 2004. 

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perusahaan pada tanggal 26 Mei 2005, 

para pemegang saham Perusahaan menyetujui untuk melakukan Penambahan Modal Tanpa Hak 

Memesan Efek Terlebih Dahulu (sesuai dengan Peraturan BAPEPAM No. IX.D.4) sejumlah 

75.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham yang diambil bagian oleh Premiere 

Estates Limited. Penambahan saham tersebut telah disetujui oleh Direksi Bursa Efek Surabaya 

melalui surat No. JKT-027/LIST-EMITEN/BES/VII/2006 tanggal 13 Juli 2005. 

d. Struktur Entitas Anak 

Perusahaan mempunyai bagian kepemilikan, baik langsung maupun tidak langsung, sama dengan 

atau lebih dari 50% saham Entitas Anak sebagai berikut: 

10 

Jumlah Aset (Sebelum Eliminasi) 

Persentase Kepemilikan (dalam Ribuan Rupiah) 

Kegiatan Tahun 1 Januari 2010/ 1 Januari 2010/ 

Usaha Operasi 31 Desember 31 Desember 31 Desember 31 Desember 31 Desember 31 Desember 

Entitas Anak Domisili Utama Komersial 2011 2010 2009 2011 2010 2009 

Pemilikan langsung: 

PT Karsa Citra Unggul dan 

Entitas Anak (KCU)* Jakarta Hotel - 99,98% 99,98% 99,98% 46.195.331 29.035.585 28.521.225 


(RIN)* Batam Hotel - 99,90% 99,90% 99,90% 103.205.197 33.501.533 29.403.231 


dan Entitas Anak Properti 

(MBS)* Jakarta dan Hotel - 99,66% 99,66% 99,66% 52.569.603 40.360.078 38.348.877 

PT Langgeng Cipta Perdagangan 

Karya (LCK)* Jakarta dan 2008 70,00% 70,00% 70,00% 9.728.523 10.038.239 10.097.714 

Pembangunan 

PT Dinamika Putra 

Perkasa dan Perdagangan 

Entitas Anak (DPP)* Jakarta Umum - 60,00% 60,00% 60,00% 72.239.293 23.481.281 602.063 

PT Indonesian Hotel 

Paradise dan Tidak 

Island (IPI)** Jakarta Peembangunanl 2004 55,00% 65,00% 48,75% 464.658.597 256.306.762 dikonsolidasi 

PT Saranausaha Perdagangan 

Jaya (SUJ)* Jakarta dan - 55,00% 55,00% 55,00% 4.631.702 5.118.150 5.741.215 

Pembangunan 

PT Aneka Bina Laras 

dan Entitas Anak 

(ABL)* Jakarta Hotel 2011 51,00% 51,00% - 73.646.489 61.238.440 - 

PT Eka Ilalang 

Suryadinamika 

(EIS)* Jakarta Hotel - 51,00% 51,00% 51,00% 25.115.174 27.462.524 25.079.660 

Pemilikan tidak 

langsung: 

Melalui KCU: 

PT Segara Biru 

Kencana (SBK)* Jakarta Hotel - 99,99% 99,99% - 2.261.961 92.253 - 

PT Kega Property 

Utama (KPU)* Jakarta Hotel - 92,73% 92,73% 92,73% 27.817.072 11.382.096 10.805.710 

Melalui MBS: 

PT Grahatama Indah Properti dan 

Lestari (GIL)* Jakarta Pembangunan - 99,99% 99,99% 99,99% 14.177.696 11.696.859 8.800.268 

PT Cakra Guna 

Dharma Eka(CGDE)* Jakarta Pembangunan - 88,65% 88,65% 88,65% 10.188.237 6.720.649 6.543.018 

Melalui ABL: 


(PS)* Jakarta Hotel - 99,99% 99,99% - 5.400.263 99.455 - 

Melalui DPP: 


(MT)* Jakarta Hotel - 51,00% 51,00% - 70.941.403 22.356.298 - 

* Entitas Anak yang diaudit oleh auditor independen lain. 

** Laporan keuangan dikonsolidasikan sejak tanggal 23 Desember 2010, sebelumnya disajikan dengan metode ekuitas.








d. Struktur Entitas Anak (lanjutan) 

MBS, KCU, DPP, RIN, EIS, LCK, SJ dan ABL 

Pada tanggal 1 Juni 2010, PT Tirta Saga Wangi (TSW), pemegang saham mayoritas MBS, KCU, 

DPP, RIN, EIS, LCK, SJ dan ABL, telah efektif melakukan penggabungan usaha dengan 

Perusahaan sebagaimana dijelaskan pada Catatan 1b. Sehingga sejak tanggal tersebut, MBS, 

KCU, DPP, RIN, EIS, LCK, SJ dan ABL adalah Entitas Anak dari Perusahaan. Jumlah aset dan 

liabilitas Entitas Anak tersebut pada saat penggabungan usaha adalah sebagai berikut: 

11 

1 Juni 2010 

Aset lancar 73.459.160.384 

Aset tidak lancar 116.904.157.605 

Jumlah liabilitas 7.943.014.968 

IPI 

Pada tanggal 23 Desember 2010, Perusahaan meningkatkan kepemilikannya pada IPI sebesar 

16,25% menjadi 65% melalui pembelian saham dari Dana Pensiun Bank Indonesia dengan biaya 

perolehan Rp 87.750.000.000 (Catatan 9). Pembelian saham ini telah dinyatakan dalam Akta Jual 

Beli Saham No. 243 tanggal 23 Desember 2010 yang dibuat di hadapan Humberg Lie, SH, SE, 

MKn, Notaris di Jakarta. Selanjutnya sejak tanggal 23 Desember 2010, Perusahaan memutuskan 

untuk mengkonsolidasikan laporan keuangan IPI pada Perusahaan. Selisih nilai akuisisi dan nilai 

wajar dari kuasi-reorganisasi dengan nilai buku saham telah diidentifikasikan pada aset Entitas 

Anak yang dikonsolidasi sejumlah Rp 239.383.865.993, dan dibukukan pada aset yang 

teridentifikasi (lihat Catatan 10). 

Pada tanggal 23 Desember 2010, Perusahaan menandatangani perjanjian pengikatan jual beli 

saham dengan PT Bimantara Citra (Bimantara) untuk penjualan 10% kepemilikan saham IPI milik 

Perusahaan kepada Bimantara sebanyak 24.466.667 saham dengan harga Rp 54 miliar. 

Sehubungan dengan telah dipenuhinya persyaratan untuk penyelesaian jual - beli saham antara 

Perusahaan dan Bimantara, selanjutnya Perusahaan dan Bimantara menandatangani Akta Jual Beli 

Saham No. 001 tanggal 13 Juni 2011 yang dibuat di hadapan Eria Heryanti Poerwandini, SH, 

Notaris di Jakarta, dimana Perusahaan menyetujui untuk menjual dan menyerahkan saham yang 

dimilikinya sejumlah 24.466.667 saham IPI kepada Bimantara dengan harga jual sebesar 

Rp 54 miliar.








e. Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan 

Berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 25 Mei 2010 yang 

dinyatakan dalam Akta Notaris Robert Purba, SH No. 75, pada tanggal yang sama, susunan Dewan 

Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah sebagai 

berikut: 


Presiden Komisaris : Todo Sihombing 

Wakil Presiden Komisaris : Amelia Gozali 


Direksi: 


Direktur Independen : Edhie Bambang Siswoko 



Berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 30 Juni 2009 yang 

dinyatakan dalam Akta Notaris Robert Purba, SH No. 178, pada tanggal yang sama, susunan 

Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 1 Januari 2010/31 Desember 2009 adalah 

sebagai berikut: 


Presiden Komisaris : Todo Sihombing 

Wakil Presiden Komisaris : Fransiscus Xaverius Boyke Gozali 


Direksi: 




Corporate Secretary Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan 1 Januari 2010/ 

31 Desember 2009 berdasarkan surat penunjukkan dari Direksi Perusahaan pada tanggal 21 Juli 

2004 adalah Ninawati. 

Gaji dan kompensasi kesejahteraan lainnya yang diperoleh Dewan Komisaris Perusahaan adalah 

masing-masing sebesar Rp 144.000.000 dan Rp 217.400.000 untuk tahun 2011 dan 2010, dan 

Direksi Perusahaan adalah masing-masing sebesar Rp 60.000.000 untuk tahun 2011 dan 2010. 

Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, Perusahaan 

memiliki masing-masing sejumlah 76, 86 dan 75 karyawan (tidak diaudit). 

12







2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING 

a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian 

Pernyataan Kepatuhan 

Laporan keuangan konsolidasian telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di 

Indonesia (“SAK”), yang mencakup Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (“PSAK”) dan 

Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (“ISAK”) yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi 

Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, dan Peraturan-Peraturan serta Pedoman Penyajian dan 

Pengungkapan Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh BAPEPAM-LK. Seperti diungkapkan 

dalam Catatan-catatan terkait di bawah ini, beberapa standar akuntansi yang telah direvisi dan 

diterbitkan, diterapkan efektif tanggal 1 Januari 2011. 

Laporan keuangan konsolidasian disusun sesuai dengan PSAK 1 (Revisi 2009), “Penyajian 

Laporan Keuangan” yang diterapkan pada tanggal 1 Januari 2011. 

PSAK 1 (Revisi 2009) mengatur penyajian laporan keuangan, yaitu antara lain, tujuan pelaporan, 

komponen laporan keuangan, penyajian secara wajar, materialitas dan agregasi, saling hapus, 

perbedaan antara aset lancar dan tidak lancar dan liabilitas jangka pendek dan jangka panjang, 

informasi komparatif, konsistensi penyajian dan memperkenalkan pengungkapan baru, antara lain, 

sumber estimasi ketidakpastian dan pertimbangan, pengelolaan permodalan, pendapatan 

komprehensif lainnya, penyimpangan dari standar akuntansi keuangan dan pernyataan kepatuhan. 

Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian adalah 

selaras dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan 

konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, kecuali bagi penerapan 

beberapa SAK yang telah direvisi efektif sejak tanggal 1 Januari 2011 seperti yang diungkapkan 

pada Catatan ini. 

Laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan konsep akrual, kecuali laporan arus kas 

konsolidasian, dengan menggunakan konsep biaya historis, kecuali seperti yang disebutkan dalam 

Catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang relevan. 

Laporan arus kas konsolidasian menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas dan bank yang 

diklasifikasikan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi 

disusun dengan menggunakan metode langsung. 

Mata uang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian adalah Rupiah, yang 

merupakan mata uang fungsional Perusahaan dan Entitas Anak. 

Standar yang Berlaku Efektif pada Tahun Berjalan 

Berikut standar baru, perubahan atas standar dan interpretasi standar yang wajib diterapkan 

pertama kali oleh Perusahaan dan Entitas Anak untuk tahun buku yang dimulai 1 Januari 2011: 

- PSAK 1 (Revisi 2009) : Penyajian Laporan Keuangan. 

- PSAK 2 (Revisi 2009) : Laporan Arus Kas. 

- PSAK 3 (Revisi 2010) : Laporan Keuangan Interim. 

- PSAK 4 (Revisi 2009) : Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri. 

- PSAK 5 (Revisi 2009) : Segmen Operasi. 

- PSAK 7 (Revisi 2010) : Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi. 

- PSAK 8 (Revisi 2010) : Peristiwa Setelah Periode Pelaporan. 

- PSAK 12 (Revisi 2009) : Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama. 

13







2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) 

a. Dasar Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasian (lanjutan) 

Standar yang Berlaku Efektif pada Tahun Berjalan (lanjutan) 



(lanjutan) 

- PSAK 15 (Revisi 2009) : Investasi pada Entitas Asosiasi. 

- PSAK 19 (Revisi 2010) : Aset Takberwujud. 

- PSAK 22 (Revisi 2009) : Kombinasi Bisnis. 

- PSAK 23 (Revisi 2010) : Pendapatan. 

- PSAK 25 (Revisi 2009) : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan. 

- PSAK 48 (Revisi 2009) : Penurunan Nilai Aset. 

- PSAK 57 (Revisi 2009) : Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi. 

- PSAK 58 (Revisi 2009) : Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang 

Dihentikan. 

- ISAK 7 (Revisi 2009) : Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus. 

- ISAK 9 : Perubahan atas Liabilitas Purna Operasi, Restorasi dan Liabilitas Serupa. 

- ISAK 10 : Program Loyalitas Pelanggan. 

- ISAK 11 : Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik. 

- ISAK 12 : Pengendalian Bersama Entitas : Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer. 

- ISAK 14 : Aset Takberwujud - Biaya Situs Web. 

- ISAK 17 : Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai. 

Penerapan standar akuntansi di atas yang relevan terhadap Perusahaan dan Entitas Anak adalah 


1. Penyajian Laporan Keuangan 

Perubahan signifikan yang ditimbulkan standar akuntansi tersebut terhadap Perusahaan dan 

Entitas Anak adalah sebagai berikut: 

- Laporan posisi keuangan konsolidasian dan laporan laba rugi komprehensif konsolidasian, 

saat ini digunakan untuk menggantikan neraca konsolidasian dan laporan laba rugi 

konsolidasian. Laporan posisi keuangan konsolidasian yang menunjukkan saldo awal pada 

awal periode komparatif perlu disajikan dalam hal terjadi reklasifikasi atau penyajian 

kembali pos-pos laporan keuangan, atau entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi 

secara retrospektif. 

- Perubahan istilah “Hak Minoritas” menjadi “Kepentingan Nonpengendali” dan disajikan 

sebagai bagian dari ekuitas. Sebelumnya, hak minoritas disajikan terpisah di antara bagian 

liabilitas dan ekuitas. 

- Tambahan pengungkapan yang diperlukan, contohnya pengelolaan permodalan dan 

pernyataan kepatuhan terhadap standar akuntansi. 

Entitas dapat memilih untuk menyajikan satu laporan kinerja (laporan laba rugi komprehensif 

konsolidasian) atau dua laporan (laporan laba rugi konsolidasian dan laporan laba rugi 

komprehensif konsolidasian). Perusahaan dan Entitas Anak memilih untuk menyajikan dalam 

bentuk satu laporan. Laporan keuangan telah disusun menggunakan pengungkapan yang 

disyaratkan. 

14











sebagai berikut: (lanjutan) 

1. Penyajian Laporan Keuangan (lanjutan) 

Informasi komparatif telah disajikan kembali untuk menyesuaikan dengan standar tersebut 

(lihat Catatan 42). Perubahan ini tidak berdampak pada laba per saham karena hanya 

merupakan perubahan pada pengungkapan dan penyajian laporan keuangan konsolidasian. 

2. Penyajian Laporan Keuangan Interim 

Standar mengharuskan laporan keuangan interim konsolidasian berisikan laporan laba rugi 

komprehensif konsolidasian untuk periode interim yang dilaporkan dan secara kumulatif untuk 

tahun buku berjalan dalam bentuk satu laporan atau dua laporan. Informasi komparatif untuk 

laba rugi komprehensif konsolidasian harus disajikan untuk perbandingan periode interim, 

namun informasi komparatif satu tahun untuk tahun buku terakhir tidak disyaratkan. 

3. Penyajian Investasi pada Entitas Anak 

PSAK 4 (Revisi 2009), “Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri” 

diterapkan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasian untuk satu 

kelompok entitas yang berada dalam pengendalian suatu entitas induk dan dalam akuntansi 

untuk investasi pada entitas anak, pengendalian bersama entitas dan entitas asosiasi bila 

laporan keuangan tersendiri disajikan sebagai informasi tambahan. 

Jika entitas induk menyusun laporan keuangan tersendiri sebagai informasi tambahan, maka 

entitas induk tersebut mencatat investasi pada entitas anak, pengendalian bersama entitas dan 

entitas asosiasi pada (a) biaya perolehan atau (b) sesuai PSAK 55 (Revisi 2006), “Instrumen 

Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”. 

4. Akuntansi Kombinasi Bisnis 

PSAK 22 (Revisi 2010), “Kombinasi Bisnis” diimplementasikan secara prospektif untuk 

kombinasi bisnis pada dan setelah tanggal 1 Januari 2011 dan tidak diperlukan penyesuaian 

atas aset dan liabilitas dari kombinasi bisnis yang ada sebelum tanggal 1 Januari 2011. 

Sampai dengan 31 Desember 2010, goodwill diamortisasi selama 4 sampai 20 tahun dengan 

menggunakan metode garis lurus, dan diuji kembali untuk indikasi penurunan nilai pada setiap 

akhir periode pelaporan. Sesuai dengan PSAK 22 yang direvisi ini, goodwill yang timbul dari 

akuisisi entitas anak diklasifikasikan sebagai aset takberwujud. Perusahaan dan Entitas Anak 

menghentikan amortisasi goodwill sejak 1 Januari 2011. Goodwill diuji setiap tahun untuk 

penurunan nilai atau bila terindikasi ada penurunan nilai. Akumulasi amortisasi pada tanggal 

31 Desember 2010 telah dieliminasi pada harga perolehan goodwill. Nilai tercatat goodwill 

negatif dihentikan pengakuannya dengan melakukan penyesuaian terhadap saldo laba pada 

tanggal 1 Januari 2011 (lihat Catatan 15 dan 23). 

15











sebagai berikut: (lanjutan) 

4. Akuntansi Kombinasi Bisnis (lanjutan) 

Sejak 1 Januari 2011, kombinasi bisnis dicatat dengan menggunakan metode akuisisi. Biaya 

perolehan suatu akuisisi diukur berdasarkan jumlah agregat imbalan yang dialihkan, diukur 

pada nilai wajar pada tanggal akuisisi dan jumlah dari kepentingan nonpengendali dari pihak 

yang diakuisisi. Pada setiap kombinasi bisnis, pihak pengakuisisi mengakui kepentingan 

nonpengendali dari pihak yang diakuisisi, baik pada nilai wajar atau pada proporsi kepemilikan 

kepentingan nonpengendali atas aset bersih yang teridentifikasi dari pihak yang diakuisisi. 

Biaya akuisisi dibebankan pada saat terjadinya. 

Pada saat akuisisi suatu bisinis, Perusahaan dan Entitas Anak mengklasifikasikan dan 

menentukan aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih berdasarkan pada 

persyaratan kontraktual, kondisi ekonomi, kebijakan operasi atau akuntansi dan kondisi terkait 

lain yang ada pada tanggal akuisisi. 

Pada saat pengukuran awal, goodwill diukur berdasarkan selisih laba atas nilai agregat dari 

imbalan yang dialihkan dan jumlah setiap kepentingan nonpengendali dengan selisih jumlah 

aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabillitas yang diambil alih. Jika nilai agregat dari 

perhitungan tersebut lebih rendah dari nilai wajar aset bersih entitas anak yang diakuisisi, maka 

selisih tersebut diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian. 

5. Penyajian Segmen Operasi 

PSAK 5 (Revisi 2009), “Segmen Operasi” mengatur pengungkapan yang memungkinkan 

pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari aktivitas 

bisnis yang mana entitas terlibat dan lingkungan ekonomi dimana entitas beroperasi. 

Segmen adalah bagian khusus dari Perusahaan dan Entitas Anak yang terlibat baik dalam 

menyediakan produk dan jasa (segmen usaha), maupun dalam menyediakan produk dan jasa 

dalam lingkungan ekonomi tertentu (segmen geografis), yang memiliki risiko dan imbalan yang 

berbeda dari segmen lainnya. 

Jumlah setiap unsur segmen dilaporkan merupakan ukuran yang dilaporkan kepada pengambil 

keputusan operasional untuk tujuan pengambilan keputusan untuk mengalokasikan sumber 

daya kepada segmen dan menilai kinerjanya. 

Pendapatan, beban, hasil, aset dan liabilitas segmen termasuk hal-hal yang dapat diatribusikan 

langsung kepada suatu segmen serta hal-hal yang dapat dialokasikan dengan dasar yang 

sesuai kepada segmen tersebut. 

Sesuai dengan standar tersebut, Perusahaan dan Entitas Anak menentukan dan menyajikan 

segmen operasi berdasarkan informasi yang secara internal diberikan kepada pengambil 

keputusan operasional. 

16









Pernyataan yang Telah Dikeluarkan tapi Belum Berlaku Efektif 



- PSAK 10 (Revisi 2010) : Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing. 

- PSAK 13 (Revisi 2011) : Properti Investasi. 

- PSAK 16 (Revisi 2011) : Aset Tetap. 

- PSAK 18 (Revisi 2010) : Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya. 

- PSAK 24 (Revisi 2010) : Imbalan Kerja. 

- PSAK 26 (Revisi 2011) : Biaya Pinjaman. 

- PSAK 28 (Revisi 2010) : Akuntansi untuk Asuransi Kerugian. 

- PSAK 30 (Revisi 2011) : Akuntansi Guna Usaha. 

- PSAK 33 (Revisi 2011) : Aktivitas Pengupasan Lapisan Tanah dan Pengelolaan Lingkungan. 

- PSAK 34 (Revisi 2010) : Kontrak Konstruksi. 

- PSAK 36 (Revisi 2010) : Akuntansi untuk Asuransi Jiwa. 

- PSAK 45 (Revisi 2011) : Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba. 

- PSAK 46 (Revisi 2010) : Pajak Penghasilan. 

- PSAK 50 (Revisi 2010) : Instrumen Keuangan: Penyajian. 

- PSAK 53 (Revisi 2010) : Pembayaran Berbasis Saham. 

- PSAK 56 (Revisi 2010) : Laba per Saham. 

- PSAK 60 : Instrumen Keuangan: Pengungkapan. 

- PSAK 61 : Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah. 

- PSAK 62 : Kontrak Asuransi. 

- PSAK 63 : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi. 

- PSAK 64 : Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan Sumber Daya Mineral. 

- ISAK 13 : Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri. 

- ISAK 15: PSAK 24 - Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan 

Interaksinya. 

- ISAK 16 : Perjanjian Konsesi Jasa. 

- ISAK 18 : Bantuan Pemerintah - Tidak Berelasi Spesifik dengan Aktivitas Operasi. 

- ISAK 19 : Aplikasi Pendekatan Penyajian Kembali pada PSAK 63 Pelaporan Keuangan dalam 

Ekonomi Hiperinflasi. 

- ISAK 20 : Pajak Penghasilan - Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang 

Saham 

- ISAK 22 : Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan. 

- ISAK 23 : Sewa Operasi. 

- ISAK 24 : Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk Legal Sewa. 

- ISAK 25 : Hak Atas Tanah. 

- ISAK 26 : Penilaian Ulang Derivatif Melekat. 

Perusahaan dan Entitas Anak sedang mengevaluasi dampak dari Standar Akuntansi yang direvisi 

tersebut dan belum menentukan dampaknya terhadap laporan keuangan konsolidasian. 

17









Pencabutan Standar Akuntansi 

Pencabutan atas standar akuntansi dan interpretasinya berikut ini yang penerapannya disyaratkan 

untuk tahun buku yang dimulai 1 Januari 2011, namun tidak relevan atau tidak berdampak material 

terhadap Perusahaan dan Entitas Anak: 

- PSAK 6 : Akuntansi dan Pelaporan untuk Entitas Tahap Pengembangan. 

- PSAK 21 : Akuntansi Ekuitas (PPSAK 6). 

- PSAK 40 : Akuntansi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi (pencabutan 

melalui PSAK 15 Revisi 2009). 

- ISAK 1 : Penentuan Harga Pasar Dividen (PPSAK 6). 

- ISAK 2 : Penyajian Modal dalam Neraca dan Piutang kepada Pemesan Saham (PPSAK 6). 

- ISAK 3 : Akuntansi atas Pemberian Sumbangan atau Bantuan. 

Perusahaan dan Entitas Anak sedang mengevaluasi dampak yang mungkin ditimbulkan oleh 

pencabutan standar dan interpretasi standar berikut yang penerapannya disyaratkan untuk tahun 

buku yang dimulai 1 Januari 2012: 

- PSAK 11 : Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing (pencabutan melalui PSAK 

10 R). 

- PSAK 27 : Akuntansi Koperasi. 

- PSAK 29 : Akuntansi Minyak dan Gas Bumi. 

- PSAK 39 : Akuntansi Kerja Sama Operasi. 

- PSAK 44 : Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estate. 

- PSAK 52 : Mata Uang Pelaporan (pencabutan melalui PSAK 10 R). 

- ISAK 4 : Alternatif Perlakuan yang Diizinkan atas Selisih Kurs (pencabutan melalui PSAK 10 R). 

Perusahaan dan Entitas Anak sedang mengevaluasi dampak yang mungkin ditimbulkan oleh 

pencabutan PSAK 51: Akuntansi Kuasi-Reorganisasi (PPSAK 10) yang penerapannya disyaratkan 

untuk tahun buku yang dimulai 1 Januari 2013. 

b. Prinsip-prinsip Konsolidasi 

Sejak Tanggal 1 Januari 2011 

Efektif 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan secara retrospektif PSAK 4 

(Revisi 2009), “Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri”, kecuali 

beberapa hal berikut yang diterapkan secara prospektif sesuai dengan ketentuan transisi atas 

PSAK yang direvisi tersebut: (i) rugi entitas anak yang menyebabkan saldo defisit bagi kepentingan 

nonpengendali (“KNP”); (ii) kehilangan pengendalian pada entitas anak; (iii) perubahan kepemilikan 

pada entitas anak yang tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian; (iv) hak suara potensial 

dalam menilai keberadaan pengendalian; dan (v) konsolidasi atas entitas anak yang memiliki 

pembatasan jangka panjang. 

PSAK 4 (Revisi 2009) mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasian untuk 

sekelompok entitas yang berada dalam pengendalian suatu entitas induk, dan akuntansi untuk 

investasi pada entitas-entitas anak, pengendalian bersama entitas, dan entitas asosiasi ketika 

laporan keuangan tersendiri disajikan sebagai informasi tambahan. 

18








b. Prinsip-prinsip Konsolidasi (lanjutan) 

Sejak Tanggal 1 Januari 2011 (lanjutan) 

Seperti diuraikan pada bagian ini, penerapan PSAK 4 (Revisi 2009) tersebut memberikan pengaruh 

yang signifikan terhadap pelaporan keuangan, termasuk pengungkapan terkait, dalam laporan 

keuangan konsolidasian. 

Laporan keuangan konsolidasian meliputi laporan keuangan Perusahaan dan Entitas-entitas anak 

seperti yang disebutkan pada Catatan 1d yang dimiliki Perusahaan (secara langsung atau tidak 

langsung) dengan kepemilikan saham lebih dari 50%. 

Seluruh transaksi dan saldo akun antar perusahaan yang signifikan, termasuk keuntungan atau 

kerugian yang belum direalisasi, jika ada, dieliminasi untuk mencerminkan posisi keuangan dan 

hasil operasi Perusahaan dan Entitas Anak sebagai satu kesatuan usaha. 

Entitas-entitas anak dikonsolidasi secara penuh sejak tanggal akuisisi, yaitu tanggal Perusahaan 

dan Entitas Anak memperoleh pengendalian, sampai dengan tanggal entitas induk kehilangan 

pengendalian. Pengendalian dianggap ada ketika Perusahaan memiliki secara langsung atau tidak 

langsung melalui entitas-entitas anak, lebih dari setengah hak suara entitas. 

Rugi entitas anak yang tidak dimiliki secara penuh diatribusikan pada KNP bahkan jika hal ini 

mengakibatkan KNP mempunyai saldo defisit. 

Jika kehilangan pengendalian atas suatu entitas anak, maka Perusahaan dan Entitas Anak: 

- menghentikan pengakuan aset (termasuk setiap goodwill) dan liabilitas entitas anak; 

- menghentikan pengakuan jumlah tercatat setiap KNP; 

- menghentikan pengakuan akumulasi selisih penjabaran, yang dicatat di ekuitas, bila ada; 

- mengakui nilai wajar pembayaran yang diterima; 

- mengakui setiap sisa investasi pada nilai wajarnya; 

- mengakui setiap perbedaan yang dihasilkan sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan 

laba rugi komprehensif konsolidasian; dan 

- mereklasifikasi bagian induk atas komponen yang sebelumnya diakui sebagai pendapatan 

komprehensif ke laporan laba rugi komprehensif konsolidasian, atau mengalihkan secara 

langsung ke saldo laba. 

KNP mencerminkan bagian atas laba atau rugi dan aset neto dari entitas-entitas anak yang tidak 

dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung oleh Perusahaan, yang masingmasing 

disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian dan dalam ekuitas pada 

laporan posisi keuangan konsolidasian, terpisah dari bagian yang dapat diatribusikan kepada 

pemilik entitas induk. 

Sebelum Tanggal 1 Januari 2011 

Proporsi bagian kepemilikan pemegang saham minoritas atas aset neto dan laba atau rugi neto 

entitas anak konsolidasian sebelumnya disajikan sebagai “Hak Minoritas atas Aset Neto Entitas 

Anak” pada laporan posisi keuangan konsolidasian dan sebagai “Hak Minoritas atas Laba (Rugi) 

Neto Entitas Anak” pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. 

19








b. Prinsip-prinsip Konsolidasi (lanjutan) 

Sebelum Tanggal 1 Januari 2011 (lanjutan) 

Kerugian yang menjadi bagian pemegang saham minoritas pada suatu Entitas Anak dapat melebihi 

bagiannya dalam modal disetor. Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut yang menjadi bagian 

pemegang saham minoritas, dibebankan pada Perusahaan sebagai pemegang saham mayoritas, 

kecuali apabila pemegang saham minoritas memiliki kepentingan jangka panjang lainnya pada 

Entitas Anak tersebut atau terdapat kewajiban yang mengikat untuk menutupi kerugian tersebut 

dan pemegang saham minoritas mampu memenuhi kewajibannya. Apabila pada tahun selanjutnya 

Entitas Anak melaporkan laba, maka laba tersebut terlebih dahulu dialokasikan kepada Perusahaan 

sebagai pemegang saham mayoritas sampai seluruh bagian kerugian pemegang saham minoritas 

yang dibebankan pada Perusahaan dapat dipulihkan. 

Pada saat akuisisi dan kuasi-reorganisasi, aset dan liabilitas Entitas Anak diukur sebesar nilai 

wajarnya pada tanggal akuisisi dan kuasi-reorganisasi. Selisih nilai akuisisi dan nilai wajar dari 

kuasi-reorganisasi dengan kepemilikan Perusahaan atas nilai wajar aset dan kewajiban Entitas 

Anak yang diidentifikasi yang terjadi pada tanggal akuisisi dan tanggal kuasi-reorganisasi dicatat 

sebagai goodwill dan diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus selama periode 

5 (lima) tahun (apabila ada). Apabila biaya akuisisi lebih rendah dibandingkan nilai wajar aset bersih 

Perusahaan yang diakuisisi pada tanggal transaksi, maka nilai wajar aset non-moneter yang 

diakuisisi harus diturunkan secara proporsional, sampai seluruh selisih tersebut dieliminasi. Sisa 

selisihnya akan dicatat sebagai goodwill negatif dan diamortisasi menggunakan metode garis lurus 

selama periode 20 (dua puluh) tahun. 

c. Kombinasi Bisnis 

Sejak Tanggal 1 Januari 2011 

Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan secara prospektif 

PSAK 22 (Revisi 2010), “Kombinasi Bisnis” yang berlaku bagi kombinasi bisnis yang terjadi pada 

atau setelah awal tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011. 

PSAK 22 (Revisi 2010) menjelaskan transaksi atau peristiwa lain yang memenuhi definisi 

kombinasi bisnis guna meningkatkan relevansi, keandalan, dan daya banding informasi yang 

disampaikan entitas pelapor dalam laporan keuangannya tentang kombinasi bisnis dan 

dampaknya. 

Sesuai dengan ketentuan transisi dari PSAK 22 (Revisi 2010), sejak tanggal 1 Januari 2011, 

Perusahaan dan Entitas Anak: 

i. menghentikan amortisasi goodwill; 

ii. mengeliminasi jumlah tercatat akumulasi amortisasi goodwill terkait; dan 

iii. melakukan pengujian penurunan nilai atas goodwill sesuai dengan PSAK 48 (Revisi 2009), 

“Penurunan Nilai Aset”. 

Seperti diuraikan pada bagian ini, penerapan PSAK 22 (Revisi 2010) tersebut memberikan 

pengaruh yang signifikan terhadap pelaporan keuangan berikut pengungkapan terkait dalam 

laporan keuangan konsolidasian. 

20








c. Kombinasi Bisnis (lanjutan) 

Sejak Tanggal 1 Januari 2011 (lanjutan) 

Kombinasi bisnis dicatat dengan menggunakan metode akuisisi. Biaya perolehan dari sebuah 

akuisisi diukur pada nilai agregat imbalan yang dialihkan, diukur pada nilai wajar pada tanggal 

akuisisi dan jumlah setiap KNP pada pihak yang diakuisisi. Untuk setiap kombinasi bisnis, pihak 

pengakuisisi mengukur KNP pada entitas yang diakuisisi baik pada nilai wajar ataupun pada 

proporsi kepemilikan KNP atas aset neto yang teridentifikasi dari entitas yang diakuisisi. Biaya-biaya 

akuisisi yang timbul dibebankan langsung dan disertakan dalam beban-beban administrasi. 

Ketika melakukan akuisisi atas sebuah bisnis, Perusahaan dan Entitas Anak mengklasifikasikan 

dan menentukan aset keuangan yang diperoleh dan liabilitas keuangan yang diambil alih 

berdasarkan pada persyaratan kontraktual, kondisi ekonomi dan kondisi terkait lain yang ada pada 

tanggal akuisisi. Hal ini termasuk pengelompokkan derivatif melekat dalam kontrak utama oleh 

pihak yang diakuisisi. 

Dalam suatu kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap, pihak pengakuisisi mengukur 

kembali kepentingan ekuitas yang dimiliki sebelumnya pada pihak yang diakuisisi pada nilai wajar 

tanggal akuisisi dan mengakui keuntungan atau kerugian yang dihasilkan melalui laba atau rugi. 

Imbalan kontinjensi yang dialihkan oleh pihak pengakuisisi diakui pada nilai wajar tanggal akuisisi. 

Perubahan nilai wajar atas imbalan kontinjensi setelah tanggal akuisisi yang diklasifikasikan 

sebagai aset atau liabilitas, akan diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian atau pendapatan 

komprehensif lain sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan 

Pengukuran”. Jika diklasifikasikan sebagai ekuitas, imbalan kontinjensi tidak diukur kembali dan 

penyelesaian selanjutnya diperhitungkan dalam ekuitas. 

Pada tanggal akuisisi, goodwill awalnya diukur pada harga perolehan yang merupakan selisih lebih 

nilai agregat dari imbalan yang dialihkan dan jumlah setiap KNP atas selisih jumlah dari aset 

teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih. Jika imbalan tersebut kurang dari nilai 

wajar aset neto entitas anak yang diakuisisi, selisih tersebut diakui sebagai laporan laba rugi 

komprehensif konsolidasian sebagai keuntungan dari pembelian dengan diskon setelah 

sebelumnya manajemen meninjau kembali identifikasi dan nilai wajar dari aset yang diperoleh dan 

liabilitias yang diambil alih. 

Setelah pengakuan awal, goodwill diukur pada jumlah tercatat dikurangi akumulasi kerugian 

penurunan nilai. Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill yang diperoleh dari suatu kombinasi 

bisnis atau kuasi-reorganisasi, sejak tanggal tertentu dialokasikan kepada setiap Unit Penghasil 

Kas (“UPK”) dari Perusahaan dan Entitas Anak yang diharapkan akan bermanfaat dari sinergi 

kombinasi tersebut, terlepas dari apakah aset atau liabilitas lain dari pihak yang diakuisisi 

ditetapkan atas UPK tersebut. 

Jika goodwill telah dialokasikan pada suatu UPK dan operasi tertentu atas UPK tersebut dihentikan, 

maka goodwill yang diasosiasikan dengan operasi yang dihentikan tersebut termasuk dalam jumlah 

tercatat operasi tersebut ketika menentukan keuntungan atau kerugian dari penjualan operasi. 

Goodwill yang dilepaskan tersebut diukur berdasarkan nilai relatif operasi yang dihentikan dan porsi 

UPK yang ditahan. 

21








c. Kombinasi Bisnis (lanjutan) 

Sebelum Tanggal 1 Januari 2011 

Sebagai perbandingan dengan persyaratan-persyaratan tersebut diatas, kebijakan akuntansi atas 

kombinasi bisnis sebelum tanggal 1 Januari 2011 adalah sebagai berikut: 

i. kombinasi bisnis dicatat dengan menggunakan metode pembelian. Biaya-biaya transaksi yang 

secara langsung dapat diatribusikan pada akuisisi merupakan bagian dari harga perolehan 

akuisisi. KNP (sebelumnya dikenal sebagai hak minoritas) diukur berdasarkan proporsi atas 

nilai tercatat aset neto teridentifikasi; 

ii. kombinasi bisnis yang diperoleh secara bertahap diakui sebagai tahap-tahap yang terpisah. 

Tambahan kepemilikan saham tidak mempengaruhi goodwill yang telah diakui sebelumnya; 

iii. ketika Perusahaan dan Entitas Anak mengakuisisi sebuah bisnis, derivatif melekat yang 

dipisahkan dari kontrak utama oleh pihak yang diakuisisi tidak diukur kembali pada saat 

akuisisi, kecuali kombinasi bisnis menyebabkan perubahan syarat-syarat kontrak yang secara 

signifikan merubah arus kas yang semula disyaratkan dalam kontrak; 

iv. imbalan kontinjensi diakui jika, dan hanya jika, Perusahaan dan Entitas Anak mempunyai 

kewajiban saat ini, yaitu kemungkinan besar atas arus ekonomis keluar, yang dapat secara 

memadai diestimasi. Penyesuaian setelah tanggal akuisisi terhadap imbalan kontinjensi diakui 

sebagai bagian dari goodwill. 

d. Restrukturisasi Entitas Sepengendali 

Akuisisi atau pengalihan saham antara entitas sepengendali, dicatat sesuai dengan PSAK 38 

(Revisi 2004), “Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”. Dalam PSAK 38 (Revisi 2004), 

pengalihan aset, liabilitas, saham, dan instrumen kepemilikan lainnya dari entitas sepengendali 

tidak akan menghasilkan laba atau rugi bagi perusahaan atau entitas individual dalam kelompok 

yang sama. 

Karena transaksi restrukturisasi entitas sepengendali tidak mengakibatkan perubahan substansi 

ekonomi kepemilikan atas aset, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang 

dipertukarkan, aset atau kewajiban yang dialihkan dicatat pada nilai buku sebagai kombinasi bisnis 

dengan menggunakan metode penyatuan kepemilikan (pooling-of-interests). 

Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, komponen laporan keuangan untuk periode 

dimana terjadi restrukturisasi dan untuk periode lain yang disajikan untuk tujuan perbandingan, 

disajikan sedemikian rupa seolah-olah restrukturisasi telah terjadi sejak awal periode laporan 

keuangan yang disajikan. Selisih antara nilai tercatat investasi pada tanggal efektif dan harga 

pengalihan diakui dalam akun “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”. 

22








e. Investasi pada Entitas Asosiasi 

Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK 15 (Revisi 2009), 

“Investasi pada Entitas Asosiasi”. PSAK revisi ini diterapkan secara retrospektif dan mengatur 

akuntansi investasi dalam entitas asosiasi dalam hal penentuan pengaruh signifikan, metode 

akuntansi yang harus diterapkan, penurunan nilai investasi dan laporan keuangan tersendiri. 

Penerapan PSAK yang direvisi tersebut tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap laporan 

keuangan konsolidasian. 

Investasi Perusahaan dan Entitas Anak pada entitas asosiasi diukur dengan menggunakan metode 

ekuitas. Entitas asosiasi adalah suatu entitas di mana Perusahaan dan Entitas Anak mempunyai 

pengaruh signifikan. Sesuai dengan metode ekuitas, nilai perolehan investasi ditambah atau 

dikurang dengan bagian Perusahaan dan Entitas Anak atas laba atau rugi bersih, dan penerimaan 

dividen dari, entitas asosiasi sejak tanggal perolehan. 

Laporan laba rugi komprehensif konsolidasian mencerminkan bagian Perusahaan dan Entitas Anak 

atas hasil operasi dari entitas asosiasi. Bila terdapat perubahan yang diakui langsung pada ekuitas 

dari entitas asosiasi, Perusahaan dan Entitas Anak mengakui bagiannya atas perubahan tersebut 

dan mengungkapkan hal ini, jika relevan dalam laporan perubahan ekuitas. Laba atau rugi yang 

belum direalisasi sebagai hasil dari transaksi-transaksi antara Perusahaan dan Entitas Anak dengan 

entitas asosiasi dieliminasi pada jumlah sesuai dengan kepentingan Perusahaan dan Entitas Anak 

dalam entitas asosiasi. 

Laporan keuangan entitas asosiasi disusun atas periode pelaporan yang sama dengan Perusahaan 

dan Entitas Anak. 

Perusahaan dan Entitas Anak menentukan apakah diperlukan untuk mengakui tambahan rugi 

penurunan nilai atas investasi Perusahaan dan Entitas Anak dalam entitas asosiasi. Perusahaan dan 

Entitas Anak menentukan pada setiap tanggal pelaporan apakah terdapat bukti yang obyektif yang 

mengindikasikan bahwa investasi dalam entitas asosiasi mengalami penurunan nilai. Dalam hal ini, 

Perusahaan dan Entitas Anak menghitung jumlah penurunan nilai berdasarkan selisih antara jumlah 

terpulihkan atas investasi dalam entitas asosiasi dan nilai tercatatnya dan mengakuinya dalam 

laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. 

Pada tanggal 31 Juli 2009, investasi Perusahaan pada Entitas Asosiasi (PT Indonesian Paradise 

Island dan PT Java Paradise Island) telah disajikan berdasarkan nilai wajar sehubungan dengan 

kuasi-reorganisasi yang dilakukan Perusahaan dan surplus revaluasi dibukukan sebagai selisih 

penilaian kembali investasi pada Entitas Asosiasi untuk mengeliminasi defisit. 

f. Kas dan Setara Kas 

Kas dan setara kas terdiri atas kas dan bank dan deposito berjangka dengan jangka waktu 3 bulan 

atau kurang sejak saat penempatan dan tidak digunakan sebagai jaminan atas pinjaman. 

23








g. Transaksi dengan Pihak-pihak Berelasi 

Efektif 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK 7 (Revisi 2010), 

“Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi”. PSAK revisi ini mensyaratkan pengungkapan hubungan, 

transaksi dan saldo pihak-pihak berelasi, termasuk komitmen, dalam laporan keuangan 

konsolidasian dan laporan keuangan tersendiri entitas induk, dan juga diterapkan terhadap laporan 

keuangan secara individual. Penerapan PSAK yang direvisi tersebut tidak memberikan pengaruh 

yang signifikan terhadap pengungkapan terkait dalam laporan keuangan konsolidasian. 

Suatu pihak dianggap berelasi dengan Perusahaan dan Entitas Anak jika: 

a. langsung, atau tidak langsung yang melalui satu atau lebih perantara, suatu pihak 

(i) mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, 

dengan Perusahaan dan Entitas Anak; (ii) memiliki kepentingan dalam Perusahaan dan Entitas 

Anak yang memberikan pengaruh signifikan atas Perusahaan dan Entitas Anak; atau 

(iii) memiliki pengendalian bersama atas Perusahaan dan Entitas Anak; 

b. suatu pihak adalah entitas asosiasi Perusahaan dan Entitas Anak; 

c. suatu pihak adalah ventura bersama di mana Perusahaan dan Entitas Anak sebagai venturer; 

d. suatu pihak adalah anggota dari personil manajemen kunci Perusahaan dan Entitas Anak atau 

induk; 

e. suatu pihak adalah anggota keluarga dekat dari individu yang diuraikan dalam butir (a) atau (d); 

f. suatu pihak adalah entitas yang dikendalikan, dikendalikan bersama atau dipengaruhi signifikan 

oleh atau di mana hak suara signifikan dimiliki oleh, langsung maupun tidak langsung, individu 

seperti diuraikan dalam butir (d) atau (e); atau 

g. suatu pihak adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari Perusahaan 

dan Entitas Anak yang terkait dengan Perusahaan dan Entitas Anak. 

Transaksi dengan pihak-pihak berelasi dilakukan berdasarkan persyaratan yang disetujui oleh kedua 

belah pihak, dimana persyaratan tersebut mungkin tidak sama dengan transaksi lain yang dilakukan 

dengan pihak-pihak yang tidak berelasi. 

Seluruh transaksi dan saldo yang material dengan pihak-pihak berelasi diungkapkan dalam catatan 

atas laporan keuangan konsolidasian. 

h. Piutang Usaha dan Piutang Lain-Lain 

Piutang usaha dan piutang lain-lain pada awalnya diakui sebesar nilai wajar dan selanjutnya diukur 

pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode bunga efektif, kecuali efek 

diskontonya tidak material, setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai piutang usaha. 

Penyisihan penurunan nilai dibentuk pada saat terdapat bukti obyektif bahwa saldo piutang tidak 

dapat ditagih. Piutang dihapuskan pada saat piutang tersebut tidak tertagih. 

i. Persediaan 

Persediaan dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi 

bersih. Biaya perolehan ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang. Nilai 

realisasi bersih persediaan adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi 

estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan. 

Perusahaan dan Entitas Anak menetapkan penyisihan untuk keusangan dan/atau penurunan nilai 

persediaan berdasarkan hasil penelaahan berkala atas kondisi fisik dan nilai realisasi bersih 

persediaan. 

24








j. Biaya Dibayar di Muka 

Biaya dibayar di muka diamortisasi dan dibebankan pada operasi selama masa manfaatnya dengan 

menggunakan metode garis lurus. 

k. Aset Tetap 

Pada tanggal 31 Juli 2009, aset tetap Perusahaan telah dinilai kembali sehubungan dengan kuasi- 

reorganisasi yang dilakukan dan surplus revaluasi aset tetap dibukukan sebagai surplus revaluasi 

aset tetap untuk mengeliminasi saldo defisit. 

Aset tetap Perusahaan dan Entitas Anak, kecuali tanah, dinyatakan sebesar model revaluasi 

(Perusahaan) dan biaya perolehan (Entitas Anak) setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi 

penurunan nilai, jika ada. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus untuk 

Perusahaan dan Entitas Anak kecuali Entitas Anak tertentu (IPI) menggunakan metode saldo 

menurun ganda berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut: 

Tahun 

Bangunan dan prasarana 20 

Peralatan dan perlengkapan 4 - 8 

Kendaraan 8 

Tanah dinyatakan sebesar biaya perolehan, dan termasuk penyesuaian nilai wajar tanah pada 

tanggal akuisisi dan tanggal kuasi-reorganisasi untuk tanah milik IPI, dan tidak diamortisasi serta 

dikurangi dengan penurunan nilai (bila ada). Biaya tertentu sehubungan dengan perolehan atau 

perpanjangan hak atas tanah dapat ditangguhkan dan diamortisasi selama jangka waktu hukum 

hak atas tanah atau umur ekonomis tanah, mana yang lebih pendek. 

Pada setiap akhir tahun, nilai residu, umur manfaat dan metode penyusutan di reviu dan jika sesuai 

dengan keadaan, disesuaikan secara prospektif. 

Biaya perbaikan dan pemeliharaan dibebankan pada operasi pada saat terjadinya; pembaruan dan 

perbaikan yang signifikan akan dikapitalisasi ke dalam nilai aset. Aset tetap yang sudah tidak 

digunakan lagi atau yang dijual, biaya perolehan serta akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari 

akun aset tetap dan laba atau rugi yang terjadi dibebankan pada tahun berjalan. 

Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada 

manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau 

rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset (dihitung sebagai perbedaan antara jumlah neto 

hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari aset) dimasukkan dalam laporan laba rugi komprehensif 

konsolidasian pada tahun aset tersebut dihentikan pengakuannya. 

25








l. Sewa 

Perusahaan dan Entitas Anak mengklasifikasikan sewa berdasarkan sejauh mana risiko dan 

manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset sewaan berada pada lessor atau lessee, dan pada 

substansi transaksi daripada bentuk kontraknya. 

Sewa Pembiayaan - sebagai Lessee 

Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara 

substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset sewa. Sewa tersebut 

dikapitalisasi sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa 

minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Pembayaran sewa minimum harus dipisahkan 

antara bagian yang merupakan biaya keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan liabilitas, 

sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu tingkat suku bunga periodik yang konstan atas 

saldo liabilitas. Biaya keuangan dibebankan langsung ke operasi tahun berjalan. 

Jika terdapat kepastian yang memadai bahwa lessee akan mendapatkan hak kepemilikan pada 

akhir masa sewa, aset sewaan disusutkan selama masa penggunaan aset yang diestimasi 

berdasarkan umur manfaat aset tersebut. Jika tidak terdapat kepastian tersebut, maka aset sewaan 

disusutkan selama periode yang lebih pendek antara umur manfaat aset sewaan atau masa sewa. 

Laba atau rugi yang timbul dari transaksi jual dan sewa-balik kembali ditangguhkan dan 

diamortisasi selama sisa masa sewa. 

Sewa Operasi - sebagai Lessee 

Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substansial 

seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Dengan demikian, pembayaran 

sewa diakui sebagai beban pada operasi dengan dasar garis lurus (straight-line basis) selama 

masa sewa. 

Sewa Operasi - sebagai Lessor 

Sewa di mana Perusahaan dan Entitas Anak tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko 

dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset diklasifikasikan sebagai sewa operasi. 

m. Aset Takberwujud 

Efektif 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK 19 (Revisi 2010), “Aset 

Takberwujud”. PSAK 19 (Revisi 2010) mengatur perlakuan akuntansi untuk aset takberwujud yang 

tidak dibahas dengan khusus dalam PSAK lainnya, dan membutuhkan pengakuan suatu aset 

takberwujud jika dan hanya jika, kriteria tertentu terpenuhi, dan juga menentukan bagaimana 

mengukur jumlah tercatat aset takberwujud dan pengungkapan yang terkait. Penerapan PSAK 19 

(Revisi 2010) tidak memiliki dampak signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasian. 

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset takberwujud diukur 

sebagai perbedaan antara hasil pelepasan bersih dan nilai tercatat bersih aset, dan diakui dalam 

laporan laba rugi komprehensif konsolidasian saat aset dihentikan pengakuannya. 

26








n. Penurunan Nilai Aset Non-keuangan 

Efektif 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan secara prospektif PSAK 48 

(Revisi 2009), “Penurunan Nilai Aset”, termasuk goodwill dan aset yang berasal dari kombinasi 

bisnis sebelum 1 Januari 2011. 

PSAK 48 (Revisi 2009) menetapkan prosedur-prosedur yang diterapkan entitas agar aset dicatat 

tidak melebihi jumlah terpulihkannya. Suatu aset dicatat melebihi jumlah terpulihkannya jika jumlah 

tersebut melebihi jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Pada 

kasus demikian, aset mengalami penurunan nilai dan pernyataan ini mensyaratkan entitas 

mengakui rugi penurunan nilai. PSAK yang direvisi ini juga menentukan kapan entitas membalik 

suatu rugi penurunan nilai dan pengungkapan yang diperlukan. 

Seperti diuraikan di sini, penerapan PSAK 48 (Revisi 2009) tersebut memberikan pengaruh yang 

berarti terhadap pelaporan keuangan Perusahaan dan Entitas Anak berikut pengungkapan terkait, 

terutama atas pengujian penurunan nilai bagi goodwill yang diharuskan minimal satu kali setiap 

tahun atau lebih sering bila ada indikasi penurunan nilai. 

Pada setiap akhir periode pelaporan, Perusahaan dan Entitas Anak menilai apakah terdapat 

indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat 

pengujian penurunan nilai aset (yaitu aset takberwujud dengan umur manfaat tidak terbatas, aset 

takberwujud yang belum dapat digunakan, atau goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi 

bisnis) diperlukan, maka Perusahaan dan Entitas Anak membuat estimasi formal jumlah 

terpulihkan aset tersebut. 

Jumlah terpulihkan yang ditentukan untuk aset individual adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai 

wajar aset atau Unit Penghasil Kas (UPK) dikurangi biaya untuk menjual dengan nilai pakainya, 

kecuali aset tersebut tidak menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari 

aset atau kelompok aset lain. Jika nilai tercatat aset lebih besar daripada nilai terpulihkannya, maka 

aset tersebut mengalami penurunan nilai dan nilai tercatat aset diturunkan menjadi sebesar nilai 

terpulihkannya. Rugi penurunan nilai dari operasi yang dilanjutkan diakui pada laporan laba rugi 

komprehensif konsolidasian sebagai “rugi penurunan nilai”. 

Dalam menghitung nilai pakai, estimasi arus kas masa depan bersih didiskontokan ke nilai kini 

dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang menggambarkan penilaian pasar kini 

dari nilai waktu uang dan risiko spesifik atas aset. Dalam menentukan nilai wajar dikurangi biaya 

untuk menjual, digunakan harga penawaran pasar terakhir, jika tersedia. Jika tidak terdapat 

transaksi tersebut, Perusahaan dan Entitas Anak menggunakan model penilaian yang sesuai untuk 

menentukan nilai wajar aset. Perhitungan-perhitungan ini dikuatkan oleh penilaian berganda atau 

indikator nilai wajar yang tersedia. 

Kerugian penurunan nilai dari operasi yang berkelanjutan, jika ada, diakui pada laporan laba rugi 

komprehensif konsolidasian sesuai dengan kategori biaya yang konsisten dengan fungsi dari aset 

yang diturunkan nilainya. 

27








n. Penurunan Nilai Aset Non-keuangan (lanjutan) 

Penilaian dilakukan pada akhir setiap periode pelaporan tahunan apakah terdapat indikasi bahwa 

rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk aset selain goodwill 

mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun. Jika indikasi dimaksud ditemukan, maka 

entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Kerugian penurunan nilai yang telah diakui 

dalam periode sebelumnya untuk aset selain goodwill dibalik hanya jika terdapat perubahan 

asumsi-asumsi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset tersebut sejak rugi 

penurunan nilai terakhir diakui. Dalam hal ini, jumlah tercatat aset dinaikkan ke jumlah 

terpulihkannya. Pembalikan tersebut dibatasi sehingga jumlah tercatat aset tidak melebihi jumlah 

terpulihkannya maupun jumlah tercatat, neto setelah penyusutan, seandainya tidak ada rugi 

penurunan nilai yang telah diakui untuk aset tersebut pada tahun sebelumnya. Pembalikan rugi 

penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Setelah pembalikan 

tersebut, penyusutan aset tersebut disesuaikan di periode mendatang untuk mengalokasikan 

jumlah tercatat aset yang direvisi, dikurangi nilai sisanya, dengan dasar yang sistematis selama sisa 

umur manfaatnya. 

Goodwill diuji untuk penurunan setiap tahun (per 31 Desember) dan ketika keadaan yang 

mengindikasikan bahwa nilai tercatat mengalami penurunan nilai. Penurunan nilai bagi goodwill 

ditetapkan dengan menentukan jumlah tercatat tiap UPK (atau kelompok UPK) dimana goodwill 

terkait. Jika jumlah terpulihkan dari UPK kurang dari jumlah tercatatnya, rugi penurunan nilai diakui. 

Kerugian penurunan nilai yang berhubungan dengan goodwill tidak dapat dibalik pada periode 

berikutnya. 

o. Hak Sewa Jangka Panjang 

Entitas Anak menyewa tanah dan bangunan yang dicatat sebagai “Hak Sewa Jangka Panjang”. 

Nilai sewa tanah atau bangunan diamortisasi dengan metode garis lurus sepanjang periode sewa. 

Biaya amortisasi yang bersangkutan dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif 

konsolidasian periode berjalan. 

p. Tanah yang Belum Dikembangkan 

Tanah yang belum dikembangkan dinilai berdasarkan harga perolehan, yang meliputi antara lain 

biaya pembebasan (ganti rugi), pengurusan surat-surat tanah dan pematangan tanah. Pada saat 

dimulainya pengembangan prasarana, nilai tanah tersebut akan direklasifikasikan ke akun aset 

tidak lancar lainnya. 

q. Provisi 

Efektif 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK 57 (Revisi 2009), “Provisi, 

Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi”. PSAK revisi ini diterapkan secara prospektif dan 

menetapkan kriteria pengakuan dan dasar pengukuran untuk provisi, liabilitas kontinjensi dan aset 

kontinjensi, dan memastikan informasi memadai telah diungkapkan dalam catatan atas laporan 

keuangan konsolidasian untuk memungkinkan para pengguna memahami sifat, waktu dan jumlah 

yang terkait dengan informasi tersebut. Penerapan PSAK 57 (Revisi 2009) tidak memiliki dampak 

signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasian. 

Provisi diakui jika Perusahaan dan Entitas Anak memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum 

maupun bersifat konstruktif) jika, sebagai akibat peristiwa masa lalu, besar kemungkinan 

penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung 

manfaat ekonomi dan total kewajiban tersebut dapat diestimasi secara andal. 

28








q. Provisi (lanjutan) 

Provisi ditelaah pada setiap tanggal pelaporan dan disesuaikan untuk mencerminkan estimasi terbaik 

yang paling kini. Jika kemungkinan besar tidak terjadi arus keluar sumber daya yang mengandung 

manfaat ekonomi untuk menyelesaikan kewajiban tersebut, maka provisi dibatalkan. 

r. Pengakuan Pendapatan dan Beban 

Efektif 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK 23 (Revisi 2010), 

“Pendapatan”. PSAK 23 (Revisi 2010) ini mengidentifikasi terpenuhinya kriteria pengakuan 

pendapatan, sehingga pendapatan dapat diakui, dan mengatur perlakuan akuntansi atas 

pendapatan yang timbul dari transaksi dan kejadian tertentu, serta memberikan panduan praktis 

dalam penerapan kriteria mengenai pengakuan pendapatan. Penerapan PSAK 23 (Revisi 2010) 

tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasian. 

Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi akan diperoleh oleh Perusahaan dan 

Entitas Anak dan jumlahnya dapat diukur secara handal. Pendapatan diukur pada nilai wajar lain yang 

diterima, tidak termasuk diskon, rabat dan pajak penjualan (PPN). Kriteria spesifik berikut juga harus 

dipenuhi sebelum pendapatan diakui: 


Pendapatan atas kamar hotel dan restoran diakui pada saat jasa dan barang telah diberikan 

kepada pelanggan atau tamu hotel. 

Pendapatan sewa ruang diakui selama masa perjanjian sewa. 

Pendapatan dan Beban Bunga 

Untuk semua instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, pendapatan atau 

beban bunga dicatat dengan menggunakan metode suku bunga efektif, yaitu suku bunga yang secara 

tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang selama perkiraan 

umur dari instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat, untuk nilai 

tercatat bersih dari aset keuangan atau liabilitas keuangan. 

Beban diakui pada saat terjadinya. 

s. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing 

Transaksi dalam mata uang asing dicatat dalam Rupiah berdasarkan kurs yang berlaku pada saat 

transaksi dilakukan. Pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, aset dan liabilitas 

moneter dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah berdasarkan kurs tengah 

Bank Indonesia pada tanggal tersebut. Jika ada keuntungan atau kerugian akan dikreditkan atau 

dibebankan pada usaha tahun berjalan. 

Keuntungan atau kerugian atas selisih kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dan 

penjabaran aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing diakui pada usaha tahun berjalan. 

29








s. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing (lanjutan) 

Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, kurs yang 

digunakan masing-masing adalah sebagai berikut: 

30 


31 Desember 31 Desember 31 Desember 

2011 2010 2009 

1 Dolar Amerika Serikat (1 US$) 9.068 8.991 9.400 

1 Dolar Singapura (1 SIN$) 6.974 6.981 6.699 

1 Ringgit Malaysia (1 RM) 2.853 2.916 2.747 

s. Pajak Penghasilan 

Pajak penghasilan tidak final 

Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak tahun berjalan yang dihitung berdasarkan 

tarif pajak yang berlaku. 

Aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak pada masa mendatang yang 

timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan liabilitas menurut laporan keuangan dengan dasar 

pengenaan pajak aset dan liabilitas pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian. Liabilitas 

pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan 

diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan akumulasi rugi fiskal, sepanjang 

besar kemungkinan perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan akumulasi rugi fiskal tersebut 

dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa mendatang. 

Pajak tangguhan dihitung dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial 

telah berlaku pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian. Perubahan nilai tercatat aset 

dan liabilitas pajak tangguhan yang disebabkan oleh perubahan tarif pajak dibebankan pada usaha 

tahun berjalan, kecuali untuk transaksi-transaksi yang sebelumnya telah langsung dibebankan atau 

dikreditkan ke ekuitas. Efek pajak tangguhan yang timbul dari akuisisi disajikan sebagai bagian dari 

akun “Aset atau Liabilitas Pajak Tangguhan”. 

Aset dan liabilitas pajak tangguhan disajikan secara saling hapus di laporan posisi keuangan 

konsolidasian, kecuali aset dan liabilitas pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, penyajian 

yang sama dilakukan untuk aset dan liabilitas pajak kini. 

Pajak penghasilan final 

Beban pajak kini sehubungan dengan penghasilan sewa yang telah dikenakan pajak penghasilan 

final diakui proporsional dengan jumlah pendapatan yang diakui pada tahun berjalan untuk tujuan 

akuntansi. Selisih antara pajak penghasilan final yang telah dibayar dengan beban pajak 

penghasilan final pada tahun berjalan diakui sebagai pajak dibayar di muka atau utang pajak.








t. Pajak Penghasilan (lanjutan) 

Pajak penghasilan final (lanjutan) 

Beban pajak kini sehubungan dengan penghasilan sewa yang telah dikenakan pajak penghasilan 

final diakui proporsional dengan jumlah pendapatan yang diakui pada tahun berjalan untuk tujuan 

akuntansi. Selisih antara pajak penghasilan final yang telah dibayar dengan beban pajak 

penghasilan final pada tahun berjalan diakui sebagai pajak dibayar di muka atau utang pajak. 

Perbedaan nilai tercatat aset atau liabilitas yang berhubungan dengan pajak penghasilan final 

dengan dasar pengenaan pajaknya tidak diakui sebagai aset atau liabilitas pajak tangguhan. 

Perubahan terhadap liabilitas perpajakan diakui pada saat surat ketetapan pajak diterima atau, jika 

diajukan keberatan, pada saat keputusan atas keberatan ditetapkan. 

u. Biaya Pinjaman 

Mulai tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK 26 (Revisi 2008), 

“Biaya Pinjaman”, yang mengharuskan biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung 

dengan perolehan, pembangunan, atau pembuatan aset kualifikasian pembangunan dikapitalisasi 

sebagai bagian biaya perolehan aset tersebut, persyaratan untuk mulai mengkapitalisasi biaya 

pinjaman, penghentian sementara dan penghentiannya. 

Penerapan PSAK 26 yang direvisi tersebut tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap 

pelaporan keuangan Perusahaan dan Entitas Anak dan pengungkapan dalam laporan keuangan 

konsolidasian. 

Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan langsung dengan perolehan, pembangunan, atau 

pembuatan aset kualifikasian dikapitalisasi sebagai bagian biaya perolehan aset tersebut. Biaya 

pinjaman lainnya diakui sebagai beban pada saat terjadi. Biaya pinjaman terdiri dari biaya bunga 

dan biaya lain yang ditanggung Perusahaan dan Entitas Anak sehubungan dengan peminjaman 

dana. 

Kapitalisasi biaya pinjaman dimulai pada saat aktivitas yang diperlukan untuk mempersiapkan aset 

agar dapat digunakan sesuai dengan maksudnya, dan pengeluaran untuk aset kualifikasian dan 

biaya pinjamannya telah terjadi. Kapitalisasi biaya pinjaman dihentikan pada saat selesainya secara 

substansi seluruh aktivitas yang diperlukan untuk mempersiapkan aset kualifikasian agar dapat 

digunakan sesuai dengan maksudnya. 

v. Liabilitas atas Imbalan Pasca Kerja 

Perusahaan dan Entitas Anak mencatat liabilitas imbalan pasca kerja yang tidak didanai 

berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tanggal 25 Maret 2003 (“UU”). 

Perusahaan dan Entitas Anak mengakui liabilitas imbalan pasca kerja sesuai dengan PSAK 24 

(Revisi 2004), “Imbalan Kerja”. Pernyataan ini mengharuskan Perusahaan dan Entitas Anak 

mengakui seluruh imbalan kerja yang diberikan melalui program atau perjanjian formal dan 

informal, peraturan perundang-undangan atau peraturan industri, yang mencakup imbalan pascakerja, 

imbalan kerja jangka pendek dan jangka panjang lainnya, pesangon pemutusan hubungan 

kerja dan imbalan berbasis ekuitas. 

31








v. Liabilitas atas Imbalan Pasca Kerja (lanjutan) 

Berdasarkan PSAK 24 (Revisi 2004), perhitungan estimasi liabilitas atas imbalan kerja berdasarkan 

UU, ditentukan dengan menggunakan metode penilaian aktuaria projected-unit-credit. Keuntungan 

dan kerugian aktuarial diakui sebagai penghasilan atau beban apabila akumulasi keuntungan dan 

kerugian aktuarial bersih yang belum diakui pada akhir tahun pelaporan sebelumnya melebihi 10% 

dari nilai kini imbalan pasti. Keuntungan dan kerugian ini diakui dengan menggunakan metode garis 

lurus berdasarkan rata-rata sisa masa kerja karyawan yang diperkirakan. 

Lebih lanjut, biaya jasa lalu atas pengenalan program manfaat pasti atau perubahan utang imbalan 

dari program yang ada diamortisasi dengan metode garis lurus sepanjang periode sampai imbalan 

tersebut menjadi hak atau vested. 

Keuntungan atau kerugian atas kurtailmen atau penyelesaian suatu program imbalan pasti diakui 

ketika kurtailmen atau penyelesaian terjadi. 

Kurtailmen terjadi apabila salah satu dari kondisi berikut terpenuhi: 

i. Menunjukkan komitmennya untuk mengurangi secara signifikan jumlah pekerja yang 

ditanggung oleh program; atau, 

ii. Mengubah ketentuan dalam program imbalan pasti yang menyebabkan bagian yang material 

dari jasa masa depan pekerja tidak lagi memberikan imbalan atau memberikan imbalan yang 

lebih rendah. 

Penyelesaian program terjadi ketika Perusahaan dan Entitas Anak melakukan transaksi yang 

menghapuskan semua kewajiban hukum atau konstruktif atas sebagian atau seluruh imbalan 

dalam program imbalan pasti. 

w. Pelaporan Segmen 

Efektif 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK 5 (Revisi 2009), “Segmen 

Operasi”. PSAK 5 (Revisi 2009) mengatur pengungkapan yang akan memungkinkan pengguna 

laporan keuangan untuk mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari aktivitas bisnis yang mana 

entitas terlibat dan lingkungan ekonomi dimana entitas beroperasi. Penerapan PSAK 5 (Revisi 

2009) tidak memiliki dampak signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasian. 

Segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas: 

a. yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang mana memperoleh pendapatan dan menimbulkan 

beban (termasuk pendapatan dan beban terkait dengan transaksi dengan komponen lain dari 

entitas yang sama); 

b. hasil operasinya dikaji ulang secara reguler oleh pengambil keputusan operasional untuk 

membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai 

kinerjanya; dan 

c. tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan. 

Segmen geografis meliputi penyediaan barang atau jasa di dalam lingkungan ekonomi tertentu 

yang memiliki risiko serta tingkat pengembalian yang berbeda dengan segmen operasi lainnya yang 

berada dalam lingkungan ekonomi lain. 

32








x. Laba per Saham 

Sesuai dengan PSAK 56, “Laba per Saham”, maka laba per saham dihitung dengan membagi laba 

yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dengan jumlah rata-rata tertimbang saham 

yang beredar selama tahun berjalan. 

Perusahaan tidak mempunyai efek berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif pada tanggal 

31 Desember 2011 dan 2010. 

y. Kuasi-Reorganisasi 

Berdasarkan PSAK 51 (Revisi 2003) “Akuntansi Kuasi-Reorganisasi”, kuasi-reorganisasi 

merupakan prosedur akuntansi yang mengatur Perusahaan merestrukturisasi ekuitasnya dengan 

mengeliminasi defisit dan menilai kembali seluruh aset dan liabilitasnya dengan nilai wajar untuk 

mendapatkan awal yang baik (fresh start) dengan laporan posisi keuangan konsolidasian 

menunjukkan nilai sekarang tanpa dibebani defisit karena saldo akumulasi defisit telah 

dieliminasikan terhadap akun selisih penilaian aset dan liabilitas (termasuk selisih nilai transaksi 

perubahan ekuitas Entitas Asosiasi). Kuasi-reorganisasi dilakukan dengan metode reorganisasi 

akuntansi (accounting reorganization method). 

Aset dan liabilitas dinilai kembali sebesar nilai wajarnya. Nilai wajar aset dan liabilitas ditentukan 

berdasarkan nilai pasar pada tanggal kuasi-reorganisasi. Bila nilai pasar tidak tersedia, estimasi 

nilai wajar didasarkan pada informasi terbaik yang tersedia dengan mempertimbangkan harga aset 

sejenis, dan teknik penilaian yang paling sesuai dengan karakteristik aset dan kewajiban yang 

bersangkutan. Untuk aset dan liabilitas tertentu, penilaian dilakukan sesuai dengan PSAK terkait. 

Selisih penilaian aset dan liabilitas dibukukan pada masing-masing akun serta diukur dan disajikan 

sesuai dengan kebijakan akuntansi masing-masing akun terkait. 

Sebagai hasil Kuasi-Reorganisasi per tanggal 31 Juli 2009, saldo defisit Perusahaan sebesar 

Rp 31.224.820.582 dieliminasi ke saldo penilaian kembali aset dan liabilitas (surplus revaluasi aset 

tetap sebesar Rp 75.685.960 dan selisih penilaian kembali investasi pada Entitas Asosiasi sebesar 

Rp 31.149.134.622) (lihat Catatan 38). 

z. Instrumen Keuangan 

Mulai tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK 50 (Revisi 2006), 

“Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan” dan PSAK 55 (Revisi 2006), “Instrumen 

Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”. Penerapan PSAK revisi ini dilakukan secara prospektif. 

i. Aset Keuangan 

Pengakuan awal dan pengukuran 

Aset keuangan diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui laba 

atau rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo, dan 

aset keuangan tersedia untuk dijual. Perusahaan dan Entitas Anak menentukan klasifikasi aset 

keuangan pada saat pengakuan awal. 

33








z. Instrumen Keuangan (lanjutan) 

i. Aset Keuangan (lanjutan) 

Pengakuan awal dan pengukuran (lanjutan) 

Aset keuangan diakui pada laporan posisi keuangan konsolidasian jika dan hanya jika 

Perusahaan dan Entitas Anak menjadi salah satu pihak yang terlibat dalam perjanjian instrumen 

keuangan. 

Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajarnya, ditambah, dalam hal aset 

keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laba atau rugi, biaya transaksi yang dapat 

diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan tersebut. 

Seluruh pembelian dan penjualan yang lazim pada aset keuangan diakui atau dihentikan 

pengakuannya pada tanggal perdagangan seperti contohnya tanggal pada saat Perusahaan dan 

Entitas Anak berkomitmen untuk membeli atau menjual aset. Pembelian atau penjualan yang 

lazim adalah pembelian atau penjualan aset keuangan yang mensyaratkan penyerahan aset 

dalam kurun waktu umumnya ditetapkan dengan peraturan atau kebiasaan yang berlaku di pasar. 

Perusahaan dan Entitas Anak menentukan klasifikasi aset keuangan pada saat pengakuan awal 

dan, jika diperbolehkan dan sesuai, akan dievaluasi kembali setiap akhir tahun keuangan. 

a) Aset keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui laba atau rugi. 

Aset keuangan yang diperdagangkan diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang dinilai 

pada nilai wajar melalui laba atau rugi. Aset keuangan yang diperdagangkan adalah derivatif 

(termasuk derivatif melekat yang terpisah) atau aset keuangan yang dimiliki untuk tujuan 

dijual dalam waktu dekat. 

(b) Pinjaman yang diberikan dan piutang. 

Aset keuangan dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai 

kuotasi di pasar aktif diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang. 

(c) Investasi dimiliki hingga jatuh tempo. 

Aset keuangan dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah 

ditetapkan diklasifikasikan sebagai investasi dimiliki hingga jatuh tempo ketika Perusahaan 

dan Entitas Anak mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan 

tersebut hingga jatuh tempo. 

(d) Aset keuangan tersedia untuk dijual. 

Aset keuangan tersedia untuk dijual adalah aset keuangan yang tidak diklasifikasikan dalam 

kategori yang lain. Investasi dalam instrumen ekuitas yang nilai wajarnya tidak dapat diukur 

secara handal diukur menggunakan biaya perolehannya dikurangi dengan rugi penurunan 

nilai. 

Aset keuangan Perusahaan dan Entitas Anak terdiri dari kas dan setara kas, investasi jangka 

pendek, piutang usaha, piutang lain-lain dan jaminan. 

34










Pengukuran setelah pengakuan awal 

Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran 

tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset keuangan tersebut 

dicatat pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif. Keuntungan 

atau kerugian diakui pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian pada saat pinjaman yang 

diberikan dan piutang tersebut dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, serta 

melalui proses amortisasi. 

Penghentian pengakuan 

Penghentian pengakuan atas suatu aset keuangan (atau, apabila dapat diterapkan untuk bagian 

dari aset keuangan atau bagian dari kelompok aset keuangan sejenis) terjadi bila: (1) hak 

kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir; atau 

(2) Perusahaan dan Entitas Anak memindahkan hak untuk menerima arus kas yang berasal dari 

aset keuangan tersebut atau menanggung liabilitas untuk membayar arus kas yang diterima 

tersebut tanpa penundaan yang signifikan kepada pihak ketiga melalui suatu kesepakatan 

penyerahan dan salah satu diantara (a) Perusahaan dan Entitas Anak secara substansial 

memindahkan seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan tersebut, atau 

(b) Perusahaan dan Entitas Anak secara substansial tidak memindahkan dan tidak memiliki 

seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan tersebut, namun telah memindahkan 

pengendalian atas aset tersebut. 

Penurunan nilai aset keuangan 

Pada setiap akhir periode pelaporan, Perusahaan dan Entitas Anak mengevaluasi apakah 

terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami 

penurunan nilai. 

Untuk pinjaman yang diberikan dan piutang yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi, 

Perusahaan dan Entitas Anak terlebih dahulu menentukan bahwa terdapat bukti obyektif 

mengenai penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, 

atau secara kolektif untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual. Jika Perusahaan 

dan Entitas Anak menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset 

keuangan yang dinilai secara individual, terlepas aset keuangan tersebut signifikan atau tidak, 

maka aset tersebut dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik 

risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset 

yang penurunan nilainya dinilai secara individual dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui 

atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif. 

35










Penurunan nilai aset keuangan (lanjutan) 

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi, jumlah kerugian tersebut 

diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang 

(tidak termasuk kerugian kredit di masa mendatang yang belum terjadi). Nilai kini estimasi arus 

kas masa datang didiskonto dengan menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan 

tersebut. Jika pinjaman yang diberikan memiliki suku bunga variabel, maka tingkat diskonto yang 

digunakan untuk mengukur setiap kerugian penurunan nilai adalah suku bunga efektif yang 

berlaku. 

Nilai tercatat atas aset keuangan dikurangi melalui penggunaan pos cadangan penurunan nilai 

dan jumlah kerugian yang terjadi diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. 

Pendapatan bunga selanjutnya diakui sebesar nilai tercatat yang diturunkan nilainya berdasarkan 

tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan. Pinjaman yang diberikan dan piutang beserta 

dengan cadangan terkait dihapuskan jika tidak terdapat kemungkinan yang realistis atas 

pemulihan di masa mendatang dan seluruh agunan telah terealisasi atau dialihkan kepada 

Perusahaan dan Entitas Anak. Jika, pada tahun berikutnya, nilai estimasi kerugian penurunan 

nilai aset keuangan bertambah atau berkurang karena peristiwa yang terjadi setelah penurunan 

nilai diakui, maka kerugian penurunan nilai yang diakui sebelumnya bertambah atau berkurang 

dengan menyesuaikan pos cadangan penurunan nilai. Jika di masa mendatang penghapusan 

tersebut dapat dipulihkan, jumlah pemulihan tersebut diakui pada laba atau rugi. 

ii. Liabilitas Keuangan 

Pengakuan awal dan pengukuran 

Liabilitas keuangan diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar 

melalui laba atau rugi, liabilitas keuangan pada biaya perolehan diamortisasi atau derivatif yang 

telah ditetapkan untuk tujuan lindung nilai yang efektif, jika sesuai. Perusahaan dan Entitas Anak 

menentukan klasifikasi liabilitas keuangan pada saat pengakuan awal. 

Saat pengakuan awal, liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar dan, dalam hal utang dan 

pinjaman, termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. 

Liabilitas keuangan Perusahaan dan Entitas Anak terdiri dari utang sewa pembiayaan, utang 

usaha, utang lain-lain, biaya masih harus dibayar, pinjaman jangka panjang dan utang sewa 

pembiayaan. 

36









ii. Liabilitas Keuangan (lanjutan) 

Pengukuran setelah pengakuan awal 

Setelah pengakuan awal, liabilitas keuangan diukur pada biaya perolehan diamortisasi 

menggunakan tingkat bunga efektif. Keuntungan dan kerugian diakui di laporan laba rugi 

komprehensif konsolidasian pada saat pinjaman dan utang jangka panjang dihentikan 

pengakuannya atau diturunkan nilainya melalui proses amortisasi. 

Penghentian pengakuan 

Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya ketika liabilitas yang ditetapkan dalam kontrak 

dihentikan atau dibatalkan atau kadaluwarsa. 

Ketika liabilitas keuangan awal digantikan dengan liabilitas keuangan lain dari pemberi pinjaman 

yang sama dengan ketentuan yang berbeda secara substansial, atau modifikasi secara 

substansial atas liabilitas keuangan yang saat ini ada, maka pertukaran atau modifikasi tersebut 

dicatat sebagai penghapusan liabilitas keuangan awal dan pengakuan liabilitas keuangan baru 

dan selisih antara nilai tercatat liabilitas keuangan tersebut diakui sebagai laba atau rugi. 

iii. Saling hapus instrumen keuangan 

Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai netonya disajikan dalam laporan 

posisi keuangan konsolidasian jika, dan hanya jika, terdapat hak yang berkekuatan hukum untuk 

melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui dari aset keuangan dan liabilitas keuangan 

tersebut dan terdapat intensi untuk menyelesaikan dengan menggunakan dasar neto, atau untuk 

merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara bersamaan. 

iv. Nilai wajar instrumen keuangan 

Nilai wajar instrumen keuangan yang secara aktif diperdagangkan di pasar keuangan ditentukan 

dengan mengacu pada kuotasi harga pasar yang berlaku pada penutupan pasar pada akhir 

periode pelaporan. Untuk instrumen keuangan yang tidak diperdagangkan di pasar aktif, nilai 

wajar ditentukan dengan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian tersebut meliputi 

penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar (arm’s-length market 

transactions), referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama, 

analisis arus kas yang didiskonto, atau model penilaian lainnya. 

3. SUMBER ESTIMASI KETIDAKPASTIAN 

Pertimbangan 

Penyusunan laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan Entitas Anak mengharuskan 

manajemen untuk membuat pertimbangan, estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah yang 

dilaporkan dari pendapatan, beban, aset dan liabilitas, dan pengungkapan atas liabilitas kontinjensi, 

pada akhir periode pelaporan. Ketidakpastian mengenai asumsi dan estimasi tersebut dapat 

mengakibatkan penyesuaian material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas dalam periode pelaporan 

berikutnya. 

37







3. SUMBER ESTIMASI KETIDAKPASTIAN (lanjutan) 

Pertimbangan (lanjutan) 

Pertimbangan berikut ini dibuat oleh manajemen dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi 

Perusahaan dan Entitas Anak yang memiliki pengaruh paling signifikan atas jumlah yang diakui dalam 

laporan keuangan konsolidasian: 

Klasifikasi Aset dan Liabilitas Keuangan 

Perusahaan dan Entitas Anak menetapkan klasifikasi atas aset dan liabilitas tertentu sebagai aset 

keuangan dan liabilitas keuangan dengan pertimbangan bila definisi yang ditetapkan PSAK 55 (Revisi 

2006) terpenuhi. Dengan demikian, aset keuangan dan liabilitas keuangan diakui sesuai dengan 

kebijakan akuntansi Perusahaan dan Entitas Anak seperti diungkapkan pada Catatan 2z. 

Alokasi Harga Beli dan Penurunan Nilai Goodwill 

Akuntansi akuisisi mensyaratkan penggunaan estimasi akuntansi secara ekstensif dalam 

mengalokasikan harga beli kepada nilai pasar wajar aset dan liabilitas yang diakuisisi, termasuk aset 

takberwujud. Akuisisi bisnis tertentu oleh Perusahaan dan Entitas Anak menimbulkan goodwill. Sesuai 

PSAK 22 (Revisi 2009), “Kombinasi Bisnis”, goodwill tidak diamortisasi dan diuji bagi penurunan nilai 

setiap tahunnya. Nilai tercatat goodwill Perusahaan dan Entitas Anak pada tanggal 31 Desember 2011, 

2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 masing-masing adalah sebesar Rp 597.041.887, 

Rp 614.377.843 dan Rp 106.551.584. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 15. 

Pengujian penurunan nilai dilakukan apabila terdapat indikasi penurunan nilai. Dalam hal ini, goodwill 

diuji untuk penurunan nilai setiap tahunnya dan jika terdapat indikasi penurunan nilai. Manajemen harus 

menggunakan pertimbangan dalam mengestimasi jumlah terpulihkan dan menentukan adanya indikasi 

penurunan nilai. 

Estimasi dan Asumsi 

Asumsi utama masa depan dan sumber utama estimasi ketidakpastian lain pada tanggal pelaporan 

yang memiliki risiko signifikan bagi penyesuaian yang material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas 

untuk tahun berikutnya, diungkapkan di bawah ini. Perusahaan dan Entitas Anak mendasarkan asumsi 

dan estimasi pada parameter yang tersedia pada saat laporan keuangan konsolidasian disusun. 

Asumsi dan situasi mengenai perkembangan masa depan mungkin berubah akibat perubahan pasar 

atau situasi diluar kendali Perusahaan dan Entitas Anak. Perubahan tersebut dicerminkan dalam 

asumsi terkait pada saat terjadinya. 

Penyisihan atas Penurunan Nilai Piutang Usaha 

Perusahaan dan Entitas Anak mengevaluasi akun tertentu jika terdapat informasi bahwa pelanggan 

yang bersangkutan tidak dapat memenuhi liabilitas keuangannya. Dalam hal tersebut, Perusahaan dan 

Entitas Anak mempertimbangkan, berdasarkan fakta dan situasi yang tersedia, termasuk namun tidak 

terbatas pada, jangka waktu hubungan dengan pelanggan dan status kredit dari pelanggan 

berdasarkan catatan kredit dari pihak ketiga yang tersedia dan faktor pasar yang telah diketahui, untuk 

mencatat provisi spesifik atas jumlah piutang pelanggan guna mengurangi jumlah piutang yang 

diharapkan dapat diterima oleh Perusahaan dan Entitas Anak. Penyisihan spesifik ini dievaluasi kembali 

dan disesuaikan jika tambahan informasi yang diterima mempengaruhi jumlah penyisihan untuk piutang 

usaha. Nilai tercatat dari piutang usaha Perusahaan dan Entitas Anak sebelum penyisihan untuk 

penurunan nilai pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 

masing-masing adalah sebesar Rp 10.252.303.925, Rp 2.880.788.386 dan Rp 748.757.147. Penjelasan 

lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 6. 

38








Estimasi dan Asumsi (lanjutan) 

Imbalan Kerja 

Penentuan liabilitas imbalan kerja Perusahaan dan Entitas Anak bergantung pada pemilihan asumsi 

yang digunakan oleh aktuaris independen dalam menghitung jumlah-jumlah tersebut. Asumsi tersebut 

termasuk antara lain, tingkat diskonto, tingkat kenaikan gaji tahunan, tingkat pengunduran diri karyawan 

tahunan, tingkat kecacatan, umur pensiun dan tingkat kematian. Hasil aktual yang berbeda dari asumsi 

yang ditetapkan Perusahaan dan Entitas Anak yang memiliki pengaruh lebih dari 10% liabilitas imbalan 

pasti, ditangguhkan dan diamortisasi secara garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja karyawan. 

Sementara Perusahaan dan Entitas Anak berkeyakinan bahwa asumsi tersebut adalah wajar dan 

sesuai, perbedaan signifikan pada hasil aktual dan perubahan signifikan dalam asumsi yang ditetapkan 

Perusahaan dan Entitias Anak dapat mempengaruhi secara material liabilitas imbalan kerja dan beban 

imbalan kerja bersih. Nilai tercatat atas liabilitas imbalan kerja Perusahaan dan Entitas Anak pada 

tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 masing-masing adalah 

sebesar Rp 8.437.550.279, Rp 6.052.555.721 dan Rp 1.115.453.662. Penjelasan lebih rinci diungkapkan 

dalam Catatan 34. 

Penyusutan Aset Tetap 

Biaya perolehan aset tetap disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran 

masa manfaat ekonomisnya. Manajemen mengestimasi masa manfaat ekonomis aset tetap antara 

4 (empat) sampai dengan 20 (dua puluh) tahun. Ini adalah umur yang secara umum diharapkan dalam 

industri dimana Perusahaan dan Entitas Anak menjalankan bisnisnya. Perubahan tingkat pemakaian dan 

perkembangan teknologi dapat mempengaruhi masa manfaat ekonomis dan nilai sisa aset, dan 

karenanya biaya penyusutan masa depan mungkin direvisi. Nilai tercatat bersih atas aset tetap 

Perusahaan dan Entitas Anak pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan 1 Januari 2010/ 

31 Desember 2009 masing-masing adalah sebesar Rp 446.547.628.282, Rp 349.735.863.518 dan 

Rp 50.178.168.469. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 10. 

Penyisihan atas Kerugian dan Kerusakan Peralatan Hotel dan Restoran 

Penyisihan atas kerugian dan kerusakan peralatan hotel dan restoran dihitung berdasarkan persentase 

tertentu dari pendapatan, serta akan dikurangkan apabila terjadi kerugian dan kerusakan peralatan hotel 

dan restoran. Perubahan tingkat kerugian dan kerusakan peralatan hotel dan restoran dapat 

mempengaruhi secara material penyisihan atas kerugian dan kerusakan peralatan hotel dan restoran ini. 

Nilai tercatat bersih atas penyisihan atas kerugian dan kerusakan peralatan hotel dan restoran pada 

tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 masing-masing adalah 

sebesar Rp 486.717.367, Rp 389.612.396 dan Rp 65.117.880 (Catatan 18). 

Pajak Penghasilan 

Estimasi signifikan dilakukan dalam menentukan provisi atas pajak penghasilan badan. Terdapat 

transaksi dan perhitungan tertentu yang penentuan pajak akhirnya adalah tidak pasti dalam kegiatan 

usaha normal. Perusahaan dan Entitas Anak mengakui liabilitas atas pajak penghasilan badan 

berdasarkan estimasi apakah akan terdapat tambahan pajak penghasilan badan. Apabila keputusan 

final atas pajak tersebut berbeda dari jumlah yang pada awalnya dicatat, perbedaan tersebut akan 

dicatat pada laporan laba rugi komprehensif pada periode dimana hasil tersebut dikeluarkan. Penjelasan 

lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 19c. 

39








Estimasi dan Asumsi (lanjutan) 

Instrumen Keuangan 

Perusahaan dan Entitas Anak mencatat aset dan liabilitas keuangan tertentu pada nilai wajar, yang 

mengharuskan penggunaan estimasi akuntansi. Sementara komponen signifikan atas pengukuran nilai 

wajar ditentukan menggunakan bukti obyektif yang dapat diverifikasi, jumlah perubahan nilai wajar dapat 

berbeda bila Perusahaan dan Entitas Anak menggunakan metodologi penilaian yang berbeda. 

Perubahan nilai wajar aset dan liabilitas keuangan tersebut dapat mempengaruhi secara langsung laba 

atau rugi Perusahaan dan Entitas Anak. Nilai tercatat dari aset keuangan pada nilai wajar dalam laporan 

posisi keuangan konsolidasian masing-masing pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah 

sebesar Rp 123.597.166.337 dan Rp 155.920.144.487 (Catatan 39), sedangkan nilai tercatat liabilitas 

keuangan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian masing-masing pada tanggal 31 Desember 

2011 dan 2010 adalah sebesar Rp 368.601.028.889 dan Rp 179.929.873.524 (Catatan 39). 

Aset Pajak Tangguhan 

Aset pajak tangguhan diakui atas seluruh perbedaan temporer yang dapat dikurangkan, sepanjang 

besar kemungkinannya bahwa penghasilan kena pajak akan tersedia sehingga perbedaan temporer 

tersebut dapat digunakan. Estimasi signifikan oleh manajemen disyaratkan dalam menentukan jumlah 

aset pajak tangguhan yang dapat diakui, berdasarkan saat penggunaan dan tingkat penghasilan kena 

pajak serta strategi perencanaan pajak masa depan. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam 

Catatan 19e. 

4. KAS DAN SETARA KAS 

Akun ini terdiri dari: 


31 Desember 2011 31 Desember 2010 31 Desember 2009 

Kas 

Rupiah 575.745.122 998.104.517 3.699.826.942 

Dolar Singapura 

(SIN$ 1.701 pada tanggal 

31 Desember 2011) 11.859.499 - - 

Ringgit Malaysia (RM 2,9 

pada tanggal 31 Desember 

2011 dan 2010 dan 


31 Desember 2009) 8.274 8.456 7.967 

Dolar Amerika Serikat 

(US$ 7.764 pada tanggal 

31 Desember 2010 dan 

US$ 3 pada tanggal 


31 Desember 2009) - 69.806.100 28.200 

Jumlah Kas 587.612.895 1.067.919.073 3.699.863.109 

40

4. KAS DAN SETARA KAS (lanjutan) 









Bank 

Rupiah 

PT Bank Negara Indonesia 

(Persero) Tbk 9.172.517.956 92.446.778 - 

PT Bank Mandiri 

(Persero) Tbk 5.466.334.848 3.031.867.121 - 

PT Bank Central Asia Tbk 4.308.359.037 3.414.679.281 2.279.291.156 

PT Bank Mega Tbk 2.494.814.860 3.596.017.149 84.608.980 

PT Bank Permata Tbk 1.649.287.953 - - 

PT Bank Internasional 

Indonesia Tbk 1.494.712.419 14.862.087 - 

PT Bank Bukopin Tbk 344.839.087 348.351.858 - 

PT Bank Victoria 

International Tbk 334.080.086 228.830.787 - 

PT Bank Danamon 

Indonesia Tbk 254.367.812 108.586.798 543.177.636 

PT Bank DKI 137.340.338 - - 

PT Bank Windu Kentjana 

International Tbk 84.885.643 54.282.938 - 

PT Bank Mayapada 

International Tbk - 67.652.305 63.964.476 

PT Bank CIMB Niaga Tbk - 31.744.757 2.293.668 



(Persero) Tbk 

(US$ 438.453 pada 

tanggal 31 Desember 2011 

dan US$ 74.949 pada 

tanggal 31 Desember 

2010) 3.975.888.811 673.953.923 - 

PT Bank Mega Tbk 

(US$ 71.153 pada tanggal 

31 Desember 2011, 

US$ 150.294 pada tanggal 


dan US$ 2.698 pada 

tanggal 1 Januari 2010/ 

31 Desember 2009) 645.215.136 1.351.293.894 25.365.524 

PT Bank Central Asia Tbk 

(US$ 9.646 pada 

tanggal 31 Desember 2011, 


31 Desember 2010 dan 



31 Desember 2009) 87.470.926 202.029.156 207.301.302 

41










Bank (lanjutan) 


(lanjutan) 

PT Bank Permata Tbk 

(US$ 756 pada 


2011 dan US$ 622 

pada tanggal 

31 Desember 2010) 6.851.690 - - 


Indonesia 

Tbk (US$ 741 pada 


2010 dan US$ 861 

pada tanggal 


31 Desember 2009) - 6.659.184 8.090.110 

Dolar Singapura 


Indonesia Tbk 

(SIN$ 51.637 pada 


2011) 360.115.973 - - 


(SIN$ 2.375 pada 


2011, SIN$ 2.465 pada 


2010 dan SIN$ 4.448 

pada tanggal 1 Januari 

2010/31 Desember 

2009) 16.562.619 17.209.227 29.795.888 

Jumlah Bank 30.833.645.194 13.240.467.243 3.243.888.740 

Deposito Berjangka 

Rupiah 

PT Bank Negara 

Indonesia 


PT Bank DKI 11.180.000.000 - - 

PT Bank Mega Tbk 4.026.659.101 - - 


International Tbk 4.000.000.000 28.052.204.140 - 

42










Deposito Berjangka (lanjutan) 

Rupiah (lanjutan) 


Indonesia Tbk 700.512.052 - - 

PT Bank Bukopin Tbk - 10.000.000.000 - 


International Tbk - 8.753.128.767 - 

PT Bank Tabungan 

Negara - 3.100.000.000 - 



International Tbk 

(US$ 700.660) - 6.299.637.566 - 

Jumlah Deposito Berjangka 46.407.171.153 80.804.970.473 - 

Jumlah Kas dan Setara Kas 77.828.429.242 95.113.356.789 6.943.751.849 

Tingkat suku bunga per tahun untuk penempatan deposito berjangka adalah sebagai berikut: 

43 

2011 2010 

Rupiah 4,10% - 9,00% 5,75% - 8,50% 

Dolar Amerika Serikat - 1% 

Semua rekening bank dan deposito berjangka ditempatkan pada bank pihak ketiga dan bebas dari 

jaminan atau dibatasi penggunaannya. 

5. INVESTASI JANGKA PENDEK 




Investasi efek yang tersedia 

untuk diperdagangkan (trading) 

serta disajikan dengan nilai 

wajar: 

PT Bakrie Sumatra 

Plantations 570.000.000 780.000.000 - 

PT Mitra Adiperkasa Tbk - - 6.527.191.360 


(Persero) Tbk - - 3.366.000.000 

PT Plaza Indonesia 

Realty Tbk - - 350.000.000 

PT Wahana Ottomitra 

Multiartha Tbk - - 48.000.000 

Jumlah 570.000.000 780.000.000 10.291.191.360







5. INVESTASI JANGKA PENDEK (lanjutan) 



Investasi melalui Manajer 

Investasi: 

Amaris Global Limited 

(Amaris) 24.546.490.186 23.700.000.000 48.790.000.000 

Asia Pacific Venture (L) 

Limited (APV) 4.632.692.096 21.954.204.983 49.589.349.800 

Torrance Company 

Limited (Torrance) - 10.000.000.000 - 

Jumlah 29.179.182.282 55.654.204.983 98.379.349.800 

Jumlah 29.749.182.282 56.434.204.983 108.670.541.160 

Pada tahun 2010, Perusahaan menjual saham PT Mitra Adi Perkasa Tbk, PT Bank Negara Indonesia 

(Persero) Tbk, PT Plaza Indonesia Realty Tbk, PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk yang dibeli sejak 

tahun 2008 dan saham PT Bumi Resources Tbk yang dibeli pada tanggal 17 Nopember 2010. 

Keuntungan atas penjualan saham tersebut sebesar Rp 21.863.830.416 disajikan sebagai bagian dari 

pendapatan operasi lain pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Pada tanggal 31 Desember 

2011 dan 2010, Perusahaan memiliki 2.000.000 saham PT Bakrie Sumatra Plantations dengan nilai 

wajar masing-masing sebesar Rp 285 dan Rp 390 per saham. 

Investasi melalui Amaris: 

Berdasarkan Perjanjian Pengelolaan Dana tanggal 29 Desember 2008, PT Eka Ilalang Suryadinamika 

(EIS), Entitas Anak, menunjuk Amaris untuk mengelola dana EIS sebesar Rp 18,1 miliar dalam bentuk 

efek untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan akan diperpanjang satu tahun berikutnya kecuali bila salah 

satu pihak menyatakan mengakhiri perjanjian. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan 1 Januari 

2010/31 Desember 2009, nilai wajar atas sisa dana investasi yang ditempatkan adalah masing-masing 

sebesar Rp 12.293.232.468, Rp 14.700.000.000 dan Rp 18.100.000.000. 

Pada tanggal 30 Juni 2010, PT Grahatama Indah Lestari (GIL), entitas anak PT Mega Biru 

Selaras (MBS), Entitas Anak, menandatangani Perjanjian Pengelolaan Dana dengan Amaris untuk 

mengelola dana GIL dalam bentuk efek sebesar maksimum Rp 5,5 miliar. Kontrak ini mempunyai jangka 

waktu 1 (satu) tahun dan akan diperpanjang satu tahun berikutnya kecuali bila salah satu pihak 

menyatakan mengakhiri perjanjian. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, nilai wajar atas sisa 

dana investasi yang ditempatkan adalah masing-masing sebesar Rp 6.020.942.824 dan 

Rp 5.500.000.000. 

Pada tanggal 24 Nopember 2009, PT Saranausaha Jaya (SJ), Entitas Anak, menandatangani Perjanjian 

Pengelolaan Dana dengan Amaris untuk mengelola dana SJ dalam bentuk efek sebesar maksimum 

Rp 4,75 miliar. Kontrak ini mempunyai jangka waktu 1 (satu) tahun dan akan diperpanjang satu tahun 

berikutnya kecuali bila salah satu pihak menyatakan mengakhiri perjanjian. Pada tanggal 31 Desember 

2011 dan 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, nilai wajar atas sisa dana investasi yang 

ditempatkan masing-masing sebesar Rp 2.500.000.000, Rp 3.500.000.000 dan Rp 4.000.000.000. 

Pada tanggal 25 Nopember 2011, PT Karsa Citra Unggul (KCU), Entitas Anak, menandatangani 

Perjanjian Pengelolaan Dana dengan Amaris untuk mengelola dana KCU dalam bentuk efek sebesar 

maksimum Rp 5 miliar. Kontrak ini mempunyai jangka waktu 1 (satu) tahun dan akan diperpanjang satu 

tahun berikutnya kecuali bila salah satu pihak menyatakan mengakhiri perjanjian. Pada tanggal 

31 Desember 2011, nilai wajar atas sisa dana investasi yang ditempatkan adalah sebesar 

Rp 3.732.314.894. 

44







5. INVESTASI JANGKA PENDEK (lanjutan) 

Investasi melalui Amaris: (lanjutan) 

Pada tanggal 1 Januari 2010/31 Desember 2009, PT Tirta Saga Wangi (Perusahaan yang 

Menggabungkan Diri) memiliki dana investasi yang ditempatkan pada Amaris sebesar 

Rp 26.690.000.000 dan telah dicairkan pada tahun 2010. 

Investasi melalui APV: 

Pada tanggal 4 Desember 2008, PT Karsa Citra Unggul (KCU), Entitas Anak, menandatangani 

Perjanjian Pengelolaan Dana dengan APV untuk mengelola dana KCU sebesar Rp 900.000.000 dalam 

bentuk efek yang berpenghasilan tetap untuk jangka waktu 6 (enam) bulan dan telah diperpanjang 

sampai dengan tanggal 4 Mei 2012. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan 1 Januari 2010/ 

31 Desember 2009, nilai wajar atas sisa dana investasi yang ditempatkan masing-masing sebesar 

Rp 417.138.165, Rp 410.822.815 dan Rp 549.897.800. 

Berdasarkan Perjanjian Pengelolaan Dana dengan APV tertanggal 17 Nopember 2008, PT Kega 

Property Utama (KPU), entitas anak KCU, menunjuk APV untuk mengelola dana KPU sebesar 

Rp 10.355.000.000 dalam bentuk efek yang berpenghasilan tetap untuk jangka waktu 1 (satu) tahun 

dan akan diperpanjang satu tahun berikutnya kecuali bila salah satu pihak menyatakan mengakhiri 

perjanjian. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, nilai 

wajar atas sisa dana investasi yang ditempatkan masing-masing sebesar Rp 4.215.553.931, 

Rp 9.188.070.000 dan Rp 9.538.000.000. 

Pada tanggal 4 Desember 2008, PT Retzan Indonusa (RIN), Entitas Anak, menandatangani Perjanjian 

Pengelolaan Dana dengan APV untuk mengelola dana RIN senilai Rp 21.500.000.000 dalam bentuk 

surat berharga yang likuid untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan diperpanjang secara otomatis 1 (satu) 

tahun mendatang kecuali terdapat keinginan dari salah satu pihak untuk mengakhiri perjanjian ini. 

Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, nilai wajar atas sisa dana 

investasi yang ditempatkan masing-masing sebesar Rp 8.054.808.168 dan Rp 21.501.410.000. Pada 

bulan Juni 2011, penempatan investasi telah dicairkan oleh RIN. 

Berdasarkan Perjanjian Pengelolaan Dana dengan APV tertanggal 15 Oktober 2008, PT Mega Biru 

Selaras (MBS), Entitas Anak, menunjuk APV untuk mengelola dana MBS sebesar Rp 18.000.000.000 

dalam bentuk efek untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 1 Januari 

2010/31 Desember 2009, nilai wajar atas sisa dana investasi yang ditempatkan masing-masing sebesar 

Rp 4.300.504.000 dan Rp 18.000.042.000. Pada bulan Juni 2011, penempatan investasi telah dicairkan 

oleh MBS. 

Investasi melalui Torrance: 

Berdasarkan Perjanjian Pengelolaan Dana dengan Torrance tertanggal 13 Desember 2010, 

Perusahaan menunjuk Torrance untuk mengelola dana Perusahaan sebesar Rp 10.000.000.000 dalam 

bentuk surat berharga yang likuid untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan diperpanjang secara otomatis 

1 (satu) tahun mendatang kecuali terdapat keinginan dari salah satu pihak untuk mengakhiri perjanjian. 

Pada bulan Maret 2011, penempatan investasi telah dicairkan oleh Perusahaan. 

45







6. PIUTANG USAHA DENGAN PIHAK KETIGA 

Rincian piutang usaha dengan pihak ketiga berdasarkan langganan terdiri dari: 



Piutang dari kegiatan usaha 

hotel: 

City Ledger 3.957.643.413 2.129.516.820 546.739.756 

Guest Ledger 1.212.409.989 751.271.566 202.017.391 

5.170.053.402 2.880.788.386 748.757.147 

Piutang dari persewaan ruang: 

PT Mitra Adiperkasa Tbk 1.902.285.000 - - 

PT Prima Buana Perkasa 920.997.000 - - 

PT Trans Mahagaya 809.417.070 - - 

PT Sukses Diva Mandiri 794.178.000 - - 

PT Sari Coffee Indonesia 182.761.920 - - 

Lain-lain 472.611.533 - - 

5.082.250.523 - - 

Jumlah 10.252.303.925 2.880.788.386 748.757.147 

Dikurangi cadangan kerugian 

penurunan nilai - - (117.876.779) 

Neto 10.252.303.925 2.880.788.386 630.880.368 

Rincian umur piutang usaha dengan pihak ketiga berdasarkan tanggal faktur adalah sebagai berikut: 



Belum jatuh tempo 3.435.727.395 2.211.339.857 378.160.643 

Jatuh tempo: 

1 - 30 hari 2.954.747.501 540.879.162 159.407.051 

31 - 60 hari 3.847.986.699 124.809.182 131.698.452 

61 - 90 hari 13.842.330 3.760.185 11.120.000 

Lebih dari 90 hari - - 68.371.001 

Jumlah 10.252.303.925 2.880.788.386 748.757.147 

Dikurangi cadangan kerugian 

penurunan nilai - - (117.876.779) 

Neto 10.252.303.925 2.880.788.386 630.880.368 

46







6. PIUTANG USAHA DENGAN PIHAK KETIGA (lanjutan) 

Perubahan saldo cadangan kerugian penurunan nilai adalah sebagai berikut: 



Saldo awal tahun - 117.876.779 19.071.866 

Penghapusan cadangan - (117.876.779) - 

Penyisihan tahun berjalan - - 98.804.913 

Saldo akhir tahun - - 117.876.779 

Manajemen berpendapat bahwa cadangan kerugian penurunan nilai cukup untuk menutup kerugian 

yang timbul dari tidak tertagihnya piutang. Manajemen juga berpendapat bahwa tidak terdapat risiko 

yang terkonsentrasi secara signifikan atas piutang usaha. 

7. SALDO DAN TRANSAKSI DENGAN PIHAK - PIHAK BERELASI 

Rincian transaksi dan saldo transaksi dengan pihak-pihak berelasi adalah sebagai berikut: 

47 

Persentase (%) dari 

jumlah aset/liabilitas 

1 Januari 1 Jan 

2010/ 2010/ 

31 Desember 31 Desember 31 Desember 31 Des 31 Des 31 Des 

2011 2010 2009 2011 2010 2009 

Piutang lain-lain: 

I Made Astawa 494.000.000 - - 0,04 - - 

PT Kega Kharisma Utama 425.128.000 506.749.000 530.000.000 0,04 0,06 0,11 

PT Anugerah Nusaraya 18.993.206 - - 0,00 - - 

PT Oasis Hotel Bogor - 175.717.816 15.000.000 - 0,02 0,00 

PT Grahatama Kreasibaru - 275.000.000 - - 0,03 - 

Jemmy Asiku - - 359.486.000 - - 0,07 

Jumlah 938.121.206 957.466.816 904.486.000 0,08 0,11 0,18 

Utang lain-lain: 

PT Sinar Monexindo 3.963.100.000 15.233.100.000 - 0,79 7,38 - 

Jemmy Asiku 127.225.472 83.295.472 - 0,03 0,04 - 

Direksi PT Karsa Citra 

Unggul (Entitas Anak) 9.092.000 206.444.500 - 0,00 0,10 - 

PT Grahatama Kreasibaru - - 139.309.734 - - 1,54 

Jumlah 4.099.417.472 15.522.839.972 139.309.734 0,82 7,52 1,54 

Piutang dan utang kepada pihak-pihak berelasi terutama timbul dari biaya-biaya operasional yang 

dibayarkan terlebih dahulu oleh pihak-pihak berelasi dan/atau sebaliknya. Atas piutang dan utang 

tersebut tidak dikenakan bunga. 

Utang dari PT Sinar Monexindo merupakan pinjaman yang diberikan kepada PT Aneka Bina Laras 

(Entitas Anak) yang digunakan untuk membiayai pembangunan HARRIS Suites fX Sudirman. Pinjaman 

ini tanpa bunga dan tanpa jadwal pembayaran yang tetap.







7. SALDO DAN TRANSAKSI DENGAN PIHAK-PIHAK BERELASI (lanjutan) 

Transaksi pendapatan dan beban dengan pihak-pihak berelasi dilakukan dengan tingkat harga 

sebagaimana dilakukan dengan pihak ketiga. 

Sifat hubungan dengan pihak-pihak berelasi di atas adalah sebagai berikut: 

a. I Made Astawa merupakan pengurus PT Segara Biru Kencana, entitas anak PT Karsa Citra Unggul, 

Entitas Anak. 

b. PT Kega Kharisma Utama merupakan Perusahaan yang sebagian pengurus atau manajemennya 

sama dengan pengurus atau manajemen Perusahaan. 

c. PT Anugerah Nusaraya merupakan Perusahaan yang sebagian pengurus atau manajemennya 

sama dengan pengurus atau manajemen Perusahaan. 

d. PT Oasis Hotel Bogor merupakan Entitas Asosiasi dari PT Karsa Citra Unggul (Entitas Anak) pada 

tahun 2010. 

e. Jemmy Asiku merupakan pemegang saham PT Cakra Guna Dharma Eka, entitas anak PT Mega Biru 

Selaras (Entitas Anak). 

f. PT Sinar Monexindo merupakan pemegang saham minoritas PT Aneka Bina Laras, Entitas Anak. 

g. PT Grahatama Kreasibaru merupakan pemegang saham Perusahaan. 

8. PERSEDIAAN 




Makanan dan minuman 663.999.176 216.629.020 59.045.514 

Perlengkapan hotel 636.503.858 139.608.243 33.414.731 

Lain-lain 178.778.454 204.188.931 34.336.583 

Jumlah 1.479.281.488 560.426.194 126.796.828 

Berdasarkan penelaahan atas kondisi fisik persediaan pada akhir tahun, manajemen Perusahaan dan 

Entitas Anak berkeyakinan bahwa persediaan telah mencerminkan nilai realisasi netonya, sehingga 

tidak perlu dilakukan penyisihan penurunan nilai atas persediaan tersebut. 

9. INVESTASI PADA ENTITAS ASOSIASI 

48 


Bagian atas 

Laba (Rugi) Penambahan 

Persentase Nilai Tercatat Neto Entitas (Pengurangan) Nilai Tercatat 

Kepemilikan 1 Januari 2011 Asosiasi Penyertaan 31 Desember 2011 

Metode Ekuitas 

PT Omega 

Propetindo (OP) 33,34% 19.990.281.142 923.931.148 - 20.914.212.290 

PT Java Paradise 

Island (JPI) 27,50% 18.866.333.307 1.613.987.193 - 20.480.320.500 

PT Oasis Hotel 

Bogor (OHB) 1) 50,00% 4.784.675.038 - (4.784.675.038) 2) - 

Jumlah 43.641.289.487 2.537.918.341 (4.784.675.038) 41.394.532.790

9. PENYERTAAN SAHAM (lanjutan) 







49 


Bagian atas 

Laba (Rugi) Penambahan 

Persentase Nilai Tercatat Neto Entitas (Pengurangan) Nilai Tercatat 

Kepemilikan 1 Januari 2010 Asosiasi Penyertaan 31 Desember 2010 


PT Indonesian Paradise 

Island (IPI) 48,75% 252.423.931.075 4.517.660.779 24.375.000.000 - 

87.750.000.000 

(369.066.591.854) 3) 


Island (JPI) 27,50% 17.673.341.469 1.192.991.838 - 18.866.333.307 


Propetindo (OP) 33,34% 18.198.591.282 1.791.689.860 - 19.990.281.142 


Bogor (OHB) 1) 50,00% 4.798.850.894 (14.175.856 ) - 4.784.675.038 

Jumlah 293.094.714.720 7.488.166.621 (256.941.591.854) 43.641.289.487 

1 Januari 2010/31 Desember 2009 

Selisih Penilaian Bagian atas 

Kembali Investasi Penambahan Laba (Rugi) 

Persentase Nilai Tercatat Pada Entitas (Pengurangan) Neto Entitas Nilai Tercatat 

Kepemilikan 1 Januari 2009 Asosiasi Penyertaan Asosiasi 31 Desember 2009 


PT Indonesian 

Paradise 

Island (IPI) 48,75% 64.491.024.126 184.054.547.458 - 3.878.359.491 252.423.931.075 


Island (JPI) 27,50% 15.137.883.282 2.402.949.682 - 132.508.505 17.673.341.469 


Propetindo (OP) 33,34% 18.818.625.267 - (721.435.891) 101.401.906 18.198.591.282 


Bogor (OHB) 1) 50,00% 4.812.888.430 - - (14.037.536) 4.798.850.894 

PT Retzan 

Indonusa (RIN) - - - 1.114.314.670 (1.114.314.670) - 

Jumlah 103.260.421.105 186.457.497.140 392.878.779 2.983.917.696 293.094.714.720 

1) 

Melalui PT Karsa Citra Unggul, Entitas Anak. 

2) 

Dijual pada bulan Oktober 2011. 

3) 

Dikonsolidasikan sejak tanggal 23 Desember 2010 (lihat Catatan 1d). 

Perusahaan telah melakukan penilaian kembali terhadap investasi pada Entitas Asosiasi (PT Java 

Paradise Island dan PT Indonesian Paradise Island) untuk posisi tanggal 31 Juli 2009 (setelah Kuasi- 

Reorganisasi). Berdasarkan laporan penilaian independen KJPP Samsul Hadi, Wahyono Adi, Hendra 

Gunawan & Rekan (SAH & Rekan) No. PU.012.09 tertanggal 1 Desember 2009 untuk PT Java 

Paradise Island dan No. PU.013.09 tertanggal 1 Desember 2009 untuk PT Indonesian Paradise Island, 

terdapat kenaikan nilai investasi pada kedua Entitas Asosiasi yaitu PT Java Paradise Island sebesar 

Rp 2.402.949.682 dan PT Indonesian Paradise Island sebesar Rp 184.054.547.458 atau keduanya 

sebesar Rp 186.457.497.140 (lihat Catatan 38). 

Penilaian kembali investasi pada Entitas Asosiasi menggunakan rekonsiliasi indikasi nilai yang diperoleh 

dari penggunaan metode Discounted Cash Flow dan Market Multiples Method (untuk investasi pada 

PT Java Paradise Island) dan rekonsiliasi indikasi nilai yang diperoleh dari penggunaan metode 

Discounted Cash Flow dan Adjusted Book Value (untuk investasi pada PT Indonesian Paradise Island). 

Perusahaan membukukan selisih penilaian kembali investasi pada Entitas Asosiasi sebesar 

Rp 186.457.497.140 ke dalam akun “Selisih Penilaian Kembali Investasi pada Entitas Asosiasi” yang 

merupakan komponen ekuitas sebelum Kuasi-Reorganisasi (Catatan 2y).

9. PENYERTAAN SAHAM (lanjutan) 







Sehubungan dengan peningkatan modal ditempatkan dan disetor IPI sebesar Rp 50.000.000.000 pada 

tanggal 25 Nopember 2010, Perusahaan melakukan penyetoran tunai sebesar Rp 24.375.000.000 

sesuai dengan persentase kepemilikan pada IPI. 

Pada tanggal 23 Desember 2010, Perusahaan meningkatkan kepemilikannya pada IPI sebesar 16,25% 

dari 48,75% menjadi 65% melalui pembelian saham dari Dana Pensiun Bank Indonesia dengan biaya 

perolehan Rp 87.750.000.000. Pembelian saham ini telah dinyatakan dalam Akta Jual Beli Saham 

No. 243 tanggal 23 Desember 2010 yang dibuat di hadapan Humberg Lie, SH, SE, MKn, Notaris di 

Jakarta. Akibat peningkatan kepemilikan ini, IPI menjadi Entitas Anak dan laporan keuangannya 

dikonsolidasikan sejak tanggal 23 Desember 2010 (Catatan 1d). 

Berdasarkan Surat Pengoperan Hak-Hak atas Saham tanggal 3 Oktober 2011 antara PT Karsa Citra 

Unggul (KCU), Entitas Anak, selaku pemilik 2.223.500 saham PT Oasis Hotel Bogor (OHB), dengan 

PT Panoramaland Development (PD), KCU sepakat untuk mengoperkan hak-hak atas 2.223.500 saham 

OHB yang dimilikinya kepada PD dengan harga pengoperan sebesar Rp 6.012.500.000. Surat 

Pengoperan Hak-Hak atas Saham tersebut telah dinyatakan dalam Akta Depot (Penyimpanan) No. 31 

tanggal 5 Oktober 2011 yang dibuat di hadapan Edison Jingga, SH, Notaris di Jakarta. Sehubungan 

dengan penjualan tersebut, KCU membukukan laba penjualan investasi pada entitas asosiasi sebesar 

Rp 1.227.824.962. 

10. ASET TETAP 


50 


1 Januari 2011 Penambahan Pengurangan 31 Desember 2011 

Nilai Tercatat 

Pemilikan Langsung 

Hak atas tanah 282.065.809.977 - 34.048.811.407 1) 248.016.998.570 

Bangunan dan prasarana 96.779.339.087 5.252.416.238 425.225.000 211.455.836.149 

109.849.305.824 2) 

Peralatan dan perlengkapan 18.643.098.514 23.288.864.105 10.000.000 42.927.903.741 

1.005.941.122 2) 

Kendaraan 1.700.061.292 - - 1.700.061.292 

Sub jumlah 399.188.308.870 28.541.280.343 435.225.000 504.100.799.752 

110.855.246.946 2) 

34.048.811.407 1) 

Sewa Pembiayaan 

Kendaraan 752.250.000 1.482.950.000 - 2.235.200.000 

Jumlah Nilai Tercatat 399.940.558.870 30.024.230.343 435.225.000 506.335.999.752 

110.855.246.946 2) 34.048.811.407 1) 

Akumulasi Penyusutan 


Bangunan dan prasarana 37.562.215.652 5.845.171.752 70.777.230 43.336.610.174 

Peralatan dan perlengkapan 11.824.427.255 3.398.731.177 8.124.988 15.215.033.444 

Kendaraan 729.437.862 177.663.377 - 907.101.239 

Sub jumlah 50.116.080.769 9.421.566.306 78.902.218 59.458.744.857 


Kendaraan 88.614.583 241.012.030 - 329.626.613 

Jumlah Akumulasi Penyusutan 50.204.695.352 9.662.578.336 78.902.218 59.788.371.470 

Nilai Buku 349.735.863.518 446.547.628.282

10. ASET TETAP (lanjutan) 







51 





Hak atas tanah 32.394.354.523 2.359.500.000 4) - 282.065.809.977 

4.850.512.476 

3.077.576.985 5) 

239.383.865.993 6) 

Bangunan dan prasarana 23.957.215.397 89.881.920 3.000.000.000 96.779.339.087 

1.640.500.000 4) 108.884.235 7) 

74.200.626.005 5) 

Peralatan dan perlengkapan 5.421.731.211 1.101.039.114 - 18.643.098.514 

12.011.443.954 5) 

108.884.235 7) 

Kendaraan 464.434.099 591.595.173 225.540.099 3) 1.700.061.292 

869.572.119 5) 

Sub jumlah 62.237.735.230 6.633.028.683 3.000.000.000 399.188.308.870 

4.000.000.000 4) 108.884.235 7) 

108.884.235 7) 225.540.099 3) 

239.383.865.993 6) 

90.159.219.063 5) 


Kendaraan 290.000.000 492.250.000 5) 30.000.000 3) 752.250.000 

Jumlah Nilai Tercatat 62.527.735.230 6.633.028.683 3.000.000.000 399.940.558.870 

4.000.000.000 4) 108.884.235 7) 

108.884.235 7) 255.540.099 3) 

239.383.865.993 6) 

90.651.469.063 5) 



Bangunan dan prasarana 8.506.934.666 1.040.340.418 1.787.500.000 37.562.215.652 

29.802.440.568 5) 

Peralatan dan perlengkapan 3.601.929.512 719.823.335 - 11.824.427.255 

7.502.674.408 5) 

Kendaraan 228.619.249 16.339.167 - 729.437.862 

484.479.446 5) 

Sub jumlah 12.337.483.427 1.776.502.920 1.787.500.000 50.116.080.769 

37.789.594.422 5) 


Kendaraan 12.083.334 31.249.999 - 88.614.583 

45.281.250 5) 

Jumlah Akumulasi Penyusutan 12.349.566.761 1.807.752.919 1.787.500.000 50.204.695.352 

37.834.875.672 5) 

Nilai Buku 50.178.168.469 349.735.863.518








52 





Hak atas tanah 31.177.549.523 1.216.805.000 7) - 32.394.354.523 

Bangunan dan prasarana 24.978.220.827 315.888.465 1.336.893.895 7) 23.957.215.397 

Peralatan dan perlengkapan 4.788.877.304 660.269.151 27.415.244 7) 5.421.731.211 

Kendaraan 263.172.428 223.190.099 7) 123.472.428 464.434.099 

101.544.000 8) 

Sub jumlah 61.207.820.082 976.157.616 123.472.428 62.237.735.230 

1.439.995.099 7) 1.364.309.139 7) 

101.544.000 8) 


Kendaraan 101.544.000 290.000.000 101.544.000 8) 290.000.000 

Jumlah Nilai Tercatat 61.309.364.082 1.266.157.616 123.472.428 62.527.735.230 

1.439.995.099 7) 1.364.309.139 7) 

101.544.000 8) 101.544.000 8) 



Bangunan dan prasarana 7.251.240.196 1.255.694.470 - 8.506.934.666 

Peralatan dan perlengkapan 2.899.457.007 702.472.505 - 3.601.929.512 

Kendaraan 206.995.269 35.041.116 87.459.636 228.619.249 

74.042.500 8) 

Sub jumlah 10.357.692.472 1.993.208.091 87.459.636 12.337.483.427 

74.042.500 8) 


Kendaraan 71.927.000 14.198.834 74.042.500 8) 12.083.334 

Jumlah Akumulasi Penyusutan 10.429.619.472 2.007.406.925 87.459.636 12.349.566.761 

74.042.500 8) 74.042.500 8) 

Nilai Buku 50.879.744.610 50.178.168.469 

Catatan: 

1) 

Penyesuaian identifikasi aset IPI yang dikonsolidasikan berdasarkan transaksi penjualan saham IPI pada bulan Juni 2011. 

2) 

Reklasifikasi dari aset tidak lancar lainnya (Catatan 16). 

3) 

Penyesuaian. 

4) 

Reklasifikasi dari uang muka perolehan aset tetap atas Hotel Bali Prani di Kuta, Bali. 

5) 

Aset Entitas Anak (IPI) yang dikonsolidasikan sejak 23 Desember 2010. 

6) 

Identifikasi aset Entitas Anak (IPI) yang dikonsolidasi. 

7) 

Perubahan atas kenaikan dan penurunan nilai aset tetap dari hasil revaluasi aset tetap. 

8) 

Reklasifikasi dari aset sewa pembiayaan ke pemilikan langsung. 

Beban penyusutan dibebankan ke dalam beban operasi masing-masing adalah sebesar 

Rp 9.662.578.336 dan Rp 1.807.752.919 pada tahun 2011 dan 2010. 

Penambahan aset tetap pada tahun 2010, termasuk aset tetap PT Indonesian Paradise Island (IPI), 

Entitas Anak, yang dikonsolidasi dengan nilai buku Rp 52.816.593.391 dan identifikasi aset Entitas 

Anak (IPI) yang dikonsolidasi sejumlah Rp 239.383.865.993, keduanya dikonsolidasi pada akhir tahun 

2010 (Catatan 1d). Selanjutnya sehubungan dengan penjualan saham IPI pada bulan Juni 2011, bagian 

aset IPI disesuaikan sejumlah Rp 34.048.811.407, sesuai pencatatan pengidentifikasian aset pada saat 

konsolidasi.








Keuntungan penjualan aset tetap adalah sebagai berikut: 

53 

2011 2010 

Harga perolehan: 

Bangunan dan prasarana 425.225.000 3.000.000.000 

Peralatan dan perlengkapan 10.000.000 - 

Jumlah harga perolehan 435.225.000 3.000.000.000 

Akumulasi penyusutan: 

Bangunan dan prasarana 70.777.230 1.787.500.000 

Peralatan dan perlengkapan 8.124.988 - 

Jumlah akumulasi penyusutan 78.902.218 1.787.500.000 

Nilai buku 356.322.782 1.212.500.000 

Harga jual 455.700.000 4.231.660.848 

Laba penjualan aset tetap (Catatan 30) 99.377.218 3.019.160.848 

Pada tahun 2008, Perusahaan memperoleh tanah yang berlokasi di Tebet, Jakarta berupa Hak Guna 

Bangunan (HGB) No. 2682 seluas 237 meter persegi atas nama Perusahaan. HGB tersebut akan jatuh 

tempo pada tahun 2021 dan menurut Perusahaan hak tersebut dapat diperpanjang pada saat jatuh 

tempo. 

Perusahaan menguasai sebidang tanah yang terletak di Tuban, Bali dengan Hak Guna Bangunan 

(HGB) No. 851 seluas 2.700 meter persegi atas nama Perusahaan. HGB tersebut akan jatuh tempo 

pada tahun 2034 dan menurut Perusahaan hak tersebut dapat diperpanjang pada saat jatuh tempo. 

Pada tahun 2010, Perusahaan memperoleh tanah yang terletak di Kuta, Bali dengan Hak Guna 

Bangunan (SHGB) No. 990/Kuta seluas 1.800 meter persegi atas nama Perusahaan. HGB tersebut 

akan jatuh tempo pada tahun 2040 dan menurut Perusahaan hak tersebut dapat diperpanjang pada 

saat jatuh tempo. 

PT Eka Ilalang Suryadinamika (EIS), Entitas Anak, memiliki 4 (empat) bidang tanah seluas 12.498 

meter persegi yang terletak di Sentul City, Jalan Gatot Subroto, Kecamatan Citeureup, Kabupaten 

Bogor, Jawa Barat, sesuai dengan akta jual beli No. 121/2007, No. 122/2007, No. 123/2007, 

No. 124/2007, No. 125/2007, No. 126/2007, No. 127/2007 dan No. 128/2007 tertanggal 18 Juni 2007 

dari Niken Larasati, SH, Notaris PPAT di Bogor. Sampai dengan tanggal laporan auditor independen, 

hak tanah masih dalam proses balik nama menjadi atas nama EIS. 

PT Langgeng Cipta Karya (LCK), Entitas Anak, mempunyai 1 (satu) bidang tanah seluas 2.120 meter 

persegi yang terletak di desa Kedewatan, Ubud, Bali, dengan hak legal berupa Sertifikat Hak Milik 

(SHM) No. 2361/Desa Kedewatan atas nama LCK.








PT Retzan Indonusa (RIN), Entitas Anak, memiliki 2 (dua) bidang tanah yang terletak di Kecamatan 

Batam Kota, Kelurahan Teluk Tering, Batam, Kepulauan Riau dengan luas 5.638 meter persegi dan 

1.361 meter persegi dengan hak legal berupa Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) selama 

30 (tiga puluh) tahun yang berakhir pada tahun 2018. RIN juga memiliki bangunan berikut tanah yang 

terletak di Komplek Center Point, Pulau Batam dengan hak legal berupa Sertifikat Hak Guna Bangunan 

(SHGB) yang akan berakhir pada tahun 2018. Manajemen RIN berpendapat tidak terdapat masalah 

dengan perpanjangan hak atas tanah karena seluruh tanah diperoleh secara sah dan didukung dengan 

bukti kepemilikan yang sah. 

Aset tetap Perusahaan dan Entitas Anak digunakan sebagai jaminan atas pinjaman jangka panjang 

(Catatan 22). 

Pada tanggal 31 Desember 2011, aset tetap Perusahaan dan Entitas Anak telah diasuransikan 

terhadap risiko kerugian atas kebakaran dan risiko lainnya dengan nilai pertanggungan sebesar 

Rp 215.751.197.460. Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berpendapat bahwa nilai 

pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas aset yang 

dipertanggungkan. 

Berdasarkan penelaahan manajemen Perusahaan dan Entitas Anak, tidak terdapat kejadian-kejadian 

atau perubahan-perubahan keadaan yang mengindikasikan adanya penurunan nilai aset tetap pada 

tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009. 

11. HAK SEWA JANGKA PANJANG 

Akun ini merupakan pembayaran hak sewa jangka panjang yang direncanakan untuk dikembangkan 

oleh Entitas Anak dengan rincian sebagai berikut: 



Hak sewa apartemen 

fX Residence, Jakarta 

(lihat Catatan 36c) 40.810.000.000 40.810.000.000 - 

Uang muka hak sewa tanah 

jangka panjang 9.048.083.711 5.801.805.938 5.716.652.438 

Hak pemanfaatan tanah di 

Jalan AM Sangaji, 

Yogyakarta 

(lihat Catatan 36c) 816.816.000 816.816.000 816.816.000 

Hak sewa tanah di Ubud, 

Bali (lihat Catatan 36c) 587.200.000 587.200.000 450.000.000 

Jumlah 51.262.099.711 48.015.821.938 6.983.468.438 

Akumulasi amortisasi 

hak sewa (1.092.586.291) (301.853.467) (255.052.933) 

Neto 50.169.513.420 47.713.968.471 6.728.415.505 

54







11. HAK SEWA JANGKA PANJANG (lanjutan) 

Uang muka hak sewa tanah jangka panjang terdiri dari: 

- Uang muka atas hak sewa beberapa tanah seluas 472.410 meter persegi dengan jangka waktu 

sewa selama 30 (tiga puluh) tahun yang terletak di Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan, 

Kabupaten Gianyar, Bali oleh PT Grahatama Indah Lestari (GIL), entitas anak PT Mega Biru Selaras 

(Entitas Anak). Saldo uang muka pada tanggal 31 Desember 2011, 31 Desember 2010 dan 1Januari 

2010/31 Desember 2009 masing-masing adalah sebesar Rp 8.603.639.271, Rp 5.801.805.938 dan 

Rp 5.716.652.438. 

- Uang muka atas hak sewa tanah seluas 2.443 meter persegi dengan jangka waktu sewa selama 

30 (tiga puluh) tahun yang terletak di Jalan Danau Tamblingan No. 40, Kelurahan Sanur, Kecamatan 

Denpasar Selatan, Kabupaten Badung, Bali oleh PT Segara Biru Kencana (SBK), entitas anak 

PT Karsa Citra Unggul (Entitas Anak). Saldo uang muka pada tanggal 31 Desember 2011 adalah 

sebesar Rp 444.444.440. 

12. TANAH YANG BELUM DIKEMBANGKAN 




Entitas Anak: 

PT Karsa Citra Unggul 8.000.000.000 8.000.000.000 8.000.000.000 

PT Cakra Guna Dharma Eka 4.155.518.798 1.555.015.798 1.555.015.798 

Jumlah 12.155.518.798 9.555.015.798 9.555.015.798 

PT Karsa Citra Unggul (KCU), Entitas Anak, memiliki 2 (dua) bidang tanah yang belum dikembangkan 

seluas 2.144 meter persegi yang terletak di Desa Sario Tumpaan, Manado Selatan, Sulawesi Utara, 

dengan hak legal berupa Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) No. 105/Desa Sario Tumpaan seluas 

1.033 meter persegi dan SHGB No. 106/Desa Sario Tumpaan seluas 1.111 meter persegi masingmasing 

atas nama KCU. Saldo harga perolehan tanah ini pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 

dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 masing-masing sebesar Rp 8.000.000.000. 

PT Cakra Guna Dharma Eka (CGDE), entitas anak PT Mega Biru Selaras (Entitas Anak), memiliki 

beberapa bidang tanah yang belum dikembangkan dengan total luas 622.815 meter persegi yang 

terletak di Desa Waleo, Manado, Sulawesi Utara yang telah disertifikasi atas nama CGDE yang terdiri 

dari 24 (dua puluh empat) Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) yang terdiri dari SHGB No. 01/Desa 

Waleo sampai dengan No. 23/Desa Waleo tanggal 4 September 2003; dan SHGB No. 1/Desa 

Makalisung tanggal 4 September 2003. Saldo harga perolehan tanah ini pada tanggal 31 Desember 

2011 adalah sebesar Rp 4.155.518.798, sedangkan pada tanggal 31 Desember 2010 dan 1 Januari 

2010/31 Desember 2009 masing-masing sebesar Rp 1.555.015.798. 

55

13. BIAYA DITANGGUHKAN 









Saldo awal 24.304.242.445 5.693.761.639 4.574.333.305 

Penambahan tahun berjalan 676.512.502 18.610.480.806 1.119.428.334 

Saldo akhir 24.980.754.947 24.304.242.445 5.693.761.639 

Amortisasi: 

- Saldo awal (209.200.300) (79.359.212) - 

- Amortisasi tahun berjalan (2.896.656.140) (129.841.088) (79.359.212) 

Jumlah 21.874.898.507 24.095.042.145 5.614.402.427 

Biaya ditangguhkan merupakan biaya perolehan hak kepemilikan tanah dan hak guna bangunan dan 

diamortisasi sepanjang periode hak atas tanah atau umur ekonomis tanah, mana yang lebih pendek, 

dengan metode garis lurus. Penambahan biaya ditangguhkan pada tahun 2010 termasuk biaya 

ditangguhkan Entitas Anak yang dikonsolidasi pada akhir tahun 2010 dengan nilai buku 

Rp 10.072.871.686. 

14. UANG MUKA PEROLEHAN ASET TETAP 



Uang muka perolehan tanah 

di Desa Waleo, Kabupaten 

Minahasa, Sulawesi Utara 6.698.639.298 4.697.363.248 4.368.813.248 


di Batam, Riau - 200.000.000 - 


dan bangunan Hotel Bali 

Prani di Kuta, Bali - - 2.847.954.800 

Jumlah 6.698.639.298 4.897.363.248 7.216.768.048 

PT Cakra Guna Dharma Eka (CDGE), entitas anak PT Mega Biru Selaras (Entitas Anak), melakukan 

pembayaran uang muka perolehan tanah atas 34 (tiga puluh empat) bidang tanah dengan total luas 

506.660 meter persegi di Desa Waleo, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Sampai dengan tanggal 

laporan auditor independen, proses pengambilalihan tanah tersebut di atas masih dalam pengurusan 

perijinan. Jumlah uang muka perolehan tanah yang dibayar sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 

dan 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 masing-masing sebesar Rp 6.698.639.298, 

Rp 4.697.363.248 dan Rp 4.368.813.248. 

PT Retzan Indonusa (RIN), Entitas Anak, melakukan pembayaran uang muka perolehan tanah untuk 

perolehan tanah yang terletak di Propinsi Riau, Kotamadya Daerah Kota Batam, Kecamatan Sekupang, 

Kelurahan Patam Lestari seluas 5.000 meter persegi sejumlah Rp 1.200.000.000 dan Rp 200.000.000 

pada tahun 2011 dan 2010. Sehubungan dengan pembatalan perjanjian pembelian tanah, jumlah uang 

muka yang telah dibayar sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 sebesar Rp 1.400.000.000 telah 

direklasifikasi sebagai piutang lain-lain. 

Pada tahun 2010, uang muka perolehan tanah dan bangunan Hotel Bali Prani di Kuta, Bali, telah 

direklasifikasi dan disajikan sebagai bagian dari aset tetap setelah proses dokumentasi kepemilikan 

telah beralih kepada Perusahaan. 

56

15. ASET TAKBERWUJUD 










Goodwill 597.041.887 614.377.843 106.551.584 

Biaya situs web 326.702.026 335.602.026 - 

Perangkat lunak 29.977.407 35.095.500 - 

Jumlah 953.721.320 985.075.369 106.551.584 

Goodwill 

Rincian atas goodwill adalah sebagai berikut: 



Perusahaan: 

Goodwill atas akuisisi 

PT Dinamika Putra Perkasa 6.237.781 6.237.781 7.830.406 

Goodwill atas akuisisi 

PT Saranausaha Jaya - 10.786.166 13.662.477 

Entitas Anak: 


Perkasa - goodwill atas 

akuisisi PT Magna Terra 590.804.106 590.804.106 - 

PT Mega Biru Selaras - 

goodwill atas akuisisi 

PT Grahatama 

Indah Lestari - 6.549.790 85.058.701 

Jumlah 597.041.887 614.377.843 106.551.584 

Seperti diungkapkan pada Catatan 2a, sesuai dengan ketentuan transisi dari PSAK 48 (Revisi 2009) 

yang diterapkan Perusahaan dan Entitas Anak mulai dari tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan 

Entitas Anak menghentikan amortisasi goodwill dan dilakukan pengujian penurunan nilai pada setiap 

akhir tahun apabila terindikasi ada penurunan nilai. Pada tanggal 31 Desember 2011, manajemen 

Perusahaan dan Entitas Anak menetapkan penurunan nilai goodwill atas akuisisi PT Saranausaha Jaya 

sebesar Rp 10.786.166 dan PT Grahatama Indah Lestari sebesar Rp 6.549.790 karena belum adanya 

unit penghasil kas pada entitas anak tersebut sampai dengan tanggal 31 Desember 2011. Rugi 

penurunan nilai tersebut dibebankan sebagai beban operasi lain pada laporan laba rugi komprehensif 

konsolidasian (Catatan 31). 

Biaya situs web 

Akun ini merupakan biaya pengembangan situs web milik PT Dinamika Putra Perkasa, Entitas Anak. 

Perangkat lunak 

Akun ini merupakan perangkat lunak milik PT Aneka Bina Laras, Entitas Anak. 

57

16. ASET TIDAK LANCAR LAINNYA 







Akun ini terutama merupakan akumulasi pembiayaan untuk renovasi pembangunan dan 

pengembangan hotel dan pusat perbelanjaan yang terdiri dari: 



Pembangunan hotel dan 

pusat perbelanjaan 340.811.836.167 131.183.652.235 3.014.337.967 

Pembiayaan dan beban 

keuangan 24.976.606.531 14.417.358.131 - 

Arsitektur dan design interior 13.835.759.883 12.070.370.293 1.504.020.178 

Lain-lain 25.175.152.818 4.652.364.929 314.443.624 

Jumlah 404.799.355.399 162.323.745.588 4.832.801.769 

Rincian proyek pembiayaan renovasi pembangunan dan pengembangan hotel dan pusat perbelanjaan 


Perkiraan Saldo Saldo 

Tahun Saldo 31 Desember 1 Januari 2010/ 

Keterangan Proyek Pembiayaan Penyelesaian 31 Desember 2011 2010 31 Desember 2009 

Perusahaan Hotel HARRIS Tuban Extention, 

Bali 2013 323.166.418 37.910.318 - 

Entitas Anak: 

PT Indonesian Paradise Sahid Kuta Lifestyle Resort 

Island (Hotel Sheraton Bali Kuta 

Resort dan Lifestyle Center 

Beachwalk) 2012 330.290.601.238 115.716.248.863 - 


dan Entitas Anak Cikini Gold Center, Jakarta 2012 50.253.311.264 2.968.223.931 - 

PT Kega Property Utama Hotel HARRIS Pop, Yogya 2012 22.243.050.549 1.433.077.691 178.681.029 

PT Saranausaha Jaya Renovasi Pasar Pramuka, 

Jakarta 2013 860.000.000 860.000.000 860.000.000 


Suryadinamika HARRIS Hotel Sentul 2013 762.725.930 664.353.878 - 

PT Aneka Bina Laras dan 

Entitas Anak Lain-lain 2012 66.500.000 - - 

PT Aneka Bina Laras dan HARRIS suites fX SUDIRMAN, 

Entitas Anak Jakarta 2011 - 8.095.626.718 - 

PT Retzan Indonusa Hotel HARRIS Batam Center, 

Batam 2011 - 17.015.805.709 123.254.190 

PT Mega Biru Selaras dan 

Entitas Anak Circus Water Park, Bali 2011 - 15.532.498.480 3.670.866.550 

Jumlah 404.799.355.399 162.323.745.588 4.832.801.769 

Pada tanggal 31 Desember 2011, aset tidak lancar lainnya dari Entitas Anak tertentu diasuransikan 

terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya dengan nilai pertanggungan sebesar Rp 316.202.047.952. 

Manajemen Entitas Anak berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi 

kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan. 

58







16. ASET TIDAK LANCAR LAINNYA (lanjutan) 

Berikut ini adalah akumulasi pembiayaan untuk renovasi pembangunan dan pengembangan hotel yang 

telah direklasifikasi ke akun aset tetap (Catatan 10) selama tahun 2011: 

Bulan 

Entitas Anak Proyek Pembiayaan Penyelesaian Jumlah 

PT Aneka Bina Laras dan HARRIS suites fX SUDIRMAN, 

Entitas Anak Jakarta April 2011 12.961.099.105 

PT Mega Biru Selaras dan 

Entitas Anak Circus Water Park, Bali Juli 2011 22.495.040.304 


Batam Nopember 2011 75.399.107.537 

Jumlah 110.855.246.946 

17. UTANG USAHA 

Akun ini merupakan utang kepada pihak ketiga yang timbul antara lain untuk pembelian makanan, 

minuman dan perlengkapan hotel dengan rincian sebagai berikut: 



PT Chemerlang Kenanga 

Sentosa 502.802.702 - - 

PT Tauziah International 

Management 408.166.055 - - 

FX Residence 277.657.861 - - 

Beauty Laundry 64.625.950 - - 

PT Indo Jaya Sejati 63.176.567 - - 

PT Surya Barutama Mandiri - 97.306.540 - 

UD Denita Jaya - 91.136.417 - 

King Koil Jakarta - 154.496.751 - 

Umbah Laundry - 67.681.000 - 

Putra Mandiri - 59.505.600 - 

Lain-lain (masing-masing 

di bawah Rp 50 juta) 3.346.145.513 1.918.770.550 449.812.376 

Jumlah 4.662.574.648 2.388.896.858 449.812.376 

Rincian umur utang usaha kepada pihak ketiga berdasarkan tanggal faktur adalah sebagai berikut: 



1 - 30 hari 4.283.862.701 1.832.112.242 284.472.196 

31 - 60 hari 358.334.057 405.851.652 92.860.121 

61 - 90 hari 40.377.890 118.712.709 29.141.174 

Lebih dari 90 hari - 32.220.255 43.338.885 

Jumlah 4.682.574.648 2.388.896.858 449.812.376 

59

18. UTANG LAIN-LAIN - PIHAK KETIGA 










Utang atas renovasi 

pembangunan dan 

pengembangan Hotel 

dan Pusat Perbelanjaan: 

PT Waskita Karya 28.491.647.664 11.197.240.179 - 

PT Cipta Indomegah 

Bangun Citra - 645.000.000 774.000.000 

PT Developing Indonesia 

Prakasita - 157.399.901 - 

Wickhams Cay Holdings 

Limited - 7.318.674.000 - 

PT Helios Capital - 1.945.000.000 - 

Lain-lain 1.175.603.818 660.046.538 393.090.000 

Jumlah utang atas renovasi 

pembangunan dan 

pengembangan 29.667.251.482 21.923.360.618 1.167.090.000 

Utang kepada PT Global 

Mega Wisata Mandiri 

International 25.650.450.650 - - 

Setoran jaminan 1.396.241.848 1.027.376.319 342.336.216 

Jasa pelayanan 933.264.196 521.518.071 86.986.874 

Penyisihan atas kerugian dan 

kerusakan peralatan hotel 

dan restoran 486.717.367 389.612.396 65.117.880 

Pendapatan ditangguhkan 201.064.650 993.181.255 116.666.667 

Perolehan aset tetap - 4.203.984.267 - 

Lain-lain 4.102.689.603 2.250.493.388 3.666.206.661 

Jumlah 62.437.679.796 31.309.526.314 5.444.404.298 

Utang kepada PT Global Mega Wisata Mandiri International sebesar Rp 25.650.450.650 merupakan 

pinjaman yang diterima oleh PT Retzan Indonusa (RIN) dan PT Mega Biru Selaras (MBS), Entitas Anak, 

masing-masing sebesar Rp 17.028.680.000 dan Rp 8.621.770.650 pada tanggal 31 Desember 2011. 

Pinjaman tersebut digunakan untuk membiayai modal kerja RIN dan MBS dan dikenakan bunga 

sebesar 10% per tahun yang dibayarkan setiap 6 (enam) bulan. Pinjaman tersebut akan dilunasi pada 

tanggal 30 Desember 2012 dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan kedua belah pihak. 

60

19. PERPAJAKAN 

a. Pajak Dibayar di Muka 










Pajak Pertambahan Nilai 17.568.877.899 5.645.392.364 140.308.032 


Pasal 4 (2) - 321.624.000 - 

Jumlah 17.568.877.899 5.967.016.364 140.308.032 

b. Utang Pajak 




Pajak Pembangunan I 1.303.525.058 815.016.829 642.932.383 


Pasal 4 (2) 2.059.469.684 1.026.299.730 - 

Pasal 21 319.328.918 154.481.023 70.339.661 

Pasal 23 89.012.318 66.338.213 26.550.453 

Pasal 26 126.405.773 87.487.994 50.371.259 

Pasal 29 734.762.287 98.407 - 

Pajak Pertambahan Nilai 825.987.475 - - 

Jumlah 5.458.491.513 2.149.722.196 790.193.756 

c. Rekonsiliasi antara laba sebelum manfaat (beban) pajak penghasilan, seperti yang disajikan pada 

laporan laba rugi komprehensif konsolidasian dan taksiran laba (rugi) fiskal untuk tahun yang 

berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut: 

61 

2011 2010 

Laba sebelum manfaat (beban) pajak 

penghasilan menurut laporan laba rugi 

komprehensif konsolidasian 2.218.282.855 21.333.648.208 

Rugi (laba) sebelum pajak Entitas Anak (337.410.300) 8.701.061.868 

Bagian atas laba neto Entitas Asosiasi (2.537.918.341) (7.488.166.621) 

Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan - Perusahaan (657.045.786) 22.546.543.455 

Beda waktu: 

Imbalan kerja karyawan 228.091.726 267.173.515 

Penyusutan aset tetap (310.531.729) 63.849.953 

Sewa pembiayaan (43.382.664) (80.994.658) 

Penyisihan penurunan nilai piutang usaha - (117.876.779)

19. PERPAJAKAN (lanjutan) 







c. Rekonsiliasi antara laba sebelum manfaat (beban) pajak penghasilan, seperti yang disajikan pada 

laporan laba rugi komprehensif konsolidasian dan taksiran laba (rugi) fiskal untuk tahun yang 

berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut: (lanjutan) 

62 

2011 2010 

Beda tetap: 

Penurunan nilai investasi efek 210.000.000 (235.101.840) 

Jamuan dan sumbangan 24.251.538 15.175.096 

Jasa giro dan bunga deposito (221.622.818) (84.368.814) 

Laba atas penjualan investasi efek - (21.863.830.416) 

Lain-lain (47.126.672) - 

Taksiran Laba (Rugi) Fiskal (817.366.404) 510.569.512 

Rugi fiskal awal tahun yang dapat dikompensasikan: 

Tahun 2007 (573.620.233) (573.620.233) 

Tahun 2006 (1.504.055.855) (1.956.574.653) 

Tahun 2005 - (58.050.714) 

Taksiran Rugi Fiskal Akhir Tahun (2.895.042.492) (2.077.676.088) 

Jumlah taksiran rugi fiskal yang akan dilaporkan Perusahaan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan 

pajak penghasilan badan tahun 2011 berdasarkan pada jumlah yang disajikan di atas. Untuk tahun 

2010, Perusahaan telah melaporkan rugi fiskal sesuai dengan jumlah tersebut di atas. 

d. Manfaat (beban) pajak penghasilan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 

2010 adalah sebagai berikut: 

2011 2010 

Pajak kini: 

Entitas Anak 

Non Final (755.231.037) - 

Final (257.596.122) (8.128.750) 

Jumlah (1.012.827.159) (8.128.750) 

Pajak tangguhan: 

Perusahaan: 


Penyusutan aset tetap (77.632.933) 125.592.385 

Sewa pembiayaan (10.845.666) 2.128.773 

Penyisihan penurunan nilai piutang usaha - (33.219.195) 

Rugi fiskal - (290.746.973) 

Jumlah (31.455.667) (129.451.631)








d. Manfaat (beban) pajak penghasilan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 

2010 adalah sebagai berikut: (lanjutan) 

63 

2011 2010 

Pajak tangguhan: (lanjutan) 

Entitas Anak: 


Rugi fiskal 264.807.523 294.760.523 

Biaya provisi ditangguhkan 135.336.930 (153.259.615) 

Penyusutan aset tetap (16.532.110) 528.875 

Sewa pembiayaan (1.887.500) - 

Jumlah 923.931.724 160.133.037 

Jumlah Pajak Tangguhan 892.476.057 30.681.406 

Jumlah Manfaat (Beban) Pajak Penghasilan - Neto (120.351.102) 22.552.656 

e. Rincian aset (liabilitas) pajak tangguhan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan 1 Januari 

2010/31 Desember 2009 adalah sebagai berikut: 

Aset pajak tangguhan: 



Perusahaan: 

Imbalan kerja karyawan 396.870.620 339.847.688 273.054.309 

Penyusutan aset tetap (251.126.379) (173.493.446) (299.085.831) 

Sewa pembiayaan (3.693.447) 7.152.219 5.023.446 

Penyisihan kerugian 

penurunan nilai - - 33.219.195 

Jumlah - Perusahaan 142.050.794 173.506.461 12.211.119 

Entitas Anak yang 

Diakuisisi: 

Imbalan kerja karyawan - 1.085.181.979 - 

Penyusutan aset tetap - 1.041.943.154 - 

Jumlah - Entitas Anak 

yang Diakuisisi - 2.127.125.133 - 

Entitas Anak: 

Imbalan kerja karyawan 1.673.186.444 137.010.284 931.184.289 

Rugi fiskal 1.161.584.055 817.549.097 1.258.288 

Penyusutan aset tetap 1.028.848.732 3.437.688 2.908.813 

Biaya provisi ditangguhkan - (153.259.615) - 

Jumlah - Entitas Anak 3.863.619.231 804.737.454 935.351.390 

Jumlah 4.005.670.025 3.105.369.048 947.562.509








e. Rincian aset (liabilitas) pajak tangguhan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan 1 Januari 

2010/31 Desember 2009 adalah sebagai berikut: (lanjutan) 

Liabilitas pajak tangguhan: 



Entitas Anak: 

Imbalan kerja karyawan 11.985.264 - - 

Biaya provisi ditangguhkan (17.922.685) - - 

Sewa pembiayaan (1.887.500) 

Jumlah (7.824.921) - - 

Aset pajak tangguhan diakui apabila besar kemungkinan bahwa jumlah penghasilan kena pajak pada 

masa mendatang akan memadai untuk dikompensasi dengan rugi fiskal dan perbedaan temporer yang 

dapat dikurangkan. Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berkeyakinan bahwa aset pajak 

tangguhan dapat dimanfaatkan di masa mendatang. 

Pada bulan September 2008, Undang-undang No. 7 Tahun 1983 mengenai “Pajak Penghasilan” diubah 

untuk keempat kalinya dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008. Perubahan tersebut juga 

mencakup perubahan tarif pajak penghasilan badan dari sebelumnya menggunakan tarif pajak 

bertingkat menjadi tarif tunggal yaitu 28% untuk tahun fiskal 2009 dan 25% untuk tahun fiskal 2010 dan 

seterusnya. 

20. BIAYA MASIH HARUS DIBAYAR 



Jasa profesional 4.663.157.440 4.860.415.439 281.291.795 

Listrik, air dan bahan bakar 1.032.967.547 311.026.622 240.287.115 

Gaji, upah dan tunjangan 

karyawan 669.626.193 464.135.075 97.999.176 

Lain-lain 1.702.540.288 1.029.798.255 182.467.027 

Jumlah 8.068.291.468 6.665.375.391 802.045.113 

64

21. SEWA DITERIMA DI MUKA 









Uang muka pemesanan atas 

persewaan ruang pada pusat 

perbelanjaan Cikini Gold 

Center, Jakarta 62.746.847.603 14.195.294.149 - 

Uang muka pemesanan atas 

persewaan ruang di 

Lifestyle Center Beachwalk, 

Kuta, Bali 42.697.442.274 - - 

Uang muka persewaan unit 

hunian apartemen 

fX Residence, Jakarta 8.067.541.205 4.088.005.200 - 

Jumlah 113.511.831.082 18.283.299.349 - 

22. PINJAMAN JANGKA PANJANG 



Rupiah 







Jumlah Pinjaman Rupiah 268.576.829.780 42.842.984.000 - 


Global Emerging Markets 

Specialist Capital 

Pte Ltd (US$ 1.704.000 

pada tanggal 


dan US$ 9.000.000 

pada tanggal 

31 Desember 2010) 15.451.872.000 80.919.000.000 - 

Jumlah 284.028.701.780 123.761.984.000 - 

Dikurangi biaya provisi 

yang ditangguhkan (71.690.742) (613.038.462) - 

Bersih 283.957.011.038 123.148.945.538 - 

Dikurangi bagian yang jatuh 

tempo dalam waktu 

satu tahun (5.644.588.506) - - 

Bagian jangka panjang 278.312.422.532 123.148.945.538 - 

65







22. PINJAMAN JANGKA PANJANG (lanjutan) 

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) 

Pada tanggal 13 Desember 2010, PT Indonesian Paradise Island (IPI), Entitas Anak, menerima fasilitas 

kredit investasi dengan jumlah maksimum sebesar Rp 463.838.265.098 yang ditujukan untuk 

pembangunan Sahid Kuta Lifestyle Resort (Hotel Sheraton Bali dan Lifestyle Center Beachwalk) di Bali. 

Pencairan pinjaman dilakukan secara bertahap selama proses pembangunan dilakukan. Pinjaman ini akan 

jatuh tempo pada tanggal 12 Juni 2018 termasuk masa tenggang selama 27 (dua puluh tujuh) bulan dan 

dikenakan bunga sebesar 12% per tahun. Pinjaman ini dijamin dengan tanah dan bangunan IPI yang 

terletak di Kuta, Bali dengan SHGB No. 975, 978 dan 980 (Catatan 10), saham-saham IPI, Letter of 

Undertaking dan Letter of Guarantee dari salah satu Komisaris IPI untuk membeli kembali aset yang 

dijaminkan, dan jaminan perusahaan dari Perusahaan. Saldo pinjaman yang telah dicairkan sampai 

dengan tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp 173.108.899.780 dan 

Rp 24.624.000.000. 


Pada tanggal 5 April 2010, PT Retzan Indonusa (RIN), Entitas Anak, memperoleh fasilitas pinjaman 

kredit investasi dengan jumlah maksimum sebesar Rp 63 miliar dari Bank Victoria. Tingkat bunga per 

tahun untuk fasilitas ini sebesar 13% dan jatuh tempo dalam 78 (tujuh puluh delapan) bulan termasuk 

masa tenggang selama 18 (delapan belas) bulan. Fasilitas ini dijamin dengan aset tetap berupa 

bangunan hotel yang akan dibangun dan tanah RIN dengan SHGB No. 3896/Teluk Tering - Batam 

(Catatan 10), seluruh saham RIN, jaminan perusahaan atas nama Perusahaan dan PT Anugerah 

Nusaraya, pihak berelasi. Sesuai perjanjian, RIN diwajibkan memenuhi batasan-batasan tertentu yang 

ditetapkan antara lain memberikan informasi perkembangan usaha. 

Sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 dan 31 Desember 2010, RIN mencatat saldo pinjaman 


31 Desember 2011 31 Desember 2010 

Jumlah fasilitas kredit yang dicairkan 60.509.000.000 8.874.824.000 

Dikurangi biaya provisi yang ditangguhkan (71.690.742) (613.038.462) 

Bersih 60.437.309.258 8.261.785.538 

Dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam waktu 

satu tahun (2.600.000.000) - 

Bagian jangka panjang 57.837.309.258 8.261.785.538 

Pada tanggal 5 April 2010, PT Karsa Citra Unggul (KCU), Entitas Anak, memperoleh fasilitas Kredit 

Investasi dari Bank Victoria dengan jumlah maksimum pinjaman sebesar Rp 25 miliar yang akan jatuh 

tempo pada tanggal 5 Oktober 2016 termasuk masa tenggang selama 18 (delapan belas) bulan dan 

dikenakan bunga sebesar 13% per tahun. Pencairan pinjaman dilakukan secara bertahap selama proses 

pembangunan dilakukan. Pada tanggal 31 Desember 2010, KCU telah menggunakan fasilitas pinjaman 

tersebut sebesar Rp 344.160.000. Selanjutnya, pinjaman ini telah dilunasi oleh KCU pada tanggal 

26 Agustus 2011. 

66







22. PINJAMAN JANGKA PANJANG (lanjutan) 

PT Bank Windu Kentjana International Tbk (Bank Windu) 

Pada tanggal 2 Nopember 2010, Perusahaan menerima fasilitas kredit Installment Loan 1 dan 2 

(Fasilitas IL-1 dan IL-2) dari Bank Windu dengan jumlah maksimum masing-masing sebesar 

Rp 28,2 miliar dan Rp 18 miliar yang ditujukan untuk pembangunan Hotel “Pop” HARRIS, Yogyakarta 

dan pengembangan serta renovasi HARRIS suites fX SUDIRMAN, Jakarta. Fasilitas IL-1 diberikan untuk 

jangka waktu 8 (delapan) tahun termasuk masa tenggang selama 18 (delapan belas) bulan sedangkan 

Fasilitas IL-2 diberikan untuk jangka waktu 6 (enam) tahun termasuk masa tenggang selama 12 (dua 

belas) bulan. 

Berdasarkan Akta Perubahan Pertama terhadap Perjanjian Kredit Dengan Memakai Jaminan tanggal 

4 Maret 2011 yang dibuat di hadapan Notaris Mellyani Noor Shandra, SH, Notaris di Jakarta, 

Bank Windu menyetujui penambahan fasilitas kredit berupa fasilitas kredit Installment Loan 3 

(IL-3) dengan jumlah maksimum sebesar Rp 10 miliar yang ditujukan untuk pembangunan Hotel 

HARRIS Tuban Extention, Bali. Fasilitas IL-3 diberikan untuk jangka waktu 6 (enam) tahun termasuk 

masa tenggang selama 12 (dua belas) bulan. 

Fasilitas kredit ini dikenakan bunga sebesar 12% per tahun dan dicairkan secara bertahap selama 

proses pembangunan dan pengembangan serta renovasi dilakukan serta dijamin dengan tanah dan 

bangunan milik Perusahaan (Catatan 10), saham Entitas Anak PT Karsa Citra Unggul yang ada dalam 

PT Kega Property Utama dan saham Perusahaan yang ada dalam PT Aneka Bina Laras. 

Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 31 Desember 2010, saldo pinjaman yang telah dicairkan adalah 


67 

31 Desember 2011 31 Desember 2010 

Fasilitas Kredit Installment Loan 1 18.000.000.000 - 

Fasilitas Kredit Installment Loan 2 16.646.520.000 9.000.000.000 

Fasilitas Kredit Installment Loan 3 312.410.000 - 

Jumlah 34.958.930.000 9.000.000.000 

Dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam waktu 

satu tahun (3.044.588.506) - 

Bagian jangka panjang 31.914.341.494 9.000.000.000 


Pada tanggal 17 Desember 2010, Perusahaan menerima pinjaman dari Global Emerging Markets 

Specialist Capital Pte Ltd sebesar US$ 9.000.000 yang digunakan untuk modal kerja Perusahaan. 

Pinjaman ini dikenakan bunga sebesar 3% per tahun dan jatuh tempo dalam waktu 5 (lima) tahun sejak 

tanggal pencairan pinjaman. Pada tahun 2011, Perusahaan telah melakukan pembayaran pinjaman 

sebesar US$ 7.296.000. Saldo pinjaman pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 masing-masing 

sebesar Rp 15.451.872.000 (US$ 1.704.000) dan Rp 80.919.000.000 (US$ 9.000.000).

23. GOODWILL NEGATIF 







Saldo goodwill negatif pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp 112.613.338 merupakan selisih lebih 

nilai buku atas biaya perolehan akuisisi PT Cakra Guna Dharma Eka oleh PT Mega Biru Selaras (MBS), 

Entitas Anak. Sejak tanggal 1 Januari 2011, goodwill negatif tersebut telah dihapuskan oleh MBS dan 

dibukukan sebagai penyesuaian saldo laba pada awal tahun per 1 Januari 2011 sesuai yang disyaratkan 

dalam PSAK 22 (Revisi 2010). 

Akibat penyesuaian saldo laba awal tahun tersebut, Perusahaan mencatat adanya selisih nilai transaksi 

perubahan ekuitas Entitas Anak sebesar Rp 112.233.268. 

24. MODAL SAHAM 

Susunan pemegang saham dan kepemilikan saham Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 

2010 dari Biro Administrasi Efek PT Adimitra Transferindo adalah sebagai berikut: 

Jumlah Saham 

Ditempatkan dan Persentase 

Pemegang Saham Disetor Penuh Kepemilikan Jumlah 

RBS Coutts Bank Ltd Singapore 949.000.000 39,36% 94.900.000.000 

PT Grahatama Kreasibaru 946.675.350 39,27% 94.667.535.000 

BSI Bank Limited 223.000.000 9,25% 22.300.000.000 

Agoes Soelistyo 

Santoso (Direktur Utama) 10.000.000 0,41% 1.000.000.000 

Patrick Santosa Rendradjaja (Direktur) 5.000.000 0,21% 500.000.000 

Diana Solaiman (Direktur) 3.750.000 0,16% 375.000.000 

Karel Patipeilohy (Komisaris) 1.000.000 0,04% 100.000.000 

Lain-lain 272.378.250 11,30% 27.237.825.000 

Jumlah 2.410.803.600 100,00% 241.080.360.000 

Susunan pemegang saham dan kepemilikan saham Perusahaan pada tanggal 1 Januari 2010/ 

31 Desember 2009 dari Biro Administrasi Efek PT Adimitra Transferindo adalah sebagai berikut: 

Jumlah Saham 

Ditempatkan dan Persentase 

Pemegang Saham Disetor Penuh Kepemilikan Jumlah 

Anemone Continental S.A. BVI 949.000.000 59,54% 94.900.000.000 

CGMI 1 Client Segreagated Secs 223.000.000 13,99% 22.300.000.000 

PT Grahatama Kreasibaru 129.861.000 8,15% 12.986.100.000 


Santoso (Direktur Utama) 10.000.000 0,63% 1.000.000.000 

Patrick Santosa Rendradjaja (Direktur) 5.000.000 0,31% 500.000.000 

Diana Solaiman (Direktur) 3.500.000 0,22% 350.000.000 

Karel Patipeilohy (Komisaris) 1.000.000 0,06% 100.000.000 

Lain-lain 272.639.000 17,10% 27.263.900.000 

Jumlah 1.594.000.000 100,00% 159.400.000.000 

Sehubungan dengan penggabungan usaha PT Tirta Saga Wangi (TSW) ke dalam Perusahaan pada 

tanggal 1 Juni 2010, setiap pemegang saham TSW akan mendapatkan 4,7 saham Perusahaan yang 

diterbitkan dengan nilai nominal Rp 100 (nilai penuh) per saham. Dengan demikian INPP menerbitkan 

saham sebanyak 816.803.600 saham (Catatan 1b). 

68

25. PENDAPATAN USAHA 








69 

2011 2010 

Pendapatan dari usaha hotel: 

Kamar 58.945.665.302 12.887.952.490 

Makanan dan minuman 16.766.033.987 2.865.207.292 

Telepon 144.803.687 15.796.005 

Lainnya 2.332.208.332 408.826.832 

Pendapatan dari wahana air 1.133.606.392 - 

Jumlah 79.322.317.700 16.177.782.619 

26. BEBAN POKOK PENDAPATAN 


2011 2010 

Beban Langsung: 

Makanan dan minuman 4.610.286.239 941.601.097 

Telepon 51.471.046 7.412.394 

Wahana air 157.764.597 - 

Departemen lainnya 404.904.725 41.395.094 

Jumlah Beban Langsung 5.224.426.607 990.408.585 

Gaji dan Beban Pegawai Lainnya 7.007.760.980 1.253.587.313 

Beban Departemen Lainnya: 

Kamar 4.722.748.482 936.000.848 

Makanan dan minuman 511.714.723 184.225.282 

Departemen lainnya 1.415.781.505 22.473.261 

Jumlah Beban Departemen Lainnya 6.650.244.710 1.142.699.391 

Jumlah 18.882.432.297 3.386.695.289 

27. BEBAN PENJUALAN 


2011 2010 

Promosi dan iklan 2.936.238.889 551.035.971 

Gaji, upah dan tunjangan 947.788.244 177.317.831 

Lain-lain 940.620.532 - 

Jumlah 4.824.647.665 728.353.802

28. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI 








70 

2011 2010 

Gaji, upah dan tunjangan 7.689.133.168 1.323.957.086 

Pemeliharaan dan listrik 5.986.432.336 1.678.710.412 

Lain-lain 7.333.304.140 443.789.497 

Jumlah 21.008.869.644 3.446.456.995 

29. BEBAN USAHA PEMILIK 


2011 2010 

Gaji, upah dan tunjangan 9.123.330.486 4.032.462.531 

Jasa profesional 2.315.135.713 2.830.682.333 

Representasi dan jamuan 155.449.894 69.923.450 

Lain-lain 6.678.802.725 4.986.430.575 

Jumlah 18.272.718.818 11.919.498.889 

30. PENDAPATAN OPERASI LAIN 


2011 2010 

Laba investasi jangka pendek 1.874.349.243 235.101.840 

Laba selisih kurs 811.045.728 - 

Laba penjualan aset tetap (Catatan 10) 99.377.218 3.019.160.848 

Laba penjualan efek - 21.863.830.416 

Lain-lain 1.303.344.545 75.771.466 

Jumlah 4.088.116.734 25.193.864.570 

31. BEBAN OPERASI LAIN 


2011 2010 

Rugi penurunan nilai efek 210.000.000 - 

Rugi penurunan nilai goodwill (Catatan 15) 17.335.956 - 

Rugi selisih kurs - 4.499.532.283 

Lain-lain 2.647.941.373 305.544.571 

Jumlah 2.875.277.329 4.805.076.854

32. PENDAPATAN KEUANGAN 







Akun ini merupakan penghasilan bunga dari jasa giro dan deposito berjangka masing-masing sebesar 

Rp 2.195.826.196 dan Rp 193.132.414 pada tahun 2011 dan 2010. 

33. BIAYA KEUANGAN 

Akun ini merupakan beban bunga pinjaman jangka panjang dan sewa pembiayaan masing-masing 

sebesar Rp 6.961.071.339 dan Rp 712.804.628 pada tahun 2011 dan 2010. 

34. LIABILITAS IMBALAN KERJA 

Perusahaan dan Entitas Anak mencatat penyisihan imbalan kerja untuk karyawannya yang telah 

mencapai usia pensiun yaitu 55 tahun sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tanggal 

25 Maret 2003. Imbalan kerja tersebut tidak didanai. 

Tabel berikut ini merangkum komponen-komponen atas beban penyisihan imbalan kerja yang diakui 

Perusahaan dan Entitas Anak di laporan laba rugi komprehensif konsolidasian dan liabilitas imbalan 

kerja yang diakui di laporan posisi keuangan konsolidasian berdasarkan penilaian aktuaria yang 

dilakukan oleh PT Dian Artha Tama, aktuaris independen, seluruhnya untuk Perusahaan dan Entitas 

Anak berdasarkan laporannya masing-masing pada tanggal 12 Januari 2012, 17 Januari 2011 dan 

29 Januari 2010 untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009. 

a. Beban penyisihan imbalan kerja 

71 

2011 2010 

Biaya jasa kini 2.181.348.211 562.634.917 

Biaya bunga 314.899.801 77.962.282 

Amortisasi atas penyesuaian akibat 

perbedaan antara asumsi aktuarial dan kenyataan 323.036 (22.546.476 ) 

Beban jasa lalu - 1.545.355 

Amortisasi atas keuntungan aktuarial (51.776.491) (6.551.935) 

Jumlah 2.444.794.557 613.044.143 

b. Liabilitas imbalan kerja 



Nilai kini liabilitas imbalan 

kerja karyawan 8.714.376.056 5.022.725.336 974.528.538 

Keuntungan aktuarial 

yang belum diakui 666.134.240 1.029.830.385 140.925.124 

Keuntungan biaya jasa lalu 

yang belum diakui (942.960.017) - - 

Jumlah 8.437.550.279 6.052.555.721 1.115.453.662







34. LIABILITAS IMBALAN KERJA (lanjutan) 

c. Mutasi liabilitas imbalan kerja untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011, 

2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: 



Saldo awal tahun 6.052.555.721 1.115.453.662 960.526.587 

Beban penyisihan imbalan 

kerja tahun berjalan 2.444.794.557 613.044.143 154.927.075 

Pembayaran tahun 

berjalan (59.799.999) (16.670.000) - 

Liabilitas imbalan kerja 

Entitas Anak yang 

dikonsolidasi - 4.340.727.916 - 

Saldo akhir tahun 8.437.550.279 6.052.555.721 1.115.453.662 

Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam menentukan liabilitas imbalan kerja karyawan pada 

tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 adalah sebagai 

berikut: 



Tingkat diskonto 6,5% per tahun 10% per tahun 8% per tahun 

Tingkat kenaikan upah (gaji) 8% per tahun 8% per tahun 8% per tahun 

Usia pensiun 55 tahun 55 tahun 55 tahun 

Tingkat kematian CSO-1980 CSO-1980 CSO-1980 

35. ASET DAN LIABILITAS MONETER DALAM MATA UANG ASING 

Saldo aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing serta konversinya ke dalam mata uang Rupiah 

dengan menggunakan kurs rata-rata beli dan jual uang kertas asing dan/atau kurs transaksi yang 

ditetapkan oleh Bank Indonesia masing-masing pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian 



72 

Mata Uang Asing Setara Rupiah 

Aset 

Kas dan setara kas US$ 520.008 4.715.426.563 

SIN$ 55.713 388.538.091 

RM 3 8.274 

Jumlah Aset 5.103.972.928 

Liabilitas 

Pinjaman jangka panjang US$ 1.704.000 15.451.872.000 

Liabilitas - Neto 10.347.899.072







35. ASET DAN LIABILITAS MONETER DALAM MATA UANG ASING (lanjutan) 

73 



Aset 

Kas dan setara kas US$ 956.878 8.603.379.823 

SIN$ 2.465 17.209.227 

RM 3 8.456 

Jumlah Aset 8.620.597.506 

Liabilitas 

Pinjaman jangka panjang US$ 9.000.000 80.919.000.000 

Liabilitas - Neto 72.298.402.494 




Aset 

Kas dan setara kas US$ 25.615 240.785.136 

SIN$ 4.448 29.795.888 

RM 3 7.967 

270.588.991 

Pada tanggal 21 Maret 2012, mata uang Rupiah telah menjadi Rp 9.180 untuk US$ 1, Rp 7.280 untuk 

SIN$ 1 dan Rp 2.985 untuk RM 1, yang dihitung berdasarkan kurs rata-rata jual dan beli uang kertas 

asing/atau kurs transaksi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Jika aset dan liabilitas moneter dalam 

mata uang asing pada tanggal 31 Desember 2011 dikonversikan dengan menggunakan kurs rata-rata 

pada tanggal 21 Maret 2012 tersebut, maka proforma rugi selisih kurs akan meningkat dan jumlah laba 

komprehensif Perusahaan dan Entitas Anak akan menurun masing-masing sebesar Rp 115.547.893.







36. PERJANJIAN PENTING, IKATAN DAN KONTINJENSI 

a. Perjanjian Lisensi Merek Usaha dan Merek Dagang (Tradename and Trademark License 

Agreement) 

Pada tanggal 1 Oktober 2002, Perusahaan menandatangani perjanjian lisensi merek usaha dan 

merek dagang (Tradename and Trademark License Agreement) dengan Harris International Hotels 

Corporation, British Virgin Islands, untuk penggunaan merek dagang dan logo HARRIS pada 

pengoperasian hotel milik Perusahaan yang berlokasi di Jalan Dewi Sartika, Tuban, Bali, untuk 

periode 15 (lima belas) tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017 dan dapat 

diperpanjang untuk tiap periode 5 (lima) tahun berikutnya, sehingga nama hotel menjadi HARRIS 

Hotel Tuban-Bali. Atas lisensi yang diberikan, Perusahaan akan membayar biaya lisensi yang 

dihitung berdasarkan persentase tertentu. Beban royalti lisensi untuk tahun yang berakhir pada 

tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah masing-masing sebesar Rp 400.281.391 dan 

Rp 681.630.374. 

Pada tanggal 28 April 2004, PT Indonesian Paradise Island (IPI), Entitas Anak, menandatangani 

perjanjian lisensi merek usaha dan merek dagang (Tradename and Trademark License Agreement) 

dengan Harris International Hotels Corporation, British Virgin Islands, untuk penggunaan merek 

dagang dan logo HARRIS pada pengoperasian resort milik IPI yang berlokasi di Kuta, Bali, untuk 

periode 5 (lima) tahun dan telah diperpanjang lagi selama 5 (lima) tahun sesuai kesepakatan 

bersama, sehingga nama resort menjadi HARRIS Resort Kuta. Atas lisensi yang diberikan, IPI akan 

membayar biaya lisensi yang dihitung berdasarkan persentase tertentu. Beban royalti lisensi untuk 

tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah masing-masing sebesar 

Rp 1.931.098.419 (telah dikonsolidasikan dengan Perusahaan) dan Rp 1.886.892.618 (belum 

dikonsolidasikan dengan Perusahaan). 

Pada tanggal 20 Mei 2010, PT Padma Suasa (PS), entitas anak PT Aneka Bina Laras (Entitas 

Anak), menandatangani perjanjian merek dagang dan lisensi (Tradename and Trademark License 

Agreement) dengan Harris International Hotels Corporation, British Virgin Islands, untuk penggunaan 

merek dagang dan logo HARRIS pada pengoperasian hotel yang berlokasi di Jalan Jendral 

Sudirman, Jakarta selama 15 (lima belas) tahun sejak tanggal peresmian hotel dan dapat 

diperpanjang untuk tiap periode 5 (lima) tahun berikutnya, sehingga nama hotel yang digunakan 

adalah HARRIS suites fX SUDIRMAN, Jakarta. Atas lisensi yang diberikan, PS akan membayar 

biaya lisensi yang dihitung berdasarkan persentase tertentu. Beban royalti lisensi untuk tahun yang 

berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah masing-masing sebesar 

Rp 604.584.544 dan Rp Nihil. 

PT Retzan Indonusa (RIN), Entitas Anak, telah menandatangani perjanjian merek dagang dan lisensi 

(Tradename and Trademark License Agreement) dengan Harris International Hotels Corporation, 

British Virgin Islands, untuk penggunaan merek dagang dan logo HARRIS pada pengoperasian hotel 

yang berlokasi di Batam selama 5 (lima) tahun sejak tanggal penandatanganan perjanjian dan akan 

secara otomatis diperpanjang untuk tiap periode 5 (lima) tahun berikutnya, sehingga nama hotel 

yang digunakan adalah HARRIS Hotel Batam Center, Batam. Atas lisensi yang diberikan, RIN akan 

membayar biaya lisensi yang dihitung berdasarkan persentase tertentu. Beban royalti lisensi untuk 

tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah masing-masing sebesar 

Rp 96.378.944 dan Rp Nihil. 

74







36. PERJANJIAN PENTING, IKATAN DAN KONTINJENSI (lanjutan) 

b. Perjanjian Konsultan Manajemen (Management Consulting Agreement) 

Pada tanggal 1 Oktober 2002, Perusahaan telah menandatangani perjanjian konsultan manajemen 

(Management Consulting Agreement) dengan PT Tauzia International Management (Tauzia) berupa 

penunjukkan Tauzia selaku konsultan tunggal dan khusus untuk pemberian jasa konsultan 

manajemen pada Perusahaan dalam pengoperasian Hotel HARRIS Tuban-Bali. Jasa konsultan 

manajemen hotel meliputi wewenang perekrutan, reservasi dan promosi, program pra-pembukaan 

dan jasa lainnya. Perusahaan akan membayar jasa konsultan manajemen yang dihitung 

berdasarkan persentase tertentu dari laba usaha (Gross Operating Profit). Perjanjian ini akan 

berakhir pada tanggal 31 Desember 2017 dan dapat diperpanjang 5 (lima) tahun berikutnya dengan 

kesepakatan masing-masing pihak. Beban jasa konsultan manajemen untuk tahun yang berakhir 

pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah masing-masing sebesar Rp 267.284.188 dan 

Rp 231.028.266. 

Pada tanggal 28 April 2004, PT Indonesian Paradise Island (IPI), Entitas Anak, telah 

menandatangani perjanjian konsultan manajemen (Management Consulting Agreement) dengan 

PT Tauzia International Management (Tauzia) berupa penunjukkan Tauzia selaku konsultan tunggal 

dan khusus untuk pemberian jasa konsultan manajemen pada IPI dalam pengoperasian HARRIS 

Resort Kuta. Jasa konsultan manajemen hotel meliputi wewenang perekrutan, reservasi dan 

promosi, program pra-pembukaan dan jasa lainnya. IPI akan membayar jasa konsultan manajemen 

yang dihitung berdasarkan persentase tertentu dari laba usaha (Gross Operating Profit). Perjanjian 

berlaku dari tanggal 28 April 2004 sampai dengan 31 Desember 2009 dan telah diperpanjang lagi 

selama 5 (lima) tahun atas kesepakatan bersama. Beban jasa konsultan manajemen untuk tahun 

yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah masing-masing sebesar 

Rp 916.708.747 dan Rp 893.090.022 (Belum Dikonsolidasikan dengan Perusahaan). 

PT Padma Suasa (PS), entitas anak PT Aneka Bina Laras (Entitas Anak), telah menandatangani hak 

atas perjanjian konsultan manajemen (Management Consulting Agreement) dengan PT Tauzia 

International Management (Tauzia) berupa penunjukkan Tauzia selaku konsultan tunggal dan 

khusus untuk pemberian jasa konsultan manajemen pada PS dalam pengoperasian HARRIS suites 

fX SUDIRMAN, Jakarta selama 15 (lima belas) tahun sejak tanggal peresmian hotel dan dapat 

diperpanjang untuk periode 5 (lima) tahun berikutnya. Jasa konsultan manajemen hotel meliputi 

wewenang perekrutan, reservasi dan promosi, program pra-pembukaan dan jasa lainnya. PS akan 

membayar jasa konsultan manajemen yang dihitung berdasarkan persentase tertentu dari laba 

usaha (Gross Operating Profit). Beban jasa konsultan manajemen untuk tahun yang berakhir pada 

tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah masing-masing sebesar Rp 339.141.870 dan Rp Nihil. 

PT Retzan Indonusa (RIN), Entitas Anak, telah menandatangani hak atas perjanjian konsultan 

manajemen (Management Consulting Agreement) dengan PT Tauzia International Management 

(Tauzia) berupa penunjukkan Tauzia selaku konsultan tunggal dan khusus untuk pemberian jasa 

konsultan manajemen pada RI dalam pengoperasian HARRIS Hotel Batam Center, Batam selama 

5 (lima) tahun sejak tanggal penandatanganan perjanjian dan akan secara otomatis diperpanjang 

untuk periode 5 (lima) tahun berikutnya. Jasa konsultan manajemen hotel meliputi wewenang 

perekrutan, reservasi dan promosi, program pra-pembukaan dan jasa lainnya. RIN akan membayar 

jasa konsultan manajemen yang dihitung berdasarkan persentase tertentu dari laba usaha (Gross 

Operating Profit). Beban jasa konsultan manajemen untuk tahun yang berakhir pada tanggal 

31 Desember 2011 dan 2010 adalah masing-masing sebesar Rp 110.647.547 dan Rp Nihil. 

75








c. Perjanjian Sewa Jangka Panjang 

Apartemen fX Residence: 

Pada tanggal 16 Februari 2010, PT Aneka Bina Laras (ABL), Entitas Anak, menandatangani 

perjanjian Pemindahan Hak Untuk Menghuni (Perjanjian Sewa) dengan PT Aneka Bina Lestari atas 

hak untuk menghuni 14 (empat belas) unit apartemen fX Residence yang berlokasi di Jalan Pintu 

Satu Senayan, Jakarta untuk periode 33 (tiga puluh tiga) tahun yang akan berakhir pada tanggal 

11 Juni 2043. Jumlah pembayaran atas hak untuk menghuni ini sebesar Rp 40.810.000.000 (lihat 

Catatan 11). Atas perjanjian ini, ABL harus memenuhi ketentuan dan tata tertib yang tercantum 

dalam perjanjian ini. Atas perolehan hak untuk menghuni atas obyek hunian ini, ABL memiliki hak 

untuk mengalihkan atau memindahkan obyek hunian dengan kepada pihak ketiga sesuai dengan 

peruntukan awal yang disepakati. 

Tanah - AM Sangaji, Yogyakarta: 

Pada tanggal 9 September 2008, PT Kega Property Utama (KPU), entitas anak PT Karsa Citra 

Unggul (Entitas Anak), mengadakan perjanjian kerjasama dengan Induk Koperasi TNI Angkatan 

Udara (Inkopau-Pukadara) berdasarkan perjanjian kerjasama No. Sperjan/20/IX.2008/Inkopau 

berupa pemanfaatan aset tanah TNI AU eks Mess Jetis seluas 3.094 meter persegi yang terletak di 

Jalan AM Sangaji No. 10, Yogyakarta, untuk pembangunan hotel serta sarana pendukungnya oleh 

KPU. Kerjasama berlangsung sampai jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun sejak tanggal 9 September 

2008 sampai dengan 8 September 2038. Nilai hak pemanfaatan tanah tersebut adalah sebesar 

Rp 816.816.000 (lihat Catatan 11) yang dibayarkan pada saat penandatanganan perjanjian. 

Tanah di Ubud, Bali: 

PT Langgeng Cipta Karya (LCK), Entitas Anak, mengadakan perikatan sewa menyewa tanah sesuai: 

(i) Akta No. 23 

Berdasarkan perikatan sewa menyewa tanah antara LCK dan I Wayan Budal yang dinyatakan 

dalam akta No. 23 tanggal 8 Agustus 2008 yang dibuat di hadapan Ni Wayan Widastri, SH, 

Notaris di Denpasar, LCK menyewa sebidang tanah seluas 2.000 meter persegi yang 

merupakan sebagian dari Sertifikat Hak Milik (SHM) No. 1493/Desa Kedewatan, Kecamatan 

Ubud, Bali, dengan jangka waktu sewa selama 20 (dua puluh) tahun sampai dengan tanggal 

1 September 2035. Jumlah pembayaran atas hak sewa ini sebesar Rp 300.000.000. Atas 

perikatan ini, kedua belah pihak wajib memenuhi ketentuan seperti yang tercantum dalam akta 

perjanjian, antara lain pemberian ijin kepada LCK untuk mendirikan bangunan di atas tanah 

yang disewa (lihat Catatan 11). 

(ii) Akta No. 27 

Berdasarkan perikatan sewa menyewa tanah antara LCK dan I Made Jedog yang dinyatakan 

dalam akta No. 27 tanggal 11 Agustus 2008 yang dibuat di hadapan Ni Wayan Widastri, SH, 

Notaris di Denpasar, LCK menyewa 2 (dua) bidang tanah seluas 2.885 meter persegi sesuai 

SHM No. 1960/Kedewatan dan seluas 115 meter persegi yang merupakan sebagian dari 

sebidang tanah seluas 395 meter persegi sesuai SHM No. 1957/Kedewatan yang terletak di 

Kecamatan Ubud, Bali, dengan jangka waktu sewa selama 20 (dua puluh) tahun sampai 

dengan tanggal 10 Agustus 2014. Jumlah pembayaran atas hak sewa ini adalah sebesar 

Rp 287.200.000. Atas perikatan ini, kedua belah pihak wajib memenuhi ketentuan seperti yang 

tercantum dalam akta perjanjian, antara lain pemberian ijin kepada LCK untuk mendirikan 

bangunan di atas tanah yang disewa (lihat Catatan 11). 

76








d. Perjanjian Pembangunan Sahid Kuta Lifestyle Resort 

Berdasarkan Surat Perintah Kerja No. 010.VI/10/IPI-DEV/SPK-SA tanggal 18 Juni 2010, 

PT Indonesian Paradise Island, Entitas Anak, menunjuk PT Waskita Karya sebagai kontraktor untuk 

melaksanakan pekerjaan struktur dan arsitektur pada proyek pembangunan Sahid Kuta Lifestyle 

Resort, untuk Hotel Sheraton Bali Kuta Resort dan Lifestyle Center Beachwalk, di Bali dengan nilai 

kontrak sebesar Rp 261.218.000.000. Seluruh pekerjaan sudah harus diselesaikan dan diserahkan 

pada tahun 2012 (lihat Catatan 16). 

37. INFORMASI SEGMEN 

Segmen Usaha 

Berdasarkan informasi keuangan yang digunakan oleh manajemen dalam mengevaluasi kinerja 

segmen dan menentukan alokasi sumber daya yang dimiliki, Perusahaan dan Entitas Anak 

menggunakan segmen usaha sebagai segmen primer yang terdiri dari usaha perhotelan, wahana air 

dan lainnya. 

77 


Wahana 

Perhotelan Air Lainnya* Eliminasi Jumlah 

Pendapatan usaha 78.188.711.308 1.133.606.392 - - 79.322.317.700 

Hasil segmen (laba kotor) 59.546.220.303 893.665.100 - - 60.439.885.403 

Beban penjualan (4.560.405.761) (264.241.904) - - (4.824.647.665 ) 

Beban umum dan 

administrasi (19.350.376.128) (1.658.493.516) - - (21.008.869.644 ) 

Beban usaha pemilik (14.649.954.387) (167.329.571) (3.455.434.860 ) - (18.272.718.818 ) 

Beban penyusutan (9.322.219.756) (178.598.963) (161.759.617 ) - (9.662.578.336 ) 

Jasa manajemen 

dan lisensi (4.666.125.650) - - - (4.666.125.650 ) 

Pendapatan operasi lain 745.207.791 538.739.585 2.804.169.358 - 4.088.116.734 

Beban operasi lain (1.928.761.280) (6.550.037) (939.966.012 ) - (2.875.277.329 ) 

Laba (rugi) usaha 5.813.585.132 (842.809.306) (1.752.991.131 ) - 3.217.784.695 

Bagian atas laba neto 

Entitas Asosiasi 2.537.918.341 - - - 2.537.918.341 

Laba penjualan investasi 

pada Entitas Asosiasi - - 1.227.824.962 - 1.227.824.962 

Pendapatan keuangan 1.446.287.311 21.665.680 727.873.205 - 2.195.826.196 

Biaya keuangan (6.815.959.335) (12.471.814) (132.640.190 ) - (6.961.071.339 ) 

Laba (rugi) sebelum 

manfaat (beban) 

pajak penghasilan 2.981.831.449 (833.615.440) 70.066.846 - 2.218.282.855 

Manfaat (beban) pajak 

Penghasilan - neto (371.281.828) 149.580.257 101.350.469 - (120.351.102 ) 

Laba (rugi) tahun berjalan 2.610.549.621 (684.035.183) 171.417.315 - 2.097.931.753 

Pendapatan komprehensif lain - - - - - 

Jumlah laba (rugi) 

komprehensif 2.610.549.621 (684.035.183) 171.417.315 - 2.097.931.753 

Informasi lainnya: 

Aset segmen 1.204.191.485.108 52.569.603.159 148.181.500.276 (271.443.368.442 ) 1.133.499.220.101 

Liabilitas segmen 416.736.653.656 13.165.794.227 67.232.587.492 (1.118.308.691 ) 496.016.726.684 

Perolehan aset tetap 29.534.061.443 389.335.000 100.833.900 - 30.024.230.343 

*) Segmen usaha yang belum beroperasi dan masih dalam tahap pengembangan.

37. INFORMASI SEGMEN (lanjutan) 

Segmen Usaha (lanjutan) 







78 


Wahana 

Perhotelan Air Lainnya* Eliminasi Jumlah 

Pendapatan usaha 16.177.782.619 - - - 16.177.782.619 

Hasil segmen (laba kotor) 12.791.087.330 - - - 12.791.087.330 

Beban penjualan (728.353.802) - - - (728.353.802) 


administrasi (3.446.456.995) - - - (3.446.456.995) 

Beban usaha pemilik (7.607.501.463) (1.145.452.311) (3.166.545.115 ) - (11.919.498.889 ) 



dan lisensi (912.658.640) - - - (912.658.640 ) 

Pendapatan operasi lain 21.762.114.142 3.058.997.146 372.753.282 - 25.193.864.570 

Beban operasi lain (4.805.076.854) - - - (4.805.076.854 ) 

Laba (rugi) usaha 15.360.375.135 1.841.002.680 (2.836.224.014 ) - 14.365.153.801 


Entitas Asosiasi 7.502.342.477 - (14.175.856 ) - 7.488.166.621 

Pendapatan keuangan 116.301.672 23.140.552 53.690.190 - 193.132.414 

Biaya keuangan (406.788.457) (5.656.195) (300.359.976 ) - (712.804.628 ) 



pajak penghasilan 22.572.230.827 1.858.487.037 (3.097.069.656 ) - 21.333.648.208 


penghasilan (226.082.310) 253.564.094 (4.929.128 ) - 22.552.656 

Laba (rugi) tahun berjalan 22.346.148.517 2.112.051.131 (3.101.998.784 ) - 21.356.200.864 


Jumlah laba komprehensif 22.346.148.517 2.112.051.131 (3.101.998.784 ) - 21.356.200.864 


Aset segmen 959.138.481.108 40.360.078.206 85.097.540.492 (274.017.275.945 ) 810.578.823.861 

Liabilitas segmen 189.332.009.875 272.234.091 19.738.740.061 (2.814.919.899) 206.528.064.128 

Perolehan aset tetap 890.986.611 49.262.250 5.692.779.822 - 6.633.028.683 

*) Segmen usaha yang belum beroperasi dan masih dalam tahap pengembangan. 

Segmen Geografis 

Tabel berikut menunjukkan distribusi akun-akun di laporan laba rugi komprehensif konsolidasian dan 

laporan posisi keuangan konsolidasian dan informasi lainnya berdasarkan segmen geografis: 


Bali Batam Jawa Eliminasi Jumlah 

Pendapatan usaha 61.776.017.458 4.405.894.288 13.140.405.954 - 79.322.317.700 

Hasil segmen (laba kotor) 47.238.960.322 2.741.794.211 10.459.130.870 - 60.439.885.403 

Beban penjualan (3.498.700.361) (251.031.522) (1.074.915.782 ) - (4.824.647.665 ) 


administrasi (13.629.156.161) (1.305.218.553) (6.074.494.930 ) - (21.008.869.644 ) 


Beban penyusutan (7.080.154.195) (1.161.448.120) (1.420.976.021 ) - (9.662.578.336 ) 


dan lisensi (3.515.372.745) (207.026.491) (943.726.414 ) - (4.666.125.650 ) 

Pendapatan operasi lain 1.343.847.532 - 2.744.269.202 - 4.088.116.734


Segmen Geografis (lanjutan) 







79 

31 Desember 2011 (lanjutan) 


Beban operasi lain (350.228.203) (314.967.979) (2.210.081.147 ) - (2.875.277.329) 

Laba (rugi) usaha 6.445.712.792 (1.236.440.509) (1.991.487.588) - 3.217.784.695 


Entitas Asosiasi 2.537.918.341 - - - 2.537.918.341 

Laba penjualan investasi 

pada Entitas Asosiasi 1.227.824.962 - - - 1.227.824.962 

Pendapatan keuangan 1.165.268.602 92.799.358 937.758.236 - 2.195.826.196 

Biaya keuangan (5.537.746.779) (1.273.182.126) (150.142.434 ) - (6.961.071.339) 



pajak penghasilan 5.838.977.918 (2.416.823.277) (1.203.871.786 ) - 2.218.282.855 


penghasilan (93.241.079) 140.408.312 (167.518.335 ) - (120.351.102 ) 

Laba (rugi) tahun berjalan 5.745.736.839 (2.276.414.965) (1.371.390.121 ) - 2.097.931.753 



komprehensif 5.745.736.839 (2.276.414.965) (1.371.390.121 ) - 2.097.931.753 


Aset segmen 1.079.909.403.184 103.205.196.511 221.827.988.848 (271.443.368.442 ) 1.133.499.220.101 

Liabilitas segmen 333.670.822.560 84.723.813.441 78.740.399.374 (1.118.308.691 ) 496.016.726.684 

Perolehan aset tetap 3.616.749.990 14.243.121.931 12.164.358.422 - 30.024.230.343 



Pendapatan usaha 16.177.782.619 - - - 16.177.782.619 

Hasil segmen (laba kotor) 12.791.087.330 - - - 12.791.087.330 

Beban penjualan (728.353.802) - - - (728.353.802 ) 


administrasi (3.446.456.995) - - - (3.446.456.995 ) 




dan lisensi (912.658.640) - - - (912.658.640 ) 

Pendapatan operasi lain 25.118.092.304 45.404.550 30.367.716 - 25.193.864.570 

Beban operasi lain 301.254.777 (5.466.716.947) 360.385.316 - (4.805.076.854) 

Laba (rugi) usaha 24.298.177.582 (5.719.319.660) (4.213.704.121 ) - 14.365.153.801 


Entitas Asosiasi 7.502.342.477 - (14.175.856) - 7.488.166.621 

Pendapatan keuangan 108.134.663 8.631.095 76.366.656 - 193.132.414 

Biaya keuangan (323.692.869) (84.579.316) (304.532.443 ) - (712.804.628) 



pajak penghasilan 31.584.961.853 (5.795.267.881) (4.456.045.764 ) - 21.333.648.208 


penghasilan 180.265.834 (152.784.050) (4.929.128 ) - 22.552.656 

Laba (rugi) bersih 31.765.227.687 (5.948.051.931) (4.460.974.892 ) - 21.356.200.864 



komprehensif 31.765.227.687 (5.948.051.931) (4.460.974.892 ) - 21.356.200.864


Segmen Geografis (lanjutan) 







80 




Aset segmen 904.758.586.481 33.501.533.036 146.335.980.289 (274.017.275.945) 810.578.823.861 

Liabilitas segmen 163.825.728.331 12.743.735.002 32.773.520.694 (2.814.919.899) 206.528.064.128 

Perolehan aset tetap 903.754.911 - 5.729.273.772 - 6.633.028.683 

38. KUASI-REORGANISASI 

Perusahaan didirikan pada tahun 1996, selanjutnya mulai melakukan kegiatan operasi komersial pada 

bulan Oktober 2002. Kegiatan operasi Perusahaan mencakup bidang perhotelan. Kegiatan usaha 

Perusahaan mengalami kerugian operasi dan usaha sejak tahun 1996 sampai 2008, selanjutnya sejak 

tahun 2009, Perusahaan telah mengalami laba usaha. Akumulasi kerugian terjadi karena pendapatan 

pada tahun-tahun awal operasi tidak mampu menutup beban penyusutan dan beban operasional 

lainnya. Keadaan ini mengakibatkan Perusahaan mengalami akumulasi saldo defisit sebesar 

Rp 31.224.820.582 pada laporan posisi keuangan tanggal 31 Juli 2009. 

Untuk memperoleh awal yang baik (fresh start) dengan laporan posisi keuangan yang menunjukkan 

nilai sekarang dan tidak dibebani oleh defisit, maka Perusahaan melaksanakan Kuasi-Reorganisasi per 

31 Juli 2009 (Catatan 2y). Kuasi-Reorganisasi dilakukan Perusahaan sebagai langkah penting untuk 

dapat meneruskan usaha secara lebih baik. 

Sehubungan dengan rencana Kuasi-Reorganisasi Perusahaan efektif pada tanggal 31 Juli 2009, Rapat 

Umum Pemegang Saham Perusahaan yang dilakukan pada tanggal 29 Januari 2010 memutuskan 

pelaksanaan Kuasi-Reorganisasi Perusahaan yang berlaku surut pada tanggal 31 Juli 2009 guna 

menutup saldo defisit sebesar Rp 31.224.820.582 dengan pengeliminasian sebagai berikut: 

a. Penjumpaan (set off) antara Surplus Revaluasi Aset Tetap sebesar Rp 75.685.960 dengan Saldo 

Defisit. 

b. Penjumpaan (set off) antara Selisih Penilaian Kembali Investasi pada Entitas Asosiasi sebesar 

Rp 31.149.134.622 dengan Saldo Defisit. 

Sehubungan dengan pelaksanaan Kuasi-Reorganisasi pada tahun 2009, Perusahaan membukukan 

selisih penilaian aset dan liabilitas setelah eliminasi saldo defisit sebesar Rp 144.715.511.834 adalah 


- Surplus revaluasi aset tetap : 75.685.960 

- Selisih penilaian kembali investasi pada 

Entitas Asosiasi : 186.457.497.140 

- Eliminasi selisih transaksi perubahan ekuitas Entitas 

Asosiasi : (10.592.850.684 ) 

Selisih penilaian aset dan liabilitas sebelum 

eliminasi saldo defisit : 175.940.332.416 

Eliminasi saldo defisit : (31.224.820.582 ) 

Selisih penilaian aset dan liabilitas setelah 

eliminasi saldo defisit : 144.715.511.834







39. NILAI WAJAR DARI INSTRUMEN KEUANGAN 

Nilai wajar atas aset dan liabilitas keuangan adalah nilai dimana instrumen dapat 

dipertukarkan/diselesaikan antar pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi 

secara wajar (arm's length transaction), yang bukan berasal dari penjualan yang dipaksakan atau 

likuidasi. 

Berikut ini adalah metode dan asumsi yang digunakan untuk memperkirakan nilai wajar setiap 

kelompok dari instrumen keuangan Perusahaan dan Entitas Anak: 

1. Kas dan setara kas, piutang usaha, piutang lain-lain, utang usaha, utang lain-lain dan biaya masih 

harus dibayar mendekati nilai tercatatnya karena bersifat jangka pendek. 

2. Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai wajar mengacu pada harga kuotasi yang dipublikasikan 

pada pasar aktif. 

3. Nilai tercatat dari pinjaman jangka panjang yang terdiri dari utang bank dan pinjaman lainnya 

mendekati nilai wajarnya disebabkan oleh pemakaian suku bunga mengambang atas instrumen 

tersebut, dimana tingkat suku bunga saat ini bagi pinjaman, yang mempersyaratkan risiko kredit dan 

sisa masa jatuh tempo yang serupa. 

4. Nilai wajar utang sewa pembiayaan diperkirakan dengan mendiskontokan arus kas masa depan 

menggunakan tingkat suku bunga saat ini bagi pinjaman, yang mempersyaratkan risiko kredit dan 

sisa masa jatuh tempo yang serupa. 

Tabel berikut menyajikan nilai wajar, yang mendekati nilai tercatat, atas aset keuangan dan liabilitas 

keuangan Perusahaan dan Entitas Anak: 

81 

2011 2010 

Aset keuangan lancar 

Aset keuangan yang dicatat sebesar nilai wajar 

Investasi jangka pendek 29.749.182.282 56.434.204.983 

Pinjaman yang diberikan dan piutang 

Kas dan setara kas 77.828.429.242 95.113.356.789 

Piutang usaha 10.252.303.925 2.880.788.386 

Piutang lain-lain 3.586.178.688 1.382.715.297 

Jumlah aset keuangan lancar 121.416.094.137 155.811.065.455 

Aset keuangan tidak lancar 

Pinjaman yang diberikan dan piutang 

Jaminan 2.181.072.200 109.079.032 

Jumlah aset keuangan 123.597.166.337 155.920.144.487







39. NILAI WAJAR DARI INSTRUMEN KEUANGAN (lanjutan) 

82 

2011 2010 

Liabilitas keuangan jangka pendek 

Liabilitas yang dicatat sebesar nilai wajar atau 

biaya perolehan yang diamortisasi 

Utang usaha 4.662.574.648 2.388.896.858 

Utang lain-lain 66.537.097.268 46.832.366.286 

Biaya masih harus dibayar 8.068.291.468 6.665.375.391 

Bagian utang jangka panjang yang 

jatuh tempo dalam waktu satu tahun: 

Pinjaman jangka panjang 5.644.588.506 - 

Sewa pembiayaan 577.334.459 266.750.013 

Jumlah liabilitas keuangan jangka pendek 85.489.886.349 56.153.388.548 

Liabilitas keuangan jangka panjang 

Liabilitas yang dicatat sebesar nilai wajar atau 

biaya perolehan yang diamortisasi 

Setoran jaminan 3.832.195.964 - 

Utang jangka panjang - setelah dikurangi bagian 

yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun: 

Pinjaman jangka panjang 278.312.422.532 123.148.945.538 

Sewa pembiayaan 966.524.044 627.539.438 

Jumlah liabilitas keuangan jangka panjang 283.111.142.540 123.776.484.976 

Jumlah liabilitas keuangan 368.601.028.889 179.929.873.524 

40. KEBIJAKAN DAN TUJUAN MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN 

Risiko Keuangan 

Liabilitas keuangan utama Perusahaan dan Entitas Anak meliputi utang usaha, utang lain-lain, biaya 

masih harus dibayar, setoran jaminan, pinjaman jangka panjang dan utang sewa pembiayaan. Tujuan 

utama dari liabilitas keuangan ini adalah untuk mengumpulkan dana untuk operasi Perusahaan dan 

Entitas Anak. Perusahaan dan Entitas Anak juga mempunyai berbagai aset keuangan seperti kas dan 

setara kas, investasi jangka pendek, piutang usaha, piutang lain-lain dan jaminan yang dihasilkan 

langsung dari kegiatan usahanya. 

Risiko utama yang timbul dari instrumen keuangan Perusahaan dan Entitas Anak adalah risiko suku 

bunga atas nilai wajar dan arus kas, risiko nilai tukar mata uang asing, risiko kredit dan risiko likuiditas. 

Kepentingan untuk mengelola risiko ini telah meningkat secara signifikan dengan mempertimbangkan 

perubahan dan volatilitas pasar keuangan baik di Indonesia maupun internasional. Direksi Perusahaan 

dan Entitas Anak menelaah dan menyetujui kebijakan untuk mengelola risiko-risiko yang dirangkum di 

bawah ini.







40. KEBIJAKAN DAN TUJUAN MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (lanjutan) 

Risiko Keuangan (lanjutan) 

a. Risiko suku bunga atas nilai wajar dan arus kas 

Perusahaan dan Entitas Anak menghadapi risiko suku bunga yang disebabkan oleh perubahan 

tingkat suku bunga pinjaman yang dikenakan bunga. Suku bunga atas pinjaman jangka panjang 

dapat berfluktuasi sepanjang periode pinjaman. Fluktuasi suku bunga mempengaruhi biaya atas 

pinjaman baru dan bunga atas saldo pinjaman jangka panjang Perusahaan dan Entitas Anak yang 

dikenakan suku bunga mengambang. 

Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, utang bank dikenakan suku bunga mengambang 

(Catatan 22). 

Perusahaan dan Entitas Anak mengukur risiko atas pergerakan suku bunga dengan melakukan 

analisa marjin dan pergerakan suku bunga sehingga dapat melakukan transaksi kontrak swap 

tingkat bunga apabila diperlukan untuk mengurangi risiko tingkat suku bunga. 

b. Risiko nilai tukar mata uang asing 

Risiko nilai tukar mata uang asing adalah risiko dimana nilai wajar atau arus kas masa depan dari 

suatu instrumen keuangan akan berfluktuasi akibat perubahan nilai tukar mata uang asing. Dampak 

fluktuasi nilai tukar terhadap Perusahaan dan Entitas Anak terutama berasal dari saldo bank dan 

pinjaman jangka panjang dalam mata uang asing. 

Aset dan liabilitas moneter Perusahaan dan Entitas Anak dalam mata uang asing pada tanggal 

31 Desember 2011 dan 2010 disajikan pada Catatan 35. 

Perusahaan dan Entitas Anak mengelola risiko nilai tukar mata uang asing dengan melakukan 

pengawasan terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang asing secara terus menerus sehingga dapat 

melakukan tindakan yang tepat seperti penggunaan transaksi lindung nilai apabila diperlukan untuk 

mengurangi risiko nilai tukar mata uang asing. 

c. Risiko kredit 

Risiko kredit adalah risiko dimana salah satu pihak terhadap suatu instrumen keuangan gagal 

memenuhi liabilitasnya dan menyebabkan pihak lain mengalami kerugian keuangan. Risiko kredit 

yang dihadapi Perusahaan dan Entitas Anak berasal dari kredit yang diberikan kepada pelanggan. 

Perusahaan dan Entitas Anak melakukan hubungan usaha hanya dengan pihak ketiga yang diakui 

dan kredibel. Perusahaan dan Entitas Anak memiliki kebijakan untuk semua pelanggan yang akan 

melakukan perdagangan secara kredit harus melalui prosedur verifikasi kredit. 

Sebagai tambahan, saldo piutang dipantau secara terus menerus untuk mengurangi risiko piutang 

yang tidak tertagih. Nilai maksimal eksposur terhadap risiko kredit adalah sebesar nilai tercatat 

piutang sebagaimana diungkapkan pada Catatan 6. Tidak ada risiko kredit yang terpusat. 

Sehubungan dengan risiko kredit yang timbul dari aset keuangan lainnya yang mencakup kas dan 

setara kas dan investasi jangka pendek, risiko kredit yang dihadapi timbul karena wanprestasi dari 

pihak terkait. Perusahaan dan Entitas Anak memiliki kebijakan untuk tidak menempatkan investasi 

pada instrumen yang memiliki risiko kredit tinggi dan hanya menempatkan investasinya pada bankbank 

dan manajer investasi dengan peringkat kredit dan reputasi yang tinggi. Nilai maksimal 

eksposur terhadap risiko ini adalah sebesar nilai tercatat dari aset keuangan sebagaimana 

diungkapkan pada Catatan 4 dan 5. 

83









c. Risiko kredit (lanjutan) 

Manajemen yakin terhadap kemampuan untuk mengendalikan dan menjaga eksposur risiko kredit 

pada tingkat yang minimal. Tabel berikut menunjukkan eksposur maksimum risiko kredit yang 

disajikan sejumlah nilai tercatat aset keuangan. 

84 

2011 2010 

Kas dan setara kas 77.828.429.242 95.113.356.789 

Investasi jangka pendek 29.749.182.282 56.434.204.983 

Piutang usaha 10.252.303.925 2.880.788.386 

Piutang lain-lain 3.586.178.688 1.382.715.297 

Jaminan 2.181.072.200 109.079.032 

Jumlah 123.597.166.337 155.920.144.487 

d. Risiko likuiditas 

Risiko likuiditas adalah risiko dimana Perusahaan dan Entitas Anak akan mengalami kesulitan 

dalam rangka memperoleh dana untuk memenuhi komitmennya terkait dengan instrumen keuangan. 

Dalam mengelola risiko likuiditas, Perusahaan dan Entitas Anak memantau dan menjaga tingkat kas 

dan setara kas yang dianggap memadai untuk membiayai operasi Perusahaan dan Entitas Anak dan 

untuk mengatasi dampak dari fluktuasi arus kas. Perusahaan dan Entitas Anak juga secara rutin 

mengevaluasi proyeksi arus kas dan arus kas aktual, termasuk jadwal jatuh tempo utang jangka 

panjang, dan terus menelaah kondisi pasar keuangan untuk memelihara fleksibilitas pendanaan 

dengan cara menjaga ketersediaan komitmen fasilitas kredit. 

Pada tanggal 31 Desember 2011, sisa umur jatuh tempo aset dan liabilitas keuangan Perusahaan 

dan Entitas Anak adalah sebagai berikut: 


Kurang dari 1 tahun 1 - 2 tahun 2 - 3 tahun Lebih dari 3 tahun Jumlah 

Aset keuangan 

Aset lancar 

Kas dan setara kas 77.828.429.242 - - - 77.828.429.242 

Investasi jangka pendek 29.749.182.282 - - - 29.749.182.282 

Piutang usaha 10.252.303.925 - - - 10.252.303.925 

Piutang lain-lain 3.586.178.688 - - - 3.586.178.688 

Sub-jumlah 121.416.094.137 - - - 121.416.094.137 

Aset tidak lancar 

Jaminan - 2.181.072.200 - - 2.181.072.200 

Jumlah 121.096.094.137 2.181.072.200 - - 123.597.166.337 

Liabilitas keuangan 

Liabilitas jangka pendek 

Utang usaha 4.662.574.648 - - - 4.662.574.648 

Utang lain-lain 66.537.097.268 - - - 66.537.097.268 

Biaya masih harus dibayar 8.068.291.468 - - - 8.068.291.468 

Utang jangka panjang 

yang jatuh tempo 

dalam waktu satu tahun: 

Pinjaman jangka panjang 5.644.588.506 - - - 5.644.588.506 

Sewa pembiayaan 577.334.459 - - - 577.334.459 

Sub-jumlah 85.489.886.349 - - - 85.489.886.349









d. Risiko likuiditas (lanjutan) 

85 


Kurang dari 1 tahun 1 - 2 tahun 2 - 3 tahun Lebih dari 3 tahun Jumlah 

Liabilitas jangka panjang 

Setoran jaminan - 3.645.227.574 - 186.968.390 3.832.195.964 

Bagian utang jangka panjang 

yang jatuh tempo 

dalam waktu satu tahun: 

Pinjaman jangka panjang - 34.726.709.829 67.097.086.325 176.488.626.378 278.312.422.532 

Sewa pembiayaan - 481.871.449 403.086.870 81.565.725 966.524.044 

Sub-jumlah - 38.853.808.852 67.500.173.195 176.757.160.493 283.111.142.540 

Jumlah 85.489.886.349 38.853.808.852 67.500.173.195 176.757.160.493 368.601.028.889 

Pengelolaan modal 

Dalam mengelola permodalannya, Perusahaan dan Entitas Anak senantiasa mempertahankan 

kelangsungan usaha serta memaksimalkan manfaat bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan 

lainnya. 

Perusahaan dan Entitas Anak secara aktif dan rutin menelaah dan mengelola permodalannya untuk 

memastikan struktur modal pengembalian yang optimal bagi pemegang saham, dengan 

mempertimbangkan efisiensi penggunaan modal berdasarkan arus kas operasi dan belanja modal, serta 

mempertimbangkan kebutuhan modal di masa yang akan datang. 

41. REKLASIFIKASI AKUN 

Beberapa akun dalam laporan keuangan tahun 2010 dan 2009 telah direklasifikasi agar sesuai dengan 

penyajian laporan keuangan untuk tahun 2011 sebagai berikut: 

a. Reklasifikasi akun di laporan posisi keuangan konsolidasian 


Dilaporkan Setelah 

Deskripsi Akun sebelumnya Reklasifikasi direklasifikasi 

Goodwill 614.377.843 (614.377.843) - 

Aset takberwujud 370.697.526 614.377.843 985.075.369 

Tanah yang belum dikembangkan 12.614.910.798 (3.059.895.000) 9.555.015.798 

Biaya ditangguhkan 21.035.147.145 3.059.895.000 24.095.042.145 


Dilaporkan Setelah 

Deskripsi Akun sebelumnya Reklasifikasi direklasifikasi 

Goodwill 106.551.584 (106.551.584) - 

Aset takberwujud - 106.551.584 106.551.584 

Tanah yang belum dikembangkan 12.614.910.798 (3.059.895.000) 9.555.015.798 

Biaya ditangguhkan 2.554.507.427 3.059.895.000 5.614.402.427

41. REKLASIFIKASI AKUN (lanjutan) 







b. Reklasifikasi akun di laporan arus kas konsolidasian 

86 

Sebelum Setelah 

Reklasifikasi Reklasifikasi 

Kas neto digunakan untuk aktivitas operasi (4.436.194.532) (4.045.529.753) 

Kas neto digunakan untuk aktivitas investasi (88.560.726.263) (88.560.726.263) 

Kas neto diperoleh dari aktivitas pendanaan 113.706.641.421 113.706.641.421 

Kenaikan neto kas dan setara kas 20.709.720.626 21.100.385.405 

Dampak neto perubahan nilai tukar atas 

kas dan setara kas - (390.664.779) 

Kas dan setara kas pada awal tahun 6.943.751.849 6.943.751.849 

Saldo entitas anak yang dikonsolidasikan 67.459.884.314 67.459.884.314 

Kas dan setara kas pada akhir tahun 95.113.356.789 95.113.356.789 

42. PENYAJIAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 

Efektif sejak tanggal 1 Januari 2011, sehubungan dengan diterapkannya PSAK 1 (Revisi 2009), 

“Penyajian Laporan Keuangan” seperti diungkapkan pada Catatan 2a, “Hak Minoritas” telah diubah 

menjadi “Kepentingan Nonpengendali” dan disajikan sebagai bagian dari ekuitas. Sebelum tanggal 

1 Januari 2011, Hak Minoritas disajikan secara terpisah di antara liabilitas dan ekuitas. Sehingga laporan 

posisi keuangan konsolidasian pada tanggal 31 Desember 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 

dan laporan laba rugi komprehensif konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 

2010 telah disajikan kembali. 

Dampak dari penyajian kembali terhadap laporan posisi keuangan konsolidasian pada tanggal 

31 Desember 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan laporan laba rugi komprehensif 

konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut: 

LAPORAN POSISI KEUANGAN 

KONSOLIDASIAN 

31 Desember 2010 1 Januari 2010/31 Desember 2009 

Sebelum Setelah Sebelum Setelah 

penyajian penyajian penyajian penyajian 

kembali kembali kembali kembali 

Hak Minoritas 112.313.332.649 - 19.326.631.844 - 

EKUITAS 

Kepentingan nonpengendali - 112.313.332.649 - 19.326.631.844 

JUMLAH EKUITAS 491.737.427.084 604.050.759.733 467.833.750.599 487.160.382.443







42. PENYAJIAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 

LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN 

87 


Sebelum Setelah 

penyajian Penyajian 

kembali kembali 

LABA SEBELUM PAJAK 21.333.648.208 21.333.648.208 

Manfaat pajak penghasilan badan - bersih 22.552.656 22.552.656 

Hak minoritas 2.547.475.621 - 

LABA PERIODE/TAHUN BERJALAN 23.903.676.485 21.356.200.864 

Diatribusikan kepada: 

Pemilik entitas induk - 23.903.676.485 

Kepentingan nonpengendali - (2.547.475.621) 

43. PERISTIWA SETELAH TANGGAL PELAPORAN 

Penghancuran Bangunan Hotel Bali Prani 

Pada tanggal 25 Februari 2012, Perusahaan telah melakukan penghancuran bangunan Hotel Bali Prani 

sehubungan dengan rencana dimulainya pekerjaan Proyek Hotel HARRIS Tuban Extension pada 

pertengahan tahun 2012. Nilai buku bangunan Hotel Bali Prani sejumlah Rp 1.531.133.334 juga turut 

dihapuskan dari pencatatan Perusahaan. 

44. TANGGUNG JAWAB ATAS PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 

Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan 

konsolidasian ini yang diselesaikan dan disetujui pada tanggal 21 Maret 2012.




AND SUBSIDIARIES 

Consolidated Financial Statements 

With Independent Auditors’ Report 

December 31, 2011 

With Comparative Figures as of 

December 31, 2010 and 

January 1, 2010/December 31, 2009 and 

for the Year Ended December 31, 2011 

With Comparative Figures 


(Indonesian Currency)

These consolidated financial statements are originally issued in Indonesian language. 

Independent Auditors‟ Report 





With Independent Auditors’ Report 




January 1, 2010/December 31, 2009 and 


With Comparative Figures 


Table of Contents 

Consolidated Statement of Financial Position……………………………….……………………………. 1 - 3 

Consolidated Statement of Comprehensive Income……………………….…..………………………… 4 

Consolidated Statement of Changes in Equity…………….…………………..………………………….. 5 

Consolidated Statement of Cash Flows.……………...…………………………………………………… 6 - 7 

Notes to the Consolidated Financial Statements…………………..……..…………….………………… 8 - 87 

*************************** 

Page


ASSETS 



CONSOLIDATED STATEMENT OF FINANCIAL POSITION 



December 31, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 

(Expressed in Rupiah, unless otherwise stated) 

January 1, 2010/ 

Notes December 31, 2011 December 31, 2010* December 31, 2009* 

CURRENT ASSETS 

Cash and cash equivalents 2f,2z,4,35 77,828,429,242 95,113,356,789 6,943,751,849 

Short-term investments 2z,5 29,749,182,282 56,434,204,983 108,670,541,160 

Trade receivables with third 

parties - net 2h,2z,3,6 10,252,303,925 2,880,788,386 630,880,368 

Other receivables 

Third parties 2h,2z 2,648,057,482 425,248,481 262,601,330 

Related parties 2g,2h,2z,7 938,121,206 957,466,816 904,486,000 

Inventories 2i,8 1,479,281,488 560,426,194 126,796,828 

Prepaid taxes 19a 17,568,877,899 5,967,016,364 140,308,032 

Advances and prepaid 

expenses 2j 2,254,416,538 2,078,504,144 243,932,553 

TOTAL CURRENT ASSETS 142,718,670,062 164,417,012,157 117,923,298,120 

_____ 

NON-CURRENT ASSETS 

Investment in associated 

companies 2e,9 41,394,532,790 43,641,289,487 293,094,714,720 

Deferred tax assets 2t,19e 4,005,670,025 3,105,369,048 947,562,509 

Fixed assets - net of 

accumulated depreciation 

of Rp 59,788,371,470 

as of December 31, 2011, 

Rp 50,204,695,352 as of 


and Rp 12,349,566,761 

as of January 1, 2010/ 2k,2l, 

December 31, 2009 2n,3,10 446,547,628,282 349,735,863,518 50,178,168,469 

Long-term lease rights 2o,11 50,169,513,420 47,713,968,471 6,728,415,505 

Undeveloped land 2p,12 12,155,518,798 9,555,015,798 9,555,015,798 

Deferred charges 2k,13 21,874,898,507 24,095,042,145 5,614,402,427 

Advances for purchase of 

fixed assets 14 6,698,639,298 4,897,363,248 7,216,768,048 

Intangible assets 2c,2m,2n,15 953,721,320 985,075,369 106,551,584 

Deposits 2z 2,181,072,200 109,079,032 - 

Other non-current assets 2u,16 404,799,355,399 162,323,745,588 4,832,801,769 

TOTAL NON-CURRENT 

ASSETS 990,780,550,039 646,161,811,704 378,274,400,829 

TOTAL ASSETS 1,133,499,220,101 810,578,823,861 496,197,698,949 

*) Restated, see Note 2a to the consolidated financial statements. 

See accompanying Notes to the Consolidated Financial Statements 

which are an integral part of these Consolidated Financial Statements. 

1


LIABILITIES AND EQUITY 



CONSOLIDATED STATEMENT OF FINANCIAL POSITION (continued) 







CURRENT LIABILITIES 

Trade payables 2z,17 4,662,574,648 2,388,896,858 449,812,376 

Other payables 

Third parties 2z,18 62,437,679,796 31,309,526,314 5,444,404,298 

Related parties 2g,2z,7 4,099,417,472 15,522,839,972 139,309,734 

Taxes payable 2t,3,19b 5,458,491,513 2,149,722,196 790,193,756 

Accrued expenses 2z,20 8,068,291,468 6,665,375,391 802,045,113 

Current maturities of long-term 

liabilities: 

Long-term loans 2z,22,35 5,644,588,506 - - 

Lease payables 2l,2z 577,334,459 266,750,013 49,744,659 

TOTAL CURRENT 

LIABILITIES 90,948,377,862 58,303,110,744 7,675,509,936 

_____ 

NON-CURRENT LIABILITIES 

Unearned rent 2l,21 113,511,831,082 18,283,299,349 - 

Negative goodwill 2b,2c,23 - 112,613,338 150,151,118 

Security deposits 2z 3,832,195,964 - - 

Deferred tax liabilities 2t,19e 7,824,921 - - 

Long-term liabilities - net of 

current maturities: 

Long-term loans 2z,22,35 278,312,422,532 123,148,945,538 - 

Lease payables 2l,2z 966,524,044 627,539,438 96,201,790 

Employee benefits liability 2v,3,34 8,437,550,279 6,052,555,721 1,115,453,662 

TOTAL NON-CURRENT 

LIABILITIES 405,068,348,822 148,224,953,384 1,361,806,570 

TOTAL LIABILITIES 496,016,726,684 206,528,064,128 9,037,316,506 




2




CONSOLIDATED STATEMENT OF FINANCIAL POSITION (continued) 







EQUITY 

Equity Attributable to 

the Equity Holder of the 

Parent Company 

Capital stock - Rp 100 par value 

per share 

Authorized - 5,000,000,000 

shares 

Issued and fully paid - 

2,410,803,600 shares 1b,24 241,080,360,000 241,080,360,000 159,400,000,000 

Difference on revaluation of assets 

and liabilities 2e,2y,38 144,715,511,834 144,715,511,834 144,715,511,834 

Difference in value of restructuring 

transactions among entities 

under common control 2d 77,622,880,357 77,622,880,357 - 

Difference transaction of changes 

in subsidiaries‟ equity 23 112,233,268 - - 

Comparative period of difference 

in value of restructuring 

transactions among entities 

under common control 2b - - 159,303,240,357 

Retained earnings (deficit of 

Rp 31,224,820,582 has been 

eliminated through 

quasi-reorganization 

as of July 31, 2009) 2y,38 29,728,077,417 28,318,674,893 4,414,998,408 

Total equity attributable to the 

equity holders of the parent 

company 493,259,062,876 491,737,427,084 467,833,750,599 

Non-controlling Interests 2b 144,223,430,541 112,313,332,649 19,326,631,844 

TOTAL EQUITY 637,482,493,417 604,050,759,733 487,160,382,443 

TOTAL LIABILITIES 

AND EQUITY 1,133,499,220,101 810,578,823,861 496,197,698,949 




3




CONSOLIDATED STATEMENT OF COMPREHENSIVE INCOME 

Year Ended December 31, 2011 

With Comparative Figures for 2010 




4 

Notes 2011 2010* 

REVENUES 2r,25 79,322,317,700 16,177,782,619 

COST OF REVENUES 2r,26 (18,882,432,297) (3,386,695,289) 

GROSS PROFIT 60,439,885,403 12,791,087,330 

OPERATING EXPENSES 

Selling expenses 2r,27 (4,824,647,665) (728,353,802) 

General and administrative expenses 2r,28 (21,008,869,644) (3,446,456,995) 

Owner‟s operating expenses 2r,29 (18,272,718,818) (11,919,498,889) 

Depreciation expenses 2k,10 (9,662,578,336) (1,807,752,919) 

Management services and license fees 2r,36 (4,666,125,650) (912,658,640) 

Other operating income 2r,30 4,088,116,734 25,193,864,570 

Other operating expenses 2r,31 (2,875,277,329) (4,805,076,854) 

INCOME FROM OPERATIONS 3,217,784,695 14,365,153,801 

Share in net earnings of associated companies 2e,9 2,537,918,341 7,488,166,621 

Gain on sale of investment in associated company 2e,9 1,227,824,962 - 

Finance income 2r,32 2,195,826,196 193,132,414 

Finance costs 2r,33 (6,961,071,339) (712,804,628) 

INCOME BEFORE INCOME TAX 

BENEFIT (EXPENSE) 2,218,282,855 21,333,648,208 

INCOME TAX BENEFIT (EXPENSE) 

Current 2t,19d (1,012,827,159) (8,128,750) 

Deferred 2t,19d 892,476,057 30,681,406 

Income Tax Benefit (Expense) - Net (120,351,102) 22,552,656 

PROFIT FOR THE YEAR 2,097,931,753 21,356,200,864 

OTHER COMPREHENSIVE INCOME - - 

TOTAL COMPREHENSIVE INCOME FOR THE YEAR 2,097,931,753 21,356,200,864 

Total comprehensive income attributable to: 

Equity holders of the parent company 1,409,402,524 23,903,676,485 

Non-controlling interests 688,529,229 (2,547,475,621) 

TOTAL 2,097,931,753 21,356,200,864 

EARNINGS PER SHARE 2x 0.58 9.92 

*) Consolidated statement of comprehensive for 2011 include statement of comprehensive income of Subsidiary (IPI) while for 2010 

not include statement of comprehensive income of Subsidiary (IPI).


Balance, January 1, 2010 

Net loss of TSW for January - 

May 2010 

Issuance of new shares 

through merger 

Non-controlling interests from 

acquisition of subsidiaries 

Total comprehensive income 

for 2010 

Balance, December 31, 2010 

Notes 


Capital Stock 

Issued and 

Fully Paid 



CONSOLIDATED STATEMENT OF CHANGES IN EQUITY 




Difference on 

Revaluation of 

Assets and 

Liabilities 

Equity Attributable to the Equity Holders of the Parent Company 

Difference in 

Value of 

Restructuring 

Transactions 

Among Entities 

Under 

Common 

Control 

159,400,000,000 144,715,511,834 - 

- - 843,133,707 

1b 81,680,360,000 - 76,779,746,650 

- - - 

- - - 

241,080,360,000 144,715,511,834 77,622,880,357 

Comparative 

Period of 

Difference in 

Value of 

Restructuring 

Transactions 

Among Entities 

Under Common 

Control 

159,303,240,357 



5 

Difference 

Transactions 

of Changes in 

Subisidiaries’ 

Equity 

Retained 

Earnings 

Total Equity 

Attributable to 

the Equity 

Holders of the 

Parent 

Company 

- 4,414,998,408 467,833,750,599 

(843,133,707 ) - - - 

(158,460,106,650 ) - - - 

- 

- 

- 

- - - 

- 23,903,676,485 23,903,676,485 

- 28,318,674,893 491,737,427,084 

Non-controlling 

Interests* 

Total Equity 

19,326,631,844 487,160,382,443 

- - 

- - 

95,534,176,426 95,534,176,426 

(2,547,475,621 ) 21,356,200,864 

112,313,332,649 604,050,759,733 

Difference transactions of changes 

in subsidiaries‟ equity 23 -- -- - - 112,233,268 - 112,233,268 380,070 112,613,338 

Increase of ownership portion of 

non-controlling interests 1d -- -- - - - - - 19,951,188,593 19,951,188,593 

Advance on share capital payment 

of non-controlling interests 


for 2011 

-- -- - - - - - 11,270,000,000 11,270,000,000 

-- -- - - - 1,409,402,524 1,409,402,524 688,529,229 2,097,931,753 

Balance, December 31, 2011 241,080,360,000 144,715,511,834 77,622,880,357 - 112,233,268 29,728,077,417 493,259,062,876 144,223,430,541 637,482,493,417




CONSOLIDATED STATEMENT OF CASH FLOWS 






6 

Notes 2011 2010* 

CASH FLOWS FROM OPERATING ACTIVITIES 

Cash receipts from customers 77,033,052,684 15,928,423,305 

Unearned rent and security deposits 93,978,477,174 18,283,299,349 

Cash paid to suppliers, employees and others (56,154,135,585) (38,015,541,732) 

Cash generated from operations 114,857,394,273 (3,803,819,078) 

Receipts of interest income 2,195,826,196 193,132,414 

Payments of finance costs (6,961,071,339) (434,843,089) 

Payments of income taxes (1,012,827,159) - 

Net Cash Provided by (Used in) 

Operating Activities 109,079,321,971 (4,045,529,753) 

CASH FLOWS FROM INVESTING ACTIVITIES 

Proceeds from sales of short-term investments 33,349,371,944 87,775,027,496 

Proceeds from sale of investment in 

associated company 9 6,012,500,000 - 

Proceeds from sales of fixed assets 10 455,700,000 4,231,660,048 

Increase in other non-current assets (345,586,965,893) (41,653,275,950) 

Acquisitions of fixed assets 10 (28,541,280,343) (3,581,089,616) 

Placement of short-term investments 5 (5,000,000,000) - 

Payments of long-term lease rights 11 (3,246,277,773) (222,353,500) 

Advance for purchases of fixed assets 14 (3,201,276,050) (528,550,000) 

Acquisitions of undeveloped land 12 (2,600,503,000) - 

Payments of deposits and intangible assets (2,071,993,168) (479,776,558) 

Payments of deferred charges 13 (676,512,502) (8,537,609,120) 

Increase in investments in shares of stocks - (125,564,759,063) 

Net Cash Used in Investing Activities (351,107,236,785) (88,560,726,263) 

CASH FLOWS FROM FINANCING ACTIVITIES 

Receipts of long-term loans 226,078,005,780 98,444,984,000 

Proceeds from sale of investments in 

shares of stocks 1d 54,000,000,000 - 

Advance for share capital payments of 

non-controlling interests 11,270,000,000 - 

Payments of long-term loans (65,811,288,000) - 

Payments of lease payables (833,380,948) (68,892,000) 

Receipts from related parties - 15,330,549,421 

Net Cash Provided by Financing Activities 224,703,336,832 113,706,641,421 

*) Consolidated statement of cash flows for 2011 include statement of cash flows of Subsidiary (IPI) while for 2010 not include 

statement of cash flows of Subsidiary (IPI).




CONSOLIDATED STATEMENT OF CASH FLOWS (continued) 






7 

Notes 2011 2010* 

NET INCREASE (DECREASE) IN 

CASH AND CASH EQUIVALENTS (17,324,577,982) 21,100,385,405 

CASH AND CASH EQUIVALENTS 

AT BEGINNING OF YEAR 95,113,356,789 6,943,751,849 

NET EFFECT OF CHANGES IN EXCHANGE 

RATES ON CASH AND CASH EQUIVALENTS 39,650,435 (390,664,779) 

CASH AND CASH EQUIVALENTS OF 

CONSOLIDATED SUBSIDIARIES 1d - 67,459,884,314 

CASH AND CASH EQUIVALENTS 

AT END OF YEAR 4 77,828,429,242 95,113,356,789 

Activities not affecting cash flows: 

Reclassification of other non-current assets 

to fixed assets 10 110,855,246,946 2,847,954,800 

Increase in other non-current assets through 

other payables 18 29,667,251,482 21,923,360,618 

Reclassification of advances for purchases of 

fixed assets to other receivables 14 1,400,000,000 - 

Acquisitions of fixed assets through 

lease payables 10 1,482,950,000 - 

Issuance of new shares through merger 24 - 81,680,360,000 

Additional paid-up capital of Subsidiary through 

long-term lease rights 11 - 40,810,000,000 

Acquisitions of fixed assets through 

other payables 18 - 4,203,984,267 

*) Consolidated statement of cash flows for 2011 include statement of cash flows of Subsidiary (IPI) while for 2010 not include 

statement of cash flows of Subsidiary (IPI).


1. GENERAL 



NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 




a. The Company’s Establishment 

PT Indonesian Paradise Property Tbk (“the Company”) was established under the name of 

PT Penta Karsa Lubrindo based on Deed No. 96 dated June 14, 1996 and amended by Deed 

No. 42 dated January 8, 1997, both of Buntario Tigris Darmawa, NG, SH, CN, substitute of 

Rachmat Santoso, SH, Notary in Jakarta. The deed was approved by the Ministry of Justice of the 

Republic of Indonesia in its Decision Letter No. C2-1030 HT.01.01.TH.97 dated February 12, 1997 

and registered at the North Jakarta Companies Registration Office No. 413/BH.09.01/IX/97 dated 

September 9, 1997 and was published in State Gazette of the Republic of Indonesia No. 21 dated 

March 12, 2002 Supplement No. 2574. The Company‟s articles of association have been amended 

several times, most recently by Notarial Deed No. 271 dated June 24, 2011 of Dr. Irawan Soerodjo, 

SH, MSi, Notary in Jakarta, concerning the change in the Company‟s scope of activities. The 

change has been approved by Ministry of Law and Human Rights of the Republic of Indonesia in its 

Decision Letter No. AHU-41199.AH.01.02.Year 2011 dated August 15, 2011. 

In accordance with article 3 of the Company‟s articles of association, the scope of the Company‟s 

activities are providing accomodation (hotel) and investment in shares of other entities. 

The Company‟s head office located at Jalan Tebet Timur Raya No. 10C, Jakarta 12820. The 

Company owns a hotel under the name of Hotel HARRIS which has 66 rooms located at Jalan Dewi 

Sartika, Tuban, Bali with hotel business license No. 556.2/649/DIPARDA dated October 7, 2002, 

most recently extended with No. 556.2/024/DIPARDA dated January 18, 2008 from the Local 

Tourism Government in Badung, Bali, which valid until January 15, 2013. 

The Company started its commercial operations in October 2002. 

b. Merger with PT Tirta Saga Wangi and Subsidiaries 

Based on the Merger Plan of PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) and PT Tirta Saga 

Wangi (TSW), both companies have signed Letter of Intent on April 5, 2010, in order to integrate 

their business through merger. INPP will be “the Surviving Company” and TSW as “the Merged 

Company”. 

Upon receiving approval from the Ministry of Law and Human Rights of the Republic of Indonesia 

through Letter No. AHU-AH.01.10-13057.Year 2010 dated May 27, 2010, the merger was effective 

on June 1, 2010. This merger became effective through Letter No. S-4500/BL/2010 dated May 20, 

2010 issued by Bapepam-LK. 

The effective date of the merger with TSW was June 1, 2010 based on the Resolution of the 

Company‟s Stockholders Extraordinary General Meeting dated May 25, 2010, as covered by notarial 

deed No. 75 of Robert Purba, SH on the same date. Besides setting the date of merger, the notarial 

deed also approved the change of INPP‟s articles of association concerning the change in the 

issued and fully paid capital related with the merger from Rp 159,400,000,000 (consisting of 

1,594,000,000 shares) to Rp 241,080,360,000 (consisting of 2,410,803,600 shares). 

8


1. GENERAL (continued) 







b. Merger with PT Tirta Saga Wangi and Subsidiaries (continued) 

Since the merger date, all legal commitments between TSW„s customers/business party with TSW 

have been transferred and are assumed by INPP. 

The stockholders composition before and at the merger date was effective is as follows: 

Stockholders of INPP Stockholders of TSW Stockholders of INPP 

before before at the 

merger merger merger date 

Number of shares Number of shares Number of 

issued and fully issued and fully shares after Number of 

Stockholders paid % paid % conversion shares % 

Anemone Continental 

S.A. BVI 949,000,000 59.54% - - - 949,000,000 39.36% 

CB London S/A BSI SA 223,000,000 13.99% - - - 223,000,000 9.25% 

PT Grahatama Kreasibaru 129,861,000 8.15% 173,785,500 99.99% 816,791,850 946,652,850 39.27% 

Yayasan Bunga Kasih 50,000,000 3.14% 2,500 0.01% 11,750 50,011,750 2.07% 


(President Director) 10,000,000 0.63% - - - 10,000,000 0.41% 

Patrick Santosa 

Rendradjaja (Director) 5,000,000 0.31% - - - 5,000,000 0.21% 

Diana Solaiman (Director) 3,500,000 0.22% - - - 3,500,000 0.15% 


(Commissioner) 1,000,000 0.06% - - - 1,000,000 0.04% 

Others 222,639,000 13.96% - - - 222,639,000 9.24% 

Total 1,594,000,000 100% 173,788,000 100% 816,803,600 2,410,803,600 100% 

Based on an appraisal report No. Y&R/BV/10/046 dated May 12, 2010 and No. Y&R/BV/10/029.2R 

dated May 3, 2010 issued by KJPP Yanuar Bey & Rekan, an independent appraisal, for share 

conversion purposes, management decided that the fair value per share of INPP and TSW were 

Rp 159 (full amount) and Rp 745 (full amount) per share, respectively. 

Based on this valuation, 1 share of TSW will receive 4.7 shares of INPP which are issued with 

nominal value of Rp 100 (full amount) per share. This valuation represents the fair value of each 

company and also gives a premium above the historical traded prices. 

For the calculation of capital stock and additional paid-in capital, INPP‟s management used the 

market price of INPP‟s shares on the date of merger. As a result, INPP‟s capital stock increased by 

Rp 81,680,360,000. 

As at the effective date of the merger, INPP and TSW were under common control of 

PT Grahatama Kreasibaru (GK). Therefore, the merger of both companies used the pooling of 

interest method. Based on the generally accepted accounting principles in Indonesia, the difference 

between the transfer price and the book value in the restructuring transaction of entities under 

common control is booked in “Difference in Value of Restructuring Transactions Among Entities 

Under Common Control” account in the Equity section. 

9









c. The Company’s Listing of Shares and Additional of Capital Stock 

On September 21, 2004, the Company obtained the Effective Letter of Share Registration from the 

Chairman of the Capital Market Supervisory Agency (Bapepam) through a letter 

No. S-2970/PM/2004 for registration as a Public Company. Furthermore, the Company‟s shares are 

listed on the Indonesian Stock Exchange (formerly the Surabaya Stock Exchange) on December 1, 

2004. 

Based the Company‟s Stockholders Extraordinary General Meeting dated May 26, 2005, the 

Company‟s stockholders agreed to increase capital stock without Preemptive Rights (in accordance 

with Regulation of Bapepam No. IX.D.4) of 75,000,000 shares with nominal value of Rp 100 per 

share which was subscribed by Premiere Estates Limited. The addition of these shares has been 

approved by the Board of Directors of the Surabaya Stock Exchange through a letter 

No. JKT-027/LIST-EMITEN/BES/VII/2006 dated July 13, 2005. 

d. Structure of Subsidiaries 

The Company has direct or indirect ownership interest of 50% or more than 50% in the following 

Subsidiaries: 

10 

Total Asset (Before Elimination) 

Percentage of Ownership (in Thousand Rupiah) 

Nature Start of January 1, 2010/ January 1, 2010/ 

of Commercial December 31, December 31, December 31, December 31, December 31, December 31, 

Subsidiary Domicile Business Operations 2011 2010 2009 2011 2010 2009 

Direct ownership: 

PT Karsa Citra Unggul and 

Subsidiaries (KCU)* Jakarta Hotel - 99.98% 99.98% 99.98% 46,195,331 29,035,585 28,521,225 


(RIN)* Batam Hotel - 99.90% 99.90% 99.90% 103,205,197 33,501,533 29,403,231 


and Subsidiaries Property 

(MBS)* Jakarta and Hotel - 99.66% 99.66% 99.66% 52,569,603 40,360,078 38,348,877 

PT Langgeng Cipta Trading and 

Karya (LCK)* Jakarta Construction 2008 70.00% 70.00% 70.00% 9,728,523 10,038,239 10,097,714 


Perkasa and General 

Subsidiary (DPP)* Jakarta Trading - 60.00% 60.00% 60.00% 72,239,293 23,481,281 602,063 

PT Indonesian Hotel 

Paradise and Not 

Island (IPI)** Jakarta Construction 2004 55.00% 65.00% 48.75% 464,658,597 256,306,762 consolidated 

PT Saranausaha Trading and 

Jaya (SUJ)* Jakarta Construction - 55.00% 55.00% 55.00% 4,631,702 5,118,150 5,741,215 

PT Aneka Bina Laras 

and Subsidiary 

(ABL)* Jakarta Hotel 2011 51.00% 51.00% - 73,646,489 61,238,440 - 


Suryadinamika 

(EIS)* Jakarta Hotel - 51.00% 51.00% 51.00% 25,115,174 27,462,524 25,079,660 

Indirect ownership: 

Through KCU: 

PT Segara Biru 

Kencana (SBK)* Jakarta Hotel - 99.99% 99.99% - 2,261,961 92,253 - 

PT Kega Property 

Utama (KPU)* Jakarta Hotel - 92.73% 92.73% 92.73% 27,817,072 11,382,096 10,805,710 

Through MBS: 

PT Grahatama Indah Property and 

Lestari (GIL)* Jakarta Construction - 99.99% 99.99% 99.99% 14,177,696 11,696,859 8,800,268 

PT Cakra Guna 

Dharma Eka(CGDE)* Jakarta Construction - 88.65% 88.65% 88.65% 10,188,237 6,720,649 6,543,018 

Through ABL: 


(PS)* Jakarta Hotel - 99.99% 99.99% - 5,400,263 99,455 - 

Through DPP: 


(MT)* Jakarta Hotel - 51.00% 51.00% - 70,941,403 22,356,298 - 

* Subsidiaries which audited by other independent auditors 

** The financial statements were consolidated since December 23, 2010, which previously presented with the equity method









d. Structure of Subsidiaries (continued) 

MBS, KCU, DPP, RIN, EIS, LCK, SJ and ABL 

On June 1, 2010, PT Tirta Saga Wangi (TSW), as majority stockholders of MBS, KCU, DPP, RIN, 

EIS, LCK, SJ and ABL, effectively merged with the Company as disclosed in Note 1b. Since merger 

date, MBS, KCU, DPP, RIN, EIS, LCK, SJ and ABL are Subsidiaries of the Company. The total 

assets and liabilities at merger date is as follows: 

June 1, 2010 

Current assets 73,459,160,384 

Non-current assets 116,904,157,605 

Total liabilities 7,943,014,968 

IPI 

On December 23, 2010, the Company increased its ownership in IPI of 16.25% to 65% through the 

purchase of shares of Dana Pensiun Bank Indonesia with the acquisition cost of Rp 87,750,000,000 

(Note 9). This purchase has been stated in the Deed of Sale and Purchase of Shares Agreement 

No. 243 dated December 23, 2010 of Humberg Lie, SH, SE, MKn, Notary in Jakarta. Furthermore 

since December 23, 2010, the Company decided to consolidate IPI‟s financial statements. The 

excess value of the acquisition cost and fair value of the quasi-reorganization with book value of net 

assets have been identified to the Subsidiary‟s assets which consolidated amounting to 

Rp 239,383,865,993 and recorded on the identified assets (see Note 10). 

On December 23, 2010, the Company entered a binding sale and purchase of shares agreement 

with PT Bimantara Citra (Bimantara) for the sale of 10% shares of IPI owned by the Company to 

Bimantara of 24,466,667 shares at a price of Rp 54 billion. 

In connection with the fulfillment of requirements for settlement of sale and purchase of shares 

between the Company and Bimantara, then the Company and Bimantara signed Deed of Sale and 

Purchase of Shares Agreement No. 001 dated June 13, 2011 of Eria Heryanti Poerwandini, SH, 

Notary in Jakarta, the Company agreed to sell and deliver its 24,466,667 shares of IPI to Bimantara 

with selling price of Rp 54 billion. 

11









e. Boards of Commissioners and Directors, and Employees 

Based on Extraordinary General Meeting of the Company's Stockholders dated May 25, 2010 which 

covered by Notarial Deed No. 75 of Robert Purba, SH, on the same date, the Company‟s Boards of 

Commissioners and Directors as of December 31, 2011 and 2010 are as follows: 

Board of Commissioners 

President Commissioner : Todo Sihombing 

Vice President Commissioner : Amelia Gozali 

Commissioner : Karel Patipeilohy 

Board of Directors 


Independent Director : Edhie Bambang Siswoko 



Based on Extraordinary General Meeting of the Company's Stockholders dated June 30, 2009 

which covered by Notarial Deed No. 178 of Robert Purba, SH, on the same date, the Company‟s 

Boards of Commissioners and Directors as of January 1, 2010/December 31, 2009 are as follow: 

Board of Commissioners 

President Commissioner : Todo Sihombing 

Vice President Commissioner : Fransiscus Xaverius Boyke Gozali 

Commissioner : Karel Patipeilohy 

Board of Directors 




Corporate Secretary of the Company as of December 31, 2011 and 2010 and January 1, 

2010/December 31, 2009 based on letter appointment from the Company‟s Board of Directors as of 

July 21, 2004 is Ninawati. 

Salaries and other compensation benefits incurred for the Company‟s Board of Commissioners 

amounting to Rp 144,000,000 and Rp 217,400,000 in 2011 and 2010, respectively and Board of 

Directors amounting to Rp 60,000,000 in 2011 and 2010, respectively. 

As of December 31, 2011 and 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009, the Company had 

employees of 76, 86 and 75 employees (unaudited), respectively. 

12








2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES 

a. Basis of Consolidated Financial Statements Preparation 

Statement of Compliance 

The consolidated financial statements have been prepared in accordance with Indonesian Financial 

Accounting Standards (“SAK”), which comprise the Statements of Financial Accounting Standards 

(“PSAKs”) and Interpretations to Financial Accounting Standards (“ISAK”) issued by the Board of 

Financial Accounting Standards of the Indonesian Institute of Accountant and the Regulations and 

Guidelines on Financial Statement Presentation and Disclosures issued by BAPEPAM-LK. 

As disclosed further in the relevant succeeding Notes, several amended and published accounting 

standards were adopted effective January 1, 2011. 

The consolidated financial statements are prepared in accordance with PSAK 1 (Revised 2009), 

“Presentation of Financial Statements” which is adopted on January 1, 2011. 

PSAK 1 (Revised 2009) regulates the presentation of financial statements as to, among others, the 

objective, component of financial statements, fair presentation, materiality and aggregation, 

offsetting, distinction between current and non-current asset and liabilities, comparative information, 

consistency of presentation and introduces new disclosures such as, among others, key estimations 

and judgments, capital management, other comprehensive income, departures from accounting 

standards and statement of compliance. 

The accounting policies adopted in the preparation of the consolidated financial statements are 

consistent with those made in the preparation of the consolidated financial statements for the year 

ended December 31, 2010, except for the adoption of several amended PSAKs effective January 1, 

2011 as disclosed in this Note. 

The consolidated financial statements have been prepared on the accrual basis, except for the 

consolidated statement of cash flows, using the historical cost concept of accounting, except for 

certain accounts which are measured on the bases as described in the relevant Note herein. 

The statement of cash flows presents receipts and payments of cash on hand and in banks 

classified into operating, investing and financing activities. Cash flows from operating activities is 

presented under direct method. 

The reporting currency used in the financial statements is Indonesian Rupiah, which is the 

Company‟s and Subsidiaries‟ functional currency. 

Standards Effective in the Current Year 

The following new standards, amendments to standards and interpretations are mandatory for the 

Company and Subsidiaries for first time for the financial year beginning January 1, 2011: 

- PSAK 1 (Revised 2009) : Presentation of Financial Statements. 

- PSAK 2 (Revised 2009): Statement of Cash Flows. 

- PSAK 3 (Revised 2010) : Interim Financial Reporting. 

- PSAK 4 (Revised 2009) : Consolidated and Separate Financial Statements. 

- PSAK 5 (Revised 2009) : Operating Segments. 

- PSAK 7 (Revised 2010) : Related Party Disclosures. 

- PSAK 8 (Revised 2010) : Events After the Reporting Period. 

- PSAK 12 (Revised 2009) : Interests in Joint Ventures. 

13








2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued) 

a. Basis of Consolidated Financial Statements Preparation (continued) 

Standards Effective in the Current Year (continued) 



(continued) 

- PSAK 15 (Revised 2009) : Investments in Associates. 

- PSAK 19 (Revised 2010) : Intangible Assets. 

- PSAK 22 (Revised 2010) : Business Combination. 

- PSAK 23 (Revised 2010) : Revenue. 

- PSAK 25 (Revised 2009) : Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors. 

- PSAK 48 (Revised 2009) : Impairment of Assets. 

- PSAK 57 (Revised 2009) : Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets. 

- PSAK 58 (Revised 2009) : Non-Current Assets Held for Sale and Discontinued Operations. 

- ISAK 7 (Revised 2009) : Consolidation - Special Purpose Entities. 

- ISAK 9 : Changes in Existing Decommissioning, Restoration and Similar Liabilities. 

- ISAK 10 : Customer Loyalty Program. 

- ISAK 11 : Distributions of Non-Cash Assets to Owners. 

- ISAK 12 : Jointly Controlled Entities : Non Monetary Contributions by Venturers. 

- ISAK 14 : Intangible Assets - Web Site Cost. 

- ISAK 17 : Interim Financial Reporting and Impairment. 

The adoption of the aforesaid accounting standards which are relevant to the Company and 

Subsidiaries are as follows: 

1. Presentation of Financial Statements 

The significant changes that arose from such accounting standard impacting the Company and 

Subsidiaries are as follows: 

- Consolidated statement of financial position and consolidated statement of comprehensive 

income are now presented instead of consolidated balance sheet and consolidated 

statement of income. Consolidated statement of financial position showing the beginning 

balance of the comparative period should be presented in case of reclassification or 

restatement of financial statement accounts, or when the entity adopts an accounting policy 

restrospectively. 

- Change in the term “Minority Interest” to “Non-controlling Interest” and is presented as part 

of equity. Previously, minority interest is presented separately between liability and equity 

sections. 

- Additional disclosures are required such as capital management and statement of 

compliance with accounting standards. 

Entities can choose whether to present one performance statement (the statement of 

comprehensive income) or two statements (the income statement and statement of 

comprehensive income). The Company and Subsidiaries has chosen to present one statement. 

The consolidated financial statements have been prepared under the revised disclosure 

requirements. 

14









b. Basis of Consolidated Financial Statements Preparation (continued) 



Subsidiaries are as follows: (continued) 

1. Presentation of Financial Statements (continued) 

Comparative information has been restated to comply with such standards (see Note 42). There 

is no impact on the earnings per share, since the changes only impacted in the disclosures and 

presentation of consolidated financial statements. 

2. Interim Consolidated Financial Statements 

The standard requires the interim financial report to contain a consolidated statement of 

comprehensive income for the interim period reported and the year-to-date presented as either 

in one statement or two statements. The consolidated statement of comprehensive income 

comparative should be given for the comparative interim period, but comparative for the last full 

financial year are not required. 

3. Presentation of Investments in Subsidiaries 

PSAK 4 (Revised 2009), “Consolidated and Separate Financial Statements” shall be applied in 

the preparation and presentation of consolidated financial statements for a group of entities 

under the control of a parent and in accounting for investments in subsidiaries, jointly controlled 

entities and associates when separates financial statements are presented as additional 

information. 

When a parent entity prepares separate financial statements as supplementary information, its 

shall account for investment in subsidiaries, jointly controlled entities and associates either 

(a) at cost or (b) in accordance with PSAK 55 (Revised 2006), “Financial Instruments: 

Recognition and Measurement”. 

4. Accounting for Business Combination 

PSAK 22 (Revised 2010), “Business Combination” is applied prospectively starting January 1, 

2011 and requires no adjustment for asset and liabilities of business combination entered prior 

January 1, 2011. 

Until December 31, 2010, goodwill was amortised over a period ranging from 4 to 20 years 

on a straight line basis, and at every end of the reporting period, reassessed for an indication of 

impairment. In accordance with PSAK 22, the Company and Subsidiaries ceased amortisation 

of goodwill from January 1, 2011. The goodwill is asessed annually for impairment or when 

there are indicators of impairment. Accumulated amortisation as at December 31, 2010 has 

been eliminated with a corresponding decrease in the cost of goodwill. The carrying amount of 

negative goodwill has been derecognised with a corresponding adjustment to the retained 

earnings at January 1, 2011 (see Notes 15 and 23). 

15












Subsidiaries are as follows: (continued) 

4. Accounting for Business Combination (continued) 

Starting January 1, 2011, business combinations are accounted for using the acquisition 

method. The cost of an acquisition is measured as the aggregate of the consideration 

transferred, measured at fair value on acquisition date and the amount of any non-controlling 

interest in the acquiree. For each business combination, the acquirer measures the 

non-controlling interest in the acquiree either at fair value or at the proportionate share of the 

acquiree‟s identifiable net assets. Acquisition costs are expensed as incurred. 

When the Company and Subsidiaries acquires a business, the Company and Subsidiaries 

assess the identifiable assets and liabilities assumed for appropriate classification and 

designation in accordance with the contractual terms, economic circumstances, and pertinent 

condition as at the acquisition date. 

Goodwill is initially measured at cost being the excess of the aggregate of consideration 

transferred and the amount recognized for non-controlling interest over the net identifiable 

assets acquired and liabilities assumed. If this consideration is lower than the fair value of the 

net assets of the Subsidiary‟s acquired, the difference is recognized in the consolidated 

statement of comprehensive income. 

5. Disclosures of Operating Segments 

PSAK 5 (Revised 2009), “Operating Segments” requires disclosures that will enable users of 

financial statements to evaluate the nature and financial effects of the business activities in 

which the entity engages and the economic environments in which it operates. 

A segment is a distinguishable component of the company that is engaged either in providing 

certain products (business segment), or in providing products within a particular economic 

environment (geographical segment), which is subject to risks and rewards that are different 

from those of other segments. 

The amount of each segment item reported shall be the measure reported to the chief 

operating decision maker for the purposes of making decisions about allocating resources to 

the segment and assessing its performance. 

Segment revenues, expenses, results, assets and liabilities include items directly attributable to 

segment as well as those that can be allocated on a reasonable basis to that segment. 

Related to the standard, the Company and Subsidiaries determines to present operating 

segment based on the information that is internally provided to operating decision maker. 

16










Standards Issued which Are Not Yet Effective 



- PSAK 10 (Revised 2010) : The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates. 

- PSAK 13 (Revised 2011) : Investment Property. 

- PSAK 16 (Revised 2011) : Fixed Assets. 

- PSAK 18 (Revised 2010) : Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plans. 

- PSAK 24 (Revised 2010) : Employee Benefits. 

- PSAK 26 (Revised 2011) : Borrowing Costs. 

- PSAK 28 (Revised 2010) : Accounting for Loss Insurance. 

- PSAK 30 (Revised 2011) : Leases. 

- PSAK 33 (Revised 2011) : Stripping Activities and Environmental Management in General 

Mining. 

- PSAK 34 (Revised 2010) : Construction Contracts. 

- PSAK 36 (Revised 2010) : Accounting for Life Insurance. 

- PSAK 45 (Revised 2011) : Financial Reporting for Non-Profit Organizations. 

- PSAK 46 (Revised 2010) : Income Taxes. 

- PSAK 50 (Revised 2010) : Financial Instruments: Presentation. 

- PSAK 53 (Revised 2010) : Share-based Payment. 

- PSAK 56 (Revised 2010) : Earnings per Share. 

- PSAK 60 : Financial Instruments: Disclosures. 

- PSAK 61 : Accounting for Government Grants and Disclosure of Government Assistance. 

- PSAK 62 : Insurance Contracts. 

- PSAK 63 : Financial Reporting in Hyperinflationary Economies. 

- PSAK 64 : Exploration and Evaluation of Mineral Resources. 

- ISAK 13 : Hedges of a Net Investment in a Foreign Operation. 

- ISAK 15 : PSAK 24 - The Limit on a Defined Benefit Asset, Minimum Funding Requirements 

and their Interaction. 

- ISAK 16 : Service Concession Arrangements. 

- ISAK 18 : Government Assistance - No Specific Relation to Operating Activities. 

- ISAK 19 : Applying the Restatement Approach under PSAK 63: Financial Reporting in 

Hyperinflationary Economies. 

- ISAK 20 : Income Taxes - Changes in the Tax Status of an Entity or its Shareholders. 

- ISAK 22 : Service Concession Arrangements: Disclosure. 

- ISAK 23 : Operating Lease. 

- ISAK 24 : Evaluating the Substance of Transactions Involving the Legal Form of a Lease. 

- ISAK 25 : Rights Arising from Land. 

- ISAK 26 : Reassessment of Embedded Derivatives. 

The Company and Subsidiaries are presently evaluating and has not determined the effects of 

there revised and new standards and interpretations on its consolidated financial statements. 

17










Withdrawal of Accounting Standards 

The withdrawal of the following accounting standards and interpretations, which are mandatory for 

the financial year beginning January 1, 2011, but are not relevant or did not have material impact for 

the Company and Subsidiaries: 

- PSAK 6 : Accounting and Reporting for Development-Stage Entities. 

- PSAK 21 : Accounting for Equity (PPSAK 6). 

- PSAK 40 : Accounting for Changes in Equity of the Subsidiary or Associate (withdrawn through 

PSAK 15 Revised 2009). 

- ISAK 1 : Determination of Market Value of Share Dividends (PPSAK 6). 

- ISAK 2 : Presentation of Capital and Receivables from Share Subscribers (PPSAK 6). 

- ISAK 3 : Accounting for Donation or Endowment. 

The Company and Subsidiaries are still evaluating the possible impact on the withdrawal of the 

following financial accounting standards and interpretations, which are mandatory for the financial 

year beginning January 1, 2012: 

- PSAK 11 : Translation of Financial Statements in Foreign Currencies (withdrawn through 

PSAK 10R). 

- PSAK 27 : Accounting for Cooperatives. 

- PSAK 29 : Accounting for Oil and Gas. 

- PSAK 39 : Accounting for Joint Operations. 

- PSAK 44 : Accounting for Real Estate Development Activities. 

- PSAK 52 : Reporting Currencies (withdrawn through PSAK 10R). 

- ISAK 4 : Allowable Alternative Treatment of Foreign Exchange Differences (withdrawn through 

PSAK 10R). 

The Company and Subsidiaries are still evaluating the possible impact on the withdrawn of 

PSAK 51: Quasi Reorganisation (PPSAK 10) which are mandatory for the financial year beginning 


b. Principles of Consolidation 

From January 1, 2011 

Effective January 1, 2011, the Company and Subsidiaries retrospectively adopted PSAK 4 (Revised 

2009), “Consolidated and Separate Financial Statements”, except for the following items that were 

applied prospectively: (i) losses of a subsidiary that result in a deficit balance to non-controlling 

interests (NCI); (ii) loss of control over a subsidiary; (iii) change in the ownership interest in 

a subsidiary that does not result in a loss of control; (iv) potential voting rights in determining the 

existence of control; and (v) consolidation of a subsidiary that is subject to long-term restriction. 

PSAK 4 (Revised 2009) provides for the preparation and presentation of consolidated financial 

statements for a group of entities under the control of a parent, and the accounting for investments 

in subsidiaries, jointly controlled entities and associated entities when separate financial statements 

are presented as additional information. 

18









b. Principles of Consolidation (continued) 

From January 1, 2011 (continued) 

As described herein, the adoption of PSAK 4 (Revised 2009) has a significant impact on the 

financial reporting including the related disclosures in the consolidated financial statements. 

The consolidated financial statements include the financial statements of subsidiaries as mentioned 

in Note 1d, in which the Company owns more than 50% share ownership, either directly or 

indirectly. 

All material intercompany accounts and transactions, including unrealized gains or losses, if any, 

are eliminated to reflect the financial position and the results of operations of the Company and 

Subsidiaries as one business entity. 

Subsidiary is fully consolidated from the dates of acquisition, being the date on which the Company 

obtained control, and continued to be consolidated until the date such control ceases. Control is 

presumed to exist if the Company owns, directly or indirectly through subsidiary, more than half of 

the voting power of an entity. 

Losses of a non-wholly owned subsidiary are attributed to the NCI even if such losses result in 

a deficit balance for the NCI. 

In case of loss of control over a subsidiary, the Company and Subsidiaries: 

- Derecognizes the assets (including goodwill) and liabilities of the subsidiary; 

- Derecognizes the carrying amount of any NCI; 

- Derecognizes the cumulative translation differences, recorded in equity, if any; 

- Recognizes the fair value of the consideration received; 

- Recognizes the fair value of any investment retained; 

- Recognizes any surplus of deficit in profit or loss in the consolidated statement of 

comprehensive income; and 

- Reclassifies the parent‟s share of components previously recognizes in other comprehensive 

income to consolidated statement of comprehensive income or retained earnings, 

as appropriate. 

NCI represents the portion of the profit or loss and net assets of the subsidiary not attributable 

directly or indirectly to the Company, which are presented in the consolidated statement of 

comprehensive income and under the equity section of the consolidated statement of financial 

position, respectively, separately from the corresponding portion attributable to the equity holders of 

the parent entity. 

Prior January 1, 2011 

The proportionate shares of minority shareholders in net income or loss of the consolidated 

subsidiaries were presented as “Minority Interest in Net Assets of Subsidiaries” in the consolidated 

statement of financial position and as “Minority Interest in Net Earnings (Loss) of Subsidiaries” in 

the consolidated statement of comprehensive income. 

19









b. Principles of Consolidation (continued) 

Prior January 1, 2011 (continued) 

The losses applicable to the minority interests in a subsidiary may have exceeded the minority 

interest in the equity of the subsidiary. The excess and any further losses applicable to the minority 

interest were absorbed by the Company as the majority stockholder, except to the extent that 

minority interests had other long-term interest in the related subsidiary or had binding obligations 

for, and were able to make good of, the losses. If the subsidiary subsequently reported profits, 

all such profits were allocated to the majority interest holder, in this case, the Company, until the 

minority interests share of losses previously absorbed by the Company were recovered. 

On acquisition and quasi-reorganization, the assets and liabilities of a Subsidiary are measured at 

their fair values at the date of acquisition and quasi-reorganization. The excess of acquisition cost 

and fair values from quasi-reorganization over the Company‟s ownership in the fair values of 

identifiable net assets and liabilities on the date of acquisition and quasi-reorganization is recorded 

as goodwill and is amortized using the straight-line method over 5 (five) years. On the other hand, 

when the cost of acquisition is less than the Company‟s interest in the fair value of the net assets of 

acquired Subsidiary as at the date of acquisition, the fair values of the acquired non-monetary 

assets are reduced proportionately until all the excess is eliminated. The excess which remains is 

recorded as negative goodwill, and is amortized using the straight-line method over 20 (twenty) 

years. 

c. Business Combinations 

From January 1, 2011 

Effective January 1, 2011, the Company and Subsidiaries prospectively adopted PSAK 22 (Revised 

2010), “Business Combinations”, applicable for business combinations that occur on or after the 

beginning of a financial year commencing on or after January 1, 2011. 

PSAK 22 (Revised 2010) stipulates the nature of transaction or other event that meets the definition 

of a business combination to improve the relevance, reliability and comparability of the information 

that a reporting entity provides in its financial statements about a business combination and its 

effects. 

In accordance with the transitional provision of PSAK 22 (Revised 2010), starting January 1, 2011, 

the Company and Subsidiaries : 

i) ceased the goodwill amortization; 

ii) eliminated the carrying amount of the related accumulated amortization of goodwill; and 

iii) performed an impairment test of goodwill in accordance with PSAK 48 (Revised 2009), 

“Impairment of Assets”. 


Company and Subsidiaries financial reporting including the related disclosures in the consolidated 

financial statements. 

20









c. Business Combinations (continued) 

From January 1, 2011 (continued) 

Business combinations are accounted for using the acquisition method. The cost of an acquisition is 

measured at the aggregate of the consideration transferred, measured at acquisition date fair value, 

and the amount of any NCI in the acquiree. For each business combination, the acquirer measures 

the NCI in the acquiree either at fair value or at the proportionate share of the acquiree‟s identifiable 

net assets. Acquisition costs incurred are directly expensed and included in administrative 

expenses. 

When the Company and Subsidiaries acquires a business, the Company and Subsidiaries assess 

the financial assets acquired and liabilities assumed for appropriate classification and designation in 

accordance with the contractual terms, economic circumstances and pertinent conditions as at the 

acquisition date. This includes the separation of embedded derivatives in host contracts by the 

acquiree. 

If the business combination is achieved in stages, the acquisition date fair value of the acquirer‟s 

previously held equity interest in the acquiree is remeasured to fair value at the acquisition date 

through profit or loss. 

Any contingent consideration to be transferred by the acquirer will be recognized at fair value at the 

acquisition date. Subsequent changes to the fair value of the contingent consideration which is 

deemed to be an asset or liability, will be recognized in accordance with PSAK 55 (Revised 2006), 

“Financial Instruments: Recognition and Measurement”, either in profit or loss or as other 

comprehensive income. If the contingent consideration is classified as equity, it should not be 

remeasured until it is finally settled within equity. 

At acquisition date, goodwill is initially measured at cost being the excess of the aggregate of the 

consideration transferred and the amount recognized for NCI over the net identifiable assets 

acquired and liabilities assumed. If this consideration is lower than the fair value of the net assets of 

the subsidiary acquired, the difference is recognized in profit or loss as gain on bargain purchase 

after previously revisit the identification and fair value measurement of the acquired assets and the 

assumed liabilities. 

After initial recognition, goodwill is measured at cost less any accumulated impairment losses. 

For the purpose of impairment testing, goodwill acquired in a business combination is, from the 

acquisition date, allocated to each of the Company‟s and Subsidiaries‟ Cash-generating Units 

(“CGU”) that are expected to benefit from the combination, irrespective of whether other assets or 

liabilities of the acquiree are assigned to those CGUs. 

Where goodwill forms part of a CGU and part of the operations within that CGU is disposed of, the 

goodwill associated with the operation disposed of is included in the carrying amount of the 

operation when determining the gain or loss on disposal of the operation. Goodwill disposed of in 

this circumstance is measured based on the relative values of the operation disposed of and the 

portion of the CGU retained. 

21









c. Business Combinations (continued) 

Prior January 1, 2011 

In comparison to the above, the following were the accounting policies applied on business 

combination prior to January 1, 2011: 

i. business combinations were accounted for using the purchase method. Transaction costs 

directly attributable to the acquisition formed part of the acquisition costs. The NCI (formerly 

known as minority interest) was measured at the book value of the proportionate share of the 

acquiree‟s identifiable net assets; 

ii. business combinations achieved in stages were accounted for as separate steps. Any 

additional acquired equity interest did not affect previously recognized goodwill; 

iii. when the Company and Subsidiaries acquired a business, embedded derivatives separated 

from the host contract by the acquiree were not reassessed on acquisition unless the business 

combination resulted in a change in the terms of the contract that significantly modified the 

cash flows that otherwise would have been required under the contract; 

iv. contingent consideration was recognized if, and only if, the Company and Subsidiaries had 

a present obligation, the economic outflow was more likely than not and a reliable estimate was 

determinable. Subsequent adjustments to the contingent consideration were recognized as part 

of goodwill. 

d. Restructuring Transaction of Entities Under Common Control 

Acquisition or transfer of shares among entities under common control, is accounted in accordance 

with PSAK 38 (Revised 2004), “Accounting for Restructuring of Entities Under Common Control”. 

Under PSAK 38 (Revised 2004), transfer of assets, liabilities, shares, and other instruments of 

ownership of entities under common control would not result in a gain or loss to the company or to 

the individual entity within the same group. 

Since the restructuring transaction of entities under common control does not result in a change of 

the economic substance of the ownership of assets, liabilities, shares or other instruments of 

ownership which are exchanged, assets or liabilities transferred are recorded at book values as 

a business combination using the pooling-of-interests method. 

In applying the pooling-of-interests method, the components of the financial statements for the 

period during which the restructuring occurred and for other periods presented for comparison 

purposes, are presented in such a manner as if the restructuring has already happened since the 

beginning of the earliest period presented. The difference between the carrying values of the 

investments at the effective date and the transfer price is recognized under the account “Difference 

Arising from Restructuring Transactions of Entities under Common Control”. 

22









e. Investment in Associates 

Effective January 1, 2011, the Company and Subsidiaries applied PSAK 15 (Revised 2009), 

“Investments in Associates”. The revised PSAK is applied retrospectively and prescribes the 

accounting for investments in associates as to determination of significant influence, accounting 

method to be applied, impairment in value of investments and separate financial statements. The 

adoption of the said revised PSAK has no significant impact on the consolidated financial 

statements. 

The Company and Subsidiaries investment in its associate is accounted for using the equity method. 

Associate is an entity in which the Company and Subsidiaries has significant influence. Under the 

equity method, the cost of investment is increased or decreased by the Company and Subsidiaries 

share in net earnings or losses of, and dividends received from, the investee since the date of 

acquisition. 

The consolidated statement of comprehensive income reflects the share of the results of operations 

of the associate. Where there has been a change recognized directly in the equity of the associate, 

the Company and Subsidiaries recognizes its share of any such changes and discloses this, when 

applicable, in the statement of changes in equity. Unrealized gains and losses resulting from 

transactions between the Company and Subsidiaries and the associate are eliminated to the extent 

of the Company and Subsidiaries interest in the associate. 

The financial statements of the associate are prepared for the same reporting period of the Company 

and Subsidiaries. 

The Company and Subsidiaries determines whether it is necessary to recognize an additional 

impairment loss on the Company and Subsidiaries investment in its associate. The Company and 

Subsidiaries determines at each reporting date whether there is any objective evidence that the 

investment in the associate is impaired. If this is the case, the Company and Subsidiaries calculate 

the amount of impairment as the difference between the recoverable amount of the investment in 

associate and its carrying value, and recognizes the amount in the consolidated statement of 

comprehensive income. 

As of July 31, 2009, the Company‟s investment in Associated Companies (PT Indonesian Paradise 

Island and PT Java Paradise Island) has been presented at fair value in connection with the 

implementation of quasi-reorganization by the Company and surplus revaluation were recorded as 

difference on revaluation of investments in Associated Companies to eliminate the deficit. 

f. Cash and Cash Equivalents 

Cash and cash equivalents comprise cash on hand and in banks and short-term deposits with 

an original maturity of 3 months or less at the time of placements and not restricted to use. 

23









g. Transactions with Related Parties 

Effective January 1, 2011, the Company and Subsidiaries applied PSAK 7 (Revised 2010), “Related 

Party Disclosures”. This revised PSAK requires disclosure of related party relationships, transactions 

and outstanding balances, including commitments, in the consolidated and separate financial 

statements of a parent, and also applies to individual financial statements. The adoption of this 

revised PSAK did not have a significant impact on the related disclosures in the consolidated 

financial statements. 

A party is considered to be related to the Company and Subsidiaries if: 

a. directly, or indirectly through one or more intermediaries, the party (i) controls, is controlled by, or 

is under common control with, the Company and Subsidiaries; (ii) has an interest in the 

Company and Subsidiaries that gives it significant influence over the Company and Subsidiaries; 

or, (iii) has joint control over the Company and Subsidiaries; 

b. the party is an associate of the Company and Subsidiaries; 

c. the party is a joint venture in which the Company and Subsidiaries is a venturer; 

d. the party is a member of the key management personnel of the Company and Subsidiaries; 

e. the party is a close member of the family of any individual referred to in (a) or (d); 

f. the party is an entity that is controlled, jointly controlled or significantly influenced by or for which 

significant voting power in such entity resides with, directly or indirectly, any individual referred to 

in (d) or (e); or 

g. the party is a post-employment benefit plan for the benefit of employees of the Company and 

Subsidiaries, or of any entity that is a related party of the Company and Subsidiaries. 

The transactions with related parties are made based on terms agreed by the parties, which may not 

be the same as those of the transactions between unrelated parties. 

All significant transactions and balances with related parties are disclosed in the relevant notes to 

the consolidated financial statements. 

h. Trade and Other Receivables 

Trade and other receivables are recognized initially at fair value and subsequently measured at 

amortized cost using the effective interest method, except where the effect of discounting would be 

immaterial, less allowance for impairment losses. 

Allowance for impairment losses is established when there is objective evidence that the outstanding 

amounts will not be collected. Receivables are written-off during the period in which they are 

determined to be not collectible. 

i. Inventories 

Inventories are valued at the lower of cost or net realizable value. Cost is calculated using weighted 

average method. Net realizable value is the estimated selling price in the ordinary course of 

business, less estimated costs of completion and the estimated costs necessary to make the sale. 

The Company and Subsidiaries provides allowance for obsolescence and/or decline in market values 

of inventories based on periodic reviews of the physical conditions and net realizable values of the 

inventories. 

24









j. Prepaid Expenses 

Prepaid expenses are amortized over the period benefited using the straight-line method. 

k. Fixed Assets 

As of July 31, 2009, the Company‟s fixed assets have been revalued in connection with the 

implementation of quasi-reorganization and surplus revaluation of fixed assets is recorded as 

surplus revaluation of fixed assets to eliminate the deficit. 

Fixed assets of the Company and Subsidiaries, except land, are stated at revaluation model (the 

Company) and cost (Subsidiaries) less accumulated depreciation and impairment losses, if any. 

Depreciation is computed using straight-line method for the Company and Subsidiaries except 

certain Subsidiary (IPI) using double declining balance method over the estimated useful lives of the 

assets as follows: 

Year 

Buildings and infrastructures 20 

Equipment and supplies 4 - 8 

Vehicles 8 

Landrights are stated at cost, and including adjustment fair value of land at the acquisition date and 

quasi-reorganization date for IPI‟s land, and not amortized and less impairment losses (if any). 

Certain expenses in connection with the acquisition or extension of landrights ownership are 

deferred and amortized over the legal term of landrights or the economic lives of landrights, 

whichever period is shorter. 

The asset‟s residual values, useful lives and methods of depreciation are reviewed, and adjusted 

prospectively if appropriate, at each financial year end. 

The cost of maintenance and repairs is charged to operations as incurred. Other costs incurred 

subsequently to add to, replace part of, or service an item of fixed assets, are recognized as asset 

if, and only if it is probable that future economic benefits associated with the item will flow to the 

entity and the cost of the item can be measured reliably. When assets are retired or otherwise 

disposed of, their carrying values and the related accumulated depreciation are removed from the 

accounts and any resulting gain or loss is reflected in the current operations. 

An item of fixed assets is derecognized upon disposal or when no future economic benefits are 

expected from its use or disposal. Any gain or loss arising on derecognition of the asset (calculated 

as the difference between the net disposal proceeds and the carrying amount of the asset) is 

included in the consolidated statement of comprehensive income in the year the asset is 

derecognized. 

25









l. Lease 

The Company and Subsidiaries classify leases based on the extent to which risks and rewards 

incidental to the ownership of a leased asset are vested upon the lessor or the lessee, and the 

substance of the transaction rather than the form of the contract. 

Finance Lease - as Lessee 

A lease is classified as a finance lease if it transfers substantially all the risks and rewards incidental 

to ownership of the leased assets. Such leases are capitalized at the inception of the lease at the 

fair value of the leased property or, if lower, at the present value of minimum lease payments. Lease 

payments are apportioned between the finance charges and reduction of the lease liability so as to 

achieve a constant rate of interest on the remaining balance of liability. Finance charges are 

charged directly to the profit or loss. 

Capitalized leased assets are depreciated over the shorter of the estimated useful life of the asset 

or the lease term, if there is no reasonable certainty that the Company and Subsidiaries will obtain 

ownership by the end of the lease term. Any excess of sales proceeds over the carrying amount of 

an asset in a sale-and-leaseback transaction is deferred and amortized over the lease term. 

Operating Lease - as Lessee 

A lease is classified as an operating lease if it does not transfer substantially all the risks and 

rewards incidental to ownership of the leased asset. Accordingly, the related lease payments are 

recognized in profit or loss on a straight-line basis over the lease term. 

Operating Lease - as Lessor 

Leases where the Company and Subsidiaries does not transfer substantially all the risks and 

rewards of ownership of the asset are classified as operating leases. 

m. Intangible Assets 

Effective January 1, 2011, the Company and Subsidiaries adopted PSAK 19 (Revised 2010), 

“Intangible Assets”. PSAK 19 (Revised 2010) prescribes the accounting treatment for intangible 

assets that are not dealt with specifically in other PSAKs, and requires the recognition of 

an intangible asset if, and only if, the specified criteria are met, and also specifies how to measure 

the carrying amount of intangible assets and the related disclosures. The adoption of PSAK 19 

(Revised 2010) has no significant impact on the consolidated financial statements. 

Gain or loss arising from derecognition of an intangible asset is measured as the difference 

between the net disposal proceeds and the net carrying amount of the asset, and is recognized in 

the consolidated statement of comprehensive income when the asset is derecognized. 

26









n. Impairment of Non-Financial Assets 

Effective January 1, 2011, the Company and Subsidiaries prospectively adopted PSAK 48 (Revised 

2009), “Impairment of Assets” including goodwill acquired from business combinations before 


PSAK 48 (Revised 2009) prescribes the procedures to be employed by an entity to ensure that its 

assets are carried at no more than their recoverable amount. An asset is carried at more than its 

recoverable amount if its carrying amount exceeds the amount to be recovered through use or sale 

of the asset. If this is the case, the asset is described as impaired and PSAK 48 (Revised 2009) 

requires the entity to recognize an impairment loss. PSAK 48 (Revised 2009) also specifies when 

an entity should reverse an impairment loss and prescribes disclosures. 


financial reporting including the related disclosures, mainly on the impairment test of goodwill which 

is required at least once a year or more frequently when indications for impairment exists. 

The Company and Subsidiaries assess at each annual reporting period whether there is 

an indication that an asset may be impaired. If any such indication exists, or when annual 

impairment testing for an asset (i.e. an intangible asset with an indefinite useful life, an intangible 

asset not yet available for use or goodwill acquired in a business combination) is required, the 

Company and Subsidiaries make an estimate of the asset‟s recoverable amount. 

An asset‟s recoverable amount is the higher of an asset‟s or CGU‟s fair value less costs to sell and 

its value in use, and is determined for an individual asset, unless the asset does not generate cash 

inflows that are largely independent of those from other assets or groups of assets. Where the 

carrying amount of an asset exceeds its recoverable amount, the asset is considered impaired and 

is written down to its recoverable amount. Impairment losses of continuing operations are 

recognized in the consolidated statement of comprehensive income as “impairment losses”. 

In assessing the value in use, the estimated net future cash flows are discounted to their present 

value using a pre-tax discount rate that reflects current market assessments of the time value of 

money and the risks specific to the asset. In determining fair value less costs to sell, recent market 

transactions are taken into account, if available. If no such transactions can be identified, 

an appropriate valuation model is used to determine the fair value of the assets. These calculations 

are corroborated by valuation multiples or other available fair value indicators. 

Impairment losses of continuing operations, if any, are recognized in the consolidated statement of 

comprehensive income under expense categories that are consistent with the functions of the 

impaired assets. 

27









n. Impairment of Non-Financial Assets (continued) 

An assessment is made at each annual reporting period as to whether there is any indication that 

previously recognized impairment losses recognized for an asset other than goodwill may no longer 

exist or may have decreased. If such indication exists, the recoverable amount is estimated. 

A previously recognized impairment loss for an asset other than goodwill is reversed only if there 

has been a change in the assumptions used to determine the asset‟s recoverable amount since the 

last impairment loss was recognized. If that is the case, the carrying amount of the asset is 

increased to its recoverable amount. The reversal is limited so that the carrying amount of the 

assets does not exceed its recoverable amount, nor exceed the carrying amount that would have 

been determined, net of depreciation, had no impairment loss been recognized for the asset in prior 

years. Reversal of an impairment loss is recognized in the consolidated statement of 

comprehensive income. After such a reversal, the depreciation charge on the said asset is adjusted 

in future periods to allocate the asset‟s revised carrying amount, less any residual value, 

on a systematic basis over its remaining useful life. 

Goodwill is tested for impairment annually (as at December 31) and when circumstances indicate 

that the carrying value may be impaired. Impairment is determined for goodwill by assessing the 

recoverable amount of each CGU (or group of CGUs) to which the goodwill relates. Where the 

recoverable amount of the CGU is less than their carrying amount, an impairment loss is 

recognized. Impairment losses relating to goodwill cannot be reversed in future periods. 

o. Long-term Lease Rights 

Subsidiaries lease land and buildings which is recorded as “Long-term Lease Rights”. Lease value 

of land and building value is amortized using straight-line basis over the lease period. The 

amortization costs charged to the current year consolidated statement of comprehensive income. 

p. Undeveloped Land 

Undeveloped land is stated at cost, which includes acquisition cost (compensation), cost for land 

certificate processing and soil maturation. At the commencement of the development of 

infrastructure, undeveloped land will be reclassified into other non-current assets account. 

q. Provisions 


“Provisions, Contingent Liabilities, and Contingent Assets”. The revised PSAK is to be applied 

prospectively and provides that appropriate recognition criteria and measurement bases are applied 

to provisions, contingent liabilities and contingent assets, and to ensure that sufficient information is 

disclosed in the notes to the financial statements to enable users to understand the nature, timing 

and amount related to the information. The adoption of this revised PSAK has no significant impact 

on the consolidated financial statements. 

Provisions are recognized when the Company and Subsidiaries has a present obligation (legal or 

constructive) where, as a result of a past event, it is probable that an outflow of resources 

embodying economic benefits will be required to settle the obligation and a reliable estimate can be 

made of the amount of the obligation. 

28









q. Provisions (continued) 

Provisions are reviewed at each reporting date and adjusted to reflect the current best estimate. If it 

is no longer probable that an outflow of resources embodying economic benefits will be required to 

settle the obligation, the provision is reversed. 

r. Revenue and Expenses Recognition 


“Revenue”. PSAK 23 (Revised 2010) identifies the circumstances in which the criteria on revenue 

recognition will be met and, therefore, revenue may be recognized, and prescribes the accounting 

treatment of revenue arising from certain types of transactions and events, and also provides 

practical guidance on the application of the criteria on revenue recognition. The adoption of 

PSAK 23 (Revised 2010) has no significant impact on the consolidated financial statements. 

Revenue is recognized to the extent that it is probable that the economic benefits will flow to the 

Company and Subsidiaries and the revenue can be reliably measured. Revenue is measured at the 

fair value of the consideration received, excluding discounts, rebates and Value Added Taxes 

(“VAT”). The following specific recognition criteria must also be met before revenue is recognized: 

Revenue 

Revenue from hotel rooms and restaurants are recognized when services and goods have been 

rendered to customers or guests. 

Rental revenues are recognized over the lease period. 

Interest Income and Expense 

For all financial instruments measured at amortized cost, interest income or expense is recorded 

using the EIR, which is the rate that exactly discounts the estimated future cash payments or 

receipts over the expected life of the financial instrument or a shorter period, where appropriate, to 

the net carrying amount of the financial asset or liability. 

Expenses are recognized when they are incurred. 

s. Foreign Currency Transactions and Balances 

Transactions involving foreign currencies are recorded at the rates prevailing at the time the 

transactions are made. At the consolidated statement of financial position date, monetary assets 

and liabilities denominated in foreign currency are adjusted to rupiah using the middle rates of 

foreign currency bank notes published by Bank Indonesia. Any resulting gains or losses are credited 

or charged to current operations. 

Exchange rate gains or losses arising from the foreign currency transactions and from the 

translation of foreign currency denominated monetary assets and liabilities are recognized in the 

current year operations. 

29









s. Foreign Currency Transactions and Balances (continued) 

The exchange rate used as of December 31, 2011 and 2010 and January 1, 2010/December 31, 

2009, respectively, are as follows: 

30 


December 31, December 31, December 31, 

2011 2010 2009 

1 United States Dollar (1 US$) 9,068 8,991 9,400 

1 Singapore Dollar (1 SIN$) 6,974 6,981 6,699 

1 Malaysian Ringgit (1 RM) 2,853 2,916 2,747 

t. Income Tax 

Non-final income tax 

Current tax expense is determined based on the taxable income for the year computed using 

prevailing tax rates. 

Deferred tax assets and liabilities are recognized for the future tax consequences attributable to 

differences between the financial statement carrying amounts of existing assets and liabilities and 

their respective tax bases, except those differences that are subject to final tax. Deferred tax 

liabilities are recognized for all taxable temporary differences while deferred tax assets are 

recognized for deductible temporary differences to the extent that it is probable that taxable income 

will be available in future periods against which the deductible temporary differences can be utilized. 

Deferred tax is calculated at the tax rates that have been enacted or substantively enacted at the 

consolidated statement of financial position date. Changes in the carrying amount of deferred tax 

assets and liabilities due to a change in tax rates are charged to current year operations, except to 

the extent that they relate to items previously charged or credited to equity. The deferred tax effect 

arising from acquisition is recognized as part of “Deferred Tax Asset or Liability” account. 

Deferred tax assets and liabilities are offset in the consolidated statement of financial position, 

except if these are for different legal entities, in the same manner the current tax assets and 

liabilities are presented. 

Final income tax 

Current tax expense related to income subject to final income tax is recognized in proportion to total 

income recognized during the current year for accounting purposes. The difference between the 

final income tax paid and the final income tax expense for the current year is recognized as prepaid 

tax or tax payable.









t. Income Tax (continued) 

Final Income Tax (continued) 

The differences between the carrying amounts of existing assets or liabilities related to the final 

income tax and their respective tax bases are not recognized as deferred tax assets or liabilities. 

Adjustments to tax obligations are recorded when a tax assessment letter is received or, if appealed 

against, when the result of the appeal is determined. 

u. Borrowing Costs 

Starting January 1, 2010, the Company and Subsidiaries adopted PSAK 26 (Revised 2008), 

“Borrowing Costs”, which requires capitalization of directly attributable borrowing costs to the 

acquisition, construction or production of a qualifying asset, and the requirements for 

commencement, suspension and cessation of the said capitalization. 

The adoption of the revised PSAK 26 has no significant impact on the Company and Subsidiaries 

financial reporting and disclosures in the consolidated financial statement. 

Borrowing costs that are directly attributable to the acquisition, construction or production of 

a qualifying asset are capitalized as part of the cost of the related asset. Otherwise, borrowing costs 

are recognized as expenses when incurred. Borrowing costs consist of interests and other financing 

charges that the Company and Subsidiaries incurs in connection with the borrowing of funds. 

Capitalization of borrowing costs commences when the activities to prepare the qualifying asset for 

its intended use are in progress, and the expenditures for the qualifying asset and the borrowing 

costs have been incurred. Capitalization of borrowing costs ceases when substantially all the 

activities necessary to prepare the qualifying assets are completed for their intended use. 

v. Employee Benefits Liability 

The Company and Subsidiaries recognized an unfunded employee benefit obligations in 

accordance with Labor Law No. 13/2003 (“the Law”) dated March 25, 2003. 

The Company and Subsidiaries recognizes employee benefits liability in accordance with PSAK 24 

Revised 2004), “Employee Benefits”. This statement requires the Company and Subsidiaries to 

provide all employee benefits under formal and informal plans or agreements, under legislative 

requirements or through industry arrangements, including post-employment benefits, short-term and 

other long-term employee benefits, termination benefits and equity compensation benefits. 

31









v. Employee Benefits Liability (continued) 

Under PSAK 24 (Revised 2004), the calculation of estimated liability of employees benefits based 

on the Law is determined using the projected-unit-credit method. Actuarial gains or losses are 

recognized as income or expense when the net cumulative unrecognized actuarial gains or losses 

at the end of the previous reporting year exceed 10% of the present value of the defined benefit 

obligation at that date. These gains or losses are recognized on a straight-line basis over the 

expected average remaining service years of the employees. 

Furthermore, past service costs arising from the introduction of a defined benefit plan or changes in 

the benefit payable of an existing plan are required to be amortized using the straight-line method 

over the period until the benefits concerned become vested. 

Gains or losses on the curtailment or settlement of a defined benefit plan are recognized when the 

curtailment or settlement occurs. 

A curtailment occurs when an entity either: 

i. Is demonstrably committed to make a significant reduction in the number of employees covered 

by a plan; or 

ii. Amends the terms of a defined benefit plan so that a significant element of future service by 

current employees will no longer qualify for benefits, or will qualify only for reduced benefits. 

A settlement occurs when an entity enters into a transaction that eliminates all further legal or 

constructive obligation for part or all of the benefits provided under a defined benefit plan. 

w. Segment Information 

Effective January 1, 2011, the Company and Subsidiaries applied PSAK 5 (Revised 2009), 

“Operating Segments”. PSAK 5 (Revised 2009) requires disclosures that will enable users of 

consolidated financial statements to evaluate the nature and financial effects of the business 

activities in which the entity engages and the economic environments in which it operates. The 

adoption of PSAK 5 (Revised 2009) has no significant impact on the consolidated financial 

statements. 

An operating segment is a component of an entity: 

a. that engages in business activities from which it may earn revenues and incur expenses 

(including revenues and expenses relating to transactions with other components of the same 

entity); 

b. whose operating results are reviewed regularly by the entity‟s chief operating decision maker to 

make decisions about resources to be allocated to the segment and assess its performance; 

and 

c. for which discrete financial information is available. 

A geographical segment is engaged in providing products within a particular economic environment 

that is subject to risks and returns that are different from those of segments operating in other 

economic environments. 

32









x. Earnings per Share 

In accordance with PSAK 56, “Earnings per Share”, earnings per share are calculated by dividing 

income attributable to the equity holders of the parent company by the weighted-average shares 

outstanding during the year. 

The Company has no outstanding dilutive potential ordinary shares as of December 31, 2011 and 

2010. 

y. Quasi-Reorganization 

Based on PSAK 51 (Revised 2003), “Accounting for Quasi-Reorganization”, quasi-reorganization is 

accounting procedures that govern the Company to restructure its equity by eliminating the deficit 

and revaluate all assets and liabilities at fair value to get a fresh start with a statement of financial 

position showing the current value without being liable for the balance of deficit because the 

accumulated deficit has been elimated against the difference on revaluation of assets and liabilities 

account (including difference transactions of changes in equity of Associated Companies). Quasireorganization 

is performed by using accounting reorganization method. 

Assets and liabilities are revalued at fair value. Fair value of assets and liabilities are determined 

based on market value as of the date of quasi-reorganization. If market value is not available, 

estimated fair value is based on the best available information by considering similar pricing and 

valuation techniques which is suitable with the characteristics of the relevant assets and liabilities. 

For certain assets and liabilities, valuation is performed in accordance with the related PSAK. 

Difference on revaluation of assets and liabilities are recorded in the respective account, measured 

and presented in accordance with the related accounting policies. 

As a result of Quasi-Reorganization as of July 31, 2009, the balance of the Company‟s deficit 

amounting to Rp 31,224,820,582 has been elimated to the balance of difference on revaluation of 

assets and liabilities (surplus revaluation of fixed assets amounting to Rp 75,685,960 and difference 

on revaluation of investments in Associated Companies amounting to Rp 31,149,134,622) (see 

Note 38). 

z. Financial Instruments 

Starting January 1, 2010, the Company and Subsidiaries adopted PSAK 50 (Revised 2006), 

“Financial Instruments: Presentation and Disclosures” and PSAK 55 (Revised 2006), “Financial 

Instruments: Recognition and Measurement”. These revised PSAKs have been applied 

prospectively. 

i. Financial Assets 

Initial recognition and measurement 

Financial assets classified as financial assets at fair value through profit or loss, loans and 

receivables, held-to-maturity investments, and available-for-sale financial assets. The Company 

and Subsidiaries determines the classification of its financial assets at initial recognition and, 

where allowed. 

33









z. Financial Instruments (continued) 

i. Financial Assets (continued) 

Initial recognition and measurement (continued) 

Financial asset are recognized on the consolidated statement of financial position when and only 

when, the Company and Subsidiaries become a party to the contractual provisions of the financial 

instrument. 

When financial assets are recognized initially, they are measured at fair value, plus, in the case of 

financial assets not at fair value through consolidated statement of comprehensive income, 

directly attributable transaction costs or issuance of those financial asset. 

All regular way purchases and sales of financial assets are recognized or derecognized on the 

trade date, i.e., the date that the Company and Subsidiaries commit to purchase or sell the asset. 

Regular way purchases or sales are purchases or sales of financial assets that require delivery of 

assets within the period generally established by regulation or convention in the market place 

concerned. 

The Company and Subsidiaries determine the classification of its financial assets after initial 

recognition and, where allowed and appropriate, re-evaluate this designation at each financial 

year end. 

a) Financial assets at fair value through profit or loss. 

Financial assets held for trading are classified as financial assets at fair value through profit 

or loss. Financial assets held for trading are derivatives (including separated embedded 

derivatives) or financial assets acquired principally for the purpose of selling in the near term. 

(b) Loans and receivables. 

Financial assets with fixed or determinable payments that are not quoted in an active market 

are classified as loans and receivables. 

(c) Held-to-maturity (HTM) investments. 

Financial assets with fixed or determinable payments and fixed maturity are classified as 

held-to-maturity when the Company and Subsidiaries have the positive intention and ability to 

hold the investment to maturity. 

(d) Available-for-sale (AFS) financial assets. 

Available-for-sale financial assets are financial assets that are not classified in any of the 

other categories. Investment in equity instruments whose fair value cannot be reliably 

measured are measured at cost less impairment loss. 

The Company‟s and Subsidiaries‟ financial assets include cash and cash equivalents, short-term 

investments, trade receivables, other receivables and deposits. 

34











Subsequent measurement 

Loans and receivables are non-derivative financial assets with fixed or determinable payments 

that are not quoted in an active market. Such financial assets are carried at amortized cost using 

the effective interest rate method. Gains and losses are recognized in the consolidated statement 

of comprehensive income when the loans and receivables are derecognized or impaired, as well 

as through the amortization process. 

Derecognition 

A financial asset, or where applicable, a part of a financial asset or part of a group of similar 

financial assets, is derecognized when: (1) the contractual rights to receive cash flows from the 

asset have expired; or (2) the Company and Subsidiaries has transferred its rights to receive cash 

flows from the asset or has assumed an obligation to pay the received cash flows in full without 

material delay to a third party under a “pass-through” arrangement; and either (a) the Company 

and Subsidiaries has transferred substantially all the risks and rewards of the asset, or (b) the 

Company and Subsidiaries has neither transferred nor retained substantially all the risks and 

rewards of the asset, but has transferred control of the asset. 

Impairment of financial assets 

The Company and Subsidiaries assess at each financial position reporting date whether there is 

any objective evidence that a financial asset is impaired. 

For loans and receivables carried at amortized cost, the Company and Subsidiaries first assess 

whether objective evidence of impairment exists individually for financial assets that are 

individually significant, or collectively for financial assets that are not individually significant. If the 

Company and Subsidiaries determine that no objective evidence of impairment exists for 

an individually assessed financial asset, whether significant or not, the asset is included in a group 

of financial assets with similar credit risk characteristics and the group is collectively assessed for 

impairment. Assets that are individually assessed for impairment and for which an impairment 

loss is, or continues to be, recognized are not included in a collective assessment of impairment. 

35











Impairment of financial assets (continued) 

If there is objective evidence that an impairment loss has occurred, the amount of the loss is 

measured as the difference between the asset‟s carrying amount and the present value of 

estimated future cash flows (excluding future expected credit losses that have not yet been 

incurred). The present value of the estimated future cash flows is discounted at the financial 

asset‟s original effective interest rate. If a “loans and receivables” financial asset has a variable 

interest rate, the discount rate for measuring impairment loss is the current effective interest rate. 

The carrying amount of the financial asset is reduced through the use of an allowance for 

impairment account and the amount of the loss is recognized in the consolidated statement of 

comprehensive income. Interest income continues to be accrued on the reduced carrying amount 

based on the original effective interest rate of the financial asset. Loans and receivables, together 

with the associated allowance, are written off when there is no realistic prospect of future recovery 

and all collateral, if any, has been realized or has been transferred to the Company and 

Subsidiaries. If in a subsequent year, the amount of the estimated impairment loss increases or 

decreases because of an event occurring after the impairment was recognized, the previously 

recognized impairment loss is increased or reduced (reversed) by adjusting the allowance 

account. If a future write-off is later recovered, the recovery is recognized in the profit or loss. 

ii. Financial Liabilities 

Initial recognition and measurement 

Financial liabilities classified as financial liabilities at fair value through profit or loss, financial 

liabilities measured at amortized cost, or as derivatives designated as hedging instruments in 

an effective hedge, as appropriate. The Company and Subsidiaries determine the classification of 

its financial liabilities at initial recognition. 

Financial liabilities are recognized initially at fair value and, in the case of loans and borrowings, 

inclusive of directly attributable transaction costs. 

The Company‟s and Subsidiaries‟ financial liabilities include trade payables, other payables, 

accrued expenses, long-term loans and lease payables. 

36










ii. Financial Liabilities (continued) 

Subsequent measurement 

Subsequent to initial recognition, all financial liabilities are measured at amortized cost using the 

effective interest method. Gain and losses are recognized in the consolidated statement of 

comprehensive income when the loans and borrowings are derecognized as well as through the 

effective interest method amortization process. 

Derecognition 

A financial liability is derecognized when the obligation under the contract is discharged or 

cancelled or expired. 

When an existing financial liability is replaced by another from the same lender on substantially 

different terms, or the terms of an existing liability are substantially modified, such an exchange or 

modification is treated as a derecognition of the original liability and the recognition of a new 

liability, and the difference in the respective carrying amounts is recognized as profit or loss. 

iii. Offsetting of financial instruments 

Financial assets and financial liabilities are offset and the net amount reported in the consolidated 

statement of financial position if, and only if, there is a currently enforceable legal right to offset 

the recognized amounts and there is an intention to settle on a net basis, or to realize the assets 

and settle the liabilities simultaneously. 

iv. Fair value of financial instruments 

The fair value of financial instruments that are actively traded in organized financial markets is 

determined by reference to quoted market bid prices at the close of business at the end of the 

reporting period. For financial instruments where there is no active market, fair value is 

determined using valuation techniques. Such techniques may include using recent arm‟s-length 

market transaction, reference to the current fair value of another instrument that is substantially 

the same, discounted cash flow analysis, or other valuation models. 

3. SOURCES OF ESTIMATION UNCERTAINTY 

Judgments 

The preparation of the consolidated financial statements requires management to make judgments, 

estimates and assumptions that affect the reported amounts of revenues, expenses, assets and 

liabilities, and the disclosure of contingent liabilities, at the end of the reporting period. Uncertainty about 

these assumptions and estimates could result in outcomes that require a material adjustment to the 

carrying amount of the asset and liability affected in future periods. 

37








3. SOURCES OF ESTIMATION UNCERTAINTY (continued) 

Judgments (continued) 

The following judgments are made by management in the process of applying the Company‟s and 

Subsidiaries‟ accounting policies that have the most significant effects on the amounts recognized in the 

consolidated financial statements: 

Classification of Financial Assets and Financial Liabilities 

The Company and Subsidiaries determine the classifications of certain assets and liabilities as financial 

assets and financial liabilities by judging if they meet the definition set forth in PSAK 55 (Revised 2006). 

Accordingly, the financial assets and financial liabilities are accounted for in accordance with the 

Company‟s and Subsidiaries‟ accounting policies disclosed in Note 2z. 

Purchase Price Allocation and Goodwill Impairment 

Acquisition accounting requires extensive use of accounting estimates to allocate the purchase price to 

the fair market values of the assets and liabilities purchased, including intangible assets. Certain 

business acquisitions of the Company and Subsidiaries have resulted in goodwill. Under PSAK 22 

(Revised 2009), “Business Combinations”, such goodwill is not amortized and subject to an annual 

impairment testing. The carrying amount of the Company‟s and Subsidiaries‟ goodwill as of 

December 31, 2011 and 2010 and January 1, 2010/ December 31, 2009 was Rp 597,041,887, 

Rp 614,377,843 and Rp 106,551,584. Further details are disclosed in Note 15. 

Impairment test is performed when certain impairment indicators are present. In case of goodwill, such 

assets are subject to annual impairment test and whenever there is an indication that such asset may 

be impaired. Management has to use its judgment in estimating the recoverable value and determining 

if there is any indication of impairment. 

Estimates and Assumptions 

The key assumptions concerning the future and other key sources of estimation uncertainty at the 

reporting date that have a significant risk of causing a material adjustment to the carrying amounts of 

assets and liabilities within the next financial period are disclosed below. The Company and Subsidiaries 

based their assumptions and estimates on parameters available when the financial statements were 

prepared. Existing circumstances and assumptions about future developments may change due to 

market changes or circumstances arising beyond the control of the Company and Subsidiaries. Such 

changes are reflected in the assumptions when they occur. 

Allowance for Impairment of Trade Receivables 

The Company and Subsidiaries evaluate specific accounts where it has information that certain 

customers are unable to meet their financial obligations. In these cases, the Company and Subsidiaries 

use judgment, based on the best available facts and circumstances, including but not limited to, the 

length of its relationship with the customer and the customer‟s current credit status based on third party 

credit reports and known market factors, to record specific provisions for customers against amounts 

due to reduce its receivable amounts that the Company and Subsidiaries expect to collect. These 

specific provisions are re-evaluated and adjusted as additional information received affects the amounts 

of allowance for impairment of trade receivables. The carrying amount of the Company‟s and 

Subsidiaries‟ trade receivables before allowance for impairment as of December 31, 2011 and 2010 and 

January 1, 2010/December 31, 2009 was Rp 10,252,303,925, Rp 2,880,788,386 and Rp 748,757,147. 

Further details are disclosed in Note 6. 

38









Estimates and Assumptions (continued) 

Employee Benefits 

The determination of the Company‟s and Subsidiaries‟ employee benefits liabilities is dependent on its 

selection of certain assumptions used by the independent actuaries in calculating such amounts. Those 

assumptions include, among others, discount rates, annual salary increase rate, annual employee 

turn-over rate, disability rate, retirement age and mortality rate. Actual results that differ from the 

Company and Subsidiaries‟ assumptions which effects are more that 10% of the defined benefit 

obligations are deferred and being amortized on a straight-line basis over the expected average 

remaining service years of the qualified employees. While the Company and Subsidiaries believe that 

their assumptions are reasonable and appropriate, significant differences in the Company and 

Subsidiaries‟ actual results or significant changes in the Company and Subsidiaries‟ assumptions may 

materially affect its employee benefits liabilities and net employee benefits expense. The carrying amount 

of the Company and Subsidiaries‟ estimated liabilities for employee benefits as of December 31, 2011 

and 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 amounted to Rp 8,437,550,279 and 

Rp 6,052,555,721 and Rp 1,115,453,662 respectively. Further details are discussed in Note 34. 

Depreciation of Fixed Assets 

The costs of fixed assets are depreciated over their estimated useful lives. Management estimates the 

useful lives of these fixed assets to be within 4 to 20 years, which are common life expectancies applied 

in the industries where the Company and Subsidiaries conduct its businesses. Changes in the expected 

level of usage and technological development could impact the economic useful lives and the residual 

values of these assets, and therefore future depreciation charges could be revised. The net carrying 

amount of the Company‟s and Subsidiaries‟ fixed assets as of December 31, 2011 and 2010 and 

January 1, 2010/December 31, 2009 was Rp 446,547,628,282 and Rp 349,735,863,518 and 

Rp 50,178,168,469. Further details are disclosed in Note 10. 

Provision for Loss and Breakage of Hotel and Restaurant Equipments 

Provision for loss and breakage of hotel and restaurant equipments are calculated based on certain 

percentage from revenue, and will be deducted in case of loss and breakage of hotel and restaurant 

equipments occurred. Changes in the level of loss and breakage of hotel and restaurant equipments may 

materially affect the provision for loss and breakage of hotel and restaurant equipments. The net carrying 

amount of provision for loss and breakage of hotel and restaurant equipments as of December 31, 2011 

and 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 amounted to Rp 486,717,367, Rp 389,612,396 and 

Rp 65,117,880, respectively (Note 18). 

Income Tax 

Significant estimate is involved in determining the provision for corporate income tax. There are certain 

transactions and computation for which the ultimate tax determination is uncertain during the ordinary 

course of business. The Company and Subsidiaries recognize liabilities for expected corporate income 

tax issues based on estimates of whether additional corporate income tax will be due. Where the final tax 

outcome of those matters is different from the amounts that were initially recorded, such differences will 

recorded at the consolidated statement of comprehensive income in the period in which such 

determination is made. Further details are disclosed in Note 19c. 

39









Estimates and Assumptions (continued) 

Financial Instruments 

The Company and Subsidiaries carry certain financial assets and liabilities at fair value, which requires 

the use of accounting estimates. While significant components of fair value measurement were 

determined using verifiable objective evidences, the amount of changes in fair values would differ if the 

Company and Subsidiaries utilized different valuation methodology. Any changes in a fair value of these 

financial assets and liabilities would directly affect the Company and Subsidiaries‟ profit or loss. The 

carrying amount of financial assets carried at fair value in the consolidated statement of financial position 

as of December 31, 2011 and 2010 amounted to Rp 123,597,166,337 and Rp 155,920,144,487, 

respectively (Note 39), while the carrying amount of financial liabilities carried in the consolidated 

statement of financial position as of December 31, 2011 and 2010 amounted to Rp 368,601,028,889 and 

Rp 179,929,873,524, respectively (Note 39). 

Deferred Tax Asset 

Deferred tax assets are recognized for all unused tax losses and deductible temporary differences, to the 

extent that it is probable that taxable profit will be available against which the tax losses and deductible 

temporary differences. Significant management estimates are required to determine the amount of 

deferred tax assets that can be recognized, based upon the likely timing and the level of the future 

taxable profits together with future tax planning strategies. Further details are disclosed in Note 19e. 

4. CASH AND CASH EQUIVALENTS 

This account consists of: 


December 31, 2011 December 31, 2010 December 31, 2009 

Cash on Hand 

Rupiah 575,745,122 998,104,517 3,699,826,942 

Singapore Dollar 

(SIN$ 1,701 as of 

December 31, 2011) 11,859,499 - - 

Malaysian Ringgit (RM 2.9 

as of December 31, 

2011 and 2010 and 


December 31, 2009) 8,274 8,456 7,967 

United States Dollar 

(US$ 7,764 as of 


US$ 3 as of 


December 31, 2009) - 69,806,100 28,200 

Total Cash on Hand 587,612,895 1,067,919,073 3,699,863,109 

40








4. CASH AND CASH EQUIVALENTS (continued) 



Cash in Banks 

Rupiah accounts 


(Persero) Tbk 9,172,517,956 92,446,778 - 


(Persero) Tbk 5,466,334,848 3,031,867,121 - 

PT Bank Central Asia Tbk 4,308,359,037 3,414,679,281 2,279,291,156 

PT Bank Mega Tbk 2,494,814,860 3,596,017,149 84,608,980 

PT Bank Permata Tbk 1,649,287,953 - - 


Indonesia Tbk 1,494,712,419 14,862,087 - 

PT Bank Bukopin Tbk 344,839,087 348,351,858 - 


International Tbk 334,080,086 228,830,787 - 


Indonesia Tbk 254,367,812 108,586,798 543,177,636 

PT Bank DKI 137,340,338 - - 


International Tbk 84,885,643 54,282,938 - 


International Tbk - 67,652,305 63,964,476 

PT Bank CIMB Niaga Tbk - 31,744,757 2,293,668 

United States Dollar accounts 


(Persero) Tbk 

(US$ 438,453 as of 


and US$ 74,949 as of 

December 31, 2010) 3,975,888,811 673,953,923 - 


(US$ 71,153 as of 

December 31, 2011, 

US$ 150,294 as of 


and US$ 2,698 as of 


December 31, 2009) 645,215,136 1,351,293,894 25,365,524 

PT Bank Central Asia Tbk 

(US$ 9,646 as of 


US$ 22,470 as of 


US$ 22,053 as of 


December 31, 2009) 87,470,926 202,029,156 207,301,302 

41











Cash in Banks (continued) 

United States Dollar accounts 

(continued) 

PT Bank Permata Tbk 

(US$ 756 as of 

December 31, 2011) 6,851,690 - - 



(US$ 741 as of 


and US$ 861 as of 


December 31, 2009) - 6,659,184 8,090,110 

Singapore Dollar accounts 



(SIN$ 51,637 as of 

December 31, 2011 360,115,973 - - 


(SIN$ 2,375 as of 


SIN$ 2,465 as of 


and SIN$ 4,448 as of 


December 31, 2009 16,562,619 17,209,227 29,795,888 

Total Cash in Banks 30,833,645,194 13,240,467,243 3,243,888,740 

Time Deposits 

Rupiah 

PT Bank Negara 

Indonesia 


PT Bank DKI 11,180,000,000 - - 

PT Bank Mega Tbk 4,026,659,101 - - 


International Tbk 4,000,000,000 28,052,204,140 - 

42











Time Deposits (continued) 

Rupiah (continued) 


Indonesia Tbk 700,512,052 - - 

PT Bank Bukopin Tbk - 10,000,000,000 - 


International Tbk - 8,753,128,767 - 

PT Bank Tabungan Negara - 3,100,000,000 - 



International Tbk 

(US$ 700,660) - 6,299,637,566 - 

Total Time Deposits 46,407,171,153 80,804,970,473 - 

Total Cash and Cash 

Equivalents 77,828,429,242 95,113,356,789 6,943,751,849 

The annual interest rates of time deposits are as follows: 

43 

2011 2010 

Rupiah 4.10% - 9.00% 5.75% - 8.50% 

United States Dollar - 1% 

All cash in banks and time deposits are placed with third party banks, free from collateral and not 

restricted to use. 

5. SHORT-TERM INVESTMENTS 




Investment in trading securities 

and presented at fair value: 

PT Bakrie Sumatra 

Plantations 570,000,000 780,000,000 - 

PT Mitra Adiperkasa Tbk - - 6,527,191,360 


(Persero) Tbk - - 3,366,000,000 

PT Plaza Indonesia 

Realty Tbk - - 350,000,000 

PT Wahana Ottomitra 

Multiartha Tbk - - 48,000,000 

Total 570,000,000 780,000,000 10,291,191,360








5. SHORT-TERM INVESTMENTS (continued) 



Investment through Fund 

Manager: 

Amaris Global Limited 

(Amaris) 24,546,490,186 23,700,000,000 48,790,000,000 

Asia Pacific Venture (L) 

Limited (APV) 4,632,692,096 21,954,204,983 49,589,349,800 

Torrance Company 

Limited (Torrance) - 10,000,000,000 - 

Total 29,179,182,282 55,654,204,983 98,379,349,800 

Total 29,749,182,282 56,434,204,983 108,670,541,160 

In 2010, the Company sold shares of PT Mitra Adiperkasa Tbk, PT Bank Negara Indonesia 

(Persero) Tbk, PT Plaza Indonesia Realty Tbk, PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk which acquired 

since 2008 and shares of PT Bumi Resources Tbk which acquired on November 17, 2010. Gain on sales 

of shares amounting to Rp 21,863,830,416 presented as part of other operating income in the 

consolidated statement of comprehensive income. As of December 31, 2011 and 2010, the Company 

has 2,000,000 shares of PT Bakrie Sumatra Plantations with fair value of Rp 285 and Rp 390 per share, 

respectively. 

Investment through Amaris: 

Based on a Fund Management Agreement dated December 29, 2008, PT Eka Ilalang Suryadinamika 

(EIS), a Subsidiary, appointed Amaris to manage funds in securities amounting to Rp 18.1 billion for 

1 (one) year and will be extended another year unless one party decide to terminate the agreement. 

As of December 31, 2011 and 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009, the fair value of remaining 

funds amounting to Rp 12,293,232,468, Rp 14,700,000,000 and Rp 18,100,000,000, respectively. 

On June 30, 2010, PT Grahatama Indah Lestari (GIL), a Subsidiary of PT Mega Biru Selaras (MBS), 

a Subsidiary, signed a Fund Management Agreement with Amaris to manage funds of GIL in securities 

with maximum amount of Rp 5.5 billion. This agreement valid for 1 (one) year and will be extended 

another year unless one party decide to terminate the agreement. As of December 31, 2011 and 2010, 

the fair value of remaining funds amounting to Rp 6,020,942,824 and Rp 5,500,000,000, respectively. 

On November 24, 2009, PT Saranausaha Jaya (SJ), a Subsidiary, signed a Fund Management 

Agreement with Amaris to manage funds of SJ in securities with maximum amount of Rp 4.75 billion. 

This agreement valid for 1 (one) year and will be extended another year unless one party decide to 

terminate the agreement. As of December 31, 2011 and 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009, 

the fair value of remaining funds amounting to Rp 2,500,000,000, Rp 3,500,000,000 and 

Rp 4,000,000,000, respectively. 

On November 25, 2010, PT Karsa Citra Unggul (KCU), a Subsidiary, signed a Fund Management 

Agreement with Amaris to manage funds of KCU in securities with maximum amount of Rp 5 billion. This 

agreement valid for 1 (one) year and will be extended another year unless one party decide to terminate 

the agreement. As of December 31, 2011, the fair value of remaining funds amounting to 

Rp 3,732,314,894. 

44








5. SHORT-TERM INVESTMENTS (continued) 

Investment through Amaris: (continued) 

On January 1, 2010/December 31, 2009, PT Tirta Saga Wangi (the Merged Company) has investment 

funds in Amaris amounting to Rp 26,690,000,000 and has been settled in 2010. 

Investment through APV: 

On December 4, 2008, PT Karsa Citra Unggul (KCU), a Subsidiary, signed a Fund Management 

Agreement with APV to manage funds in fixed-income securities amounting to Rp 900,000,000 for 

a period of 6 (six) months and has been extended up to May 4, 2012. As of December 31, 2011 and 

2010 and January 1, 2010/December 31, 2009, the fair value of remaining funds amounting to 

Rp 417,138,165, Rp 410,822,815 and Rp 549,897,800, respectively. 

Based on a Fund Management Agreement with APV dated November 17, 2008, PT Kega Property 

Utama (KPU), a Subsidiary of KCU, appointed APV to manage funds in fixed-income securities 

amounting to Rp 10,355,000,000 for 1 (one) year and will be extended another year unless one party 

decide to terminate the agreement. As of December 31, 2011 and 2010 and January 1, 2010/December 

31, 2009, the fair value of remaining funds amounting to Rp 4,215,553,931, Rp 9,188,070,000 and 


On December 4, 2008, PT Retzan Indonusa (RIN), a Subsidiary, signed a Fund Management 

Agreement with APV to manage funds in liquid securities amounting to Rp 21,500,000,000 for 1 (one) 

year and automatically renewable for 1 (one) year unless there is a desire of either party to terminate 

this agreement. As of December 31, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009, the fair value of 

remaining funds amounting to Rp 8,054,808,168 and Rp 21,501,410,000, respectively. On June 2011, 

the investment funds have been withdrew by RIN. 

Based on a Fund Management Agreement with APV dated October 15, 2008, PT Mega Biru Selaras 

(MBS), a Subsidiary, appointed APV to manage funds in securities amounting to Rp 18,000,000,000 for 

1 (one) year. As of December 31, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009, the fair value of 

remaining funds amounting to Rp 4,300,504,000 and Rp 18,000,042,000. On June 2011, the investment 

funds have been withdrew by MBS. 

Investment through Torrance: 

Based on a Fund Management Agreement with Torrance dated December 13, 2010, the Company 

appointed Torrance to manage the Company‟s funds in liquid securities amounting to Rp 10 billion for 

1 (one) year and automatically renewable for 1 (one) year unless there is a desire from either party to 

terminate this agreement. On March 2011, the investment funds have been withdrew by the Company. 

45








6. TRADE RECEIVABLES WITH THIRD PARTIES 

The details of trade receivables with third parties based on customers are as follows: 

January 31, 2010/ 


Receivables from hotel business 

activities: 

City Ledger 3,957,643,413 2,129,516,820 546,739,756 

Guest Ledger 1,212,409,989 751,271,566 202,017,391 

5,170,053,402 2,880,788,386 748,757,147 

Receivables from rental space: 

PT Mitra Adiperkasa Tbk 1,902,285,000 - - 

PT Prima Buana Perkasa 920,997,000 - - 

PT Trans Mahagaya 809,417,070 - - 

PT Sukses Diva Mandiri 794,178,000 - - 

PT Sari Coffee Indonesia 182,761,920 - - 

Others 472,611,533 - - 

5,082,250,523 - - 

Total 10,252,303,925 2,880,788,386 748,757,147 

Less allowance for 

Impairment losses - - (117,876,779) 

Net 10,252,303,925 2,880,788,386 630,880,368 

The detail of aging trade receivables with third parties based on date of invoice is as follows: 



Not yet due 3,435,727,395 2,211,339,857 378,160,643 

Past due: 

1 to 30 days 2,954,747,501 540,879,162 159,407,051 

31 to 60 days 3,847,986,699 124,809,182 131,698,452 

61 to 90 days 13,842,330 3,760,185 11,120,000 

More than 90 days - - 68,371,001 

Total 10,252,303,925 2,880,788,386 748,757,147 

Less allowance for impairment 

losses - - (117,876,779) 

Net 10,252,303,925 2,880,788,386 630,880,368 

46








6. TRADE RECEIVABLES WITH THIRD PARTIES (continued) 

The changes in allowance for impairment losses of trade receivables are as follows:: 



Balance at beginning of year - 117,876,779 19,071,866 

Write-off during the year - (117,876,779) - 

Addition during the year - - 98,804,913 

Balance at end of year - - 117,876,779 

Management believes that the allowance for impairment losses is adequate to cover possible losses on 

uncollectible receivables. Management also believes that there are no significant concentrations of 

credit risk in the trade receivables. 

7. BALANCES AND TRANSACTIONS WITH RELATED PARTIES 

Balances and transactions with related parties are as follows: 

47 

Percentage (%) from 

total assets/liabilities 

January 1, Jan 1, 

2010/ 2010/ 

December 31, December 31, December 31, Dec 31, Dec 31, Dec 31, 

2011 2010 2009 2011 2010 2009 

Other receivables: 

I Made Astawa 494,000,000 - - 0,04 - - 

PT Kega Kharisma Utama 425,128,000 506,749,000 530,000,000 0,04 0,06 0,11 

PT Anugerah Nusaraya 18,993,206 - - 0,00 - - 

PT Oasis Hotel Bogor - 175,717,816 15,000,000 - 0,02 0,00 

PT Grahatama Kreasibaru - 275,000,000 - - 0,03 - 

Jemmy Asiku - - 359,486,000 - - 0,07 

Total 938,121,206 957,466,816 904,486,000 0,08 0,11 0,18 

Other payables: 

PT Sinar Monexindo 3,963,100,000 15,233,100,000 - 0,79 7,38 - 

Jemmy Asiku 127,225,472 83,295,472 - 0,03 0,04 - 

Director PT Karsa Citra 

Unggul (a Subsidiary) 9,092,000 206,444,500 - 0,00 0,10 - 

PT Grahatama Kreasibaru - - 139,309,734 - - 1,54 

Total 4,099,417,472 15,522,839,972 139,309,734 0,82 7,52 1,54 

Receivables from and payables to related parties mainly from operational expenses which are paid in 

advance by the related parties and/or vice versa. Such receivables and payables are non-interest 

bearing. 

Payable to PT Sinar Monexindo represents loan obtained by PT Aneka Bina Laras (a Subsidiary) which 

used to finance the construction of HARRIS Suites fX Sudirman. The loan is non-interest bearing loan 

and without a definite repayment schedule.








7. BALANCES AND TRANSACTIONS WITH RELATED PARTIES (continued) 

Revenue and expense transactions with related parties were done under the normal prices similar to 

those granted to third parties. 

Relationship with the related parties are as follows: 

a. I Made Astawa is a management of PT Segara Biru Kencana, a Subsidiary of PT Karsa Citra 

Unggul, a Subsidiary. 

b. PT Kega Kharisma Utama has the same management with the Company. 

c. PT Anugerah Nusaraya has the same management with the Company. 

d. PT Oasis Hotel Bogor is an associated company of PT Karsa Citra Unggul (a Subsidiary) in 2010. 

e. Jemmy Asiku is a stockholder of PT Cakra Guna Dharma Eka, a Subsidiary of PT Mega Biru 

Selaras (a Subsidiary). 

f. PT Sinar Monexindo is a minority stockholder of PT Aneka Bina Laras, a Subsidiary. 

g. PT Grahatama Kreasibaru is the Company‟s stockholders. 

8. INVENTORIES 




Food and beverages 663,999,176 216,629,020 59,045,514 

Hotel supplies 636,503,858 139,608,243 33,414,731 

Others 178,778,454 204,188,931 34,336,583 

Total 1,479,281,488 560,426,194 126,796,828 

Based on the review of the physical condition of inventories at the end of the year, the Company‟s and 

Subsidiaries‟ management believes that the inventories value has reflect their net realizable value, 

therefore no allowance for impairment losses of inventories is necessary. 

9. INVESTMENTS IN ASSOCIATED COMPANIES 

48 


Share in Net 

Earnings (Loss) Additions 

Percentage of Carrying Value of Associated (Deductions) of Carrying Value 

Ownership January 1, 2011 Companies Investment December 31, 2011 

Equity Method 


Propertindo (OP) 33.34% 19,990,281,142 923,931,148 - 20,914,212,290 


Island (JPI) 27.50% 18,866,333,307 1,613,987,193 - 20,480,320,500 


Bogor (OHB) 1) 50.00% 4,784,675,038 - (4,784,675,038) 2) - 

Total 43,641,289,487 2,537,918,341 (4,784,675,038) 41,394,532,790








9. INVESTMENTS IN ASSOCIATED COMPANIES (continued) 

49 


Share in Net 

Earnings (Loss) Additions 

Percentage of Carrying Value of Associated (Deductions) of Carrying Value 

Ownership January 1, 2010 Companies Investment December 31, 2010 

Equity Method 

PT Indonesian Paradise 

Island (IPI) 48.75% 252,423,931,075 4,517,660,779 24,375,000,000 - 

87,750,000,000 

(369,066,591,854) 3) 


Island (JPI) 27.50% 17,673,341,469 1,192,991,838 - 18,866,333,307 


Propertindo (OP) 33.34% 18,198,591,282 1,791,689,860 - 19,990,281,142 


Bogor (OHB) 1) 50.00% 4,798,850,894 (14,175,856 ) - 4,784,675,038 

Total 293,094,714,720 7,488,166,621 (256,941,591,854) 43,641,289,487 

January 1, 2010/December 31, 2009 

Difference on 

Revaluation of Share in Net 

Investments in Additions Earnings (Loss) 

Percentage of Carrying Value Associated (Deductions) of of Associated Carrying Value 

Ownership January 1, 2009 Companies Investments Companies December 31, 2009 

Equity Method 

PT Indonesian 

Paradise 

Island (IPI) 48.75% 64,491,024,126 184,054,547,458 - 3,878,359,491 252,423,931,075 


Island (JPI) 27.50% 15,137,883,282 2,402,949,682 - 132,508,505 17,673,341,469 


Propertindo (OP) 33.34% 18,818,625,267 - (721,435,891) 101,401,906 18,198,591,282 


Bogor (OHB) 1) 50.00% 4,812,888,430 - - (14,037,536) 4,798,850,894 

PT Retzan 

Indonusa (RIN) - - - 1,114,314,670 (1,114,314,670) - 

Jumlah 103,260,421,105 186,457,497,140 392,878,779 2,983,917,696 293,094,714,720 

1) 

through PT Karsa Citra Unggul, a Subsidiary. 

2) 

sold in October 2011. 

3) 

consolidated since December 23, 2010 (see Note 1d). 

The Company has revalued its investments in Associated Companies (PT Java Paradise Island and 

PT Indonesian Paradise Island) as of July 31, 2009 (the Quasi-Reorganization). Based on 

an independent appraisal report of KJPP Samsul Hadi, Wahyono Adi, Hendra Gunawan & Rekan 

(SAH & Rekan) No. PU.012.09 dated December 1, 2009 of PT Java Paradise Island and 

No. PU.013.09 dated December 1, 2009 of PT Indonesian Paradise Island, there is an increase in value 

of investments in both Associated Companies, PT Java Paradise Island increased by Rp 2,402,949,682 

and PT Indonesian Paradise Island increased by Rp 184,054,547,458, or both totaling of 

Rp 186,457,497,140 (see Note 38). 

Revaluation of investments in Associated Companies using the reconciliation of value indications which 

obtained from the Discounted Cash Flow Method and Market Multiples Method (for investment in 

PT Java Paradise Island) and the reconciliation of value indications which obtained from the Discounted 

Cash Flow Method and Adjusted Book Value Method (for investment in PT Indonesian Paradise Island). 

The Company recorded difference on revaluation of investments in Associated Companies amounted to 

Rp 186,457,497,140 as “Difference on Revaluation of Investments in Associated Companies” which is 

a part of equity before Quasi-Reorganization (Note 2y).








9. INVESTMENTS IN ASSOCIATED COMPANIES (continued) 

In connection with the increase of issued and paid-up capital of IPI amounting to Rp 50,000,000,000 

on November 25, 2010, the Company subscribed of IPI‟s new share capital payment amounting to 

Rp 24,375,000,000 in accordance with its percentage of ownership in IPI. 

On December 23, 2010, the Company increased its ownership in IPI of 16.25% from 48.75% to 65% 

through the purchase of shares of Dana Pensiun Bank Indonesia with the cost of Rp 87,750,000,000. 

This purchase has been stated in the Deed of Sale and Purchase of Shares Agreement No. 243 dated 

December 23, 2010 of Humberg Lie, SH, SE, MKn, Notary in Jakarta. As a result of the increase in 

ownership, IPI became a Subsidiary and its financial statements were consolidated since December 23, 

2010 (Note 1d). 

Based on Letter of Transfer of Shares Rights dated October 3, 2011 between PT Karsa Citra Unggul 

(KCU), a Subsidiary, as the owner of 2,223,500 shares of PT Oasis Hotel Bogor (OHB), with 

PT Panoramaland Development (PD), KCU agreed to transfer its rights of 2,223,500 shares of OHB 

to PD with transfer prices amounting to Rp 6,012,500,000. The Letter of Transfer of Shares Rights has 

been stated in the Deed Custodian No. 31 dated October 5, 2011 which covered by Edison Jingga, SH, 

Notary in Jakarta, In connection with these transfer, KCU records gain on sale of investment in 

associated company amounting to Rp 1,227,824,962. 

10. FIXED ASSETS 


50 


January 1, 2011 Additions Deductions December 31, 2011 

Carrying Value 

Direct Ownership 

Landrights 282,065,809,977 - 34,048,811,407 1) 248,016,998,570 

Buildings and infrastructures 96,779,339,087 5,252,416,238 425,225,000 211,455,836,149 

109,849,305,824 2) 

Equipment and supplies 18,643,098,514 23,288,864,105 10,000,000 42,927,903,741 

1,005,941,122 2) 

Vehicles 1,700,061,292 - - 1,700,061,292 

Sub total 399,188,308,870 28,541,280,343 435,225,000 504,100,799,752 

110,855,246,946 2) 

34,048,811,407 1) 

Leased Assets 

Vehicles 752,250,000 1,482,950,000 - 2,235,200,000 

Total Carrying Value 399,940,558,870 30,024,230,343 435,225,000 506,335,999,752 

110,855,246,946 2) 34,048,811,407 1) 

Accumulated Depreciation 


Buildings and infrastructures 37,562,215,652 5,845,171,752 70,777,230 43,336,610,174 

Equipment and supplies 11,824,427,255 3,398,731,177 8,124,988 15,215,033,444 

Vehicles 729,437,862 177,663,377 - 907,101,239 

Sub total 50,116,080,769 9,421,566,306 78,902,218 59,458,744,857 

Leased Assets 

Vehicle 88,614,583 241,012,030 - 329,626,613 

Total Accumulated Depreciation 50,204,695,352 9,662,578,336 78,902,218 59,788,371,470 

Book Value 349,735,863,518 446,547,628,282


10. FIXED ASSETS (continued) 







51 





Land rights 32,394,354,523 2,359,500,000 4) - 282,065,809,977 

4,850,512,476 

3,077,576,985 5) 

239,383,865,993 6) 

Buildings and infrastructures 23,957,215,397 89,881,920 3,000,000,000 96,779,339,087 

1,640,500,000 4) 108,884,235 7) 

74,200,626,005 5) 

Equipment and supplies 5,421,731,211 1,101,039,114 - 18,643,098,514 

12,011,443,954 5) 

108,884,235 7) 

Vehicles 464,434,099 591,595,173 225,540,099 3) 1,700,061,292 

869,572,119 5) 

Sub total 62,237,735,230 6,633,028,683 3,000,000,000 399,188,308,870 

4,000,000,000 4) 108,884,235 7) 

108,884,235 7) 225,540,099 3) 

239,383,865,993 6) 

90,159,219,063 5) 

Leased Assets 

Vehicles 290,000,000 492,250,000 5) 30,000,000 3) 752,250,000 

Total Carrying Value 62,527,735,230 6,633,028,683 3,000,000,000 399,940,558,870 

4,000,000,000 4) 108,884,235 7) 

108,884,235 7) 255,540,099 3) 

239,383,865,993 6) 

90,651,469,063 5) 



Buildings and infrastructure 8,506,934,666 1,040,340,418 1,787,500,000 37,562,215,652 

29,802,440,568 5) 

Equipment and supplies 3,601,929,512 719,823,335 - 11,824,427,255 

7,502,674,408 5) 

Vehicles 228,619,249 16,339,167 - 729,437,862 

484,479,446 5) 

Sub total 12,337,483,427 1,776,502,920 1,787,500,000 50,116,080,769 

37,789,594,422 5) 

Leased Assets 

Vehicles 12,083,334 31,249,999 - 88,614,583 

45,281,250 5) 

Total Accumulated Depreciation 12,349,566,761 1,807,752,919 1,787,500,000 50,204,695,352 

37,834,875,672 5) 

Book Value 50,178,168,469 349,735,863,518









52 





Land rights 31,177,549,523 1,216,805,000 7) - 32,394,354,523 

Buildings and infrastructures 24,978,220,827 315,888,465 1,336,893,895 7) 23,957,215,397 

Equipment and supplies 4,788,877,304 660,269,151 27,415,244 7) 5,421,731,211 

Vehicles 263,172,428 223,190,099 7) 123,472,428 464,434,099 

101,544,000 8) 

Sub total 61,207,820,082 976,157,616 123,472,428 62,237,735,230 

1,439,995,099 7) 1,364,309,139 7) 

101,544,000 8) 

Leased Assets 

Vehicles 101,544,000 290,000,000 101,544,000 8) 290,000,000 

Total Carrying Value 61,309,364,082 1,266,157,616 123,472,428 62,527,735,230 

1,439,995,099 7) 1,364,309,139 7) 

101,544,000 8) 101,544,000 8) 



Building and infrastructures 7,251,240,196 1,255,694,470 - 8,506,934,666 

Equipment and supplies 2,899,457,007 702,472,505 - 3,601,929,512 

Vehicles 206,995,269 35,041,116 87,459,636 228,619,249 

74,042,500 8) 

Sub total 10,357,692,472 1,993,208,091 87,459,636 12,337,483,427 

74,042,500 8) 

Leased Assets 

Vehicles 71,927,000 14,198,834 74,042,500 8) 12,083,334 

Total Accumulated Depreciation 10,429,619,472 2,007,406,925 87,459,636 12,349,566,761 

74,042,500 8) 74,042,500 8) 

Book Value 50,879,744,610 50,178,168,469 

Notes: 

1) 

Adjustments of identification of IPI‟s consolidated assets based on sale of IPI‟s stocks in June 2011. 

2) 

Reclassification from other non-current assets (Note 16). 

3) 

Adjustments. 

4) 

Reclassification from advance for purchases of fixed assets of Hotel Bali Prani in Kuta, Bali. 

5) 

Subsidiary‟s assets (IPI) which consolidated since December 23, 2010. 

6) 

Identification of Subsidiary‟s consolidated assets (IPI). 

7) 

Changes on increase and decrease of fixed assets value arising from revaluation of fixed assets. 

8) 

Reclassification from lease assets to direct ownership. 

Depreciation expense charged to operations amounted to Rp 9,662,578,336 and Rp 1,807,752,919 in 

2011 and 2010, respectively. 

The additions of fixed assets in 2010 including the fixed assets of the consolidated Subsidiary 

(PT Indonesian Paradise Island) with a book value of Rp 52,816,593,391 and identification of 

Subsidiary‟s consolidated assets (IPI) amounting to Rp 239,383,865,993, both consolidated at the end 

of 2010 (Note 1d). Furthermore, in connection with the sales of IPI‟s stocks in June 2011, part of IPI‟s 

identifiable assets are adjusted amounting to Rp 34,048,811,407, according to the assets identification 

on consolidation.









Gain on sale fixed assets is consists of: 

53 

2011 2010 

Acquisition cost: 

Buildings and infrastructures 425,225,000 3,000,000,000 

Equipment and supplies 10,000,000 - 

Total acquisition cost 435,225,000 3,000,000,000 

Accumulated depreciation: 

Buildings and infrastructures 70,777,230 1,787,500,000 

Equipment and supplies 8,124,988 - 

Total accumulated depreciation 78,902,218 1,787,500,000 

Book value 356,322,782 1,212,500,000 

Selling price 455,700,000 4,231,660,848 

Gain on sale of fixed assets (Note 30) 99,377,218 3,019,160,848 

In 2008, the Company acquired a land located in Tebet, Jakarta with Building Usage Rights (Hak Guna 

Bangunan - HGB) No. 2682 covering an area of 237 square meters. HGB will mature in 2021 and the 

Company‟s management believes that it can be renewed on maturity date. 

The Company acquired a land located in Tuban, Bali with Building Usage Rights (Hak Guna Bangunan - 

HGB) No. 851 covering an area of 2,700 square meters. HGB will mature in 2034 and the Company‟s 

management believes that it can be renewed on maturity date. 

In 2010, the Company acquired a land located in Kuta, Bali with Building Usage Rights (Hak Guna 

Bangunan - HGB) No. 990/Kuta covering an area of 1,800 square meters. HGB will mature in 2040 and 

the Company‟s management believes that it can be renewed on maturity date. 

PT Eka Ilalang Suryadinamika (EIS), a Subsidiary, has 4 (four) parcels of land covering areas of 12,498 

square meters located in Sentul City, Jalan Gatot Subroto, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, 

West Java, according to the deed of sale and purchase No. 121/2007, No. 122/2007, 

No. 123/2007, No. 124/2007, No. 125/2007, No. 126/2007, No. 127/2007 and No. 128/2007 all dated 

June 18, 2007 of Niken Larasati, SH, Notary PPAT in Bogor. As of the independent auditors‟ report 

date, landrights are still in the process of change into the name of EIS. 

PT Langgeng Cipta Karya (LCK), a Subsidiary, has 1 (one) parcel of land covering an area of 2,120 

square meters located in Desa Kedewatan, Ubud, Bali, with land ownership title (Sertifikat Hak Milik - 

SHM) No. 2361/Desa Kedewatan under name of LCK.









PT Retzan Indonusa (RIN), a Subsidiary, has 2 (two) parcels of land which located in Kecamatan Batam 

Kota, Kelurahan Teluk Tering, Batam, Kepulauan Riau covering areas of 5,638 square meters and 

1,361 square meters with Building Usage Rights (Hak Guna Bangunan - HGB) for 30 (thirty) years 

which will be mature in 2018. RIN also has the land and buildings located in Komplek Center Point, 

Batam Island with Building Usage Rights (Hak Guna Bangunan - HGB) which will mature in 2018. 

The management of RIN believes that there will be no difficulty in the extension of HGB since the land 

was acquired legally and supported by sufficient evidence of usage rights. 

The Company‟s and Subsidiaries‟ fixed assets are used as collateral for long-term loans (Note 22). 

As of December 31, 2011, fixed assets of the Company and Subsidiaries are insured against fire and 

other risks with insurance coverage totaling of Rp 215,751,197,460. The Company‟s and Subsidiaries‟ 

management believes that the insurance coverage is adequate to cover possible losses on the assets 

insured. 

Based on the Company‟s and Subsidiaries‟ management assessment, there are no events or changes 

in circumstances which may indicate an impairment in the value of fixed assets as of December 31, 

2011 and 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009. 

11. LONG-TERM LEASE RIGHTS 

This account represents advance payment for lease rights which is planned to be developed by 

Subsidiaries with details as follows: 



Lease rights of fX Residence 

apartment, Jakarta 

(see Note 36c) 40,810,000,000 40,810,000,000 - 

Advance for long-term 

landrights lease 9,048,083,711 5,801,805,938 5,716,652,438 

Rights to use land at Jalan 

AM Sangaji, Yogyakarta 

(see Note 36c) 816,816,000 816,816,000 816,816,000 

Landrights lease in Ubud, Bali 

(see Note 36c) 587,200,000 587,200,000 450,000,000 

Total 51,262,099,711 48,015,821,938 6,983,468,438 

Accumulated amortization 

of rights of lease (1,092,586,291) (301,853,467) (255,052,933) 

Net 50,169,513,420 47,713,968,471 6,728,415,505 

54








11. LONG-TERM RIGHTS OF LEASE (continued) 

Advance for long-term landrights lease is consists of: 

- Advance payments for rights of lease of several land covering areas of 472,410 square meters with 

lease terms of 30 (thirty) years which located at Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan, 

Kabupaten Gianyar, Bali by PT Grahatama Indah Lestari (GIL), a Subsidiary of PT Mega Biru 

Selaras (a Subsidiary). Balance of advance payments as of December 31, 2011, December 31, 2010 

and January 1, 2010/December 31, 2009 amounting to Rp 8,603,639,271, Rp 5,801,805,938 and 


- Advance payments for landrights lease covering areas of 2,443 square meters with lease terms of 

30 (thirty) years which located at Jalan Danau Tamblingan No. 40, Kelurahan Sanur, Kecamatan 

Denpasar Selatan, Kabupaten Badung, Bali by PT Segara Biru Kencana (SBK), a Subsidiary 

PT Karsa Citra Unggul (a Subsidiary). Balance of advance payments as of December 31, 2011 

amounting to Rp 444,444,440. 

12. UNDEVELOPED LAND 




Subsidiaries: 

PT Karsa Citra Unggul 8,000,000,000 8,000,000,000 8,000,000,000 

PT Cakra Guna Dharma Eka 4,155,518,798 1,555,015,798 1,555,015,798 

Jumlah 12,155,518,798 9,555,015,798 9,555,015,798 

PT Karsa Citra Unggul (KCU), a Subsidiary, has 2 (two) parcels of undeveloped land of 2,144 square 

meters which are located in Desa Sario Tumpaan, Manado Selatan, Sulawesi Utara, with Building 

Usage Rights (SHGB) No. 105/Desa Sario Tumpaan of 1,033 square meters and SHGB No. 106/Desa 

Sario Tumpaan of 1,111 square meters, which under the name of KCU, respectively. The acquisition 

costs of those lands as of December 31, 2011 and 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 

amounting to Rp 8,000,000,000. 

PT Cakra Guna Dharma Eka (CGDE), a Subsidiary of PT Mega Biru Selaras (a Subsidiary), has several 

undeveloped land of 622,815 square meters which are located in Desa Waleo, Manado, North Sulawesi 

that have been certified under the name of CGDE which consist of 24 (twenty four) Building Usage 

Rights (Hak Guna Bangunan - HGB) No. 01/Desa Waleo up to HGB No. 23/Desa Waleo dated 

September 4, 2003; and HGB No. 1/Desa Makalisung dated September 4, 2003. The cost of those 

lands as of December 31, 2011 amounting to Rp 4,155,518,798, while as of December 31, 2010 and 

January 1, 2010/December 31, 2009 amounting to Rp 1,555,015,798, respectively. 

55


13. DEFERRED CHARGES 









Beginning balance 24,304,242,445 5,693,761,639 4,574,333,305 

Addition during the year 676,512,502 18,610,480,806 1,119,428,334 

Ending balance 24,980,754,947 24,304,242,445 5,693,761,639 

Amortization: 

- Beginning balance (209,200,300) (79,359,212) - 

- Amortization during the year (2,896,656,140) (129,841,088) (79,359,212) 

Jumlah 21,874,898,507 24,095,042,145 5,614,402,427 

Deferred charges represent costs incurred in connection with obtaining legal rights of the land and 

Building Usage Rights which are amortized using the straight-line basis over the useful lives of the legal 

rights or land assets economic lives, whichever period is shorter. Addition in 2010 includes deferred 

charges of Subsidiaries which were consolidated at the end of 2010 with a total net book value of 

Rp 10,072,871,686. 

14. ADVANCES FOR PURCHASE OF FIXED ASSETS 



Advance for purchase of land in 

Desa Waleo, Kabupaten 

Minahasa, Sulawesi Utara 6,698,639,298 4,697,363,248 4,368,813,248 

Advance for purchase of land 

in Batam, Riau - 200,000,000 - 

Advance for purchase of land and 

building of Hotel Bali Prani 

in Kuta, Bali - - 2,847,954,800 

Total 6,698,639,298 4,897,363,248 7,216,768,048 

PT Cakra Guna Dharma Eka (CGDE), a Subsidiary of PT Mega Biru Selaras (a Subsidiary), has paid 

an advance payment for purchasing of land on 34 (thirty four) parcels of land with total area of 506,660 

square meters in Desa Waleo, Kabupaten Minahasa, North Sulawesi. As of the independent auditors‟ 

report date, the process of land take over is still in licensing arrangements process. Total advance for 

purchasing of land as of December 31, 2011 and 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 

amounting to Rp 6,698,639,298, Rp 4,697,363,248 and Rp 4,368,813,248. 

PT Retzan Indonusa (RIN), a Subsidiary, has paid an advance payment for purchasing of land located 

in Riau Province, Kotamadya Daerah Kota Batam, Kecamatan Sekupang, Kelurahan Patam Lestari with 

total area of 5,000 square meters amounting to Rp 1,200,000,000 dan Rp 200,000,000 in 2011 and 

2010. In connection with the cancellation of land purchase agreement, total of advances which paid until 

December 31, 2011 amounting to Rp 1,400,000,000 has been reclassified to other receivables. 

In 2010, advance for purchases of land and building of Hotel Bali Prani in Kuta, Bali has been 

reclassified and presented as part of fixed assets after the documentation of ownership has been 

transferred to the Company. 

56


15. INTANGIBLE ASSETS 










Goodwill 597,041,887 614,377,843 106,551,584 

Web site cost 326,702,026 335,602,026 - 

Software 29,977,407 35,095,500 - 

Jumlah 953,721,320 985,075,369 106,551,584 

Goodwill 

The details of goodwill are as follows: 



The Company: 

Goodwill from acquisition of 

PT Dinamika Putra Perkasa 6,237,781 6,237,781 7,830,406 

Goodwill from acquisition of 

PT Saranausaha Jaya - 10,786,166 13,662,477 

Subsidiaries: 


Perkasa - goodwill from 

acquisition of PT Magna Terra 590,804,106 590,804,106 - 

PT Mega Biru Selaras - 

goodwill from acquisition of 

PT Grahatama 

Indah Lestari - 6,549,790 85,058,701 

Total 597,041,887 614,377,843 106,551,584 

As disclosed in Note 2a, in accordance with the transitional provision of PSAK 48 (Revised 2009), which 

was adopted by the Company and Subsidiaries starting January 1, 2011, the Company and Subsidiaries 

ceased amortization of goodwill and performed impairment tests at each end of year if there are 

indicators of impairment. As of December 31, 2011, the Company‟s and Subsidiaries‟ management 

determine impairment losses of goodwill from acquisition of PT Saranausaha Jaya amounting to 

Rp 10,786,166 and PT Grahatama Indah Lestari amounting to Rp 6,549,790 due to the absence of 

cash-generating unit in those Subsidiaries until December 31, 2011. Loss on impairment value of 

goodwill was charged as other operating expenses in the consolidated statement of comprehensive 

income (Note 31). 

Web site cost 

This account represents web site development cost owned by PT Dinamika Putra Perkasa, 

a Subsidiary. 

Software 

This account represents software owned by PT Aneka Bina Laras, a Subsidiary. 

57


16. OTHER NON-CURRENT ASSETS 







This account mainly represents the accumulated financing for renovation, construction and development 

of hotel and shopping centers as follows: 



Constuction of hotel 

and shopping centers 340,811,836,167 131,183,652,235 3,014,337,967 

Financing and financial 

charges 24,976,606,531 14,417,358,131 - 

Architecture and interior design 13,835,759,883 12,070,370,293 1,504,020,178 

Others 25,175,152,818 4,652,364,929 314,443,624 

Total 404,799,355,399 162,323,745,588 4,832,801,769 

The details of project financing for renovation, construction and development of hotel and shopping 

centers are as follows: 

Balance 

Estimate Balance Balance January 1, 2010/ 

Year of December 31, December 31, December 31, 

Description Project Financing Completion 2011 2010 2009 

The Company Hotel HARRIS Tuban Extention, 

Bali 2013 323,166,418 37,910,318 - 

Subisidiaries: 

PT Indonesian Paradise Sahid Kuta Lifestyle Resort 

Island (Hotel Sheraton Bali Kuta 

Resort and Lifestyle Center 

Beachwalk) 2012 330,290,601,238 115,716,248,863 - 


and Subsidiary Cikini Gold Center, Jakarta 2012 50,253,311,264 2,968,223,931 - 

PT Kega Property Utama Hotel HARRIS Pop, Yogya 2012 22,243,050,549 1,433,077,691 178,681,029 

PT Saranausaha Jaya Renovation of Pasar Pramuka, 

Jakarta 2013 860,000,000 860,000,000 860,000,000 


Suryadinamika HARRIS Hotel Sentul 2013 762,725,930 664,353,878 - 

PT Aneka Bina Laras and 

Subsidiary Others 2012 66,500,000 - - 

PT Aneka Bina Laras and HARRIS suites fX SUDIRMAN, 

Subsidiary Jakarta 2011 - 8,095,626,718 - 


Batam 2011 - 17,015,805,709 123,254,190 

PT Mega Biru Selaras and 

Subsidiaries Circus Water Park, Bali 2011 - 15,532,498,480 3,670,866,550 

Total 404,799,355,399 162,323,745,588 4,832,801,769 

As of December 31, 2011, other non-current assets of the Subsidiaries are insured against fire and other 

risks with insurance coverage totaling of Rp 316,202,047,952. The Subsidiaries‟ management believes 

that the insurance coverage is adequate to cover possible losses on the assets insured. 

58








16. OTHER NON-CURRENT ASSETS (continued) 

The accumulated financing for renovation, construction and development of hotel which has been 

reclassified to fixed assets account (Note 10) during 2011 are as follows: 

Month of 

Subsidiaries Project Financing Completion Amount 

PT Aneka Bina Laras and HARRIS suites fX SUDIRMAN, 

Subsidiary Jakarta April 2011 12,961,099,105 

PT Mega Biru Selaras and 

Subsidiaries Circus Water Park, Bali July 2011 22,495,040,304 


Batam November 2011 75,399,107,537 

Total 110,855,246,946 

17. TRADE PAYABLES 

This account represents payables to third parties arising from the purchases of food, beverages, and 

hotel supplies with the following details: 



PT Chemerlang Kenanga 

Sentosa 502,802,702 - - 

PT Tauziah International 

Management 408,166,055 - - 

FX Residence 277,657,861 - - 

Beauty Laundry 64,625,950 - - 

PT Indo Jaya Sejati 63,176,567 - - 

PT Surya Barutama Mandiri - 97,306,540 - 

UD Denita Jaya - 91,136,417 - 

King Koil Jakarta - 154,496,751 - 

Umbah Laundry - 67,681,000 - 

Putra Mandiri - 59,505,600 - 

Other (each below 

Rp 50 million) 3,346,145,513 1,918,770,550 449,812,376 

Total 4,662,574,648 2,388,896,858 449,812,376 

The aging of trade payables to third parties based on the date of invoice are as follows: 



1 to 30 days 4,283,862,701 1,832,112,242 284,472,196 

31 to 60 days 358,334,057 405,851,652 92,860,121 

61 to 90 days 40,377,890 118,712,709 29,141,174 

Over 90 days - 32,220,255 43,338,885 

Total 4,682,574,648 2,388,896,858 449,812,376 

59








18. OTHER PAYABLES - THIRD PARTIES 




Payables of renovation, 

construction and development 

of Hotel and Shopping Centers: 

PT Waskita Karya 28,491,647,664 11,197,240,179 - 

PT Cipta Indomegah 

Bangun Citra - 645,000,000 774,000,000 

PT Developing Indonesia 

Prakasita - 157,399,901 - 

Wickhams Cay Holdings 

Limited - 7,318,674,000 - 

PT Helios Capital - 1,945,000,000 - 

Others 1,175,603,818 660,046,538 393,090,000 

Total payables of renovation 

and development 29,667,251,482 21,923,360,618 1,167,090,000 

Payable to PT Global 

Mega Wisata Mandiri 

International 25,650,450,650 - - 

Guest deposits 1,396,241,848 1,027,376,319 342,336,216 

Service charges 933,264,196 521,518,071 86,986,874 

Provision for loss and breakage 

of hotel and restaurant 

equipments 486,717,367 389,612,396 65,117,880 

Unearned revenue 201,064,650 993,181,255 116,666,667 

Acquisitions of fixed assets - 4,203,984,267 - 

Others 4,102,689,603 2,250,493,388 3,666,206,661 

Jumlah 62,437,679,796 31,309,526,314 5,444,404,298 

Payable to PT Global Mega Wisata Mandiri International amounting to Rp 25,650,450,650 represents 

loan received by PT Retzan Indonusa (RIN) and PT Mega Biru Selaras (MBS), Subsidiaries, amounting 

to 17,028,680,000 and Rp 8,621,770,650, respectively, as of December 31, 2011. The loan is used to 

finance working capital of RIN and MBS and bears interest rate at 10% per annum which paid every 

6 (six) months. The loan will be due on December 30, 2012 and can be extended as agreed by both 

parties. 

60


19. TAXATION 

a. Prepaid Taxes 










Value Added Tax 17,568,877,899 5,645,392,364 140,308,032 

Income Tax Article 4 (2) - 321,624,000 - 

Total 17,568,877,899 5,967,016,364 140,308,032 

b. Taxes Payable 




Development Tax I 1,303,525,058 815,016,829 642,932,383 

Income Taxes 

Article 4 (2) 2,059,469,684 1,026,299,730 - 

Article 21 319,328,918 154,481,023 70,339,661 

Article 23 89,012,318 66,338,213 26,550,453 

Article 26 126,405,773 87,487,994 50,371,259 

Article 29 734,762,287 98,407 - 

Value Added Tax 825,987,475 - - 

Total 5,458,491,513 2,149,722,196 790,193,756 

c. A reconciliation between income before income tax benefit (expense), as shown in the consolidated 

statement of comprehensive income, and estimated taxable income (loss) for the years ended 

December 31, 2011 and 2010 are as follows: 

61 

2011 2010 

Income before income tax benefit (expense) 

per consolidated statement of 

comprehensive income 2,218,282,855 21,333,648,208 

Loss (income) before income tax of Subsidiaries (337,410,300) 8,701,061,868 

Share in net earnings of Associated Companies (2,537,918,341) (7,488,166,621) 

Income (loss) before income tax - the Company (657,045,786) 22,546,543,455 

Temporary differences: 

Employee benefits 228,091,726 267,173,515 

Depreciation of fixed assets (310,531,729) 63,849,953 

Finance lease (43,382,664) (80,994,658) 

Provision for impairment losses of trade receivables - (117,876,779)


19. TAXATION (continued) 







c. A reconciliation between income before income tax benefit (expense), as shown in the consolidated 

statement of comprehensive income, and estimated taxable income (loss) for the years ended 

December 31, 2011 and 2010 are as follows: (continued) 

62 

2011 2010 

Permanent differences: 

Decrease in value of marketable securities 210,000,000 (235,101,840) 

Entertainment and donation 24,251,538 15,175,096 

Interest income (221,622,818) (84,368,814) 

Gain on sales of marketable securities - (21,863,830,416) 

Others (47,126,672) - 

Estimated Taxable Income (Loss) (817,366,404) 510,569,512 

Fiscal loss at beginning of year which can be 

compensated: 

Year 2007 (573,620,233) (573,620,233) 

Year 2006 (1,504,055,855) (1,956,574,653) 

Year 2005 - (58,050,714) 

Estimated Fiscal Loss at End of Year (2,895,042,492) (2,077,676,088) 

The amount of estimated fiscal loss that will be reported by the Company in its 2011 annual 

corporate income tax return will be based on the related amount as shown above. For 2010, the 

Company has reported its fiscal loss as stated above. 

d. Income tax benefit (expense) for the years ended December 31, 2011 and 2010 are as follows: 

2011 2010 

Current tax: 

Subsidiaries 

Non Final (755,231,037) - 

Final (257,596,122) (8,128,750) 

Total (1,012,827,159) (8,128,750) 

Deferred tax: 

The Company: 


Depreciation of fixed assets (77,632,933) 125,592,385 

Finance lease (10,845,666) 2,128,773 

Provision for impairment losses of trade receivables - (33,219,195) 

Fiscal loss - (290,746,973) 

Total (31,455,667) (129,451,631)









d. Income tax benefit (expense) for the years ended December 31, 2011 and 2010 are as follows: 

(continued 

63 

2011 2010 

Deferred tax: (continued) 

Subsidiaries: 


Fiscal loss 264,807,523 294,760,523 

Deferred provision cost 135,336,930 (153,259,615) 

Depreciation of fixed assets (16,532,110) 528,875 

Finance lease (1,887,500) - 

Total 923,931,724 160,133,037 

Total Deferred Tax 892,476,057 30,681,406 

Total Income Tax Benefit (Expense) - Net (120,351,102) 22,552,656 

e. The details of deferred tax assets (liabilities) as of December 31, 2011 and 2010 and January 1, 

2010/December 31, 2009 are as follows: 

Deferred tax assets: 



The Company: 

Employee benefits 396,870,620 339,847,688 273,054,309 

Depreciation of fixed assets (251,126,379) (173,493,446) (299,085,831) 

Finance lease (3,693,447) 7,152,219 5,023,446 

Provision for impairment 

losses - - 33,219,195 

Total - the Company 142,050,794 173,506,461 12,211,119 

Acquired Subsidiary: 

Employee benefits - 1,085,181,979 - 

Depreciation of fixed assets - 1,041,943,154 - 

Total - Acquired 

Subsidiary - 2,127,125,133 - 

Subsidiaries: 

Employee benefits 1,673,186,444 137,010,284 931,184,289 

Fiscal loss 1,161,584,055 817,549,097 1,258,288 

Depreciation of fixed assets 1,028,848,732 3,437,688 2,908,813 

Deferred provision cost - (153,259,615) - 

Total - Subsidiaries 3,863,619,231 804,737,454 935,351,390 

Total 4,005,670,025 3,105,369,048 947,562,509









e. The details of deferred tax assets (liabilities) as of December 31, 2011 and 2010 and January 1, 

2010/December 31, 2009 are as follows: (continued) 

Deferred tax liabilities: 



Subsidiaries: 

Employee benefits 11,985,264 - - 

Deferred provision costs (17,922,685) - - 

Finance lease (1,887,500) 

Total (7,824,921) - - 

Deferred tax assets are recognised to the extent that it is probable that future taxable income will be 

available against which the temporary differences can be utilized. The Company‟s and Subsidiaries‟ 

management believe that the deferred tax assets can be utilized in the future. 

In September 2008, Law No. 7 Year 1983 regarding “Income Tax” has been revised for the fourth time 

with Law No. 36 Year 2008. The revised Law stipulates changes in corporate tax rate from a marginal 

tax rate to a single rate of 28% for fiscal year 2009 and 25% for fiscal year 2010 onwards. 

20. ACCRUED EXPENSES 



Professional fees 4,663,157,440 4,860,415,439 281,291,795 

Electricity, water and fuel 1,032,967,547 311,026,622 240,287,115 

Salaries, wages and employees‟ 

benefit 669,626,193 464,135,075 97,999,176 

Others 1,702,540,288 1,029,798,255 182,467,027 

Total 8,068,291,468 6,665,375,391 802,045,113 

64


21. UNEARNED RENT 









Advances for reservation of 

rental space of the 

shopping center of Cikini Gold 

Center, Jakarta 62,746,847,603 14,195,294,149 - 

Advances for reservation of 

rental space of 

Lifestyle Center Beachwalk, 

Kuta, Bali 42,697,442,274 - - 

Advance for rental of 

fX Residence apartment, 

Jakarta 8,067,541,205 4,088,005,200 - 

Total 113,511,831,082 18,283,299,349 - 

22. LONG-TERM LOANS 



Rupiah 







Total Loan in Rupiah 268,576,829,780 42,842,984,000 - 


Global Emerging Markets 

Specialist Capital 

Pte Ltd (US$ 1,704,000 


2011 and US$ 9,000,000 


2010) 15,451,872,000 80,919,000,000 - 

Total 284,028,701,780 123,761,984,000 - 

Less deferred provision 

cost (71,690,742) (613,038,462) - 

Net 283,957,011,038 123,148,945,538 - 

Less current maturities (5,644,588,506) - - 

Long-term portion 278,312,422,532 123,148,945,538 - 

65


22. LONG-TERM LOANS (continued) 







PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) 

On December 13, 2010, PT Indonesian Paradise Island (IPI), a Subsidiary, obtained an investment credit 

facility with maximum amount of Rp 463,838,265,098 for the purpose of construction of Sahid Kuta 

Lifestyle Resort (Hotel Sheraton Bali and Lifestyle Center Beachwalk) in Bali. The loan has been 

disbursed gradually during construction period. The loan will be due on June 12, 2018 including grace 

period of 27 (twenty seven) months and bears interest at 12% per annum. This loan is secured by land 

and buildings of IPI located in Kuta, Bali with HGB No. 975, 978 and 980 (Note 10), shares of IPI, Letter 

of Undertaking and Letter of Guarantee from one of IPI‟s commissioners to buy back collateralized 

assets, and corporate guarantees from the Company. As of December 31, 2011 and 2010, total of loans 

amounting to Rp 173,108,899,780 and Rp 24,624,000,000, respectively. 


On April 5, 2010, PT Retzan Indonusa (RIN), a Subsidiary, obtained an investment credit facility with 

maximum amount of Rp 63 billion from Bank Victoria. The loan bears interest at 13% per annum and will 

be due in 78 (seventy eight) months including 18 (eighteen) months of grace period. This facility is 

secured by assets consist of the hotel building to be constructed and land of RIN with Building Usage 

Rights No. 3896/Teluk Tering - Batam (Note 10), all shares of RIN, a corporate guarantee on behalf of 

the Company and PT Anugerah Nusaraya, a related party. Under the agreement, RIN are required to 

meet certain requirements set forth, among others, providing information on the progress of business. 

Up to December 31, 2011 and 2010, the balance of loan are as follows: 

66 

December 31, 2011 December 31, 2010 

Total credit facility 60,509,000,000 8,874,824,000 

Less deferred provision cost (71,690,742) (613,038,462) 

Net 60,437,309,258 8,261,785,538 

Less current maturities (2,600,000,000) - 

Long-term portion 57,837,309,258 8,261,785,538 

On April 5, 2010, PT Karsa Citra Unggul (KCU), a Subsidiary, obtained an investment credit facility from 

Bank Victoria with maximum amount of Rp 25 billion which will be due on October 5, 2016 including 

18 (eighteen) months of grace period and bears interest at 13% per annum. The loan has been 

disbursed gradually during the construction period. As of December 31, 2010, KCU has used the loan 

facility amounting to Rp 344,160,000. Furthermore, the loan has been paid by KCU on August 26, 2011.


22. LONG-TERM LOANS (continued) 







PT Bank Windu Kentjana International Tbk (Bank Windu) 

On November 2, 2010, the Company obtained credit facilities of Installment Loan I and II from Bank 

Windu with maximum amount of Rp 28.2 billion and Rp 18 billion for the purpose of construction of Hotel 

“Pop” Harris, Yogyakarta and development and renovation of HARRIS suites fX SUDIRMAN, Jakarta. 

Installment Loan 1 facility was available for 8 (eight) years including 18 (eighteen) months of grace period 

while Installment Loan 2 facility was available for 6 (six) years including 12 (twelve) months of grace 

period. 

Based on First Amendment to Credit Agreement Using Collateral dated March 4, 2011 which covered by 

Mellyani Noor Shandra, SH, Notary in Jakarta, Bank Windu agreed to provide the credit facility of 

Installment Loan 3 (IL-3) with maximum amount of Rp 10 billion for the purpose of construction of Hotel 

HARRIS Tuban Extention, Bali. IL-3 facility was available for 6 (six) years including 12 (twelve) months of 

grace period. 

These loan facilities bear interest at 12% per annum and disbursed gradually during construction, 

development and renovation period and secured by the Company‟s land and buildings (Note 10), 

PT Karsa Citra Unggul‟s shares in PT Kega Property Utama and the Company‟s shares in PT Aneka 

Bina Laras. 

As of December 31, 2011 and 2010, the balance of loan which have been disbursed are as follows: 

67 

December 31, 2011 December 31, 2010 

Installment Loan 1 Credit Facility 18,000,000,000 - 

Installment Loan 2 Credit Facility 16,646,520,000 9,000,000,000 

Installment Loan 3 Credit Facility 312,410,000 - 

Total 34,958,930,000 9,000,000,000 

Less current maturities (3,044,588,506) - 

Long-term portion 31,914,341,494 9,000,000,000 


On December 17, 2010, the Company obtained loan from Global Emerging Markets Specialist Capital 

Pte Ltd amounting to US$ 9,000,000 which was used for the Company‟s working capital. The loan bears 

interest at 3% per annum and will be due in 5 (five) years from the date of loan drawdown. In 2011, 

the Company has paid the loan amounting to US$ 7,296,000. The balance of loan as of December 31, 

2011 and 2010 amounting to Rp 15,451,872,000 (US$ 1,704,000) and Rp 80,919,000,000 

(US$ 9,000,000), respectively.


23. NEGATIVE GOODWILL 







Balance of negative goodwill as of December 31, 2010 amounting to Rp 112,613,338 represents 

the excess of net assets acquired over the cost of acquisition of PT Cakra Guna Dharma Eka by 

PT Mega Biru Selaras (MBS), a Subsidiary. Starting January 1, 2011, negative goodwill has been 

derecognised by MBS and recorded as adjustment to the retained earnings at beginning of year 

(January 1, 2011) in accordance with PSAK 22 (Revised 2010). 

As a result of the adjustment to the retained earnings at beginning of year, the Company records 

difference transaction of changes in Subsidiaries‟ equity amounting to Rp 112,233,268. 

24. CAPITAL STOCK 

The details of the Company‟s stockholders and their ownership as of December 31, 2011 and 2010 from 

Shares Administration Bureau of PT Adimitra Transferindo are as follows: 

Number of Shares 

Issued and Percentage of 

Stockholders Fully Paid Ownership Amount 

RBS Coutts Bank Ltd Singapore 949,000,000 39,36% 94,900,000,000 

PT Grahatama Kreasibaru 946,675,350 39,27% 94,667,535,000 

BSI Bank Limited 223,000,000 9,25% 22,300,000,000 


Santoso (President Director) 10,000,000 0,41% 1,000,000,000 

Patrick Santosa Rendradjaja (Director) 5,000,000 0,21% 500,000,000 

Diana Solaiman (Director) 3,750,000 0,16% 375,000,000 

Karel Patipeilohy (Commissioner) 1,000,000 0,04% 100,000,000 

Others 272,378,250 11,30% 27,237,825,000 

Total 2,410,803,600 100,00% 241,080,360,000 

The details of the Company‟s stockholders and their ownership as of January 1, 2010/December 31, 

2009 from Shares Administration Bureau of PT Adimitra Transferindo are as follows: 

Number of Shares 

Issued and Percentage of 

Stockholders Fully Paid Ownership Amount 

Anemone Continental S,A, BVI 949,000,000 59,54% 94,900,000,000 

CGMI 1 Client Segreagated Secs 223,000,000 13,99% 22,300,000,000 

PT Grahatama Kreasibaru 129,861,000 8,15% 12,986,100,000 


Santoso (President Director) 10,000,000 0,63% 1,000,000,000 

Patrick Santosa Rendradjaja (Director) 5,000,000 0,31% 500,000,000 

Diana Solaiman (Director) 3,500,000 0,22% 350,000,000 

Karel Patipeilohy (Commissioner) 1,000,000 0,06% 100,000,000 

Others 272,639,000 17,10% 27,263,900,000 

Total 1,594,000,000 100,00% 159,400,000,000 

In connection with the merger of PT Tirta Saga Wangi (TSW) with the Company on June 1, 2010, 

1 share of TSW will receive 4.7 shares of the Company with nominal value of Rp 100 per share. 

As a result, INPP issued 816,803,600 shares (Note 1b). 

68


25. REVENUES 








69 

2011 2010 

Revenue from hotel business: 

Rooms 58,945,665,302 12,887,952,490 

Food and beverages 16,766,033,987 2,865,207,292 

Telephone 144,803,687 15,796,005 

Others 2,332,208,332 408,826,832 

Revenue from water park 1,133,606,392 - 

Total 79,322,317,700 16,177,782,619 

26. COST OF REVENUES 


2011 2010 

Direct Cost: 

Food and beverages 4,610,286,239 941,601,097 

Telephone 51,471,046 7,412,394 

Water park 157,764,597 - 

Other departments 404,904,725 41,395,094 

Total Direct Cost 5,224,426,607 990,408,585 

Salaries and Other Employee Expenses 7,007,760,980 1,253,587,313 

Other Departmental Expenses: 

Rooms 4,722,748,482 936,000,848 

Food and beverages 511,714,723 184,225,282 

Other departments 1,415,781,505 22,473,261 

Total Other Departmental Expenses 6,650,244,710 1,142,699,391 

Total 18,882,432,297 3,386,695,289 

27. SELLING EXPENSES 


2011 2010 

Promotion and advertising 2,936,238,889 551,035,971 

Salary, wages and other allowances 947,788,244 177,317,831 

Others 940,620,532 - 

Total 4,824,647,665 728,353,802








28. GENERAL AND ADMINISTRATIVE EXPENSES 


70 

2011 2010 

Salary, wages and other allowances 7,689,133,168 1,323,957,086 

Maintenance and electricity 5,986,432,336 1,678,710,412 

Others 7,333,304,140 443,789,497 

Total 21,008,869,644 3,446,456,995 

29. OWNER’S OPERATING EXPENSES 


2011 2010 

Salary, wages and employees‟ benefit 9,123,330,486 4,032,462,531 

Professional fees 2,315,135,713 2,830,682,333 

Representation and entertainment 155,449,894 69,923,450 

Others 6,678,802,725 4,986,430,575 

Total 18,272,718,818 11,919,498,889 

30. OTHER OPERATING INCOME 


2011 2010 

Gain on short-term investments 1,874,349,243 235,101,840 

Gain on foreign exchange 811,045,728 - 

Gain on sales of fixed assets (Note 10) 99,377,218 3,019,160,848 

Gain on sales of marketable securities - 21,863,830,416 

Others 1,303,344,545 75,771,466 

Total 4,088,116,734 25,193,864,570 

31. OTHER OPERATING EXPENSES 


2011 2010 

Decrease in value of marketable securities 210,000,000 - 

Loss on impairment value of goodwill (Note 15) 17,335,956 - 

Loss on foreign exchange - 4,499,532,283 

Others 2,647,941,373 305,544,571 

Total 2,875,277,329 4,805,076,854


32. FINANCE INCOME 







This account represents interest income from cash in banks and time deposits amounting to 

Rp 2,195,826,196 and Rp 193,132,414 in 2011 and 2010, respectively. 

33. FINANCE COSTS 

This account represents interest expenses from long-term loans and lease payables amounting to 

Rp 6,961,071,339 and Rp 712,804,628 in 2011 and 2010, respectively. 

34. EMPLOYEE BENEFITS LIABILITY 

The Company and Subsidiaries provide benefits for its employees who achieve the retirement period of 

55 years based on the provisions of Labor Law No. 13/2003 dated March 25, 2003. The benefits are 

unfunded. 

The following tables summarize the components of employee benefits expense recognized by the 

Company and Subsidiaries in the consolidated statement of comprehensive income and employee 

benefits liability recognized in the consolidated statement of financial position, as determined by 

independent actuaries, PT Dian Artha Tama, in its reports dated January 12, 2012, January 17, 2011 

and January 29, 2010 for the years ended December 31, 2011, 2010 and 2009, respectively. 

a. Employee benefits expense 

71 

2011 2010 

Current service cost 2,181,348,211 562,634,917 

Interest expense 314,899,801 77,962,282 

Amortization on effect of adjustment of difference 

between actuarial assumption and actual 323,036 (22,546,476 ) 

Past service cost - 1,545,355 

Amortization of actuarial gain (51,776,491) (6,551,935) 

Total 2,444,794,557 613,044,143 

b. Employee benefits liability 



Present value of 

benefits obligation 8,714,376,056 5,022,725,336 974,528,538 

Unrecognized actuarial 

gain 666,134,240 1,029,830,385 140,925,124 

Unrecognized past 

service cost (942,960,017) - - 

Total 8,437,550,279 6,052,555,721 1,115,453,662








34. EMPLOYEE BENEFITS LIABILITY (continued) 

c. The movement of employee benefits liability for the years ended December 31, 2011, 2010 and 

2009 are as follows: 



Balance at beginning 

of year 6,052,555,721 1,115,453,662 960,526,587 

Employee benefits expense 

for current year 2,444,794,557 613,044,143 154,927,075 

Payments during the year (59,799,999) (16,670,000) - 

Employee benefits liability of 

Subsidiary acquired - 4,340,727,916 - 

Balance at end of year 8,437,550,279 6,052,555,721 1,115,453,662 

The principal assumptions used by the Company and Subsidiaries on determining employee 

benefits liability as December 31, 2011 and 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 are as 

follows: 



Discount rate 6,5% per annum 10% per annum 8% per annum 

Rate of wage (salary) increase 8% per annum 8% per annum 8% per annum 

Pension age 55 years 55 years 55 years 

Mortality rate CSO-1980 CSO-1980 CSO-1980 

35. MONETARY ASSETS AND LIABILITIES DENOMINATED IN FOREIGN CURRENCIES 

The balance of assets and liabilities denominated in foreign currencies and its conversion into Rupiah 

using the average of the selling and buying rates for bank notes and/or transaction exchange rate 

published by Bank Indonesia as of the consolidated statement of financial position date are as follows: 

72 


Rupiah 

Foreign Currency Equivalent 

Asset 

Cash and cash equivalents US$ 520,008 4,715,426,563 

SIN$ 55,713 388,538,091 

RM 3 8,274 

Total Asset 5,103,972,928 

Liability 

Long-term loans US$ 1,704,000 15,451,872,000 

Liability - Net 10,347,899,072








35. MONETARY ASSETS AND LIABILITIES DENOMINATED IN FOREIGN CURRENCIES (continued) 

73 


Rupiah 


Asset 

Cash and cash equivalents US$ 956,878 8,603,379,823 

SIN$ 2,465 17,209,227 

RM 3 8,456 

Total Asset 8,620,597,506 

Liability 

Long-term loans US$ 9,000,000 80,919,000,000 

Liability - Net 72,298,402,494 



Rupiah 


Asset 

Cash and cash equivalents US$ 25,615 240,785,136 

SIN$ 4,448 29,795,888 

RM 3 7,967 

270,588,991 

On March 21, 2012, the middle rate of exchange was Rp 9,180 to US$ 1, Rp 7,280 to SIN$ 1 and 

Rp 2,985 to RM 1, respectively, which was calculated based on the average selling and buying bank 

notes and/or transaction exchange rate published by Bank Indonesia. If the monetary asset and liability 

in foreign currencies as of December 31, 2011 translated using the middle rate as of March 21, 2012, 

the proforma of loss on foreign exchange would be increased and total comprehensive income of the 

Company and Subsidiaries would be decreased by Rp 115,547,893, respectively.








36. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES 

a. Tradename and Trademark License Agreement 

On October 1, 2002, the Company entered into a tradename and trademark license agreement with 

Harris International Hotels Corporation, British Virgin Islands, for the use of trademarks and logos of 

HARRIS on the operating hotel of the Company located at Jalan Dewi Sartika, Tuban, Bali, for 

15 (fifteen) years and will end on December 31, 2017 and can be extended for each subsequent 

5 (five)-year period, therefore the hotel‟s name is HARRIS Hotel Tuban, Bali. For the license, the 

Company will pay a royalty fee which calculated based on certain percentage. The license of royalty 

fees for the years ended December 31, 2011 and 2010 amounting to Rp 400,281,391 and 

Rp 681,630,374, respectively. 

On April 28, 2004, PT Indonesian Paradise Island (IPI), a Subsidiary, entered into a tradename and 

trademark license agreement with Harris International Hotels Corporation, British Virgin Islands, for 

the use of trademarks and logos of HARRIS on the IPI‟s operating resorts located in Kuta, Bali, for 

5 (five) years and has been extended for the next 5 (five) years as agreed by both parties, therefore 

the resort‟s name is HARRIS Resort Kuta. For the license, IPI will pay a royalty fee which calculated 

based on certain percentage. The license of royalty fees for the years ended December 31, 2011 and 

2010 amounting to Rp 1,931,098,419 (has been consolidated with the Company) and 

Rp 1,886,892,618 (has not yet consolidated with the Company), respectively. 

On May 20, 2010, PT Padma Suasa (PS), a Subsidiary of PT Aneka Bina Laras (a Subsidiary), 

entered into a tradename and trademark license agreement with Harris International Hotels 

Corporation, British Virgin Islands, for the use of trademarks and logos of HARRIS on the operating 

hotel which located at Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, for 15 (fifteen) years from the date of the 

hotel inauguration and can be extended for each subsequent 5 (five)-year period, therefore the 

hotel‟s name is HARRIS suite fX SUDIRMAN, Jakarta. For the license, PS will pay a royalty fee 

which calculated based on certain percentage. The license of royalty fees for the years ended 

December 31, 2011 and 2010 amounting to Rp 604,584,544 and Rp Nil, respectively. 

PT Retzan Indonusa (RIN), a Subisidiary, entered into a tradename and trademark license 

agreement with Harris International Hotels Corporation, British Virgin Islands, for the use of 

trademarks and logos of HARRIS on the operating hotel which located at Batam, for 5 (five) years 

from the signed date of agreement and will be automatically be extended for each subsequent 

5 (five)-year period, therefore the hotel‟s name is HARRIS Hotel Batam Center, Batam. For the 

license, RIN will pay a royalty fee which calculated based on certain percentage. The license of 

royalty fees for the years ended December 31, 2011 and 2010 amounting to Rp 96,378,944 and 

Rp Nil, respectively. 

74








36. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued) 

b. Management Consulting Agreement 

On October 1, 2002, the Company entered into a management consulting agreement with PT Tauzia 

International Management (Tauzia). Under the agreement, the Company appointed Tauzia as the 

sole and a special consultant for providing management consulting services to the Company in the 

operation of HARRIS Hotel Tuban, Bali. Hotel management consulting services include recruitment, 

reservations and promotions, pre-opening program and other services. The Company will pay the 

services of management consultants which calculated based on a certain percentage of Gross 

Operating Profit. This agreement will expire on December 31, 2017 and can be extended for the next 

5 (five) years which agreed by both parties. Management services fee for the years ended 

December 31, 2011 and 2010 amounting to Rp 267,284,188 and Rp 231,028,266, respectively. 

On April 28, 2004, PT Indonesian Paradise Island (IPI), a Subsidiary, entered into a management 

consulting agreement with PT Tauzia International Management (Tauzia). Under the agreement, 

IPI appointed Tauzia as the sole and a special consultant for providing management consulting 

services to IPI in the operation of HARRIS Resort Kuta. Hotel management consulting services 

include recruitment, reservations and promotions, pre-opening program and other services. IPI will 

pay the services of management consultants which calculated based on a certain percentage of 

Gross Operating Profit. The agreement is valid from April 28, 2004 until December 31, 2009 and has 

been extended for the next 5 (five) years as agreed by both parties. Management services fee for the 

years ended December 31, 2011 and 2010 amounting to Rp 916,708,747 (has been consolidated 

with the Company) and Rp 893,090,022 (has not yet consolidated with the Company), respectively. 

PT Padma Suasa (PS), a Subsidiary of PT Aneka Bina Laras (a Subsidiary), entered into 

a management consulting agreement with PT Tauzia International Management (Tauzia). Under the 

agreement, PS appointed Tauzia as the sole and a special consultant for providing management 

consulting services to PS in the operation of HARRIS suites fX SUDIRMAN, Jakarta for 15 (fifteen) 

years from the date of the hotel inauguration and can be extended for each subsequent 5 (five)-year 

period. Hotel management consulting services include recruitment, reservations and promotions, 

pre-opening program and other services. PS will pay the services of management consultants which 

calculated based on a certain percentage of Gross Operating Profit. Management services fee for 

the years ended December 31, 2011 and 2010 amounting to Rp 339,141,870 and Rp Nil, 

respectively. 

PT Retzan Indonusa (RIN), a Subsidiary, entered into a management consulting agreement with 

PT Tauzia International Management (Tauzia). Under the agreement, RIN appointed Tauzia as the 

sole and a special consultant for providing management consulting services to RIN in the operation 

of HARRIS Hotel Batam Center, Batam for 5 (five) years from the signed date of agreement and will 

be automatically be extended for each subsequent 5 (five)-year period. Hotel management 

consulting services include recruitment, reservations and promotions, pre-opening program and 

other services. RIN will pay the services of management consultants which calculated based on 

a certain percentage of Gross Operating Profit. Management services fee for the years ended 

December 31, 2011 and 2010 amounting to Rp 110,647,547 and Rp Nil, respectively. 

75









c. Long-term Lease Agreements 

fX Residence Apartment: 

On February 16, 2010, PT Aneka Bina Laras (ABL), a Subsidiary, entered into a Transfer of Rights to 

Occupy Agreement (Lease Agreement) with PT Aneka Bina Lestari for the rights to occupy 

14 (fourteen) units apartment of fX Residence which located at Jalan Pintu Satu Senayan, Jakarta 

for a period of 33 (thirty three) years that will be ended on June 11, 2043. Total payment for the rights 

to occupy is amounting to Rp 40,810,000,000 (see Note 11). Under the agreement, ABL must 

comply with the clauses and regulations set forth in this agreement and ABL has the rights to transfer 

or move the units of apartment to the third party in accordance with the agreed initial allotment. 

Land - AM Sangaji, Yogyakarta: 

On September 9, 2008, PT Kega Property Utama (KPU), a subsidiary of PT Karsa Citra Utama 

(a Subsidiary), entered into a cooperation agreement No. Sperjan/20/IX.2008/Inkopau with Induk 

Koperasi TNI Angkatan Udara (Inkopau-Pukadara) for utilization of Air Force‟s land of ex Mess Jetis 

with area of 3,094 square meters which located at Jalan AM Sangaji No. 10, Yogyakarta, for the 

construction of the hotel and infrastructures by KPU. The cooperation takes place until a period of 

30 (thirty) years from September 9, 2008 until September 8, 2038. The value of landrights used 

amounting to Rp 816,816,000 (see Note 11) which paid upon signing the agreement. 

Land in Ubud, Bali: 

PT Langgeng Cipta Karya (LCK), a Subsidiary, entered into landrights lease agreement as follows: 

(i) Deed No. 23 

Based on a landrights lease agreement between LCK and I Wayan Budal as covered by Deed 

No. 23 dated August 8, 2008 made by Ni Wayan Widastri, SH, Notary in Denpasar, LCK leased 

a land covering an area of 2,000 square meters which is part of land ownership title (Sertifikat 

Hak Milik - SHM) No. 1493/Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud, Bali, with a lease term of 

20 (twenty) years up to September 1, 2035. The total payment of landrights lease amounting to 

Rp 300,000,000. Based on this agreement, both parties shall comply with the clauses as stated 

in the deed of agreement, among others, providing authorization for LCK to build a building on 

the leased land (see Note 11). 

(ii) Deed No. 27 

Based on a landrights lease agreement between LCK and I Made Jedog as covered by Deed 

No. 27 dated August 11, 2008 made by Ni Wayan Widastri, SH, Notary in Denpasar, LCK 

leased 2 (two) parcels of land covering an area of 2,885 square meters with SHM 

No. 1960/Kedewatan and an area of 115 square meters which is part of land of 395 square 

meters of SHM No. 1957/Kedewatan located in Kecamatan Ubud, Bali, with a lease term of 

20 (twenty) years up to August 10, 2014. The total payment of landrights lease amounting to 

Rp 287,200,000. Based on this agreement, both parties shall comply with the clauses as stated 

in the deed of agreement, among others, providing authorization for LCK to build a building on 

the leased land (see Note 11). 

76









d. Development Agreement Sahid Kuta Lifestyle Resort 

Based on Letter of Work Order No. 010.VI/10/IPI-DEV/SPK-SA dated June 18, 2010, PT Indonesian 

Paradise Island, a Subsidiary, appoint PT Waskita Karya as a contractor to perform structural and 

architectural work on construction project of Sahid Kuta Lifestyle Resort (Hotel Sheraton Bali Kuta 

Resort and Lifestyle Center Beachwalk) in Bali with the contract value of Rp 261,218,000,000. All of 

work has to be completed and handed over in 2012 (see Note 16). 

37. SEGMENT INFORMATION 

Business Segment 

Based on financial information used by management in evaluating segment performance and determine 

the allocation of resources, the Company and Subsidiaries use business segments as primary segment 

which consists of the business hotel, water park and others. 

77 


Water 

Hotel Park Others* Elimination Total 

Revenues 78,188,711,308 1,133,606,392 - - 79,322,317,700 

Segment results (gross profit) 59,546,220,303 893,665,100 - - 60,439,885,403 

Selling expenses (4,560,405,761) (264,241,904) - - (4,824,647,665 ) 

General and administrative 

expenses (19,350,376,128) (1,658,493,516) - - (21,008,869,644 ) 

Owner‟s operating expenses (14,649,954,387) (167,329,571) (3,455,434,860 ) - (18,272,718,818 ) 

Depreciation expenses (9,322,219,756) (178,598,963) (161,759,617 ) - (9,662,578,336 ) 

Management services and 

license fees (4,666,125,650) - - - (4,666,125,650 ) 

Other operating income 745,207,791 538,739,585 2,804,169,358 - 4,088,116,734 

Other operating expenses (1,928,761,280) (6,550,037) (939,966,012 ) - (2,875,277,329 ) 

Income (loss) from operations 5,813,585,132 (842,809,306) (1,752,991,131 ) - 3,217,784,695 

Share in net earnings of 

associated companies 2,537,918,341 - - - 2,537,918,341 

Gain on sale of investment in 

associated company - - 1,227,824,962 - 1,227,824,962 

Finance income 1,446,287,311 21,665,680 727,873,205 - 2,195,826,196 

Finance costs (6,815,959,335) (12,471,814) (132,640,190 ) - (6,961,071,339 ) 

Income (loss) before income 

tax benefit (expense) 2,981,831,449 (833,615,440) 70,066,846 - 2,218,282,855 

Income tax benefit 

(expense) - net (371,281,828) 149,580,257 101,350,469 - (120,351,102 ) 

Profit (loss) for the year 2,610,549,621 (684,035,183) 171,417,315 - 2,097,931,753 

Other comprehensive income - - - - - 


(loss) 2,610,549,621 (684,035,183) 171,417,315 - 2,097,931,753 

Other information: 

Segment assets 1,204,191,485,108 52,569,603,159 148,181,500,276 (271,443,368,442 ) 1,133,499,220,101 

Segment liabilities 416,736,653,656 13,165,794,227 67,232,587,492 (1,118,308,691 ) 496,016,726,684 

Acquisitions of fixed assets 29,534,061,443 389,335,000 100,833,900 - 30,024,230,343 

*) Business segment which has not yet operated and still under development stage.








37. SEGMENT INFORMATION (continued) 

Business Segment (continued) 

78 


Water 

Hotel Park Others* Elimination Total 

Revenues 16,177,782,619 - - - 16,177,782,619 

Segment results (gross profit) 12,791,087,330 - - - 12,791,087,330 

Selling expenses (728,353,802) - - - (728,353,802) 


expenses (3,446,456,995) - - - (3,446,456,995) 

Owner‟s operating expenses (7,607,501,463) (1,145,452,311) (3,166,545,115 ) - (11,919,498,889 ) 



license fees (912,658,640) - - - (912,658,640 ) 

Other operating income 21,762,114,142 3,058,997,146 372,753,282 - 25,193,864,570 

Other operating expenses (4,805,076,854) - - - (4,805,076,854 ) 

Income (loss) from operations 15,360,375,135 1,841,002,680 (2,836,224,014 ) - 14,365,153,801 


associated companies 7,502,342,477 - (14,175,856 ) - 7,488,166,621 

Finance income 116,301,672 23,140,552 53,690,190 - 193,132,414 

Finance costs (406,788,457) (5,656,195) (300,359,976 ) - (712,804,628 ) 


tax benefit (expense) 22,572,230,827 1,858,487,037 (3,097,069,656) - 21,333,648,208 


(expense) - net (226,082,310) 253,564,094 (4,929,128 ) - 22,552,656 

Profit (loss) for the year 22,346,148,517 2,112,051,131 (3,101,998,784 ) - 21,356,200,864 



(loss) 22,346,148,517 2,112,051,131 (3,101,998,784 ) - 21,356,200,864 


Segment assets 959,138,481,108 40,360,078,206 85,097,540,492 (274,017,275,945 ) 810,578,823,861 

Segment liabilities 189,332,009,875 272,234,091 19,738,740,061 (2,814,919,899) 206,528,064,128 

Acquisitions of fixed assets 890,986,611 49,262,250 5,692,779,822 - 6,633,028,683 

*) Business segment which has not yet operated and still under development stage. 

Geographical Segment 

The following table shows the distribution of the consolidated statement of comprehensive income and 

statement of financial position accounts and other information by geographical segment: 


Bali Batam Java Elimination Total 

Revenues 61,776,017,458 4,405,894,288 13,140,405,954 - 79,322,317,700 

Segment results (gross profit) 47,238,960,322 2,741,794,211 10,459,130,870 - 60,439,885,403 

Selling expenses (3,498,700,361) (251,031,522) (1,074,915,782 ) - (4,824,647,665 ) 


expenses (13,629,156,161) (1,305,218,553) (6,074,494,930 ) - (21,008,869,644 ) 


Depreciation expenses (7,080,154,195) (1,161,448,120) (1,420,976,021 ) - (9,662,578,336 ) 


license fees (3,515,372,745) (207,026,491) (943,726,414 ) - (4,666,125,650 ) 

Other operating income 1,343,847,532 - 2,744,269,202 - 4,088,116,734









Geographical Segments (continued) 

79 

December 31, 2011 (continued) 


Other operating expenses (350,228,203) (314,967,979) (2,210,081,147 ) - (2,875,277,329) 

Income (loss) from operations 6,445,712,792 (1,236,440,509) (1,991,487,588) - 3,217,784,695 


associated companies 2,537,918,341 - - - 2,537,918,341 

Gain on sale of investment in 

associated company 1,227,824,962 - - - 1,227,824,962 

Finance income 1,165,268,602 92,799,358 937,758,236 - 2,195,826,196 

Finance costs (5,537,746,779) (1,273,182,126) (150,142,434 ) - (6,961,071,339) 


tax benefit (expense) 5,838,977,918 (2,416,823,277) (1,203,871,786 ) - 2,218,282,855 


(expense) - net (93,241,079) 140,408,312 (167,518,335 ) - (120,351,102 ) 

Profit (loss) for the year 5,745,736,839 (2,276,414,965) (1,371,390,121 ) - 2,097,931,753 



(loss) 5,745,736,839 (2,276,414,965) (1,371,390,121 ) - 2,097,931,753 


Segment assets 1,079,909,403,184 103,205,196,511 221,827,988,848 (271,443,368,442 ) 1,133,499,220,101 

Segment liabilities 333,670,822,560 84,723,813,441 78,740,399,374 (1,118,308,691 ) 496,016,726,684 

Acquisitions of fixed assets 3,616,749,990 14,243,121,931 12,164,358,422 - 30,024,230,343 



Revenues 16,177,782,619 - - - 16,177,782,619 

Segment result (gross profit) 12,791,087,330 - - - 12,791,087,330 

Selling expenses (728,353,802) - - - (728,353,802 ) 


expenses (3,446,456,995) - - - (3,446,456,995 ) 




license fees (912,658,640) - - - (912,658,640 ) 

Other operating income 25,118,092,304 45,404,550 30,367,716 - 25,193,864,570 

Other operating expenses 301,254,777 (5,466,716,947) 360,385,316 - (4,805,076,854) 

Income (loss) from operations 24,298,177,582 (5,719,319,660) (4,213,704,121 ) - 14,365,153,801 


associated companies 7,502,342,477 - (14,175,856) - 7,488,166,621 

Finance income 108,134,663 8,631,095 76,366,656 - 193,132,414 

Finance costs (323,692,869) (84,579,316) (304,532,443 ) - (712,804,628) 


tax benefit (expense) 31,584,961,853 (5,795,267,881) (4,456,045,764 ) - 21,333,648,208 


(expense) - net 180,265,834 (152,784,050) (4,929,128 ) - 22,552,656 

Profit (loss) for the year 31,765,227,687 (5,948,051,931) (4,460,974,892 ) - 21,356,200,864 



(loss) 31,765,227,687 (5,948,051,931) (4,460,974,892 ) - 21,356,200,864









Geographical Segments (continued) 

80 




Segment assets 904,758,586,481 33,501,533,036 146,335,980,289 (274,017,275,945) 810,578,823,861 

Segment liabilities 163,825,728,331 12,743,735,002 32,773,520,694 (2,814,919,899) 206,528,064,128 

Acquisitions of fixed assets 903,754,911 - 5,729,273,772 - 6,633,028,683 

38. QUASI-REORGANIZATION 

The Company was established in 1996, furthermore started commercial operations in October 2002. 

The scope of the Company‟s operations is in a hotel industry. The Company suffered gross loss and 

loss from operations since 1996 up to 2008, then in 2009, the Company has reported income from 

operations. Accumulated loss incurred due to the revenue during initial years could not cover 

depreciation expenses and other operating expenses. This matter resulted in the Company‟s 

accumulated deficit amounting to Rp 31,224,820,582 in the statement of financial position as of 

July 31, 2009. 

To get a fresh start with a statement of financial position showing the current value and are not 

burdened by the deficit, the Company performed Quasi-Reorganization as of July 31, 2009 (Note 2y). 

Quasi-Reorganization was taken as an important step to improve the Company‟s business. 

In connection with the Company‟s plan of Quasi-Reorganization which took effect retroactively on 

July 31, 2009, the Company‟s Stockholder Extraordinary General Meeting held on January 29, 2010 has 

resolved the implementation of Quasi-Reorganization which retroactively effective on July 31, 2009 in 

order to eliminate deficit balance of Rp 31,224,820,582 as follows: 

a. Set-off of Surplus Revaluation of Fixed Assets amounting to Rp 75,685,960 with Deficit. 

b. Set-off of Difference on Revaluation of Investments in Associated Companies amounting to 

Rp 31,149,134,622 with Deficit. 

In connection with the implementation of the Quasi-Reorganization in 2009, the Company recorded 

difference on revaluation of assets and liabilities after elimination of deficit amounted to 

Rp 144,715,511,834 as follows: 

- Surplus revaluation of fixed assets : 75,685,960 

- Difference on revaluation of investments in Associated 

Companies : 186,457,497,140 

- Elimination of difference transactions of changes in equity of 

Associated Companies : (10,592,850,684) 

Difference on revaluation of assets and liabilities before 

elimination of deficit : 175,940,332,416 

Elimination of deficit : (31,224,820,582) 

Difference on revaluation of assets and liabilities after 

elimination of deficit : 144,715,511,834








39. FAIR VALUE OF FINANCIAL INSTRUMENTS 

Fair values of the financial assets and liabilities are included at the amounts at which the instruments 

could be exchanged in a current transaction between knowledgeable willing parties in an arm‟s length 

transaction, other than in a forced or liquidation sale. 

The following are the methods and assumptions used to estimate the fair value of each class of the 

Company‟s and Subsidiaries‟ financial instruments: 

1. Cash and cash equivalents, trade receivables, other receivables, trade payables, other payables 

and accrued expenses approximate their carrying amounts largely due to the short-term maturities 

of these instruments. 

2. Short-term investments are carried at fair values by reference to quoted market price in active 

markets. 

3. The carrying values of long-term loans which consist of bank loans and other loan approximate its 

fair value due to the floating rate interests on these instruments, which are requires similar credit 

risks and remaining maturities. 

4. The fair value of lease payable is estimated by discounting future cash flows using rates currently 

available for debt on similar terms, credit risks and remaining maturities. 

The following tables set forth the fair values, which approximate their carrying amounts, of financial 

assets and financial liabilities of the Company and Subsidiaries: 

81 

2011 2010 

Current financial assets 

Financial asset at fair value 

Short-term investments 29,749,182,282 56,434,204,983 

Loans and receivables 

Cash and cash equivalents 77,828,429,242 95,113,356,789 

Trade receivables 10,252,303,925 2,880,788,386 

Other receivables 3,586,178,688 1,382,715,297 

Total current financial assets 121,416,094,137 155,811,065,455 

Non-current financial assets 

Loans and receivables 

Deposits 2,181,072,200 109,079,032 

Total financial assets 123,597,166,337 155,920,144,487








39. FAIR VALUE OF FINANCIAL INSTRUMENTS (continued) 

82 

2011 2010 

Current financial liabilities 

Liabilities at fair value or amortized cost 

Trade payables 4,662,574,648 2,388,896,858 

Other payables 66,537,097,268 46,832,366,286 

Accrued expenses 8,068,291,468 6,665,375,391 

Current maturities of long-term liabilities: 

Long-term loans 5,644,588,506 - 

Lease payables 577,334,459 266,750,013 

Total current financial liabilities 85,489,886,349 56,153,388,548 

Non-current financial liabilities 

Liabilities at fair value or amortized cost 

Security deposits 3,832,195,964 - 

Long-term liabilities - net of current maturities: 

Long-term loans 278,312,422,532 123,148,945,538 

Lease payables 966,524,044 627,539,438 

Total non-current financial liabilities 283,111,142,540 123,776,484,976 

Total financial liabilities 368,601,028,889 179,929,873,524 

40. FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES AND POLICIES 

Financial Risks 

The principal financial liabilities of the Company and Subsidiaries consist of trade payables, other 

payables, accured expenses, security deposits, long-term loans and lease payables. The main purpose 

of these financial liabilities is to raise funds for the operations of the Company and Subsidiaries. The 

Company and Subsidiaries also have various financial assets such as cash and cash equivalents, shortterm 

investments, trade receivables, other receivables and deposits which arise directly from its 

operations. 

The main risks arising from the Company‟s and Subsidiaries‟ financial instruments are fair value and 

cash flow interest rate risk, foreign exchange currency risk, credit risk and liquidity risk. The importance 

of managing these risks has significantly increased in light of the considerable change and volatility in 

both Indonesian and international financial markets. The Board of Directors of the Company and 

Subsidiaries review and approve the policies for managing these risks which are summarized below.








40. FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES AND POLICIES (continued) 

Financial Risks (continued) 

a. Fair value and cash flow interest rate risk 

The Company and Subsidiaries are exposed to interest rate risk through the impact of rate changes 

on interest bearing liabilities. Interest rate for short and long-term borrowing can fluctuate over the 

borrowing period. Interest rate fluctuations influence the cost of new loans and interest on the 

outstanding variable rate loans of the Company and Subsidiaries. 

As of December 31, 2011 and 2010, the bank loans are charged with floating interest rates 

(Note 22). 

The Company and Subsidiaries measure risk of interest rate fluctuation with using interest margin 

and spread analysis so that can enter into interest rate swap contract if needed to reduce interest 

rate risks. 

b. Foreign exchange currency risk 

Foreign exchange currency risk is risk that the fair value of future cash flows of a financial instrument 

will fluctuate because of changes in foreign exchange rates. The Company‟s and Subsidiaries‟ 

exposure to the risk of changes in foreign exhange rates primarily to cash in banks and long-term 

loan balances in foreign currencies. 

The monetary assets and liabilities of the Company and Subsidiaries in foreign currencies as of 

December 31, 2011 and 2010 were presented in Note 35. 

The Company and Subsidiaries manage exchange rate risk with foreign currency fluctuations to 

monitor the foreign currency exchange rate continuously so as to perform appropriate actions such 

as the use of hedging transactions if necessary to reduce the risk of foreign currency exchange 

rates. 

c. Credit risk 

Credit risk is the risk that one party of a financial instrument will fail to meet its obligations and cause 

the other party suffered financial losses. The Company and Subsidiaries are exposed to credit risk 

arising from the credit granted to its customers. The Company and Subsidiaries trade only with 

recognized and creditworthy third parties. It is the Company‟s and Subsidiaires‟ policy that all 

customers who wish to trade on credit terms are subject to credit verification procedures. 

In addition, receivable balances are monitored on an ongoing basis to reduce the exposure to bad 

debts. The maximum exposure to credit risk is represented by the carrying amount of receivables as 

shown in Note 6. There is no concentration of credit risk. 

With respect to credit risk arising from the other financial assets, which comprise cash and cash 

equivalents and short-term investments, the Company‟s and Subsidiaties‟ exposure to credit risk 

arises from default of the counterparty. The Company and Subsidiaires have a policy not to place 

investments in instruments that have a high credit risk and put the investments only in banks and 

investment manager with high credit ratings and good reputation. The maximum exposure to this risk 

is equal to the carrying amounts of the above-mentioned financial assets disclosed in Notes 4 and 5. 

83










c. Credit risk (continued) 

Management is confident in its ability to continue to control and sustain minimal exposure of credit 

risk. The following table sets out the maximum exposure of credit risk is presented by the carrying 

amount of the financial assets less any allowance for impairment losses. 

84 

2011 2010 

Cash and cash equivalents 77,828,429,242 95,113,356,789 

Short-term investments 29,749,182,282 56,434,204,983 

Trade receivables 10,252,303,925 2,880,788,386 

Other receivables 3,586,178,688 1,382,715,297 

Deposits 2,181,072,200 109,079,032 

Total 123,597,166,337 155,920,144,487 

d. Liquidity risk 

Liquidity risk is the risk in which the Company and Subsidiaries will experience difficulties in acquiring 

funds to meet commitments associated with financial instruments. 

In the management of liquidity risk, the Company and Subsidiaries monitor and maintain a level of 

cash and cash equivalents deemed adequate to finance the Company‟s and Subsidiaires‟ operations 

and to mitigate the effects of fluctuation in cash flows. The Company and Subsidiaries also regularly 

evaluate the projected and actual cash flows, including its long-term payable maturity profiles, and 

continuously assesses conditions in the financial markets to maintain flexibility in funding by keeping 

committed credit facilities available. 

As of December 31, 2011, the remaining maturity profile of the Company‟s and Subsidiaries‟ financial 

assets and liabilities are as follows: 


Less than 1 year 1 - 2 years 2 - 3 years Over 3 years Total 

Financial assets 

Current assets 

Cash and cash equivalents 77,828,429,242 - - - 77,828,429,242 

Short-term investments 29,749,182,282 - - - 29,749,182,282 

Trade receivables 10,252,303,925 - - - 10,252,303,925 

Other receivables 3,586,178,688 - - - 3,586,178,688 

Sub-total 121,416,094,137 - - - 121,416,094,137 

Non-current asset 

Deposits - 2,181,072,200 - - 2,181,072,200 

Total 121,096,094,137 2,181,072,200 - - 123,597,166,337 

Financial liabilities 

Current liabilities 

Trade payables 4,662,574,648 - - - 4,662,574,648 

Other payables 66,537,097,268 - - - 66,537,097,268 

Accrued expenses 8,068,291,468 - - - 8,068,291,468 

Current maturities of 

long-term liabilities: 

Long-term loans 5,644,588,506 - - - 5,644,588,506 

Lease payables 577,334,459 - - - 577,334,459 

Sub-total 85,489,886,349 - - - 85,489,886,349










d. Liquidity risk (continued) 

85 


Less than 1 year 1 - 2 years 2 - 3 years Over 3 years Total 

Non-current liabilities 

Security deposits - 3,645,227,574 - 186,968,390 3,832,195,964 

Long-term liabilities-net of 

current maturities: 

Long-term loans - 34,726,709,829 67,097,086,325 176,488,626,378 278,312,422,532 

Lease payables - 481,871,449 403,086,870 81,565,725 966,524,044 

Sub-total - 38,853,808,852 67,500,173,195 176,757,160,493 283,111,142,540 

Total 85,489,886,349 38,853,808,852 67,500,173,195 176,757,160,493 368,601,028,889 

Capital management 

In managing capital, the Company and Subsidiaries safeguard its ability to continue as a going concern 

and to maximize benefits to the stockholders and other stakeholders. 

The Company and Subsidiaries actively and regularly review and manage its capital to ensure the 

optimal capital structure and return to the shareholders, taking into the consideration the efficiency of 

capital use based on operating cash flow and capital expenditures and also consideration of future 

capital needs. 

41. RECLASSIFICATION OF ACCOUNTS 

Certain accounts in the 2010 and 2009 financial statements have been reclassified to conform with the 

presentation of accounts in the 2011 financial statements as follows: 

a. Reclassification of accounts in the consolidated statement of financial position 


As previously After 

Account Description reported Reclassification reclassified 

Goodwill 614,377,843 (614,377,843) - 

Intangible assets 370,697,526 614,377,843 985,075,369 

Undeveloped land 12,614,910,798 (3,059,895,000) 9,555,015,798 

Deferred charges 21,035,147,145 3,059,895,000 24,095,042,145 


As previously After 

Account Description reported Reclassification reclassified 

Goodwill 106,551,584 (106,551,584) - 

Intangible assets - 106,551,584 106,551,584 

Undeveloped land 12,614,910,798 (3,059,895,000) 9,555,015,798 

Deferred charges 2,554,507,427 3,059,895,000 5,614,402,427








41. RECLASSIFICATION OF ACCOUNTS (continued) 

b. Reclassification of accounts in the consolidated statement of cash flows 

86 

Before After 

Reclassification Reclassification 

Net cash used in operating activities (4,436,194,532) (4,045,529,753) 

Net cash used in investing activities (88,560,726,263) (88,560,726,263) 

Net cash provided by financing activities 113,706,641,421 113,706,641,421 

Net increase in cash and cash equivalents 20,709,720,626 21,100,385,405 

Net effect of changes in exchange rates 

on cash and cash equivalents - (390,664,779) 

Cash and cash equivalents at beginning of year 6,943,751,849 6,943,751,849 

Cash and cash equivalents of consolidated subsidiary 67,459,884,314 67,459,884,314 

Cash and cash equivalents at end of year 95,113,356,789 95,113,356,789 

42. RESTATEMENTS OF THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 

Effective starting January 1, 2011, relating to the implementation of PSAK 1 (Revised 2009), 

“Presentation of Financial Statements” as explained in Note 2a, “Minority Interest” has been changed 

into “Non-Controlling Interest” and presented as part of equity. Prior to January 1, 2011, Minority Interest 

is presented separately between liability and equity. Therefore, the consolidated statement of financial 

position as of December 31, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and the consolidated 

statement of comprehensive income for the year ended December 31, 2010 have been restated. 

The impact of the restatements to the consolidated statement of financial position as of December 31, 

2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and the consolidated statement of comprehensive 

income for the year ended December 31, 2010 are as follows: 

CONSOLIDATED STATEMENT OF 

FINANCIAL POSITION 

December 31, 2010 January 1, 2010/December 31, 2009 

Before After Before After 

restatement restatement restatement restatement 

Minority Interest 112,313,332,649 - 19,326,631,844 - 

EQUITY 

Non-controlling interests - 112,313,332,649 - 19,326,631,844 

TOTAL EQUITY 491,737,427,084 604,050,759,733 467,833,750,599 487,160,382,443








42. RESTATEMENTS OF THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (continued) 

CONSOLIDATED STATEMENT OF COMPREHENSIVE INCOME 

87 


Before After 

restatement restatement 

INCOME BEFORE TAX 21,333,648,208 21,333,648,208 

Income tax benefit - net 22,552,656 22,552,656 

Minority interest 2,547,475,621 - 

PROFIT FOR THE YEAR 23,903,676,485 21,356,200,864 

Attributable to: 

Equity holders of the parent company - 23,903,676,485 

Non-controlling interests - (2,547,475,621) 

43. EVENT AFTER REPORTING PERIOD 

Demolition of Building of Hotel Bali Prani 

As of February 25, 2012, the Company has been doing demolition of building of Hotel Bali Prani in 

connection with the commencement of construction project of Hotel HARRIS Tuban Extension in the 

mid-year 2012. The book value of building amounting to Rp 1,531,133,334 were also disposed from the 

Company‟s records. 

44. RESPONSIBILITY OF THE PREPARATION OF THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 

The management of the Company and Subsidiaries is responsible for the preparation of the 

consolidated financial statements that were completed and approved on March 21, 2012.



2011 

Laporan Tahunan 

Annual Report 


Jl. Tebet Timur Raya No. 10C 

Jakarta 12820 

Telp. (62-21) 8305633 

Fax. (62-21) 8305634 

www.theparadise-group.com

PT INDONESIAN PARADISE PROPERTY Tbk DAN ENTITAS ANAK

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

Delete template?

Save as template?