17.01.2013 Views

Buku Pegangan Konselor - Komunitas AIDS Indonesia

Buku Pegangan Konselor - Komunitas AIDS Indonesia

Buku Pegangan Konselor - Komunitas AIDS Indonesia

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Buku</strong> <strong>Pegangan</strong> <strong>Konselor</strong><br />

HIV / <strong>AIDS</strong> Konseling<br />

dengan keadaan demikian, jangan marah atau bersikap tidak sabar. Cobalah<br />

untuk menjelaskan kembali pengertian pengidap HIV/<strong>AIDS</strong>, ini adalah cara<br />

terbaik untuk mengatasi masalah penolakan hasil.<br />

� Marah-marah<br />

Klien mungkin marah-marah setelah mengetahui dirinya positif HIV. Hal ini<br />

seringkali dijumpai dan bisa terjadi klien menyalahkan diri sendiri, menyalahkan<br />

orang lain yang telah menularkan HIV pada dirinya. Kadang-kadang klien<br />

menyalahkan Tuhan.<br />

Perasaan marah memang normal, tetapi ini tidak membantu menyelesaikan<br />

masalah, karena fokus klien adalah menyalahkan orang lain (marah kepada<br />

penular HIV) dan menyalahkan diri sendiri (merasa bersalah), daripada<br />

mengambil tindakan yang positif. Berbicara dengan seseorang (konselor) dapat<br />

membantu mengurangi perasaan ini dan membantu klien untuk menerima<br />

situasi yang ada.<br />

Kemarahan adalah reaksi yang sulit untuk diatasi, terutama bila kemarahan<br />

tersebut ditujukan kepada diri Anda. Anda harus berusaha untuk mengerti dan<br />

tidak menanggapi kemarahan klien tersebut, walaupun memang sangat sulit<br />

menerima kemarahan tanpa bereaksi.<br />

� Kompromi (bargaining)<br />

Klien dengan HIV mungkin mencoba berkompromi dengan dirinya dengan<br />

berpikir, misalnya: “Tuhan akan menyembuhkan saya jika saya berhenti<br />

mencari PS” atau “Saya akan sembuh, dan penyakit ini akan hilang”. Dalam<br />

keadaan ini, klien perlu dibantu untuk mengatasi perasaan ini dengan<br />

memberikan penjelasan/informasi yang benar tentang HIV, mengambil sisi<br />

positif mengetahui status HIV secara dini.<br />

� Ketakutan<br />

Klien dengan HIV/<strong>AIDS</strong> merasa takut pada beberapa keadaan seperti: rasa<br />

sakit, kehilangan pekerjaan, ketahuan orang lain, ditolak masyarakat,<br />

meninggalkan keluarga/anak, ketakutan pada kematian.<br />

Ketakutan ini akan berkurang bila mereka dapat berbicara dengan orang yang<br />

tahu masalah yang ditakutkan. Pada akhirnya klien dengan HIV/<strong>AIDS</strong> tahu<br />

bahwa mereka takut pada sesuatu yang tidak perlu. Misalnya dengan<br />

menunjukkan bahwa tetap ada orang-orang dengan HIV positif, bisa<br />

menunjukkan kasih sayang dan kebaikan pada orang lain daripada merasa<br />

ketakutan akan sesuatu yang tidak perlu.<br />

� Kesepian<br />

Klien sering merasakan ini. Perasaan ini sering datang dan pergi untuk wak-tu<br />

yang cukup lama dan sangat tergantung dari adanya dukungan keluarga dan<br />

teman-teman klien. Siapapun dengan HIV harus sering diingatkan bahwa<br />

mereka tidak sendiri, mereka dikelilingi oleh keluarga, teman dan kelompok<br />

16

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!