21.04.2023 Views

Akar Pemberontakan

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Akar</strong> <strong>Pemberontakan</strong><br />

di Jerman, oleh mana Allah menghukum bangsa kita." -- idem, b. 9, Ch. 8. Dengan sangat<br />

hati-hati dan dengan rendah hati, namun dengan ketetapan dan keteguhan, ia memasuki<br />

pekerjaannya. "Oleh Firman," katanya, "kita harus menggulingkan dan memusnahkan apa<br />

yang telah dibangun dengan kekerasan. Saya tidak akan menggunakan kekerasan melawan<br />

ketakhyulan dan ketidak-percayaan … Tak seorangpun yang harus dipaksa. Kebebasan<br />

adalah inti iman." -- Idem, b. 9, Ch. 8.<br />

Segera terjadi kegemparan di Wittenberg karena Luther telah kembali dan karena ia akan<br />

berkhotbah. Orang-orang berdatangan dari segala penjuru, dan gereja menjadi penuh sesak.<br />

Sementara ia menaiki mimbar, dengan bijaksana dan dengan lembut ia memberi instruksi,<br />

menasihati, mendorong dan menegur mereka. Menyinggung usaha beberapa orang untuk<br />

menghapuskan misa dengan kekerasa, ia berkata, Misa adalah hal yang buruk. Allah<br />

menentang hal itu. Upacara itu harus dihapuskan. Dan saya mau agar diseluruh dunia upacara<br />

itu diganti dengan perjamuan kudus menurut Injil. Tetapi janganlah memaksa seseorang untuk<br />

meninggalkannya. Kita harus menyerahkan masalah itu ketangan Allah. Firman-Nyalah yang<br />

bertindak, bukan kita. Dan engkau mungkin bertanya mengapa demikian? Oleh karena saya<br />

tidak menggenggam hati manusia didalam tanganku, sebagaimana tukang periuk<br />

menggenggam tanah liat. Kita mempunyai hak untuk berbicara, tetapi kita tidak mempunyai<br />

hak untuk bertindak. Marilah kita berkhotbah, selebihnya milik Allah. Sekiranya saya<br />

menggunakan paksaan, apakah yang akan saya peroleh? Menyeringai, formalitas, peniruan,<br />

peraturan manusia dan kemunafikan . . . . Tetapi tidak akan ada kesungguh-sungguhan hati,<br />

atau iman, atau kedermawanan. Dimana ketiga hal ini kurang, maka semua kurang, dan saya<br />

tidak merasa senang dengan keadaan seperti itu . . . . Allah berbuat lebih banyak dengan<br />

firman-Nya sendiri daripada dengan kekuatanmu, kekuatanku dan kekuatan seluruh dunia<br />

dipersatukan. Allah memegang hati kita; dan jikalau hati itu sudah dikuasainya, segalanya<br />

sudah dimenangkan . . . .<br />

Saya akan berkhotbah, berdiskusi dan menulis; tetapi saya tidak akan memaksa, karena<br />

iman adalah tindakan sukarela. Lihatlah apa yang saya sudah lakukan. Saya berdiri menentang<br />

paus, surat pengampunan dosa, dan pengikut kepausan, tetapi tanpa kekerasan dan keributan.<br />

Saya mengemukakan firman Allah. Saya berkhotbah dan menulis -- inilah semua yang saya<br />

lakukan. Dan namun sementara saya tidur, . . . firman yang saya sudah khotbahkan<br />

menggulingkan kepausan, agar supaya baik pangeran maupun kaisar tidak melakukannya<br />

dengan banyak kerusakan dan bahaya. Namun saya tidak melakukan apapun; Firman itu<br />

sendiri yang melakukannya. Jikalau saya menghimbau penggunaan kekerasan, barangkali<br />

seluruh Jerman sudah kebanjiran darah. Tetapi apa hasilnya? Kehancuran dan kesepian tubuh<br />

dan jiwa. Oleh sebab itu saya tetap diam, dan membiarkan Firman itu menjalankan tugasnya<br />

diseluruh dunia. -- D'Aubigne, b. 9, Ch. 8. Hari demi hari, sepanjang minggu, Luther terus<br />

berkhotbah kepada orang banyak yang rindu mendengarkan. Firman Allah mematahkan kuasa<br />

kefanatikan. Kuasa Injil membawa orang yang tersesat kembali kepada kebenaran.<br />

130

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!