RH7yFQ
RH7yFQ
RH7yFQ
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
OASE<br />
Puisi Pelarian Wiji Thukul<br />
buruh plitur di kampungnya, calo karcis bioskop, dan jadi pengamen<br />
puisi. Pernah juga dia bekerja jadi wartawan, meski hanya tiga bulan.<br />
Belakangan Thukul jadi penyair terkenal yang puisi-puisinya<br />
kerap dibaca oleh para aktivis mahasiswa pada 1980an. Dia mulai<br />
menulis puisi sejak SD, dan tertarik pada dunia teater ketika duduk di<br />
bangku SMP. Bersama kelompok Teater Jagat, dia pernah mengamen<br />
puisi keluar-masuk kampung dan kota.<br />
Meski hidupnya pas-pasan, Thukul mampu menyelenggarakan<br />
kegiatan teater dan melukis dengan anak-anak kampung Kalangan,<br />
tempat dia dan keluarganya tinggal. Pada pertengahan 1980an Thukul<br />
kerap diundang mengamen masuk ke kampus-kampus, baik di Jawa<br />
Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, maupun Jakarta. Pengalaman bergaul<br />
dengan para aktivis inilah membuat Thukul kian kritis dalam berpikir.<br />
Wiji Thukul pun menyadari pentingnya sebuah organisasi sebagai alat<br />
perjuangan.<br />
Thukul aktif terlibat dalam sejumlah aksi solidaritas terhadap<br />
para petani dan buruh. Pada 1992 dia ikut demonstrasi memprotes<br />
pencemaran lingkungan oleh pabrik tekstil PT. Sariwarna Asli Solo. Pada<br />
1994, saat terjadi aksi petani di Ngawi, Jawa Timur, Thukul memimpin<br />
massa dan melakukan orasi. Dalam aksi ini dia ditangkap serta dipukuli<br />
sejumlah aparat militer.<br />
Setahun berikutnya, saat ikut aksi aksi demo 15.000 karyawan<br />
PT. Sritex yang didukung oleh Pusat Perjuangan Buruh Indonesia<br />
(PPBI) dan Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk demokrasi (SMID),<br />
Thukul dipukuli dengan popor senjata dan kepalanya dibenturkan ke<br />
mobil oleh aparat keamanan yang mengakibatkan mata kirinya buta. Dia<br />
mengalami cedera mata kanan karena dibenturkan mobil oleh aparat<br />
yang kemudian menangkapnya.<br />
Pada 1994 Thukul bersama seniman progresif seperti Semsar<br />
Siahaan dan Moelyono mendirikan Jaringan Kerja Kesenian Rakyat<br />
(Jakker). Thukul menjadi ketuanya. Jakker sendiri membangun jaringan<br />
kesenian dengan melibatkan sejumlah seniman progresif dan<br />
1<br />
kerakyatan di berbagai daerah.<br />
Pada April 1996 Thukul hadir dalam kongres pertama<br />
1. Penjelasan mengenai sepak terjang Wiji Thukul secara lengkap bisa dibaca pada Wilson, ”Wiji Thukul:<br />
Hanya Ada Satu Kata: Hilang” dalam Wilson (editor), Kebenaran Akan Terus Hidup: Catatan-Catatan<br />
Tentang Wiji Thukul, Ikohi dan Yappika, Jakarta, 2007.<br />
90