10.01.2013 Views

RH7yFQ

RH7yFQ

RH7yFQ

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Baru dan jaringannya. Mereka bertahan dan menyesuaikan diri dengan<br />

sistem baru. Kekuasaan politik kembali dimonopoli dan sumber daya<br />

ekonomi dikolonisasi. Demokrasi kita sudah dibajak (Priyono, 2004).<br />

Kebertahanan kaum predator ini patut diduga menjadi penghambat<br />

penyelesaian kekerasan politik masa lalu.<br />

Namun agaknya terlalu gegabah mengatakan kegagalan<br />

menginterogasi masa lalu bersumber dari rendahnya kualitas demokrasi.<br />

Selain warisan otoritarian itu efektif bekerja di institusi-institusi<br />

peradilan, toh demokrasi yang pincang ini, demokrasi semu, demokrasi<br />

para preman, ternyata tidak bisa mengubur dosa masa lalu. Demokrasi<br />

itu sendiri tumbuh di atas lanskap politik yang dibangun melalui tragedi<br />

berdarah. Yang dihadapi , ternyata lebih dari konflik antar partai politik,<br />

antara kelompok golongan masyarakat, antara PKI dan non PKI.<br />

Di atas orkestrasi kekerasan tahun 1965, Orde Baru menyiapkan<br />

landasan ideologi, politik, ekonomi baru, dan sebesarnya coba<br />

melenyapkan pemerintahan Kabinet Gotong Royong dan revolusi<br />

Agustus dengan sebutan Orde Lama. Bukan saja mereka yang dibunuh,<br />

dibuang, dipenjara, atau yang membunuh, membuang, dan memenjara<br />

terikat oleh tragedi itu. Tetapi juga mereka, kaum intelektual, seniman,<br />

profesional, teknokrat, pengusaha, rohaniwan, diplomat, yang<br />

membangun orde. Para reformis yang berjuang meluruskan yang<br />

diselewengkan Suharto harus menjawab pertanyaan: siapa bertanggung<br />

jawab atas berdiri dan langgengnya Orde Baru?<br />

Para pemimpin negara masa reformasi tak putus rantainya<br />

dengan Orde Baru. Habibie, tak lepas dari sebutan ”anak emas<br />

Suharto”. Gus Dur tak mungkin membebaskan NU dari keterlibatan<br />

kekerasan di masa lalu yang kemudian menjadi korban intervensi Orde<br />

Baru dalam muktamar tahun 1984 (Aspinall, 2005). Megawati<br />

Sukarnoputri sejak muda tersingkir bersama dengan tergulingnya<br />

pemerintahan Soekarno. SBY terkait dengan peristiwa 27 Juli dan<br />

beberapa kekerasan di Timor Leste. Sementara itu mertua SBY, Jendral<br />

Sarwo Edi, adalah aktor penting pemulihan ketertiban paling berdarah<br />

tahun 1965 yang juga disingkirkan Soeharto.<br />

Siapapun, kaum demokrat di negeri ini, terlibat atau tidak dalam<br />

kekerasan, menjadi korban atau tidak, tetapi menyumbang<br />

pembangunan Orde Baru, berarti ikut melumat kabinet gotong royong<br />

Soekarno. Kerumitan ini terpancar dalam pendapat pemimpin NU<br />

19<br />

dignitas<br />

Volume VIII No. 1 Tahun 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!