10.01.2013 Views

RH7yFQ

RH7yFQ

RH7yFQ

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

FOKUS<br />

Ikhtiar Mencuci ”Karpet Martti” di Aceh<br />

desentralisasi (penyerahan kewenangan Pusat ke Aceh) dan<br />

dekonsentrasi (pelimpahan kewenangan), persoalan implementasi<br />

syariat Islam agar tidak menjadi jalan bagi gerakan syariatisasi negara,<br />

serta masalah model demokrasi lokal, termasuk di dalamnya mekanisme<br />

9<br />

pemilihan kepala daerah dan ketentuan mengenai partai politik lokal.<br />

Koalisi organisasi masyarakat sipil yang sejak masa konflik telah<br />

mengadvokasi persoalan pelanggaran HAM menganggap tindakan<br />

politik dalam pembahasan RUU di DPR dengan mengamputasi poin<br />

penting terkait HAM sebagai tindakan ”merampas hak keadilan<br />

korban.” Mereka juga menilai tindakan politik tersebut telah ”merusak<br />

10<br />

tatanan hukum nasional yang menjamin keadilan.”<br />

Pada saat yang hampir bersamaan, pada konteks nasional,<br />

munculnya gagasan pembentuk KKR Aceh memicu kembali desakan<br />

untuk segera membentuk KKR Nasional karena keberadaannya berelasi<br />

dengan keberadaan KKR Aceh. Kaitan ini sesuai dengan rumusan RUU<br />

Aceh yang sedang dibahas oleh Pansus DPR.<br />

Sutradara Ginting, salah seorang politikus PDIP, menegaskan<br />

bahwa ”kalau KKR nasional tidak segera dibentuk, KKR di Aceh juga<br />

11<br />

tidak bisa jalan.” Oleh karena itu PDIP mendesak Presiden SBY untuk<br />

segera membentuk KKR Nasional.<br />

Pendapat lain muncul setelah Mahkamah Konstitusi mencabut<br />

UU KKR sehingga pembentukan KKR Nasional yang ditunda-tunda<br />

itu justru mendapat landasan hukum untuk tidak dibentuk. Akibatnya,<br />

muncul kecemasan terhadap kemungkinan pembentukan KKR Aceh,<br />

meski Ketua MK, Jimly Asshidiqie, mengklarifikasinya. Jimly<br />

mengatakan:<br />

”KKR NAD tidak terkait dengan UU KKR. Itu ada kaitannya dengan<br />

UU PA sendiri... Kalau mau lewat mekanisme KKR, bisa dibuat lagi UU<br />

KKR yang sesuai dengan UUD dan instrumen hukum internasional. Ini<br />

12<br />

(UU KKR lama) kok kompensasi dikaitkan dengan amnesti…”<br />

RUU Aceh pun akhirnya disahkan menjadi UU No. 11 tahun<br />

2006 tentang Pemerintahan Aceh. UU ini memang menjamin<br />

9. Kompas, 1 April 2006.<br />

10. Siaran Pers No. 15/Siaran Pers/VII/2006, Jakarta, 4 Juli 2006. Perihal ini ada kecemasan politik dari<br />

Fraksi PDIP: ”Tidak adil jika kemudian anggota Gerakan Aceh Merdeka terbebas karena telah<br />

memperoleh amnesti, sedangkan para anggota TNI/Polri terancam diadili. Karena itu, F-PDIP<br />

mengusulkan pemberian amnesti kepada semua pihak pelaku konflik di masa lampau sebelum<br />

terbentuknya pengadilan HAM dan KKR.” Kompas, 18 Mei 2006.<br />

11. Koran Tempo, 20 Juni 2006.<br />

12. Detikcom, 8 Desember 2006. Kajian Elsam atas Keputusan MK tentang pencabutan UU KKR<br />

menyatakan, antara lain, membuka jalan bagi terbentuknya kultur impunitas di Indonesia. Elsam,<br />

”Menjadikan Hak Asasi Manusia sebagai Hak Konstitusional,” Seri Briefing Paper No. 01 Januari 2007.<br />

32

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!