11.01.2013 Views

Republik Ceko Buka Peluang - ScraperOne

Republik Ceko Buka Peluang - ScraperOne

Republik Ceko Buka Peluang - ScraperOne

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Hal06(106-13)nangs 6/12/12 11:18 PM Page 6<br />

6<br />

“Kejahatan politik ini sengaja<br />

dilakukan bertujuan untuk<br />

menjatuhkan nama Hary<br />

Tanoesoedibjo yang saat ini<br />

menjadi politisi Partai Nas-<br />

Dem. Dia juga meyakini upaya<br />

penjatuhan nama baik ini<br />

dilakukan oleh lawan politik<br />

yang memiliki kekuatan besar,”<br />

kata Direktur Pusat Studi<br />

Sosial Politik (Puspol) Indonesia<br />

Ubedilah Badrun.<br />

Menurut dia, fenomena tersebut<br />

menunjukkan bahwa penegakan<br />

hukum telah diintervensi<br />

oleh kepentingan politik.<br />

Pola politik seperti ini tidak sehat,<br />

serang-menyerang yang tidak<br />

berbasis pada data objektif.<br />

“Saya berharap ke depan<br />

politik lebih sehat dan perlu<br />

menumbuhkan etika politik<br />

dan objektivitas politik,” kata<br />

Ubed di Jakarta kemarin.<br />

Pengamat politik dari Universitas<br />

Negeri Jakarta (UNJ)<br />

ini berharap agar Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi (KPK) tidak<br />

terjebak pada kepentingan<br />

politik saling serang. Sebagai<br />

institusi hukum KPK tidak<br />

boleh terjebak permainan politik<br />

sebab dalam menangani<br />

kasus, KPK harus mengedepankan<br />

sikap netral dan<br />

independen.<br />

Hal senada juga diungkapkan<br />

Anggota Komisi III DPR<br />

Ahmad Yani. Dia mengingatkan<br />

agar pimpinan KPK tidak<br />

terjebak dalam permainan politik<br />

untuk kepentingan partai<br />

MEJA HIJAU<br />

POLITIK & HUKUM<br />

JAKARTA – Upaya melibatkan PT Bhakti<br />

Investama (BHIT) Tbk atas kasus tangkap<br />

tangan Kepala Seksi Pengawasan dan<br />

Konsultan KPP Sidoarjo Selatan Tommy<br />

Hindratno (TH) dan seorang pengusaha<br />

bernama James Gunardjo (JG) oleh KPK<br />

merupakan kejahatan politik.<br />

Mantan Dirut<br />

Bank Riau<br />

Kepri Ditahan<br />

JAKARTA – Direktorat III Tindak<br />

Pidana Korupsi Badan<br />

Reserse Kriminal (Bareskrim)<br />

Polri sedang menyidik kasus<br />

dugaan korupsi di Bank<br />

Pembangunan Daerah (BPD)<br />

Riau (kini Bank Riau Kepri),<br />

yang merugikan negara<br />

hingga Rp35,2 miliar. Dalam<br />

kasus ini, polisi menahan<br />

mantan Direktur Utama BPD<br />

Riau berinisial ZT.<br />

Kepala Divisi Humas<br />

Mabes Polri Irjen Pol Saud<br />

Usman Nasution mengungkapkan,<br />

ZT menyalahgunakan<br />

wewenangnya untuk<br />

memberikan kredit kepada<br />

nasabahnya. Dugaan tindak<br />

korupsi ini dilaporkan oleh<br />

pihak bank pada 21 April<br />

tahun lalu. Setelah melalui<br />

serangkaian penyelidikan<br />

dan penyidikan, polisi<br />

menetapkan ZT sebagai<br />

tersangka dan menahannya<br />

sejak 30 Mei lalu.<br />

Saud menjelaskan, kasus<br />

ini terjadi pada 2003. ZT,<br />

yang saat itu menjabat sebagai<br />

direktur utama, menyalurkan<br />

kredit sebesar<br />

Rp35,2 miliar untuk seorang<br />

pengusaha di Batam. Namun,<br />

penyaluran kredit itu<br />

tidak sesuai dengan prosedur<br />

di bank itu. Tersangka, kata<br />

Saud, tidak memenuhi<br />

ketentuan pemberian kredit<br />

seperti yang tertuang dalam<br />

Surat Keputusan Direksi<br />

Nomor 35 tanggal 29 Mei<br />

2001 tentang Pedoman<br />

Pemberian Kredit Investasi,<br />

Surat Keputusan Direksi BPD<br />

Riau Nomor 48 tentang<br />

Komite Kredit Bank Pembangunan<br />

Daerah Riau, serta<br />

Surat Keputusan Nomor 19<br />

tertanggal 26 Maret 2001<br />

tentang Wewenang Pemberian<br />

Kredit. “Seharusnya<br />

pemberian kredit itu atas persetujuan<br />

beberapa pihak.<br />

Namun, dia memutuskan<br />

mencairkan kredit tanpa persetujuan<br />

pihak-pihak itu,”<br />

jelas Saud. (krisiandi s)<br />

politik tertentu terkait kasus<br />

tertangkapnya TH dan JG.<br />

“Saya berharap lima pimpinan<br />

KPK tidak terjebak permainan<br />

politik, harus menjelaskan secara<br />

transparan soal temuannya<br />

itu.Jangan sampai ada politisasi,<br />

jangan sampai pembunuhan<br />

karakter. Usut juga pejabat<br />

pajak,”kata Yani.<br />

Dia mendukung pemberantasan<br />

mafia pajak, tetapi jangan<br />

sekadar asumsi. KPK harus<br />

menemukan bukti yang<br />

lain. Menurut dia, KPK seharusnya<br />

dapat dengan mudah<br />

menanyakan kepada TH dan<br />

JG perusahaan mana saja yang<br />

diurus,apa betul pengusaha JG<br />

itu bagian dari perusahaan<br />

Bhakti.“Kalau bukan,ini pembunuhan<br />

karakter. Lihat dari<br />

keputusan tersebut apakah<br />

ada SK atau tidak, apakah direksi<br />

apa bukan.Kasihan dunia<br />

usaha bisa anjlok,”katanya.<br />

Sementara itu,PT BHIT Tbk<br />

membantah pihaknya terkait<br />

penangkapan TH dan JG.BHIT<br />

juga menegaskan JG bukan<br />

karyawan BHIT dan tidak pernah<br />

menjadi karyawan di perusahaan<br />

itu. Sampai saat ini,<br />

BHIT mengaku sama sekali belum<br />

pernah dimintai keterangan<br />

atas kasus tersebut secara<br />

langsung oleh KPK.<br />

Menurut BHIT, akibat pernyataan<br />

dan tindakan penggeledahan<br />

yang dilakukan KPK<br />

ke kantor BHIT,serta pemberitaan<br />

di media massa, seolah-<br />

olah terindikasi tindakan suap<br />

yang dilakukan JG dan TH terkait<br />

dengan dugaan kecurangan<br />

restitusi pajak BHIT sebesar<br />

Rp3,4 miliar. Padahal tuduhan<br />

itu sama sekali tidak benar.<br />

Lebih jauh,BHIT menjelaskan<br />

selama ini perseroan selalu<br />

tertib membayar pajak. Sebagai<br />

perusahaan publik yang besar,<br />

jumlah pajak yang disetorkan<br />

ke negara oleh grup BHIT,<br />

termasuk di dalamnya PPh 21,<br />

PPh 25, PPN, dan lain-lain setiap<br />

tahun sejumlah Rp1 triliun<br />

lebih. ”Karena itu, sangat<br />

tidak mungkin dan tidak masuk<br />

akal bilamana BHIT dikatakan<br />

melakukan kecurangan<br />

pajak senilai Rp3,4 miliar,yang<br />

porsinya sangat kecil dibandingkan<br />

dengan nilai pajak<br />

yang disetor BHIT ke kas negara,”jelas<br />

BHIT dalam pernyataannya<br />

di Jakarta, kemarin.<br />

Apalagi pada kenyataannya<br />

BHIT memang tidak pernah<br />

melakukan kecurangan pajak.<br />

BHIT menekankan bahwa<br />

dugaan kecurangan restitusi<br />

pajak yang dilakukan BHIT sebagaimana<br />

diberitakan media<br />

massa dengan nilai restitusi sebesar<br />

Rp3,4 miliar adalah<br />

tidak benar. Faktanya, nilai<br />

restitusi sebesar Rp3,4 miliar<br />

itu sebagian besar adalah akumulasi<br />

dari jumlah kelebihan<br />

bayar PPN BHIT sejak 2003<br />

sampai 2010 yang berjumlah<br />

sekitar Rp3 miliar. ”Angka ini<br />

telah diperiksa setiap tahun<br />

serta telah dikonfirmasi dan<br />

disetujui oleh kantor pajak<br />

yang berwenang.”<br />

Dengan demikian, kelebihan<br />

bayar PPN yang telah dikonfirmasikan<br />

dan disetujui oleh<br />

kantor pajak yang berwenang<br />

tersebut merupakan hak BHIT.<br />

Terkait restitusi pajak yang diberikan<br />

dan telah disetujui<br />

kantor pajak tersebut,seandainya<br />

dianggap ada urusan perpajakan<br />

BHIT yang ganjil,KPK<br />

seharusnya memverifikasi dahulu<br />

perhitungan dan kewajaran<br />

pajak dimaksud ke kantor<br />

pajak. Dan kalau kantor pajak<br />

merasa ganjil,seharusnya juga<br />

melakukan upaya hukum perpajakan<br />

termasuk menggugat<br />

ke pengadilan pajak.<br />

Dalam kesempatan tersebut,<br />

B uron BLBI Ditangkap di AS<br />

Polri Janji Serius<br />

Sherny Akan Ditahan LP Pondok Bambu<br />

JAKARTA – Pemulangan Sherny<br />

Kojongian, buronan kasus<br />

korupsi Bantuan Likuiditas<br />

Bank Indonesia (BLBI) terkait<br />

Bank Harapan Sentosa (BHS),<br />

yang ditangkap di Amerika Serikat,<br />

diperkirakan sampai di<br />

Jakarta hari ini sekitar pukul<br />

08.00 WIB.<br />

Selanjutnya, Sherny akan<br />

langsung dieksekusi di Lembaga<br />

Pemasyarakatan Wanita<br />

Pondok Bambu,Jakarta Timur.<br />

Pernyataan tersebut disampaikan<br />

Ketua Tim Terpadu Pemulangan<br />

Buronan BLBI, yang<br />

juga menjabat Wakil Jaksa<br />

Agung Darmono, di Jakarta kemarin.Tim<br />

terpadu sendiri beranggotakan<br />

dari berbagai unsur<br />

lembaga,di antaranya kepolisian,<br />

Kementerian Luar Negeri,serta<br />

Kementerian Hukum<br />

dan HAM (Kemenkumham).<br />

Menurut Darmono, sesampainya<br />

di Bandara Soekarno-<br />

Hatta, buronan BLBI tersebut<br />

akan langsung dibawa ke Kejaksaan<br />

Agung. Selanjutnya,<br />

JAKARTA – Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi (KPK) menyatakan<br />

kasus tersangka suap Dana<br />

Penyesuaian Infrastruktur<br />

Daerah (DPID) tiga daerah di<br />

Nanggroe Aceh Darussalam<br />

(NAD) dan Tindak Pidana Pencucian<br />

Uang (TPPU) dengan<br />

tersangka Wa Ode Nurhayati,<br />

mulai disidangkan di Pengadilan<br />

Tindak Pidana Korupsi (Tipikor),Jakarta,hari<br />

ini (13/6).<br />

Juru Bicara KPK Johan Budi<br />

SP mengaku, pihaknya telah<br />

mendapatkan jadwal resmi pelaksanaan<br />

sidang perdana Wa<br />

Ode. Johan mengakui dalam<br />

persidangan pihaknya akan<br />

mencermati fakta-fakta baru<br />

atau keterangan yang disampaikan<br />

oleh terdakwa ataupun saksi-saksi<br />

yang dihadirkan. “Keterangan<br />

ini tentu akan dipakai<br />

untuk mengembangkan kasus<br />

ini. Sejauh mana perkembangannya,<br />

sangat tergantung juga<br />

keterangan dan fakta-fakta di<br />

dimintai keterangan dan diserahkan<br />

ke Kejaksaan Negeri<br />

Jakarta Pusat untuk dilakukan<br />

eksekusi. “Ya, eksekusinya<br />

mungkin di LP wanita,” kata<br />

Darmono.<br />

Kepala Pusat Penerangan<br />

Hukum (Kapuspenkum) Kejagung<br />

Adi Toegarisman menambahkan,<br />

Sherny menggunakan<br />

pesawat Garuda Indonesia.<br />

Direktur Informasi dan Media<br />

Kementerian Luar Negeri<br />

PLE Priatna juga membenarkan<br />

adanya informasi pemulangan<br />

paksa buronan BLBI<br />

tersebut. Menurut Priatna, penangkapan<br />

Sherny berkat kerja<br />

tim pencari tersangka dan<br />

terpidana tindak pidana korupsi<br />

yang diketuai Wakil Jaksa<br />

Agung Darmono.<br />

“Ini merupakan wujud nyata<br />

implementasi sinergi dan<br />

kerja sama internasional antara<br />

para penegak hukum untuk<br />

memberantas korupsi,”<br />

kata Priatna. Keberhasilan pemulangan<br />

terpidana korupsi<br />

persidangan,”papar dia.<br />

Terkait pernyataan Wa Ode<br />

yang siap membuka peran dan<br />

keterlibatan pihak-pihak lain<br />

dalam kasus suap pemulusan<br />

DPID tersebut, dia menyatakan<br />

KPK mempersilakannya.<br />

Menurut dia, penyidikan<br />

masih terus melakukan pengembangan<br />

untuk tersangka<br />

lainnya dalam kasus itu, yakni<br />

pengusaha Fahd A Rafiq.Pasalnya,<br />

kasus atas tersangka Fahd<br />

belum selesai pemberkasannya.<br />

Johan menuturkan, KPK<br />

telah melakukan pencegahan<br />

ke luar negeri kepada tiga<br />

orang,yakni Fahd A Rafiq sebagai<br />

tersangka serta dua saksi––Haris<br />

Surahman dan Sefa<br />

Yolanda.<br />

Menurut dia, pencegahan<br />

itu untuk pengembangan dan<br />

pengusutan kasus ini.<br />

Kuasa hukum Wa Ode, Arbab<br />

Paproeka, menyatakan siap<br />

menghadapi persidangan ter-<br />

ini juga menunjukkan komitmen<br />

kuat pemerintah. “Tidak<br />

adanya kesan aman bagi para<br />

koruptor dan memastikan para<br />

terpidana korupsi mempertanggungjawabkanperbuatannya,”katanya.<br />

Sherny Kojongian melarikan<br />

diri pada 2002, ketika proses<br />

persidangan kasus korupsi<br />

Bank BHS berlangsung. Pengadilan<br />

Negeri Jakarta Pusat<br />

pada 18 Maret 2002 secara in absentia<br />

menjatuhkan vonis 20 tahun<br />

kepada Sherny Kojongian,<br />

bersama-sama dengan Hendra<br />

Rahardja dan Eko Edi Putranto.<br />

Ketiganya dinilai majelis<br />

sebut. Dalam persidangan, tim<br />

kuasa hukum Wa Ode telah<br />

mempersiapkan pembuktian<br />

terbalik.Apalagi,dua kasus Wa<br />

Ode dijadikan satu berkas oleh<br />

KPK. “Kalau Anda tanya kesiapan<br />

kita bagaimana, tim sudah<br />

dalam kondisi siap,” kata<br />

Arbab saat dihubungi di<br />

Jakarta kemarin.<br />

Dia berharap, dalam pengembangan<br />

kasus DPID,KPK<br />

tidak serta-merta melupakan<br />

informasi-informasi yang disampaikan<br />

kliennya selama<br />

proses penyidikan.Apalagi mengenai<br />

adanya surat menteri<br />

keuangan tertanggal 13 Desember<br />

2010, yang menyatakan<br />

adanya kesesuaian dan ketidaksesuaian<br />

alokasi DPID<br />

untuk daerah-daerah yang sudah<br />

disepakati dalam rapat<br />

Banggar, khususnya penghilangan<br />

129 daerah penerima.<br />

Karena konsekuensi dari hilangnya<br />

daerah yang tidak<br />

hakim terbukti dan sah merugikan<br />

keuangan negara sebesar<br />

Rp1,95 triliun. Ketiganya juga<br />

dihukum mengembalikan kerugian<br />

negara tersebut secara<br />

tanggung renteng.<br />

Vonis pidana tersebut dikuatkan<br />

Pengadilan Tinggi DKI<br />

pada 8 November 2002, namun<br />

tidak dapat segera dieksekusi<br />

karena ketiganya melarikan<br />

diri ke luar negeri. Terhadap<br />

Hendra Rahardja, pemerintah<br />

Indonesia telah mengupayakan<br />

ekstradisi yang bersangkutan<br />

dari pemerintah Australia,<br />

namun Hendra keburu<br />

meninggal dunia pada 2002.<br />

Sebelumnya, Sherny Kojongian<br />

sudah menempuh berbagai<br />

upaya hukum selama pelariannya<br />

di Amerika Serikat.<br />

Namun, dia tetap tidak dapat<br />

bertahan di Negeri Paman Sam<br />

tersebut. ICE (Immigration<br />

and Customs Enforcement)<br />

San Francisco pada 10 November<br />

2010 menangkap Sherny .<br />

● m purwadi<br />

KPK Cermati Fakta yang Diungkap Wa Ode<br />

ISTIMEWA<br />

SHERNY KOJONGIAN<br />

mendapatkan DPID itu, anggarannya<br />

dialihkan ke daerah<br />

lain yang jika dihitung, paling<br />

tidak ada penghilangan Rp1,8<br />

triliun.<br />

Sebelumnya,Wa Ode menuding<br />

keterlibatan empat pimpinan<br />

Badan Anggaran (Banggar)<br />

DPR, yakni Mirwan Amir,<br />

Olly Dondokambey,Tamsil Linrung,dan<br />

Melchias Markus Mekeng,<br />

serta Wakil Ketua DPR<br />

Anis Matta, dalam kasus yang<br />

sama. Dia menegaskan akan<br />

membuka peran-peran pihakpihak<br />

yang disebutkannya selama<br />

ini,apa pun konsekuensinya.Bahkan,dia<br />

siap membuktikan<br />

uang Rp10 miliar yang disita<br />

KPK,bukan sebagai TPPU.<br />

“Itu dari hasil usaha pribadi sebelum<br />

menjadi anggota DPR.<br />

Di pengadilan,saya akan buktikan<br />

keterlibatan pihak-pihak<br />

yang sudah saya sampaikan di<br />

KPK,”kata dia.<br />

● sabur laluhu<br />

Buru Buron BLBI<br />

JAKARTA – Markas Besar Polri<br />

berjanji terus memburu terpidana<br />

kasus pengemplang dana<br />

Bantuan Likuiditas Bank In-donesia<br />

(BLBI) yang berstatus buron.Kepala<br />

Divisi Humas Mabes<br />

Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution<br />

mengatakan, Polri terus<br />

berkoordinasi dengan Interpol<br />

untuk mendeteksi keberadaan<br />

para terpidana buron tersebut.<br />

”Kita tunggu informasi dari<br />

Interpol. Bilamana sudah ada<br />

informasi, ya kita akan jemput,”<br />

ujar Saud di Mabes Polri,<br />

Jakarta, kemarin. Saud memaparkan,Polri<br />

juga berkoordinasi<br />

dengan Kejaksaan Agung<br />

(Kejagung) terkait dengan<br />

identitas para terpidana kasus<br />

ini, yang belum dieksekusi karena<br />

kabur ke luar negeri.Para<br />

terpidana tersebut sudah menjadi<br />

buron Interpol dengan<br />

masuk daftar red notice.<br />

Seperti diketahui,ada beberapa<br />

nama terpidana BLBI yang<br />

hingga kini masih menghirup<br />

udara bebas dan belum merasakan<br />

hukuman penjara.<br />

Mereka antara lain Samadikun<br />

Hartono yang divonis empat tahun<br />

penjara dalam putusan kasasi<br />

Mahkamah Agung (MA).<br />

Dia belum dieksekusi karena<br />

diduga keburu kabur ke luar negeri.<br />

Samadikun sempat mengajukan<br />

visa untuk berobat ke<br />

Jepang.Namun dari penelusuran<br />

Kejagung,Samadikun tidak<br />

mempergunakan visanya.<br />

Nama lain yang hingga kini<br />

belum juga dieksekusi adalah<br />

terpidana Bantuan Likuiditas<br />

Bank Indonesia (BLBI) yang merugikan<br />

negara hingga Rp1,29<br />

triliun, David Nusa Wijaya. Direktur<br />

Utama Bank Umum Sertivia<br />

(1998-1999) itu disebut-sebut<br />

kabur ke Singapura, sebelum<br />

MA mengeluarkan putusan<br />

kasasi yang menghukumnya<br />

delapan tahun penjara.<br />

Lalu, ada nama mantan wakil<br />

komisaris utama PT Bank<br />

Surya Bambang Sutrisno dan<br />

mantan direktur utama Bank<br />

Surya Adrian Kiki Ariawan.<br />

Bambang dihukum seumur<br />

hidup karena mengemplang<br />

uang negara sebesar Rp1,5 tri-<br />

SEPUTAR INDONESIA<br />

RABU 13 JUNI 2012<br />

Terjadi Politisasi yang Kuat di Kasus BHIT<br />

ANTARA/M RISYAL HIDAYAT<br />

Sejumlah petugas KPK melakukan penggeledahan di rumah milik orang tua Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi KPP Pajak Sidoarjo Tommy Hindratno, di Lempung Baru<br />

5-7, Perumahan Tandes, Surabaya, Jawa Timur, Senin (11/6). Penggeledahan tersebut terkait dugaan suap kasus pajak.<br />

BHIT menegaskan bahwa pemberitaan<br />

yang marak di media<br />

mengenai keterkaitan antara<br />

kasus JG dan TH dengan BHIT<br />

tidak benar. Kasus yang terjadi<br />

terkait JG dan TH sama sekali tidak<br />

relevan dan tidak ada kaitannya<br />

sama sekali dengan BHIT.<br />

”Kami harap agar publik<br />

tidak terpengaruh dengan segala<br />

macam bentuk pemberitaan<br />

yang menyudutkan BHIT dengan<br />

mengkaitkan kasus JG dan<br />

TH dengan BHIT,”tandasnya.<br />

● nurul huda/hermansah/<br />

m purwadi<br />

liun. Dia disidang in absentia.<br />

Bambang diduga kabur ke Singapura,<br />

sementara Kiki ke<br />

Australia.<br />

Skandal dana BLBI ini terjadi<br />

saat Indonesia diguncang<br />

krisis moneter akhir 1997.Agar<br />

tidak mengalami krisis di sektor<br />

perbankan, pemerintah melalui<br />

Bank Indonesia (BI) memberikan<br />

bantuan dalam bentuk<br />

obligasi rekapitulasi senilai<br />

Rp645 triliun. Dari jumlah tersebut,<br />

sebesar Rp144,54 triliun<br />

dalam bentuk obligasi BLBI.<br />

”Kita pantau<br />

terus perkembangan<br />

dan<br />

informasi<br />

dari Interpol.”<br />

SAUD USMAN NASUTION<br />

Kepala Divisi Humas<br />

Mabes Polri<br />

“Kita pantau terus perkembangan<br />

dan informasi dari<br />

Interpol,” ucap Saud. Seperti<br />

diketahui, terpidana pengemplang<br />

dana Kredit Likuiditas<br />

Bank Indonesia (KLBI) Sherny<br />

Kojongian tertangkap di San<br />

Francisco setelah kabur selama<br />

10 tahun. Saud berharap<br />

Sherny juga bisa menginformasikan<br />

keberadaan para terpidana<br />

lain yang melarikan diri ke<br />

luar negeri.<br />

Sherny direncanakan tiba<br />

hari ini melalui Bandara Soekarno-Hatta,<br />

Cengkareng, Jakarta<br />

pukul 08.00 WIB dari San<br />

Francisco, dengan sebelumnya<br />

transit di Singapura. Sherny<br />

menumpang pesawat Garuda<br />

Indonesia. Saud mengatakan,<br />

kepolisian mendampingi Sherny<br />

selama dalam perjalanan.<br />

Setibanya di Tanah Air, Sherny<br />

langsung akan diserahkan kepada<br />

Kejagung. “Untuk dieksekusi,”<br />

kata Saud. Sherny<br />

adalah terpidana BLBI yang<br />

divonis 20 tahun penjara. PN<br />

Jakarta Pusat menyebutkan<br />

Sherny terbukti menyalahgunakan<br />

BLBI.<br />

● krisiandi sacawisasra

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!