21.04.2023 Views

Akar Pemberontakan

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Akar</strong> <strong>Pemberontakan</strong><br />

seluruh bangsa itu telah dibangkitkan. Kota Paris dipadati orang-orang negeri sekitarnya<br />

memenuhi jalan-jalannya. Datangnya hari itu disambut dengan sebuah arak-arakan besar yang<br />

menakjubkan. “Dari rumah yang ada di se-panjang jalan yang dilalui barisan arak-arakan<br />

bergelantungan kain lambang kedukaan, dan mezbah-mezbah dibangun berselang-seling.” Di<br />

depan setiap pintu ditempatkan sebuah obor yang sedang menyala sebagai tanda<br />

penghormatan kepada “upacara kudus” itu. Sebelum matahari terbit, arak-arakan itu telah<br />

disiapkan di istana raja. “Di baris depan terdapat bendera-bendera dan salib-salib dari<br />

beberapa gereja, kemudian nampak ponduduk yang berjalan berdua-dua sambil membawa<br />

obor.” Kemudian menyusul keempat ordo biarawan, masing-masing dengan pakaian mereka<br />

yang khas. Lalu menyusul koleksi benda-benda peninggalan masa lalu. Sesudah ini menyusul<br />

rohaniwan dengan jubah merah dan ungu dengan perhiasan permata yang berkilau-kilauan.<br />

“Roti ekaristi dibawa oleh uskup Paris yang ditutupi dengan tudung yang megah,...<br />

ditopang oleh empat orang pangeran Di belakang roti itu berjalan raja .... Francis I pada<br />

hari itu tidak mengenakan mahkota, atau jubah kenegaraan.” Dengan “kepala yang terbuka,<br />

matanya melihat ke tanah, dan tangannya memegang lilin yang sedang menyala,” raja<br />

Perancis itu tampak “seperti seorang berdosa yang bertobat ” —Wylie, b. 13, psl. 21. Di setiap<br />

mezbah ia tunduk merendahkan diri, bukan bagi dosa-dosanya yang mencemarkan jiwanya<br />

atau darah orang-orang yang tidak bersalah yang mengotori tangannya, tetapi bagi dosa<br />

rakyatnya yang berani mencela upacara misa. Di belakangnya menyusul ratu dan pejabatpejabat<br />

tinggi negara, yang berjalan berdua-dua, masing-masing membawa obor yang<br />

menyala.<br />

Sebagai bagian dari upacara hari itu, raja sendiri memberi amanat kepada pejabat-pejabat<br />

tinggi kerajaan di ruangan besar istana keuskupan. Dengan muka sedih ia tampil di depan<br />

mereka, dan dengan kata-kata yang lancar ia meratap, “kejahatan, penghujatan, hari kedukaan<br />

dan memalu-kan,” telah datang menimpa bangsa ini. Dan ia mengimbau semua rakyat yang<br />

setia untuk membantu membasmi bidat yang mengancam kehancur-an Perancis. “Tuan-tuan,<br />

sebagaimana sebenarnya saya adalah rajamu,” katanya, “jikalau saya tahu salah satu anggota<br />

tubuhku diketahui ternoda atau terinfeksi dengan kebusukan, saya akan menyerahkannya<br />

kepadamu untuk dipotong Dan lebih jauh, jika saya melihat salah seorang anak saya<br />

tercemar olehnya, saya tidak akan menyayangkannya.... Saya akan menyerahkannya dan<br />

mengorbankannya kepada Allah.” Air matanya me-nyumbat kata-katanya dan seluruh hadirin<br />

menangis, dan dengan suara bulat berseru, “Kami mau hidup dan mati demi agama<br />

Katolik!”—D’Aubigne, “History of the Reformation in the Time of Calvin,” b. 4, nsl 12.<br />

Kengerian menutupi bangsa yang menolak terang kebenaran. “Kasih karunia yang<br />

membawa keselamatan” telah tampak; tetapi Perancis, setelah memandang kuasa dan<br />

kesuciannya, setelah beribu-ribu orang yang telah ditarik oleh keelokan Ilahi, setelah kotakota<br />

dan desa-desa diterangi oleh sinamya, telah meninggalkan dan memilih kegelapan lebih<br />

daripada terang. Mereka telah menolak karunia surgawi yang ditawarkan kepada mereka.<br />

Mereka telah mengatakan yang jahat itu baik, dan yang baik itu jahat, sampai mereka jatuh<br />

159

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!