21.04.2023 Views

Akar Pemberontakan

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Akar</strong> <strong>Pemberontakan</strong><br />

Ketika musuh-musuh yang kuat bersatu untuk meruntuhkan iman yang diperbaharui itu,<br />

dan ribuan pedang akan dihunus untuk menumpas mereka, Luther menulis, "Setan sedang<br />

mengamuk; uskup yang tidak beriman sedang bersekongkol, dan kita diancam untuk<br />

berperang. Ajaklah orang-orang berjuang dengan berani di hadapan takhta Tuhan oleh iman<br />

dan permintaan doa, agar musuh-musuh kita, dikalahkan oleh Roh Allah dan perdamaian<br />

boleh didapat. Kebutuhan utama kita, usaha utama kita ialah berdoa. Biarlah semua orang<br />

tahu bahwa mereka sekarang sedang berada di ujung pedang kemarahan Setan, dan biarlah<br />

mereka berdoa." -- D'Aubigne, b. 10, ch4.<br />

Sekali lagi, pada hari kemudian, sehubungan dengan persekutuan yang dimaksudkan oleh<br />

para pangeran pembaharuan, Luther menyatakan bahwa senjata satu-satunya yang digunakan<br />

dalam peperangan ini adalah "pedang Roh." Ia menulis kepada penguasa (elector) dari Saxony,<br />

"Kita tidak bisa dengan hati nurani kita menyetujui persekutuan yang disarankan. Lebih baik<br />

kita mati sepuluh kali daripada melihat Injil kita menyebabkan setetes darah tertumpah.<br />

Bagian kita hanyalah seperti domba di pembantaian. Salib Kristus harus dipikul. Biarlah yang<br />

mulia tidak takut. Kita akan berbuat lebih banyak oleh doa-doa kita daripada semua musuhmusuh<br />

kita dengan kesombongannya. Hanya janganlah membiarkan tanganmu dikotori oleh<br />

darah saudara-saudaramu. Jikalau kaisar mengharuskan kita diserahkan ke pengadilannya,<br />

kita siap tampil. Anda tidak bisa mempertahankan iman kita: masing-masing harus percaya<br />

pada risiko dan bahaya sendiri." -- Idem, b. 14, Ch. 1<br />

Dari tempat berdoa tersembunyi datanglah kuasa yang menggoncangkan dunia dengan<br />

Pembaharuan Agung itu. Di sana dengan ketenangan yang kudus, hamba-hamba Allah<br />

menjejakkan kakinya di atas batu janji-janji-Nya. Selama pergumulan di Augsburg, Luther<br />

"tidak melewatkan satu hari tanpa menggunakan tiga jam waktu terbaiknya untuk berdoa." Di<br />

dalam kamar pribadinya terdengar ia mencurahkan isi jiwanya di hadapan Allah dalam katakata<br />

yang "penuh pujian, ketakutan dan pengharapan, bagaikan seorang berbicara kepada<br />

sahabatnya." "Saya tahu bahwa Engkaulah Bapa dan Allah kami," katanya, "dan Engkau akan<br />

mencerai-beraikan penganiaya anak-anak-Mu, karena Engkau sendiri terancam bersama kami.<br />

Semua masalah ini adalah milik-Mu, dan hanya oleh doronganmu kamiturut serta. Oleh sebab<br />

itu, lindungilah kami, ya Bapa!" -- D'Aubigne, b. 14, Ch. 6.<br />

Kepada Melanchthon yang telah dilanda beban kecemasan dan ketakutan, ia menulis,<br />

"Kasih karunia dan damai sejahtera di dalam Kristus, -- saya katakan di dalam Kristus dan<br />

bukan di dalam dunia. Amen. Saya sangat membenci segala kesusahan yang menimpa engkau.<br />

Jikalau pekerjaan ini tidak benar, tinggalkanlah dia; tetapi jikalau pekerjaan ini benar,<br />

mengapa kita harus mengingkari janji-janji-Nya yang memerintahkan kita untuk tidur tanpa<br />

takut? . . . . Kristus tidak kekurangan pekerjaan keadilan dan kebenaran. Ia hidup; Ia<br />

memerintah, mengapa kita harus takut?" -- Idem, b. 14, Ch. 6. Allah mendengarkan seruan<br />

hamba-hamba-Nya. Ia memberikan kepada para pangeran dan para pendeta kasih karunia dan<br />

keberanian untuk mempertahankan kebenaran melawan penguasa kegelapan dunia ini. Kata<br />

Tuhan, "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu<br />

145

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!