06.04.2023 Views

Gairah Kristus_(indo)

Yesus telah berdiri bagaikan sebuah pohon aras yang besar, melawan topan pertentangan yang menghembuskan ke-marahannya ke atas-Nya; Yesus, yang sedang bergumul sendirian dengan kuasa kegelapan. Kehendak yang degil dan hati yang dipenuhi dengan kebencian dan kelicikan, telah berusaha dengan sia-sia hendak membingungkan dan mengalahkan Dia. Ia berdiri tegak dalam kebesaran Ilahi sebagai Anak Allah. Sekarang Ia bagaikan sebatang bambu yang dipukul dan dibengkokkan oleh topan yang ganas, membungkuk di bawah beban dosa dan tunduk pada siksaan supernatural ... Berabad-abad sebelum penyaliban, Di dalam Alkitab tertulis, “Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku. mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang." Musuh-musuh Yesus melampiaskan kemarahan mereka kepada-Nya sementara Ia tergantung di salip. Para imam, penghulu, dan ahli Taurat bergabung dengan orang banyak mengejek Yesus yang hampir mati. Buku ini membuktikan bahwa Kasih Tuhan itu berharga, abadi dan tak terbatas.

Yesus telah berdiri bagaikan sebuah pohon aras yang besar, melawan topan pertentangan yang menghembuskan ke-marahannya ke atas-Nya; Yesus, yang sedang bergumul sendirian dengan kuasa kegelapan. Kehendak yang degil dan hati yang dipenuhi dengan kebencian dan kelicikan, telah berusaha dengan sia-sia hendak membingungkan dan mengalahkan Dia. Ia berdiri tegak dalam kebesaran Ilahi sebagai Anak Allah. Sekarang Ia bagaikan sebatang bambu yang dipukul dan dibengkokkan oleh topan yang ganas, membungkuk di bawah beban dosa dan tunduk pada siksaan supernatural ... Berabad-abad sebelum penyaliban, Di dalam Alkitab tertulis, “Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku. mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang." Musuh-musuh Yesus melampiaskan kemarahan mereka kepada-Nya sementara Ia tergantung di salip. Para imam, penghulu, dan ahli Taurat bergabung dengan orang banyak mengejek Yesus yang hampir mati. Buku ini membuktikan bahwa Kasih Tuhan itu berharga, abadi dan tak terbatas.

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Gairah</strong> <strong>Kristus</strong><br />

saat pembalasan bagi mereka telah tiba. Sesaat kemudian beberapa orang berbisik bahwa<br />

Yesus sekarang akan turun dari salib. Ada orang berusaha meraba-raba jalan mereka<br />

mencari jalan kembali ke kota, sambil menepuk-nepuk dada mereka dan meratap ketakutan.<br />

Pada pukul tiga kegelapan terangkat dari orang banyak, tetapi masih menyelubungi<br />

Juruselamat. Itulah lambang Kesengsaraan dan kengerian yang menekan hati-Nya. Tiada<br />

mata dapat menembusi kegelapan yang mengelilingi salib itu. dan tidak suatu pun dapat<br />

menembusi kegelapan yang lebih pekat yang menyelubungi jiwa <strong>Kristus</strong> yang sedang<br />

menderita. Halilintar yang sabung-menyabung tampaknya seolah olah tertuju kepada-Nya<br />

sementara Ia tergantung di salib. Kemudian “berserulah Yesus (lengan suara yang nyaring<br />

kata-Nya, Eli, Eli, lama sabakhtani? “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan<br />

Aku?” ketika kegelapan yang di luar mengelilingi Juruselamat, banyak suara berseru:<br />

Pembalasan dari surga ada di atas-Nya. Kilat murka Allah tertuju kepada-Nya, karena Ia<br />

mengaku diri-Nya Anak Allah. Banyak orang yang percaya kepada-Nya mendengar seruan<br />

putus asa yang diucapkan-Nya. Mereka hilang harapan. Kalau Allah telah meninggalkan<br />

Yesus, pada apakah para pengikut-Nya dapat berharap?<br />

Ketika kegelapan terangkat dari jiwa <strong>Kristus</strong> yang sedang tertindih, Ia merasakan<br />

kembali penderitaan jasmaniah, dan berkata, “Aku haus.” Salah seorang serdadu Roma,<br />

yang terharu dengan perasaan belas kasihan ketika melihat bibir-Nya kering, mengambil<br />

sebuah lumut karang pada sebatang zufa, dan setelah mencelupkannya dalam cuka,<br />

diberikannya kepada Yesus. Tetapi para imam mengejek kesengsaraan-Nya. Ketika<br />

kegelapan menudungi bumi, mereka dipenuhi ketakutan; sementara kegentaran mereka<br />

berkurang, kembalilah rasa ketakutan bahwa Yesus akan meloloskan diri dari mereka.<br />

Perkataan-Nya, “Eli, Eli, lama sabakhtani?” telah ditafsirkan dengan salah oleh mereka.<br />

Dengan hinaan dan ejekan yang pahit mereka berkata, “Orang ini memanggil Elia.” Mereka<br />

menolak kesempatan terakhir untuk meringankan penderitaan-Nya. ” Janganlah” kata<br />

mereka, “baiklah kira lihat apakah Elia datang menyelamatkan Dia.”<br />

Anak Allah yang tidak bercacat-cela tergantung di salib, daging-Nya sobek dengan<br />

pukulan: tangan yang sering direntangkan untuk memberkati, dipakukan pada kayu palang,<br />

kaki yang tidak mengenal jerih lelah dalam pelayanan kasih, dipakukan ke salib; kepala<br />

Raja ditembusi mahkota duri; bibir yang gemetar mengucapkan seruan malapetaka. Dan<br />

segala sesuatu yang diderita-Nya—tetesan darah yang mengalir dari kepala-Nya, tangan-<br />

Nya. kaki-Nya, kesengsaraan yang menyiksa tubuhNya, serta kepedihan yang tidak<br />

terperikan yang memenuhi jiwa-Nya ketika wajah Bapa disembunyikan—berbicara kepada<br />

setiap anak manusia, menyatakan, Bagimulah Anak Allah rela menanggung beban<br />

kesalahan ini; bagimulah Ia merusakkan kerajaan kematian, dan membuka gerbang Firdaus<br />

Ia yang mendiamkan lautan yang bergelora dan berjalan di atas ombak yang berbuih, yang<br />

menyebabkan Setan-setan gemetar dan penyakit lenyap, yang mencelikkan mata yang Duta<br />

dan membangkitkan orang mati, mempersembahkan diri-Nya di atas salib sebagai korban,<br />

596

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!