10.01.2013 Views

RH7yFQ

RH7yFQ

RH7yFQ

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

DISKURSUS<br />

Penanganan Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu<br />

V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional.<br />

Ketapan MPR ini melihat bahwa dalam sejarah perjalanan negara<br />

Indonesia telah terjadi konflik vertikal dan horizontal antar berbagai<br />

elemen masyarakat, pertentangan ideologi, kemiskinan struktural,<br />

kesenjangan sosial, ketidakadilan, dan lain-lainnya. Maka diperlukan<br />

kesadaran dan komitmen yang sungguh-sungguh untuk memantapkan<br />

persatuan dan kesatuan nasional melalui rekonsiliasi nasional.<br />

Ketetapan MPR tersebut mengamanatkan kepada DPR dan<br />

Presiden untuk membentuk UU tentang komisi kebenaran dan<br />

rekonsiliasi nasional. Maka kemudian lahirlah Undang-Undang No. 27<br />

Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). UU<br />

ini juga merujuk UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM,<br />

selain tentu saja juga mendasarkan pada landasan yang lebih kuat di<br />

atasnya, yakni Pasal 28 UUD 1945. Sayangnya, UU KKR terhenti<br />

sebelum dilaksanakan karena diajukan judicial review oleh masyarakat ke<br />

Mahkamah Konstitusi (MK), yang akhirnya judicial review tersebut<br />

dikabulkan oleh MK pada tahun 2006 dimana UU ini dibatalkan<br />

sepenuhnya oleh MK.<br />

Di antara argumen pembatalan UU KKR tersebut adalah karena<br />

undang-undang ini dipandang mengandung beberapa kelemahan, antara<br />

lain: dalam Pasal 24 yang berbunyi: ”Dalam hal komisi telah menerima<br />

pengaduan atau laporan pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang disertai<br />

permohonan untuk mendapatkan kompensasi, restitusi, rehabilitasi, atau amnesti,<br />

Komisi wajib memberikan keputusan dalam jangka waktu paling lambat 90<br />

(sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan.”<br />

Bisa dibayangkan hanya dalam waktu sangat singkat tersebut<br />

apakah mungkin Komisi dapat menyelesaikan suatu kasus yang berat<br />

yang misalnya melibatkan suatu institusi besar? Tentunya sangat berat<br />

bagi Komisi untuk melakukan penyelidikan hanya dalam waktu yang<br />

sangat singkat tersebut.<br />

Kemudian kita bisa melihat juga pada Pasal 27 yang berbunyi:<br />

”Kompensasi dan rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dapat<br />

diberikan apabila permohonan amnesti dikabulkan.” Nah ini berarti jika<br />

pelaku tidak diberikan amnesti baik oleh Presiden dan DPR atau pelaku<br />

tidak teridentifikasi atau mungkin tidak dimaafkan oleh korban, maka<br />

dia tidak mendapat kompensasi dan rehabilitasi sebagaimana dimaksud<br />

UU tersebut.<br />

78

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!