Buku Pegangan Konselor - Komunitas AIDS Indonesia
Buku Pegangan Konselor - Komunitas AIDS Indonesia
Buku Pegangan Konselor - Komunitas AIDS Indonesia
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>Buku</strong> <strong>Pegangan</strong> <strong>Konselor</strong><br />
HIV / <strong>AIDS</strong> Testing HIV<br />
dites positif dan telah diberi konseling, tidak menggunakan kondom atau tidak<br />
berhasil memberitahu pasangan seksnya bahwa dia terinfeksi HIV. Pada suatu<br />
komunitas, perawat-perawat mengetahui bahwa orang-orang dengan HIV tidak<br />
melaksanakan hubungan seks yang lebih aman, dan prihatin bahwa dengan<br />
melindungi kerahasiaan orang-orang ini, mereka menempatkan orang lain di<br />
masyarakat itu dalam risiko.<br />
Namun demikian, tanpa memandang prilaku klien, petugas kesehatan harus<br />
tetap menjaga kerahasiaan, tetapi harus menawarkan konseling tambahan<br />
untuk membantu orang-orang itu untuk mengubah perilakunya. Kerahasiaan<br />
yang dibagi dapat membuat lebih mudah bagi konselor untuk mengatasi<br />
beberapa dari masalah-masalah sulit ini.<br />
Konseling dan testing pasangan. Kadang-kadang konseling dan testing<br />
pasangan lebih cocok daripada konseling dan testing individu. Pasangan yang<br />
keduanya HIV negatif dapat berencana untuk tetap dalam keadaan tersebut.<br />
Pasangan yang keduanya positif dapat saling mendukung dalam keputusankeputusan<br />
tentang fertilitas, perawatan dan masalah-masalah lainnya.<br />
Pasangan diskordan (di mana satu orang HIV positif dan yang lainnya HIV<br />
negatif) dapat mendiskusikan penurunan risiko penularan. Baik laki-laki maupun<br />
wanita dapat tertular HIV dari pasangannya, dan penelitian pada pasangan<br />
diskordan menunjukkan bahwa jumlah pasangan, pemakaian kondom dan<br />
infeksi menular seksual lainnya merupakan faktor-faktor yang penting.<br />
Orang yang datang untuk konseling pretes dapat diundang untuk datang lagi<br />
dengan pasangannya, sehingga keputusan tentang testing dibuat bersamasama.<br />
Konseling pasangan menyediakan suatu tempat yang aman untuk<br />
mendiskusikan masalah-masalah yang sulit dan hal itu bisa menjadi lebih<br />
mudah bila keduanya menjalani tes HIV pada saat yang sama. Konseling<br />
seperti ini terutama membantu untuk wanita, yang sering tergantung dari<br />
pasangan mereka dan mungkin tidak bersedia atau takut menyampaikan status<br />
HIVnya kepada pasangan mereka.<br />
Bila seseorang memutuskan untuk menjalani tes tanpa memberitahu pasangannya,<br />
dan ditemukan HIV positif, konselor dapat menyarankan agar<br />
mereka menjalani konseling dan testing lagi, kali ini dengan pasangannya,<br />
seakan-akan mereka belum pernah menjalani tes. Sambil terus melindungi hak<br />
seseorang terhadap kerahasiaannya, konselor dapat mencoba untuk<br />
menyarankan ‘kerahasiaan yang dibagi’.<br />
Mereka dapat menjelaskan bahwa pasangan klien mungkin belum terinfeksi dan<br />
hubungan seks yang lebih aman akan melindungi mereka dari HIV. Mereka<br />
dapat menjelaskan bahwa tidak memberitahu pasangannya akan membuat<br />
sangat sulit untuk, misalnya, melakukan hubungan seks yang lebih aman, atau<br />
mendiskusikan apakah akan memiliki anak atau tidak.<br />
Walaupun demikian, konselor harus sadar bahwa jika satu orang dari suatu<br />
pasangan tesnya positif dan yang lain tesnya negatif, yang satu bisa<br />
68