21.04.2023 Views

Akar Pemberontakan

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Akar</strong> <strong>Pemberontakan</strong><br />

Para nabi telah menangisi kemurtadan bangsa Israel, dan kehancurannya sebagai akibat<br />

dosa-dosanya. Yeremia ingin seandainya matanya bisa menjadi mata air agar ia bisa<br />

menangisi putri-putri bangsanya yang terbunuh siang dan malam, oleh karena kawanan<br />

domba Tuhan di angkut tertawan. (Yer. 9:1; 13:17). Lalu apakah yang mendukakan Dia, yang<br />

kilasan nubuatan-Nya mencakup bukan saja tahunan tetapi berabad-abad ke depan! Ia melihat<br />

malaikat pembinasa itu mengangkat pedangnya terhunus terhadap kota yang telah sekian lama<br />

menjadi tempat tinggal Yehovah. Dari punggung bukit Zaitun, tempat yang kemudian<br />

diduduki oleh Titus dan pasukannya, Ia memandang menerusi lembah kepada serambi dan<br />

ruang pengadilan suci. Dan dengan berlinang air mata Ia melihat, dalam perspektif yang<br />

mengerikan, dinding Yerusalem dikelilingi pasukan asing. Ia mendengar derap langkah<br />

tentara bersedia berperang. Ia mendengar suara ratap tangis ibu-ibu dan anak- anak meminta<br />

makan di dalam kota yang sudah terkepung itu. Ia melihat rumah indah dan bangunan suci,<br />

istana-istananya dan menara-menaranya terbakar habis di lalap api. Tinggallah hanya<br />

onggokan puing-puing belaka.<br />

Memandang kepada sepanjang masa, Ia melihat umat perjanjian itu tercerai-berai di<br />

berbagai negeri, "seperti reruntuhan kapal di pantai padang pasir." Dalam hukuman duniawi<br />

yang akan menimpa anak-anaknya, Ia melihat regukan pertama dari cawan murka Allah, yang<br />

pada penghakiman terakhir ia harus menghabiskan seluruh isi cawan murka Allah itu. Di<br />

dalam pengasihan ilahi, dalam kerinduan kasih-Nya, terdapat ucapan dengan kata-kata<br />

tangisan ini, "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari<br />

dengan batu orang-orang yang di utus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan<br />

anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya,<br />

tetapi kamu tidak mau." (Mat. 23:37). Hai bangsa yang ditinggikan di atas bangsa-bangsa lain,<br />

telah mengetahui saat hukuman dari Tuhan dan hal-hal yang menyangkut kedamaianmu! Aku<br />

telah menahankan malaikat keadilan. Aku telah mengajakmu untuk bertobat, tetapi sia-sia<br />

saja. Bukan hanya hamba-hamba, utusan-utusan dan nabi-nabi yang telah engkau tolak, tetapi<br />

juga Yang Kudus Israel, Penebusmu. Jikalau engkau dibinasakan, itu adalah<br />

tanggungjawabmu sendiri. "Namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh<br />

hidup itu." (Yoh. 5:40).<br />

Kristus melihat di Yerusalem suatu lambang dunia yang mengeraskan hati di dalam<br />

ketidak-percayaan dan pemberontakan, dan yang bergerak cepat menuju penghakiman<br />

pembalasan Allah. Penderitaan bangsa yang yang sudah jatuh itu menekan jiwa Yesus, yang<br />

memaksa keluar dari bibirnya tangis kepahitan. Ia melihat catatan dosa tergambar dalam<br />

penderitaan, air mata dan darah manusia. Hatinya tergerak oleh kasih yang tak terhingga bagi<br />

manusia yang menderita dan sengsara di dunia ini. Ia rindu untuk membebaskan manusia itu<br />

dari semua penderitaan dan kesengsaraan mereka. Tetapi tangan-Nya sendiripun tidak dapat<br />

membalikkan gelombang penderitaan manusia itu, karena hanya sedikit yang akan mencari<br />

Sumber Pertolongan satu-satunya itu. Ia rela menyerahkan jiwa-Nya kepada maut, untuk<br />

9

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!