21.04.2023 Views

Akar Pemberontakan

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Akar</strong> <strong>Pemberontakan</strong><br />

“Dimana juga Tuhan kita disalibkan.” Nubuatan ini juga digenapi oleh Perancis. Rasa<br />

bermusuhan terhadap Kristus yang dilakukan dengan berani di sini, melebihi dari di negerinegeri<br />

manapaun. Kebenaran menghadapi perlawanan yang lebih pahit dan jahat di sini lebih<br />

dari negara manapun. Dalam penganiayaan yang dilakukan Perancis kepada pengakupengaku<br />

Injil, ia telah menyalibkan Kristus di dalam pribadi murid-murid-Nya.<br />

Dari abad ke abad darah orang-orang saleh telah dicurahkan. Sementara orang-orang<br />

Waldenses menyerahkan nyawanya di pegunungan-pegunungan Piedmont “demi firman<br />

Allah dan demi kesaksian Yesus Kristus,” kesaksian yang sama telah ditanggung oleh<br />

Saudara-saudara mereka orang-orang Albigenses dari Perancis. Pada zaman Pembaharuan,<br />

murid-murid pembaharuan itu telah dibunuh dengan siksaan yang kejam. Raja dan para<br />

bangsawan, para wanita ningrat dan wanita-wanita cantik, kebanggaan dan pahlawanpahlawan<br />

bangsa, telah berpesta pora di atas penderitaan para syuhada Yesus. Orang-orag<br />

Huguenots pemberani, yang berjuang demi hak-hak yang hati nuraninya menganggap suci,<br />

telah mencurahkan darahnya dalam berbagai medan pertempuran berat. Orang-orang<br />

Protestan dianggap sebagai penjahat, binatang liar yang harga per kepala telah ditentukan.<br />

Dan mereka diburu seperti layaknya binatang liar.<br />

“Gereja di Padang Belantara” keturunan orang-orang Kristen kuno yang tidak seberapa<br />

jumlahnya, yang masih bertahan tinggal di Perancis pada abad ke delapan belas, dan juga<br />

bersembunyi di pegunungan sebelah Selatan, masih tetap mengasihi iman leluhur mereka.<br />

Pada waktu mereka mengambil risiko berkumpul pada malam hari di kaki bukit atau di tanah<br />

yang bersemak-semak yang terpencil, mereka dikejar-kejar oleh tentara berkuda, dan diseret<br />

dijadikan budak seumur hidup di dapur kapal-kapal. Orang-orang Perancis yang termurni,<br />

terhalus dan terpintar dirantai, dan disiksa dengan kejam di tengah-tengah perampok dan<br />

pembunuh bayaran.” — Lihat Wylie, b. 22, Ch. 6.<br />

Yang lain diperlakukan dengan lebih berbelas kasihan, ditembak oleh penembak berdarah<br />

dingin sebagai orang-orang yang tak bersenjata dan tanpa pertolongan, mereka jatuh terduduk<br />

berdoa. Ratusan orang-orang tua dan wanita-wanita yang tak berdaya dan anak-anak yang tak<br />

berdosa mati terkapar di atas tanah tempat mereka berkumpul. Dalam menjelajahi kaki bukit<br />

atau hutan-hutan, dimana mereka biasanya berkumpul, bukan suatu yang luar biasa<br />

menemukan “pada setiap empat langkah menemukan mayat-myt bergelimpangan di rumput<br />

dan mayat-mayat yang bergelantungan dari pohon-pohon.” Negeri mereka menjadi tandus<br />

oleh pedang, kampak, tumpukan kayu bakar, “telah diubah menjadi satu padang gurun yang<br />

seram dan luas.” “Kekejaman ini diberlakukan . . . bukan pada zaman kegelapan, tetapi zaman<br />

kejayaannya Louis XIV. Ilmu pengetahuan dikembangkan, kesusasteraan bertumbuh subur,<br />

pejabat-pejabat istana dan pemuka-pemuka ibukota adalah orang-orang terdidik dan yang<br />

fasih lidah, sehingga sangat mempengaruhi kasih karunia kelemah-lembutan dan<br />

kedermawanan.” — Wylie, b. 22, Ch. 7.<br />

179

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!