01.02.2013 Views

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian inisiasi

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian inisiasi

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian inisiasi

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS BERMAIN: MENIUP BALON<br />

TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI PARU ANAK<br />

PRA SEKOLAH DENGAN ASTHMA TAHUN 2009<br />

OLEH :<br />

TUTI AMALIA<br />

105104003489<br />

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN<br />

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN<br />

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH<br />

JAKARTA<br />

1430 H/ 2009 M


PENGARUH TERAPI AKTIVITAS BERMAIN: MENIUP BALON<br />

TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI PARU ANAK<br />

PRA SEKOLAH DENGAN ASTHMA TAHUN 2009<br />

Skripsi<br />

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh<br />

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)<br />

OLEH :<br />

TUTI AMALIA<br />

105104003489<br />

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN<br />

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN<br />

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH<br />

JAKARTA<br />

1430 H/ 2009 M


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN<br />

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN<br />

Skripsi, November 2009<br />

Tuti Amalia, NIM : 105104003489<br />

Terapi Aktivitas Bermain Meniup Balon Terhadap Perubahan Fungsi Paru<br />

Anak Pra Sekolah Dengan Asthma Tahun 2009.<br />

xviii + 75 Halaman + 12 Tabel + 6 Gambar + 7 Lampiran<br />

ABSTRAK<br />

Anak merupakan tititpan Allah SWT <strong>yang</strong> akan menjadi generasi penerus dan<br />

merupakan masa depan bangsa atau bahkan masa depan dunia. Bila anak sakit dan<br />

tidak dirawat dengan baik maka bangsa telah melahirkan generasi penerus <strong>yang</strong> akan<br />

membuat masa depan suatu bangsa menjadi suram. Anak dengan asthma akan<br />

mengalami bronkhospasme dan bronkhokonstriksi, ini dapat menyebabkan terjadinya<br />

penurunan fungsi paru. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi<br />

aktivitas bermain meniup balon terhadap perubahan fungsi paru anak pra sekolah<br />

dengan asthma.<br />

Desain penelitian adalah kuasi eksperimen dengan one group pretest-postest design.<br />

Sampel berjumlah 10 anak (5 anak laki-laki dan 5 anak perempuan) <strong>yang</strong> berusia 4<br />

dan 5 tahun. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Pengumpulan<br />

data dengan melakukan intervensi meniup balon pada anak asthma. Penelitian ini<br />

dilaksanakan selama tiga minggu, dengan waktu lima hari berturut-turut, intervensi<br />

dilakukan pagi dan sore hari dengan tiga siklus. Analisa data <strong>yang</strong> digunakan adalah<br />

analisa univariat, bivariat berupa uji t-test, dan multivariat.<br />

Hasil penelitian fungsi paru dengan melihat nilai APE <strong>yang</strong> dianalisa pada setiap<br />

intervensi, setiap hari dan selama lima hari didapat p value < 0.05 dengan nilai eta (η)<br />

> 0.14, dengan kesimpulkan ada pengaruh <strong>yang</strong> kuat antara terapi aktivitas bermain<br />

meniup balon terhadap perubahan fungsi paru anak pra sekolah dengan asthma.<br />

Analisa multivariat didapatkan hasil <strong>yang</strong> tidak signifikan atau secara statistik tidak<br />

cukup bukti adanya pengaruh terapi aktivitas bermain meniup balon terhadap<br />

perubahan fungsi paru hal ini disebabkan karena keterbatasan peneliti antara lain;<br />

peneliti tidak menyetarakan tinggi badan dan berat badan serta jumlah sampel <strong>yang</strong><br />

kurang.<br />

Rekomendasi penelitian ini adalah penelitian selanjutnya dapat menyetarakan berat<br />

badan dan tinggi badan serta memperbanyak sampel, selain itu terapi bermain meniup<br />

balon sebaiknya menjadi program intervensi keperawatan dalam penatalaksanaan<br />

asthma untuk meningkatkan fungsi paru pasien anak dengan asthma.<br />

Key Words: Asthma; Anak; Terapi Meniup Balon; APE<br />

Daftar bacaan : 36 (1993 – 2009)


FACULTY OF MEDICINES AND HYGIENES<br />

STUDY PROGRAM OF NURSING<br />

Script, November 2009<br />

Tuti Amalia, NIM: 105104003489<br />

Playing-Activity Therapy of Blowing up a Balloon to Pulmonary-Function<br />

Change of Pre-school Children with Asthma in 2009.<br />

xviii + 75 Pages + 12 Tables + 6 Pictures + 7 Enclosures<br />

ABSTRACT<br />

Child is entrusted from The God that will become a router generation and the nation<br />

future or even the world future. If he got ill and not properly taken care, hence the<br />

nation has bore a router generation that will make a nation future into gloomy. A<br />

child with asthma will experience a bronchosplasma and bronchoconstricts that can<br />

cause a happening of pulmonary-function decreasing. The purpose of this research is<br />

to identifying the influence of playing-activity therapy of blowing up a balloon to<br />

pulmonary-function change of pre-school children with asthma.<br />

The research design is experimental quotation with one group pretest-posttest design.<br />

The sample amounts to 10 children (consist of 5 boys and 5 daughters) that have an<br />

age 4 and 5 years olds. The sample-taking technique is purposive sampling. The datacollecting<br />

is by performing an intervention of blowing up a balloon at children with<br />

asthma. This Research is performed for three week, with time of five days<br />

successively. The intervention is conducted at morning and evening with three cycles.<br />

The used data-analysis is analysis univariate, bivariate in the form of t-test, and<br />

multivariate.<br />

The research result of pulmonary function by sees the value of APE analyzed in each<br />

intervention, everyday and for five day is got that value p < 0.05 with value of eta (η)<br />

> 0.14, with conclusion that there is a strong influence between playing-activity<br />

therapy of blowing up a balloon to pulmonary function change of pre-school children<br />

and asthma. It is got in the multivariate Analysis an insignificant result or statistically<br />

there is not sufficient evidence for influence existence of playing-activity therapy of<br />

blowing up a balloon to pulmonary-function change. This is caused by researcher’s<br />

limitation. For example, the researcher not put on a par the height and weight of<br />

child’s body and lacking of the sample amount.<br />

Recommendation of this research is that the next research can put on a par the weight<br />

and height of child’s body and multiply the sample. Moreover, therapy of blowing<br />

up-balloon playing should become a nursing intervention program of asthma to<br />

improve the patient pulmonary-function of child with asthma.<br />

Key Words: Asthma; Child; Therapy of Blowing up a balloon; APE<br />

Reading List: 36 (1993 – 2009)


PERNYATAAN PERSETUJUAN<br />

Skripsi dengan judul<br />

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP BALON<br />

TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI PARU ANAK PRA SEKOLAH<br />

DENGAN ASTHMA TAHUN 2009<br />

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi<br />

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan<br />

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta<br />

Jakarta, Desember 2009<br />

Pembimbing I Pembimbing II<br />

Yanti Riyantini, SKp Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep. MKM<br />

NIP: 19650706 1989032 002 NIP: 19790520 2009011 012


PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI<br />

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN<br />

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN<br />

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA<br />

Jakarta, 12 Desember 2009<br />

Penguji I<br />

Irma Nurbaeti, S.Kp. M.Kep. Sp.Mat<br />

NIP. 132146260<br />

Penguji II<br />

Desmawati, S. Kp. MARS<br />

NIP. 19571212 197809 2001<br />

Penguji III<br />

Bambang. P. Cadrana, SKM, MKM<br />

NIP. 19690205 199403 1003


PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI<br />

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN<br />

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN<br />

UNIVESITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA<br />

Jakarta, 12 Desember 2009<br />

Mengetahui,<br />

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan<br />

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta<br />

Tien Gartinah, MN<br />

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan<br />

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta<br />

Prof.DR (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp.And


Nama : Tuti Amalia<br />

DAFTAR RIWAYAT HIDUP<br />

Tempat/tanggal lahir: Tangeranng, 15 Agustus 1986<br />

Agama : Islam<br />

Alamat : JL. H. Risan Rt/Rw: 006/001 No. 42, Desa Gaga,<br />

Kecamatan Larangan, Ciledug-Tangerang 15154<br />

Tlp : (021) 73446237 / 0856 918 541 93<br />

Riwayat Pendidikan : SDN Larangan Utara 10 (1993-1999)<br />

Kesehatan<br />

2009)<br />

SLTPN 11 Tangerang (2000-2002)<br />

SMA YADIKA 3 Ciledug (2003-2005)<br />

Program S1 Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu<br />

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2005-


Untaian Kata Tentang Anak<br />

� Jika anak diperlakukan jujur ia akan terbiasa melihat kebenaran<br />

� Jika anak diterima oleh lingkungan, ia akan terbiasa menya<strong>yang</strong>i<br />

� Jika anak banyak mendapat pujian, ia akan terbiasa menghargai<br />

� Jika anak mendapatkan pengakuan kiri dan kanan, ia akan terbiasa<br />

menetapkan arah langkahnya<br />

� Jika anak mengenyam rasa aman, ia akan mengandalkan diri dan<br />

mempercayai orang di sekitarnya<br />

� Jika anak dibesarkan dalam kasih sa<strong>yang</strong> dan persahabatan, ia akan<br />

menemukan cinta dalam kehidupannya<br />

� Jika anak dikerumuni keramahan, ia akan berpendirian ”Sungguh Indah Dunia<br />

Ini.”<br />

DOROTHY LOW NOLTE<br />

”Children Learn What They Live They”


KATA PENGANTAR<br />

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT <strong>yang</strong> telah<br />

memberikan rahmat dan karunia-Nya dan shalawat serta salam kepada Nabi<br />

Muhammad SAW, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini <strong>yang</strong> berjudul<br />

“PENGARUH TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP BALON<br />

TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI PARU ANAK PRA SEKOLAH DENGAN<br />

ASTHMA TAHUN 2009”.<br />

Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai<br />

gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta, untuk menerapkan dan<br />

mengembangkan teori-teori <strong>yang</strong> penulis peroleh selama kuliah.<br />

Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah <strong>yang</strong> rapi, sistematik<br />

sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa penyajian<br />

skripsi ini jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya pengetahuan,<br />

pengalaman dan kemampuan penulis dalam melihat fakta, memecahkan masalah<br />

<strong>yang</strong> ada serta mengeluarkan gagasan ataupun saran-saran. Oleh karena itu segala<br />

kritik dan saran <strong>yang</strong> berguna untuk menyempurnakan skripsi ini akan penulis<br />

terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih.<br />

Sesungguhnya banyak pihak <strong>yang</strong> telah memberikan dorongan dan bantuan<br />

<strong>yang</strong> tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada<br />

waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada


1. Bapak Prof.Dr.dr.MK. Tadjudin, Sp.And, Selaku Dekan FKIK<br />

2. Ibu Tien Gartinah, MN, Selaku Ketua Prodi Ilmu Keperawatan.<br />

3. Ibu Yanti Riyantini, S.Kp, dan Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM,<br />

Selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau <strong>yang</strong><br />

telah meluangkan waktu dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan<br />

skripsi ini<br />

4. Para dosen-dosen <strong>yang</strong> telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan<br />

pengetahuan, selama penulis mengikuti perkuliahan.<br />

5. Seluruh Staff karyawan Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Jakarta<br />

(PSIK UIN Jakarta).<br />

6. Dokter dan Staff karyawan Klinik Suddhaprana <strong>yang</strong> telah memberikan<br />

kesempatan pada peneliti untuk melakukan penelitian.<br />

7. Orang tuaku <strong>yang</strong> memelihara, mendidik, serta mencurahkan semua kasih<br />

sa<strong>yang</strong> tiada tara tanpa pamrih <strong>yang</strong> senantiasa mendo’akan keberhasilan<br />

penulis dan memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis<br />

selama proses menyelesaikan skripsi ini.<br />

8. Kakak, adik dan keponakanku <strong>yang</strong> lucu-lucu <strong>yang</strong> selalu memberikan<br />

semangat dalam menyelesaikan sekripsi.


9. Seseorang <strong>yang</strong> spesial Dwi Anto, SE As, <strong>yang</strong> dengan penuh pengertiannya<br />

memberikan bantuan, dorongan dan semangat kepada penulis dalam<br />

menyelesaikan skripsi ini.<br />

10. Teman-teman kosan <strong>yang</strong> baik <strong>yang</strong> selalu memberi semangat (herna, neneng,<br />

zia, lita, intan, & tika), khususnya buat fina <strong>yang</strong> selalu setia menemani dikala<br />

suka maupun duka<br />

11. Teman-teman sekelasku PSIK angkatan 2005 <strong>yang</strong> kompak <strong>yang</strong> telah<br />

memberikan inspirasi, do’a dan semangat dalam menyusun skripsi. Semoga<br />

Allah SWT membalas budi baik Bapak, Ibu dan Saudara/i sekalian.<br />

Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh<br />

dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi<br />

<strong>yang</strong> memerlukannya.<br />

Jakarta, Desember 2009<br />

Tuti Amalia


DAFTAR ISI<br />

SURAT PERNYATAAN.........................................................................................<br />

ABSTRAK ...............................................................................................................<br />

ABSTRACT .............................................................................................................<br />

PERNYATAAN PERSETUJUAN..........................................................................<br />

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................<br />

DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................<br />

UNTAIAN KATA TENTANG ANAK.................................................................. viii<br />

KATA PENGANTAR............................................................................................... ix<br />

DAFTAR ISI ...........................................................................................................<br />

DAFTAR TABEL ...................................................................................................<br />

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................<br />

DAFTAR SINGKATAN ..........................................................................................<br />

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................<br />

BAB I PENDAHULUAN<br />

A. Latar Belakang…………………………………………………............ 1<br />

B. Perumusan Masalah................................................................................<br />

C. Pertanyaan Peneliti..................................................................................<br />

D. Tujuan Penelitian.................................................................................... 6<br />

Hal<br />

i<br />

ii<br />

iii<br />

iv<br />

v<br />

vii<br />

xii<br />

xvi<br />

xvii<br />

xviii<br />

xix<br />

5<br />

6


E. Manfaat Penelitian..................................................................................<br />

F. Ruang Lingkup.......................................................................................<br />

BABII TINJAUAN PUSTAKA<br />

A. Perkembangan Sistem Pernapasan Anak...............................................<br />

B. Sistem Pernapasan Pada Anak Pra Sekolah..........................................<br />

C. Gambaran Umum Asthma..................................................................... 13<br />

1. Pengertian …………………………………………………………<br />

2. Penyebab…………………………………………………………..<br />

3. Manifestasi Klinis..………………………………………………..<br />

4. Patofisiologi....................................................................................<br />

5. Jenis – Jenis Asthma……………………………………………..<br />

6. Klasifikasi Asthma………………………………………………<br />

7. Pemeriksaan Diagnostik…………………………………………<br />

8. Terapi Asthma…………................................................................<br />

9. Peak Flow Meter............................................................................<br />

10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ventilasi Paru........................<br />

D. Konsep Bermain……………..………………………………………..<br />

1. Definisi Bermain…………………………………………...............<br />

2. Fungsi Bermain………………………………………………….....<br />

3. Fungsi Bermain Di Rumah Sakit…………………………………..<br />

4. Bermain Untuk Prosedur Khusus……………………….................<br />

E. Bermain Meniup Balon…...……………….......................................... 29<br />

7<br />

9<br />

10<br />

11<br />

13<br />

13<br />

14<br />

15<br />

17<br />

18<br />

19<br />

21<br />

22<br />

24<br />

25<br />

25<br />

26<br />

27<br />

28


F. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Maslow).……………………….<br />

G. Kerangka Teori………………………………………………………..<br />

H. Penelitian Terkait……………..………………………………………. 34<br />

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA<br />

A. Kerangka Konsep. …………..………………………………..…….....<br />

B. Hipotesa……………………………………………………………….<br />

C. Definisi Operasional……………………………………………….....<br />

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN<br />

A. Desain Penelitian.......................…...….…………………..….............. 39<br />

B. Populasi Dan Sampel............................…….……………………….... 40<br />

1 Populasi……………………………………………………………. 40<br />

2 Sampel..……………………………..……………………………... 40<br />

C. Tempat Penelitian….………………………………………………….<br />

D. Waktu Penelitian………………………………………………………<br />

E. Etika Penelitian………………………………………………………..<br />

1. Prinsip Etik………………………………………………………..<br />

2. Informed Consent…………………………………………………<br />

F. Alat Pengumpul Data dan Prosedur Penelitian………………………..<br />

1. Alat Pengumpul Data……………………………………………...<br />

2. Prosedur Intervensi………………………………………………..<br />

G. Pengolahan Analisa Data……………………………………………...<br />

1. Pengolahan Data…………………………………………………...<br />

31<br />

31<br />

35<br />

36<br />

37<br />

42<br />

42<br />

43<br />

43<br />

44<br />

45<br />

45<br />

46<br />

48<br />

48


H. Analisa Data…………………………………………………………...<br />

1. Analisa Univariat………………………………………………….<br />

2. Analisa Bivariat……………………………………………………<br />

3. Analisa Multivariat..........................................................................<br />

BAB V HASIL PENELITIAN.<br />

A. Analisa Univariat.................................................................................<br />

B. Analisa Bivariat...................................................................................<br />

1. Analisa Perintervensi.......................................................................<br />

2. Analisa Perhari................................................................................<br />

3. Analisa Hari Pertama Dan Hari Kelima..........................................<br />

C. Analisa Multivariat...............................................................................<br />

BAB VI PEMBAHASAN<br />

A. Intepretasi Dan Hasil Diskusi................................................................<br />

B. Keterbatasan Penelitian.........................................................................<br />

C. Implikasi Hasil Penelitian......................................................................<br />

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN<br />

A. Simpulan...............................................................................................<br />

B. Saran.....................................................................................................<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

LAMPIRAN<br />

48<br />

48<br />

49<br />

49<br />

50<br />

54<br />

55<br />

58<br />

60<br />

63<br />

64<br />

68<br />

69<br />

72<br />

73


DAFTAR TABEL<br />

No. Tabel Hal<br />

Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................................... 37<br />

Tabel 5.1 Data Demografi Berdasarkan Berat Badan dan Tinggi Badan<br />

Pada Anak Asthma.....................................................................<br />

Tabel 5.2 Data Demografi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Pada<br />

Anak Asthma.............................................................................<br />

Tabel 5.3 Distribusi fungsi paru hari pertama sampai dengan hari ke lima<br />

pada anak laki-laki dengan asthma…………………………….<br />

Tabel 5.4 Distribusi fungsi paru hari pertama sampai dengan hari ke lima<br />

pada anak perempuan dengan asthma…………………………<br />

Tabel 5.5 Analisa perintervensi pengaruh terapi meniup balon terhadap<br />

perubahan fungsi paru pada anak laki-laki……………………..<br />

Tabel 5.6 Analisa perintervensi pengaruh terapi meniup balon terhadap<br />

perubahan fungsi paru pada anak perempuan…………………<br />

Tabel 5.7 Analisa perhari pengaruh terapi meniup balon terhadap<br />

perubahan fungsi paru pada anak laki-laki…………………….<br />

Tabel 5.8 Analisa perhari pengaruh terapi meniup balon terhadap<br />

perubahan fungsi paru pada anak perempuan ………………..<br />

Tabel 5.9 Analisa hari pertama pagi dengan hari ke lima sore pada anak<br />

laki-laki ………………………………………………………..<br />

Tabel 5.10 Analisa hari pertama pagi dengan hari ke lima sore pada anak<br />

perempuan……………………………………………………...<br />

Tabel 5.11 Distribusi fungsi paru sebelum dan setelah intervensi dengan<br />

mengontrol tinggi badan dan berat badan anak dengan<br />

asthma.........................................................................................<br />

51<br />

51<br />

52<br />

53<br />

56<br />

57<br />

59<br />

60<br />

61<br />

62<br />

63


DAFTAR GAMBAR<br />

No. Gambar Hal<br />

Gambar 2.1 Saluran Pernapasan.....................................................................<br />

Gambar 2.2 Saluran Pernapasan Pasien Dengan Asthma…………………... 16<br />

Gambar 2.3 Kerangka Teori............................................................................<br />

Gambar 3.1 Kerangka Konsep........................................................................ 35<br />

Gambar 4.1 Desain Penelitian.......................................................……….....<br />

Gambar 4.2 Prosedur Intervensi......................................................................<br />

11<br />

32<br />

39<br />

47


O2 : Oksigen<br />

CO2 : Karbon dioksida<br />

DAFTAR SINGKATAN<br />

WHO : World Health Organization<br />

RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo<br />

APE : Arus Puncak Ekspirasi<br />

PFM : Peak Flow Meter<br />

PEF Meter : Peak Expiratory Flow Meter<br />

PLB : Pursed Lips Breathing<br />

KV : Kapasitas Vital<br />

KRF : Kapasitas Residual Fungsional<br />

FEV1 : Forced Expiration Volume<br />

NIC : Nursing Intervention Classification<br />

IgE : Immunoglobulin E<br />

TLC : Total Lung Capacity


Nomor Lampiran<br />

DAFTAR LAMPIRAN<br />

1. Prosedur Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi (APE)<br />

2. Tujuan Dan Manfaat Latihan Napas Dalam<br />

3. Permohonan Menjadi Responden<br />

4. Lembar Persetujuan Responden<br />

5. Lembar Observasi<br />

6. Lembar Data Baku Hasil Penelitian<br />

7. Lembar Izin Penelitian


A. Latar Belakang<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

Anak merupakan manusia dengan berbagai kebutuhan dasar <strong>yang</strong> harus<br />

dipenuhi. Kebutuhan anak sangat tergantung pada orang dewasa disekitarnya<br />

terutama orang tua. Tingkat kebutuhannya sesuai dengan tahapan pertumbuhan<br />

dan perkembangannya. Tahap pertumbuhan dan perkembangan dari anak hingga<br />

remaja menurut Erikson dimulai pada bayi (0-1 tahun), toddler (1-3 tahun), pra<br />

sekolah (3-5 tahun), masa anak tengah atau sekolah (usia 6 tahun sampai<br />

pubertas) dan remaja (10-20 tahun) (Santrock, 2007).<br />

Anak merupakan titipan Allah SWT <strong>yang</strong> akan menjadi generasi penerus<br />

suatu bangsa dan bahkan merupakan masa depan dunia. Anak memiliki hak untuk<br />

mendapatkan kasih sa<strong>yang</strong>, perlindungan perhatian <strong>yang</strong> penuh, serta<br />

mendapatkan kesehatan dan pendidikan dengan baik sebagaimana Hadist<br />

Rasulullah SAW “Muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah pendidikan<br />

mereka”(HR. Bukhori dan Muslim), maka dengan demikian masa depan bangsa<br />

dan negara akan maju karena memiliki sumber daya manusia <strong>yang</strong> berkualitas.<br />

Bila anak sakit dan tidak dirawat dengan baik maka bangsa telah melahirkan<br />

generasi penerus <strong>yang</strong> akan membuat masa depan suatu bangsa menjadi suram<br />

(Baehr, 1997).


Pada anak penyakit <strong>yang</strong> sering di alami yaitu penyakit karena sistem<br />

pernapasan. Sistem pernapasan dari hidung hingga mencapai paru-paru adalah<br />

hidung, faring, laring, trakea, bronkhus, dan bronkhiolus. Paru-paru berfungsi<br />

dalam proses respirasi atau bernapas (Williams, 2004).<br />

Bernapas adalah proses memindahkan udara ke dalam dan ke luar paru.<br />

Fungsi utama sistem pernapasan adalah terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara<br />

lingkungan eksternal dan darah (Clarke, 2006). Bernapas agar dapat berlangsung<br />

secara sempurna memerlukan fungsi paru <strong>yang</strong> baik, seperti otot-otot pernapasan,<br />

elastisitas jaringan paru serta dinding dada. Proses respirasi dapat terganggu bila<br />

terjadi gangguan pada proses ventilasi, difusi dan transportasi O2 dan CO2.<br />

Gangguan ventilasi sering terjadi pada pasien asthma (Price, 2002).<br />

Asthma adalah penyakit obstruktif pernapasan <strong>yang</strong> reversibel, <strong>yang</strong><br />

ditandai eksaserbasi dan remisi spasme bronkial <strong>yang</strong> mengakibatkan obstruksi<br />

jalan napas (Speer, 2007). Asthma merupakan hiperresponsif jalan napas <strong>yang</strong><br />

disebabkan oleh triger, khususnya pernapasan bagian bawah (Hockenberry,<br />

2003). Gangguan saluran pernapasan ini jika tidak ditangani dengan baik dapat<br />

menghambat aktivitas anak serta tumbuh kembang anak <strong>yang</strong> menderita asthma<br />

(Williams, 2004).<br />

Penyebab asthma terbanyak yaitu karena <strong>faktor</strong> ekstrinsik <strong>yang</strong> disebabkan<br />

karena adanya alergen seperti serbuk sari, debu, polusi, bulu binatang, makanan<br />

dan alergi lain. Asthma juga dapat disebabkan karena <strong>faktor</strong> instrinsik seperti<br />

emosi, perubahan suhu dingin, infeksi traktus respiratorius, latihan berat, stres,<br />

dan <strong>faktor</strong> genetik (Speer, 2007). Obstruksi saluran pernapasan merupakan


gangguan fisiologis terpenting pada asthma akut. Keluhan utama pada pasien<br />

asthma adalah napas pendek, ekspirasi <strong>yang</strong> memanjang, retraksi dada, wheezing,<br />

batuk-batuk, sianosis, sulit tidur dan tidak mampu beraktivitas (Betz, 2002).<br />

Penyakit asthma bila tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan<br />

pneumotoraks, kegagalan jantung, infeksi pernapasan, gangguan emosional dan<br />

bahkan kematian (Speer, 2007).<br />

Organisasi kesehatan sedunia (WHO) memperkirakan antara 100-150 juta<br />

penduduk di dunia penyandang asthma dan diperkirakan jumlahnya terus<br />

bertambah sekitar 180.000 setiap tahunnya. Penyakit asthma banyak diderita oleh<br />

anak-anak khususnya anak di bawah usia lima tahun. Asthma menyebabkan<br />

kehilangan 16% hari sekolah pada anak-anak di Asia, 34% anak-anak di Eropa<br />

dan 40% anak-anak di Amerika Serikat. Direktur Jenderal Pelayanan Medik<br />

Departemen Kesehatan Sri Astuti Suparmanto mengatakan prevalensi asthma<br />

pada anak Indonesia cukup tinggi. Survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun<br />

2007 mencatat kematian bayi karena sistem pernapasan 22,30% dan pada balita<br />

21,52% (Hartono, 2008). Departemen Kesehatan tahun 2006, menyatakan bahwa<br />

asthma merupakan penyebab kematian ke-7 di Indonesia (PDPI, 2006).<br />

Jumlah anak asthma dari tahun 2004 sampai tahun 2008 di Rumah Sakit<br />

Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengalami peningkatan terutama pada tahun<br />

2005. Jumlah penderita asthma tahun 2005 pada anak usia kurang dari 28 hari<br />

sampai anak usia 15 tahun ada 1.386 anak, sedangkan usia 1-5 tahun yaitu<br />

sebanyak 444 anak. Pada tahun 2008 jumlah penderita asthma menurun menjadi


1.203 anak atau 1,8 % dari tahun 2005, dimana penderita astma usia 1-5 tahun<br />

tercatat 347 anak (Div. Rekam Medik Bagian Anak RSCM).<br />

Pasien dengan asthma akan mengalami kelemahan pada otot-otot<br />

pernapasan sehingga menyebabkan penurunan fungsi paru, oleh karena itu untuk<br />

meningkatkan fungsi paru pada pasien asthma dapat dilakukan terapi napas dalam<br />

atau pursed lips breathing (Hockenberry, 2004). Tujuan Pursed lips breathing<br />

adalah memperbaiki kelenturan rongga dada serta diafragma, dapat melatih otot-<br />

otot ekspirasi untuk memperpanjang ekhalasi dan meningkatkan tekanan jalan<br />

napas selama ekspirasi, dengan demikian mengurangi jumlah tahanan dan jebakan<br />

udara (Sherwood, 2005).<br />

Penilaian berat ringannya gangguan <strong>yang</strong> terjadi pada pasien asthma dapat<br />

dinilai dengan uji fungsi paru yaitu dengan melihat nilai Arus Puncak Ekspirasi<br />

(APE). Hasil uji fungsi paru pada pasien asthma dapat diketahui adanya obstruksi<br />

jalan napas bila nilai APE 60-80% atau APE 80% dari nilai prediksi. Uji fungsi paru dapat dilakukan<br />

dengan menggunakan alat <strong>yang</strong> disebut peak flow meter (Behrman, 2004).<br />

Menarik napas dalam pada anak merupakan hal <strong>yang</strong> sangat sulit khususnya<br />

anak usia 3 – 5 tahun karena anak belum kooperatif. Perawat harus memiliki<br />

alternatif dan dapat memodifikasi intervensi untuk mengurangi dampak tersebut<br />

dengan cara mengajak anak bermain <strong>yang</strong> biasanya disebut terapi aktivitas<br />

bermain. Terapi aktivitas bermain merupakan terapi atraumatic care, dengan<br />

terapi aktivitas bermain biasanya anak dapat memperoleh kesenangan, membantu<br />

merasa lebih nyaman dan aman dengan lingkungannya.


Terapi bermain <strong>yang</strong> dapat digunakan di rumah sakit untuk membantu<br />

melancarkan pernapasan dan mempertahankan pola napas anak tetap normal yaitu<br />

dengan bermain meniup seperti meniup gelembung busa, balon, bola kapas dan<br />

lain-lain (Hockenberry, 2004). Balon lebih mudah digunakan karena bentuknya<br />

elastis sehingga lebih efektif jika dilakukan untuk terapi napas dalam. Balon<br />

memiliki warna <strong>yang</strong> menarik sehingga membuat anak-anak tertarik dalam<br />

melakukan terapi napas dalam dan anak dapat memilih warna kesukaan mereka.<br />

Tujuan penanggulangan asthma adalah agar anak <strong>yang</strong> menderita asthma<br />

dapat hidup layak serta dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan umurnya.<br />

Penanggulangan asthma pada anak <strong>yang</strong> penting bukan saja mengatasi<br />

serangannya tetapi juga ditunjukkan untuk mencegah serangan asthma, sehingga<br />

anak asthma dapat mengalami masa-masa tanpa serangan selama mungkin.<br />

Hasil penelitian terdahulu menjelaskan bahwa terapi aktivitas bermain meniup<br />

tiupan lidah dapat menurunkan pola napas pada anak toddler dengan<br />

bronkhopneumonia (Umeda, 2005).<br />

B. Perumusan Masalah<br />

Berdasarkan latar belakang masalah <strong>yang</strong> telah diuraikan di atas, maka<br />

perumusan masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Kecenderungan<br />

fungsi paru pada anak pra sekolah dengan asthma menurun dan tidak normal.<br />

Anak belum kooperatif dalam melakukan terapi napas dalam. Berdasarkan uraian<br />

di atas peneliti ingin mengetahui


“Pengaruh Terapi Aktivitas Bermain: Meniup Balon Terhadap Perubahan Fungsi<br />

Paru Anak Pra Sekolah Dengan Asthma Tahun 2009” diharapkan fungsi paru pada<br />

anak pra sekolah tersebut akan meningkat dan menjadi normal.<br />

C. Pertanyaan Penelitian<br />

1. Bagaimana pengaruh fungsi paru sebelum dilakukan terapi aktivitas bermain<br />

meniup balon pada anak pra sekolah dengan asthma berdasarkan jenis<br />

kelamin?<br />

2. Bagaimana pengaruh fungsi paru sesudah dilakukan terapi aktivitas bermain<br />

meniup balon pada anak pra sekolah dengan asthma berdasarkan jenis<br />

kelamin?<br />

3. Bagaimana pengaruh fungsi paru sebelum dan sesudah dilakukan terapi<br />

aktivitas bermain meniup balon pada anak pra sekolah dengan asthma setelah<br />

dikontrol <strong>faktor</strong> potensial counfonding yaitu tinggi badan dan berat badan?<br />

D. Tujuan Penelitian<br />

1. Tujuan Umum<br />

Tujuan penelitian ini adalah untuk: Mengetahui pengaruh terapi aktivitas<br />

bermain meniup balon terhadap perubahan fungsi paru anak pra sekolah<br />

dengan asthma.


2. Tujuan Khusus<br />

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:<br />

a) Mengidentifikasi pengaruh fungsi paru sebelum dilakukan terapi aktivitas<br />

bermain meniup balon pada anak pra sekolah dengan asthma berdasarkan<br />

jenis kelamin.<br />

b) Mengidentifikasi pengaruh fungsi paru sesudah dilakukan terapi aktivitas<br />

bermain meniup balon pada anak pra sekolah dengan asthma berdasarkan<br />

jenis kelamin.<br />

c) Mengidentifikasi pengaruh fungsi paru sebelum dan sesudah dilakukan<br />

terapi aktivitas bermain meniup balon pada anak pra sekolah dengan<br />

asthma setelah dikontrol <strong>faktor</strong> potensial counfonding yaitu tinggi badan<br />

dan berat badan.<br />

E. Manfaat Penelitian<br />

1. Bagi Peneliti Selanjutnya<br />

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran mengenai<br />

Pengaruh terapi aktivitas bermain meniup balon terhadap perubahan fungsi<br />

paru dengan mengontrol jenis kelamin, usia, berat badan dan tinggi badan<br />

untuk pengembangan penelitian selanjutnya.


2. Bagi Profesi<br />

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan <strong>yang</strong> bersifat positif<br />

dalam usaha mengembangkan profesi keperawatan, meningkatkan<br />

pengetahuan dan pengalaman baru tentang pengaruh terapi aktivitas bermain:<br />

meniup balon terhadap perubahan fungsi paru pada anak pra sekolah dengan<br />

asthma.<br />

3. Bagi Pendidikan<br />

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk<br />

menambah wawasan tentang keterkaitan pengaruh terapi aktivitas bermain<br />

meniup balon terhadap perubahan fungsi paru pada penderita asthma bagi<br />

semua mahasiswa keperawatan sebagai sumber ilmu dan informasi.<br />

4. Bagi Klinik<br />

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi para pengurus<br />

klinik asthma anak untuk menerapkan terapi bermain meniup balon, karena<br />

terapi ini dapat membantu memperbaiki fungsi paru pada anak khususnya<br />

pada anak pra sekolah <strong>yang</strong> menderita asthma. Terapi meniup balon belum<br />

diterapkan dalam intervensi pengobatan di klinik asthma anak. Semoga hasil<br />

penelitian ini bermanfaat bagi klinik asthma anak dan dapat diterapkan guna<br />

untuk membantu pasien asthma dalam menjalankan terapi pengobatan non<br />

farmakologi.


F. Ruang Lingkup<br />

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan<br />

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Sayrif<br />

Hidayatullah untuk mengetahui Pengaruh Terapi Aktivitas Bermain Meniup<br />

Balon Terhadap Perubahan Fungsi Paru Anak Pra Sekolah Dengan Asthma pada<br />

bulan Juli – Agustus tahun 2009. Subjek <strong>yang</strong> diteliti adalah anak usia pra sekolah<br />

<strong>yang</strong> berobat ke klinik asthma anak <strong>yang</strong> menderita asthma dengan<br />

menggunakan desain studi kuasi eksperimen dan metode kuantitatif. Data <strong>yang</strong><br />

digunakan adalah data primer dengan menggunakan intervensi langsung terhadap<br />

anak asthma. Alasan dilakukan penelitian ini adalah untuk memperbaiki<br />

kelenturan rongga dada serta diafragma, dan dapat melatih otot-otot ekspirasi<br />

untuk memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan jalan napas selama<br />

ekspirasi, selain itu membantu anak asthma dalam terapi pengobatan non<br />

farmakologi dan membantu anak memperoleh kesenangan serta merasa lebih<br />

aman dan nyaman. Intervensi <strong>yang</strong> digunakan yaitu dengan latihan napas dalam<br />

<strong>yang</strong> dimodifikasi dengan mengajak anak bermain meniup balon.


BAB II<br />

TINJAUAN PUSTAKA<br />

A. Perkembangan Sistem Pernapasan Anak<br />

Anatomi saluran pernapasan pada anak maupun dewasa adalah sama.<br />

Saluran penghantar udara dari hidung hingga mencapai paru-paru yaitu hidung,<br />

faring, laring, trakea, bronkhus, dan bronkhiolus (Gambar 2.1). Perkembangan<br />

paru sempurna pada anak terjadi pasca lahir. Perkembangan paru pascalahir<br />

dibagi menjadi dua fase, tergantung pada kecepatan perkembangan relatif<br />

berbagai komponen paru. Fase pertama terjadi pada usia 18 bulan sesudah lahir,<br />

yaitu volume kapiler meningkat lebih cepat daripada volume jaringan padat dan<br />

terjadi proses penyekatan alveolus. Proses ini aktif selama awal masa bayi dan<br />

dapat mencapai sempurna pada umur 2 tahun pertama (Kliegman, 2005). Fase<br />

kedua, semua ruangan tumbuh lebih proporsional satu sama lain. Permukaan<br />

alveolus dan kapiler meluas sejajar dengan pertumbuhan badan, oleh sebab itu<br />

anak <strong>yang</strong> lebih tinggi mempunyai paru-paru <strong>yang</strong> lebih besar, selain itu tingkat<br />

aktivitas memungkinkan penyesuaian struktur dan fungsi paru secara lebih baik<br />

(Kliegman, 2005).


Gambar 2.1 Saluran Pernapasan<br />

B. Sistem Pernapasan Pada Anak<br />

Bernapas adalah proses memindahkan udara ke dalam dan ke luar pada<br />

sistem pernapasan. Fungsi utama sistem pernapasan adalah terjadi pertukaran O2<br />

dan CO2 antara lingkungan eksternal dan darah. Proses bernapas terdiri dari tiga<br />

langkah yaitu:<br />

1. Pergerakan udara masuk dan ke luar paru, sehingga terjadi pertukaran antara<br />

udara dan alveolus paru<br />

2. Pertukaran O2 dan CO2 antara udara di alveolus dan darah di dalam kapiler<br />

pulmonalis melalui proses difusi<br />

3. Pengangkutan O2 dan CO2 oleh darah, kemudian terjadi pertukaran O2 dan<br />

CO2 antara jaringan dan darah melalui proses difusi.<br />

(Clarke, 2006)


Saat bernapas CO2 akan dikeluarkan melalui traktus respiratorius dan masuk<br />

ke dalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis, kemudian masuk ke<br />

atrium kiri jantung, kemudian ke aorta dan ke seluruh tubuh (jaringan dan sel-sel),<br />

disini terjadi oksidasi (pembakaran). Hasil dari pembakaran adalah CO2 dan zat<br />

ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (atrium kanan) ke<br />

ventrikel kanan dan ke luar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru,<br />

akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran<br />

CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme<br />

lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit (Syaifuddin,<br />

2006).<br />

Proses bernapas diatur oleh otak. Pusat kontrol pernapasan terletak di batang<br />

otak, medulla oblongata dan pons <strong>yang</strong> bertanggung jawab untuk menghasilkan<br />

pola pernapasan berirama (Clarke, 2006). Aktivitas dalam bernapas ada 2, yaitu<br />

inspirasi dan ekspirasi. Aktivitas bernapas ini dipersarafi oleh saraf frenikus dan<br />

saraf interkostalis <strong>yang</strong> terletak di korda spinalis, sehingga otot diafragma dan<br />

otot antar iga eksternal berkontraksi (Sherwood, 2005).<br />

Fungsi pernapasan pada anak sangat bervariasi sesuai dengan umur, ukuran<br />

dan penampilan anak. Pada anak usia lima tahun jumlah kapasitas total paru yaitu<br />

1,4 liter dan ketika pubertas mencapai 4,5 liter. Volume tidal pada anak usia lima<br />

tahun yaitu 0,1 liter dan 0,3 liter ketika pubertas. Volume cadangan ekspirasi<br />

antara 0,5 dan 1,5 liter. Kapasitas vital (KV) pada anak usia lima tahun yaitu 1<br />

liter dan 3 liter ketika pubertas. Volume udara di paru pada akhir ekspirasi (KRF)<br />

yaitu 1-3 liter. Volume residual yaitu antara 0,5 dan 1,5 liter (Clarke, 2006).


Frekuensi napas pada anak dan dewasa berbeda, semakin bertambah usia<br />

anak maka frekuensi napas semakin berkurang atau menurun. Frekuensi napas<br />

kurang dari 1 tahun adalah 30-40 x/menit, usia 3 sampai 5 tahun frekuensinya 20-<br />

30 x/menit, usia 5 sampai 12 tahun frekuensinya 15-20 x/menit dan usia lebih dari<br />

12 tahun frekuensinya 12-16 x/ menit (Clarke, 2006).<br />

C. Gambaran Umum Asthma<br />

1. Pengertian<br />

Asthma adalah penyakit obstruktif pernapasan <strong>yang</strong> reversibel,<br />

ditandai eksaserbasi dan remisi spasme bronkial <strong>yang</strong> mengakibatkan<br />

obstruksi jalan napas (Speer, 2007). Asthma adalah penyakit inflamasi kronik<br />

jalan napas <strong>yang</strong> melibatkan sel inflamasi seperti sel mast, eosinofil, limfosit<br />

T dan neutrofil (Hockenbbery, 2003). Asthma adalah penyakit jalan napas<br />

obstruksi intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhus hiperresponsif<br />

terhadap stimuli tertentu (Williams, 2004). Asthma merupakan penyakit <strong>yang</strong><br />

dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia. Asthma umumnya<br />

diderita pada anak-anak usia dibawah lima tahun (Williams, 2004).<br />

2. Penyebab<br />

Faktor <strong>yang</strong> berperan dalam mekanisme terjadinya asthma, seperti<br />

<strong>faktor</strong> biokimia, imunologi, infeksi, endokrin dan psikologis (Williams,<br />

2006). Faktor lain adalah udara dingin, latihan (olahraga), asap rokok, asap<br />

industri, alergi dan inhalasi larutan hipertonis dapat berperan sebagai pencetus<br />

serangan asthma (Speer, 2007). Menurut Yayasan Penyantun Anak Asthma


Indonesia, asthma pada anak biasanya disebabkan karena anak terpapar<br />

dengan <strong>faktor</strong> pencetus <strong>yang</strong> dapat berupa, lingkungan rumah (debu rumah,<br />

asap rokok, kapuk, bulu binatang), makanan (es, permen, coklat, kacang<br />

tanah, gorengan, snack gurih <strong>yang</strong> mengandung vetsin) dan <strong>faktor</strong> lain seperti<br />

flu (infeksi saluran napas akut), aktivitas fisik berlebihan, kelelahan atau<br />

perubahan cuaca.<br />

3. Manifestasi klinis<br />

Manifestasi klinik <strong>yang</strong> ditemukan pada anak dengan asthma adalah<br />

serangan mendadak sehingga kesulitan bernapas, sering batuk atau sering<br />

infeksi pernapasan seperti pneumonia atau bronkhitis. Bila obstruksi berat<br />

napas menjadi cepat dan dangkal, retraksi dada, batuk produktif dan terdengar<br />

wheezing ketika ekspirasi, penggunaan otot bantu napas, penurunan<br />

pergerakan udara dan menurunkan kepatenan respirasi (Williams, 2006).<br />

Penurunan PaCO2 pada awal serangan akibat hiperventilasi, kemudian<br />

peningkatan PaCO2 saat obstruksi menghebat, sianosis, dypsnea dengan<br />

ekspirasi memanjang dan ansietas (Clarke, 2006). Penyakit asthma bila tidak<br />

ditangani dengan benar maka akan terjadi komplikasi potensial seperti<br />

pneumotoraks, gagal jantung, infeksi pernapasan, gangguan emosional, dan<br />

bahkan kematian (Speer, 2007).<br />

Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk proses respirasi. Anak <strong>yang</strong><br />

mengalami asthma akan mengalami kesulitan dalam melakukan respirasi,<br />

sehingga akan membuat suplai O2 keseluruh tubuh berkurang. Berkurangnya<br />

suplai O2 menyebabkan gangguan metabolisme intrasel <strong>yang</strong> berlangsung di


dalam mitokondria, dimana sel menggunakan O2 dan menghasilkan CO2<br />

selama penyerapan energi dari molekul nutrient (Sherwood, 2005). Anak <strong>yang</strong><br />

menderita asthma akan mengalami gangguan dalam pembentukan energi di<br />

dalam tubuh sehingga nutrisi <strong>yang</strong> dibutuhkan tubuh akan berkurang oleh<br />

sebab itu jika anak <strong>yang</strong> menderita asthma tidak ditangani dengan baik akan<br />

mengalami gangguan tumbuh kembang (Williams, 2004).<br />

4. Patofisiologi<br />

Asthma ditandai dengan adanya wheezing dikarenakan turbulensi<br />

udara dan gerakan ke dinding bronkhus (Clarke, 2006). Tiga <strong>faktor</strong> <strong>yang</strong><br />

berpengaruh dalam reaksi asthma yaitu:<br />

a. Bronkhospasme, penyempitan dinding bronkhial akibat kontraksi otot<br />

polos, bronkhus dan bronkheolus menjadi tidak elastis dimana tidak<br />

terdapat jaringan ikat dalam dinding dada.<br />

b. Inflamasi, aliran udara menjadi hiperresponsif dan mudah terjadi<br />

penyempitan <strong>yang</strong> luas terhadap berbagai rangsangan. Penyempitan lebih<br />

lanjut pada jalan napas dikarenakan penumpukan mukosa, submukosa dan<br />

jaringan otot oleh sel-sel inflamasi.<br />

c. Sel inflamasi, saluran eosinofil juga mengandung netrofil, makropag dan<br />

sel mast. Kandungan kimia mediator mengandung histamin, prostaglandin<br />

dan leukotrin, <strong>yang</strong> menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan<br />

permeabilitas kapiler, sehingga terjadi edema dan peningkatan produksi<br />

mukus (Clarke, 2006).


A<br />

Gambar 2.2 Gambar A menunjukkan jalan napas normal. Gambar B menunjukkan jalan napas<br />

selama terjadi serangan asthma.<br />

Penyebab umum pada penyakit asthma adalah hipersensitivitas<br />

bronkiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi alergi <strong>yang</strong> terjadi<br />

akan merangsang pembentukan sejumlah antibodi IgE abnormal dalam jumlah<br />

besar dan antibodi ini akan menyebabkan alergik jika bereaksi dengan antigen<br />

spesifik (Potts, 2007).<br />

Pasien asthma antibodi melekat terutama pada sel mast <strong>yang</strong> terdapat<br />

dalam intersisial paru <strong>yang</strong> berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus<br />

kecil, bila seseorang menghirup serbuk sari <strong>yang</strong> sensitif baginya (antibodi<br />

IgE meningkat), serbuk sari bereaksi dengan antibodi terlekat sel mast dan<br />

menyebabkan sel ini mengeluarkan berbagai macam zat. Zat <strong>yang</strong> dikeluarkan<br />

oleh sel mast (disebut mediator) diantaranya adalah histamin, bradikinin, dan<br />

prostaglandin serta anafilaksis dari substansi <strong>yang</strong> bereaksi lambat (SRS-A).<br />

Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru <strong>mempengaruhi</strong> otot polos dan<br />

kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkhospasme, pembengkakan membran<br />

mukosa, dan pembentukan mukus <strong>yang</strong> sangat banyak <strong>yang</strong> menimbulkan<br />

B


obstruksi jalan napas sehingga mengalami kesulitan bernapas terutama saat<br />

ekspirasi (Potts, 2007).<br />

Pasien asthma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan<br />

adekuat tetapi sukar sekali melakukan ekspirasi maksimum, <strong>yang</strong> mendorong<br />

pasien asthma merasa nyaman untuk duduk tegak dan menggunakan otot-otot<br />

aksesori pernapasan ketika bernapas. Sumbatan jalan napas akibat<br />

penyempitan bronkhus dapat menyebabkan dispnea (Hockenberry, 2003).<br />

Kapasitas fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat<br />

selama serangan asthma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari<br />

paru. Tahanan jalan napas meningkat, hiperinflasi pulmoner dan ketidak<br />

seimbangan ventilasi dan perifusi, apabila keadaan ini tidak segera di tangani<br />

akan terjadi gagal napas <strong>yang</strong> merupakan konsekuensi dari peningkatan kerja<br />

pernapasan, inefisiensi pertukaran gas dan kelelahan otot-otot pernapasan<br />

(Speer, 2007).<br />

5. Jenis-jenis Asthma<br />

Asthma dibagi menjadi dua jenis yaitu asthma ekstrinsik (atopik) dan intrinsik<br />

(nonatopik).<br />

a. Asthma ekstrinsik (atopik) disebabkan oleh alergen (mis: serbuk sari,<br />

binatang, makanan, dan jamur). Pasien dengan asthma alergik biasanya<br />

mempunyai riwayat keluarga <strong>yang</strong> alergik dan riwayat medis masa lalu<br />

eksema atau rhinitis alergik.<br />

b. Asthma intrinsik (nonatopik) tidak berhubungan dengan alergi spesifik.<br />

Faktor-<strong>faktor</strong> seperti, perubahan suhu dingin, infeksi traktus respiratorius,


latihan, emosi, stres, cemas, <strong>faktor</strong> genetik, perubahan hormon endokrin<br />

dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan (Williams, 2006).<br />

Beberapa agen farmakologi, seperti aspirin dan agen anti inflamasi<br />

nonsteroid lain, pewarna rambut, antagonis beta-adrenergik, dan agen<br />

sulfit (pengawet makanan), juga mungkin menjadi <strong>faktor</strong>. Serangan<br />

asthma ini dapat menjadi lebih berat dan dapat berkembang menjadi<br />

bronkhitis kronik dan emfisema (Williams, 2006).<br />

6. Klasifikasi Asthma<br />

Klasifikasi penyakit asthma secara klinik dibagi menjadi empat bagian<br />

menurut National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI), 2006 dalam<br />

Surjanto, 2008 yaitu: intermiten, persisten ringan, sedang dan berat.<br />

a. Intermiten dengan gambaran klinis, gejala singkat kurang dari 1<br />

kali/minggu, gejala asthma malam kurang dari 2 kali/bulan, asimtomatis<br />

di luar serangan, serangan berlangsung singkat, Forced Expiration Volume<br />

(FEV1) lebih dari 80% nilai prediksi atau Arus Puncak Ekspirasi (APE)<br />

lebih dari 80% nilai terbaik dan variabiliti APE kurang dari 20%.<br />

b. Persisten ringan dengan gambaran klinis, eksaserbasi lebih dari 1<br />

kali/minggu tetapi kurang dari 1 kali/hari, gejala asthma malam lebih dari<br />

2 kali/bulan, eksaserbasi <strong>mempengaruhi</strong> aktivitas dan tidur, Forced<br />

Expiration Volume (FEV1) lebih dari 80% nilai prediksi atau Arus Puncak<br />

Ekspirasi(APE) lebih dari 80% nilai terbaik dan variabiliti APE 20%-30%.<br />

c. Persisten sedang dengan gambaran klinis, gejala hampir tiap hari, gejala<br />

asthma malam lebih dari 1 kali/minggu, eksasebasi <strong>mempengaruhi</strong>


aktivitas dan tidur, membutuhkan steroid inhalasi dan bronkhodilator<br />

setiap hari, Forced Expiration Volume (FEV1) 60% - 80% nilai prediksi<br />

atau Arus Puncak Ekspirasi (APE) 60% -80% nilai terbaik dan variabiliti<br />

APE lebih dari 30%.<br />

d. Persisten berat dengan gambaran klinis, sering eksaserbasi, sesak terus<br />

menerus, gejala asthma malam sering, aktivitas fisik terhambat,<br />

membutuhkan steroid inhalasi dosis tinggi, bronkhodilator dan steroid<br />

oral, Forced Expiration Volume (FEV1) kurang dari 60% nilai prediksi<br />

atau arus puncak ekspirasi (APE) kurang dari 60% nilai terbaik dan<br />

variabiliti APE lebih dari 30%.<br />

7. Pemeriksaan Diagnostik<br />

Pemeriksaan fisik sangat diperlukan untuk menilai asthma. Hasil <strong>yang</strong><br />

didapat tergantung stadium serangan, lamanya serangan serta jenis asthmanya.<br />

Pada pemeriksaan fisik terlihat frekuensi napas cepat dan dangkal, disertai<br />

batuk-batuk paroksimal, dan terdengar suara mengi sepanjang lapang paru,<br />

fase ekspirasi memanjang, inspirasi terlihat retraksi daerah supraklavikular,<br />

suprasternal, epigastrium dan sel iga (Betz, 2002). Pada asthma kronik terlihat<br />

bentuk toraks emfisematus, bongkok kedepan dan sela iga melebar diameter<br />

anteroposterior toraks bertambah. Pada perkusi terdengar hipersonor seluruh<br />

toraks, terutama bagian bawah posterior (Williams, 2004). Daerah pekak<br />

jantung dan hati mengecil. Pada auskultasi, pada stadium awal bunyi napas<br />

kasar atau mengeras, tapi pada stadium lanjut suara napas melemah atau<br />

hampir tidak terdengar karena aliran udara sangat lemah. Fase ekspirasi


normal adalah 1 : 3 – 1 : 2 dari fase inspirasi, pada waktu serangan fase<br />

ekspirasi memanjang (Hockenberry, 2004).<br />

Pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan laboratorium pasien asthma<br />

ditemukan jumlah leukosit <strong>yang</strong> meningkat jika terjadi infeksi tambahan.<br />

Pemeriksaan analisa gas darah awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2<br />

menurun (alkalosis respiratori akibat hiperventilasi), kemudian pH menurun,<br />

PaO2 menurun dan PaCO2 meningkat (asidosis respiratori) (Potts, 2007).<br />

Jumlah eosinofil meningkat dalam darah dan sputum. Foto toraks menujukkan<br />

hiperinflasi dan pendataran diafragma (Williams, 2004). Pada pasien asthma<br />

dapat dilakukan uji fungsi paru <strong>yang</strong> bermanfaat untuk menentukan tingkat<br />

obstruksi jalan udara dan gangguan pertukaran gas, untuk mengukur respons<br />

jalan udara terhadap alergen dan zat kimia <strong>yang</strong> diinhalasi (tes provokasi<br />

bronkial) selain itu untuk mengevaluasi perjalanan penyakit jangka panjang.<br />

Penetapan fungsi paru pada asthma paling bermanfaat bila dilakukan sebelum<br />

dan sesudah <strong>pemberian</strong> suatu bronkhodilator aerosol, dengan prosedur ini<br />

tingkat reversibilitas obsrtuksi jalan udara pada saat tes dapat ditentukan<br />

(Behrman, 2004). Pada uji fungsi paru dengan menggunakan spirometri<br />

ditemukan peningkatan kapasitas paru total (TLC) dan volume residual<br />

fungsional (FRV) sekunder terhadap terjebaknya udara, sedangkan forced<br />

expiratory volume in 1 sec (FEV1), kapasitas vital kuat (FVC) dan volume<br />

tidal menurun (Williams, 2006). Kapasitas vital kuat (FVC) adalah<br />

pengukuran kapasitas vital <strong>yang</strong> di dapat pada ekspirasi <strong>yang</strong> dilakukan<br />

secepat dan sekuat mungkin (Price, 2002). Pada uji fungsi paru menggunakan


peak flow meter akan ditemukan penurunan Arus puncak ekspirasi (APE).<br />

APE adalah jumlah aliran udara maksimal <strong>yang</strong> dapat di capai saat ekspirasi<br />

paksa dalam waktu tertentu. APE digunakan untuk mengukur secara objektif<br />

arus udara pada saluran napas besar (Bagian Pulmonologi FKUI, 2001).<br />

8. Terapi Asthma<br />

Terapi medikasi terbagi menjadi dua yaitu terapi farmakologi dan<br />

terapi non farmakologi. Terapi farmakologi <strong>yang</strong> digunakan dalam mengobati<br />

penyakit asthma terdapat lima kategori yaitu agonis beta, metilsantin,<br />

antikolinergik, kortikosteroid dan inhibitor sel mast (Brunner, 2004). Bila<br />

anak terserang asthma maka segera gunakan bronkhodilator dengan cara <strong>yang</strong><br />

tepat dan dosis <strong>yang</strong> tepat untuk menghindari terjadinya kegawatan.<br />

Pengobatan asthma dapat diberikan dalam bentuk inhalasi, obat oral dan<br />

penyuntikan intravena. Pada anak di bawah usia lima tahun penggunaan obat<br />

asthma biasanya dilakukan melalui inhalasi atau nebulizer. Lama kerja obat-<br />

obat asthma berkisar antara 4-6 jam setelah penggunaan dengan tingkat<br />

keefektivitasannya antara 70-90% (Ilmu Kesehatan Anak, 1993). Terapi non<br />

farmakologi adalah terapi <strong>yang</strong> diberikan dalam rangka membantu<br />

pengobatan farmakologi tanpa menimbulkan efek samping. Terapi non<br />

farmakologi <strong>yang</strong> sering digunakan pada pasien anak asthma dirumah sakit<br />

yaitu terapi oksigen, nebulizer, fisioterapi dada dan latihan napas dalam<br />

(Hockenberry, 2004).


9. Peak Flow Meter<br />

Fungsi paru yaitu usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2 dalam<br />

proses metabolisme dan mengeluarkan CO2 sebagai hasil metabolisme, <strong>yang</strong><br />

ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi (APE)<br />

(Sherwood, 2006). Uji fungsi paru merupakan tes <strong>yang</strong> dilakukan untuk menilai<br />

kepatenan fungsi ventilasi paru dan pertukaran gas dalam darah. Uji fungsi paru<br />

bermanfaat untuk menentukan tingkat obstruksi jalan udara dan gangguan<br />

pertukaran gas. Uji fungsi paru dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu, uji <strong>yang</strong><br />

berhubungan dengan ventilasi paru-paru dan dinding dada, serta uji <strong>yang</strong><br />

berhubungan dengan pertukaran gas (Price, 2002). Uji fungsi paru penting<br />

dilakukan untuk mengevaluasi secara klinik penyakit paru dan untuk<br />

memperlihatkan pengaruh <strong>yang</strong> ditimbulkan penyakit terhadap fungsi paru,<br />

selain itu dapat menggambarkan gangguan fungsi <strong>yang</strong> khas dan dapat<br />

membedakan antara kelainan ventilasi obstruktif dan restriktif. Gangguan<br />

ventilasi obstruksi seperti bronkhitis, asthma dan emfisema dapat<br />

<strong>mempengaruhi</strong> kemampuan ekspirasi sedangkan gangguan restriktif seperti<br />

obesitas, gangguan neurologik dan neuromuskular dapat <strong>mempengaruhi</strong><br />

kemampuan inspirasi. Alat <strong>yang</strong> digunakan untuk mengukur fungsi ventilasi<br />

paru yaitu spirometri dan peak flow meter. Alat <strong>yang</strong> biasa digunakan dan<br />

mudah digunakan pasien <strong>yang</strong> dapat menggambarkan seberapa besar tingkat<br />

obstruksi pada pasien asthma yaitu peak flow meter (Price, 2002).


Peak flow meter adalah alat untuk mengukur arus puncak ekspirasi<br />

(APE) pada pasien asthma. Nilai APE dapat menggambarkan fungsi ventilasi<br />

paru pada pasien asthma. Pengukuran dengan peak flow meter dilakukan 3<br />

kali dan nilai tertinggi dalam pengukuran tersebut dapat diambil untuk<br />

menggambarkan fungsi ventilasi paru. Arus puncak ekspirasi (APE) adalah<br />

jumlah aliran udara maksimal <strong>yang</strong> dapat dicapai saat ekspirasi paksa dalam<br />

waktu tertentu (Bagian Pulmonologi FKUI, 2001). Volume udara ini dalam<br />

keadaan normal nilainya kurang lebih sama dengan kapasitas vital, tetapi pada<br />

pasien asthma akan mengalami penurunan karena mengalami bronkhospasme<br />

akibatnya udara terperangkap dalam paru-paru. Nilai normal arus puncak<br />

ekspirasi (APE) yaitu > 80% dari nilai prediksi (Behrman, 2004).<br />

Peak flow meter dapat melihat seberapa besar tingkat obstruksi,<br />

kondisi <strong>yang</strong> terjadi pada pasien dan kebutuhan pengobatan lanjutan <strong>yang</strong><br />

terjadi pada pasien asthma, yaitu dengan melihat indikator dari alat tersebut<br />

<strong>yang</strong> dinamakan dengan pelangi asthma. Pelangi asthma dapat memonitoring<br />

baik atau buruknya keadaan asthma secara mandiri <strong>yang</strong> ditandai dengan tiga<br />

warna yaitu:<br />

a) Hijau<br />

Kondisi asthma baik dan terkontrol, tidak ada gejala atau gejala minimal,<br />

pengobatan bergantung berat asthma, prinsipnya pengobatan dilanjutkan.<br />

Bila tetap berada pada warna hijau minimal 3 bulan, maka pertimbangkan<br />

turunkan terapi.


) Kuning<br />

Kondisi dalam keadaan berhati-hati atau asthma tidak terkontrol dan dapat<br />

terjadi serangan akut atau eksaserbasi. Gejala asthma yaitu asthma malam,<br />

aktivitas terhambat, batuk, mengi, dada terasa berat baik saat beraktivitas<br />

maupun istirahat. Nilai APE 60 – 80% dari nilai prediksi atau nilai terbaik.<br />

Penderita membutuhkan dosis medikasi atau perubahan medikasi.<br />

c) Merah<br />

Kondisi dalam keadaan berbahaya, gejala asthma terus menerus dan<br />

membatasi aktivitas sehari-hari. Nilai APE < 60% dari nilai prediksi atau<br />

nilai terbaik. Penderita membutuhkan pengobatan segera sebagai rencana<br />

pengobatan <strong>yang</strong> disepakati dokter dan pasien secara tertulis, bila tetap<br />

tidak ada respon segera hubungi dokter atau rumah sakit.<br />

(PDPI, 2006)<br />

10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ventilasi Paru<br />

Beberapa <strong>faktor</strong> <strong>yang</strong> <strong>mempengaruhi</strong> ventilasi paru dalam bernapas yaitu usia,<br />

jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan.<br />

a) Usia<br />

Sejak anak lahir terjadi pertumbuhan struktur paru secara terus menerus<br />

sampai pada masa pubertas. Selama proses pertumbuhan terjadi<br />

pertambahan jumlah alveoli dan septa serta bertambahnya cabang-cabang<br />

bronkhus dan bronkheolus, dimana hal ini mendukung terjadinya pertukaran<br />

gas. Semakin bertambah usia anak maka fungsi parunya semakin sempurna,


karena pertumbuhan struktur parunya semakin sempurna (Hockenberry,<br />

2003)<br />

b) Jenis kelamin<br />

Ventilasi pada anak laki-laki lebih tinggi 20-25% di bandingkan anak<br />

wanita. Anak laki-laki memiliki tingkat aktivitas <strong>yang</strong> lebih tinggi dari pada<br />

wanita sehingga recoil dan compliance parunya lebih terlatih sehingga<br />

memungkinkan penyesuaian struktur dan fungsi paru secara lebih baik<br />

(Kliegman, 2005).<br />

c) Tinggi badan dan berat badan<br />

Tinggi badan dan berat badan turut juga <strong>mempengaruhi</strong> dimana anak <strong>yang</strong><br />

memiliki tubuh tinggi besar maka fungsi ventilasi parunya lebih tinggi di<br />

bandingkan dengan anak <strong>yang</strong> bertubuh kecil pendek karena anak <strong>yang</strong><br />

bertubuh tinggi besar memiliki paru-paru <strong>yang</strong> lebih besar. Permukaan<br />

alveolus paru dan kapiler meluas sejajar dengan pertumbuhan badan<br />

(Kliegman, 2005).<br />

D. Konsep Bermain<br />

1. Definisi Bermain<br />

Bermain adalah suatu aktivitas <strong>yang</strong> penting bagi anak. Bermain<br />

mempunyai arti besar bagi anak untuk mencapai tumbuh kembang <strong>yang</strong><br />

optimal dari segi fisik, emosional, intelektual, pendidikan, dan sosial<br />

(Hurlock, 1999). Bermain adalah suatu kegiatan <strong>yang</strong> dilakukan dengan<br />

mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat <strong>yang</strong> menghasilkan


pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan dapat<br />

mengembangkan imajinasi anak (Mulyadi, 2004). Bermain adalah suatu<br />

kegiatan <strong>yang</strong> menyenangkan <strong>yang</strong> dilakukan secara spontan serta dapat<br />

memberikan rasa aman secara psikologis pada anak (Mulyadi, 2004).<br />

2. Fungsi Bermain<br />

Anak dan bermain merupakan dua dunia <strong>yang</strong> hampir tidak dapat<br />

dipisahkan. Bermain mempunyai arti besar untuk mencapai perkembangan<br />

anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreatifitas dan sosial. Bermain<br />

mempunyai banyak fungsi untuk perkembangan anak, mencakup<br />

perkembangan sensori, intelektual, sosialisasi, kreatifitas, kesadaran diri,<br />

terapi dan moral (Potts, 2007). Bermain juga dapat mengungkapkan konflik<br />

<strong>yang</strong> ada pada diri anak sehingga memperoleh ketenangan. Pengetahuan<br />

orang tua terutama ibu tentang konsep bermain <strong>yang</strong> sesuai dengan tingkat<br />

perkembangan atau usia anak sangat diperlukan(Mulyadi, 2004).<br />

Bermain merupakan aspek <strong>yang</strong> penting dalam kehidupan anak dan<br />

salah satu alat <strong>yang</strong> efektif untuk mengurangi stres. Saat sakit dan dirawat<br />

dirumah sakit merupakan suatu krisis pada kehidupan anak dan sering<br />

menyebabkan stres <strong>yang</strong> terbesar, dengan bermain ketakutan dan kecemasan<br />

dapat dihalangi dan dikurangi (Potts, 2007).


3. Fungsi Bermain Di Rumah Sakit<br />

Menurut Wong dalam Hockenberry (2004), fungsi bermain adalah sebagai<br />

berikut:<br />

a. Memfasilitasi penyesuaian diri terhadap situasi <strong>yang</strong> tidak familiar,<br />

b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol diri,<br />

c. Memberi kesempatan untuk mempelajari bagian-bagian tubuh, fungsinya,<br />

dan penyakit atau kecacatan tubuhnya,<br />

d. Memperbaiki konsep <strong>yang</strong> salah tentang penggunaan dan tujuan-tujuan<br />

peralatan dan prosedur medis,<br />

e. Membantu untuk mengurangi stres perpisahan,<br />

f. Memberi hiburan dan relaksasi,<br />

g. Membantu anak untuk merasa lebih nyaman dalam lingkungan <strong>yang</strong><br />

nyaman,<br />

h. Memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan<br />

perasaan,<br />

i. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap positif<br />

terhadap orang lain,<br />

j. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat,<br />

k. Memberi cara untuk mencapai tujuan-tujuan terapeutik,


4. Bermain Untuk Prosedur Khusus<br />

Tujuan intervensi bermain:<br />

a. Mempromosikan batuk: anak dipicu untuk menghembuskan napas<br />

beberapa kali dan ditingkatkan kecepatan dan kekuatannya<br />

b. Mempromosikan napas dalam perlu usaha bernapas dalam dan lambat<br />

sehingga terjadi pengembangan paru dan alveoli pada semua lobus<br />

c. Mempromosikan pernapasan mencucu: pada anak asthma untuk membuka<br />

dan mempertahankan napas bersih.<br />

Jenis permainan <strong>yang</strong> digunakan untuk melatih pernapasan anak<br />

a. Adakan kontes meniup permen karet.<br />

b. Mendramatisir cerita dengan memintanya meniup rumah mainan sampai<br />

rumahnya roboh<br />

c. Selenggarakan pesta ulang tahun bohongan, bernyanyi dan meniup lilin<br />

pada kue ulang tahun<br />

d. Bermain memindahkan potongan kertas dengan sedotan dari satu tempat<br />

ke tempat lain<br />

e. Bermain dramatik: meminta anak meniup sirine, raungan singa dan<br />

meniup plastik (Hockenberry, 2004).


E. Bermain Meniup Balon<br />

Bermain meniup balon dapat dianalogkan dengan latihan napas dalam<br />

(pursed lips breathing). Bermain meniup balon merupakan suatu permainan atau<br />

aktivitas <strong>yang</strong> memerlukan inspirasi dalam dan ekspirasi memanjang dengan<br />

mulut di monyongkan, ini dilakukan pada pasien dengan penyakit pernapasan<br />

terutama asthma. Pada penyakit asthma resistensi aliran udara menjadi besar<br />

terutama selama ekspirasi, hal ini menyebabkan terjadi penurunan volume<br />

ekspirasi paksa atau Forced Expiration Volume (FEV1) dan Arus puncak ekspirasi<br />

(APE) (Williams, 2006).<br />

Pursed lips breathing sebagai intervensi keperawatan. Pursed lips breathing<br />

dalam NIC (Nursing Intervention Classification) merupakan intervensi<br />

keperawatan oleh karena itu perawat harus melaksanakannya (MC closkey and<br />

bulechek, 1996 dalam Sumedi, 2008). Pursed lips breathing adalah strategi <strong>yang</strong><br />

digunakan dalam rehabilitasi pulmonal untuk menurunkan sesak napas. Pasien<br />

dengan gangguan pernapasan akan mendapatkan keuntungan bila menggunakan<br />

teknik ini. Strategi ini dibuat dengan tujuan untuk membantu pasien mengontrol<br />

pola napas, meningkatkan ventilasi pola napas, meningkatkan mekanisme batuk<br />

efektif, mencegah atelektasis, meningkatkan kekuatan otot pernapasan,<br />

meningkatkan relaksasi dan mencegah terjadinya kekambuhan dan sesak napas<br />

(Dechman, 2004). Pursed lips breathing juga dapat menurunkan sesak napas,<br />

sehingga pasien dapat toleransi terhadap aktivitas dan meningkatkan kemampuan<br />

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika teknik ini dilakukan secara rutin dan benar<br />

dapat mengoptimalkan fungsi mekanik paru, membatasi peningkatan volume


akhir ekspirasi paru dan mencegah efek hiperinflasi (Sheadan Martinez, 2006).<br />

Pursed lips breathing dapat menggantikan porsi utama dari kerja pernapasan dari<br />

otot-otot iga. Secara temporer kerja diagfragma berkurang tetap tidak pada<br />

seluruh kerja pernapasan hal ini menyebabkan pasien merasa sesak napas<br />

berkurang dengan Pursed lips breathing.<br />

Pursed lips breathing dilakukan untuk mendapatkan pengaturan napas <strong>yang</strong><br />

lebih baik dari napas sebelumnya yaitu, pernapasan cepat dan dangkal menjadi<br />

pernapasan <strong>yang</strong> lebih lambat dan dalam. Tujuan Pursed lips breathing adalah<br />

memperbaiki kelenturan rongga dada serta diafragma, dapat melatih otot-otot<br />

ekspirasi untuk memperpanjang ekhalasi dan meningkatkan tekanan jalan napas<br />

selama ekspirasi, dengan demikian mengurangi jumlah tahanan dan jebakan<br />

udara. Latihan ini juga dapat membantu menginduksikan pola napas terutama<br />

frekuensi napas menjadi lambat dan dalam (Yunus, 2005). Selama latihan napas<br />

dalam, tidak ada aliran udara pernapasan yamg terjadi melalui hidung karena<br />

sumbatan involunter dari nasofaring oleh glotis (Dechman, 2004). Latihan napas<br />

dalam juga akan meningkatkan oksigenasi dan membantu sekret atau mukus<br />

keluar dari jalan napas (Speer, 2007). Pada pasien anak untuk melatih napas<br />

dalam intervensi <strong>yang</strong> dapat dilakukan oleh perawat anak yaitu dengan mengajak<br />

anak <strong>yang</strong> menderita asthma untuk ikut dalam terapi bermain meniup balon yaitu<br />

dengan tujuan agar fungsi paru pada anak asthma akan meningkat dan menjadi<br />

normal (Hockenberry, 2004).


Alat <strong>yang</strong> digunakan berupa balon <strong>yang</strong> masih kempis. Adapun caranya<br />

yaitu dengan menggunakan pursed lip breating, anak bernapas dalam dan<br />

ekshalasi lambat melalui mulut, mulut dimonyongkan atau mencucu dan<br />

dikerutkan, sehingga balon menjadi mengembang terisi udara. Lamanya bermain<br />

meniup balon pada anak pra sekolah adalah 10-80 detik (Umeda, 2005).<br />

F. Konsep Kebutuhan Dasar Menurut Maslow<br />

Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori <strong>yang</strong><br />

dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar<br />

manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut teori ini, beberapa kebutuhan<br />

manusia tertentu lebih dasar daripada kebutuhan lainnya, oleh karena itu<br />

kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya. Kebutuhan dasar<br />

manusia adalah hal-hal seperti oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi,<br />

tempat tinggal, istirahat dan seks <strong>yang</strong> merupakan hal penting untuk bertahan<br />

hidup dan kesehatan. Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis <strong>yang</strong> paling<br />

penting. Tubuh bergantung pada oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan<br />

hidup. Untuk memenuhi oksigen dalam tubuh, manusia harus dapat bernapas<br />

secara normal (Potter, 2002).<br />

G. Kerangka Teori<br />

Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan modifikasi antara teori<br />

asthma, teori aktifitas bermain, <strong>faktor</strong>-<strong>faktor</strong> <strong>yang</strong> <strong>mempengaruhi</strong> pola napas serta<br />

konsep kebutuhan dasar manusia menurut Maslow.


Gambar 2.3 Kerangka Teori<br />

Teori kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, oksigen<br />

merupakan kebutuhan fisiologis terpenting untuk bertahan hidup<br />

Penderita Asthma<br />

� Bronkhospasme<br />

� Edema<br />

� penumpukan mukus<br />

Gangguan fungsi<br />

paru pada anak pra<br />

sekolah dengan<br />

Asthma<br />

Faktor <strong>yang</strong><br />

<strong>mempengaruhi</strong> fungsi<br />

paru<br />

� Usia<br />

� TB<br />

� BB<br />

� Jenis Kelamin<br />

Sumber: Potter (2002); Clarke (2006); Hockenberry (2004)<br />

Terapi aktivitas<br />

bermain meniup balon<br />

Fungsi Paru<br />

� APE


Memandang dari kerangka teori diatas, bernapas merupakan salah satu<br />

kebutuhan dasar <strong>yang</strong> harus dipenuhi dalam rangka mempertahankan hidup<br />

(konsep dasar Maslow). Manusia pada dasarnya ingin dapat bernapas secara<br />

normal, tetapi hal ini tidak dijumpai pada penderita asthma. Penderita asthma<br />

mengalami kesulitan bernapas secara normal dikarenakan terjadinya gangguan<br />

pada saluran napas. Gangguan pada saluran napas disebabkan karena adanya<br />

penyempitan pada bronkhus, edema saluran pernapasan dan peningkatan produksi<br />

mukus akibat inflamasi sehingga menurunkan fungsi paru-paru. Faktor - <strong>faktor</strong><br />

<strong>yang</strong> dapat <strong>mempengaruhi</strong> fungsi paru adalah usia, jenis kelamin, tinggi badan<br />

dan berat badan. Penderita asthma mengalami penurunan fungsi paru akibat<br />

gangguan pada saluran napas. Terapi aktivitas bermain meniup balon dapat<br />

membantu memperbaiki fungsi paru pada penderita asthma, karena dapat<br />

meningkatkan kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru (Hockenberry, 2004).<br />

Fungsi paru pada pasien asthma dapat diketahui dengan melihat nilai arus puncak<br />

ekspirasi (APE) <strong>yang</strong> di ukur menggunakan Peak Flow Meter. Dari kerangka<br />

teori diatas, maka disini akan ditunjukkan pengaruh terapi aktivitas bermain<br />

meniup balon terhadap perubahan fungsi paru pada anak pra sekolah dengan<br />

asthma.


H. Penelitian Terkait<br />

� Umeda, Miciko. (2005). Pengaruh Terapi Aktifitas Bermain: Tiupan Lidah<br />

Terhadap Perubahan Pola Napas Anak Toddler dengan Bronkopneumonia Di<br />

RS. Islam Cempaka Putih. Jurnal PSIK FKK UMJ<br />

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh terapi aktifitas bermain: meniup<br />

tiupan lidah terhadap perubahan pola napas anak toddler dengan<br />

bronkhopneumonia di Rumah Sakit Cempaka Putih Islam Jakarta, dengan<br />

nilai p untuk frekuensi napas 0,001 (p < 0,05) dan nilai p untuk bunyi napas<br />

0,008 (p < 0,05). Kesimpulan <strong>yang</strong> didapatkan adalah ada perubahan<br />

frekuensi dan bunyi napas sesudah meniup tiupan lidah.


A. Kerangka Konsep<br />

BAB III<br />

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA<br />

Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:<br />

Variabel independen adalah terapi aktifitas bermain: meniup balon.<br />

Variabel dependen adalah fungsi paru <strong>yang</strong> diukur menggunakan peak flow<br />

meter dengan mengukur Arus Puncak Ekspirasi (APE).<br />

Adapun <strong>faktor</strong> potensi counfonding dalam penelitian ini yaitu tinggi badan<br />

dan berat badan.<br />

Terapi bermain meniup<br />

balon pada anak pra<br />

sekolah dengan Asthma<br />

Gambar 3.1. Kerangka Konsep<br />

Potensi<br />

Counfonding<br />

� TB<br />

� BB<br />

Fungsi paru<br />

� APE


Berdasarkan kerangka konsep diatas peneliti ingin mengetahui apakah terapi<br />

aktifitas bermain: meniup balon berpengaruh terhadap perubahan fungsi paru<br />

dengan mengukur Arus Puncak Ekspirasi (APE) atau justru tidak berpengaruh<br />

terhadap perubahan fungsi paru pada anak pra sekolah dengan asthma.<br />

B. Hipotesa<br />

Adapun hipotesa dari penelitian ini <strong>yang</strong> diajukan sehubungan dengan<br />

masalah diatas:<br />

Ada pengaruh antara terapi aktivitas bermain: meniup balon terhadap<br />

perubahan fungsi paru anak pra sekolah dengan asthma


A. Desain Penelitian<br />

BAB IV<br />

METODOLOGI PENELITIAN<br />

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan metoda<br />

kuasi eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab<br />

akibat variabel penelitian ( Polit, 2006 ).<br />

Rancangan penelitian <strong>yang</strong> digunakan adalah pretest-postest design.<br />

Design ini dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih<br />

dahulu sebelum diberikan intervensi, setelah itu diberikan intervensi, kemudian<br />

dilakukan postes (pengamatan akhir) ( Hidayat,2007).<br />

Kelompok intervensi di ukur fungsi paru sebelum dan sesudah diberikan<br />

intervensi pada waktu penelitian. Setelah dilakukan intervensi diharapkan terjadi<br />

suatu perubahan atau pengaruh pada variabel ini. Hasil pretest dan postest sangat<br />

penting untuk melihat perbedaan perubahan variabel dependen antara pretest dan<br />

postest (Notoatmojo, 2005). Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada gambar<br />

berikut ini.<br />

E E1<br />

Intervensi<br />

meniup balon<br />

Gambar 4.1 Design Penelitian


Dibandingkan:<br />

E – E1 = X1<br />

Keterangan:<br />

E = Fungsi paru sebelum meniup balon pada pasien asthma di klinik asthma anak<br />

E1 = Fungsi paru setelah meniup balon pada pasien asthma di klinik asthma anak<br />

X1 = Devíasi / perubahan fungsi paru pada pasien asthma di klinik asthma anak<br />

sebelum dan setelah dilakukan intervensi meniup balon.<br />

B. Populasi dan Sampel<br />

1. Populasi<br />

Populasi adalah subjek <strong>yang</strong> mempunyai kuantitas dan karakteristik<br />

tertentu <strong>yang</strong> ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik<br />

kesimpulan (Sugiono dalam Hidayat, 2007). Populasi penelitian ini adalah<br />

seluruh pasien asthma usia 4-5 tahun <strong>yang</strong> berobat ke klinik asthma anak.<br />

2. Sampel<br />

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik <strong>yang</strong> dimiliki<br />

oleh populasi, atau sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi <strong>yang</strong><br />

diteliti (Sugiono dalam Hidayat, 2007). Pengambilan sampel dalam penelitian<br />

ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel<br />

dengan pertimbangan tertentu dan teknik sampling aksidental yaitu cara<br />

pengambilan sampel <strong>yang</strong> dilakukan dengan kebetulan bertemu ( Hidayat,<br />

2007).


Kriteria Inklusi:<br />

a. Orang tua pasien bersedia menjadi responden<br />

b. Usia 4-5 tahun <strong>yang</strong> berobat di klinik asthma anak<br />

c. Anak dengan asthma intermiten, persisten ringan dan persisten sedang<br />

d. Anak tidak menderita penyakit lain <strong>yang</strong> dapat mengganggu fungsi<br />

ventilasi paru<br />

e. Anak kooperatif<br />

f. Anak tidak takut terhadap balon dan tidak alergi dengan karet balon<br />

g. Anak tidak sedang mendapatkan terapi bronkhodilator selama 4-6 jam<br />

Kriteria Eksklusi:<br />

a. Anak asthma <strong>yang</strong> sedang serangan berat<br />

b. Menderita penyakit lain dan EIA (Exercise Induced Asthma)<br />

c. Anak asthma <strong>yang</strong> mengalami serangan saat dilakukan intervensi<br />

Penulis membuat perhitungan besar sampel minimal berdasarkan hasil<br />

perhitungan menggunakan uji hipotesis beda dua mean derajat kemaknaan 5%<br />

kekuatan uji 90%, didapatkan besar sampel sebagai berikut ( Hidayat, 2007).<br />

n = 2σ² ( Z1-α + Z1-β )²<br />

(μο – μα)²<br />

n = 2 .1,325² (1,96 + 1,28)² = 9,21 atau 10<br />

(32 – 30)²


Keterangan:<br />

n = Jumlah sampel minimal<br />

Z1-α = Nilai Z pada derajat kemaknaan 1,96 bila α 5%<br />

Z1-β = Nilai Z pada kekuatan 1,28 bila β 10%<br />

σ² = Standar deviasi dari beda dua mean berpasangan 1,325 x/menit<br />

(Umeda 2005)<br />

μο = Rerata kekuatan pola pernapasan sebelum intervensi 32 x/menit<br />

(Umeda 2005)<br />

μα = Rerata kekuatan pola pernapasan sesudah intervensi 30 x/menit<br />

(Clarke, 2006)<br />

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, sampel <strong>yang</strong><br />

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 10 orang responden.<br />

C. Tempat Penelitian<br />

Tempat <strong>yang</strong> akan dilakukan penelitian adalah rumah responden.<br />

Responden <strong>yang</strong> di ambil berasal dari klinik asthma anak.<br />

D. Waktu Penelitian<br />

Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada minggu ke 3 yaitu<br />

hari senin sampai dengan jumat dari tanggal 27 Juli sampai 15 Agustus 2009.


E. Etika Penelitian<br />

Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat<br />

perlindungan dari hal-hal <strong>yang</strong> merugikan selama penelitian, dengan<br />

memperhatikan aspek-aspek self determination, privacy, anonymity,<br />

confidentially dan protection from discomport (Polit, 2006). Peneliti juga<br />

membuat Informed consent sebelum penelitian dilakukan.<br />

1. Prinsip Etik<br />

a. Self Determination<br />

Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak<br />

mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela, setelah semua informasi<br />

<strong>yang</strong> berkaitan dengan penelitian dijelaskan dengan menandatangani<br />

Informed Consent <strong>yang</strong> telah disediakan.<br />

b. Privacy<br />

Peneliti juga menjaga kerahasiaan atas informasi <strong>yang</strong> diberikan<br />

responden untuk kepentingan penelitian. Nama responden akan<br />

dirahasiakan sebagai ganti digunakan nomor responden.<br />

c. Anonymity<br />

Selama kegiatan penelitian nama responden akan dirahasiakan sebagai<br />

gantinya digunakan inisial<br />

d. Confidentially<br />

Peneliti menjadi kerahasiaan identitas responden dan informasi <strong>yang</strong><br />

diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai<br />

dokumentasi penelitian.


e. Protection From Discomport<br />

Kenyamanan responden selama penelitian dijamin. Peneliti menekankan<br />

apabila responden merasa tidak aman atau nyaman selama mengikuti<br />

kegiatan penelitian sehingga menimbulkan masalah baik fisik maupun<br />

psikologis, maka peneliti mempersiapkan responden untuk menghentikan<br />

partisipasinya. Orang tua responden diberi tahu dalam melaksanakan<br />

terapi meniup balon. Risiko <strong>yang</strong> muncul adalah serangan mendadak<br />

asthma atau pasien mengalami sesak napas, bila terjadi hal ini responden<br />

diajarkan untuk menghentikan terapi ini dan beristirahat kemudian<br />

dilakukan kolaborasi dengan dokter <strong>yang</strong> berwenang.<br />

2. Informed Consent<br />

Sebelum orang tua anak asthma menyetujui berpartisipasi dalam<br />

penelitian ini, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tentang tujuan dan manfaat<br />

penelitian terapi bermain meniup balon. Peneliti menjelaskan hak-hak<br />

responden untuk berhenti menjadi responden bila mendapatkan<br />

ketidaknyamanan selama penelitian. Responden mempunyai hak untuk<br />

mendapatkan penanganan dari dokter ahli paru jika terjadi serangan asthma<br />

selama terapi. Formulir atau lembar persetujuan memuat 6 elemen penting<br />

yaitu:


a. Subjek penelitian diberi penjelasan <strong>yang</strong> dapat dimengerti tentang tujuan<br />

dari penelitian <strong>yang</strong> akan dilakukan. Prosedur, teknik <strong>yang</strong> akan dilakukan<br />

dan tujuan <strong>yang</strong> ingin dicapai dijelaskan dalam penelitian.<br />

b. Subjek penelitian diberi penjelasan mengenai risiko dan ketidaknyamanan<br />

potensial <strong>yang</strong> mungkin dialami. Jika selama kegiatan penelitian<br />

responden merasa tidak nyaman maka intervensi dihentikan.<br />

c. Subjek diberitahu mengenai manfaat <strong>yang</strong> akan didapatkan pada<br />

penelitian <strong>yang</strong> dilakukan.<br />

d. Peneliti bersedia untuk menjawab semua pertanyaan mengenai prosedur<br />

<strong>yang</strong> diajukan subjek penelitian dan bersedia memberikan penjelasan<br />

dengan lengkap tentang prosedur penelitian <strong>yang</strong> akan dilakukan.<br />

e. Subjek penelitian dapat mengundurkan diri kapan saja tanpa konsekuensi<br />

apapun.<br />

F. Alat pengumpul data dan Prosedur penelitian<br />

1. Alat Pengumpul Data<br />

a. Timmer<br />

Timmer digunakan untuk menghitung waktu saat terapi meniup balon<br />

selama 10-80 detik.<br />

b. Balon<br />

Balon adalah media <strong>yang</strong> digunakan dalam terapi menarik napas dalam<br />

pada penelitian ini.


c. Peak Flow Meter<br />

Peak flow meter adalah alat untuk mengukur arus puncak ekspirasi (APE).<br />

Nilai APE dapat menggambarkan fungsi ventilasi paru pada pasien<br />

asthma. Pengukuran dengan peak flow meter dilakukan 3 kali dan nilai<br />

tertinggi dalam pengukuran tersebut dapat diambil untuk menggambarkan<br />

fungsi ventilasi paru.<br />

d. Meteran Tinggi Badan<br />

Meteran adalah alat untuk mengukur tinggi badan dalam satuan senti<br />

meter (cm).<br />

e. Timbangan berat badan<br />

Timbangan berat badan adalah alat untuk mengukur berat badan dengan<br />

satuan kilogram (kg).<br />

f. Lembar Observasi<br />

Lembar observasi digunakan untuk mencatat kerakteristik responden<br />

yaitu, nama (inisial), usia, jenis kelamin dan hasil pengukuran pola<br />

pernapasan sebelum dan sesudah intervensi.<br />

2. Prosedur Intervensi<br />

Intervensi terapi bermain meniup balon <strong>yang</strong> sesuai yaitu anak usia pra<br />

sekolah <strong>yang</strong> didiagnosa asthma oleh dokter diperiksa fungsi parunya dengan<br />

menggunakan peak flow meter dengan mengukur arus puncak ekspirasi (APE)<br />

selama satu menit sebelum intervensi, kemudian hasilnya dicatat dalam<br />

lembar observasi. Anak diberikan balon karet dan peneliti menginstruksikan<br />

untuk meniupnya dengan cara inspirasi dalam dan eksipirasi <strong>yang</strong> memanjang


dengan mulut dimonyongkan selama 10-80 detik dengan tiupan berulang,<br />

terapi ini dilakukan 3 siklus yaitu 3 kali 10-80 detik dengan waktu istirahat 10<br />

menit, waktu <strong>yang</strong> dibutuhkan untuk melakukan intervensi yaitu 36 menit.<br />

Satu menit sesudah intervensi, APE diukur kembali dengan menggunakan<br />

peak flow meter. Data <strong>yang</strong> diperoleh dimasukkan dalam lembar observasi.<br />

Terapi ini dilakukan pagi dan sore sebanyak 3 siklus yaitu 3 kali 10-80 detik<br />

selama lima hari. Setelah data terkumpul dilakukan analisa. Peneliti<br />

menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian dengan sejelas-jelasnya pada orang<br />

tua anak <strong>yang</strong> menderita asthma untuk menghindari banyaknya responden<br />

<strong>yang</strong> droup out, pada saat <strong>pemberian</strong> informed consent. Peneliti juga<br />

melibatkan orang tua untuk sama-sama ikut memonitor anaknya dan terus-<br />

menerus memberi dorongan supaya anak mau melakukan terapi ini.<br />

pasien Periksa<br />

dokter<br />

Ukur APE<br />

selama I menit<br />

Catat dalam<br />

lembar<br />

observasi<br />

Istirahat<br />

10 mnt<br />

Ket: dilakukan 3 siklus yaitu 3 kali 10-80 detik<br />

Gambar 4.2 Prosedur intervensi<br />

Asthma Informed<br />

consent<br />

Lakukan<br />

intervensi meniup<br />

balon selama 10-<br />

80 dtk<br />

ukur APE<br />

selama 1 mnt<br />

Catat dalam<br />

lembar<br />

observasi


G. Pengolahan Analisa Data<br />

Analisa data hasil penelitian dilakukan melalui dua tahapan utama yaitu<br />

pengolahan data dan analisa data dengan menggunakan komputer. Analisia <strong>yang</strong><br />

digunakan pada penelitian ini adalah analisia univariat, analisa bivariat dan<br />

analisa multivariat.<br />

1. Pengolahan Data<br />

a. Editing, yaitu proses pengecekan kembali lembar observasi <strong>yang</strong> telah<br />

diisi, pengecekan <strong>yang</strong> dilakukan meliputi kelengkapan, kejelasan,<br />

relevansi serta konsistensi jawaban responden. Data <strong>yang</strong> belum lengkap<br />

akan dikembalikan kepada responden dan untuk diisi kembali pada saat itu<br />

juga.<br />

b. Processing, yaitu proses pemasukan data kedalam program komputer.<br />

c. Cleaning, yaitu proses pengecekan kembali data-data <strong>yang</strong> telah<br />

H. Analisa data<br />

dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian<br />

pengkodean <strong>yang</strong> dilakukan. Apabila terjadinya kesalahan, maka data<br />

tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai dengan hasil pengumpulan<br />

data <strong>yang</strong> dilakukan.<br />

1. Analisa Univariat<br />

Analisa univariat mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan dari<br />

masing-masing variabel <strong>yang</strong> diteliti untuk data numerik dengan menghitung<br />

mean, median, simpangan baku (SD), nilai minimal dan maksimal. Untuk data


kategorik dengan menghitung nilai APE. Pengujian masing-masing variabel<br />

dengan menggunakan tabel dan diintepretasikan berdasarkan hasil <strong>yang</strong><br />

diperoleh. Analisis univariat pada penelitian ini menjelaskan atau<br />

mendeksripsiskan karakteristik responden <strong>yang</strong> meliputi usia, jenis kelamin,<br />

tinggi badan, berat badan dan variabel fungsi paru dengan menghitung nilai<br />

APE sebelum maupun sesudah intervensi.<br />

2. Analisa Bivariat<br />

Analisa Bivariat mempunyai tujuan untuk menganalisis hubungan dua<br />

variabel. Analisis bivariat akan menguraikan perbedaan mean variabel fungsi<br />

paru dengan menghitung nilai APE sebelum dan sesudah terapi bermain<br />

meniup balon selama 5 hari berturut dengan 3 siklus yaitu 3 kali 10-80 detik<br />

<strong>yang</strong> dilakukan pagi dan sore. Analisis bivariat dilakukan dengan uji statistik<br />

dependen sampel t-test (paired t tes) untuk mengetahui perbedaan fungsi paru<br />

sebelum dan sesudah intervensi. Uji statistik untuk seluruh analisis tersebut<br />

dianalisis dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,05).<br />

3. Analisa Multivariat<br />

Analisis multivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan beberapa<br />

variabel independen dengan satu variabel dependen. Uji multivariat pada<br />

penelitian ini menggunakan uji regresi linier sederhana karena peneliti ingin<br />

mengetahui hubungan antara tinggi badan dan berat badan dengan fungsi paru<br />

dengan menghitung nilai APE sebelum dan sesudah terapi bermain meniup<br />

balon selama 5 hari berturut dengan 3 siklus yaitu 3 kali 10-80 detik <strong>yang</strong><br />

dilakukan pagi dan sore pada anak pra sekolah dengan asthma.


BAB V<br />

HASIL PENELITIAN<br />

Bab ini akan memaparkan secara lengkap, hasil penelitian pengaruh terapi<br />

aktivitas bermain meniup balon terhadap perubahan fungsi paru anak pra sekolah<br />

dengan asthma di klinik asthma anak. Penelitian dilaksanakan selama 3 minggu,<br />

dengan waktu lima hari berturut-turut, intervensi dilakukan pagi dan sore hari dengan<br />

tiga siklus <strong>yang</strong> akan diambil nilai tertinggi, kemudian akan dibandingkan dengan<br />

nilai fungsi paru pasien anak asthma sebelum melakukan intervensi. Penelitian<br />

dimulai pada hari senin sampai dengan jumat dari tanggal 27 Juli sampai dengan 15<br />

Agustus 2009. Penelitian telah dilakukan pada 10 pasien asthma, dengan perincian 5<br />

anak laki-laki dan 5 anak perempuan.<br />

A. Analisa Univariat<br />

Analisa Univariat menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik<br />

responden <strong>yang</strong> meliputi usia, tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, dan<br />

variabel fungsi paru baik sebelum maupun sesudah intervensi. Untuk data<br />

numerik dengan menghitung mean, median, simpangan baku (Standar Deviasi),<br />

dan nilai minimal dan maksimal, sedangkan untuk data kategorik dengan<br />

menghitung persentase nilai APE.


Tabel 5.1<br />

Data Demografi Berdasarkan Berat Badan dan Tinggi Badan Pada Anak Asthma<br />

Juli – Agustus 2009 (n = 10)<br />

Mean Median Standar Deviasi Min-Maks<br />

BB 19.4 19.5 3.95 12 – 25<br />

TB 115.2 118.5 8.561 96 - 122<br />

Karakteristik responden menurut berat badan, rata-rata berat badan<br />

responden adalah 19.4 kg, berat badan terendah adalah 12 kg dan tertinggi adalah<br />

25 kg. Karakteristik responden menurut tinggi badan, rata-rata tinggi badan<br />

responden adalah 115.2 cm, tinggi badan terendah adalah 96 cm dan tertinggi<br />

adalah 122 cm.<br />

Tabel 5.2<br />

Data Demografi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Pada Anak Asthma<br />

Juli – Agustus 2009 (n = 10)<br />

No Jenis kelamin Usia Total<br />

4 th 5 th<br />

1 Laki-laki 40% 60% 100%<br />

2 Perempuan 40% 60% !00%<br />

Karakteristik responden menurut usia dan jenis kelamin yaitu anak laki-laki<br />

usia 4 tahun 40% dan usia 5 tahun 60%, sedangkan anak perempuan usia 4 tahun<br />

40% dan usia 5 tahun 60%.


Tabel 5.3<br />

Distribusi fungsi paru sebelum dan setelah intervensi, hari pertama sampai dengan<br />

hari ke lima pada anak laki-laki dengan asthma Juli – Agustus 2009<br />

Hari Ke Waktu Intervensi Mean Median Standar Deviasi Min - Maks<br />

1 Pagi Sebelum 169 160 32.481 130-205<br />

Sesudah 193 200 28.636 150-220<br />

Sore Sebelum 203 205 8.367 190-210<br />

Sesudah 223 220 11.511 210-235<br />

2 Pagi Sebelum 198 200 17.889 180-220<br />

Sesudah 218 210 17.536 200-245<br />

Sore Sebelum 202 215 27.523 160-230<br />

Sesudah 224 230 16.355 205-245<br />

3 Pagi Sebelum 211 205 12.942 200-225<br />

Sesudah 229 230 8.944 220-240<br />

Sore Sebelum 217 215 13.038 200-230<br />

Sesudah 233 225 13.509 220-250<br />

4 Pagi Sebelum 216 215 12.45 205-235<br />

Sesudah 229 225 15.572 210-245<br />

Sore Sebelum 223 220 9.083 215-235<br />

Sesudah 236 235 7.416 225-245<br />

5 Pagi Sebelum 222 230 13.509 205-235<br />

Sesudah 238 240 10.368 225-250<br />

Sore Sebelum 227 225 8.367 220-240<br />

Sesudah 245 245 9.618 235-260<br />

Distribusi fungsi paru sebelum dan sesudah intervensi, hari pertama<br />

sampai dengan hari lima pada anak laki-laki. Rata-rata fungsi paru hari pertama<br />

pagi sebelum intervensi yaitu 169, sesudah intervensi 193, rata-rata sore sebelum<br />

intervensi 203 dan sesudah intervensi 223. Rata-rata fungsi paru hari ke dua pagi<br />

sebelum intervensi yaitu 198, sesudah intervensi 218, rata-rata sore sebelum<br />

intervensi 202 dan sesudah intervensi 224.<br />

Rata-rata fungsi paru hari ke tiga pagi sebelum intervensi yaitu 211,<br />

sesudah intervensi 229, rata-rata sore sebelum intervensi 217 dan sesudah


intervensi 233. Rata-rata fungsi paru hari ke empat pagi sebelum intervensi yaitu<br />

216, sesudah intervensi 229, rata-rata sore sebelum intervensi 223 dan sesudah<br />

intervensi 236. Rata-rata fungsi paru hari ke lima pagi sebelum intervensi yaitu<br />

222, sesudah intervensi 238, rata-rata sore sebelum intervensi 227 dan sesudah<br />

intervensi 245. Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata fungsi<br />

paru pada anak laki-laki antara sebelum dengan sesudah intervensi tiap harinya<br />

selalu mengalami peningkatan <strong>yang</strong> signifikan.<br />

Tabel 5.4<br />

Distribusi fungsi paru sebelum dan setelah intervensi, hari pertama sampai dengan<br />

hari ke lima pada anak perempuan Juli – Agustus 2009<br />

Hari Ke Waktu Intervensi Mean Median Standar Deviasi Min - Maks<br />

1 Pagi Sebelum 163 150 34.569 130 - 215<br />

Sesudah 196 210 33.615 160 - 230<br />

Sore Sebelum 186 210 52.249 130 - 240<br />

Sesudah 207 225 49.193 150 - 260<br />

2 Pagi Sebelum 185 200 58.095 110 - 245<br />

Sesudah 207 225 43.818 160 - 250<br />

Sore Sebelum 197 210 45.222 150 - 250<br />

Sesudah 223 225 41.322 175 - 275<br />

3 Pagi Sebelum 240 230 42.778 140 - 240<br />

Sesudah 221 235 34.351 180 - 260<br />

Sore Sebelum 199 220 40.682 150 - 235<br />

Sesudah 228 235 38.177 180 - 275<br />

4 Pagi Sebelum 207 215 38.013 170 - 260<br />

Sesudah 226 225 37.98 180 - 275<br />

Sore Sebelum 216 220 30.496 180 - 250<br />

Sesudah 231 230 29.665 200 - 270<br />

5 Pagi Sebelum 220 225 37.583 170 - 270<br />

Sesudah 230 235 34.821 190 - 280<br />

Sore Sebelum 223 220 31.937 180 - 265<br />

Sesudah 241 240 30.7 210 - 285


Distribusi fungsi paru sebelum dan sesudah intervensi, hari pertama<br />

sampai dengan hari lima pada anak perempuan. Rata-rata fungsi paru hari<br />

pertama pagi sebelum intervensi yaitu 163, setelah intervensi 196, rata-rata sore<br />

sebelum intervensi 186 dan sesudah intervensi 207. Rata-rata fungsi paru hari ke<br />

dua pagi sebelum intervensi yaitu 185, sesudah intervensi 207, rata-rata sore<br />

sebelum intervensi 197 dan sesudah intervensi 223.<br />

Rata-rata fungsi paru hari ke tiga pagi sebelum intervensi yaitu 204, sesudah<br />

intervensi 221, rata-rata sore sebelum intervensi 199 dan sesudah intervensi 228.<br />

Rata-rata fungsi paru hari ke empat pagi sebelum intervensi yaitu 207, sesudah<br />

intervensi 226, rata-rata sore sebelum intervensi 216 dan sesudah intervensi 231.<br />

Rata-rata fungsi paru hari ke lima pagi sebelum intervensi yaitu 220, sesudah<br />

intervensi 230, rata-rata sore sebelum intervensi 223 dan sesudah intervensi 241.<br />

Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata fungsi paru pada anak<br />

perempuan antara sebelum dengan sesudah intervensi tiap harinya selalu<br />

mengalami peningkatan <strong>yang</strong> signifikan.<br />

B. Analisa Bivariat<br />

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu<br />

pengaruh terapi bermain meniup balon <strong>yang</strong> akan dilihat seberapa besar<br />

pengaruhnya terhadap perubahan fungsi paru pada pasien asthma, dengan<br />

menganalisa hasil penelitian perintervensi, hasil perhari dan hasil terapi hari<br />

pertama pagi sebelum intervensi dengan hari ke lima sore sesudah intervensi<br />

dengan membedakan jenis kelamin. Uji statistik untuk seluruh analisis di atas di


analisis dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0.05%), untuk analisis pengaruh<br />

meniup balon terhadap perubahan fungsi paru pada anak pra sekolah dengan<br />

asthma. Untuk melihat seberapa kuat hubungan terapi meniup balon terhadap<br />

perubahan fungsi paru pada anak pra sekolah dengan asthma yaitu dengan<br />

menghitung nilai eta (η), dikatakan memiliki hubungan <strong>yang</strong> kuat jika eta (η) ><br />

0.14 (Pallant, 2005). Jenis analisis <strong>yang</strong> digunakan adalah uji statistik dependen<br />

simple test (paired t-tes).<br />

1. Analisa Perintervensi Pengaruh Terapi Aktivitas Bermain Meniup Balon<br />

Terhadap Perubahan Fungsi Paru Pada Anak Pra Sekolah Dengan<br />

Asthma<br />

Tabel 5.5 dan 5.6 dibawah ini akan menguraikan nilai P value untuk<br />

melihat seberapa besar pengaruh terapi meniup balon dan nilai eta (η) untuk<br />

melihat seberapa kuat pengaruh terapi meniup balon dengan perubahan fungsi<br />

paru pada anak laki-laki dan anak perempuan dengan melihat hasil<br />

perintervensi <strong>yang</strong> dilakukan peneliti.<br />

Tabel 5.5 dapat menjelaskan adanya pengaruh terapi meniup balon<br />

terhadap perubahan fungsi paru pada anak laki-laki. Hal ini disimpulkan<br />

dengan adanya beda rata-rata nilai APE sebelum dan sesudah dilakukan<br />

intervensi <strong>yang</strong> di lihat dengan nilai P value. Rata-rata hasil P value dari<br />

sepuluh intervensi <strong>yang</strong> dilakukan sejak hari pertama sampai dengan hari<br />

kelima yaitu P value < (0.05). Secara statistik ada perbedaan <strong>yang</strong> bermakna<br />

dari rata-rata nilai APE antara sebelum dengan sesudah intervensi, ini di<br />

interpretasikan sebagai adanya pengaruh terapi meniup balon dengan


perubahan fungsi paru. Kuatnya pengaruh dilihat dengan adanya nilai eta.<br />

Rata-rata nilai eta <strong>yang</strong> diperoleh yaitu eta > 0.14, ini di intepretasikan<br />

sebagai adanya pengaruh <strong>yang</strong> kuat antara terapi meniup balon dengan<br />

perubahan fungsi paru.<br />

Tabel 5.5<br />

Analisa perintervensi pengaruh terapi aktivitas bermain meniup tiupan balon<br />

terhadap perubahan fungsi paru pada anak laki-laki usia pra sekolah dengan<br />

asthma Juli – Agustus 2009<br />

Variabel Hari Ke Waktu Intervensi P Value t Eta (η) n<br />

Fungsi 1 Pagi Sebelum 0.009 -4.707 0.847 5<br />

Paru Sesudah<br />

Sore Sebelum 0.005 -5.657 0.889 5<br />

Sesudah<br />

2 Pagi Sebelum 0.005 -5.657 0.889 5<br />

Sesudah<br />

Sore Sebelum 0.02 -3.773 0.78 5<br />

Sesudah<br />

3 Pagi Sebelum 0.006 -5.308 0.875 5<br />

Sesudah<br />

Sore Sebelum 0.001 -8.552 0.948 5<br />

Sesudah<br />

4 Pagi Sebelum 0.019 -3.833 0.786 5<br />

Sesudah<br />

Sore Sebelum 0.007 -5.099 0.866 5<br />

Sesudah<br />

5 Pagi Sebelum 0.005 -5.488 0.882 5<br />

Sesudah<br />

Sore Sebelum 0.027 -3.413 0.744 5<br />

Sesudah


Variabel<br />

Tabel 5.6<br />

Analisa perintervensi pengaruh terapi aktivitas bermain meniup tiupan balon<br />

terhadap perubahan fungsi paru pada anak perempuan usia pra sekolah<br />

dengan asthma Juli – Agustus 2009<br />

Hari<br />

Ke Waktu Intervensi P Value t Eta (η) n<br />

Fungsi 1 Pagi Sebelum 0.059 -2.617 0.631 5<br />

Paru Sesudah<br />

Sore Sebelum 0.01 -4.583 0.84 5<br />

Sesudah<br />

2 Pagi Sebelum 0.049 -2.805 0.663 5<br />

Sesudah<br />

Sore Sebelum 0.003 -6.5 0.913 5<br />

Sesudah<br />

3 Pagi Sebelum 0.053 -2.722 0.649 5<br />

Sesudah<br />

Sore Sebelum 0.019 -3.792 0.782 5<br />

Sesudah<br />

4 Pagi Sebelum 0.014 -4.146 0.811 5<br />

Sesudah<br />

Sore Sebelum 0.003 -6.708 0.918 5<br />

Sesudah<br />

5 Pagi Sebelum 0.022 -3.651 0.769 5<br />

Sesudah<br />

Sore Sebelum 0.011 -4.431 0.831 5<br />

Sesudah<br />

Tabel 5.6 dapat menjelaskan adanya pengaruh terapi meniup balon<br />

terhadap perubahan fungsi paru pada anak perempuan. Hal ini disimpulkan<br />

dengan adanya beda rata-rata nilai APE sebelum dan sesudah dilakukan<br />

intervensi <strong>yang</strong> di lihat dengan nilai P value. Rata-rata hasil P value dari<br />

sepuluh intervensi <strong>yang</strong> dilakukan sejak hari pertama sampai dengan hari<br />

kelima yaitu P value < (0.05). Secara statistik ada perbedaan <strong>yang</strong> bermakna<br />

dari rata-rata nilai APE antara sebelum dengan sesudah intervensi, ini di


interpretasikan sebagai adanya pengaruh terapi meniup balon dengan<br />

perubahan fungsi paru. Kuatnya pengaruh dilihat dengan adanya nilai eta.<br />

Rata-rata nilai eta <strong>yang</strong> diperoleh yaitu eta > 0.14, ini di intepretasikan<br />

sebagai adanya pengaruh <strong>yang</strong> kuat antara terapi meniup balon dengan<br />

perubahan fungsi paru.<br />

2. Analisa Perhari Pengaruh Terapi Aktivitas Bermain Meniup Balon<br />

Terhadap Perubahan Fungsi Paru Pada Anak Pra Sekolah Dengan<br />

Asthma<br />

Tabel 5.7 dan 5.8 dibawah ini akan menguraikan nilai P value untuk<br />

melihat seberapa besar pengaruh terapi meniup balon dan nilai eta (η) untuk<br />

melihat seberapa kuat hubungan terapi meniup balon dengan perubahan<br />

fungsi paru pada anak laki-laki dan anak perempuan dengan melihat hasil<br />

perhari <strong>yang</strong> dilakukan peneliti.<br />

Tabel 5.7 dapat menjelaskan adanya pengaruh terapi meniup balon<br />

terhadap perubahan fungsi paru pada anak laki-laki. Hal ini disimpulkan<br />

dengan adanya beda rata-rata nilai APE sebelum dan sesudah dilakukan<br />

intervensi <strong>yang</strong> di lihat dengan nilai P value. Rata-rata hasil P value <strong>yang</strong> di<br />

nilai perhari yaitu pagi sebelum intervensi dengan sore sesudah intervensi<br />

selama lima hari berturut didapatkan nilai P value < (0.05). Secara statistik<br />

ada perbedaan <strong>yang</strong> bermakna dari rata-rata nilai APE antara sebelum dengan<br />

sesudah intervensi, ini di interpretasikan sebagai adanya pengaruh terapi<br />

meniup balon dengan perubahan fungsi paru. Kuatnya pengaruh dilihat<br />

dengan adanya nilai eta. Rata-rata nilai eta <strong>yang</strong> diperoleh yaitu eta > 0.14, ini


di intepretasikan sebagai adanya pengaruh <strong>yang</strong> kuat antara terapi meniup<br />

balon dengan perubahan fungsi paru.<br />

Tabel 5.7<br />

Analisa perhari pengaruh terapi aktivitas bermain meniup balon terhadap<br />

perubahan fungsi paru pada anak laki-laki usia pra sekolah dengan asthma<br />

Juli – Agustus 2009<br />

Variabel Hari Ke Waktu Intervensi P Value t Eta (η) n<br />

Fungsi 1 Pagi Sebelum 0.005 -5.74 0.891 5<br />

Paru Sore Sesudah<br />

2 Pagi Sebelum 0.017 -3.942 0.795 5<br />

Sore Sesudah<br />

3 Pagi Sebelum 0.0005 -11 0.968 5<br />

Sore Sesudah<br />

4 Pagi Sebelum 0.003 -6.325 0.909 5<br />

Sore Sesudah<br />

5 Pagi Sebelum 0.004 -6 0.9 5<br />

Sore Sesudah<br />

Tabel 5.8 dapat menjelaskan adanya pengaruh terapi meniup balon<br />

terhadap perubahan fungsi paru pada anak perempuan. Hal ini disimpulkan<br />

dengan adanya beda rata-rata nilai APE sebelum dan setelah dilakukan<br />

intervensi <strong>yang</strong> di lihat dengan nilai P value. Rata-rata hasil P value <strong>yang</strong> di<br />

nilai perhari yaitu pagi sebelum intervensi dengan sore setelah intervensi<br />

selama lima hari berturut didapatkan nilai P value < (0.05). Secara statistik<br />

ada perbedaan <strong>yang</strong> bermakna dari rata-rata nilai APE antara sebelum dengan<br />

setelah intervensi, ini di interpretasikan sebagai adanya pengaruh terapi<br />

meniup balon dengan perubahan fungsi paru. Kuatnya pengaruh dilihat<br />

dengan adanya nilai eta. Rata-rata nilai eta <strong>yang</strong> diperoleh yaitu eta > 0.14, ini


di intepretasikan sebagai adanya pengaruh <strong>yang</strong> kuat antara terapi meniup<br />

balon dengan perubahan fungsi paru.<br />

Tabel 5.8<br />

Analisa perhari pengaruh terapi aktivitas bermain meniup balon terhadap<br />

perubahan fungsi paru pada anak perempuan usia pra sekolah dengan asthma<br />

Variabel<br />

Juli – Agustus 2009<br />

Hari<br />

Ke Waktu Intervensi P Value t Eta (η) n<br />

Fungsi 1 Pagi Sebelum 0.077 -2.365 0.583 5<br />

Paru Sore Sesudah<br />

2 Pagi Sebelum 0.024 -3.521 0.756 5<br />

Sore Sesudah<br />

3 Pagi Sebelum 0.018 -3.868 0.789 5<br />

Sore Sesudah<br />

4 Pagi Sebelum 0.008 -4.951 0.859 5<br />

Sore Sesudah<br />

5 Pagi Sebelum 0.012 -4.332 0.824 5<br />

Sore Sesudah<br />

3. Pengaruh Terapi Aktivitas Bermain Meniup Balon Terhadap Perubahan<br />

Fungsi Paru Sebelum Dan Sesudah Intervensi Selama 5 Hari Pada Anak<br />

Pra Sekolah Dengan Asthma<br />

Tabel 5.9 dan 5.10 dibawah ini akan menguraikan nilai P value untuk<br />

melihat seberapa besar pengaruh terapi meniup balon dan nilai eta (η) untuk<br />

melihat seberapa kuat hubungan terapi meniup balon dengan perubahan<br />

fungsi paru dengan melihat hasil intervensi hari pertama pagi dengan hari ke<br />

lima sore pada anak laki-laki dan anak perempuan <strong>yang</strong> dilakukan peneliti.


Tabel 5.9<br />

Analisa hari pertama pagi dengan hari ke lima sore, pengaruh terapi aktivitas<br />

bermain meniup balon terhadap perubahan fungsi paru pada anak laki-laki usia<br />

Variabel<br />

pra sekolah dengan asthma Juli – Agustus 2009<br />

Hari<br />

Ke Waktu Intervensi P Value t eta n<br />

Fungsi 1 Pagi Sebelum 0.003 -6.473 0.913 5<br />

Paru 5 Sore Sesudah<br />

Tabel 5.9 dapat menjelaskan adanya pengaruh terapi meniup balon<br />

terhadap perubahan fungsi paru pada anak laki-laki. Hal ini disimpulkan<br />

dengan adanya beda rata-rata nilai APE sebelum dan sesudah dilakukan<br />

intervensi <strong>yang</strong> di lihat dengan nilai P value. Hasil P value <strong>yang</strong> di nilai<br />

dengan melihat hasil intervensi hari pertama pagi dengan hari ke lima sore<br />

didapatkan nilai P value (0.003) berarti P value < (0.05). Secara statistik ada<br />

perbedaan <strong>yang</strong> bermakna dari rata-rata nilai APE antara sebelum dengan<br />

sesudah intervensi, ini di interpretasikan sebagai adanya pengaruh terapi<br />

meniup balon dengan perubahan fungsi paru. Kuatnya pengaruh dilihat<br />

dengan adanya nilai eta. Rata-rata nilai eta <strong>yang</strong> diperoleh yaitu eta > 0.14, ini<br />

di intepretasikan sebagai adanya pengaruh <strong>yang</strong> kuat antara terapi meniup<br />

balon dengan perubahan fungsi paru.


Tabel 5.10<br />

Analisa hari pertama pagi dengan hari ke lima sore, pengaruh terapi aktivitas<br />

bermain meniup balon terhadap perubahan fungsi paru pada anak perempuan usia<br />

Variabel<br />

pra sekolah dengan asthma<br />

Hari<br />

Ke Waktu Intervensi P Value t eta n<br />

Fungsi 1 Pagi Sebelum 0.011 -4.474 0.833 5<br />

Paru 5 Sore Sesudah<br />

Tabel 5.10 dapat menjelaskan adanya pengaruh terapi meniup balon<br />

terhadap perubahan fungsi paru pada anak perempuan. Hal ini disimpulkan<br />

dengan adanya beda rata-rata nilai APE sebelum dan sesudah dilakukan<br />

intervensi <strong>yang</strong> di lihat dengan nilai P value. Hasil P value <strong>yang</strong> di nilai<br />

dengan melihat hasil intervensi hari pertama pagi dengan hari ke lima sore<br />

didapatkan nilai P value (0.011) berarti P value < (0.05). Secara statistik ada<br />

perbedaan <strong>yang</strong> bermakna dari rata-rata nilai APE antara sebelum dengan<br />

sesudah intervensi, ini di interpretasikan sebagai adanya pengaruh terapi<br />

meniup balon dengan perubahan fungsi paru. Kuatnya pengaruh dilihat<br />

dengan adanya nilai eta. Rata-rata nilai eta <strong>yang</strong> diperoleh yaitu eta > 0.14, ini<br />

di intepretasikan sebagai adanya pengaruh <strong>yang</strong> kuat antara terapi meniup<br />

balon dengan perubahan fungsi paru.


C. Analisa Multivariat<br />

Analisis multivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan beberapa<br />

variabel independen dengan satu variabel dependen. Uji multivariat pada<br />

penelitian ini dengan menggunakan Multiple Linier Regretion karena peneliti<br />

ingin mengetahui pengaruh terapi meniup balon dengan menilai fungsi paru<br />

sebelum dan sesudah intervensi dengan mengontrol tinggi badan dan berat<br />

badan pada anak pra sekolah dengan asthma.<br />

Tabel 5.11<br />

Distribusi Nilai P Value sebelum dan sesudah intervensi dengan mengontrol<br />

tinggi badan dan berat badan anak dengan asthma<br />

JK P value n<br />

L 0.549 5<br />

P 0.311 5<br />

Tabel 5.11 menjelaskan bahwa tidak adanya pengaruh <strong>yang</strong> signifikan<br />

antara terapi meniup balon terhadap perubahan fungsi paru pada anak laki-laki<br />

dan perempuan setelah di kontrol tinggi badan dan berat badan anak. Secara<br />

statistik ini dibuktikan dengan rata-rata nilai P value > (0.05). Pada anak laki-<br />

laki P value (0.549) dan pada anak perempuan P value (0.311).


BAB VI<br />

PEMBAHASAN<br />

Pada bab ini akan diuraikan tentang pembahasan <strong>yang</strong> meliputi intepretasi dan<br />

diskusi hasil penelitian seperti <strong>yang</strong> telah dipaparkan dalam bab V, keterbatasan<br />

penelitian <strong>yang</strong> terkait dengan desain peneliltian <strong>yang</strong> digunakan dan karakteristik<br />

sampel <strong>yang</strong> digunakan, selanjutnya akan dibahas pula tentang bagaimana implikasi<br />

hasil penelitian ini terhadap pelayanan dan pengembangan penelitian berikutnya.<br />

A. Intepretasi Dan Hasil Diskusi<br />

Tujuan dilakukan penelitian ini seperti telah dijelaskan pada bab I adalah<br />

untuk menjelaskan pengaruh terapi aktivitas bermain meniup balon terhadap<br />

perubahan fungsi paru pada anak pra sekolah dengan asthma di klinik<br />

Suddhaprana RSCM.<br />

Fungsi paru adalah usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen untuk<br />

proses metabolisme dan mengeluarkan karbondioksida sebagai hasil metabolisme<br />

(Sherwood, 2005). Fungsi paru <strong>yang</strong> akan diteliti adalah fungsi ventilasi <strong>yang</strong><br />

ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan arus puncak ekspirasi (APE) dengan<br />

menggunakan alat peak expiratory flow meter (PEF meter). Berikut ini akan di<br />

uraikan intepretasi hasil penelitian dari semua variabel.


1. Pengaruh Terapi Aktivitas Bermain Meniup Balon Terhadap Perubahan<br />

Fungsi Paru Pada Anak Pra Sekolah Dengan Asthma<br />

Hasil distribusi fungsi paru perintervensi pada tabel 5.3 dan 5.4 dapat<br />

disimpulkan bahwa ada beda rata-rata nilai APE sebelum dan sebelum<br />

dilakukan intervensi dari sepuluh intervensi <strong>yang</strong> dilakukan sejak hari<br />

pertama sampai dengan hari kelima semakin mengalami peningkatan baik<br />

pada anak laki-laki maupun anak perempuan.<br />

Hasil analisa statistik pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa terapi<br />

bermain meniup balon berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan<br />

fungsi paru pada anak laki-laki dengan asthma. Hasil statistik pada tabel 5.6<br />

menunjukkan hasil <strong>yang</strong> sama yaitu terapi bermain meniup balon berpengaruh<br />

secara signifikan dalam meningkatkan fungsi paru pada anak perempuan<br />

dengan asthma, ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai APE tiap<br />

harinya.<br />

Hasil analisa statistik perhari pada tabel 5.7 dan 5.8 menunjukkan<br />

perubahan fungsi paru <strong>yang</strong> bermakna saat dilakukan perbandingan hasil<br />

pengukuran pagi sebelum intervensi dan sore sesudah dilakukan intervensi<br />

dengan nilai rata-rata p < (0.05).<br />

Hasil analisa statistik pada tabel 5.9 dan 5.10 juga menunjukkan<br />

perubahan fungsi paru <strong>yang</strong> bermakna saat dilakukan perbandingan hasil<br />

pengukuran hari pertama pagi sebelum dilakukan intervensi dengan hari<br />

kelima sore sesudah dilakukan intervensi dengan nilai p < (0.05). Hasil<br />

statistik dari semua tabel menunjukkan bahwa terapi meniup balon dengan


perubahan fungsi paru memiliki pengaruh <strong>yang</strong> sangat kuat baik pada anak<br />

laki-laki maupun anak perempuan ini dibuktikan dengan rata-rata nilai eta (η)<br />

> 0.14.<br />

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa dengan terapi bermain<br />

meniup balon dapat meningkatkan fungsi paru pasien asthma. Hasil penelitian<br />

ini sangat sesuai dengan hasil hipotesis penelitian. Data statistik menunjukkan<br />

bahwa terapi aktivitas bermain meniup balon <strong>yang</strong> dilakukan oleh pasien anak<br />

dengan asthma baik derajat ringan maupun sedang selama 5 hari berturut-turut<br />

dengan intervensi pagi dan sore, dapat meningkatkan fungsi paru <strong>yang</strong><br />

dibuktikan dengan peningkatan nilai APE.<br />

Secara klinis peningkatan tersebut cukup baik karena terjadi<br />

perubahan tingkat derajat asthma dari <strong>yang</strong> sedang menjadi ringan. Asthma<br />

derajat ringan nilai APE nya adalah 80% (PPDI, 2006). Pasien asthma akan<br />

mengalami kesulitan saat bernapas, ini karena terjadi obstruksi pernapasan<br />

<strong>yang</strong> disebabkan oleh bronkhospasme, penumpukan mukosa dan inflamasi<br />

membran mukosa sehingga resistensi aliran udara menjadi besar terutama<br />

selama ekspirasi, sehingga mengharuskan tubuh untuk menciptakan gradien<br />

tekanan <strong>yang</strong> lebih besar agar laju aliran udara dapat dipertahankan normal<br />

<strong>yang</strong> disebut dengan aliran ekspirasi maksimum (Sherwood, 2005).<br />

Terapi bermain meniup balon merupakan permainan <strong>yang</strong><br />

memerlukan inspirasi dalam dan ekspirasi <strong>yang</strong> memanjang. Tujuan terapi ini<br />

adalah melatih pernapasan yaitu ekspirasi menjadi lebih panjang dari pada<br />

inspirasi untuk memfasilitasi pengeluaran karbondioksida dari tubuh <strong>yang</strong>


tertahan karena obstruksi jalan napas (Williams, 2006). Terapi bermain<br />

meniup balon ditujukan untuk anak-anak <strong>yang</strong> mengalami gangguan pada<br />

sistem pernapasan khususnya asthma dengan tujuan agar fungsi paru pada<br />

anak akan meningkat dan menjadi normal (Hockenbbery, 2003). Terapi ini<br />

dapat dianalogkan dengan latihan napas dalam atau pursed lip breating.<br />

Pursed lip breating adalah inspirasi dalam dan ekspirasi memanjang dengan<br />

mulut dimonyongkan dengan tujuan untuk membantu pasien mengontrol pola<br />

napas, menurunkan sesak napas, meningkatkan kekuatan otot pernapasan dan<br />

memperbaiki kelenturan rongga dada sehingga fungsi paru menjadi meningkat<br />

(Dechman, 2004). Fungsi paru terutama ventilasi paru sangat dipengaruhi<br />

oleh recoil dan compliance paru. Terapi meniup balon dapat meningkatkan<br />

kekuatan otot pernapasan sehingga akan memaksimalkan recoil dan<br />

compliance paru sehingga fungsi paru akan meningkat pula (Sherwood,<br />

2005).<br />

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori <strong>yang</strong> menyatakan bahwa<br />

latihan dapat meningkatkan kekuatan otot dan ventilasi paru pasien asthma,<br />

hal ini disebabkan karena latihan dapat menyebabkan perangsangan pusat<br />

otak <strong>yang</strong> lebih tinggi pada pusat vasomotor di batang otak <strong>yang</strong><br />

menyebabkan peningkatan tekanan arteri dan peningkatan ventilasi paru<br />

(Sherwood, 2005).<br />

Penelitian ini sejalan dengan penelitian <strong>yang</strong> dilakukan Camalia<br />

(2008) tentang pengaruh senam asthma terhadap peningkatan fungsi paru<br />

pasien asthma di perkumpulan senam asthma di RSU Tangerang. Hasil


penelitian tersebut menyatakan bahwa nilai rata-rata fungsi paru kelompok<br />

intervensi lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.<br />

2. Pengaruh terapi aktivitas bermain meniup balon terhadap perubahan<br />

fungsi paru <strong>yang</strong> di kontrol dengan tinggi badan dan berat badan anak<br />

asthma<br />

Hasil penelitian pada tabel 5.11 menunjukkan bahwa tinggi badan dan<br />

berat badan tidak berpengaruh secara signifikan dengan perubahan fungsi<br />

paru. Secara teoritis tinggi badan dan berat badan dapat <strong>mempengaruhi</strong><br />

perubahan fungsi paru. Seseorang <strong>yang</strong> memiliki tubuh <strong>yang</strong> tinggi dan besar<br />

maka fungsi ventilasi parunya lebih tinggi dibandingkan dengan orang <strong>yang</strong><br />

memiliki tubuh kecil dan pendek (Kliegman, 2005). Fungsi ekspirasi dan<br />

inspirasi juga dipengaruhi oleh tinggi badan dan berat badan karena<br />

kemampuan dada untuk mengembang akan berbeda pada setiap tinggi dan<br />

berat badan <strong>yang</strong> berbeda (Kliegman, 2005).<br />

Hasil penelitian menunjukkan pengaruh <strong>yang</strong> tidak signifikan antara<br />

tinggi badan dan berat badan terhadap peningkatan fungsi paru, ini<br />

disebabkan karena jumlah sampel <strong>yang</strong> kurang memadai sehingga hasil<br />

penelitian tidak sesuai dengan teori <strong>yang</strong> ada.<br />

B. Keterbatasan Penelitian<br />

Keterbatasan pada penelitian ini adalah pada saat pengumpulan data anak<br />

asthma di klinik asthma, ini disebabkan karena jarangnya anak <strong>yang</strong> menderita<br />

asthma berobat langsung ke klinik tersebut dan klinik tidak memiliki data lengkap


anak-anak <strong>yang</strong> berobat di klinik tersebut sehingga peneliti harus mencari data<br />

anak asthma di poli klinik paru anak.<br />

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling akan<br />

tetapi tidak menggunakan accidental sampling karena keterbatasan waktu<br />

penelitian sehingga peneliti melihat medical record pasien dengan mengambil<br />

semua data pasien anak <strong>yang</strong> menderita asthma usia pra sekolah.<br />

C. Implikasi Hasil Penelitian<br />

Pada bab I telah disampaikan manfaat penelitian, sebenarnya penelitian ilmiah<br />

mengandung dua manfaat yaitu, manfaat secara teoritis dan manfaat secara<br />

praktis. Kedua itu merupakan syarat dilakukannya suatu penelitian. Kedua<br />

manfaat ini hendaknya bisa di implikasikan terhadap pelayanan dan penelitian<br />

selanjutnya.<br />

1. Implikasi terhadap pelayanan keperawatan<br />

Setelah anak <strong>yang</strong> menderita asthma melakukan terapi aktivitas bermain<br />

meniup balon selama 5 hari <strong>yang</strong> dilakukan pagi dan sore hari dengan siklus<br />

tiga kali intervensi selama 10-80 detik, ternyata mendapatkan manfaat,<br />

diantaranya anak merasa lebih nyaman dalam bernapas, merasa tidak sesak<br />

lagi dan serangan asthma berkurang, selain itu <strong>yang</strong> terlihat dalam penelitian<br />

ini adalah terjadinya peningkatan nilai fungsi paru. Terapi bermain meniup<br />

balon ini sangat mudah dan tidak memerlukan peralatan <strong>yang</strong> mahal dan<br />

tempat khusus selain itu anak-anak sangat menyukai terapi ini. Terapi<br />

bermain meniup balon sangat baik dilakukan pada pasien <strong>yang</strong> menderita


asthma karena dapat memperbaiki kelenturan rongga dada serta diafragma,<br />

serta dapat melatih otot-otot ekspirasi untuk memperpanjang ekhalasi dan<br />

meningkatkan tekanan jalan napas selama ekspirasi, dengan demikian dapat<br />

mengurangi jumlah tahanan dan jebakan udara. Latihan ini juga dapat<br />

membantu menginduksikan pola napas terutama frekuensi napas menjadi<br />

lambat dan dalam (Yunus, 2005). Latihan napas dalam dapat meningkatkan<br />

oksigenasi dan membantu sekret atau mukus keluar dari jalan napas (Speer,<br />

2007). Pada pasien anak untuk melatih napas dalam intervensi <strong>yang</strong> dapat<br />

dilakukan oleh perawat anak yaitu dengan mengajak anak <strong>yang</strong> menderita<br />

asthma untuk ikut dalam terapi bermain meniup balon yaitu dengan tujuan<br />

agar fungsi paru pada anak asthma akan meningkat dan menjadi normal<br />

(Hockenberry, 2004).<br />

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perawat,<br />

khususnya perawat anak <strong>yang</strong> berada di pelayanan untuk mengembangkan<br />

promosi kesehatan dan edukasi <strong>yang</strong> lebih baik lagi tentang manfaat terapi<br />

bermain meniup balon atau terapi latihan napas dalam sebagai<br />

penatalaksanaan jangka panjang pasien asthma, untuk meningkatkan kualitas<br />

hidup pasien anak dengan asthma.


2. Implikasi terhadap keilmuan<br />

a. Dari hasil penelitian ini, terapi bermain meniup balon dapat menjadi salah<br />

satu intervensi keperawatan pada manajemen penanganan asthma bagi<br />

pasien anak dengan asthma karena terapi ini sama dengan terapi latihan<br />

napas dalam (pursed lips breathing).<br />

b. Hasil penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh terapi aktivitas bermain<br />

meniup balon terhadap perubahan fungsi paru pada anak pra sekolah<br />

dengan asthma. Penelitian ini dilakukan selama lima hari <strong>yang</strong> setiap hari<br />

dilakukan intervensi dua kali yaitu pagi dan sore dengan tiga siklus.<br />

Sampel penelitian ini adalah 10 oarang anak. Hasil penelitian ini dapat<br />

mendorong penelitian lanjutan dengan jumlah sampel lebih banyak dan<br />

dapat membandingkan beberapa exercise <strong>yang</strong> paling baik dalam<br />

meningkatkan fungsi paru pasien anak dengan asthma seperti senam<br />

asthma, berenang, bersepeda dan lainnya.


A. Simpulan<br />

BAB VII<br />

SIMPULAN DAN SARAN<br />

1. Penelitian ini telah mengidentifikasi beberapa karakteristik dari 10<br />

responden. Usia responden adalah usia 4 dan 5 tahun, usia terbanyak<br />

adalah usia 5 tahun. Jenis kelamin responden disetarakan yaitu 5 anak<br />

laki-laki dan 5 anak perempuan. Berat badan responden dalam rentang 12<br />

kg sampai 25 kg dan tinggi badan responden dalam rentang 96 cm sampai<br />

122 cm.<br />

2. Nilai APE pada anak laki-laki dan anak perempuan dengan asthma setelah<br />

dianalisis perintervensi selama lima hari berturut-turut mengalami<br />

perbedaan <strong>yang</strong> signifikan (p value < 0.05) dan artinya ada pengaruh<br />

terapi meniup balon dengan perubahan fungsi paru.<br />

3. Nilai APE pada anak laki-laki dan anak perempuan dengan asthma setelah<br />

dianalisis perhari <strong>yang</strong> dilakukan selama lima hari berturut-turut<br />

mengalami perbedaan <strong>yang</strong> signifikan (p value < 0.05) dan artinya ada<br />

pengaruh terapi meniup balon dengan perubahan fungsi paru.<br />

4. Nilai APE pada anak laki-laki dan anak perempuan dengan asthma setelah<br />

dianalisis hari pertama pagi sebelum intervensi dengan hari kelima sore<br />

setelah intervensi mengalami perbedaan <strong>yang</strong> signifikan, laki-laki<br />

(p = 0.003, α = 0.05) dan perempuan (p = 0.011, α = 0.05), artinya ada<br />

pengaruh terapi meniup balon dengan perubahan fungsi paru.


5. Terapi akvitas bermain meniup balon memiliki pengaruh <strong>yang</strong> kuat dalam<br />

meningkatkan fungsi paru ini dibuktikan dengan rata-rata nilai eta <strong>yang</strong><br />

dilihat perintervensi, perhari dan perlima hari (η > 0.14). Kondisi ini<br />

menunjukkan bahwa intervensi meniup balon efektif dalam meningkatkan<br />

fungsi paru pada pasien anak dengan asthma.<br />

6. Secara statistik tidak ada pengaruh dari intervensi bermain meniup balon<br />

B. Saran<br />

terhadap perubahan fungsi paru <strong>yang</strong> di nilai dengan APE baik pada anak<br />

laki-laki dan perempuan setelah mengontrol berat badan dan tinggi badan.<br />

Berkaitan dengan simpulan di atas, ada beberapa hal <strong>yang</strong> dapat disarankan<br />

untuk pengembangan dari hasil penelitian ini terhadap peningkatan fungsi<br />

paru pada pasien asthma.<br />

1. Bagi peneliti <strong>yang</strong> akan melakukan penelitian sejenis di masa datang maka<br />

perlu memperbanyak sampel dan untuk mendapatkan hasil <strong>yang</strong> lebih baik<br />

maka peneliti selanjutnya dapat menganalisis sampai tingkat multivariat<br />

untuk melihat hubungan fungsi paru dengan mengontrol berat badan,<br />

tinggi badan, usia dan jenis kelamin.<br />

2. Bagi Pelayanan Keperawatan Kepada Masyarakat<br />

a. Dari penelitian ini diharapkan, perawat di ruang anak dapat membuat<br />

program rehabilitasi dan promosi terapi meniup balon pada anak-anak<br />

<strong>yang</strong> menderita asthma.


. Terapi meniup balon dapat dijadikan intervensi keperawatan pada<br />

anak <strong>yang</strong> menderita asthma, selain membuat anak senang dengan<br />

mengajaknya bermain terapi ini juga dapat meningkatkan fungsi paru<br />

pada anak asthma.<br />

c. Evaluasi dan monitoring sangat penting dilakukan untuk melihat efek<br />

dari terapi meniup balon terhadap perubahan fungsi paru secara<br />

berkala, yaitu dengan pemeriksaan arus puncak ekspirasi (APE)<br />

dengan alat peak flow meter pada saat sebelum dan sesudah terapi ini.


DAFTAR PUSTAKA<br />

Baehr, Peter, dkk. Instrumen internasional pokok hak-hak asasi manusia. Yayasan<br />

Obor Indonesia. 1997<br />

Behrman, Richard E. Ilmu Kesehatan Anak: Nelson (Nelson: Textbook of Pediatrics).<br />

Jakarta: EGC. 2004<br />

Betz & Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC. 2002<br />

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1. Jakarta: EGC. 2004<br />

Clarke, Peter. A Textbook of Children’s and Young People’s Nursing. Mosby: St<br />

Louis. 2006<br />

Dechman & Wilson. Cardiovascular/Pulmonary Essentials: Applying the Preferred<br />

Physical Therapist Practice Patterns(SM). SLACK Incorporated. 2004<br />

Div. Rekam Medik Bagian Anak RSCM 2008.<br />

Hartono, Bambang. ”Profil Kesehatan Indonesia 2007”. Departemen Kesehatan RI<br />

2008. Diakses 18 Maret 2009; http://www.depkes.go.id<br />

Hidayat, Aziz A. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:<br />

Salemba Medika. 2007<br />

Hockenberry, Marilyn J. Clinical Manual of Pediatric Nursing. Mosby: St Louis.<br />

2004<br />

Hockenberry, Marilyn J. Nursing Care Of Infants and Children 7 th edition. Mosby:<br />

St Louis. 2003<br />

Hurlock, E. B. Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Jakarta: Erlangga. 1999<br />

Kliegman & Behrman A. Ilmu Kesehatan Anak Edisi: 15 Vol. 2 Nelson. Jakarta:<br />

EGC. 2000<br />

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.<br />

2005<br />

Pallant, Julie. SPSS Survival Manual. Sydney: Allen & Unwin. 2005


Perry & Potter. Fundamental Keperawatan Vol 1. Jakarta: EGC. 2002<br />

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Asthma: Pedoman Diagnosis Dan<br />

Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2006<br />

Polit dan Hungler. Fundamentals of Research Methodology for Health-care<br />

Professionals . Juta and Company Limited. 2006<br />

Potts, N & Mandleco. Pediatric Nursing Caring For Children and Their Families<br />

second edition. Canada. 2007<br />

Price & Wilson. . Patofisiologi Manusia. Jakarta: EGC. 2002<br />

Santrock, John. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. 2007<br />

Speer, Kathleen M. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. 2007<br />

Sheadan, Martinez. Pulmonary Critical Care Associates Of Fast Texas,<br />

http://www.pcca.net. 2006<br />

Sherwood.. Fisiologi Manusia Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005<br />

Sugiono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfa beta. 2005<br />

Surjanto, Eddy. Derajat Asma dan Kontrol Asma. Jurnal Respirologi Indonesia.<br />

Jakarta FIKUI. 2008<br />

Sumedi. Tesis Pengaruh Pursed Lips Breathing Terhadap Peningkatan Saturasi<br />

Oksigen Dalam Darah Pada Pasien PPOK di RS Persahabatan. Jakarta:<br />

FIKUI. 2008<br />

Syarifuddin. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC. 2006<br />

Umeda, Miciko. Pengaruh Terapi Aktifitas Bermain: Tiupan Lidah Terhadap<br />

Perubahan Pola Napas Anak Toddler dengan Bronkopneumonia Di RS. Islam<br />

Cempaka Putih. Jurnal PSIK FKK UMJ. 2005<br />

Widiatmoko, Ahmad. Patofisiologi Suara Napas. Jurnal Respirologi Indonesia.<br />

Jakarta FIKU. 2007<br />

Williams & Wilkins. Pediatrik Nursing made Incredibly Easy. Mosby: St Louis.<br />

2006<br />

Williams & Asquith. Pediatric Intensive Care Nursing. Mosby: St Louis. 2004


Mulyadi, S. Bermain dan Kreativitas(Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak<br />

Melalui Kegiatan Bermain). Jakarta: Papas Sinar Sinanti. 2004<br />

Yunus, Faisal. Rehabilitas Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Jurnal Respirologi<br />

Indonesia. Jakarta FKUI. 2005<br />

_________. Ilmu Kesehatan Anak Vol. 3. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak<br />

FKUI. 1993<br />

_________. Prosedur Tindakan Bidang Paru dan Pernapasan Diagnostik dan<br />

Terapi. Jakarta: Bagian Pulmonologi FKUI. 2001

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!