06.04.2023 Views

Gairah Kristus_(indo)

Yesus telah berdiri bagaikan sebuah pohon aras yang besar, melawan topan pertentangan yang menghembuskan ke-marahannya ke atas-Nya; Yesus, yang sedang bergumul sendirian dengan kuasa kegelapan. Kehendak yang degil dan hati yang dipenuhi dengan kebencian dan kelicikan, telah berusaha dengan sia-sia hendak membingungkan dan mengalahkan Dia. Ia berdiri tegak dalam kebesaran Ilahi sebagai Anak Allah. Sekarang Ia bagaikan sebatang bambu yang dipukul dan dibengkokkan oleh topan yang ganas, membungkuk di bawah beban dosa dan tunduk pada siksaan supernatural ... Berabad-abad sebelum penyaliban, Di dalam Alkitab tertulis, “Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku. mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang." Musuh-musuh Yesus melampiaskan kemarahan mereka kepada-Nya sementara Ia tergantung di salip. Para imam, penghulu, dan ahli Taurat bergabung dengan orang banyak mengejek Yesus yang hampir mati. Buku ini membuktikan bahwa Kasih Tuhan itu berharga, abadi dan tak terbatas.

Yesus telah berdiri bagaikan sebuah pohon aras yang besar, melawan topan pertentangan yang menghembuskan ke-marahannya ke atas-Nya; Yesus, yang sedang bergumul sendirian dengan kuasa kegelapan. Kehendak yang degil dan hati yang dipenuhi dengan kebencian dan kelicikan, telah berusaha dengan sia-sia hendak membingungkan dan mengalahkan Dia. Ia berdiri tegak dalam kebesaran Ilahi sebagai Anak Allah. Sekarang Ia bagaikan sebatang bambu yang dipukul dan dibengkokkan oleh topan yang ganas, membungkuk di bawah beban dosa dan tunduk pada siksaan supernatural ... Berabad-abad sebelum penyaliban, Di dalam Alkitab tertulis, “Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku. mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang." Musuh-musuh Yesus melampiaskan kemarahan mereka kepada-Nya sementara Ia tergantung di salip. Para imam, penghulu, dan ahli Taurat bergabung dengan orang banyak mengejek Yesus yang hampir mati. Buku ini membuktikan bahwa Kasih Tuhan itu berharga, abadi dan tak terbatas.

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Gairah</strong> <strong>Kristus</strong><br />

Di tengah usaha mereka yang gigih untuk menyelamatkan diri sendiri, mereka lupa<br />

bahwa Yesus ada di dalam perahu. Sekarang, melihat usaha mereka itu sia-sia dan hanya<br />

kematianlah yang ada di depan mereka, mereka teringat siapa yang memerintah mereka<br />

untuk menyeberang danau itu. Hanya di dalam Yesus terdapat pengharapan mereka. Dalam<br />

keadaan tidak berdaya serta putus asa, mereka berseru: “Guru, Guru!” Tetapi kegelapan<br />

menudungi Dia dari penglihatan mereka. Suara mereka ditelan bunyi angin ribut itu, dan<br />

tidak ada jawaban. Bimbang dan takut menyerang mereka. Apakah Yesus melupakan<br />

mereka? Apakah Ia yang mengaiahkan Setan dan penyakit serta maut sekalipun, tidak dapat<br />

me-nolong murid-murid-Nya sekarang0 Lupakah Ia akan mereka di dalam kesukaran<br />

mereka?<br />

Berulang kali mereka berseru, tetapi tidak ada jawaban selain leng-kingan angin badai.<br />

Perahu mereka hampir tenggelam. Sebentar lagi rasanya mereka akan ditelan air yang<br />

bergelora itu. Tiba-tiba kilat menembus kegelapan, dan mereka melihat Yesus tidur<br />

nyenyak, tidak terpengaruh oleh angin ribut. Di dalam rasa keheranan dan putus asa mereka<br />

berteriak: “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Bagaimanakah Ia dapat tidur<br />

dengan tenang ketika mereka berada dalam bahaya maut? Teriak mereka membangunkan<br />

Yesus. Ketika sinar kilat menyinariNya, mereka melihat damai surga di wajah-Nya; mereka<br />

membaca di dalam-Nya hal melupakan diri sendiri, tentang kasih yang lembut, hati mereka<br />

berpaling kepada-Nya, seraya berseru: “Tuhan, tolonglah, kita binasa.”<br />

Belum pernah ada suatu jiwa yang berseru-seru dilalaikan. Ketika murid-murid itu<br />

mendayung dengan usaha yang terakhir, Yesus pun ba-ngunlah. Ia berdiri di tengah-tengah<br />

murid-murid-Nya, sementara badai mengamuk, ombak memukul mereka, dan sinar terang<br />

menerangi wajah-Nya. Ia mengangkat tangan-Nya, sebagaimana biasa dilakukan untuk<br />

mendatangkan kemurahan, serta berseru kepada angin ribut: “Diam, Tenanglah!” Badai<br />

segera berhenti. Gulungan ombak pun berhenti. Kabut gelap berlalu, lalu bintang-bintang<br />

menyinarkan cahayanya. Perahu mengapung di atas danau yang tenang. Kemudian Yesus<br />

menoleh kepada murid-murid-Nya, serta bertanya dengan amat sedih: “Mengapa kamu<br />

begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Markus 4:40.<br />

Murid-murid itu terdiam. Petrus sendiri pun tidak berusaha menyatakan kedahsyatan<br />

yang mengisi hatinya. Perahu-perahu yang turut mengikuti Yesus juga mengalami bahaya<br />

yang serupa dengan murid-murid itu. Takut dan putus harap mencekam mereka, tetapi<br />

perintah Yesus meneduhkan badai itu. Puncak gelombang telah memukul perahu-perahu itu<br />

begitu dekatnya, dan semua yang ada di dalam perahu melihat mukjizat itu. Setelah<br />

semuanya teduh, rasa takut pun hilanglah. Orangorang itu berkata satu sama lain: “Siapa<br />

gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”<br />

Apabila Yesus dibangunkan untuk menghadapi angin ribut itu, Ia benar-benar dalam<br />

keadaan damai. Tidak ada gambaran takut dalam perkataan atau pandangan-Nya, karena<br />

tidak ada takut di dalam hatiNya. Tetapi Ia bersandar bukan pada kekuasaan-Nya yang<br />

254

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!