21.04.2023 Views

Akar Pemberontakan

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Akar</strong> <strong>Pemberontakan</strong><br />

nama-Mu yang sudah rusak itu. Saya menentang-Mu! Engkau tetap diam. Engkau tak berani<br />

mendatangkan guntur-Mu. Siapakah sesudah ini yang percaya kepada keberadaan-Mu?” —<br />

Lacretelle’s “History,” Vol. XI, p. 309; dalam Allison’s “History of Europe,” Vol. I, Ch. 10.<br />

Bukankah ini merupakan gema suara tuntutan Firman, “Siapakah Tuhan itu yang harus<br />

kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku Tuhan itu,<br />

dan tidak juga aku membiarkan orang Israel pergi.”<br />

“Orang bebal berkata dalam hatinya, tidak ada Allah” (Maz. 14:1). Dan Tuhan<br />

menyatakan mengenai penyesat-penyesat kebenaran, “kebodohan mereka akan nyata bagi<br />

semua orang” (2 Tim. 3:9). Sesudah Perancis menolak penyembahan kepada Allah yang<br />

hidup, “Yang Mahatinggi dan yang mendiami kekekalan,” tidak berapa lama bangsa itu<br />

terjerumus ke dalam penyembahan berhala yang menurunkan martabat, oleh pemujaan<br />

kepada Dewi Pertibangan, dalam wujud seorang wanita tidak bermoral. Dan ini mereka<br />

lakukan di hadapan mahkamah perwalian bangsa itu, dan dihadapan kekuasaan tertinggi sipil<br />

dan legislatif! Ahli sejarah berkata, “Salah satu upacara pada saat yang sudah gila ini tidak<br />

tertandingi oleh karena perpaduan antara kemustahilan dengan kebejatan. Pintu-pintu<br />

Konvensi terbuka lebar bagi para pemusik, yang didahului oleh prosesi khidmat anggotaanggota<br />

badan pemerintahan kota, sambil menyanyikan lagu-lagu pujian terhadap kebebasan,<br />

dan sambil mengawal sasaran pemujaan mereka di masa yang akan datang, yaitu wujud<br />

seorang wanita yang ditutupi, yang mereka sebut Dewi Pertimbangan. Setelah dibawa ke atas<br />

meja panjang, lalu dibuka penutupnya seluruhnya, dan ditempatkan di sebelah kanan presiden,<br />

yang ternyata ia kenal sebagai penari wanita opera . . . . Dengan alasan ini, sebagai wakil<br />

pertimbangan yang mereka sembah, Konvensi Nasional Perancis memberikan penghormatan<br />

umum kepadanya.<br />

Kemunafikan dan penyamaran yang tidak beriman dan menggelikan ini mempunyai cara<br />

tertentu, dan pelantikan Dewi Pertimbangan ini diperbaharui dan ditiru di seluruh negeri, di<br />

tempat-tempat dimana penduduk ingin menunjukkan bahwa mereka sama dengan tingginya<br />

Revolusi.” — Scott, Vol. I, Ch. 17. Kata seorang ahli pidato yang memperkenalkan perbaktian<br />

kepada Dewi Pertimbangan, “Para pembuat undang-undang! Fanatisisme telah memberikan<br />

jalan kepada pertimbangan. Matanya yang rabun tidak dapat menahan kecemerlangan terang.<br />

Pada hari ini telah berkumpul di tempat ini, di bawah kubah bangunan bergaya Gothik ini,<br />

banyak orang berdesak-desakan, yang untuk pertamakalinya menggemakan kebenaran<br />

kembali. Di sini, orang-orang Perancis telah merayakan perbaktian yang benar satu-satunya,<br />

— yaitu Kebebasan dan Pertimbangan. Di sinilah kita membentuk satu keinginan untuk<br />

kemakmuran kekuatan Republik. Di sini kita telah meninggalkan berhala-berhala yang mati<br />

demi Pertimbangan dan demi patung hidup, karya agung alam.” — Thiers, M.A., “History of<br />

the French Revolution,” Vo. II, pp. 370,371.<br />

Pada waktu Dewi itu dibawa ke dalam Konvensi, ahli pidato itu memegangnya seraya<br />

berpaling kepada perkumpulan itu, “Orang-orang yang fana, berhentilah gemetar dihadapan<br />

suatu Allah yang tidak berdaya, yang telah menciptakan ketakutanmu. Mulai sekarang akuilah<br />

182

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!