21.04.2023 Views

Akar Pemberontakan

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Akar</strong> <strong>Pemberontakan</strong><br />

Di dalam kegelapan penjara ia melihat kemenangan iman yang benar. Dalam mimpi ia<br />

kembali ke kapel di Praha di mana ia mengkhotbahkan Injil, ia melihat paus dan para<br />

uskupnya menghapus gambar Kristus yang telah dilukisnya di dinding kapel itu. “Penglihatan<br />

ini menyusahkan hatinya, tetapi hari berikutnya ia melihat banyak pelukis melukis kembali<br />

gambar itu dalam jumlah yang lebih besar dan dengan wama yang lebih terang. Segera setelah<br />

tugas mereka selesai, para pelukis itu, yang telah dikelilingi oleh banyak sekali orang, berseru,<br />

‘Sekarang biarlah para paus dan para uskup datang. Mereka tidak akan pernah lagi bisa<br />

menghapus gambar itu!’”<br />

Pembaharu itu berkata pada waktu ia menghubungkan mimpinya, “Saya merasa pasti,<br />

bahwa gambar Kristus tidak akan pernah dihapus. Mereka ingin memusnahkannya, tetapi<br />

akan dilukis baru di dalam semua hati oleh para pengkhotbah yang jauh lebih baik dari<br />

saya.”—D ‘Aubigne, b. 1, Ch. Untuk terakhir kalinya, Huss dibawa kembali ke hadapan<br />

konsili. Mahkamah sekali ini adalah mahkamah yang brilian dan luas—dihadiri oleh kaisar,<br />

para pangeran kerajaan, para deputi kerajaan, para kardinal, uskupuskup dan imam-imam; dan<br />

orang banyak yang datang sebagai penonton kejadian hari itu. Dari seluruh dunia Kekristenan<br />

telah berkumpul untuk menyaksikan korban besar yang pertama ini yang telah lama<br />

memperjuang-kan kebebasan hati nurani.<br />

Setelah dipanggil untuk mendengarkan keputusan terakhir, Huss menya-takan<br />

penolakannya untuk menyangkal keyakinannya, dan sambil menuju-kan pandangannya yang<br />

tajam kepada kaisar yang kata-kata janjinya telah dilanggar dengan tidak mengenal malu, ia<br />

mengatakan, “Saya memutuskan atas kemauan saya sendiri, untuk hadir di hadapan konsili<br />

ini di bawah perlindungan umum dan jaminan keselamatan kaisar yang hadir di sini.”—<br />

Bonnechose, Jld. II, hlm. 84. Wajah Kaisar Sigismund menjdi merah padam pada waktu<br />

semua mata orang yang hadir di mahkamah itu meman-dang kepadanya.<br />

Keputusan telah diumumkan, upacara penurunan pangkat pun dimulai. Para uskup<br />

mengganti pakaiannya dan memakaikan pakaian keimamatan. Dan pada waktu ia<br />

mengenakan pakaian keimamatan itu, ia berkata, “Tuhan kita Yesus Kristus telah dibungkus<br />

dengan kain putih sebagai penghinaan pada waktu Herodes memerintahkan<br />

menghadapkannya kepada Pilatus.”—Ibid, hlm. 86. Pada waktu sekali lagi ia diminta untuk<br />

menarik kembali pernyataannya, ia menjawab sambil berbalik kepada orang banyak, “Lalu<br />

dengan muka apa saya harus memandang Surga? Bagaimana saya melihat orang banyak itu<br />

kepada siapa saya sudah khotbahkan Injil yang sejati? Tidak. Saya lebih menghargai<br />

keselamatan mereka daripada tubuh saya yang hina ini, yang sekarang telah diputuskan untuk<br />

dibunuh.” Pakaiannya ditanggalkan satu persatu; setiap uskup mengatakan kata-kata kutukan<br />

sementara mereka melakukan tugasnya dalam upacara itu. Akhirnya, “mereka mengenakan<br />

di atas kepalanya sebuah topi atau semacam topi yang dipakai oleh uskup dalam upacara,<br />

yang berbentuk piramida dan terbuat dari kertas. Dikertas itu dilukiskan gambar-gambar<br />

Setan dengan kata-kata, ‘Kepala Bidat,’ dituliskan dengan menyolok di bagian depan. ‘Sangat<br />

senang’ kata Huss, ‘akan saya pakai mahkota yang memalukan ini dni Engkau, O, Yesus,<br />

69

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!