21.04.2023 Views

Akar Pemberontakan

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Akar</strong> <strong>Pemberontakan</strong><br />

“Menyangkallah! atau saya akan kirim engkau ke Roma, menghadap para hakim yang<br />

ditugaskan menangani masalahmu. Saya akan mengucilkan engkau dengan semua<br />

pengikutmu, dan semua yang pada suatu waktu akan membantumu, dan akan mengusir<br />

mereka keluar dari gereja.” Dan akhirnya ia mengatakan dengan nada sombong dan marah,<br />

“Menyangkallah, atau engkau tidak akan kembali lagi.”—D’Aubigne, b. 4, psl. 8.<br />

Sang Reformis dengan segera meninggalkan tempat itu bersama sahabat-sahabatnya.<br />

Dengan demikian menyatakan dengan jelas bahwa tidak akan mundur dari ajaran-ajarannya.<br />

Hal ini tidak diduga oleh kardinal. Ia telah menyombongkan diri bahwa dengan kekuasaan ia<br />

membuat Luther menyerah. Sekarang ia ditinggalkan bersama para pendukungnya, saling<br />

melihat satu sama lain dengan sangat kecewa melihat kegagalan yang tidak diharapkan<br />

sebelumnya. Usaha-usaha Luther pada waktu ini bukannya tidak berhasil baik. Para hadirin<br />

di mahkamah itu berkesempatan membandingkan kedua orang itu, dan menilai roh yang<br />

dinyatakan kedua mereka, serta kekuatan dan kebe-naran Dosisi mereka masing-masing.<br />

Sangat bertolak belakang! Reformis itu sederhana, rendah hati, teguh, berdiri dengan<br />

kekuatan Allah, kebenaran berada di pihaknya. Kardinal, utusan paus, merasa diri penting,<br />

bersifat menguasai, sombong, tidak bisa bermusyawarah, tanpa satu argumentasi dari Alkitab,<br />

namun dengan keras berteriak, “Mundur! atau dikirim ke Roma untuk dihukum.”<br />

Meskipun Luther telah memperoleh surat jalan jaminan keselamatan, para penguasa Roma<br />

telah berkomplot untuk menangkapnya dan memenjarakannya. Sahabat-sahabatnya<br />

mengatakan kepada Luther bahwa tidak ada gu-nanya ia tinggal lebih lama di kota itu, ia harus<br />

segera kembali ke Wittenberg, dan ia harus sangat berhati-hati menyembunyikan maksudnya.<br />

Ia meninggalkan Augsburg sebelum fajar menyingsing dengan menunggang kuda, ditemani<br />

oleh seorang penunjuk jalan yang disediakan oleh pejabat kota. Dengan harap-harap cemas,<br />

dengan diam-diam ia menyusuri jalan-jalan kota yang gelap dan sepi. Musuh-musuhnya,<br />

dengan berjaga-jaga dan dengan kejam telah berkomplot untuk membinasakannya. Apakah<br />

ia bisa meloloskan diri dari perangkap yang dipasang baginya? Saat itu adalah saat yang<br />

menegangkan dan saat untuk berdoa dengan sungguh-sungguh. Mereka tiba di suatu gerbang<br />

di tembok kota. Gerbang itu terbuka baginya, dan bersama penunjuk jalannya melewatinya<br />

tanpa halangan. Setelah selamat tiba di luar kota, pelarian itu segera melanjutkan<br />

perjalanannya, dan sebelum utusan paus mengetahui kepergian Luther ia sudah jauh berada<br />

di luar jangkauan para penuduhnya. Setan bersama kaki tangannya telah dikalahkan. Orang<br />

yang mereka sangka sudah berada dalam kekuasaannya telah tiada, seperti burung lepas dari<br />

jerat pemburu.<br />

Mendengar kabumya Luther, utusan paus sangat kaget dan marah. Ia telah mengharapkan<br />

akan memperoleh penghargaan atas kebijaksanaannya dan keteguhannya dalam menangani<br />

pengganggu gereja itu. Tetapi pengharapannya telah pupus semua dan sangat<br />

mengecewakannya. Ia menyatakan kegeramannya dalam satu surat kepada Frederick,<br />

penguasa Saxon, dengan keras ia mencela Luther dan meminta agar Frederick mengirimkan<br />

Pembaru itu ke Roma atau ia akan diusir dan dibuang dari Saxon. Sebagai pembelaannya,<br />

91

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!