21.04.2023 Views

Akar Pemberontakan

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Akar</strong> <strong>Pemberontakan</strong><br />

sudah merajalela ini. Dari pajak yang ditarik dari rakyat jelata, oleh pegawai penting<br />

pemerintah dan para rohaniawan, tidak sampai separuh yang sampai ke perbendaharaan<br />

kerajaan atau perbendaharaan keuskupan. Yang selebihnya diboroskan dalam pemanjaan diri<br />

yang tidak bermoral. Orang-orang yang memelaratkan temannya sesama rakyat, mereka<br />

sendiri bebas dari pajak, dan berhak atas semua penunjukan negara berdasarkan undangundang.<br />

Golongan-golongan yang mempunyai kedudukan sosial yang baik dan yang<br />

mempunayi kekayaan, berjumlah seratus lima puluh ribu orang, dan untuk memuaskan hati<br />

mereka berjuta-juta orang telah dihukum dengan kehidupan yang tanpa harapan dan yang<br />

merendahkan derajatnya.” — (Lihat Lampiran).<br />

Istana menjadi tempat kemewahan dan percabulan yang tak bermoral. Hanya sedikit rasa<br />

percaya yang terjadi antara rakyat dan penguasa. Semua undang-undang dan peraturan<br />

pemerintah dipandang dengan rasa curiga, sebagai suatu kelicikan dan yang mementingkan<br />

diri sendiri. Selama lebih setengah abad sebelum Revolusi terjadi, takhta telah diduduki oleh<br />

Louis XV, yang, walaupun dalam waktu yang berbahaya seperti itu, ia dikenal sebagai<br />

seorang pemalas, semberono, dan bernafsu jahat. Dengan negara yang diperinth oleh kaum<br />

bangsawan yang bermoral bejat dan kejam serta dengan penduduk golongan yang miskin dan<br />

bodoh, maka keuangan negara sangat merosot, dan rakyat menjadi jengkel dan marah. Tidak<br />

diperlukan mata seorang nabi untuk mengetahui apa yang akan terjadi. Raja biasa memberi<br />

jawaban kepada para penasihatnya, “Usahakan membuat segala sesuatu berjalan terus selama<br />

saya masih hidup. Setelah saya mati biarlah berjalan menurut kemauannya.” Sia-sia himbauan<br />

untuk mengadakan suatu pembaharuan. Ia melihat kejahatan itu, tetapi tidak mempunyai<br />

keberanian atau kuasa untuk menghadapinya. Malapetaka yang menantikan Perancis terlalu<br />

jelas digambarkan dalam jawaban kemalasan yang mementingkan diri, “Sesudah aku, banjir<br />

besar!”<br />

Dengan bekerja melalui kecemburuan raja-raja dan golongan-golongan yang memerintah,<br />

Roma telah mempengaruhi mereka untuk terus memperbudak rakyat. Mengetahui dengan<br />

jelas bahwa negara dengan demikian akan dilemahkan, dan bermaksud dengan cara ini<br />

mengikat baik pemerintah maupun rakyat ke dalam perbudakannya. Dengan peraturannya<br />

yang memandang jauh kedepan ia melihat bahwa untuk memperbudak orang-orang dengan<br />

efektif harus dibelenggu jiwa mereka. Dan untuk memastikan mereka tidak melarikan diri<br />

dari perbudakan itu ialah dengan tidak memberikan kebebasan sama sekali kepada mereka.<br />

Yang seribu kali lebih ngeri dari penderitaan fisik yang diakibatkan kebijakan atau pertauran<br />

ini ialah pemerosotan moral. Karena tidak lagi mendapat pengajaran dari Alkitab, selain dari<br />

ajaran kefanatikan dan mementingkan diri sendiri, maka rakyat diselubungi oleh kebodohan<br />

dan ketakhyulan, dan tenggelam dalam sifat-sifat buruk, sehingga sama sekali tidak sesuai<br />

lagi untuk mempunyai pemerintahan sendiri.<br />

Akan tetapi akibat dari semua ini berbeda dengan apa yang diharapkan oleh Roma.<br />

Sebagai gantinya membuat massa secara buta tunduk kepada dogma-dogmanya, pekerjaannya<br />

telah berhasil membuat mereka menjadi tidak setia dan menjadi revolusionis atau meberontak.<br />

186

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!