10.03.2023 Views

Kompilasi Jurnal Ilmiah ESP - Bahasa Indonesia 11 Term 3

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan

yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan jurnal

ilmiah ini secara baik dan tepat waktu.

Kami juga ucapkan banyak terima kasih

kepada Ibu Niken Juwita yang telah

membimbing kami dalam pengerjaan jurnal

ilmiah ini, dengan memberi revisi-revisi agar

karya-karya kami mencapai kualitas terbaik.

Kami juga berterima kasih kepada teman-teman

yang sudah berkontribusi dalam proses ini, mau

secara langsung atau tidak langsung.

Dengan jurnal ilmiah ini, kami ingin

menyebarluaskan informasi mengenai

topik-topik kimia yang dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Kami harap para

pembaca dapat belajar hal-hal bermanfaat dari

jurnal kami. Sebagai penulis, kami pun

mengakui bahwa ada banyak kekurangan dalam

karya kami. Oleh sebab itu, kritik dan saran

konstruktif dari berbagai pihak akan kami terima

dengan sepenuh hati.

DAFTAR ISI

1-5 “Surat Perpisahan” oleh Annabel

Eirene Manuela

6-10 “Sampah Luar Angkasa dan

Begadang” oleh Jethro Marisi

Lumban Tobing

11-16 “Meningkatnya Sampah

Antariksa dan Ancamannya

terhadap Luar Angkasa” oleh

Malika Una Prayogi

17-21 “Mengelola Sampah Antariksa:

Inovasi Teknologi yang Harus

Dikembangkan Agar Bumi dan

Langit Biru Tidak Terancam”

oleh Nabhan Raditya Adiwibowo

22-26 “Sampah Antariksa dan Betapa

Pentingnya untuk Diselesaikan”

oleh Alifia Kirana Aulia

27-29 “Sampah Antariksa” oleh Raden

Muh. Malik Rasyad S.

31-36 “Mendapatkan Energi Tidak

Terbatas Melalui Bola Dyson”

Rafael Soekarmadidjaya

REDAKTUR

EDITOR: Malika Una Prayogi

PROOFREADER: Nabhan Raditya

Adiwibowo

DESAINER: Alifia Kirana Aulia

PUBLIKASI: Rafael Soekarmadidjaya


Surat Perpisahan

Annabel Eirene Manuela

ABSTRACT

This study aims to analyze the impact of a tsunami on the coastal environment and communities living in

coastal areas. The research problem is to determine ways to reduce the risk of tsunami impact and

increase community preparedness for tsunami threats. The research design employed a qualitative

approach with a case study method on two coastal areas that were affected by a tsunami. Data were

collected through interviews with local residents and relevant authorities, as well as direct observation

on-site. The results of the study showed that the impact of a tsunami can be devastating to the coastal

environment and local communities. Many buildings and infrastructure were destroyed, and loss of

human life occurred. However, effective emergency preparedness and response measures by the

government and local communities can minimize the negative impacts of a tsunami. In conclusion, the

study highlights the importance of increasing community preparedness and emergency response measures

to reduce the risks and negative impacts of a tsunami. Governments and local communities need to

increase their knowledge and skills in emergency response and evacuation, as well as strengthening

infrastructure and buildings that can withstand tsunami threats. By doing so, the negative impacts of a

tsunami can be minimized, and losses can be reduced.

Keywords: Environment, Communities, Effective

Pendahuluan

Kita selalu meremehkan kertas. Kertas

adalah suatu lembar kosong yang kita gunakan

untuk menulis, menggambar dan berkreasi.

Tetapi ada suatu tipe yang bisa membuat kita

berubah. Surat. Surat adalah kertas yang mengisi

tulisan seseorang kepada kami. Surat berisi

tulisan yang membuat emosi kita, satu saat surat

membuat kita tersenyum, satu membuat kami

terkagum, satu memberi kami kesedihan.

Tulisan yang amat kuat merusakan dunia kita,

apa itu?

Surat perpisahan. Surat yang mengisi

mohon maaf dan kabar untuk meninggalkan

masa lalu. Saat kita mendapatkan surat tersebut,

kita merasa dunia kita gemetar. Suatu bencana

dalam kehidupan kami, dengan pemikiran jika

ini adalah akhirnya segala hal? Kita membaca

kata per kata di halaman tersebut, Lalu berpikir

apa salah dari kita? Mengapa ada ombak

perasaan didalam hati kita?

Setelah membaca, kita merenungkan.

Kita merasa dunia kita hancur, semua orang

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 1


yang berada kepada kita. Lalu kita berhenti. Kita

menangis tiap hari dan menjauhi diri dari orang

di sekitar kita. Tetapi walaupun kita tersakiti,

kita mempunyai waktu untuk berubah. Kita

akhirnya mencoba untuk menenangkan diri,

untuk menjadi seseorang yang lebih baik.

Membangun suatu lingkungan di mana kita bisa

menjadi yang lebih baik dan kembali positif.

Seperti suatu bencana yang menghancurkan,

tetapi kita tidak pantah menyerah membangun

kembali semuanya.

Suatu surat tersebut sama seperti

bencana Tsunami. Apa itu Tsunami?

Berdasarkan ahli, Tsunami adalah serangkaian

peristiwa bersamaan antara gelombang dan

ombak laut sehingga menimbulkan pergeseran

lempeng di dasar laut sebagai bentuk akibat dari

gempa bumi yang sebelumnya terjadi (BNPB,

2011). Ada juga pengertian seperti bagaimana

tsunami adalah gelombang lautan dengan

periode yang panjang, biasanya hal tersebut

ditimbulkan dari gangguan impulsif dari dasar

laut. Kondisi ini melihat zona laut yang

memiliki perbedaan antara satu dengan yang

lainnya (Bakornas PB, 2007). Menurut dari ahli

yang lain yaitu, tsunami adalah gelombang air

laut yang tidak wajar dari biasanya, hal ini

biasanya dikarenakan adanya pergeseran

lempeng pada belahan bumi, gempa, dan lain

sebagainya Yang kesemuanya dianggap sebagai

akibat kerusakan yang terjadi di alam

(Musashiazka, 2014). Untuk meringkas

pengertian, Tsunami adalah rangkain gelombang

laut yang mampu menjalar dengan kecepatan

yang tinggi. Indonesia termasuk suatu negara

yang bisa terjadi banyak tsunami dan gempa

karena posisinya di pertemuan lempeng 2 benua.

Tsunami yang terkenal dan terbesar pun ada di

Indonesia, provinsi Aceh.

Apa dan bagaimana proses dari

terjadinya tsunami? jika dibahaskan lebih dalam,

terjadinya tsunami awalnya dimulai oleh adanya

gerakan vertikal pada lempeng, lalu patahan

menyebabkan dasar laut naik yang dinamakan

gempa bumi. Keseimbangan air terganggu dan

munculnya gelombang tsunami yang bergerak

menuju pantai. Gelombang tsunami dapat

merambat ke segala arah, kemudian kekuatan

yang dikandung dalam gelombang tsunami dan

kondisi di laut dalam gelombang tsunami dapat

merambat dengan kecepatan yang 500-1000 km

per jam. Berikut adalah tabel mengenai proses

bencana tsunami bisa terjadi;

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 2


Ilustrasi 2. Tabel menjelaskan sebab yang terjadi

di Indonesia dan Grafis mengenai berapa banyak

bencana tsunami terjadi tsunami di Indonesia.

Ilustrasi 1. . Tabel adalah kecepatan dan

kedalaman suatu tsunami yang akan terjadi.

Dari penjelasan sebelumnya, ada

beberapa faktor mengapa tsunami tersebut bisa

terjadi. Dari penelitian yang dilakukan, ada 4

faktor mengapa tsunami bisa terjadi. Yang

pertama adalah gempa yang terjadi dalam air

dan membuat gerakan yang kuat untuk membuat

gelombang air tersebut. Yang kedua adalah tanah

longsor yang terjadi. Ketiga adalah erupsi dari

suatu volcano yang membuat gempa dan

getaran. Yang keempat Terakhir adalah meteor

yang terjadi, tetapi itu sangat jarang dan sudah

lama tidak terjadi. Berikut adalah tabel

mengenai berapa banyak bencana tsunami

terjadi dan kenapa bisa terjadi;

Ada sebab, pasti juga ada akibatnya.

Akibat dari tsunami dibagi menjadi dua, dampak

sosial dan dampak alam. Apa yang dimaksud

dampak sosial? Dampak sosial adalah beberapa

hal yang berhubungan dengan perekonomian.

Dampak perekonomian yang dimaksud dalam

bencana tsunami adalah kehilangan nyawa,

rumah-rumah yang rusak dan juga tempat

pekerjaan dan juga perekonomian dimana

pemerintah harus membayar untuk membangun

kembali.

Dampak yang kedua adalah dampak

terhadap alam. Dampak terhadap alam bisa jadi

sangat masif, mulai dari kepunahan hewan

hingga kerusakan ekosistem. Tsunami

berdampak kepada kesuburan air. Dikatakan

pada banyak ahli bahwa tsunami merusak

kesuburan tanah dan berdampak kekeringan

yang tidak baik. Dalam bencana tsunami

tersebut juga, banyak binatang dibunuh dan

pohon-pohon rusak.

Apakah ada solusi untuk membantu?

Pasti ada. Solusi yang pertama berkaitan dengan

penataan dan pencegahan. Sebelum tsunami

terjadi, kita bisa melihat tanda-tandanya dari

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 3


alam, terutama dari burung-burung. Namun, itu

cara yang sudah ditinggalkan dan kita beralih ke

cara yang modern. Misalnya sistem informasi

dalam bentuk SMS dari pemerintah memberikan

informasi ada tsunami yang akan terjadi. Waktu

bencana tersebut terjadi, masyarakat harus pergi

ke tempat yang tinggi dan mengikuti protokol.

Ini harus diajarkan kepada semua warga negara,

mulai dari masyarakat umum, pekerja kantoran,

hingga murid sekolah.

Solusi untuk pemerintah, ada banyak hal

yang bisa dikembangkan. Yang pertama adalah

program untuk membantu orang-orang yang

terkena dalam bencana tersebut. Itu adalah

program sumbangan atau donasi dengan

kelompok spesialis untuk membantu

orang-orang disitu. Yang kedua, program yang

bisa dilakukan adalah sistem dimana kita bisa

membangun rumah-rumah orang yang terkena

dampak bencana. Ini membantu untuk

menyelesaikan masalah peningkatan

kemiskinan.

Untuk menyimpulkan semuanya,

tsunami adalah suatu rangkain gelombang laut

yang mampu menjalar dengan kecepatan yang

tinggi. Bencana tersebut terjadi disebabkan oleh

gempa, tanah longsor dan meteor, maupun

gerakan dalam kawasan perairan. Tsunami

adalah suatu bencana yang bisa dilakukan

terbanyak di Indonesia dikarenakan letak

geografis kami. Oleh karena itu, ada suatu

masalah yang muncul yaitu pengetahuan

bagaimana masyarakat dan pemerintah

mengatasi bencana tersebut. Untuk

mengatasinya, ada beberapa program untuk

memberitahukannya yaitu membuat suatu

infografis mengenai cara tata situasi sebelum,

saat, dan sesudah bencana tersebut terjadi.

Dalam hal itu, kita harus mengikuti peraturan

yaitu sebelum, ada suatu program dari

pemerintah untuk memberikan SMS automatik,

yang berfungsi untuk memberitahukan jika ada

tsunami terjadi. Saat bencana tersebut pun

terjadi, kita harus siap untuk melarikan diri dan

mencari suatu tempat yang tinggi. Setelah itu

pun, ada suatu program yang bisa diberikan

kepada pemerintah dengan sistem donasi.

Walaupun bencana tersebut terjadi, kita harus

saling membantu.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 4


Bibliografi

“Apa yang harus Anda lakukan ketika tsunami

‏”.?‏menerjang BBC, 23 December 2014,

https://www.bbc.com/indonesia/majalah

/2014/12/141214_explainers_tsunami.

Terakhir terbuka 21 Februari 2023.

“Bagaimana Proses Terjadinya Tsunami?” Kelas

Pintar, 4 June 2020,

https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/

bagaimana-proses-terjadinya-tsunami-4

994/. Terakhir terbuka 21 Februari 2023.

“Bencana Tsunami - Pengertian, Penyebab,

Dampak, dan Tanda-tanda -

IlmuGeografi.com.” IlmuGeografi.com

-, 10 April 2017,

https://ilmugeografi.com/bencana-alam/

bencana-tsunami. Terakhir terbuka 21

Februari 2023.

“5 Cara Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan

Tsunami.” Ruangguru, 1 March 2022,

https://www.ruangguru.com/blog/cara-m

itigasi-bencana-gempa-bumi-dan-tsuna

mi. Accessed 21 February 2023.

“Proses Terjadinya Tsunami - Ini Penjelasan

Lengkapnya.” StudioBelajar.com,

https://www.studiobelajar.com/proses-te

rjadinya-tsunami/. Terakhir terbuka 21

Februari 2023.

“6 Pengertian Tsunami Menurut Para Ahli dan 3

Faktor Penyebabnya.” Pinhome,

https://www.pinhome.id/blog/pengertian

-tsunami-menurut-para-ahli/. Terakhir

terbuka 21 Februari 2023.

“Tragedi Tsunami Aceh 17 Tahun Lalu: Gempa

Dahsyat Diikuti Terjangan Tsunami.”

detikNews, 26 December 2021,

https://news.detik.com/berita/d-5870910

/tragedi-tsunami-aceh-17-tahun-lalu-ge

mpa-dahsyat-diikuti-terjangan-tsunami.

Terakhir terbuka 21 Februari 2023.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 5


Sampah Luar Angkasa

dan Begadang

Jethro Marisi Lumban Tobing

ABSTRACT

This article has the aim of informing and raising awareness about the problem of waste in outer space to

the public as well as the older generation and the current generation. This article is also more targeted at

the younger generation who will advance this world in the near future so they can try to avoid these

problems. Garbage can be stranded in outer space from former satellites that no longer work or other

space tools that are no longer active by being stranded around the area near the earth and its orbit.

Actually this problem has occurred decades ago since 1957 when the Russian state launched their first

satellite, but this problem only received attention and conflicting signs when many countries launched

satellites, namely in the 1980s. This problem can be dangerous for our planet when particles or some

debris from outer space fall to earth. And there is already some evidence that some ex-satellite space

debris has damaged several environments in our world, one of which is in Indonesia.

Keywords: trash, outer space, problem, earth.

Pendahuluan

Waktu tidur, adalah di mana otak Anda

disegarkan kembali dan memiliki istirahat

setelah hari yang produktif. Itulah sebabnya

semua orang perlu beristirahat setelah

melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu,

Sebagian Anda merasa malas dan tidak

produktif, dengan hal ini, anda susah tidur dan

tidak ingin tidur. Hal ini biasanya disebut

sebagai “begadang” yaitu kebiasaan sebagian

orang kalau tidak ingin tidur karena masih ada

energi. Pada awal-awalnya kalau Anda mulai

begadang untuk beberapa hari, Anda tidak akan

merasa atau melihat situasi tersebut sebagai

masalah. Deskripsi itu mewakili Masalah yang

sangat ingin saya bahas dalam tulisan ini, yaitu

sampah antariksa. Sampah antariksa adalah

sampah yang terdampar di luar angkasa dan

merusak lingkungan bumi dan luar angkasa.

Kebiasaan begadang dan sampah

antariksa merupakan 2 topik yang berhubungan

karena pada awal-awalnya tidak ada

masalah/gejala tetapi lebih ke masalah jangka

panjang. Awalnya Anda tidak melihatnya

sebagai masalah, tapi lama kelamaan menjadi

masalah besar. Dulu, saat pertama kali satelit

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 6


dan pesawat roket dibuat sejak 1969, para

peneliti tidak menyadarinya. Tetapi masalah ini

pertama kali mencuat pada tahun 1980-an. Sama

seperti Anda begadang, Anda tidak melihat

gejala-gejala di beberapa hari pertama, tapi

makin lama Anda begadang, makin terlihat

gejala-gejalanya seperti Anda makin lemas kalau

melakukan aktivitas, seringkali kurang fokus,

dan lebih banyak pikiran.

Kedua masalah ini sama-sama memberi

hasil/generalisasi di akhir/nantinya. Dengan

Anda merasa semakin capek, lesu dan lemas

setelah terlalu sering begadang dan juga seperti

orang lain yang keseringan melihat sampah di

luar angkasa tidak sebagai masalah dan sekarang

mulai melihat gejala-gejalanya seperti

kerusakannya satelit dapat merusak sebagian

akses berkomunikasi di bumi.

Masalah ini adalah masalah yang sedikit

misterius karena masalah ini tidak terlalu banyak

dibicarakan oleh semua orang dan ada sebagian

yang tidak tahu sama sekali. Oleh karena itu,

menurut penulis dengan menyebarkan berita

tentang masalah ini lebih banyak orang akan

menyadar dan menimbulkan rasa peduli.

Masalah ini terjadi pada saat sisa peralatan oleh

manusia ada di luar angkasa. Biasanya sampah

yang terjebak di luar angkasa adalah bongkaran

satelit dan alat luar angkasa lain yang sudah

rusak. Dengan ini, makin lama makin banyak

sekali partikel yang terdampar luar angkasa.

Sampah luar angkasa juga bisa menjadi

masalah dengan cara mengurangi akses

berkomunikasi manusia dengan jarak jauh. Hal

ini terjadi karena salah satu alasan terbesar

kenapa masalah ini ada yaitu merusak beberapa

satelit yang tadinya masih berfungsi. Satelit juga

memiliki tujuan yang sangat manusiawi yaitu

berkomunikasi lebih banyak. Satelit dibuat dan

digunakan untuk akses komunikasi kami dari

jarak jauh kepada orang lain. Kalau beberapa

satelit hancur berkeping-keping, kita sebagai

manusia jadi akan lebih susah untuk menelepon

orang lain dengan jarak jauh.

Sampah luar angkasa memiliki akibat

negatif untuk bumi dan luar angkasa. Masalah

ini paling berbahaya untuk luar angkasa kalau

sudah merusak banyak satelit karena makin lama

lingkungan tersebut akan memiliki banyak

partikel dari kreasi-kreasi dan sangat merusak

lingkungan di sekitarnya. Meskipun ini sangat

jarang terjadi, tetapi sampah luar angkasa bisa

menjadi sangat berbahaya kalau jatuh ke

permukaan bumi. Hal ini bisa terjadi kalau

sampahnya jatuh ke hutan, perumahan, perairan,

dan lokasi lain di bumi, dengan pernahnya

sampah luar angkasa yang merusak hutan dan

beberapa bangunan di bumi. Tetapi dengan ini,

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 7


sampah luar angkasa tidak terlalu bahaya kalau

memberi akibat negatif ke bumi.

Salah satu hal yang penting sekali

tentang masalah ini adalah banyak sekali orang

tidak melihatnya sebagai masalah. Sebab, dari

tahun ke tahun sudah banyak sampah di luar

angkasa menguasai lingkungan di luar angkasa

dengan banyak orang tidak perhatikan. Hal

tersebut yang membuat masalah ini lebih fatal

dan tidak terduga. Banyak orang tidak

memperhatikan masalah ini di awalnya karena

dulu atau beberapa dekade lalu, meskipun ada

sampah di luar angkasa tetapi tidak memberi

tanda-tanda yang sangat jelas bahwa merusak

lingkungan luar angkasa dan bumi. Manusia

butuh beberapa dekade untuk melihat situasi ini

sebagai masalah, waktu sudah lebih banyak

bukti dan alasan tentang situasi tersebut.

Sebenarnya sebab utama masalah ini

adalah objek/alat luar angkasa memiliki umur

yang terbatas. Oleh karena itu, sudah pasti akan

ada beberapa objek yang hancur

berkeping-keping setelah objeknya tidak

memiliki baterai atau tidak beroperasi lagi. Dulu

sudah dispekulasi ada kemungkinan bisa rusak

alat-alatnya tetapi bukti-buktinya belum terlalu

spesifik. Semakin lama sampahnya dibiarkan,

semakin banyak partikel-partikelnya yang

tersebar. Makanya itu, manusia butuh banyak

sekali waktu untuk pasti tentang masalah ini

sampai ada bukti atau sesuatu yang terjadi yang

lebih memberi perhatian untuk mulai melihat ini

sebagai masalah.

Dengan akibat yang sudah lumayan fatal

yaitu merusak lingkungan luar angkasa dan

mengurangi akses manusia di bumi untuk

menggunakan GPS, bertelepon, komunikasi,

masalah ini harus sangat diberi solusi dan

perhatian. Dengan adanya solusi untuk masalah

ini, kita sebagai manusia bisa memiliki pola

hidup sehari-hari dengan tanpa gangguan

elektronik atau sinyal jelek untuk

berkomunikasi. Sayangnya, sampai sekarang

Belum ada solusi paten untuk masalah ini karena

kompleksitas masalahnya yang cukup tinggi,

melibatkan teknologi canggih dan tenaga

astronot ahli. Akan tetapi, ada beberapa

rumor/teori yang mungkin bisa jadi solusi baik

seperti satelit yang bisa membakar diri sendiri

waktu tidak berfungsi lagi tetapi perlu jauh lebih

banyak biaya. Jadi selama ini belum ada

percobaan yang berhasil sebagai solusi untuk

masalah ini.

Dengan ciri-ciri dan alasan yang saya

berikan. Menurut saya, kedua topik ini memberi

pelajaran kepada kita untuk berpikir jangka

panjang karena semua hal ada versi/gambaran

yang lebih besar. Oleh karena itu, kita bisa

membuat generalisasi untuk menggali lebih

dalam di hal-hal kecil yang tidak dari kebiasaan.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 8


Kami sebagai manusia seharusnya bisa

menggunakan otaknya sampai batasnya agar

berakhir untuk yang terbaik. Ayolah berpikir

jangka yang panjang!

Gambar 1. Evolusi di setiap orbit sejak

1960 sampai 2020

Grafik tersebut menjelaskan bahwa

objek yang kita kirim ke orbit mengambil ruang,

begitu juga dengan puing-puing yang mereka

ciptakan. Area yang semakin besar diisi oleh

objek di luar angkasa secara dramatis

meningkatkan kemungkinan tabrakan dan

dampak negatif sampah luar angkasa.

Gambar 1: The Current State of Space

Debris. The European Space Agency.

2020.https://www.esa.int/Space_Safety/Space_D

ebris/The_current_state_of_space_debris

Saya merencanakan penelitian ini agar

bisa mengedukasikan masyarakat tentang

masalah yang tidak terlalu diomongkan.

Masalah ini juga penting untuk diselesaikan di

masa depan. Saya merencanakannya dengan

cara melihat beberapa perspektif beda-beda

tentang masalah ini dengan melakukan beberapa

jenis penyelenggara grafis. Dan dari analisis

yang saya dapat, sampah di luar angkasa masih

ada di masa kini. Juga masalah ini ternyata tidak

dilihat sebagai masalah untuk beberapa puluh

tahun. Oleh karena itu, menurut saya lebih

banyak orang harus tahu tentang masalah

tersebut agar bisa lebih teredukasi dan sadar

untuk mencari solusi yang bisa dicoba.

BIBLIOGRAFI

“Ancaman Bahaya Sampah Luar

Angkasa” DW, 25 Maret 2009,

https://www.dw.com/id/ancama

n-bahaya-sampah-luar-angkasa

/a-4126140. 21-2-2023

Faradiba, Nadia “Apa itu Sampah Luar

Angkasa dan Bagaimana Cara

Membersihkannya?” Kompas,

23 November 2021,

https://www.kompas.com/sains

/read/2021/11/23/193200823/a

pa-itu-sampah-luar-angkasa-da

n-bagaimana-cara-membersihk

annya-. 21-2-2023

Lukyani, Lulu “Pengertian Sampah

Antariksa dan Bahayanya bagi

Lingkungan” Kompas, 5

Agustus 2022,

https://www.kompas.com/sains

/read/2022/08/05/164300923/p

engertian-sampah-antariksa-da

n-bahayanya-bagi-lingkungan-

?page=all#:~:text=Bahaya%20t

erbesar%20yang%20ditimbulk

an%20sampah,dan%20berpote

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 9


nsi%20rusak%20atau%20hanc

ur. 21-2-2023

Nevio, Agnes “Sampah Luar Angkasa

Bisa Merusak Satelit dan

Membunuh Astronaut”,

National Geographic

Indonesia, 10 Maret 2022,

https://nationalgeographic.grid.

id/read/133177242/sampah-lua

r-angkasa-bisa-merusak-satelitdan-membunuh-astronaut?page

=all. 21-2-2023

“Solutions For Reducing Space Debris”

MAPFRE, 2023,

https://www.mapfreglobalrisks.

com/en/risks-insurance-manag

ement/article/solutions-for-red

ucing-space-debris/. 21-2-2023

Tretkoff, Ernie “This Month In Physics

History” APS, Oktober 2007,

https://www.aps.org/publicatio

ns/apsnews/200710/physicshist

ory.cfm#:~:text=Fifty%20years

%20ago%2C%20on%20Octob

er,and%20beginning%20the%

20Space%20Age. 21-2-2023

Ilustrasi:

“The Current State of Space Debris.”

The European Space Agency,

2020,

https://www.esa.int/Space_Safe

ty/Space_Debris/The_current_s

tate_of_space_debris.

21-2-2023

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 10


Meningkatnya Sampah Antariksa

dan Ancamannya

terhadap Luar Angkasa

Malika Una Prayogi

ABSTRACT

Space debris is a problem that is still unknown to many people. Therefore, public education and

awareness of the ever-increasing space debris is very important. This research aims to provide

information about the causes of space debris, the consequences for space and our earth, as well as

effective solutions designed by space organizations in cleaning up space debris. In addition, this research

also aims to increase knowledge for the writer who then becomes more aware of these problems. The

research design in this study includes the arrangement of research problems, research data collection,

and data analysis. From the research that has been done, the author obtains data on the increase in space

waste every year, as well as data on countries producing the most space waste. This means that the

amount of space junk is increasing every year and many scientists are working to clean up and eliminate

space junk.

Keywords: Space debris

Pendahuluan

Banyak orang, terutama diri kita sendiri,

dulunya kita sangat aktif saat kecil. Keaktifan ini

terpapar dari aktivitas-aktivitas yang dulunya

sering kita lakukan. Banyak yang lari kesana

kemari, bermain hingga larut malam, dan

melakukan berbagai aktivitas lain yang dapat

menguras energi tubuh. Akibat dari keaktifan

kita dulu, banyak dari kita yang sering

mengalami cedera atau luka. Luka ini datang

dalam berbagai bentuk. Seperti luka yang

membuat kulit gatal, berdarah, atau jenis luka

basah maupun jenis luka kering lainnya. Oleh

karena itu, sebagai anak-anak, reaksi normal kita

ketika terluka adalah menangis dalam perjalanan

pulang dan berharap orang tua kita tidak

menunjukkan reaksi marah. Namun, seiring

berjalannya waktu, banyak yang memilih

melindungi diri dengan meminimalkan aktivitas

ekstrim agar tidak terluka.

Luka adalah cedera yang melibatkan

pemotongan atau pemecahan jaringan tubuh.

Luka pada tubuh dapat disebabkan oleh berbagai

faktor. Seperti garukan, akibat terjatuh, gesekan,

benturan, dan faktor lain yang dapat memicu

munculnya ruam paksa di permukaan kulit. Luka

yang tidak dijaga kebersihannya dapat

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 11


berkembang menjadi koreng yang membutuhkan

waktu lebih lama untuk sembuh dan lebih

cenderung menyebar ke permukaan kulit jika

luka tersebut merupakan reaksi alergi. Namun,

luka di tubuh tentu saja bisa diobati. Cara yang

dapat dilakukan agar luka cepat kering, adalah

dengan menggunakan salep antibakteri yang

dijual bebas tanpa resep dokter. Jika seseorang

memiliki alergi, maka dianjurkan untuk

meminum obat-obatan yang diberikan langsung

oleh dokter. Hal ini terkait erat dengan cara kerja

dari timbulnya sampah antariksa di luar angkasa.

solusi yang efektif dalam membersihkan

puing-puing luar angkasa sangat penting untuk

diterapkan, sama pentingnya dengan

membersihkan luka tubuh.

Menurut Sunbhio, “Salah satu cara

badan antariksa melacak puing-puing luar

angkasa adalah dengan mengukur jumlah waktu

yang dibutuhkan sinar laser untuk memantulkan

sepotong puing kembali ke Bumi.” (Pratama,

2022). Metode ini disebut jarak laser dan

merupakan metode yang sangat akurat yang

Pembahasan

Sampah antariksa merupakan gabungan

dari satelit yang sudah tidak aktif lagi dan

sisa-sisa peralatan buatan manusia lainnya yang

masih tertinggal di angkasa. Seperti kebanyakan

cedera tubuh, penyebaran sampah antariksa

disebabkan oleh manusia. Banyak peneliti

mengaktifkan satelit di luar angkasa, tetapi tidak

dapat memantau jaringan dari satelit tersebut.

Dengan demikian, hal ini berujung dengan

menonaktifkan satelit dan mengubahnya

menjadi sampah luar angkasa. Sama seperti

cedera tubuh yang dapat bertambah dan

memenuhi tubuh, puing-puing luar angkasa juga

dapat bertambah jumlahnya dan mengelilingi

orbit. Selain itu, bertambahnya sampah antariksa

di luar angkasa juga dapat mengganggu jaringan

satelit lain yang masih aktif. Oleh karena itu,

mampu menunjukkan dengan tepat lokasi puing

kecil hingga yang berukuran besar. Dengan

menerapkan metode ini, para peneliti dapat

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 12


melacak puing-puing luar angkasa dengan lebih

mudah dan menetapkan strategi pembersihan

puing-puing yang jauh lebih efektif dari

sebelumnya. Jenis-jenis sampah antariksa yang

biasanya ditemui oleh badan-badan antariksa

berupa muatan luar angkasa (yaitu jenis sampah

antariksa yang paling sering ditemukan berupa

satelit), roket bekas, serta objek-objek yang

terkait dengan misi (alat-alat yang telah jatuh,

sekrup, kamera, dan lain-lain).

Berdasarkan jenis sampah antariksa

yang paling banyak ditemukan, satelit adalah

mesin yang mengorbit mengelilingi planet atau

bintang. Fungsi satelit adalah untuk menarik

benda-benda kecil di sekitarnya agar tidak

bertabrakan di tengah orbit satelit, mengontrol

kecepatan rotasi yang disebabkan oleh efek

gravitasi suatu planet, dan menyeimbangkan

siklus air laut yang dapat menyebabkan pasang

surut. Satelit terbagi menjadi dua jenis, yaitu

satelit alam dan satelit buatan manusia. Contoh

satelit alam adalah bumi dan bulan. Sedangkan

satelit buatan manusia diluncurkan dan

diproduksi oleh manusia untuk berbagai

keperluan. Satelit buatan manusia dapat

mengorbit mengelilingi Bumi karena ada

keseimbangan dengan gaya gravitasi Bumi.

Setiap satelit memiliki jalur orbitnya

masing-masing sesuai dengan tujuan dan fungsi

masing-masing satelit.

Sedangkan orbit, merupakan lintasan

yang diambil benda langit untuk mengelilingi

benda langit lainnya. Lintasan orbit di luar

angkasa akan selalu menetap di posisi awalnya.

Orbit bumi membuat lingkaran mengelilingi

matahari. Pada saat yang sama Bumi mengorbit

mengelilingi matahari, bumi juga berputar.

Dalam sains, kami menyebutnya berputar pada

porosnya. Karena Bumi mengorbit matahari dan

berputar pada porosnya pada saat yang sama,

kita mengalami musim, siang dan malam, dan

bayangan yang berubah sepanjang hari. Teori

heliosentris yang diajukan oleh seorang ahli

matematika dan ahli astronomi bernama

Nicolaus Copernicus, mendukung bahwa Bumi

mengorbit mengelilingi matahari. Teori ini

menyatakan bahwa matahari adalah pusat tata

surya dan Bumi bergerak mengelilinginya dalam

orbit melingkar atau berbentuk elips. Teori ini

dianggap sebagai salah satu penemuan

terpenting sepanjang masa. Jika orbit kita

terganggu, maka keseimbangan antara matahari

dan bumi pun akan terganggu. Jika keduanya

tidak seimbang, maka planet kita akan menabrak

matahari dan menghasilkan bencana.

Mengetahui pentingnya komponen

antariksa, membuat kita semakin sadar bahwa

sampah antariksa dapat menimbulkan berbagai

dampak buruk bagi antariksa dan juga Bumi.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 13


Saat berada di orbit, potensi puing-puing

antariksa bertabrakan dengan satelit aktif sangat

tinggi. Hal ini akan menimbulkan masalah bagi

satelit aktif sehingga upaya pengurangan sampah

antariksa sangat penting untuk dilaksanakan.

Selain itu, sampah antariksa yang mengorbit luar

angkasa dapat melepaskan bahan kimia di

atmosfer saat terbakar. Bahan kimia ini dapat

mengikis ozon, sehingga puing-puingnya juga

dapat menjadi ancaman bagi peluncuran dan

eksplorasi ruang angkasa di masa depan.

Masalah sampah antariksa yang mengorbit

disebabkan oleh peluncuran satelit ke luar

angkasa yang kehabisan bahan bakar.

Umumnya, untuk satelit yang lebih dekat,

beberapa ilmuwan akan menggunakan bahan

bakar terakhir mereka untuk memperlambat

pergerakan satelit sehingga dapat mengeluarkan

diri dari orbit dan terbakar di atmosfer. Satelit

dengan bahan bakar dan spesifikasi yang lebih

canggih akan dikirim lebih jauh dari bumi.

Selain berdampak pada orbit bumi,

sampah antariksa juga dapat jatuh ke bumi dan

mengakibatkan beberapa risiko pada lingkungan

sekitar. Pada tahun 2014, terdapat sampah

antariksa yang berukuran besar jatuh di

Salinopolis, Brasil, dan harus secara bersamaan

diangkat oleh beberapa warga sekitar untuk

dilaporkan ke pihak berwenang. Sebuah

penelitian yang diterbitkan di Natura

Astronomy, memperkirakan kemungkinan

korban jiwa dari jatuhnya bagian roket selama

sepuluh tahun ke depan. Studi ini menyelidiki

kedatangan puing-puing pesawat luar angkasa

yang tidak terkendali, seperti bagian roket bekas,

yang terkait dengan peluncuran roket dan satelit.

Faktanya, studi tersebut memperkirakan bahwa

bagian-bagian roket kira-kira tiga kali lebih

mungkin mendarat di garis lintang Jakarta di

Indonesia, Dhaka di Bangladesh atau Lagos di

Nigeria daripada di New York di AS, Beijing di

China, atau Moskow di Rusia. Dengan asumsi

bahwa setiap roket yang masuk menyebarkan

puing-puing mematikan di area seluas sepuluh

meter persegi, mereka menemukan bahwa,

rata-rata, ada kemungkinan 10% dari satu atau

lebih korban selama 10 tahun ke depan (Zander,

2022).

Seiring dengan bertambahnya jumlah

sampah antariksa, Star Technology and Research

(STAR) menerima hampir dua juta dolar AS dari

NASA untuk membuat pesawat luar angkasa

ElectroDynamic Debris Eliminator (EDDE)

yang akan bekerja membersihkan sampah

antariksa. Juru bicara STAR, Jerome Pearson

mengatakan bahwa, "EDDE akan beroperasi di

medan magnet bumi seperti kapal yang berlayar

karena angin, akan memberikan jangkauan tak

terbatas menggunakan tenaga surya. Ini adalah

terobosan teknologi yang memungkinkan

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 14


penghapusan semua objek besar dan berbahaya

di orbit rendah bumi.” (Rachman, 2012). EDDE

dibuat bertujuan untuk "berlayar" ke satelit yang

sudah tak beroperasi menggunakan tenaga surya,

kemudian mengeluarkan jaring besar untuk

menangkap satelit yang ditargetkan, dan turun

ke orbit yang lebih rendah. Alat tersebut yang

berbentuk pesawat akan menyemburkan satelit

atmosfer bumi sehingga terbakar dan kemudian

berlayar lagi ke orbit yang lebih tinggi untuk

menangkap satelit yang sudah tak beroperasi.

Solusi lainnya dalam pembersihan

sampah antariksa adalah, pembuatan robot yang

didesain oleh perusahaan Clearspace.

Perusahaan kecil berlokasi di Lausanne dan

mengalahkan pesaing internasional yang lebih

besar. Clearspace bertujuan untuk menjadi

pekerja bantuan di luar angkasa. Jika terdapat

satelit yang terdeteksi rusak, Clearspace akan

mengambil satelit tersebut, dan membuatnya

tidak berbahaya lagi. Untuk menguji keefektifan

robot, Clearspace akan membuang bongkah

yang berukuran sebesar lemari es, yang dulunya

berfungsi jadi roket pembawa satelit. Setelah

robot mendekati objek yang tak terkontrol itu,

robot tersebut akan memperhitungkan jalur

terbang yang optimal. Setelah itu, dia akan lebih

mendekati dan menangkap objek dengan tangan

robot. Langkah terakhir, objek itu akan

distabilkan, dan kembali ke atmosfer, di mana

semuanya akan terbakar. Dalam misi pertama

tahun 2025, sampah dan robot akan sama-sama

terbakar habis. Setelah itu, Clearspace akan

membuat petugas pembersih di angkasa, yang

bisa dipakai berkali-kali.

Simpulan

Ringkasnya, sampah antariksa

merupakan satelit dan sisa-sisa peralatan lainnya

yang sudah tidak aktif lagi dan masih tertinggal

di luar angkasa. Hal ini juga terkait dengan

munculnya luka di tubuh, serta meluasnya luka

di tubuh kita. Akibatnya, karena sampah

antariksa dapat menimbulkan banyak dampak

negatif baik di dalam maupun di luar angkasa,

penting bagi kita untuk mengetahui solusi paling

efektif untuk membersihkan sampah antariksa

yang tertinggal di luar angkasa. Beberapa solusi

yang direncanakan untuk diterapkan dalam

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 15


membersihkan sampah antariksa adalah pesawat

antariksa ElectroDynamic Debris Eliminator

(EDDE) yang akan bekerja membersihkan

sampah antariksa, dan pembuatan robot yang

dirancang oleh perusahaan Clearspace. Solusi ini

sedang dalam proses pengembangan dan akan

Bibliografi

Habiba, Ferhati, et. al. “Upaya Negara China

Dalam Pembersihan Sampah Luar

Angkasa Menggunakan Laser Raksasa

Ditinjau Dari Perspektif Hukum

Internasional.” Diponegoro Law

Journal, vol. 8, no. 3, Juli 2019,

pp.1989–2003.ejournal3.undip.ac.id/ind

ex.php/dlr/article/download/24570/2339

3. Diakses pada

“Mengulik Bahaya Sampah Antariksa.” BRIN -

Mengulik Bahaya Sampah Antariksa,

www.brin.go.id/news/110337/mengulikbahaya-sampah-antariksa.

Diakses pada

17 Januari 2023.

Pratama, Sunbhio. “Mengenal Sampah Luar

Angkasa, Dan Apa Bahayanya Bagi

Planet Bumi?” KOMPAS.tv, 2 Agustus

2022,

www.kompas.tv/article/315183/mengen

al-sampah-luar-angkasa-dan-apa-bahaya

nya-bagi-planet-bumi. Diakses pada 17

Januari 2023.

Putri, Danastri. “Berbahaya Untuk Bumi,

Bisakah Sampah Ruang Angkasa

Dibersihkan? #AkuBacaAkuTahu.”

Kids, 15 Februari 2023,

kids.grid.id/read/473694641/berbahayauntuk-bumi-bisakah-sampah-ruang-angk

asa-dibersihkan-akubacaakutahu.

Diakses pada 17 Januari 2023.

Rachman, Taufik. “NASA Tengah Cari Cara

Bersihkan Sampah Antariksa.”

Republika Online, 12 Maret 2012,

diluncurkan pada tahun 2025. Dengan

solusi-solusi tersebut dan pendidikan tinggi

tentang puing-puing luar angkasa, kondisi luar

angkasa kita bisa jauh lebih baik dan sesama

penduduk bumi bisa bersama-sama memperbaiki

kondisi di dalam dan di luar bumi.

tekno.republika.co.id/berita/trendtek/sai

ns/12/03/12/m0rtwc-nasa-tengah-cari-ca

ra-bersihkan-sampah-antariksa. Diakses

pada 17 Januari 2023.

Simamora, Silwanus Uli, et. al. “Tanggung

Jawab Negara Peluncur Benda Angkasa

Terkait Masalah Sampah Luar Angkasa

(Space Debris) Berdasarkan Liability

Convention 1972.” Jurnal Online

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Riau, vol. 3, no. 2, Oktober 2016, pp.

1–15.

www.neliti.com/publications/183047/tan

ggungjawab-negara-peluncur-benda-ang

kasa-terkait-masalah-sampah-luar-angka

sa. Diakses pada 17 Januari 2023.

Sumartiningtyas, Nurwigati. “Bagaimana Cara

Membersihkan Sampah Luar Angkasa?”

15 Februari 2023, Halaman All -

Kompas.com.” KOMPAS.com,

www.kompas.com/sains/read/2023/02/1

5/090000423/bagaimana-cara-membersi

hkan-sampah-luar-angkasa-?page=all.

Diakses pada 17 Januari 2023.

Winkler, Adrian. “Seberapa Besar Risiko Kita

Kejatuhan Sampah Luar Angkasa?”

BBC News Indonesia, 9 Oktober. 2022,

www.bbc.com/indonesia/articles/c2j45xl

e8pxo. Diakses pada 17 Januari 2023.

Daftar Gambar

Bagan 1:

Buchholz, Katharina. “It’s Getting Crowded up

in Space, Statista”, 1 Juni 2021,

cdn.statcdn.com/Infographic/images/nor

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 16


mal/24980.jpeg. Diakses pada 22

Februari 2023.

Bagan 2:

Fleck, Anna. “Who’s Responsible for Space

Junk?” Statista Infographics, 22

September 2022,

cdn.statcdn.com/Infographic/images/nor

mal/28309.jpeg. Diakses pada 22

Februari 2023.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 17


Mengelola Sampah Antariksa:

Inovasi Teknologi yang Harus

Dikembangkan Agar Bumi dan

Langit Biru Tidak Terancam

Nabhan Raditya Adiwibowo

Managing Space Junk: Technological Innovations That Must Be Developed So That The Earth And

The Blue Sky Are Not Threatened

ABSTRACT:

This article has the aim of increasing the awareness of the international community, especially for

generations that will become leaders or followers in the future or the current generation to act and try to

start reducing waste in outer space for the future. This garbage is the remnants of inactive satellites that

circle/orbit the Earth. Garbage has been around our Earth for a long time since 1957 Sputnik 1 was

launched into space by the USSR (Russia). After the USSR launched Sputnik 1, other countries also

followed suit because they did not want to be outdone by the USSR. The countries that launched the

satellite were the United States, China, Germany and England. They also took part in this race so that

their country could become number one in the eyes of the international community. The result of this

garbage is that it interferes with other satellites by way of collisions. These collisions can also harm us

because there is a possibility for these particles to fall into cities or other environments. The average size

of these particles is 10 cm. The function of the satellite is to add astronomy and improve a country's

communication network, that's why many countries are sending satellites.

Keywords: Space debris, satelite, orbit.

Pendahuluan

Sore hari yang terpenuhi oleh hujan dan

petir, di kamar yang diam dan hanya sunyi yang

menemanimu. Tanganmu berbentuk kepal yang

erat dan mengingatkan kata-kata dan aksi dari

temanmu yang menyakitimu. Mungkin kata

teman bukan yang tepat, dia sudah

membuangmu dan menggunakannya sebagai

teman, sekarang kamu tertinggal sendirian. Rasa

benci dan dendam memanas dalam tubuhmu

hingga mempunyai pikiran yang tidak

manusiawi/jahat. Kamu tidak pernah akan

melupakan/membersihkan kejadian dalam

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 18


pikiran kamu, yang ada hanya memikirkan nya

lebih dalam dan percaya dengan balas dendam.

Saat sekolah, kamu pergi ke tempat

untuk bertemuan dengan orang tersebut,

tanganmu berkepal dan pikiranmu hanya

omongan dari orang tersebut, kamu muak

dengan muka dia, semakin dekat ia datang

kamu mengayunkan tanganmu dengan tenaga

yang kuat dengan kebencian tersimpan, tinjuan

tersebut mendarat ke muka orang tersebut.

Orang tersebut bangun dan melawan balik dan

kalian berdua bertempur habis- habisan sampai

babak belur dan menunggu untuk orang lain

menghentikan kejadian ini. Saat kamu di bawa

ke ruang kepala sekolah, kamu berpikir tentang

aksimu, rasa bencimu berubah menjadi rasa

khawatir dan rasa dendam pun sudah tidak ada

ibaratnya seperti dua negara yang sedang

berperang. Balas dendam dan kekerasan

bukanlah jalan yang benar untuk menyelesaikan

masalah.

Sekarang rasa benci dari orang tersebut

sudah ditimbulkan dan jadilah kacau. Kamu

percaya bahwa balas dendam akan

menyelesaikan semua tetapi akan adanya

masalah baru yang datang. Jika kamu berpikir

baik-baik dan membersihkan/melupakan

kejadian dimana kamu disakiti, maka rasa benci

tersebut akan menghilang dalam pikiranmu dan

kejadian ini takan terjadi. Pertengkaran akan

mereda dan rasa benci pun akan menghilang.

Dengan pemikiran dewasa kita harus

mengetahui bahwa membalas dendam akan

mengakibatkan pertengkaran yang tak ada

hentinya, oleh karena itu, kita harus belajar

saling memaafkan dan melanjutkan hidup.

Kejadian tersebut adalah

analogi/metafora dari suatu permasalahan yang

terjadi dari tanggal October 4, 1957 ketika

satelite pertama di dunia milik USSR (Russia)

yang dikirimkan ke luar angkasa bernama

Sputnik 1. Sebelum kita mulai ke permasalahan,

ada sebagian kosa kata yang asing untuk para

pembaca dan jika kalian tidak mengetahui kosa

kata ini maka kalian tidak akan mengerti kata

kata tersebut. Pertama adalah satelit, satelit

adalah sebuah objek yang mengelilingi Bumi

baik itu bulan atau teknologi buatan manusia.

Untuk esai ini, satelit yang dibahas akan lebih

fokus terhadap teknologi buatan manusia

(Adryamarthanino, 2022).

Selanjutnya adalah sampah, bukan

sampah yang kita ketahui di Bumi seperti

plastik, sterofoam, botol, baju, atau makanan,

tetapi bekas satelit. Yang dimaksud dengan

bekas satelit adalah partikel-partikel kecil dari

satelit yang sudah tidak berguna atau satelit yang

utuh. Partikel partikel dari satelit ini kebanyakan

terdampar di orbit Bumi dan terpencar yang

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 19


berukuran 10 cm. Satelit tidak hanya satu, tetapi

banyak dari beberapa negara dan bekas bekas

partikel. Bukan hanya dari satu satelit,

melainkan -dari bermacam-macam satelit yang

bisa diartikan banyak sekali (Faradiba, 2021).

Orbit adalah kata asing buat orang Indonesia

karena orbit berasal dari bahasa Inggris yang

diartikan sebagai objek apa pun yang

mengelilingi sebuah planet. Benda ini bisa

bulan, debu, dan satelit buatan manusia. Alasan

mengapa benda ini bisa memutarkan planet

selama nya dikarenakan berat planet tersebut.

Dari sekarang sudah banyak partikel satelit

yang berada di orbit Bumi, sudah ribuan sampah

di orbit Bumi (Utami, 2021).

Semenjak Sputnik satu diluncurkan,

beberapa negara mulai mengirimkannya juga.

Hal ini juga memasuki balapan mengamerikakan

satelit. Negara negara luar melakukanya

dikarenakan untuk menarik perhatian seluruh

dunia dan menjadi negara yang terbaik, bukan

hanya itu tetapi juga karena melancarkan

komunikasi, internet, informasi mengenai luar

angkasa, dan privasi mengenai negara mereka.

Sekarang sudah ribuan satelit yang diluncurkan

oleh beberapa negara.

Tahun 2020, sudah 12,000 satelit

diluncurkan di orbit Bumi dan sebagian adalah

sampah dan sebagian adalah Satelit aktif.

Bayangkan, 12,000 satelit yang diluncurkan,

betapa banyaknya benda yang ada di Orbit

Bumi, masalah ini adalah masalah kritis

disebabkan oleh karena ada kemungkinan akan

terjadi jika sampah tersebut menabrak satelit

aktif dan mengganggu jaringan negara tersebut.

Sampah tersebut yang berukuran 10cm bisa

jatuh ke permukaan bumi setelah menabrak

dengan satelit lain atau bisa merusak lingkungan

sekitar yang terkena, serta tanaman, manusia,

bangunan, perkotaan, dan binatang.

Pengurangan sampah di luar angkasa itu

sangat penting bagi masa depan manusia, karena

jika nanti ada satelit lagi yang lebih jauh hebat

dibandingkan dengan sekarang maka beberapa

negara akan meluncurkan di luar angkasa hingga

meninggalkan sampah-sampah tersebut tanpa

diambil. Jika ini terjadi maka sampah sampah

tersebut akan menabrak satu sama lain yang bisa

mengakibatkan kerusakan alam, gedung, dan

kehilangan nyawa. Solusi pertama yang sudah

direncanakan oleh Jerman, Swiss, dan Swedia

adalah SMART-OLEV. SMART-OLEV adalah

sebuah robot yang akan diluncurkan pada tahun

2025 atau pada tahun yang akan datang, tugas

nya adalah membersihkan sampah-sampah di

luar. SMART-OLEV juga memerlukan biaya

yang sangat luar biasa dari alat dan ongkos ke

luar angkasanya.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 20


Solusi lainnya, jika dari penulis adalah

membuat program juga mengenai pembersihan

sampah di luar angkasa seperti SMART OLEV

tetapi tidak menggunakan robot. Caranya adalah

membuat satelit yang jauh lebih bagus tetapi

tujuan utama nya adalah hanya untuk

membersihkan sampah sampah di luar angkasa

dengan nahkoda satelit yang cukup. Dengan ini

akan banyaknya tenaga manusia yang bisa

menutupi harga mesin yang mahal. Tidak hanya

itu cara mengirimkan nahkoda nya adalah

dengan merekrut lulusan astronot dengan harga

yang cukup, lebih baik membayar manusia yang

banyak dengan harga yang terjangkau dan

membuat pekerjaan cepat dan mudah daripada

membeli robot yang mahal dan perlu miliaran

uang untuk meluncurkan ke luar angkasa dan

perlu menunggu waktu yang cukup lama untuk

membersihkan sampah sampah di luar.

Simpulan

Pengembangan solusi untuk masalah

sampah di luar angkasa belum dilaksanakan,

tetapi sudah ada banyak rencana untuk di tahun

yang akan datang. Rencana ini justru lama

karena kita baru menyadari bahwa masalah ini

adalah masalah besar untuk masa depan kita,

juga kita perlu dana yang cukup besar untuk

membuat robot juga ongkos ke luar angkasa.

Yang sudah disebutkan dalam paragraf di atas

mengenai program seperti SMART-OLEV yang

akan dilaksanakan pada tahun 2025 untuk

membersihkan sampah-sampah yang ada di luar

angkasa agar tidak mengganggu satelit aktif dan

Merusak lingkungan yang ada di Bumi. kita

tidak bisa diam saja untuk menyelesaikan

masalah ini dan biarkan organisasi yang tertentu

menyelesaikan masalah ini (Kaiser, 4 August,

2008).

Kita harus menunjukan rasa peduli

terhadap Bumi kita, kita tidak hanya bisa

terdiam dan melakukan aktivitas sehari-hari kita

dan tidak peduli apa yang sedang terjadi, jangan

sampai menjadi orang yang egois dan hanya

peduli dengan kebutuhan kita sedangkan Bumi

kita memburuk. Generasi selanjutnya adalah

kunci dan harapan untuk menyelamatkan

masalah, sebagai generasi selanjutnya, kita harus

bersatu, saling menghormati satu sama lain,

saling mendukung, dan saling peduli satu sama

lain. Generasi tua juga harus saling membantu

generasi muda untuk membagi ilmu dan

pengalaman. Sekarang apakah kita mampu

untuk menjadi pemimpin yang bagus dan

memberikan kontribusi bagi dunia terutama

kepada masalah krisis saat ini, apakah kamu

bisa?

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 21


Grafik data sampah yang ada di orbit

Bumi sejak tahun 1960 sampai 2020.

Bibliografi

Adryamarthanino, Verelladevanka “Sputnik 1,

Satelit pertama Uni Soviet”, kompas,

28 November, 2022,

https://www.kompas.com/stori/read/20

22/11/28/145301379/sputnik-1-satelit-p

ertama-uni-soviet?page=all

Cubas, Javier “Solutions for reducing space

debris”, Mapfire Global risk,

https://www.mapfreglobalrisks.com/en/

risks-insurance-management/article/sol

utions-for-reducing-space-debris/

“Elon Musk Cs. Bikin Orbit Bumi Sesak Bak

Citayam Fashion Week”, CNBC

Indonesia, 29 July, 2022,

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20

220729160005-37-359689/elon-musk-cs

-bikin-orbit-bumi-sesak-bak-citayam-fas

hion-week#:~:text=Secara%20total%2C

%20ada%207.500%20satelit,Luar%20A

ngkasa%20yang%20dikeluarkan%20PB

B.&text=Menurut%20Aaron%20Boley

%2C%20astronom%20di,peluncuran%2

0dan%20produksi%20yang%20anjlok.

Faradiba, Nadia “Apa itu Sampah Luar Angkasa

dan Bagaimana Cara

Membersihkannya?”, Kompas,

November, 2021,

https://www.kompas.com/sains/read/202

1/11/23/193200823/apa-itu-sampah-luar

-angkasa-dan-bagaimana-cara-membersi

hkannya-.

Kaiser, Clemens Et al ”SMART-OLEV—An

orbital life extension vehicle for

servicing commercial spacecrafts in

GEO” Science Direct, 4 August, 2008,

https://www.sciencedirect.com/science/a

rticle/abs/pii/S0094576507003633

Nevio, Agnes Angelros “Sampah Luar Angkasa

Bisa Merusak Satelit dan Membunuh

Astronaut”, National Geographic

Indonesia, 10 Maret, 2022,

https://nationalgeographic.grid.id/read/1

33177242/sampah-luar-angkasa-bisa-me

rusak-satelit-dan-membunuh-astronaut?

page=all

The Eropean Space Agency “the Current state of

Space Debris”, Esa, 12 October, 2020,

https://www.esa.int/Space_Safety/Space

_Debris/The_current_state_of_space_de

bris

Utami, Silmi Nurul “Apakah yang Dimaksud

dengan Orbit?”, Kompas, 6 February,

2021,

https://www.kompas.com/skola/read/20

21/02/16/154001269/apakah-yang-dima

ksud-dengan-orbit

“Ancaman Bahaya Sampah Luar Angkasa”,

DW, 25 Maret, 2009,

https://www.dw.com/id/ancaman-bahaya

-sampah-luar-angkasa/a-4126140

Daftar Gambar

The Eropean Space Agency “the Current state of

Space Debris”, Esa, 12 October, 2020,

https://www.esa.int/Space_Safety/Space

_Debris/The_current_state_of_space_de

bris

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 22


Sampah Antariksa dan Betapa

Pentingnya untuk Diselesaikan

Alifia Kirana Aulia

ABSTRACT

Space junk, or space debris, is any piece of machinery or debris left by humans in outer space. That could

mean large objects like dead satellites that failed or were left in orbit at the end of their mission. Nor does

it refer to smaller things, such as bits of debris or smears of paint that fall from rockets. When space

debris burns up during reentry, the chemical composition is released into the atmosphere, which impacts

the environment and Earth's atmosphere. These substances have the potential to destroy ozone, and their

debris endangers launches and future space exploration.

Keywords: debris, space

Pendahuluan

Mencuci piring adalah sebuah pekerjaan

rumah yang harus dilakukan hampir setiap hari

agar pada hari berikutnya sudah ada piring yang

bersih dan siap untuk digunakan. Sebabnya

mencuci piring menjadi pekerjaan rumah yang

sering dilakukan adalah karena anggota keluarga

di rumah akan selalu menggunakan piring untuk

sarapan, makan siang, makan malam, bahkan

untuk ngemil. Dan bukan hanya piring yang

dipakai, ada perlengkapan makan yang lain

seperti sendok, garpu, gelas, dan pisau.

Perlengkapan makan ini dipakai setiap hari,

Pada awalnya, perlengkapan makan

yang menumpuk tidak mengganggu kita. Tetapi,

mengakibatkan banyak piring, gelas dan

peralatan lain yang harus dicuci setiap hari.

Meskipun mencuci piring merupakan

rutinitas, kegiatan ini adalah sebuah pekerjaan

rumah tangga yang sering ditelantarkan. Dimana

anggota keluarga terus menerus memakai

peralatan makan seperti piring, sendok, garpu

dan gelas demikian tidak mencucinya setelah

dipakai, mengakibatkan untuk terus menumpuk

di wastafel setelah dipakai oleh anggota keluarga

untuk makan dan minum. Piring-piring kotor

terus menumpuk dan ironisnya kita sering tidak

menyadarinya.

jika piring dan peralatan lain terus menerus

menumpuk di wastafel akibat piring kotor yang

terus menambah, maka, piring yang menumpuk

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 23


tersebut akan mengotorkan wastafel. Oleh

karena itu, untuk menghindari wastafel yang

terus kotor dan jorok, kita harus bertanggung

jawab untuk menjaga kebersihannya. Layaknya,

sampah antariksa, kita harus menjaga dan

bertanggung jawab terhadap sampah yang

berada di orbit bumi agar tidak mengakibatkan

gangguan pada masa depan.

Pembahasan

Sampah antariksa adalah setiap bagian

dari mesin atau puing-puing yang ditinggalkan

oleh manusia di luar angkasa. Ini dapat berarti

objek besar seperti satelit mati yang gagal atau

ditinggalkan di orbit pada akhir misi mereka.

Atau pada hal-hal yang lebih kecil, seperti

serpihan puing atau noda cat yang jatuh dari

roket. Dengan banyaknya sampah antariksa, itu

dapat meresikokan kerusakan signifikan pada

satelit atau pesawat ruang angkasa jika terjadi

tabrakan.

Sebagian besar sampah luar angkasa

berasal dari tiga negara: Rusia, AS, dan China.

November 2022 lalu, Rusia meledakkan salah

satu satelit lamanya menggunakan senjata

anti-satelit (ASAT), mengirimkan ribuan keping

puing ke orbit dan berisiko menghantam Stasiun

Luar Angkasa Internasional. Lebih dari 27.000

keping puing orbit, atau "sampah luar angkasa",

dilacak oleh sensor Jaringan Pengawasan Ruang

Angkasa (SSN) global Departemen Pertahanan.

Lebih banyak puing – terlalu kecil untuk

dilacak, tetapi cukup besar untuk mengancam

penerbangan luar angkasa manusia dan misi

robotik – ada di lingkungan luar angkasa dekat

Bumi. Karena puing-puing dan pesawat ruang

angkasa bergerak dengan kecepatan yang sangat

tinggi (sekitar 15.700 mph di orbit Bumi yang

rendah), dampak dari puing-puing orbital

dengan pesawat ruang angkasa bahkan dapat

menimbulkan masalah besar.

Gambar 1: Daftar Negara dengan Sampah Antariksa

Terbanyak

Ada sekitar 23.000 keping puing yang

lebih besar dari bola softball yang mengorbit

Bumi. Mereka melakukan perjalanan dengan

kecepatan hingga 17.500 mph, cukup cepat

untuk puing-puing orbital yang relatif kecil

untuk merusak satelit atau pesawat ruang

angkasa. Ada setengah juta keping puing

seukuran kelereng atau lebih besar (hingga 0,4

inci, atau 1 sentimeter) atau lebih besar, dan

sekitar 100 juta keping puing berukuran sekitar

0,04 inci (atau satu millimeter) dan lebih besar.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 24


Bahkan ada puing berukuran mikrometer yang

lebih kecil (berdiameter 0,000039 inci).

operasional satelit, karena tabrakan antara satelit

atau pesawat ruang angkasa dengan objek dalam

bentuk sampah, dapat terjadi gangguan

gelombang sinyal transmisi yang dikirim satelit

ke bumi, ini dapat terjadi jika sinyal melewati

sebaran sampah antariksa yang terbuat dari

logam.

Gambar 2: Data Bulanan Jumlah Objek di Orbit Bumi

Menurut Jenis Objek

Bahkan bintik-bintik cat kecil dapat

merusak pesawat ruang angkasa saat bepergian

dengan kecepatan ini. Sejumlah jendela pesawat

ulang-alik diganti karena kerusakan akibat

material yang dianalisis dan terbukti bercak cat.

Faktanya, puing-puing orbital berukuran

milimeter mewakili risiko akhir misi tertinggi

bagi sebagian besar pesawat ruang angkasa

robotik yang beroperasi di orbit rendah Bumi.

Puing-puing luar angkasa berdampak

pada lingkungan dan atmosfer Bumi dengan

melepaskan bahan kimia komposisi ke atmosfer

saat mereka terbakar saat masuk kembali. Bahan

kimia ini dapat mengikis ozon, dan

puing-puingnya juga menjadi ancaman bagi

peluncuran dan eksplorasi ruang angkasa di

masa depan. Sampah antariksa juga dapat

berakibat menginterferensi dengan sistem

Sampah antariksa merupakan sebuah

masalah yang penting untuk diselesaikan karena

dengan adanya sampah di orbit bumi, maka,

dapat mengganggu eksplorasi ruang angkasa,

karena meningkatnya risiko tabrakan dan

kerusakan pada satelit yang berfungsi. Dr.

Lewis, yang mengepalai kelompok yang

meneliti puing-puing ruang angkasa di

University of Southampton, mengatakan:

"Menangani masalah puing-puing ruang angkasa

adalah salah satu tantangan lingkungan terbesar

umat manusia, tetapi mungkin juga yang paling

sedikit diketahui. Setiap hari kita menggunakan

dan mengandalkan layanan yang disediakan oleh

satelit tanpa pernah menyadari betapa rentannya

mereka. Bukan hanya satelit dapat rusak atau

hancur oleh puing-puing ruang angkasa hari ini

atau besok, tetapi tindakan generasi kita dapat

memengaruhi impian dan ambisi generasi

mendatang untuk bekerja dan hidup di luar

angkasa" (Lewis: 2016)

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 25


Penutup

Permasalahan sampah antariksa adalah

sebuah masalah yang harus ditangani

secepatnya, jika tidak, sampah akan terus

menerus menumpuk di orbit Bumi dan dapat

mengakibatkan kendala untuk masa depan

eksplorasi ruang angkasa. Semakin banyak

sampah antariksa di orbit Bumi, semakin besar

kemungkinan terjadinya tabrakan antariksa.

Tabrakan dengan puing-puing orbit telah terjadi

beberapa kali, menyebabkan kerusakan besar

pada satelit. Sampah antariksa, meski kecil,

masih dapat menimbulkan masalah, seperti

menghabiskan real estat orbit yang berharga. Dr.

Joon Wayn Cheong, ahli sistem satelit dari

University of New South Wales, berpendapat

bahwa harus ada upaya internasional untuk

membersihkan sampah antariksa yang mengorbit

Bumi. “Sampah luar angkasa mencemari orbit

yang ditempatinya; ia menggunakan slot orbit

yang dapat ditempati oleh satelit fungsional lain

yang lebih berguna,” kata Dr Cheong (Cheong:

2021).

Pemerintah dan badan yang bertanggung

jawab sudah mulai merancang beberapa solusi

untuk diimplementasikan agar sampah antariksa

dapat dikendalikan secepatnya. Maka, seperti

piring-piring kotor yang terus menerus

menumpuk di wastafel, kita harus segera

mencucinya agar tidak mengotori wastafel dan

tidak mengganggu aktivitas lain. Sama seperti

sampah antariksa, agar tidak ada kendala pada

masa depan, sampah-sampah tersebut harus

dengan cepat dibersihkan agar orbit bumi kita

dapat kembali bersih dan tidak menimbulkan

risiko atau masalah lain.

Bibliografi

Chapman, Vanessa. “How to Clean up

Space Junk.” Spaceaustralia,

Spaceaustralia, 7 June 2021,

https://spaceaustralia.com/index.

php/news/how-clean-space-junk.

Radowitz, John von. “Space Junk Is One

of Earth's Greatest Challenges -

and Could Hinder Space Travel.”

Mirror, Mirror.co.uk, 19 Nov.

2016,

https://www.mirror.co.uk/science

/space-junk-one-humankinds-gre

atest-9289084.

Satrya, Errya. “SAMPAH ANTARIKSA

MASALAH DI MASA KINI

DAN ESOK.” Berita Dirgantara

, vol. 10, no. 3, Sept. 2009, pp.

72–75.

“Space Debris and Human Spacecraft.”

NASA, NASA, 14 Apr. 2015,

https://www.nasa.gov/mission_pa

ges/station/news/orbital_debris.ht

ml.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 26


Daftar Sumber Ilustrasi

Grafik 1:

Annur, Cindy Mutia. “Deretan Negara

Penyumbang Sampah Di Luar

Angkasa Terbanyak: Databoks.”

Pusat Data Ekonomi Dan Bisnis

Indonesia, Databoks, 24 Sept.

2022,

https://databoks.katadata.co.id/da

tapublish/2022/09/24/deretan-neg

ara-penyumbang-sampah-di-luarangkasa-terbanyak.

Grafik 2:

“Lembaga Penerbangan Dan Antariksa

Nasional.” LAPAN, Lembaga

Penerbangan Dan Antariksa

Nasional, 10 May 2020,

https://www.lapan.go.id/post/632

8/sampah-antariksa-sebagai-isu-i

nternasional.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 27


Sampah Antariksa

Raden Muh. Malik Rasyad S.

ABSTRACT

The purpose of writing this is to provide information about space junk. The structure of the research

begins with creating a graphic organizer, explaining causes and effects, and reading further. After that, I

published the writing. Based on this research, I can conclude that space junk must be reduced. There are

many ways, such as: Shooting, Netting, and using robots.

Keywords: space junk, shooting, netting, robots.

Pendahuluan

Sampah Antariksa jatuh dari luar

angkasa seperti hujan jatuh dari awan. Sampah

antariksa adalah sampah di luar angkasa yang

berasal dari satelit hancur. Meteor, komet,

ataupun benda lain di angkasa tidak termasuk

sampah antariksa, karena benda-benda itu tidak

diklasifikasikan sebagai sampah.

Pembahasan

Apakah sampah antariksa berbahaya?

Satu, sampah-sampahnya masih berada di orbit.

Dan dua, walaupun jatuh ke bumi, sampah

antariksa akan jatuh ke laut, hutan, dan lokasi

jatuh dari permukaan.

Ada 6 kasus sampah antariksa yang

jatuh ke Indonesia, pertama bekas roket Rusia di

Gorontalo 1981, terus bekas roket China di

Bengkulu 2003, bekas roket Rusia di perairan

Flores 2007, bekas roket SpaceX di Madura

2016, Roket Chang Zheng China di Teluk

Keramat-Kalimantan Tengah 2021, dan bekas

roket China CZ58 di Sanggau, Kalimantan Barat

2022.

Gambar 1: Banyak Sampah Antariksa yang

berada di orbit bumi.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 28


Walaupun gambar ini tidak banyak

sampahnya, Nasa berkata bahwa ada lebih

23.000 sampah antariksa di bumi. Jika

kepenuhan, maka menerbangkan satelit dari

bumi akan menjadi mustahil.

Gambar

2: Lebih banyak sampah antariksa

dibanding gambar pertama.

Dengan banyak sampah ini, agak

mustahil untuk menerbangkan satelit dari bumi

karena kebanyakan sampah antariksa. Di tahun

2000, jumlah sampah antariksa menjadi 9.000,

dan pada tahun 2007 dan 2009 menghasilkan

2.000 puing di luar angkasa. Fenomena ini

disebut efek Kessler. Efek Kessler adalah situasi

ketika satu bagian sampah pecah dan

menghantam sampah lainnya sehingga menjadi

tabrakan, yang mengotorkan orbit. (BBC News

Indonesia 8 Maret 2018)

Daftar Sumber Ilustrasi

Faradiba, Nadia. “Apa itu Sampah Luar

Angkasa dan Bagaimana Cara

Simpulan dan Saran

Dari analisis yang sudah penulis

ungkapkan, kita perlu mengatasi masalah

sampah antariksa dengan cara:

1. Ditembak

2. Dijaring

3. Dengan robot

Dengan mengatasi masalah sampah

antariksa, kita akan mengurangkan sampah

antariksa yang berada di bumi.

Bibliografi

“Keberadaan sampah luar angkasa

menimbulkan potensi ancaman kejatuhan

meteorit. Bagaimana upaya negara-negara di

dunia untuk mengatasi permasalahan tersebut?”,

roboguru,

https://roboguru.ruangguru.com/question/kebera

daan-sampah-luar-angkasa-menimbulkan-potens

i-ancaman-kejatuhan-meteorit-bagaimana-upaya

-negara_QU-IL5ORPM0, 2 Maret 2023

“Upaya bersih-bersih sampah antariksa

di orbit Bumi”, 8 Maret 2018, BBC News

Indonesia,

https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-433134

95#:~:text=Juga%20ada%20risiko%20yang%20

dikenal,orbit%20sehingga%20berbahaya%20ba

gi%20satelit., 2 Maret 2023

Membersihkannya?”, 23 November 2021

Kompas.com,

https://www.kompas.com/sains/read/2021/11/23/

193200823/apa-itu-sampah-luar-angkasa-dan-ba

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 29


gaimana-cara-membersihkannya- 20 Februari

2023

Damar, Agustinus Mario. “Ternyata Ada

Ribuan Sampah Antariksa di Orbit Bumi”, 31

Desember 20. Liputan6,

https://www.liputan6.com/tekno/read/2401019/t

ernyata-ada-ribuan-sampah-antariksa-di-orbit-bu

mi, 20 Februari 2023

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 30


Mendapatkan Energi Tidak

Terbatas Melalui Bola Dyson

Rafael Soekarmadidjaya

ABSTRACT

Humans consume a lot of power every day for multiple purposes such as heat, transportation, cooking,

convenience, etc. Unfortunately however, most of this energy comes from fuel sources that are not

renewable such as fossil fuels, oil, coal, and many more. Besides the decrease in fuel sources, the constant

use of these energy sources may cause massive amounts of air pollution, doing more harm than good. In

order to solve this global energy crisis, many have thought of potential fuel sources that could act as a

better alternative or ways to reduce the usage of the commonly used ones. However, there is a concept

that remains unexplored due to its sheer size and magnitude. Some researchers believe that the dyson

sphere could act as a permanent yet effective way of harnessing a nearly infinite amount of energy from

the sun, and while it may sound impossible, scientists estimate that the technology needed for the creation

of said megastructure will be possible in the next few decades. This directly aligns with how long current

fuel sources will last until all of them run out.

Keywords: Fuel Sources, Energy Crisis

Pendahuluan

Setiap tahun, secara rata-rata, seorang

manusia mengkonsumsi makanan sebanyak 900

kg. Dengan jumlah populasi dunia yang selalu

bertambah, ada kemungkinan bahwa manusia

akan kehabisan makanan. Pada tahun 2017,

sekitar 4.62 miliar hektar lahan digunakan untuk

bercocok tanam (ini tidak termasuk peternakan

hewan, pabrik, dll). Menggabungkan ini dengan

kelaparan dunia, masalah ini harus dimitigasi.

Ada solusi yang diusulkan di masa lalu, namun

banyak yang belum berbicara tentang bagian

dari bumi yang sebagian besar masih belum

dijelajahi.

Hampir semua manusia di bumi hidup di

darat, namun tanah hanya menempati 29% dari

permukaan bumi, 71% sisanya terdiri dari

lautan. Selain itu, dari 71% itu, hanya 20% yang

telah dieksplorasi. Dengan potensi keragaman

kehidupan laut, menjelajahi bagian lautan yang

tidak diketahui ini untuk mengatasi kelaparan

dunia dengan menangkap sebagian besar ikan

bisa menjadi solusi yang efektif. Ada banyak ide

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 31


yang diusulkan untuk menangkap ikan ini,

namun, yang paling sederhana namun paling

efektif, adalah membuat jaring raksasa dan

otomatis yang akan mencakup sebagian besar

lautan untuk menangkap sebagian besar, jika

tidak semua ikan.

Untuk membuat jaring sebesar ini,

penting untuk mengotomatiskan proses ini agar

tetap seefisien dan seefektif mungkin. Langkah

pertama adalah mengumpulkan bahan apapun

seperti logam di lautan yang belum dieksplorasi

untuk membuat robot yang kemudian meng

otomatis proses pembuatan jaring. Jaring itu

sendiri harus dibuat di bawah air agar tidak

membuang waktu membawanya ke sana. Hal ini

dapat dilakukan melalui penggunaan robot yang

bisa bertahan di dalam air. Setelah jaring dibuat,

jaringan itu akan dipindahkan ke tempat dengan

ikan terbanyak melalui sebuah algoritma.

Setelah memiliki cukup ikan di jaring, ia akan

menutup diri dan menunggu sampai diangkat.

Konsep jaringan ini merupakan analogi yang

bagus terhadap topik aslinya yaitu bagaimana

kita bisa membuat sebuah bola dyson untuk

menerapkan energi dari matahari secara

langsung.

Freeman Dyson mengusulkan konsep

"Dyson Sphere" pada tahun 1960 sebagai

megastruktur hipotesis yang berpotensi

memanfaatkan seluruh keluaran energi bintang.

Ide dasar dibalik Dyson Sphere adalah

membangun cangkang bola besar di sekitar

bintang, yang akan menangkap semua keluaran

energi bintang dan mentransfernya ke jaringan

listrik peradaban. Bola tersebut akan terdiri dari

serangkaian panel atau habitat yang saling

berhubungan, dan pada dasarnya akan berfungsi

sebagai susunan panel surya raksasa. Ada

banyak variasi berbeda dari konsep Dyson

Sphere, mulai dari "Dyson Swarms" yang terdiri

dari sejumlah besar panel kecil yang mengorbit

bintang, hingga "Dyson Bubbles" yang

membungkus bintang dengan cangkang raksasa

yang tembus cahaya.

Dalam salah satu makalah dia, Dyson

membahas potensi masa depan peradaban maju

dan bagaimana mereka dapat memanfaatkan

keluaran energi dari bintang induknya. Dia

berargumen bahwa peradaban yang cukup maju

dapat membangun cangkang bola yang masif di

sekitar bintang mereka untuk menangkap semua

keluaran energinya, menyediakan sumber daya

yang pada dasarnya tidak terbatas untuk

kebutuhan mereka.Makalah Dyson terinspirasi

oleh diskusi yang dia lakukan dengan fisikawan

Nikolai Kardashev, yang mengusulkan sistem

klasifikasi peradaban maju berdasarkan

kemampuan mereka memanfaatkan energi.

Kardashev telah menyarankan bahwa peradaban

Tipe II akan dapat memanfaatkan semua

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 32


keluaran energi dari bintang induknya,

sedangkan peradaban Tipe III akan dapat

memanfaatkan semua keluaran energi dari

seluruh galaksi mereka. (Dyson, 1960)

manusia mengkonsumsi sekitar

25,300,000,000,000,000 watt (atau 2.53

terawatt) energi setiap tahun, dan dengan

pesatnya peningkatan teknologi dan populasi,

jumlah itu pasti akan meningkat. Banyak ahli

memprediksi bahwa sebagian besar sumber

bahan bakar seperti bahan bakar fosil, gas alam,

dan batu bara akan habis dalam 50-100 tahun

mendatang. Para ilmuwan telah berteori dan

merancang banyak cara untuk menciptakan

sumber bahan bakar alternatif, tetapi tidak ada

yang berhasil menciptakan energi sebanyak Bola

Dyson (dyson sphere).

Freeman Dyson mengemukakan konsep

Bola Dyson dalam makalah tahun 1960 berjudul

"Search for Artificial Stellar Sources of Infrared

Radiation." Dalam makalah tersebut, dia

mengusulkan gagasan tentang struktur yang

akan melingkupi bintang sepenuhnya untuk

menangkap sebagian besar atau seluruh keluaran

energinya.

Dyson termotivasi oleh pencarian

kecerdasan luar angkasa (SETI) dan

kemungkinan mendeteksi peradaban maju

melalui penggunaan energinya. Dia menyadari

bahwa peradaban yang telah menghabiskan

sumber daya planetnya sendiri perlu menemukan

cara untuk memanfaatkan energi bintangnya

untuk melanjutkan pertumbuhannya. Dia

mengusulkan bahwa peradaban seperti itu dapat

membangun cangkang di sekitar bintangnya

untuk menangkap energi, dan struktur ini dapat

dideteksi dengan mencari bintang yang

memancarkan radiasi infra merah lebih banyak

dari yang seharusnya.

Pembahasan

Sekarang, walaupun pembuatan sebuah

Bola Dyson kelihatannya mustahil, Stuart

Armstrong, seorang peneliti ilmiah, dapat

membuat sebuah proposal tentang prosesnya

bagaimana kita bisa membuat sebuah bola

dyson. Proposalnya mencakup penggunaan

banyak robot untuk merakit panel di luar

angkasa secara otomatis. Dia memperkirakan

bahwa melalui proses ini, pembuatan Bola

Dyson akan selesai dalam beberapa dekade.

Keberhasilan strateginya bergantung pada

pertumbuhan keuntungan yang signifikan dari

umpan balik positif yang berasal dari robot yang

mengekstraksi sumber daya dari Merkurius.

Sumber daya ini diangkut ke luar angkasa (yang

relatif mudah karena tarikan gravitasi Merkurius

yang lemah) dan kemudian digunakan untuk

membuat panel bola dyson. Proses pembuatan

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 33


panel termasuk penggunaan bahan merkuri tidak

hanya untuk membuat panel, tetapi untuk

mengotomatisasi proses dengan membuat robot

yang dirancang untuk memproduksi panel ini

secara massal. Setelah sejumlah panel dibuat,

mereka akan diluncurkan dari orbit merkuri dan

ke matahari, di mana mereka akan secara

otomatis memposisikan diri untuk mengorbit

matahari dan mengumpulkan energi.

Stuart Armstrong, seorang peneliti ilmiah telah

mengajukan proposal tentang proses pembuatan

bola Dyson, dengan merakit panel di luar

angkasa secara otomatis dengan menggunakan

banyak robot. Proses pembuatan panel termasuk

penggunaan bahan merkuri untuk membuat

panel dan mengotomatisasi proses dengan

membuat robot yang dirancang untuk

memproduksi panel ini secara massal.

sementara teknologi yang dibutuhkan

untuk megastruktur ini tidak cukup maju saat

ini, banyak ilmuwan termasuk Stuart Armstrong

percaya bahwa konsep teori ini dapat

diwujudkan dalam beberapa dekade - abad

mendatang, yang juga sekitar waktu yang sama

banyak bahan bakar yang tidak dapat terurai

secara hayati. Sumber seperti bahan bakar fosil,

gas alam, batu bara, dll akan habis.

Solusi pengembangan bola Dyson dapat

menjadi solusi yang layak untuk mengatasi

kebutuhan energi yang semakin meningkat

seiring dengan pertumbuhan teknologi dan

populasi. Konsep bola Dyson yang

diperkenalkan oleh Freeman Dyson pada tahun

1960, mengusulkan sebuah struktur yang

melingkupi bintang untuk menangkap energinya,

sebagai solusi yang dapat memanfaatkan energi

matahari secara optimal dan dapat bertahan

selama bertahun-tahun bahkan miliaran tahun.

Meskipun teknologi yang dibutuhkan

untuk bola Dyson belum cukup maju saat ini,

banyak ilmuwan percaya bahwa konsep teori ini

dapat diwujudkan dalam beberapa dekade atau

abad yang akan datang. Pembuatan bola Dyson

dapat menjadi pilihan yang sangat layak,

terutama karena sumber daya bahan bakar fosil

dan batubara semakin menipis dan diperkirakan

akan habis dalam 50-100 tahun mendatang.

Dengan memanfaatkan energi matahari secara

optimal, bola Dyson dapat menjadi solusi yang

efektif untuk memenuhi kebutuhan energi

manusia yang semakin meningkat, serta

memperpanjangkan masa hidup manusia di

bumi.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 34


Gambar 1: Sebuah konsep membuat Bola Dyson

Gambar tersebut merupakan sebuah ilustrasi

konsep bola dyson, dimana titik-titik

merepresentasi panel solar yang akan

mengelilingi sebuah matahari. Banyak ahli meng

teoritis bahwa konsep bola dyson seperti ini bisa

memproduksi sebanyak 400 septillion watts (1

septillion mempunyai 24 nol) . Energi tersebut

sudah lebih banyak dari energi yang seluruh

Bumi membuat. Sekarang, akan ada penjelasan

proses cara membuat bola dyson melewati

sebuah bagan, yaitu berarti grafik yang

menampilkan data numerik dalam tata letak

visual yang ringkas dan menunjukkan hubungan

data yang penting.

hal yang sama tetapi menggunakan konstruksi

yang berbeda dan bahkan mungkin

menggunakan lebih sedikit panel surya. Ide ini

disebut gelembung dyson dan telah diusulkan

sebagai ide alternatif untuk bola dyson di masa

lalu dan dapat mendistribusikan energi matahari

secara lebih merata. Gambar diatas

menunjukkan konsep gelembung dyson.

Gambar 3: Sebuah konsep membuat Cincin Dyson

Terakhir, ada cincin dyson. Sebuah konsep yang

membutuhkan lebih sedikit bahan untuk

membuatnya. Kelemahan dari hal ini adalah

bahwa tidak seperti gerombolan atau gelembung

dyson, cincin dyson hanya mencakup sebagian

dari matahari, dan dengan demikian akan

menghasilkan lebih sedikit energi. Namun,

cincin dyson masih menghasilkan daya yang

lebih dari cukup untuk konsumsi manusia.

Gambar 2: Sebuah konsep konstruksi Gelembung Dyson

Selain dyson sphere atau dalam hal ini disebut

dyson swarm, ada konsep lain yang melakukan

Simpulan

Secara keseluruhan, meskipun konsep

bola Dyson secara teori dimungkinkan,

tantangan praktis untuk membangunnya sangat

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 35


besar dan kemungkinan akan membutuhkan

teknologi dan sumber daya yang saat ini berada

di luar pemahaman kita. Namun, sangat

mungkin bahwa di abad mendatang atau lebih,

dengan peningkatan teknologi yang pesat, kita

mungkin dapat membuat bahan yang dibutuhkan

untuk membangun megastruktur semacam itu.

Bibliografi

Benindo, Fakhri. “Mengenal Bola Dyson,

Megastruktur Matahari Di Masa Depan.”

Warung Sains Teknologi, 29 May 2021,

https://warstek.com/bola-dyson/.

Dyson, Freeman J. “Search for Artificial Stellar

Sources of Infrared Radiation.” Science,

vol. 131, no. 3414, 1960, pp. 1667–1668.,

https://www.science.org/doi/10.1126/scien

ce.131.3414.1667.

Hadhazy, Adam. “Could We Build a Dyson

Sphere?” Popular Mechanics, 21 June

2022,

https://www.popularmechanics.com/space/

deep-space/a11098/dyson-sphere/.

Pomeroy, Ross. “How to Build a Dyson

Swarm.” Space.com, Space, 4 Sept. 2017,

https://www.space.com/38031-how-to-buil

d-a-dyson-swarm.html.

Rahardian, Eduardo. “Apa Itu Dyson Sphere?

Pengertian Dan Penjelasan Dyson

Sphere.” KOMPASIANA, 21 Oct. 2021,

https://www.kompasiana.com/eduardorfs/

6171090c06310e2d8d2bb452/apa-itu-dyso

n-sphere-pengertian-dan-penjelasan-dyson

-sphere.

Wright, Jason T. “Dyson Spheres.” Arxiv, 8 Oct.

2020,

https://arxiv.org/pdf/2006.16734.pdf.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 36


Glosarium

A

Angkasa: Lapisan udara yang melingkupi bumi.

Antariksa: Bagian alam semesta yang berada di

luar atmosfer bumi.

Atmosfer: Lapisan udara yang menyelubungi

bumi sampai ketinggian 300 km (terutama

terdiri atas campuran berbagai gas, yaitu

nitrogen, oksigen, argon, dan sejumlah kecil gas

lain).

B

Badan Antariksa: Badan, otoritas, dan asosiasi

otoritas publik, orang, usaha, dan entitas yang

terlibat dalam eksplorasi dan/atau eksploitasi

ruang angkasa untuk tujuan sipil atau militer.

Bola Dyson: Rekayasa megastruktur yang

mengelilingi dan mengorbit di matahari dengan

fungsi menerapkan energi.

Bulan: Benda langit yang mengitari bumi,

bersinar pada malam hari karena pantulan sinar

matahari.

Bumi: Planet dengan urutan ketiga dari delapan

planet yang dekat dengan matahari dan

merupakan satu-satunya planet yang dapat

dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup.

E

Efek Kessler: Situasi sampah yang

mengotorkan orbit.

Efektif: Memiliki hasil atau dampak yang

signifikan dan memuaskan sesuai dengan tujuan

yang diinginkan.

Elektronik: Ilmu pengetahuan dan teknologi

lewatnya partikel bermuatan listrik dalam gas

atau ruang hampa, atau semikonduktor.

Elips: Bentuk yang menyerupai lingkaran yang

telah dipanjangkan ke satu arah.

Energi: Sesuatu yang dibutuhkan oleh benda

agar benda dapat melakukan usaha.

G

Gelombang: Aliran getaran suara yang bergerak

dalam eter (radio).

GPS: Sistem radio navigasi berbasis satelit yang

dimiliki oleh pemerintah Amerika Serikat dan

dioperasikan oleh United States Space Force.

Gravitasi: Gaya tarik-menarik yang terjadi

antara semua partikel yang memiliki massa atau

bobot di semesta.

I

Infrastruktur: Sarana dan prasarana yang

dibangun untuk mendukung kegiatan manusia,

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 37


seperti jalan, jembatan, gedung, dan lain

sebagainya.

K

Kesiapsiagaan: Kemampuan untuk menghadapi

dan merespon suatu bencana atau kejadian

darurat dengan tepat dan efektif.

Krisis Energi: Kekurangan (atau peningkatan

harga) dalam persediaan sumber daya energi ke

ekonomi.

L

Lingkungan pesisir: Wilayah di sekitar pantai

atau laut yang mencakup ekosistem laut dan

daratan serta aktivitas manusia yang terkait

dengan pesisir.

Luar Angkasa: Lapisan udara yang melingkupi

bumi.

M

P

Partikel: Objek kecil terlokalisasi yang dapat

dijelaskan oleh beberapa sifat fisik atau kimia,

seperti volume, kerapatan, atau massa.

Puing-puing: Kepingan atau sisa peninggalan

reruntuhan bangunan, gedung, pesawat terbang.

S

Masyarakat Setempat: Penduduk yang tinggal

di suatu wilayah tertentu dan memiliki

kebiasaan, adat, dan budaya khas yang terkait

dengan wilayah tersebut.

Matahari: Bintang di tata surya yang berbentuk

seperti bola gas panas.

O

Observasi langsung: Metode pengumpulan data

dengan cara mengamati langsung suatu kejadian

atau objek penelitian.

Orbit: Jalan yang dilalui oleh benda langit

dalam peredarannya mengelilingi benda langit

lain yang lebih besar gaya gravitasinya

Ozon: Lapisan udara yang terdapat di atmosfer

berasal dari oksigen yang mengalami perubahan

akibat adanya aliran listrik setelah petir dan

guruh silih berganti atau karena pengaruh sinar

ultraviolet matahari; O3.

R

Resiko: Kemungkinan terjadinya kerugian atau

bahaya pada suatu kejadian atau kondisi tertentu.

Roket: Wahana luar angkasa, peluru kemudi,

atau yang dikendarai terbang yang mendapatkan

desakan melalui reaksi roket terhadap keluarnya

secara cepat bahan fluida dari keluaran mesin

roket.

Satelit: Mesin buatan manusia yang mengorbit

di sekitar planet atau bintang.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 38


Sampah Antariksa: Gabungan dari satelit yang

sudah tidak aktif lagi dan sisa-sisa peralatan

buatan manusia lainnya yang masih tertinggal di

angkasa.

Sinyal: Tanda isyarat (lampu merah, bunyi,

larangan parkir, dan sebagainya);

Studi kasus: Metode penelitian yang fokus pada

analisis mendalam terhadap suatu kasus atau

peristiwa tertentu.

Sumber Energi: Sesuatu yang dapat

menghasilkan Energi, baik secara langsung

maupun melalui proses konversi atau

transformasi.

T

Tenaga Surya: Sumber energi yang

menghasilkan listrik yang ramah lingkungan dan

tidak menggunakan bahan bakar minyak

sehingga sangat murah, karena energi matahari

merupakan sumber energi yang tidak terbatas.

Teori Heliosentris: Teori yang menyatakan

bahwa matahari adalah pusat tata surya dan

bumi bergerak mengelilinginya dalam orbit

melingkar.

Transmisi: Pengiriman (penerusan) pesan dan

sebagainya dari seseorang kepada orang (benda)

lain.

Tsunami: Rangkaian gelombang laut yang

mampu menjalar dengan kecepatan yang tinggi,

biasanya disebabkan oleh adanya pergeseran

lempeng pada dasar laut akibat gempa bumi atau

faktor lainnya.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 39


Biodata Penulis

Artikel

Perpisahan”

ditulis

Annabel

Eirene

Manuela

(Bella).

pada

“Surat

oleh

Lahir

tanggal

30 April 2006, Jakarta Barat dan melanjutkan

edukasi di SMA HighScope TB Simatupang

Indonesia, Jakarta Selatan, sebagai kelas 2 di

program SMA berjurusan Technical Performing

Arts (TPA). Bella mempunyai hobi untuk

bermain instrument, terutama gitar elektrik,

menggambar, dan berkreasi. Dari hasil riset ini,

penulis berharap agar informasi yang diberikan

kepada pembaca bisa menjadi manfaat pada

semuanya untuk bisa mengedukasikan

pemerintah dan masyarakat untuk bisa melalui

masa-masa kesulitan ataupun kesempatan untuk

membuat Indonesia lebih maju.

Jethro Marisi

Lumban Tobing

atau Jethro lahir di

tanggal 24 Mei

2006. Dia sedang

berpendidikan di

sekolah HighScope

Indonesia dengan sekarang kelas 2 SMA dan

memiliki jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Ia

memiliki hobi olahraga, mendengarkan musik.

Dengan menulis artikel “Sampah Luar Angkasa

dan Begadang”, ia ingin memberi perhatian

tentang masalah sampah di luar angkasa untuk

membuat masyarakat internasional untuk sadar

tentang masalah ini dan agar mungkin bisa

diselesaikan di masa depan.

Malika

Prayogi

Una

lahir

pada tanggal 24

Agustus

tahun

2006 di Jakarta,

Indonesia.

ini

Saat

sedang

melanjutkan SMA di Sekolah HighScope

Indonesia dengan jurusan Business and IT.

Penulis memiliki hobi membaca, menonton

serial TV, dan mendengarkan musik. Dengan

menulis karya “Meningkatnya Sampah

Antariksa dan Ancamannya terhadap Luar

Angkasa”, penulis ingin menyampaikan kepada

pembaca mengenai isu sampah antariksa yang

mungkin belum diketahui oleh banyak orang,

penyebab dan dampak dari sampah antariksa,

serta solusi-solusi yang mulai dibangun oleh

beberapa organisasi luar angkasa dalam

mengurangi sampah antariksa.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 40


Nabhan Raditya

Adiwibowo, lahir di

Jakarta tanggal 17

Maret, 2006. Beliau

dikenal sebagai

Nabhan yang sedang

belajar di sekolah

Highscope Indonesia

Sekolah Menengah Atas yang berjurusan Ilmu

pengetahuan Sosial. Beliau mempunyai hobi

bermain game, baca buku, bermain dan nonton

bola, main Anggar, dengerin musik, dan bermain

gitar. Sebagai Penulis dari artikel ini, ia

mempunyai tujuan untuk menyebar informasi

mengenai bahayanya sampah di luar angkasa,

akibatnya untuk masa depan

Alifia Kirana

Aulia lahir di

Jakarta,

Indonesia pada

18 Januari 2006

sekarang

berumur 17 tahun mempunyai ketertarikan

terhadap membaca buku fiksi. Ia menulis karya

mengenai sampah antariksa yang berjudul

“Sampah Antariksa dan Betapa Pentingnya

untuk Diselesaikan” yang bertujuan untuk para

pembaca mengetahui masalah sampah antariksa

yang Bumi alami dan betapa pentingnya untuk

masalah tersebut diselesaikan secepatnya agar

tidak meresikokan masalah lain untuk menimbul

saat masa depan.

Raden Muh Malik

Rasyad Sumintardja

adalah murid Highscope

TB Simatupang. Lahir pada

1 Maret 2005. Dia tertarik

pada bidang sampah

antariksa. Dia berharap,

tulisannya yang berjudul “Sampah Antariksa”

ini dapat bermanfaat bagi semua.

Penulis penelitian ini bernama

Rafael Soekarmadidjaya.

Lahir pada 19 Juli, 2006, dia

adalah anak terakhir dari 3

saudara dan memiliki hobi

bermain game, bulu tangkis,

dan instrumen musik. Penulis

juga bersekolah di Highscope Indonesia sebagai

siswa SMA dengan jurusan Business and IT

(BIT). Berdasarkan penelitian ini, penulis

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 41


berharap untuk membawa perhatian terhadap

masalah krisis energi global dan mengusulkan

solusi jangka panjang.

Jurnal Bumi dan Antariksa | Volume 1 Tahun 2022-2023 | Halaman 42


Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!