Buku Pegangan Konselor - Komunitas AIDS Indonesia
Buku Pegangan Konselor - Komunitas AIDS Indonesia
Buku Pegangan Konselor - Komunitas AIDS Indonesia
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Buku</strong> <strong>Pegangan</strong> <strong>Konselor</strong><br />
HIV / <strong>AIDS</strong> Testing HIV<br />
Pemeriksaan antigen p24 menunjukkan adanya protein p24 (protein kapsid atau<br />
inti) dalam darah yang dapat diketahui sebelum terbentuknya antibodi pada<br />
infeksi fase akut. Protein ini terjadi tidak lama setelah infeksi dari ledakan<br />
replikasi virus dan berhubungan dengan adanya viremia yang tinggi pada saat<br />
individu sedang sangat infeksious. Bila antibodi telah terbentuk, antigen p24<br />
sering tidak terdeteksi mungkin oleh karena terjadinya reaksi antigen-antibodi<br />
kompleks dalam darah. Bila terdeteksi, antigen p24 sangat khas menentukan<br />
adanya infeksi (spesifisitas: 99,9% dengan menggunakan PCR sebagai baku<br />
mas, dan 100% bila menggunakan cara netralisasi).<br />
Tes p24 penting untuk: (1) mengetahui infeksi dini HIV, (2) skrining darah, (3)<br />
mendiagnosis infeksi pada bayi baru lahir, dan (4) memonitor pengobatan<br />
dengan ARV. Kelemahan utama adalah kurang sensitif untuk tes darah oleh<br />
karena jumlah antigen yang rendah dalam darah sedangkan kadar antigen yang<br />
tinggi hanya bersifat sementara pada fase infeksi yang berbeda-beda.<br />
� VCT (Voluntary Counseling and Testing)<br />
Testing HIV untuk individu sebaiknya hanya dilaksanakan jika<br />
persyaratanpersyaratan yang jelas tersedia termasuk kemampuan untuk<br />
menyediakan pelayanan yang efektif dan berkualitas tinggi. Persyaratanpersyaratan<br />
dasar ini meliputi konseling pretes, konseling postes, informed<br />
consent dan kerahasiaan.<br />
• Konseling pretes harus diberikan sebelum testing HIV, untuk membantu<br />
klien membuat pilihan yang baik apakah akan menjalani tes atau tidak.<br />
• Konseling postes harus diberikan setelah hasil tes diketahui, baik hasilnya<br />
positif maupun negatif. Konseling postes sangat penting untuk membantu<br />
mereka yang positif untuk mengatasinya dan hidup secara positif, dan<br />
untuk menasehati mereka yang hasil tesnya negatif tentang cara-cara<br />
mencegah infeksi HIV selanjutnya.<br />
• Informed consent artinya bahwa seseorang setuju untuk dites dan telah<br />
mengerti betul apa yang tercakup dalam tes itu, apa keuntungan dan<br />
kerugian testing dan hal-hal yang berkaitan dengan hasil positif atau hasil<br />
negatif. Orang harus menunjukkan kalau mereka telah mengerti bahwa<br />
tes akan dilakukan dan setuju terhadap tes itu. Keputusan untuk menjalani<br />
tes harus dibuat oleh orang itu sendiri tanpa tekanan atau paksaan dari<br />
orang lain. Jika seorang dokter atau konselor membuat keputusan atas<br />
nama orang itu maka itu bukanlah informed consent.<br />
• Kerahasiaan berarti bahwa informasi tentang seseorang tidak<br />
diberitahukan kepada orang lain tanpa ijin dari orang itu. Konseling,<br />
testing dan hasil tes harus dirahasiakan.<br />
61