10.01.2013 Views

RH7yFQ

RH7yFQ

RH7yFQ

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

FOKUS<br />

Drama Abadi Pembajakan Demokrasi<br />

Apakah rakyat Indonesia tak ingin berubah, pragmatis,<br />

konservatif, oportunis atau sebaliknya, progresif, emansipatoris,<br />

dinamis, sebenarnya cuma kesimpulan permukaan. Jejak kebungkaman<br />

periode Orde Baru yang menggerus heroisme jaman revolusi hingga<br />

pertengahan tahun 60an, belum lagi dijelajahi. Bagiku, menilai bahwa<br />

demokrasi berhenti berdetak karena elit politik Indonesia tidak pro<br />

rakyat, predator, benalu kekuasaan, pewaris ketamakan Orde Baru atau<br />

maling yang masuk dalam selayar mewah pemerintahan SBY sama<br />

1<br />

dengan bermimpi tentang negara republik yang tidak pernah ada.<br />

Suka tak suka jalan historis penuh luka ini yang menentukan apa<br />

yang hendak diubah dan ke arah mana perubahan itu. Tiap sentimeter<br />

perubahan itu senantiasa dihidupi oleh pengalaman traumatik bangsa.<br />

Tak seorang pun bisa memulai yang baru dengan menyingkirkan yang<br />

lama, karena yang baru lahir dari yang lama, sekalipun sama<br />

memprioritaskan periuk nasi. Bahkan setelah 15 tahun, di tengah<br />

korupsi bermilyar para politisi pasca orde baru, usaha Agung Laksono<br />

dan kawan-kawannya menobatkan Suharto sebagai pahlawan Republik<br />

gagal. Pengalaman traumatis bukan cuma milik korban tetapi suatu rasa<br />

kolektif bangsa ini.<br />

Selama berbulan-bulan menelusuri kehidupan masyarakat<br />

Afrika Selatan setelah 10 tahun berlalunya rejim apartheid tahun 2002,<br />

kutemukan betapa gaya berpolitik baru lahir justru dari pergulatan<br />

antara konservatisme lama, oportunisme baru dan sobekan sobekan<br />

luka. Semua diperebutkan, mulai dari menentukan bahasa negara, nama<br />

jalan, hingga prosedur penguasaan tanah, tender pembangunan, dan<br />

lokasi pertambangan. Ada juga yang secepat kilat menyesuaikan diri<br />

dengan hiruk pikuk bisnis pasca apartheid baik mantan polisi kulit putih<br />

2<br />

jaman Apartheid maupun pebisnis kulit hitam.<br />

1. Tesis ini secara utuh disusun oleh Vedi R. Hadiz dan Richard Robison. Analisis politik yang berkembang<br />

saat ini tidak lain hanya mengekor di belakangnya. Cukup luas diketahui bahkan dalam periode heroik<br />

revolusi Agustus 1945, begitu banyak predator, maling dan orang-orang kaya yang meloncat ke perahu<br />

gerakan kemerdekaan dan banyak lainnya yang membajak revolusi itu. Pramoedya Ananta Toer<br />

melukiskan periode ini dalam novelnya: Di Tepi Kali Bekasi, Jakarta, Lentera Dipantara, 2003 dan<br />

Larasati, Jakarta, Lentera Dipantara, 2003. Juga penting membaca buku Robert Cribb tentang periode ini,<br />

Gangster and Revolutionaries, Jakarta People's Militia and the Indonesian Revolution, 1945-1949, Jakarta, Equinox,<br />

2009.<br />

2.Betapapun, Afrika Selatan masih prihatin atas gagalnya sebagian besar pebisnis kulit hitam.<br />

http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/3262123.stm Mereka yang bertahan sedikit diantaranya adalah<br />

milyuner Patrice Tlhopane Motsepe, pembuat minuman anggur, Jabulani Ntshangase<br />

12

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!