10.01.2013 Views

RH7yFQ

RH7yFQ

RH7yFQ

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

DISKURSUS<br />

Penanganan Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu<br />

kebutuhan untuk melakukan konsolidasi kelembagaan yang diperlukan<br />

bagi hadirnya sebuah pengelolaan kekuasaan yang demokratis, terdapat<br />

desakan untuk menemukan cara tentang bagaimana warisan rezim<br />

otoritarian itu hendak diselesaikan.<br />

Salah satu warisan terburuk yang dihasilkan oleh rezim<br />

sebelumnya yang melekat pada sistem adalah kejahatan terhadap hakhak<br />

asasi manusia (HAM). Sementara konsolidasi kelembagaan masih<br />

diupayakan (yang seringkali memang sungguh tidak mudah itu), terdapat<br />

tuntutan yang menggunung untuk segera membawa pelaku kejahatan<br />

HAM.<br />

Masa Lalu, Kini, dan Mendatang: Mencari Solusi Terbaik<br />

Seperti disinggung dalam pengantar, rezim-rezim masa lalu pasti<br />

mewariskan banyak masalah, termasuk pelanggaran HAM di sana-sini.<br />

Rezim Orde Lama mewariskan setumpuk masalah hukum dan politik,<br />

serta pelanggaran kepada pemerintahan Orde Baru. Demikian halnya<br />

pemerintahan Orde Baru mewariskan puluhan kasus hukum dan<br />

pelanggaran HAM kepada pemerintahan era reformasi.<br />

Tentu semua itu harus tetap menjadi tanggungjawab kita,<br />

sebagai generasi berikutnya yang menjadi pelanjut pembangunan bangsa<br />

saat ini, untuk menyelesaikan berbagai warisan persoalan semaksimal<br />

mungkin. Pastilah penyelesaian tidak ada yang sempurna alias<br />

memuaskan semua pihak. Namun demikian, sebagai tanggungjawab<br />

sejarah, ikhtiar itu harus terus dilakukan.<br />

Dalam penyelesaian terhadap masa lalu, terdapat empat pola<br />

yang lazimnya dapat dipilih. Sebagai sebuah spektrum keempat opsi itu<br />

bergerak dari (1) ”never to forget, never to forgive” (tidak melupakan dan tidak<br />

memaafkan, yang berarti ”adili dan hukum”); dan (2) ”never to forget but to<br />

forgive” (tidak melupakan tetapi kemudian memaafkan, yang berarti ”adili<br />

dan kemudian ampuni”); sampai dengan (3) ”to forget but never to forgive”<br />

(melupakan tetapi tidak pernah memaafkan, yang artinya tidak ada<br />

pengadilan tetapi akan dikutuk selamanya); dan (4) ”to forget and to forgive”<br />

(melupakan dan memaafkan, yang artinya tidak ada pengadilan dan<br />

dilupakan begitu saja).<br />

Jerman, setelah runtuhnya pemerintahan fasis di bawah Hitler,<br />

dengan bantuan negara-negara sekutu, menerapkan pola pertama.<br />

Sebaliknya, Spanyol memilih pola keempat segera setelah jatuhnya<br />

76

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!