10.01.2013 Views

RH7yFQ

RH7yFQ

RH7yFQ

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

diktaktor Franco di era 1970-an. Korea Selatan, sementara itu,<br />

menerapkan pola kedua pada kasus kedua mantan presidennya.<br />

Afrika Selatan memilih pola kedua dengan penekanan lebih pada<br />

pendekatan disclossure melalui ”Truth and Reconcilliation Commission”<br />

(Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi di Indonesia sering disingkat<br />

dengan istilah ”KKR”) daripada pengadilan. Sedangkan pola ”to forget but<br />

never to forgive” pada dasarnya dapat ditemukan pada cara masyarakat<br />

Eropa melihat Inquisition yang dilakukan pada penganut ajaran Protestan<br />

di Eropa selama abad pertengahan.<br />

Beberapa negara yang mencoba berikhtiar menyelesaikan masa<br />

lalunya itu dapat dibilang berhasil, tentu dengan berbagai<br />

konsekuensinya. Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Solusi ideal<br />

seperti apa yang dapat kita ambil? Apakah dengan menempuh salah satu<br />

pola di atas, ataukan dengan kombinasi dari keempat model tersebut,<br />

ataukah dengan cara yang sama sekali baru, dengan pengkondisian<br />

Indonesia saat ini?<br />

Sejak awal reformasi, keinginan untuk memunculkan landasan<br />

bersama untuk menuju Indonesia masa depan yang lebih bermartabat<br />

sangat kuat. Kita mengokohkan dalam UUD 1945 bahwa negara<br />

Indonesia adalah negara hukum (UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) pada<br />

Perubahan Ketiga. Yang dimaksud dengan negara hukum adalah jika<br />

kita melihat bekerjanya tiga prinsip dasar: supremasi hukum (supremacy<br />

of law), kesetaraan di hadapan hukum (equality before the law), dan<br />

penegakan hukum dengan cara yang tidak bertentangan dengan hukum<br />

(due process of law).<br />

Dalam penjabaran selanjutnya, pada setiap negara hukum akan<br />

terlihat ciri-cirinya, yaitu adanya (1) jaminan perlindungan hak-hak asasi<br />

manusia; (2) kekuasaan kehakiman atau peradilan yang merdeka; dan (3)<br />

legalitas dalam arti hukum, yaitu bahwa baik pemerintah/negara<br />

maupun warga negara dalam bertindak harus berdasar atas dan melalui<br />

hukum. Bahkan kemudian juga dikenal adanya Pengadilan Tata Usaha<br />

Negara (PTUN).<br />

Dalam konteks penegakan hukum, khususnya masalah<br />

pelanggaran HAM berat masa lalu, harus diakui, sampai saat ini<br />

Indonesia belum pernah mengalami atau menjalankan proses<br />

penyelesaian masalah tersebut. Ikhtiar menuju arah itu pernah<br />

dilakukan, yakni dengan dikeluarkannya Ketetapan MPR No<br />

77<br />

dignitas<br />

Volume VIII No. 1 Tahun 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!