21.04.2023 Views

Akar Pemberontakan

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

Akar Pemberontakan tumbuh dari tanah subur ketidakpuasan yang mendalam, penentuan nasib sendiri, dan perjuangan yang tak pernah puas untuk kebebasan dan kekuasaan. Berakar pada bentrokan dua kerajaan kuno dan terbentang di pusat-pusat spiritual dunia, plot buku ini menyatakan permusuhan yang ganas dan tak terkendali terhadap kebenaran; menghasilkan sekuel tirani dan revolusi yang diperangi serta wabah permusuhan dan penganiayaan, yang semuanya menghasilkan buah pahit anarki. Misteri pemberontakan mendominasi kursi pemerintahan dan berkobar di hati umat manusia. Berkembang menjadi subversi yang matang, penuh semangat dan berani, instrumen pemberontakan membangun dan membangun tatanan kekacauan dan paksaan; memerintahkan kepatuhan dan kerja sama universal. Karena buku ini secara efektif memberikan pencerahan tentang dasar-dasar rahasia dari satu pemerintahan dunia dan imperialisme hegemonik, pembaca dipersenjatai untuk menghadapi dan melawan penipuan terbesar sepanjang masa.

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Akar</strong> <strong>Pemberontakan</strong><br />

urusan kebenaran dan kekekalan. O, Tuhan, tolonglah aku! Allah yang setia dan yang tidak<br />

berubah, aku tidak bisa menaruh harap kepada seorang manusiapun . . . . Segala yang dari<br />

manusia tidak ada kepastian. Segala yang datang dari manusia adalah kegagalan . . . . Engkau<br />

telah memilih aku untuk pekerjaan ini . . . . Berdirilah disampingku demi Anak Mu yang<br />

kekasih, Yesus Kristus, yang menjadi pertahananku, perisaiku dan bentengku yang kuat."<br />

Idem, b. 7, Ch. 8.<br />

Allah, Pemelihara yang maha bijaksana, telah mengizinkan Luther menyadari bahaya<br />

yang mengancamnya, agar supaya ia tidak menaruh harap kepada kekuatannya sendiri, dan<br />

takabur masuk kedalam bahaya. Namun bukan ketakutan penderitaan diri sendiri, ketakutan<br />

penyiksaan atau kematian yang tampaknya segera akan terjadi, yang meresahkannya. Ia<br />

menemui kemelut, dan dia merasa tidak sanggup menghadapinya. Oleh karena kelemahannya<br />

kebenaran mungkin akan menderita kerugian. Ia bergumul dengan Allah bukan untuk<br />

keselamatannya, tetapi demi kemenangan Injil. Seperti Israel, yang pada malam itu bergumul<br />

sendirian di tepi sungai, demikianlah penderitaan dan pergumulan jiwanya. Seperti Israel, ia<br />

menang dipihak Allah. Didalam ketidak berdayaannya, imannya berpegang teguh kepada<br />

Kristus, Penyelamat perkasa itu. Ia dikuatkan dengan jaminan bahwa ia tidak akan tampil<br />

sendirian dihadapan konsili. Kedamaian kembali memenuhi jiwanya, dan ia bersukacita oleh<br />

karena diizinkan untuk meninggikan firman Allah dihadapan penguasa penguasa bangsa itu.<br />

Dengan pikirannya tetap tertuju kepada Allah, Luther mempersiapkan diri menghadapi<br />

perjuangan yang menghadangnya. Ia memikirkan rencana jawaban yang akan diberikannya.<br />

Ia memeriksa tulisan tulisannya, dan mengambil bukti bukti dari Alkitab untuk<br />

mempertahankan posisinya. Kemudian, ia meletakkan tangan kirinya di atas Alkitab yang<br />

terbuka didepannya, ia mengangkat tangan kanannya ke atas, dan berjanji "tetap setia kepada<br />

Injil, dan mengakui imannya dengan bebas, walaupun harus memeteraikan kesaksiannya<br />

dengan darahnya sendiri." Idem, b. 7, Ch. 8.<br />

Ketika sekali lagi ia dituntun ke hadapan Mahkamah, tidak tampak rasa takut atau malu di<br />

wajahnya. Dengan tenang, penuh kedamaian, namun dengan berani dan penuh wibawa, ia<br />

berdiri sebagai saksi Allah diantara orang orang besar dunia. Sekarang pejabat kekaisaran<br />

menuntut keputusan Luther, apakah ia ingin menarik kembali ajaran ajarannya. Luther<br />

memberikan jawaban dengan nada yang lembut dan merendah tanpa kekerasan atau emosi.<br />

Sikapnya malu malu dan penuh hormat, namun ia menunjukkan rasa percaya diri dan sukacita,<br />

yang membuat hadirin kagum.<br />

"Kaisar yang agung, para pangeran yang muia, dan tuan tuan yang budiman," kata Luther,<br />

"pada hari ini saya berdiri dihadapan hadirin sesuai dengan perintah yang diberikan kepadaku<br />

kemarin. Dan oleh rahmat Allah saya memohon yang agung dan yang mulia untuk<br />

mendengarkan pembelaanku terhadap satu hal yang saya yakin tepat dan benar. Jikalau oleh<br />

karena kelalaian saya harus melanggar kebiasaan dan tatatertib pengadilan, saya mohon<br />

106

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!