21.04.2023 Views

Akar Pemberontakan

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Akar</strong> <strong>Pemberontakan</strong><br />

batu karang itu: Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang<br />

duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu. Sebab sudah tiba hari besar murka<br />

mereka dan siapakah yang dapat bertahan?" (Wah. 6:15-17).<br />

Sendagurau olok-olokan sudah berakhir. Bibir yang penuh kebohongan ditutup rapat-rapat.<br />

Peperangan dan hiruk- pikuk serta derunya pertempuran "yang berderap-derap dan setiap<br />

jubah yang berlumuran darah" (Yes. 9:4 -- Alkitab, LAI Jakarta 1993) tidak terdengar lagi.<br />

Yang terdengar hanyalah suara doa dan suara ratapan serta tangisan. Tangisan terdengar dari<br />

bibir orang-orang yang baru saja mengejek, "Sebab sudah tiba hari besar murkan-Nya,<br />

siapakah yang dapat bertahan?" Orang-orang fasik berdoa supaya terkubur di bawah batubatu<br />

gunung daripada memandang muka Dia yang telah mereka benci dan tolak.<br />

Suara yang menerusi telinga orang-orang mati, mereka kenal. Betapa sering mereka telah<br />

mendengar nada lembut suara itu memanggil mereka untuk bertobat. Betapa sering suara itu<br />

mereka dengar bagaikan bujukan seorang sahabat, seorang saudara, seorang Penebus. Kepada<br />

mereka yang menolak kasih karunia-Nya, tiada suara lain yang penuh dengan hukuman, yang<br />

penuh dengan celaan, dan pada suara yang sejak lama mengajak, "Bertobatlah, bertobatlah<br />

dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati?" (Yehez. 33:11). Oh, suara itu<br />

kepada mereka dianggap seperti suara orang asing! Yesus berkata, "Oleh karena kamu<br />

menolak ketika aku memanggil dan tidak ada yang menghiraukan ketika aku mengulurkan<br />

tanganku, bahkan kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku." (Amsal<br />

1:24,25). Suara itu membangunkan ingatan-ingatan yang mereka ingin hapuskan -- amaranamaran<br />

dibenci, undangan-undangan ditolak, kesempatan-kesempatan diremehkan.<br />

Ada di antara mereka yang mengejek Kristus dalam kehinaan-Nya. Dengan kuasa yang<br />

menggetarkan datang kepada pikiran mereka, kata-kata Penderita, bilamana imam besar<br />

mendesak, Ia menyatakan sengan khidmat, "Mulai sekarang kamu akan melihat Anak<br />

Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit."<br />

(Mat. 26:64). Sekarang mereka memandang Dia dalam kemuliaan-Nya, dan mereka masih<br />

akan melihat Dia duduk di sebelah kanan kekuasaan. Mereka yang mencemoohkan<br />

pengakuan-Nya sebagai Anak Allah sekarang bungkam tidak bisa berkata-kata. Disitu ada<br />

Herodes yang angkuh, yang mengejek-Nya mengenai gelar kerajaan-Nya, dan yang<br />

memerintahkan serdadu-serdadu yang mengejek itu untuk memahkotai-Nya menjadi raja. Di<br />

sana ada orang-orang yang dengan tangannya yang cemar memakaikan jubah ungu kepada-<br />

Nya, dan mahkota duri ke atas kepala-Nya yang suci, dan pada tangan-Nya yang tak berdaya<br />

itu tongkat pura-pura, dan tunduk di hadapan-Nya dengan ejekan-ejekan hujat. Orang-orang<br />

yang memukul dan meludahi Raja kehidupan itu, sekarang berpaling dari pandangan-Nya<br />

yang tajam dan berusaha melarikan diri dari kemuliaan hadirat-Nya yang dahsyat itu. Mereka<br />

yang memaku tangan dan kaki-Nya, serdadu yang menusuk lambung- Nya, melihat bekasnya<br />

dengan ketakutan dan penyesalan yang dalam.<br />

461

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!