Republik Ceko Buka Peluang - ScraperOne
Republik Ceko Buka Peluang - ScraperOne
Republik Ceko Buka Peluang - ScraperOne
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Hal10(106-13)nangnas 6/12/12 8:15 PM Page 10<br />
10<br />
KILAS<br />
INTERNASIONAL<br />
Misteri<br />
32 Tahun Lalu<br />
Terungkap<br />
K<br />
SYDNEY — Misteri menghilangnya<br />
bayi Azaria<br />
Chamberlain pada 1980<br />
kemarin akhirnya terkuak<br />
setelah dokter Forensik<br />
Australia Elizabeth Morris<br />
kemarin menyatakan<br />
bahwa seekor anjing liar<br />
Australia (dingo) telah<br />
menyeret bayi itu dari<br />
tenda kemah. Mayat bayi<br />
itu tidak pernah<br />
ditemukan.<br />
“Saya memastikan<br />
bahwa dingo yang mengambil<br />
Azaria dan menyeretnya<br />
dari tendanya,”<br />
kata dokter forensik,<br />
Morris dalam sidang<br />
pengadilan di Darwin,<br />
dikutip AFP.<br />
Morris menambahkan<br />
bahwa bukti itu cukup<br />
memadai, jelas, meyakinkan,<br />
dan tepat. “Jelas ada<br />
bukti bahwa dalam keadaan<br />
tertentu dingo mampu<br />
menyerang, mengambil<br />
dan menyebabkan<br />
kematian anak-anak,”<br />
ujarnya.<br />
Azaria yang saat itu<br />
berusia 9 pekan menghilang<br />
dari perkemahan<br />
dekat Uluru, Ayers Rock,<br />
32 tahun lalu. Insiden itu<br />
mengakibatkan orang<br />
tuanya bayi malang itu<br />
yang dituduh sebagai<br />
pelaku pembunuhan.<br />
Kasus ini dibuka<br />
kembali setelah informasi<br />
baru tentang serangan<br />
dingo setelah seorang<br />
bocah sembilan tahun<br />
dibunuh oleh anjing liar<br />
pada tahun 2001 dan<br />
seorang gadis berusia dua<br />
tahun pada 2005.<br />
(wenny juanita)<br />
onflik Suriah<br />
NEW YORK — Sebuah laporan<br />
Perserikatan Bangsa-Bangsa<br />
(PBB) yang dirilis kemarin<br />
mengungkap pasukan pemerintah<br />
Suriah menggunakan<br />
anak-anak sebagai tameng<br />
hidup dalam serangan militer.<br />
Wakil utusan PBB untuk<br />
anak-anak dan konflik bersenjata,<br />
Radhika Coomaraswamy<br />
menjelaskan, timnya<br />
yang kembali dari Suriah membawa<br />
laporan yang mengerikan.<br />
Anak-anak disiksa dalam<br />
tahanan dan dibantai. Sementara,<br />
beberapa anak mengaku<br />
dipaksa untuk menaiki tank<br />
untuk menghentikan serangan<br />
dari pihak oposisi.<br />
Coomaraswamy mengaku<br />
belum pernah melihat situasi<br />
konflik seperti ini,di mana nyawa<br />
anak-anak pun tak selamat<br />
bahkan menjadi target. “Banyak<br />
mantan tentara me-negaskan<br />
bahwa mereka menembaki<br />
daerah sipil,melihat anak-anak<br />
terbunuh,dan disiksa,”ujarnya,<br />
dikutip BBC.“Kami juga mendengar<br />
beberapa kesaksian<br />
serta melihat anak-anak yang<br />
telah disiksa, dan yang<br />
melakukan penyiksaan itu.<br />
Kami juga mendengar anakanak<br />
dimanfaatkan, mereka<br />
disuruh menaiki tank dan digunakan<br />
sebagai tameng hidup<br />
sehingga tank mereka tidak<br />
ditembaki. Ini diceritakan beberapa<br />
anak yang menjadi<br />
korban. Pada awalnya kami<br />
mendengar anak-anak direkrut<br />
oleh FSA untuk pekerjaan terkait<br />
media dan bantuan pelayanan<br />
lain, namun mereka masih<br />
berada di garis depan.”<br />
Coomaraswamy sangat terkejut<br />
dengan penderitaan<br />
yang menimpa anak-anak di<br />
Suriah dan terjebak dalam situasi<br />
pertempuran. “Sangat<br />
terkejut.Pembunuhan dan melukai<br />
anak merupakan sesuatu<br />
yang bisa ditemui dalam banyak<br />
situasi konflik, namun ini<br />
adalah penyiksaan anak-anak<br />
di bawah 10 tahun dalam tahanan.<br />
Ini sudah sangat keterlaluan,<br />
situasi ini tak pernah kami<br />
temukan dalam konflik di dae-<br />
SITTWE — Pasukan keamanan<br />
Myanmar terus berusaha memulihkan<br />
keamanan di Negara Bagian Rakhine<br />
yang dilanda kerusuhan sektarian, yang<br />
telah menelan korban jiwa.<br />
Militer dan polisi tetap menjaga<br />
kawasan yang berpotensi<br />
terjadi konflik.Tetapi, di Sittwe,ibu<br />
kota Negara Bagian Rakhine,<br />
justru dilaporkan bahwa<br />
tentara masih menjaga tempat<br />
ibadah serta rumah penduduk.<br />
Sebagian besar tokoh dan<br />
kantor pemerintahan lokal juga<br />
ditutup karena alasan keamanan.<br />
Di wilayah pinggiran Sittwe,<br />
kebakaran rumah masih terjadi.<br />
Tembakan senjata juga<br />
terdengar setelah polisi memasukiperkampungan.Kerumunan<br />
warga yang membawa senjata<br />
tetap berpatroli di sekitar<br />
lingkungan mereka.Aparat keamanan<br />
pun tidak melarang<br />
warga membawa senjata tajam.<br />
Pejabat pemerintahan<br />
Myanmar menyebutkan, tujuh<br />
orang tewas dalam bentrok<br />
yang terjadi sejak Jumat (8/6)<br />
dan 500 rumah rusak.Menurut<br />
Chris Lewa, Direktur Arakan,<br />
kelompok advokasi yang bekerja<br />
sama dengan Rohingya,<br />
pihaknya telah menerima laporan<br />
bahwa puluhan orang tewas.<br />
“Pemerintah, bukan hanya<br />
media Myanmar, mengabaikan<br />
kematian warga minoritas,”kata<br />
Lewa dikutip AFP.<br />
Sementara, Perserikatan<br />
Bangsa-Bangsa (PBB) memutuskan<br />
untuk sementara menarik<br />
sebagian staf dari Negara<br />
Bagian Rakhine. PBB juga meminta<br />
dukungan penuh dari pemerintah<br />
untuk menjamin ke-<br />
rah lain,”papar dia.<br />
Laporan tahunan PBB mengenai<br />
anak-anak dan konflik<br />
bersenjata itu juga mengutip<br />
satu serangan terhadap Desa<br />
Ayn l’Arouz di Provinsi Idlib<br />
pada tanggal 9 Maret 2012. Laporan<br />
itu mengutip seorang saksi<br />
yang mengatakan bagaimana<br />
beberapa anak muda diambil<br />
secara paksa dari rumah mereka,<br />
kemudian digunakan sebagai<br />
tentara dan tameng manusia<br />
yang ditempatkan di jendela<br />
depan bus yang mengangkut<br />
personel militer yang menyerang<br />
desa tersebut. Anakanak<br />
lain mengaku dipukuli,<br />
dan ditutup matanya yang<br />
kemudian dicambuk dengan<br />
menggunakan kabel listrik,<br />
disundut rokok, bahkan disetrum<br />
saat mereka diinterogasi.<br />
PBB mencap Pemerintah<br />
Suriah sebagai salah satu pelanggar<br />
terburuk tahunan. Kelompok<br />
hak asasi manusia<br />
memperkirakan bahwa sekitar<br />
selamatan dan keamanan semua<br />
staf PBB dan lembaga swadaya<br />
masyarakat asing dan keluarga<br />
mereka di Maungdaw,<br />
Buthidaung,dan Sittwe saat dievakuasi<br />
ke Rangoon.<br />
Menurut seorang pejabat<br />
PBB Ashok Nigam,sebanyak 44<br />
pekerja PBB dan keluarga mereka<br />
meninggalkan Maungdaw,<br />
Negara Bagian Rakhine,<br />
yang berbatasan dengan Bangladesh.<br />
“Sebagian besar staf<br />
yang ditarik adalah staf internasional<br />
tetapi staf lokal yang<br />
berkantor di Maungdaw masih<br />
berada di sana,”kata Nigam dikutip<br />
AFP.<br />
Nigam menjelaskan, langkah<br />
tersebut ditempuh karena<br />
adanya gangguan keamanan<br />
dan penarikan staf hanya bersifat<br />
sementara.<br />
Sebelumnya Pemerintah<br />
Myanmar menerapkan keadaan<br />
darurat di Negara Bagian Rakhine<br />
pada Minggu (10/6). Kebijakan<br />
itu dilakukan setelah<br />
peningkatan kekacauan dan<br />
serangan di Rakhine. Langkah<br />
itu ditempuh dengan maksud<br />
untuk memulihkan keamanan<br />
dan stabilitas secepatnya bagi<br />
rakyat. Sejauh ini 17 orang<br />
tewas dalam kekerasan yang<br />
pecah akibat konflik sektarian.<br />
Sementara, Pemerintah<br />
Bangladesh meningkatkan keamanan<br />
di sepanjang perbatasan<br />
dengan Myanmar. Pasukan<br />
Penjaga Perbatasan Bangladesh<br />
(BGB) kemarin mencegat<br />
1.200 anak meninggal selama<br />
pemberontakan 15 bulan terhadap<br />
Presiden Bashar al-Assad.<br />
Laporan AFP menyebutkan,<br />
pada hari pertama, ada 11<br />
orang tewas termasuk tiga<br />
anak laki-laki berusia 15 sampai<br />
17.Kemudian,34 orang,termasuk<br />
dua anak laki-laki berusia<br />
14 dan 16 serta seorang gadis<br />
berusia 9 tahun,ditahan.<br />
PBB telah memiliki tim<br />
pengamat militer di kawasan<br />
Suriah sebagai bagian rencana<br />
perdamaian enam poin yang ditengahi<br />
oleh utusan liga Arab,<br />
Kofi Annan.<br />
Semua upaya diplomatis internasional<br />
dan pertumpahan<br />
darah terus terjadi setiap hari.<br />
Aktivis mengatakan, rezim<br />
Presiden Bashar al-Assad dengan<br />
sengaja menargetkan<br />
penduduk sipil sementara pemerintah<br />
menyalahkan kekerasan<br />
itu terjadi karena “gerombolan<br />
bersenjata”.<br />
● wenny juanita<br />
tiga kapal yang mengangkut<br />
warga Rohingya. Menurut Mayor<br />
Shafiqur Rahman, kepala<br />
BGB, mereka berusaha memasuki<br />
Bangladesh pada Senin<br />
malam (11/6) melalui Sungai<br />
Naf. “Tiga kapal mengangkut<br />
103 Rohingya, termasuk 81 perempuan<br />
dan anak-anak yang<br />
datang dari Sittwe,” katanya<br />
kepada AFP.<br />
Dia mengatakan,para pengungsi<br />
ditangkap dan dikembalikan<br />
ke wilayah Myanmar. Sebanyak<br />
11 kapal, yang mengangkut<br />
400 orang, telah diamankan<br />
sejak Senin lalu.<br />
Keamanan perbatasan<br />
Bangladesh–Myanmar sepanjang<br />
200 km semakin diperketat<br />
untuk mencegah membanjirnya<br />
pengungsi Rohingya.<br />
“Kita mendapatkan tambahan<br />
120 tentara untuk meningkatkan<br />
patroli perbatasan,” kata<br />
Rahman.<br />
Dari Washington, Menteri<br />
Luar Negeri Amerika Serikat<br />
(AS) Hillary Clinton menyarankan<br />
agar kerusuhan sektarian<br />
itu segera dihentikan. “AS<br />
memperhatikan laporan mengenai<br />
kerusuhan sektarian di<br />
Rakhine dan menyarankan semua<br />
pihak untuk menahan diri<br />
serta menghentikan semua se-<br />
rangan,”kata Hillary.<br />
Menurut Hillary, rakyat<br />
Myanmar harus bekerja sama<br />
menuju negara yang demokratis<br />
dan damai. “Rakyat Myanmar<br />
juga harus menghargai<br />
hak rakyat yang berbeda-beda,”katanya.<br />
Sedangkan, Uni Eropa menyambut<br />
respons Presiden<br />
Myanmar Thein Sein yang<br />
memperingatkan menentang<br />
kebencian abadi, hasrat balas<br />
dendam, dan aksi anarkistis.<br />
“Kami yakin pasukan keamanan<br />
menangani kekerasan antarkomunitas<br />
itu dengan cara<br />
yang tepat,” papar juru bicara<br />
SEPUTAR INDONESIA<br />
RABU 13 JUNI 2012<br />
Patroli Keamanan Ditingkatkan<br />
PBB Evakuasi Staf dari Myanmar<br />
Anak-Anak Diduga Dijadikan<br />
Tameng Hidup Militer<br />
REUTERS/SOE ZEYA TUN<br />
Polisi bersiaga saat petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api saat terjadi bentrokan sektarian di Sittwe dalam foto yang<br />
diambil pada Minggu (10/6). Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton mengungkapkan kecemasan mendalam atas<br />
kekerasan sektarian itu.<br />
kepala kebijakan luar negeri<br />
Uni Eropa Catherine Ashton,<br />
Maja Kocijanic. “Kami menyambut<br />
baik prioritas Pemerintah<br />
Myanmar dalam menangani<br />
konflik etnis ini.”<br />
Berdasarkan estimasi PBB,<br />
800.000 orang Rohingya tinggal<br />
di Myanmar. Konsentrasi<br />
terbesar mereka berada di Rakhine.<br />
Namun, Myanmar tidak<br />
mengakui Rohingya sebagai<br />
warga negara resmi. Sementara,PBB<br />
menganggap Rohingya<br />
merupakan minoritas yang kerap<br />
menjadi korban diskriminasi<br />
di Myanmar.<br />
● andika hendra m