RH7yFQ
RH7yFQ
RH7yFQ
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
DISKURSUS<br />
Kerangka Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat<br />
yang memperkuat mekanisme Pengadilan HAM. UU tersebut mengatur<br />
tentang perlindungan saksi dan korban yang lebih baik, dan memberikan<br />
penguatan pengaturan tentang kompensasi dan restitusi, termasuk hal<br />
atas bantuan medis dan rehabilitasi psikososial kepada korban<br />
13<br />
pelanggaran HAM berat. UU tersebut juga memandatkan<br />
pembentukan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).<br />
Namun, pada tahun 2006 pula, MK membatalkan UU No. 27<br />
Tahun 2004 tentang KKR, karena dianggap bertentangan dengan<br />
Konstitusi, hukum HAM internasional dan hukum humaniter<br />
internasional. MK kemudian merekomendasikan untuk membentuk<br />
UU KKR baru sesuai dengan UUD 1945 dan instrumen HAM yang<br />
berlaku secara universal, serta mendorong negara untuk melakukan<br />
15<br />
rekonsiliasi melalui kebijakan politik.<br />
”Dengan dinyatakannya UU KKR tidak mempunyai kekuatan<br />
hukum mengikat secara keseluruhan, tidak berarti Mahkamah menutup<br />
upaya penyelesaian pelanggaran HAM berat di masa lalu melalui upaya<br />
rekonsiliasi. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk itu, antara lain<br />
dengan mewujudkan rekonsiliasi dalam bentuk kebijakan hukum<br />
(undang-undang) yang serasi dengan UUD 1945 dan instrumen HAM<br />
yang berlaku secara universal, atau dengan melakukan rekonsiliasi<br />
melalui kebijakan politik dalam rangka rehabilitasi dan amnesti secara<br />
16<br />
umum.”<br />
Dari kerangka hukum sebagaimana disebutkan di atas, konsep<br />
dan mekanisme penyelesaian pelanggaran HAM berat telah jelas dan<br />
masih menggunakan dua mekanisme, yaitu melalui jalur pengadilan dan<br />
KKR. MK, meski membatalkan UU No. 27 tahun 2004 tentang KKR,<br />
tetap merekomendasikan pembentukan UU KKR baru dan melalukan<br />
rekonsilasi.<br />
Justru pada tataran implementasi kedua mekanisme tersebut<br />
yang mengalami hambatan dan stagnasi hingga saat ini. Dari sisi<br />
penyelesaian melalui pengadilan, tercatat hanya dua kasus yang telah<br />
dibawa ke pengadilan HAM adhoc, yakni perkara pelanggaran HAM<br />
13. Lihat pasal 5 dan pasal 7 UU No. 13/2006. Kemudian juga muncul PP No. 44/2008 tentang Pemberian<br />
Kompensasi, Restitusi dan Bantuan Kepada Saksi dan Korban.<br />
14. Lihat Pasal 11-27 dan Pasal 45 UU No. 13/2006.<br />
15. Lebih lengkap tentang argumen MK dan respon ELSAM atas keputusan tersebut bisa dilihat di Briefing<br />
Paper, ”Making Human Rights A Constitutional Rights, A Critique of Constitutional Court's Decision on the Judicial<br />
Review of the Truth and Reconciliation Commission Act and Its Implication for Settling Past Human Rights Abuses”,<br />
ELSAM, 2007.<br />
16. Lihat Putusan MK No. 006/PUU-IV/2006, hal. 131.<br />
54<br />
14