28.11.2022 Views

MAJALAH FALAH Edisi 14

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.


2008

PEMBENTUKAN

FORSHEI

Diprakarsai oleh sekelompok

mahasiswa jurusan Muamalah

2004 dan dukung oleh

angkatan 2006.

Forshei resmi masuk menjadi

anggota dari FoSSEI Nasional

1 tahun setelah pembentukan.

2009

JUARA HARAPAN I

Karya Tulis Ekonomi

Syariah se Jateng-DIY

2012

KTEI pada TEMILREG FoSSEI

JUARA II

Cerdas Cermat Perguruan

Tinggi dalam rangka HUT

Bank Indonesia ke- 59

2013

JUARA I

DEI pada TEMILKOM

Semarang FoSSEI

JUARA I

Artikel Ilmiah Ekonomi

Islam pada TEMILKOM

FoSSEI

JUARA III

KTEI pada TEMILREG

Jawa Tengah FoSSEI

2014

JUARA III

KTEI pada TEMILREG

Jawa Tengah FoSSEI

JUARA III

OEI pada TEMILKOM

Semarang FoSSEI

10 BESAR

Business Plan pada

TEMILNAS FoSSEI

KETERANGAN

KTEI

DEI

OEI

TEMILKOM

: Karya Tulis Ekonomi Islam

: Debat Ekonomi Islam

: Olimpiade Ekonomi Islam

: Temu Ilmiah Komisariat

2015

JUARA I

OEI pada TEMILREG

Jawa Tengah FoSSEI

2016

JUARA I

OEI pada TEMILREG

Jawa Tengah FoSSEI

JUARA II

KTEI pada TEMILREG

Jawa Tengah FoSSEI

JUARA II

OEI pada TEMILKOM

Semarang FoSSEI

JUARA II & III

MTQ pada TEMILKOM

Semarang FoSSEI

2017

JUARA III

OEI pada TEMILREGl

Jawa Tengah FoSSEI

10 BESAR

Simposium pada

TEMILNAS FoSSEI

JUARA III

OEI pada TEMILKOM

Semarang FoSSEI

2018

JUARA I

OEI pada TEMILREGl

Jawa Tengah FoSSEI

JUARA I

Infografis pada

TEMILREG JATENG FoSSEI

JUARA III

KTEI pada TEMILREG

JATENG FoSSEI

10 BESAR

Simposium pada

TEMILNAS JATENG FoSSEI

TEMILREG

TEMILNAS

FoSSEI

: Temu Ilmiah Regional

: Temu Ilmiah Nasional

: Forum Silaturrahim

Studi Ekonomi Islam

2019

JUARA UMUM

TEMILREG Jawa Tengah

FoSSEI

JUARA I & III

Infografis pada TEMILREG

Jawa Tengah FoSSEI

JUARA II

KTEI pada TEMILREG

Jawa Tengah FoSSEI

JUARA I

Video Grafis pada TEMILREG

Jawa Tengah FoSSEI

JUARA I & III

OEI pada TEMILREG Jawa

Tengah FoSSEI

JUARA I

OEI pada TEMILNAS FoSSEI

10 BESAR

Simposium pada TEMILNAS

FoSSEI

JUARA II

National Islamic Economic

Competition FEIS 2019

JUARA II

Karya Tulis Ilmiah Tingkat

Nasional Economic Law Event

JUARA III

National Islamic Economic

Competition FEIS

JUARA I, II & FAVORIT

Infografis pada Sharia

Economic Competition

2020

JUARA UMUM

TEMILREG Jateng FoSSEI

JUARA I & III

Videografis TEMILREG

Jateng FoSSEI

JUARA III

Business Plan TEMILREG

Jateng FoSSEI

10 Besar

Lomba Menulis Artikel

Kampanye

Nasional FoSSEI

JUARA II

Lomba Essay Nasional HMJ

HES UIN Walisongo

JUARA II & III

Infografis Nasional Festival

Perbankan 2.0 UIN Walisongo

JUARA HARAPAN III

OEI SESO IPB 2020

JUARA I

Bussines Plan Compotition

Nasional KOBI UIN Walisongo

JUARA I

Bussines Plan Competition

Nasional KOBI UIN Walisongo

JUARA I

Essay SHEVENT FoSSEI

Komisariat Semarang

JUARA I & II

Video Informatif SHEVENT

FOSSEI Komisariat Semarang

JUARA UMUM

Sharia Economic Event (SHEVENT)

FoSSEI Komisariat Semarang

2021

JUARA UMUM

TEMILREG Jateng FoSSEI

JUARA I

OEI pada TEMILREG

Jawa Tengah FoSSEI

JUARA I & II

Vidiografis pada TEMILREG

Jawa Tengah FoSSEI

JUARA II

LKTI pada Section

di Pekalongan

JUARA III

Bussiness Plan SEE VII

2022

JUARA III

Essay SHEVENT FoSSEI

Komisariat Semarang

JUARA I II III

Video Infografis SHEVENT FoSSEI

Komisariat Semarang

JUARA II & III

Olimpiade Ekonomi Islam SHEVENT FoSSEI

Komisariat Semarang

JUARA UMUM

Sharia Economic Event (SHEVENT)

FoSSEI Komisariat Semarang

#FORINFO

DATA KELUARGA

ALUMNI FORSHEI

DATA SEBARAN

PROFESI ALUMNI

FORSHEI

Bisnis

Karyawan

29%

34%

2011

2012

2013

2014

2015

2016

-Juni 2022-

2017

2018

2019

2020

2021

-Juni 2022-

Lainlain

8%

10%

19%

Akademisi

Praktisi LKS

#forsheibisa

ksei_forshei


SUSUNAN REDAKSI

Pelindung

Prof. Dr. H. Imam Taufiq, M.Ag.

(Rektor UIN Walisongo Semarang)

Dr. H. Mohamad Arja Imroni, M.Ag.

(Dekan Fakultas Syariah dan Hukum)

Dr. H. Muhammad Saifullah, M.Ag.

(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam)

Dewan Pembina

Prof. Dr. H. Abdul Ghofur, M.Ag.

Dr. H. Wahab Zaenuri, M.M.

Moh. Arifin, S.Ag.,M.Hum.

Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag.

Saekhu, MH.

Dewan Litbang

Ahmad Munif, M.S.I.

Irham Fukhuluddin, S.EI.

Sofa Hasan, S.H.I.

Mamduh, S.EI.

Asep Saepurrohman, S.E.

A. Ghifary R. Nafis, M.E.

Ahmad Arief widodo, S.E.

Ahmad Ulin Nuha, S.E.

Ahmad Fauzi, S.H.

Penanggung Jawab

Baghas Siwi Wicaksono

(Ketua Umum forshei)

Pimpinan Redaksi

Salsabila Dhiya Alriye

Redaktur Pelaksana

Imron Khumaedi

Fani Ashari

Irma Ryanding Tyas

Anggi Nofita Sari

Hui Aminu Rabih

Ulya Khusna Sri Anjani

Nanda Kharisma Widiya

Shinta Maharani

Siti Shofiatus Saadah

Qurrati A’yun

Sri Wulandari

Nurul Fajriatussaadah

Mokhamad Ali Ibnu Mubarok

Editor

Widya Aprilianingrum

M. Saiful Anwar

M. Idchonul Khakim

Nur Kholifaur Rizqiyah

Maulida Zakiyyatul Ulya

Cover

Fatma Nurrohmah

Desainer & Layouter

Yumniatul Yumna

Dwi Nur Aini

Wahyu Budi Utomo

Nanik Mifrodah

Khulaila Lathuba

DAFTAR ISI

01

02

07

06

08

10

13

16

19

21

24

26

29

31

33

34

35

36

36

SALAM REDAKSI

LAPORAN UTAMA

Arah dan Peluang Pasar Modal

KABAR EKONOMI

Peran Anak Muda terhadap Pembangunan Ekonomi Kreatif:

Aktor atau Figuran?

ROLE MODEL

Farha Ciciek: Penyelamat Anak Buruh Migran

AKADEMISI

Pembudayaan Gaya Hidup Ekonomi Bagi Masyarakat Desa Wisata

ARTIKEL

Pekalongan: Lestarikan Warisan Budaya Melalui Branding World’s

City of Batik

KILAS BALIK

Menelusuri Sejarah Revolusi Batik Semarang

KA FORSHEI

Pelestarian Produk Industri Berbasis Budaya dan Kearifan Lokal

INFOGRAFIS

Akselerasi Tren Budaya dalam Kemajuan Ekonomi Kreatif

WAWANCARA

Desa Wisata Lerep Berdayakan Kearifan Lokal

OPINI

Perkuat Digital Marketing, Langkah Awal UMKM dalam

Meningkatkan Daya Saing Produk Lokal di Masa Pandemi Covid-19

KHAZANAH

The Contribution of Popular Culture to the Performance of the

World Economy

KHAZANAH

أھمیة التعاون في التواصل الاقتصدیة والثقافة

SAHABAT FORSHEI

Cultural Tourism: Menggali Potensi Ekonomi dalam Keragaman

Budaya

RESENSI BUKU

Lestarikan Budaya, Kembangkan Perekonomian

TELUSUR

Berbagai Program dan Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Lokal

INSPIRASI

Ide Kreatif Anak Bangsa

HIBURAN

AGENDA FORSHEI

Forresearch

Talkshow Kepenulisan

Seminar Zakat

Digital Educa on

Kelas Asah Skill

Agenda forshei


Salam Redaksi

Laporan Utama

Anggi

Novita

Sari

Irma

Ryanding

Tyas

Nurul

Fajriatus

saadah

Sri Wulandari

Shinta

Maharani

Merekam Makna Kota Lama: Cerita Setitik dan

Eksplorasi Batik Semarang

Salsabila Dhiya Alriye Kader 2019

Ibnu

Qurrati

A’yun

Assalamua’laikum Warahmatullah Wabarakatuh

Salam Redaksi

Siti

Shofiatus

Saadah

Imron

Khumaedi

Hui Aminu

Rabih

Ulya Khusna

S.A

Nanda

Kharisma

Widiya

Fani

Ashari

Salsabila Dhiya Alriye

(Pimpinan Redaksi)

Kami segenap redaktur Majalah Falah edisi ke XIV memanjatkan puji dan syukur atas segala

rahmat dan nikmat yang diberikan Allah SWT sehingga majalah ini dapat terbit dan sampai di

tangan Pembaca semua. Dengan hangat kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak

yang telah berpartisipasi dalam proses pembuatan majalah kali ini sebagaimana hal tersebut

menjadi upaya kita bersama untuk senantiasa merawat kepekaan dan semangat berliterasi.

Tema yang kami angkat “Penguatan Ekonomi Lokal: Antara Budaya dan Berdaya” merupakan hasil

refleksi kami terhadap keterkaitan antara dimensi ekonomi dan kebudayaan dalam konteks

pemberdayaan. Kami mendapati budaya sebagai subjektivitas kolektif mempunyai peran strategis

dalam mengembangkan kehidupan masyarakat, karena apabila kebudayaan diberdayakan dampak

positif akan turut mengalir di sekitarnya.

Indonesia terhimpun dari berbagai tradisi dan sumber pengetahuan lokal yang sangat kaya

dan hidup. Sejak tahun 2019 Indonesia menjadi negara pertama yang memiliki Indeks

Pembangunan Kebudayaan (IPK) dan dimensi ekonomi budaya menjadi salah satu indikator

ketercapaian. Untuk itu di tengah gempuran arus teknologi dan informasi yang semakin kuat,

kesadaran mengenai potensi pengoptimalan peran kebudayaan dalam membangun perekonomian

mesti terus dilakukan.

Melalui majalah ini kami menghadirkan berbagai tulisan yang membahas isu penguatan

ekonomi dengan kebudayaan. Kami menyadari bahwa majalah ini tidak luput dari kekurangan

sehingga kami berharap adanya masukan dan saran dari semua pihak agar majalah ini dapat

berkembang lebih baik. Semoga majalah ini dapat bermanfaat bagi Para Pembaca.

Wassalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatu.

Pimpinan Redaksi

Salsabila Dhiya Alriye

angan-tangan itu nampak

Tberhati-hati menggoreskan

canting di atas kain putih

bermotif batik. Mata mereka awas dan fokus

mengikuti ritme, kemanapun tangan mereka

akan bergerak pada sisi-sisi kain dan

membubuhi lilin. Setelahnya detail motif akan

terlihat lebih jelas dengan warna coklatkejinggaan.

Sekali-kali canting itu

diletakkannya di atas wajan panas untuk

mencegah cairan di dalamnya menjadi beku.

Jarum jam menunjukkan pukul empat sore,

sambil menunggu canting siap dipakai

kembali, Wuning, Basyiroh, Tasya dan Jessie

yang sedang duduk melingkar akan

mengobrol, bertukar kabar dan sesekali

melempar guyon ringan, suasana-pun

langsung terasa akrab dan hangat di

penghujung hari Kamis 17 November 2022.

“Setiap canting itu punya ciri khasnya

sendiri,” ujar Jessie seraya membubuhi kain di

tangannya dengan cairan lilin. Gerakannya

luwes dan goresannya terlihat rapi.

Terkadang, ia memberi saran kepada

Wuning, Basyiroh dan Tasya tentang bagian

kosong mana dari motif yang mesti diisi,

ataupun garis mana yang sebaiknya

diperjelas. Ia kerap kali juga melontarkan

apresiasi sekaligus pujian yang disambut

senyum di wajah ketiga perempuan itu.

17 November 2022 merupakan hari

yang istimewa bagi Jessie. Pada hari itu tepat

satu tahun sudah Jessie bersama dengan

Setitik membuat media alternatif belajar

membatik secara gratis dan terbuka bagi

siapa saja, yang dinamainya sebagai “Mbatik

Jalanan”.

Jessie Setiawati

(Owner Setitik)

1

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 2


Laporan Utama

Laporan Utama

Setiap bulan, pada hari Kamis minggu

ketiga, Jessie beserta beberapa volunteer dari

pekerja toko sekitar Kota Lama juga

mahasiswa akan menggelar lesehan di jalanan

Kota Lama, Semarang. Namun, jika cuacanya

sedang tidak mendukung dan turun hujan,

kegiatan Mbatik Jalanan akan dialihkan ke

dalam ruangan kafe sekitar, Tokodeko

Koffiehuis.

Sore itu, awan hitam besar sedang

menggantung di langit Kota Lama dan turun

hujan gerimis, akibatnya kegiatan dilakukan di

teras dalam kafe, bersebelahan dengan

tempat di mana pelanggan biasanya memesan

menu. Tak jarang beberapa pelanggan kafe

yang penasaran akan datang dan berdiri

mengamati dengan sesekali memotret.

Kawan-kawan yang ikut membatik

berasal dari ragam latar pekerjaan dan

rentang usia. Utamanya adalah mereka yang

hidup dan mencari penghidupan di Kota

Lama. Seperti Wuning, asli Cilacap yang

sekarang tinggal di dekat kawasan, Basyiroh

yang bekerja sebagai juru parkir dan Tasya

yang berjualan di sekitar Kota Lama. Menurut

Jessie ketiganya adalah yang paling konsisten

mengikuti kegiatan Mbatik Jalanan selama

satu tahun ini.

“Terimakasih ya, saya sudah diajari

membatik,” ucap Wuning tersenyum lebar,

selepas Setitik merekam video kesan dan

pesan selama satu tahun kegiatan.

Petang menyelimuti Semarang, acara

Mbatik Jalanan ditutup dengan makan soto

bersama dan mengobrol di seberang kafe.

Setelah itu Wuning, Basyiroh, Tasya dan

Jessie berpisah untuk melanjutkan rutinitas

masing-masing.

Di Balik Di Tembok Balik Tembok Kota Lama: Kota Art, Lama: Story Art, dan

Story Sosial dan Sosial

Mbatik Jalanan ini kan gratis, semua

biayanya ditanggung Setitik, apa justru nggak

rugi?

Ketika mendapat pertanyaan itu,

Jessie menjawab dengan menekankan

semangat dan nafas gerakan yang dibawa

Setitik sejak pertama kali dirintis.

“Ada tiga hal yang mendasari

bergeraknya Setitik, yang pertama art

tercipta dari motif batiknya sendiri. Kedua

story, tercipta dari sejarah bangunan cagar

budaya yang diangkat dan sosial,” ujarnya.

Jessie mengatakan tidak ada teori

seperti itu; bahwa Setitik akan merugi jika

rutin mengadakan Mbatik Jalanan secara

gratis. Menurutnya tidak akan pernah,

berbagi dengan tulus lantas membuat kita

menjadi kekurangan.

Selepas satu tahun ini, perempuan

yang merupakan owner dari Setitik itu justru

mempunyai keinginan lanjutan untuk

membantu kawan-kawan yang ikut Mbatik

Jalanan, agar dapat memperoleh pendapatan

di luar dari pekerjaan mereka biasanya.

Meskipun sejak awal Jessie tidak

pernah menjanjikan hal apapun kepada

mereka seperti uang dan hal-hal yang

sifatnya materiil, tetapi kemudian Ia melihat

batik tulis yang dibuat oleh kawan-kawan

layak untuk diperjualbelikan.

“Hasil-hasil mereka yang memang

layak dijual ya akan kita jual. Nah, dari Setitik

akan menjual karya ini dengan nominal

tertentu. Karena masih baru, nanti hasilnya

dikurangi ongkos produksi dan sisanya itu

untuk tambahan (penghasilan) mereka. Baru

tadi aku umumin karena selama ini mereka

juga niatnya hanya belajar,” jelasnya sambil

memperlihatkan hasil karya Mbatik Jalanan

yang sudah bertransformasi dalam bentuk

tote bag berwarna biru, dengan motif batik

yang diambil dari Gedung Monod di

tengahnya.

“Mereka gumun dengan hasilnya.

Bagus,” tambahnya.

Jessie tidak lupa untuk

mencantumkan credit dari batik tulis

yangtelah dibuat oleh kawan-kawan. Ia

bersama Setitik berniat me-launching-kan

tote bag pada bulan Desember dan

manarasikan produk yang dibuat oleh

Wuning, Basyiroh dan Tasya itu dengan nama

mereka sebagai pembuatnya, serta tentu saja

dengan nilai-nilai sejarah di balik motif

tersebut. Tote bag dipilih dengan

pertimbangannya sebagai benda yang

fungsional dan marak digunakan banyak

orang hari ini.

Jessie mengaku di awal perkenalan,

Wuning, Basyiroh dan Tasya sudah

menceritakan tentang diri mereka beserta

latar belakang mereka mengapa sampai

memutuskan untuk mencari penghidupan di

Kota Lama. Ketika mengajak mereka ikut

dalam kegiatan Mbatik Jalanan sendiri, Jessie

menjelaskan bahwasanya kegiatan ini untuk

asik-asikan dan berkarya bareng.

Namun bagi Jessie, mereka yang

sudah lama hidup di Kota Lama semestinya

juga mengerti tentang sejarah bangunan

cagar budaya di daerah itu, dan secara lebih

jauh merasa dekat dengannya. Jadi, Wuning,

foto: kronikkaltim.com

Basyiroh dan Tasya pelan-pelan sembari

membatik juga diberitahu oleh Jessie

mengenai asal-muasal di balik motif-motif

yang mereka canting, yang diambil dari

bangunan-bangunan cagar budaya di Kota

Lama.

“Sebenarnya siapa yang dijaga?

bangunannya itu kan tidak hidup, tetapi

sebenarnya kan ini persoalan manusia di

dalamnya yang biasa tinggal di area ini,

mereka bisa hidup dan menghidupi keluarga

mereka dari sini," katanya.

Jessie terus berharap makin banyak

orang yang terlibat dalam kegiatan Mbatik

Jalanan, mengingat respon dari orang-orang

terdekat dan luar yang cukup positif.

“Ini (batik tulis hasil Mbatik Jalanan)

tak tunjukkin juga ke mereka, ini buatannya

ibu-ibu yang jualan di Kota Lama. Mereka

gumun lho kok bisa mbatik, gitu katanya,” ucap

Jessie.

Selain Mbatik Jalanan, Setitik juga

rutin setiap bulannya menyelenggarakan

kelas membatik reguler di kafe-kafe daerah

Kota Lama. Kelas ini memiliki kuota

maksimum 100 orang dan berbayar dengan

rentang harga 125 sampai 150 ribu rupiah.

Biaya tersebut sudah termasuk dengan

kegiatan belajar mulai dari proses

penyantingan hingga perwarnaan full pada

satu kain.

“Dari angka itu sebetulnya masih ada

laba yang ngga terlalu banyak, nah itu yang

aku sisihin buat kit-nya karena peserta kan

butuh kain, malam, canting, (dan untuk)

temen-temen volunteer yang mbantu. Biasa

setelah acara kita makan, ngemil atau jajan,

paling untuk itu, sih,” ujarnya.

Kenapa Mengangkat Motif Cagar

Kenapa Mengangkat Motif Cagar Budaya?

Budaya?

Jessie bercerita, sebelum memutuskan

untuk merintis Setitik dan fokus bergerak

sebagai desainer motif bangunan cagar

budaya, Ia pertama kali datang ke Kota Lama

untuk melakukan survei tugas akhir

3 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 4


Laporan Utama

Laporan Utama

perkuliahan (skripsi). Berbeda dengan

sekarang, waktu itu Kota Lama masih dikenal

sebagai daerah yang kumuh, identik dengan

banjir dan tingkat kriminalitas yang tinggi

(Revitalisasi baru dilakukan pada tahun 2017-

2021 lewat Surat Edaran Wali Kota Semarang).

Perempuan yang pada saat itu

mengambil program studi Desain Komunikasi

Visual lantas merasa miris. Ia justru melihat

Kota Lama sebagai daerah yang potensial dan

kaya makna. Akhirnya tumbuh keinginan

dalam diri Jessie untuk mengangkat Kota

Lama melalui batik.

Tahun 2012 Jessie mengambil pilihan

untuk mulai belajar membatik di Kampung

Batik Semarang. Ia memutuskan untuk

berhenti dari pekerjaannya kala itu dan

menekuni keinginannya untuk merintis

Setitik. Membatik, baginya adalah proses yang

menyenangkan dan baik untuk mengolah

emosi. Sampai saat ini, Ia memaknai

membatik sebagai jalan meditasi.

“Setitik fokus ingin mengembangkan

Kota Lama beserta manusia di dalamnya.

Untuk motif yang diangkat spesifiknya yaitu

bangunan. Kita ambil dari eksterior maupun

interior yang nempel dibangunannya, (untuk)

kita olah menjadi motif batik,” jelas Jessie

yang pada saat diwawancarai menggunakan

setelan kemeja hijau dan rok putih bermotif

batik Gereja Blenduk.

Ia pun turut menjelaskan pakaian yang

dikenakannya. Untuk motif atasan berasal

dari pola ukiran kayu pada podium altar

sedangkan untuk motif bawahan rok

terinspirasi dari pola ubin Gereja Blenduk.

Sampai sekarang, Setitik telah

mengembangkan sembilan motif yang

keseluruhannya diambil dari bangunan

Koloniale Bank, Gedung Monod, Gereja

Blenduk, Bank Mandiri di Jalan Empu

Tantular, Jiwa Sraya di seberang Gereja

Blenduk, De Spaarbank te Semarang, Asuransi

Bintang, Marabunta dan Kafe Tekodeko

Koffiehuis.“Ada ilmu dan sejarah ya. Setiap

kain pasti udah kita bubuhin dari sejarah

bangunannya, berkaitan dengan motifnya itu

dari mana. Karena memahami cerita itu

penting agar nantinya Kota Lama tidak hanya

dilihat sebagai tempat wisata saja, tetapi

mereka (pengunjung) juga bisa menghargai

dan mengerti sejarahnya, dan akhirnya punya

nilai bersama,” ucapnya.

Jessie menjelaskan bahwa di masa

depan sangat memungkinkan bagi Setitik

untuk mengangkat motif batik dari cagar

budaya lainnya seperti Candi Borobudur,

Prambanan dan Sawah Lunto.

Untuk proses produksinya sendiri,

Setitik memerlukan kurang lebih dua bulan

untuk pengerjan kain. Prosesnya dimulai dari

menggambar kain, menyanting motif utama,

isen (memberikan isian pada motif),

pelunturan malam dan pewarnaan.

Karena batik tulis memerlukan proses

yang begitu lama, biasanya Setitik hanya

menggunakan batik tulis sebagai portofolio

dengan sistem pemesanan pre-order (by

request). Sedangkan untuk produksi massal

dibuat melalui batik cap, agar bisa diolah

menjadi macam-macam produk seperti tas

dan souvernir dengan waktu yang relatif lebih

singkat.

Guna mengenalkan produk kepada

khalayak umum, Setitik biasanya ikut aktif

dan turut serta dalam kegiatan workshop,

pameran dan bazar di samping bergerilya di

media sosial Instagram. Sebab ia

menyayangkan dalam pengenalan produk

yang sifatnya online, biasanya orang-orang

akan melihat produknya secara kasar tanpa

mengetahui cerita di balik produk tersebut,

yang mana hal ini tidak sejalan dengan

maksud Setitik yang ingin membagi

pengetahuan tentang sejarah Kota Lama.

Jessie juga mengaku sering mengikuti

banyak event yang diadakan oleh berbagai

kementerian sebagai upaya belajar dan

mendapatkan ilmu tentang bisnis sekaligus

pengelolaan UMKM yang akan bermanfaat

bagi Setitik ke depannya.

Problem Problem Bersama Bersama yang Jangan yang Jangan Sampai

Sampai Diluputkan Diluputkan

“Setitik itu berarti dimulai dari titik,

titik demi setitik lama-lama menjadi batik,

yang dihargai adalah prosesnya,” jawab Jessie

ketika ditanyai apa filosofi dari nama Setitik.

Alasan Jessie bersama Setitik

mengajarkan proses batik ke orang luar

melalui Mbatik Jalanan maupun kelas reguler

didasari oleh keresahan dari makin

berkurangnya jumlah pembatik tulis di

Semarang.

Sedangkan ide membuat motif batik

dari bangunan di Kota Lama muncul ketika

Jessie menyadari banyak orang yang tidak

mengenali sejarah di balik bangunan Kota

Lama yang mereka lihat hari ini. Kota Lama

dikenal hanya sebatas tempat wisata.

Pelestariannya masih dipinggirkan sedangkan

pariwisatanya yang diunggulkan habishabisan.

Jessie melihat core permasalahan

dari sana. Untuk itu, Setitik mencoba

menjawab permasalahan itu.

“Setitik ingin bisa mengajak sebanyak

mungkin orang untuk memahami. Karena ini

kan permasalahan bersama ya, bukan

permasalahan Setitik,” ujar Jessie sambil

tertawa singkat.

Jessie merasakan ada banyak support

dari berbagai pihak yang berperan besar

untuk membawanya sampai pada titik ini.

Termasuk penghargaan sebagai juara tiga

yang diterima Setitik dari UNESCO. Selama

prosesnya Jessie bertemu dengan berbagai

orang dengan visi yang sama sepertinya,

betul-betul menghargai cagar budaya.

Jessie berkeinginan untuk terus

menciptakan banyak karya melalui Setitik.

Selain itu besar harapan Jessie, agar pesan

dan nilai yang ingin diangkat dalam karyakarya

Setitik melalui visi art, story dan sosial

dapat tersampaikan dan semakin banyak pula

orang-orang yang ikut melestarikan budaya

kita bersama.

Berbagai Produk Setitik

19 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 20


Kabar Ekonomi

Kabar Ekonomi

Peran Anak Muda terhadap Pembangunan

Ekonomi Kreatif: Aktor atau Figuran?

Anggi Nofita Sari Kader 2020

Anak Muda dan Ekonomi Kreatif

Saat ini anak muda banyak

diperbincangkan mulai dari aspek pendidikan,

teknologi, mental, sosial, moral dan budaya.

Baik perbincangan yang positif sampai

perbincangan negatif. Ada yang melontarkan

pernyataan bahwa anak muda diasumsikan

sebagai kaum yang malas dan narsis. Namun,

ketika anak muda sudah mulai kritis, mulai

peka terhadap suatu permasalahan, sudah

merasakan keresahan ketika ada sesuatu yang

salah. Kemudian anak muda memilih untuk

melakukan aksi nyata melawan kebatilan

tersebut, maka di sanalah awal mula

perubahan untuk sebuah peradaban yang

gemilang. Pada umumnya seperti yang

disebutkan di awal banyak yang memaparkan

bagaimana ciri atau karakteristik anak muda,

ada yang memandangnya dari sisi negatif

namun juga tidak sedikit yang

memandangnya dari sisi positif. Produktif,

aktif di media sosial, mudah berbagi,

semangat yang sedang menggebu-gebu,

kritis, praktis merupakan sebagian kecil ciri

atau karakteristik dari anak muda. Namun

sangat disayangkan ketika mendengar atau

melihat anak muda banyak yang menyimpang

dan tidak seperti yang diharapkan sebagai

pembawa perubahan bangsa ini umumnya.

Dan tentu hal ini menjadi hal yang perlu

diperhatikan bersama dan ditangani dengan

cara yang mereka butuhkan, salah satunya

dalam bidang ekonomi.

Lalu, apa korelasi anatara anak

muda dengan ekonomi kreatif? anak muda

tidak hanya penikmat dari kemajuan digital

saat ini tetapi dikehidupan digital ini banyak

dari mereka yang bahkan membentuk

masyarakat digital di negara kita dengan

adanya bisnis start-up yang banyak di

Indonesia membuat ekonomi kreatif terus

meningkat karena tidak hanya menghasilkan

uang tapi juga lapangan pekerjaan sangat luas.

Bisnis start-up dan e-Commerce merupakan

salah satu pengaruh milenial bagi ekonomi

kreatif Indonesia bahkan Indonesia berada

pada urutan keempat dengan jumlah start-up

terbesar di dunia. Sumber daya yang dimiliki

oleh anak muda merupakan tulang punggung

ekonomi kreatif Indonesia.

Anak muda mempunyai peran

penting dalam meningkatkan ekonomi kreatif

baik dengan karyanya, cara berpikir serta

semangatnya, hal ini akan membuat pola pikir

serta kreatifitas yang akan mendapatkan hasil

pula. Kita sebagai milenial harus berperan

dalam perkembangan ekonomi kreatif

Indonesia sekecil apapun bentuknya.

Untuk itu mari sama-sama menjadi generasi

yang selalu menggunakan teknologi dan

media soaial dengan bijak dan terus

mengasah kemampuan diri untuk bisa

bersaing dengan perubahan zaman.

Foto : amp.suara.com

Data Perkembangan Ekonomi

Kreatif pada Kurun Waktu

2020/2021

Menteri koordinator bidang

perekonomian Airlangga Hartanto

mengatakan, Indonesia merupakan pangsa

yang sangat besar untuk konten-konten

industri kreatif digital. Menurut data We Are

Social, jumlah pengguna internet di

Indonesia pada 2021 mencapai 202,6 juta jiwa

atau 73,7 persen dari populasi dan 98,5

persen dari jumlah tersebut didominasi oleh

anak muda.

Saat ini terdapat sekitar lebih dari 8,2

juta jumlah usaha kreatif di Indonesia yang

didominasi oleh usaha kuliner, fashion, dan

kriya dengan pertumbuhan terpesat.

Berdasarkan publikasi Kemenparekraf,

tercatat pada tahun 2020 sub sektor

ekonomi kreatif menyumbangkan Rp 1.153,4

Triliun PDB atau 7,3 persen terhadap total

PDB Nasional, 15,2 persen tenaga kerja, dan

11,9 persen ekspor. Pertumbuhan yang pesat

di sektor ini didukung oleh semakin

tingginya adopsi teknologi digital di

masyarakat.

Seperti yang dilansir dari

katadata.co.id, dimana subsektor game

developer mengalami pertumbuhan sekitar

4,47 persen dengan menyumbang PDB

sebesar Rp24,88 triliun di Desember 2021.

Dimana semua yang berkontribusi di dunia

game developer berasal dari anak muda.

Selain dari subsektor gim, subsektor

periklanan juga menunjukkan pengaruh yang

amat baik terhadap ekonomi kreatif,

sebagaimana banyak anak muda yang

semakin melek digital dan memiliki

kreativitas yang sangat beragam.

Seperti yang dilansir dari

kebudayaan.kemdikbud.go.id, Direktorat

Jenderal Kebudayaan bekerja sama dengan

Koalisi Seni Indonesia (KSI) menggelar

Economics Cultural Forum di Center for

Strategic and International Studies (CSIS).

Dimana hal ini sebagai salah satu langkah

dukungan pemerintah dalam proses

pembentukan mental anak muda dalam

pembangunan ekonomi kreatif. Dengan

mengangkat isu melihat pentingnya ekonomi

berbasis kebudayaan sebagai salah satu

faktor utama dalam pembangunan manusia

Indonesia.

Berdasarkan survei yang telah

dilakukan pemerintah terhadap literasi

digital Indonesia pada anak muda yang mana

menghasilkan adanya peningkatan indeks

literasi digital Indonesia di tahun 2021

sebesar 0,03 poin dari 2020 yang memiliki

skor 3,46. Sehingga dengan adanya

peningkatan indeks literasi digital ini,

diharapkan mampu mendorong skill anak

muda untuk semakin matang sehingga

mampu membawa industri kreatif Indonesia

ke arah yang lebih cerah dan mampu

bertahan dari segala ancaman ekonomi.

Dengan begitu, anak muda merupakan aktor

utama dalam upaya pembangunan ekonomi

kreatif Indonesia.

Foto : infojateng.id

3 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 4


Role Model

Role Model

Farha Ciciek: Penyelamat Anak Buruh Migran

Ulya Khusna Sari Kader 2020

anyak orang hebat yang ikut

Bserta dalam mengembangkan

ekonomi dan budaya

Indonesia. Yap, salah satu orang hebat

tersebut adalah Dra. Farha Ciciek, M.Si aktivis

perempuan yang melakukan pendampingan

perempuan dan anak di desa, kebanyakan

buruh migran dan keluarganya, dalam

peningkatan kepemimpinan, kewirausahaan,

dan kemampuan.

Wanita kelahiran Ambon, 26 Juni 1963

ini melakukan aksi hebatnya tersebut ketika

muncul rasa empati terhadap anak-anak kecil

yang ditinggal orang tuanya berkerja.

Sejatinya anak-anak kecil masih

membutuhkan kasih sayang lebih dari orang

tuanya dan kebersamaannya. Akan tetapi

realitasnya saat ini banyak anak-anak yang

ditinggal orang tuanya bekerja. Tak heran jika

saat ini banyak aktivis yang fokus pada

pemberdayaan atau pembelaan terhadap

TKW ataupun TKI, sementara anaknya luput.

Padahal anak-anak tersebut masih sangat

membutuhkan perhatian.

Akhirnya wanita berdarah Arab dan

Jawa ini bersama suami Dr. Ir. Supaohardjo,

MSi membuat aksi nyata wujud dari rasa

empati yang dirasakannya itu. Beliau

membuat komunitas belajar dan bermain

untuk menghibur anak-anak yang ditinggal

orang tuanya Nama komunitas yang dibangun

yaitu komunitas Tanoker. Tanoker adalah

Bahasa Madura yang berarti kempompong.

Kepompong sendiri bermakna tempat

“transit” ulat untuk menjadi kupu-kupu.

Bahasa Madura adalah Bahasa sehari-hari

masyarakat di Ledokombo yang berjarak

sekitar 25 Km dari Jember. Sekilas tak ada

yang istimewa dari nama Tanoker, namun

dari kepompong sederhana itu, tumbuh

generasi baru bermasa depan cerah. Tanoker

ini dikelola untuk saling menguatkan demi

menciptakan perdamaian, keadilan dan

kesejahteraan, untuk generasi penerus

bangsa.

Mengapa komunitas tersebut berada

berada di Ledokombo? Karena mayoritas

masyarakat di Ledokombo sebagian bekerja

sebagai buruh tani, tukang ojek, sopir,

pedagang kecil, bahkan buruh migran dan

sektor informal lainnya. Jadi disana banyak

anak-anak yang ditinggalkan oleh orang

tuanya bekerja, kebanyakan pekerja migran.

Mula-mulanya Ciciek menghibur

anak-anak dengan berbagai permainan.

Permainan yang dikembang dalam Tanoker

adalah permainan egrang yang biasa dibuat

dari bambu atau kayu. Tak lama kemudian

setelah ada syuting Si Bolang di Ledokombo

yang salah satunya di sawah, akhirnya muncul

ide permainan polo lumpur.

Meskipun demikian, pada hakekatnya

banyak pelajaran yang bisa didapatkan anakanak

dari permainan tersebut, seperti

kejujuran, kebersamaan, perhatian, dan cinta

lingkungan. Intinya adalah menanamkan

karakter yang baik untuk anak.

Ciciek juga mengajak anak-anak

Ledokmombo belajar. Untuk mendidik anakanak

belajar, Tanoker memulainya dengan

membaca buku. Disana pun disediakan

fasilitas perpustakaan untuk membaca anakanak.

Dengan prinsip bahwa anak-anak

adalah pemilik masa depan, sehingga generasi

mereka tidak boleh hilang, memenuhi dan

melindungi hak anak serta meningkatkan

kualitas hidup anak, Ciciek pun

mengembangkan kolaborasi pengasuhan

gotong royong. Wanita tersebut kemudian

bergerak membuka sekolah parenting untuk

ibu (Sekolah Bok-Ebok), ayah (Sekolah Pak-

Bapak), hingga kakek-nenek (Sekolah Yang-

Eyang). Tujuannya adalah agar semua dewasa

yang berada di lingkungan anak-anak

teredukasi dan paham bahwa pengasuhan

anak bukanlah tanggung jawab satu pihak.

Seiring berjalannya waktu, Tanoker

Ledokombo mulai di kenal orang banyak.

Orang-orang tau Ledokombo karena ada

festival egrang. Permainan egrang terkenal

bahkan menjadi ikon kultural dari

Ledokombo. Mengapa? Karena berdasarkan

filosofinya, selain hanya menjadi permainan

rakyat, egrang juga memiliki nilai unsur

pengatahuan dan teknologi tradisonal,

olahraga tradisional, sampai seni pertunjukan.

Kegiatan festival egrang yang

diadakan tersebut berupa berbagai lomba,

jambore tingkat nasional untuk anak-anak,

seminar, bazar, pameran dan lain-lain.

Kegitan festival tersebut menarik orang

banyak dari warga lokal bahkan sampai turisturis

berdatangan dari mancanegara untuk

hadir dalam festival egrang tersebut.

Pengalaman pelaksanaan festival

egrang di Ledokombo saat ini telah memasuki

tahun ke-10, menunjukkan bahwa egreng

mampu mengubah perekonomian bagi warga

desa Ledokombo dan sekitarnya. Adanya

festival tersebut membuka peluang bagi

masayarakat Ledokombo dalam menambah

pendapatannya, seperti membuat kerajinan,

souvenir, membuat makanan/minuman,

bahkan membuka homestay bagi para

pelancong.

Kehebatan Ciciek di Ledokombo ini

sudah terbilang sukses, Ciciek berhasil

menjadikan Ledokombo menjadi daerah yang

dikenal oleh banyak orang. Kesuksesan

aktivitasnya dalam Ledokombo tersebut

Ciciek nikmati dengan penuh kerelaan dan

kegembiraan. Tak heran jika kesuksesannya

mengantarkan dirinya sebagai salah satu dari

1000 Peace Women pada tahun 2005 yang

dinominasikan untuk menerima Nobel

Perdamaian.

Atas usahanya melakukan pendekatan

alternatif demi menciptakan kesamaan

gender di Indonesia pada tahun 2007, Ashoka

International menganugerahinya sebagai

social motivator. Pada tahun 2013, Ciciek

mendapat penghargaan She Can Award dari

Tupperware. Ciciek juga dianugerahi Kartini

Award oleh PT Telkom pada tahun 2014. Pada

tahun 2017, bersama dengan Supo, Ciciek

menerima penghargaan sebagai ikon

Pancasila. Ciciek juga mendapatkan

penghargaan dari Radio Jember sebagai

Women of The Year 2020.

5 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 6


Akademisi

Akademisi

Pembudayaan Gaya Hidup Ekonomi Bagi

Masyarakat Desa Wisata

Prof. Dr. H. Mujiyono

rend pengembangan desa

Twisata merupakan tren

untuk sektor ekonomi kreatif

berbasis pariwisata yang mengambil lokasi di

desa. Fenomena desa wisata menjadi objek

menarik yang perlu kita kaji dan perhatikan.

Daya tarik pariwisata dilihat dari filosofinya

dapat dijelaskan bahwa desa wisata memiliki

nilai filosofisnya. Nilai filosofis desa wisata

setidaknya berbasis pada tiga aspek, yaitu

aspek ontologi, aspek epistimologi, dan aspek

aksiologi.

Pertama, secara ontologi desa

wisata memiliki ontologi yang berbeda

dengan ontologi pariwisata yang lain. Desa

wisata merupakan interaksi antara objek

wisata di pedesaan dengan subjek baik orang

desa ataupun orang perkotaan bahkan

mancanegara. Daya magnet desa wisata

sangat tergantung pada tingkat keunikan baik

dari sisi kultural, alamiah, masyarakat,

religiusitas, dan sisi pengembangan serta

pengelolaan yang ada di sana.

Kedua, secara epistimologi,

pengelolaan desa wisata bisa saja terjadi

bagaimana kearifan masyarakat pemangku

kepentingan di desa wisata mengolah potensi

desa wisata dengan perangkat metodologis

dan teknologis, sehingga menemukan

karakter tersendiri. Hal ini tergantung pada

realitas masyarakatnya, kearifan masyarakat,

dan stakeholder pengembang termasuk

pembina pengembangan kawasan desa

wisata.

Ketiga, secara aksiologi bahwa nilai

keindahan, keunikan, keagungan, kebesaran,

dan hal unik di desa menjadi sebuah wahana

Dosen UIN Walisongo

untuk melakukan sebuah refreshing,

menyegarkan pikiran, hati, spiritual. Sehingga

yang semula kita penat maka setelah

menikmati desa wisata kita akan kembali

menjadi refresh sepulangnya.

Potret Desa Wisata

Nilai desa wisata di Indonesia dapat

dikategorisasikan menjadi bagus, sedang,

biasa saja, atau bahkan rendah. Hal tersebut

dapat dilihat melalui dua indikator, yaitu

tingkat partisipasi dan tingkat manfaat.

Pertama, tingkat partisipasi dilihat dari aspek

perangkat desa, tokoh masyarakat, struktur

sosial masyarakat, kelompok sosial

masyarakat. Semakin optimal partisipasi

stakeholder dan masyarakat dalam aktivitas

desa wisata maka peringkatnya semakin

tinggi, begitu pula sebaliknya. Kedua, tingkat

manfaat dari efek ekonomi desa wisata bagi

kelompok pengelola khusus atau untuk

masyarakat yang lebih luas. Sebagai contoh di

suatu desa memiliki wisata air yang dapat

dikembangkan dengan pertunjukan kesenian,

kuliner, dan karya ekonomi masyarakatnya.

Prospek Desa Wisata

Jika diperhatikan, desa wisata yang

tumbuh berkembang diibaratkan seperti

jamur di musim penghujan yang artinya

tumbuh dimana-mana. Hal ini memiliki dua

kemungkinan, pertama adalah akan lestari

atau hanya menjadi objek wisata semusim. Hal

tersebut tergantung pada potensi desa wisata

yang lebih stabil, kekal, lestari. Sedangkan

kemungkinan kedua adalah pengelolaan desa

wisata dengan sentuhan masa depan berbasis

futuristik. Pengelolaan desa wisata bukan apa

adanya, namun bagaimana yang ada itu dibuat

sedemikian rupa bukan hanya alamiah.

Saat ini banyak objek wisata berbasis

viral yang hanya memiliki daya dukung cukup

rendah. Desa wisata dapat survive

tergantung pada loyalitas audience desa

wisata tersebut. Apabila memiliki keunikan

maka pengunjung akan mengulang dan

merekomendasikan serta memanfaatkan

untuk kepentingan positif lainnya. Namun,

apabila desa wisata tidak didukung dinamisasi

dan inovasi dapat mangkrak. Akan sulit

memiliki daya tarik bagi pengunjung untuk

kembali lagi ke desa wisata tersebut.

Pembudayaan Gaya Hidup Ekonomi

Dalam rangka mendukung

pencapaian ekonomi desa berbasis

pengembangan wisata desa supaya lebih

signifikan dan bermakna maka perlu

dikembangkan pembudayaan gaya hidup

ekonomi bagi masyarakat desa. Gaya hidup

ekonomi berbasis pada sikap, tindakan,

perilaku hidup yang berdasar pada kalkulasi

ekonomi. Budaya ekonomi masyarakat

dibedakan menjadi budaya ekonomi

tradisional dan budaya ekonomi rasional.

Masyarakat desa bisa saja berpikir rasional

dan bagaimanapun orang kota bisa saja

berpola pikir, berbudaya, dan bergaya

ekonomi secara tradisional. Budaya ekonomi

tradisional adalah bahwa kesejahteraan

ekonomi merupakan takdir Tuhan atau

dikenal dengan kelompok jabariyyah bahwa

semua hal sudah diatur Tuhan, manusia

hanya menjalankannya. Kemudian, budaya

ekonomi rasional adalah tindakan selalu

didasarkan dengan pertimbangan rasio dan

logika. Dilakukan secara sistemik dan

komprehensif bahkan integratif. Budaya

ekonomi yang rasional mengacu pada masa

depan yang lebih baik, futuristik karena dekat

dengan kaum milenial. Budaya ekonomi

rasional biasa dikenal dengan neomuktazilah

atau sebuah komunitas yang bergaya

progresif dinamis.

Gerakan pembudayaan ekonomi

budaya tergantung pada beberapa hal yang

harus didukung oleh perangkat ideologis,

politis, kultural, dan sosial. Perangkat

pengembangan budaya ekonomi tergantung

pada aspek dukungan ideologi yang dapat

berbasis agama. Menjadi diri sendiri dan

bertanggung jawab pada tindakan

ekonominya akan menyongsong masa depan

menjadi lebih bagus.

Prof. Dr. H. Mujiyono

(Dosen UIN Walisongo

Semarang)

9 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 10


Artikel

Artikel

Pekalongan: Lestarikan Warisan Budaya Melalui

Branding World's City of Batik

Siti Sofiatus Saadah

atik merupakan hasil karya

Bbangsa Indonesia yang

memadukan antara seni dan

teknologi. Batik dapat berkembang hingga

tingkatan yang tidak ada bandingannya, baik

dari segi desain, motif dan prosesnya. Selama

ini seni kerajinan batik tumbuh di Yogyakarta

dan Solo. Namun, sebutan Kota Batik justru

melekat pada Pekalongan. Jika mendengar

kata “Pekalongan”, yang akan diingat adalah

batik. Kota yang terletak di jalur Pantura yang

menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya

ini memang terkenal dengan corak dan motif

batik yang variatif. Bahkan Kota Pekalongan

berhasil meraih predikat sebagai kota kreatif

UNESCO dalam kategori crafts & folk art atau

Kerajinan dan Kesenian Rakyat pada

Desember 2014.

Tidak ada dokumen resmi mengenai

kapan batik Pekalongan mulai dikenal. Namun

diperkirakan baru muncul tahun 1800-an dan

mengalami perkembangan pesat setelah

Perang Jawa atau Perang Diponegoro. Perang

memaksa keluarga kerajaan beserta

pendukungnya untuk meninggalkan

lingkungan kerajaan dan menyebar ke

daerah-daerah di timur dan barat. Mereka

terlibat dalam pengembangan batik yang

sebelumnya sudah ada di Pekalongan.

Sejarah motif batik Pekalongan

banyak dipengaruhi oleh budaya luar yaitu

budaya Eropa, Cina, Arab, dan India pada

masa lalu. Dari kultur dan budaya yang

mereka bawa kerap berasimilasi dan

berkolaborasi dengan tradisi budaya

setempat. Ada dua contoh motif batik

Pekalongan yang merupakan akulturasi

Kader 2020

budaya, yaitu peranakan Belanda (Indo-Eropa)

dan peranakan Tionghoa (Cina) dengan

perbedaan mencolok diantara keduanya. Jika

motif peranakan Tionghoa mempunyai ciri

khas warna-warna yang cerah dan berani.

Maka Belanda atau Indo-Eropa lainnya hanya

memunculkan keindahan gambar semata.

Sebelumnya, dalam pembuatan batik,

mayoritas masyarakat Pekalongan selalu

membuat motif dengan meniru antara satu

dan lainnya. Namun, seiring berjalannya

waktu masyarakat Pekalongan dituntut untuk

bisa menciptakan motif batik terbaru yang

berbeda-beda agar tidak disamai dengan yang

lainnya. Keunggulan lain batik Pekolangan

adalah berani main warna-warna yang cerah

dan terang seperti contohnya kuning, hijau,

merah, ungu atau biru yang tentunya warnawarna

ini sangat merangsang mata tetapi

tidak mengurangi keindahannya. Oleh sebab

itu masyarakat Pekalongan memiliki imajinasi

dan kreatifitas yang tinggi.

Foto : infobudaya.net

Ragam batik menjadikan Kota

Pekalongan diakui sebagai inspirasi batik

dunia. Hal ini tidak terlepas dari lengkapnya

kegiatan berbasis komunitas perajin batik,

pasar batik, kampung batik, hingga museum

batik. Kota Pekalongan menjadi titik awal

penilaian dari UNESCO untuk menetapkan

batik sebagai Budaya Tak-Benda Warisan

Manusia (Representative List of the Intangible

Cultural Heritage of Humanity). Ini

membuktikan jika Indonesia mampu

memelihara keberadaan batik, sehingga Kota

Pekalongan secara tidak langsung mempunyai

andil cukup besar diperoleh dari penghargaan

dunia tersebut dan keberhasilan untuk

mengenalkan “World's City of Batik” yang

merupakan city branding dari Kota

Pekalongan.

Batik sebagai branding Kota

Pekalongan merupakan salah satu usaha

pemerintah dalam meneruskan mata rantai

budaya batik. Selain untuk mempromosikan

dan melestarikan batik, branding Kota

Pekalongan menjadi contoh bagi kota lain,

bahkan negara lain dalam melestarikan

warisan budaya. Tujuan utama dari city

branding yang diinginkan pemerintah kota

adalah meningkatkan kunjungan wisatawan

dan investasi. Begitu pula dengan Kota

Pekalongan, dimana pariwisata menjadi

tujuan utama dalam membangun city

branding. Melalui inovasi pariwisata, Kota

Pekalongan memadukan industri batik dan

aktivitas pariwisata untuk mendatangkan

wisatawan.

Upaya yang dilakukan pemerintah

Kota Pekalongan untuk terus mengenalkan

branding “World's City of Batik” kepada

masyarakat adalah dengan mengombinasikam

beberapa unsur bauran promosi (Promotion

Mix), antara advertising, sales promotion,

publicity, personal selling. Promosi lain yang

cukup sukses dilakukan oleh pemerintah Kota

Pekalongan adalah dengan adanya festival

tahunan Pekan Batik Nasional dan Pekan Batik

Internasional.

Selain mempromosikan dalam bentuk

media promosi dan event, pemerintah Kota

Pekalongan juga memaksimalkan penggunaan

area publik melalui pembangunan landmark.

Kota Pekalongan membangun dua landmark,

yaitu landmark Pekalongan “World's City of

Batik ” sebagai gerbang selamat datang yang

dibangun di jalan pantura berbatasan dengan

Kabupaten Batang dan landmark Batik atau

orang Pekalongan menyebutnya dengan tugu

batik. Landmark ini berada di kawasan budaya

Jetayu tepat di depan Museum Batik Kota

Pekalongan. Landmark Batik menjadi kawasan

yang paling sering dikunjungi masyarakat setiap

hari. Keberadaan landmark tersebut telah

menjadi ikon Kota Pekalongan sebagai Kota

Batik Dunia.

Dengan adanya beberapa strategi

promosi yang dilakukan oleh pemerintah Kota

Pekalongan dalam mengembangkan city

branding, diharapkan kota Pekalongan terus

menjadi Kota Batik Dunia. Selain itu,branding

"World's City of Batik" menjadi lebih

dikenal oleh masyarakat baik dari dalam

maupun luar negeri, sehingga bisa menarik

lebih banyak wisatawan. Dengan begitu,

pendapatan pemerintah yang didapat dari city

branding kota Pekalongan meningkat seiring

berjalannya waktu.

Foto : amp.kaskus.co.id

11 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 12


Kilas Balik

Kilas Balik

Menelusuri Sejarah Revolusi Batik Semarang

Nanda Kharisma Kader 2020

ebagai negara dengan memiliki

Spopulasi penduduk terbanyak

keempat di dunia, Indonesia

memiliki beragam kebudayaan, salah satu

kebudaayaan yang masih dilestarikan sampai

saat ini ialah seni rupa batik dan sudah diakui

UNESCO sebagai warisan nenek moyang

warga Indonesia. Keberadaan seni rupa batik

tertua di Indonesia adalah pada abad ke-7

yang berasal dari Ponorogo sehingga banyak

kerajaan di Jawa Tengah yang menimba ilmu

seni rupa batik dari Ponorogo. Sejarah batik di

Indonesia juga berkaitan erat dengan

perkembangan kerajaan Majapahit dan

penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa.

Perkembangan seni rupa batik juga banyak

dijalankan pada zaman Kesultanan Mataram

hingga Kesultanan Surakarta dan Yogyakarta

serta di seluruh Indonesia terkhusus di pulau

Jawa setelah akhir abad ke-18 atau awal abad

ke-19.

Seperti yang kita ketahui, batik adalah suatu

kain yang dilukis dengan cairan lilin malam

menggunakan suatu alat yang bernama

canting. Kemudian, seiring berjalannya waktu

kain batik ini di produksi guna memenuhi

kebutuhan kasual hingga semi formal yang

memiliki makna dan sejarah dalam setiap

lukisan sehingga kain hias tradisional ini

banyak diminati oleh khalayak luas. Dengan

perkembangan seni rupa batik yang meluas,

menyebabkan munculnya berbagai ragam

motif dan corak yang berbeda dalam setiap

lukisannya. Seperti batik Yogyakarta yang

lebih dominan menggunakan warna putih,

sedangkan batik Pekalongan memiliki batik

yang lebih berwarna dengan alasan di

Pekalongan tempat persinggungan

perdagangan dan bertempat di pesisir lautan.

Dalam penentuan motif seni rupa batik, selain

dilihat dari keadaan lingkungan masyarakat,

motif batik juga dapat dilihat dari identitas

serta keindahan wilayah tersebut. Salah satu

motif batik yang mengusung konsep

bangunan bersejarah, karakter khusus, dan

kekayaan alam yang mencuri perhatian

masyarakat yaitu batik yang berasal dari

Semarang. Semarang memiliki hubungan erat

dengan kultur membatik dengan dibuktikan

adanya kampung kuno yang disebut kampung

batik. Tempat ini merupakan sebuah lingkup

perkampungan yang mayoritas

masyarakatnya memiliki mata pencaharian di

bidang industri kerajinan yaitu sebagai

pengrajin batik. Namun, sebelum tahun 1970,

keberadaan batik Semarang mengalami

penurunan, karena dianggap masih belum

jelas dan juga banyak akulturasi budaya yang

terjadi. Sehingga penduduk yang peduli akan

batik berusaha keras guna mengenalkan

dentitas batik melalui berbagai event dan

seminar. Namun, sebelumya batik Semarang

ini sempat mengalami masa keemasan pada

tahun 1950-1960 dan pada akhirnya jatuh

kembali pada tahun 1990-1998 yang

disebabkan karena faktor perekonomian.

Pada mulanya, kampung batik di Semarang ini

sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang.

Namun, pada masa penjajahan, Jepang

membakar kampung batik dan kampung di

sekitar lainnya. Pembakaran tersebut

bertujuan agar terputusnya sumber mata

pencaharian masyarakat sekitar. Meskipun

semua sumber penghasilan di bakar, ada satu

pabrik yang selamat sehingga dapat

digunakan untuk meningkatkan ketrampilan

membatik dari generasi ke generasi.

Meningkatnya ketrampilan masyarakat dalam

membatik hingga saat ini dibuktikan dengan

adanya Sanggar Batik Semarang 16. Sanggar

Batik Semarang 16 ini resmi didirikan pada 25

Januari 2005 oleh Ibu Umi S Adi Susilo.

Ketertarikan beliau dalam seni rupa batik

berawal dari mengikuti sebuah pelatihan di

Semarang Study Center ( SCC ) dengan

dilanjut mengunjungi berbagai workshop dan

museum Tekstil Jakarta. Dari ketertarikan

tersebut, Ibu Umi kemudian mengadakan

sebuah pelatihan dirumahnya yang saat ini di

sebut Sanggar Batik Semarang 16. Inspirasi

beliau menamai sanggar berasal dari tempat

produksi di Kota Semarang, dan “16” berasal

dari surat ke 16 dalam Al-Qur'an yang

memiliki arti lebah yang pernah dibuat oleh

beliau dan disebut Lebah Madu.

Sanggar Batik Semarang 16 ini menjadi akar

kreatifitas masyarakat dan khalayak sekitar.

Sanggar ini juga dijadikan sebagai tempat

belajar, bekerja, dan memproduksi dengan

ragam motif. Selain itu sanggar ini juga biasa

digunakan sebagai tempat pelatihan dan

kunjungan masyarakat, sekolah, maupun

berbagai instansi.

Salah satu bukti kebangkitan Sanggar Batik

Semarang 16 ini adalah suksesnya menciptakan 2000

motif hampir semua motifnya mendapat sertifikat

HAKI ( Hak Atas Kekayaan Intelektual ). Tidak lain

dari hal itu, kain batik dengan beragam motif

tersebut juga memiliki simbol-simbol yang

berhubungan dengan nilai-nilai budaya tertentu.

Banyaknya ragam motif batik Semarang 16 yang

juga mengalami perubahan-perubahan tidak terhadi

secara begitu saja, melainkan hasil interaksi,

kompromi, dan ragamnya budaya baik dari internal

maupun eksternal.Sanggar Semarang 16 juga

mencoba memproduksi batik dengan motif Carolina

Josephina von Franquemont, yang hingga akhirnya

dapat aktif berproduksi pada dekade 1850-1860.

Motif ini mengambil karakter dan atribut dongeng

Eropa serta memiliki warna lebih beragam dan

menjadikan warna hijau sebagai ciri khas dan pola

motif Eropa, Cina, Madura, Dan Pola dari Keraton.

13 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 14


ً

َّ

ِ ْ

ُ

ُ

َ

َ

ُ

َ

َ

َ

ِ

َ

ْ

ْ

َ

ِ

Kilas Balik

Selain itu, ada pula batik dengan pola rumit pada

bagian papan dan kepalanya, seperti motif pola

sirkus yang dilengkapi dedaunan dan burung yang

mirip phoenix yang disebut juga motif Batik

Oosterom karya van Ossterom pada abad 19.

Terdapat juga motif batik Tugu Muda yang

dikelilingi tanaman menjalar. Motif ini memiliki

makna bahwa Tugu Muda sebagai monumen

Pertempuran Lima Hari di Semarang dengan tujuan

untuk menghormati jasa Pahlawan.

Selain adanya motif khusus, ada beberapa motif yang

muncul dari kondisi lingkungan yang ada pada saat

itu, lalu dituangkan dalam motif batik. Begitupun

halnya dalam menghadirkan motif dengan makna

filosofis, perajin juga senantiasa memberikan nilai

dan norma sosial masyarakat Semarang mulai dari

SEJARAH REVOLUSI BATIK SEMARANG

Awal abad ke 7

munculnya seni rupa batik tertua di Indonesia

yang berasal dari Ponorogo

Akhir abad ke 18/Awal abad ke 19

Perkembangan seni rupa batik banyak dijalankan pada

zaman Kesultanan Mataram hingga Kesultanan

Surakarta dan Yogyakarta serta di seluruh Indonesia

terkhusus di pulau Jawa.

Zaman Penjajahan Jepang

Ditemukannya kampung kuno yang disebut kampung

batik Semarang. Perkampungan yang mayoritas

masyarakatnya memiliki mata pencaharian di bidang

industri kerajinan yaitu sebagai pengrajin batik.

Tahun 2005

didirikannya Sanggar Batik Semarang 16 oleh Ibu Umi

S Adi Susilo

2005 - Sekarang

Sanggar Batik Semarang 16 menjadi pusat kunjungan

wisatawan lokal maupun mancanegara yang pastinya

dapat memberi pengaruh pada kehidupan ekonomi,

sosial, dan budaya masyarakat sekitar.

kekhasan warna, dasar, dan khazanah kultural lain

yang menjadi bahan eksplorasi motif batik

Semarang.

Dengan ragamnya motif Batik Semarang 16 yang

mencapai hingga 2000 jenis, ini menjadikan Sanggar

Batik Semarang 16 menjadi pusat kunjungan

wisatawan lokal maupun mancanegara yang pastinya

dapat memberi pengaruh pada kehidupan ekonomi,

sosial, dan budaya masyarakat sekitar. Dalam segi

ekonomi, dapat membantu berkembangnya mata

pencaharian dan meningkatkan stabilitas masyarakat.

Dan pada segi sosial, masyarakat Sanggar Batik

dapat lebih terbuka dalam bersosialisasi mengenai

lingkungan. Kemudian, dalam hal budaya,

masyarakat setempat dapat memiliki traidisi guna

mempertahankan budaya Indonesia.

Tahun 1970, 1990 - 1998

keberadaan batik Semarang mengalami penurunan,

karena dianggap masih belum jelas dan juga banyak

akulturasi budaya yang terjadi. Dan juga disebabkan

karena faktor perekonomian

Tahun 1950 - 1960

Perkembangan batik Semarang mengalami keemasan

Sanggar Ba k Semarang 16

Kader 2020

Khazanah

أھمیة التعاون في التواصل الاقتصدیة والثقافة

خلقنا كأفراد في مجتمعات كبیرة؛ لنعرف أننا لا نستطیع العیش

بمفردنا؛ لذلك فالتعاون قیمة انسانیة نبیلة،‏ لا بد أن نسعى لترسیخھا

فینا جمیعا حتى نصبح عناصر مفیدة لأنفسنا ولغیرنا ولمجتمعاتنا,‏

وقد قال الله تعالى في كتابھ الكریم وتعاونوا ‏َعلى البر والتقوى ولا

تعاونوا ‏َعلى الإثم والعدوان واتقوا إن ‏َش ‏ِدی ‏ُد العقاب

َ َ ْ َ ِّ ِ ْ َ ُ َ َ َ

َ َ َ ُ َ ِْ ِ َ ْ ُ ْ َ ِ َ َّ ُ َّ ِ َّ َّ ْ ِ َ ِ

فالتعاون على البر والتقوى معناه التعاون على تحقیق الإیمان قولا

وعملا وعقیدة،‏ فالبر والتقوى عند اقترانھما یدلان على أداء

الفرائض وترك المحارم،‏ فالبر ھو أداء الفرائض واكتساب الخیر

والمسارعة إلیھ وتحقیقھ،‏ والتقوى ترك المحارم ونبذ الشر،‏ وعند

إفراد أحدھما عن الآخر یشمل الدین كلھ.‏ فالبر عند الإطلاق ھو

الدین كلھ والتقوى عند الإطلاق ھي الدین كلھ فالتعاون ھو ارتباط

یح ‏ُدث بین مجموعة من الأفراد بحیث یكون لكل منھم ُ حقوق

والتزامات متساویة،‏ ولمواجھة ما قد یحصل من مشاكل سواء أكانت

اقتصادیة أو اجتماعیة أو سیاسیة أو قانونیة فالتعاون ھو الحل،‏ حیث

تظھر آثار التعاون من خلال تجمیع القوى الاقتصادیة الفردیة

لمكافحة ُ الظروف ُ المحیطة بالحولھا

ُ ُ ُ

العادة المعرفیة ھي ما احى في حال الارض ، ودلك تكون معا في

قیمة الاھي و قیمة الوجودي وفي قاعدة " المحافظة ‏َعلى الق ‏ِدیم

الصالح والأخذ ب ‏ِالج ‏ِدی ‏ِد الأ ‏ْصلح"‏ الإجراءات التي یتم تنفیذھا

باستمرار ویعتبرھا المجتمع جیدة ولا تتعارض مع الدین ھي أشیاء

ملموسة عندما نتمسك بالدین ونستخدم قیم الحكمة المحلیة في حیاتنا.‏

َ َ َ

َ ْ َ ُ َ

ِ َ

وفي تصوور العدة المرفیة الاقتصاد با المعالات ھي المعاملة

باالمزارعة , المزارعة یعجز المرء لسبب ما عن زراعة أرضھ أو

جزء منھا,‏ فیلجأ حینئد الى شخص ما لیقوم بذلك نیابة عنھ مقابل

تقاسم الناتج,‏ و یتم ذلك عن طریق صیغة المزارعة.‏ و من خلال

إستعراض تعریفات الفقھاء لعقد المزارعة,‏ نجد أنھا متعددة حتى

داخل المذھب الواحد رغم كونھا متقاربة الى حد ما,‏ المزارعة عند

الشافعیة:‏ المزارعة عندھم ھي المعاملة على الأرض ببعض ما

یخرج من زرعھا و البذر من مالك الأرض

و نحو الجھود المبذولة لتنفیذ الاقتصاد المحلي القائم على الحكمة ھو

تمكین المؤسسات التعاونیة.‏ التعاونیات ھي أداة اقتصادیة یمكن أن

تكون وسیلة جیدة لبناء المجتمع.‏ یمكن أن یمس ھذا الطبقة الوسطى

الدنیا من المجتمع ، مما یعني أن الأشخاص یمیلون إلى أن یكون

من السھل تنفیذه في العالم الحقیقي.‏ في الممارسة العملیة ، تقوم

ً

التعاونیات بأنشطتھا وفقا للنظام الاقتصادي الإسلامي الذي یھدف

‏.إلى المصلحة التي تعطي الأولویة للمصالح المشتركة

عمران حمیدي

في مجال التخفیف من حدة الفقر ، یمكن لبرامج المؤسسات المالیة

الإسلامیة ، المصرفیة وغیر المصرفیة والمؤسسات المالیة العامة

الإسلامیة ، العمل ً جنبا إلى جنب مع الحكومة للبحث عن سیاسات

بدیلة تناسب الظروف المحلیة المحددة ، فضلاً‏ عن استكشاف وفھم

حكمة السكان المحلیین فیما یتعلق بالتدابیر الوقائیة ضد الفقر

یتمثل الاستخدام الرئیسي للحكمة المحلیة في خلق النظام والتوازن

بین الحیاة الاجتماعیة والثقافة والحفاظ على الموارد الطبیعیة.‏ في

ھذا المجال یمكن للاقتصاد الإسلامي أن یتعاون في محاولة

للاستجابة لتطورات المجتمع المتعلقة بالجوانب الاقتصادیة.‏ إن جھد

التسامح الاقتصادي الإسلامي تجاه الحكمة المحلیة ھو الذي یجعل

تطور المسلمین ً دینامیكیا ً وجدلیا في السجل التاریخي في الحاضر

والمستقبل

لذلك یمكن أن نستنتج أن مساھمة الإنسانیة ھي شيء مطلق یجب أن

یقوم بھ كل إنسان ، بحیث یتم الحفاظ على استمراریة الحیاة ،

وخاصة التمكین الاقتصادي القائم على الحكمة المحلیة التي تتضمن

قیمة المساعدة المتبادلة والثقافة الجیدة التي ھي تطویر وبشكل عام

أن التعالیم الدینیة تلعب ً أیضا ً دورا في ھذا الأمر.الإسلام الذي

“Gemah أصبح رحمة للألمین ، ویقال في التعبیر الجاوي

یتطلع نضال الشعب كجزء من الأمة jinawi”. ripah loh

الإندونیسیة إلى إحلال السلام / السلام والخصوبة والعدالة والازدھار

Foto : waru.desa.id

15 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 16


Khazanah

Khazanah

The Contribution of Popular Culture to the

Performance of the World Economy

Fani Ashari

ulture is a concept related to

Cbehavior and social

phenomena that describe the

identity and image of a society. The British

anthropologist Edward Burnett Taylor

explained that culture is the whole, which

includes knowledge, belief, art, morals,

customary law, and all other capabilities and

habits acquired by humans as members of

society.

Along with the times that continue to

develop, the culture that is bound by ancient

boundaries and traditions turns into popular

culture that appears in the development of

social media and becomes an important part

of life. The present era is seen as one of the

historical sources of themes and perspectives

related to popular culture. This development

was marked by the emergence of cinema and

radio, mass production, and cultural

foto:pmb.brin.go.id

Kader 2020

consumption.

Talking about popular culture cannot

be separated from the rapid development of

technology that encourages the rapid

popularity of new cultures in the world

community so that it can have many impacts

on the performance of the world economy.

Economic progress itself is one of the

development goals that represent the welfare

of the community. The economic perspective

tends to dominate the way of thinking about

the definition of development and welfare.

Conceptually, development can be referred to

as growth and expansion, change,

improvement, transformation, and

modernization. Economic growth is strongly

influenced by cultural values that develop in a

community, nation, or state. Economic

development cannot be separated from

Foto : infobudaya.net

culture because economic development itself

is a cultural process.

Popular culture is a set of entertainment tools

and is a product that is traded for material

interests for the purpose of making a profit,

although sometimes, on the other hand,

popular culture is created for other purposes,

such as interest in creating a type of political

culture. This shows the fact that popular

culture is related to many aspects, such as

consumption, fashion, politics, the economy,

and others.

This popular culture is a culture that

is fun, liked, and known by many people.

Popular culture is the culture that most

people enjoy today. Whatever the crowd likes

and is interested in is pop culture. This

popular culture is indeed alluring because the

concept is light, interesting, and fun. It makes

everyone excited to be a part of it. The

massive role of the media in the current era

means popular culture can have a big impact

on various things, such as music, films,

culinary, and so on.

One of the products of popular

culture that is developing is the Korean Wave.

The Korean Wave (Hallyu) refers to the global

preeminence of South Korea's cultural

economy. It is a collective phrase used to

describe Korean culture and the

extraordinary rise of popular culture. . Hallyu

initially spread to China and Japan, then to

Southeast Asia and several countries around

the world. Recently, the value of the Korean

Hallyu economy was estimated to reach USD

12.3 billion in 2019.K-Wave is a wave that

brings K-Pop, K-Drama, and K-Film cultural

and entertainment products from South

Korea above the peak of fame to all corners of

the world. For the first time in history, in

early 2020, a non-English language film won

the Oscar for the best film category. The

country, which was hit by the 1997–1998

crisis, is now a major player in the world's

entertainment industry. Companies in various

parts of the world are starting to use Korean

idols as brand ambassadors because of the

large number of militant fans both from

within the country and abroad.

Japan, as one of the countries in Asia,

has also succeeded in attracting the

enthusiasm and interest of the global

community with products including

television shows, comics or manga, anime,

music, and fashion through cosplay. Japan

Pop Culture, which is the name for products

that are full of traditional Japanese culture,

first developed in the 1990s and continues to

grow to this day.

Meanwhile, the United States also

exerts its influence through popular culture

around the world. The United States is known

as a trendsetter in films, music, and television

shows. In addition, the United States is also

active in developing social media-based

technology that is currently bridging the

emergence of trends among global citizens,

such as Facebook and Twitter. The United

States is also famous for Kentucky Fried

Chicken, which is the name of a fast food

restaurant that serves fried chicken, fries,

burgers, and others, which was later

shortened to KFC. Through management

technology and supported by modern

information technology including television,

radio, newspapers, and others, KFC has

become popular and favored by the wider

community. Currently, KFC has gone global,

and as of December 2019, there were 22,621

KFC outlets in 150 countries around the

world.

foto:kumparan.com

29

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

30 1


KA Forshei

KA Forshei

Pelestarian Produk Industri Berbasis Budaya

dan Kearifan Lokal

M. Anim Jalal, S.H

udaya senantiasa berangkat

Bdari sejarah, yang kemudian

membentuk produk-produk

yang menjelaskan bahwa sebuah evolusi

panjang telah terjadi. Artefak, perilaku sosial,

dan sistem nilai merupakan produk tersebut.

Semua produk budaya selalu berasas pada

pola kearifan lokal yang berasal dari manusia

dengan segala pemahaman dan pola pikirnya.

Kearifan lokal yang bermula dari kondisi

untuk bertindak dan bersikap dalam suatu

peristiwa, kemudian membentuk ekspresi

beragam berupa adat, karya seni, hingga pola

pikir manusia pun terbentuk dari kearifan

lokal tersebut. Menurut Aryo, sebuah sinergi

ditunjukkan keduanya, yaitu: kearifan lokal

mengintervensi evolusi budaya dan karya

budaya melukiskan bentuk kearifan lokal

yang khas di setiap daerah (Aryo, 2010).

Masyarakat menggunakan cara-cara

tersendiri untuk mengelola alam dan

lingkungan. Kebiasaan-kebiasaaan itu

kemudian membentuk dengan apa yang

disebut kearifan lokal. Kearifan lokal pada

intinya kegiatan yang melindungi dan

melestarikan alam dan lingkungan. Oleh

karena itu, penting untuk mengkaji dan

melestarikan kearifan lokal yang berkembang

di masyarakat. Karena kearifan lokal

terbentuk sebagai proses interaksi antara

manusia dengan lingkungannya dalam rangka

memenuhi berbagai kebutuhannya. Prosesproses

terbentuknya kearifan lokal sangat

bergantung kepada potensi sumberdaya alam

dan lingkungan serta dipengaruhi oleh

pandangan, sikap, dan perilaku masyarakat

setempat terhadap alam dan lingkungannya.

Keluarga Alumni forshei

M. Anim Jalal, S.H

(Keluarga Alumni forshei)

Hal tersebut selaras dengan kajian

strategi perkembangan ekonomi secara

syariah bahwasanya prinsip dan produk

syariah harus lebih concern, peka, dan

memperlihatkan keberpihakan segenap

masyarakat, termasuk masyarakat desa.

Perkembangan ekonomi berbasis nilai agama

ini berperan dalam membangun masyarakat,

tidak sentralistis agar sumberdaya dan

partisipasi ekonomi tidak terakumulasi pada

kelompok tertentu. Selain itu, salah satu

sumber hukum dalam syariat termasuk

masyarakat lokal yang baik ('urf shahih). 'Urf

shahih merupakan kebiasaan (adat) yang

dinilai baik, bijaksana, yang merupakan hasil

dari serangkaian tindakan sosial yang

berulang-ulang dan terus mengalami

penguatan, pengakuan akal sehat dan tidak

menyimpang dari prinsip-prinsip syariat.

Sehingga kearifan lokal ('urf shahih) walaupun

bersifat lokal tapi mengandung nilai-nilai

moral universal. Terlihat dari masyarakat desa

yang kehidupannya apa adanya, mandiri, tidak

berlebih-lebihan, tenggang rasa, bijaksana

dalam berhutang, tidak merusak kelestarian

generasi dan lingkungan, dan sebagainya.

Karena kearifan lokal seperti inilah sesuai

ajaran agama. Bentuk kearifan lokal tersebut

memberi peluang kreatifitas masyarakat yang

selanjutnya memunculkan industri kreatif.

Pemerintah menetapkan Undang-

Undang No 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah yang merupakan

penanda dimulainya era desentralisasi (red:

otonomi daerah Undang-Undang No. 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah),

yang bertujuan mewujudkan tata kelola

kepemerintahan yang baik (good governance),

penyedia pelayanan publik dan peningkatan

daya saing daerah menuju masyarakat

sejahtera. Hal tersebut menciptakan

keakraban masyarakat dengan ekonomi

kreatif yang diwujudkan melalui industri

rumah kreatif (creative home industri) yang

menjual ide kreatif untuk menghasilkan

pendapatan. Para pakar menyebutnya dengan

istilah “Ekonomi Kreatif” yakni sebuah

“Talenta Ekonomi” baru yang mengubah

kehidupan masyarakat melalui ide/gagasan

kreatif, yang menghasilkan produk-produk

bernilai ekonomi yang mampu menjadikan

kehidupan lebih sejahtera.

Keakraban dengan home industri

membuat masyarakat menyadari pentingnya

memberdayakan potensi lokal, yakni dimulai

dengan “back to nature”, memandang lebih jeli

lagi terhadap alam sekitar. Hal tersebut

memunculkan harmonisasi manusia dengan

lingkungan. Potensi industri lokal baik budaya

maupun kearifan lokal sebagai kekayaan alam

juga dapat memberikan dampak positif

khususnya bagi perekonomian masyarakat

sekitar. Industri lokal yang mengembangkan

budaya maupun kearifan lokal mampu

memberikan dampak di bidang ekonomi yang

terdiri dari adanya penciptaan lapangan kerja

baru, peningkatan pendapatan masyarakat,

penurunan angka kemiskinan, penurunan

perilaku konsumtif, penguatan solidaritas

masyarakat, dan mampu menggerakkan

sektor-sektor lain untuk lebih berkembang

(Chotimah, 2011).

Bahkan produksi industri berbasis

budaya dan kearifan lokal dapat menjadi

komoditi ekspor bagi Indonesia. Seperti

halnya kerajinan pandan CV. Pandanus Nusa,

kerajinan batik di Pekalongan, Angklung dari

Jawa Barat, Wayang Kulit dari Jawa Tengah,

dan sebagainya. Hal tersebut bermula dari

pandangan bahwa era globalisasi bukanlah

sebuah ancaman (threats) namun lebih

sebagai sebuah peluang (opportunities). Era

globalisasi merupakan era yang menuntut

masyarakat untuk berpikir kreatif dalam

mempertahankan kearifan lokal yang khas.

Terlebih, arus globalisasi dan liberalisasi

ekonomi dunia bergerak begitu cepat

mendorong semakin meningkatnya

keterbukaan hubungan ekonomi antarbangsa

dan mendorong persaingan yang

semakin meningkat.

Namun, realitas menyajikan fakta lain.

Seiring perkembangan budaya, baik

tradisional maupun biotekhnologi,

penggunaan bahan kearifann lokal, seperti

yang dapat dijumpai di masyarakat maupun

pasar tradisional, mengalami pergeseran yang

signifikan dan digantikan oleh bahan lain,

seperti tali oleh plastik, topi dari bahan kain,

dan bahan-bahan lainnya.

17 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 18


KA Forshei

KA Forshei

Hal tersebut menimbulkan threats

tersendiri, salah satunya percepatan

hilangnya pengetahuan tentang diversitas

bahan-bahan kearifan lokal.

Padahal jika dikaji lebih mendalam, ekonomi

kreatif berbasis kearifan lokal berkembang di

masyarakat pedesaan dan merupakan

kebudayaan masyarakat sebagai bentuk

adaptasi terhadap alam dan lingkungan

tempat tinggalnya di tengah kondisi

lingkungan ekonomi dimana moralitas,

kebijaksanaan dan maqashid syariah masih

minim, hal tersebut menjadi tantangan

tersendiri bagi UMKM dan pegusaha agar

menggugah kearifan bangsa sendiri agar

menjadi sumber daya “back to nature” serta

tantangan tersendiri bagi Masyarakat

Ekonomi Syariah dalam pengunggahan

(uploading) prinsip dan praktik masyarakat

tradisional yang bisa dikategorikan sebagai

'urf shahih. Dengan demikian, pengembangan

ekonomi Islam tak melulu berpijak pada

labelisasi dan adopsi skema praktik

konvensional, tapi juga bisa belajar dari

kearifan lokal yang juga merupakan bagian

sunnatullah yang seringkali terabaikan.

Ekonomi Kreatif dan Kearifan Lokal

dalam Perspektif Ekonomi Islam

Sebagaimana dikutip oleh an-Nabhany,

ada tiga pilar yang dipergunakan untuk

membangun sistem ekonomi dalam

pandangan Islam, yaitu bagaimana harta

diperoleh yakni menyangkut kepemilikan (almilkiyah),

bagaimana pengelolaan

kepemilikan harta (tasharruf fil milkiyah), dan

bagaimana distribusi kekayaan di tengah

masyarakat (tauzi'ul tsarwah bayna an-naas)

(Qordhowi, 1997). Menurut penulis, tiga pilar

ini relevan diterapkan pada kasus

pengembangan Ekonomi Kreatif yang

mengedepankan kreatifitas sumberdaya

manusia yang pada akhirnya mampu

menciptakan produktivitas yang mampu

memberikan full employment pada

masyarakat. Dengan begitu, cita-cita ekonomi

Islam dalam hal pembangunan segi ekonomi

dengan mengentaskan kemiskinan dapat

terwujud.

Pengembangan ekonomi kreatif dalam

konteks ke Indonesia-an, ialah mampu

mengintegrasikan tekhnologi, informasi

dengan tetap mempertahankan kekhasan

yang ada dalam rangka perbaikan ekonomi

yang lebih baik, untuk meraih keunggulan

yang mampu menekan pengangguran dan

memberikan peluang yang adil sesama

masyarakat.

Hal tersebut sejalan dengan tujuan

dalam pembangunan ekonomi Islam berkaitan

dengan konsep falah yang berarti

kesejahteraan ekonomi di dunia dan

keberhasilan hidup di akhirat, yaitu

kesejahteraan yang meliputi kepuasan fisik

sebab kedamaian mental yang hanya dapat

dicapai melalui realisasi yang seimbang antara

kebutuhan materi dan rohani dari

personalitas manusia.

Rasulullah SAW telah

menterjemahkan nilai-nilai keragaman dalam

realitas kehidupan umat manusia, yaitu

dengan berpijak pada etika kehidupan

kemanusiaan (insaniyyah) yang universal.

Artinya, ekonomi kreatif berbasis kearifan

lokal telah dicontohkan sejak zaman

Rasulullah, melalui nilai universalisme Islam

yang mampu menghargai dan bersikap arif

terhadap tradisi lokal yang memunculkan

penghargaan terhadap kosmologi alam. Alam

menjadi bagian kehidupan manusia yang

stabil dan ramah lingkungan. Karena itu,

apresiasi terhadap budaya lokal sebagai

wujud akulturasi agama dan budaya, bahwa

keberagamaan tidak hanya dibentuk oleh

wahyu dan teks, melainkan dibentuk oleh

budaya lokalnya. Hal ini dalam rangka

mewujudkan keberagaman dalam

keberagamaan, khususnya menjamin hak-hak

dasar masyarakat lokal termasuk hak dalam

berekonomi (Djazuli, 2006).

Selain itu, kearifan lokal dalam

perspektif hukum ekonomi Islam adalah 'urf.

Secara etimologi 'urf berarti kebiasaan dan

sesuatu yang dikenal dengan baik. 'Urf sering

diartikan dengan segala sesuatu yang sudah

saling dikenal di antara manusia yang telah

menjadi kebiasaan atau tradisi,baik bersifat

perkataan, perbuatan atau dalam kaitannya

foto: kronikkaltim.com

dengan meninggalkan perbuatan tertentu.

'Urf tidak terjadi pada individu tetapi

merupakan kebiasaan orang banyak atau

kebiasaan mayoritas suatu kaum dalam

perkataan atau perbuatan. 'Urf bukan

kebiasaan alami, tetapi muncul dari praktik

mayoritas umat yang telah mentradisi

(Dahlan: 1996).

19 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 20


Infografis

Infografis

AKSELERASI TREN BUDAYA DALAM KEMAJUAN EKONOMI KREATIF

3 Aspek Penting

Membangung Budaya Digital

Participation

Bagaimana masyarakat memberikan kontribusi untuk tujuan bersama

Remediation

Bagaimana masyarakat memperbaiki budaya lama menjadi budaya

baru yang lebih bermanfaat

Bricolage

Memanfaatkan hal-hal yang sudah ada menjadi hal baru

Sumber : transmediariau.com

Subsektor Ekonomi Kreatif

Penyumbang Terbesar PDB 2021

Kuliner 41,5%

Fesyen 17,7%

Kriya 15%

Sumber : beritasatu.com

Kontribusi Ekonomi Kreatif

Terhadap PDB

Sumber : Kemenparekraf.go.id

2016 Rp 922,59 triliun

2017 Rp 1000 triliun

2018 Rp 1.105 triliun

2019 Rp 1.200 triliun

2020 Rp 1.100 triliun

Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif

Jenis Teknologi Era Digital

Inovasi Digital dalam Ekonomi Kreatif

Sumber : katadata.co.id

2015

2016

15,9 juta orang

16,9 juta orang

Internet

Seluler

Teknologi

Cloud

2017 17,6 juta orang

2018 18,4 juta orang

2019 19,2 juta orang

Sumber : Laporan Statistik EK 2020

Internet

Of Things

Big Data

dan

advanced

analytics

U$ 12 M

2020

U$ 180 jt U$ 5,1 M Rp 3,3 T U$ 15,5 M

2021 2021 2021 2019

Indeks Literasi Budaya Digital 2021

U$ 4,3 M

2020

Sumber : katadata.co.id

Digital Safety = 3,10

Digital Etics = 3,53 Digital Culture = 3,90 Digital Skill = 3,44

Sumber : katadata.co.id

Sub Sektor Ekonomi Kreatif

Sumber : kemenparekraf.go.id

10 Fotografi

14

Periklanan

1

Pengembangan

Permainan

4

Musik

7 Fesyen

11

DKV

15

Seni Pertunjukan

2

Kriya

5

Seni Rupa

8

Kuliner

12

TV dan Radio

16

Penerbitan

3

Desain Interior

6

Desain Produk

9

Film, Animasi dan

Video

13

Arsitektur

17

Aplikasi

21 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 22


Wawancara

Wawancara

Desa Wisata Lerep Berdayakan Kearifan

Lokal

Sri Wulandari

ank Indonesia (BI)

Bmenyatakan pariwisata

merupakan sektor yang

paling efektif untuk mendongkrak devisa

Indonesia. Salah satu alasannya karena

keragaman sumber daya alam, budaya kuliner,

dan kekayaan lainnya yang ada di Indonesia

menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Oleh karena itu, tidak heran jika industri

pariwisata merupakan salah satu

penyumbang terbesar devisa negara. Menurut

data dari Badan Pusat Statistik, kontribusi

devisa pariwisata tahun 2021 meningkat 4%

dari tahun 2020. Dikabarkan pemerintah

Indonesia telah menargetkan nilai devisa

sektor pariwisata Indonesia meningkat

hingga 1,7 milliar dolar AS atau sekitar Rp 24

miliar di tahun 2022 ini. Begitu juga dengan

kontribusi Product Domestic Bruto (PDB)

pariwisata ditargetkan akan meningkat

sebesar 4,3 persen.

Pariwisata sendiri menurut UU No.

10 Tahun 2009 merupakan berbagai macam

kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan

pemerintah daerah. Peranan pariwisata

sendiri yakni sektor yang bisa menunjang

kemajuan suatu daerah, terutama dengan

adanya peraturan mengenai otonomi daerah.

Dimana suatu daerah diberi kebebasan dalam

mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat. Kebijakan ini diberlakukan atas

dasar masyarakat daerah yang memiliki

modal yang dapat diandalkan untuk kemajuan

daerahnya, salah satunya yakni kegiatan

pariwisata. Desa wisata merupakan daya tarik

Kader 2020

wisata alam, wisata buatan, dan wisata budaya

dalam satu kawan tertentu dengan didukung

atraksi, akomodasi, dan fasilitas lainnya yang

telah dilembagakan dan dikelola oleh

Pemerintah Desa dan atau masyarakat. Desa

wisata sendiri memiliki potensi yang besar

dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat lokal. Hal ini sejalan dengan yang

disebutkan dalam Undang-Undang tentang

kepariwisataan, dimana salah satu tujuan dari

kepariwisataan yakni untuk meningkatkan

pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat.

Menurut data dari Kementrian

Koordinator Bidang Perekonomian Republik

Indonesia sekarang ini, jumlah desa wisata di

Indonesia sekitar 1.831 dari 34 provinsi.

Tentunya dengan jumlah ini desa wisata

memiliki potensi dalam menyumbang

pendapatan daerah masing-masing. Desa

Wisata Lerep menjadi salah satu desa wisata

yang memiliki potensi dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dengan

mengangkat budaya sendiri. Desa ini

beralamat di Jl. Kalimasada No.I, Lerep Satu,

Lerep, Ungaran Barat, Semarang, Jawa

Tengah. Dengan kondisi geografis di lereng

gunung memberikan suasana sejuk dan asri

yang sangat cocok untuk dijadikan tempat

rekreasi keluarga. Berikut adalah wawancara

kami dengan Bapak Susiyanto selaku Ketua

Desa Wisata Lerep.

Siapa yang pertama kali menggagas

ide desa wisata Lerep? Dan Apa

yang menjadi latar belakang desa

wisata didirikan?

Bapak Kades kami, Pak sumariadi. Awalnya

tahun 2016, bermula dari penerimaan tamu

yang berkunjung ke desa Lerep. Dengan

banyaknya potensi yang dimiliki oleh desa

Lerep akhirnya muncul ide untuk menjadikan

desa Lerep sebagai desa wisata. Karena

sebelum menjadi desa wisata kami tidak bisa

menjual paket. Jadi, wisatawan hanya datang

dan pergi gitu saja tanpa adanya pemasukan.

Akhirnya pada akhir tahun 2016, kami diberi

SK oleh pemerintah daerah. Dan bisa menjual

potensi yang ada di Desa Lerep kepada

wisatawan.

Pak Kades sebagai penggagas

desa wisata lerep, apa yang

menjadi motivasi pak kades untuk

menjadikan desa lerep sebagai

desa wisata?

Sesuai visi misi beliau, yakni mensejahterakan

masyarakat yang direalisasikan dengan desa

wisata ini. Bapak Kades sendiri sudah

menjabat 3 periode, dan sekarang periode

terakhir.

Foto : era.id

Apa saja prestasi yang dimiliki desa

lerep?

Untuk dapat bersaing di dunia pariwisata,

kami juga mengikuti berbagai perlombaan.

Diantaranya, pada tahun 2017 kami mengikuti

lomba di Mongkit Borobudur mewakili

Kabupaten Semarang. Alhamdulillah, kami

langsung menyabet juara satu yang kebetulan

menjadi juara umum. Kemudian di tahun yang

sama, kami juga menjadi juara satu pada

lomba desa wisata, selanjutnya tahun 2018

juara dua lomba BUMDES tingkat JATENG,

juara satu lomba BPJS tenaga kerja tingkat

nasional, tahun 2019 juara satu lomba

pokdarwis tingkat jawa tengah. Selain itu,

desa wisata lerep juga termasuk 13 desa se-

Indonesia yang berkelanjutan oleh menteri

pariwisata.

Bagaimana strategi untuk

membangun desa wisata Lerep?

Aktif dalam mengikuti perlombaan tingkat

kabupaten, provinsi, maupun nasional.

Dengan prestasi yang kami miliki tadi,

masyarakat jadi banyak yang mengenal desa

wisata Lerep. Akhirnya menjadi penasaran

dan mau datang ke tempat kami. Disamping

mengambil paket, wisatawan juga bisa

mengambil paket studi banding. Dimana

banyak desa-desa di Indonesia yang sedang

membuat desa rintisan maupun berkembang,

tentunya yang ingin menjadi rujukan adalah

desa-desa yang sudah berkembang dan

berprestasi, dan desa wisata Lerep menjadi

rujukan desa-desa tersebut.

Apa saja kegiatan wisata yang bisa

didapatkan di desa wisata lerep?

23 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 24


Wawancara

Wawancara

Kami memiliki bermacam-macam paket

wisata, seperti wisata alam, wisata edukasi,

wisata budaya, wisata kuliner. Kami juga

menjual paket setiap hari one day tour,

manakala ada tamu yang mau ngambil paket

sehari. Kemudian, setiap ada tamu kami

sambut dengan wellcome dance dari

masyarakat desa lerep kepada tamu yang

datang. Tarian tersebut yakni tari caping

gangsing yang merupakan tarian khas desa

Lerep. Selanjutnya kami pandu untuk

mencicipi sajian kuliner pembuka yaitu

wellcometry dan wellcome snack khas dari

desa wisata Lerep. Selain itu, kami juga

menawarkan minuman yang unik-unik seperti

wedang polo, teh godong kopi, teh tela yang

tidak biasa dijual ditempat umum. Kemudian,

melakukan kegiatan selanjutnya sesuai

dengan paket yang diinginkan, entah itu

edukasi ataupun game. Jika nantinya memilih

edukasi, kami akan mengajak membuat

permen susu, membuat kripik, membuat

sangrai kopi, membuat gula aren, tanam padi,

dan sebagai untuk anak sekolah ini sangat

menarik. Kami juga memiliki kolam renang

yang sangat diminati oleh wisatawan, yakni

kolam renang Watu Gunung.

Dari pengelolaan desa Lerep

sendiri, apakah ada semacam

pelatihan untuk menjalankan desa

wisata?

Sebelum membuat desa wisata, kami

melakukan studi banding terlebih dahulu ke

Ponggok, Bandung, Jawa Timur, dan

sebagainya seluruh Indonesia. Kami diajak

oleh pak Kades ke beberapa tempat tersebut.

Selanjutnya kami juga mengikuti pelatihan

yang diadakan oleh dinas pariwisata, entah itu

pelatihan pemandu, pelatihan home stay, dan

pelatihan lainnya yang diadakan oleh dinas

pariwisata.

Apa saja kendala dalam kegiatan

sosialisasi kepada masyarakat?

Kendalnya cukup relatif banyak. Karena

dengan desa wisata, sebelum masyarakat

mengetahui tentang desa wisata image tentang

wisata sangat tidak baik di tempat kami.

Cenderung negatif, banyak yang takut. Banyak

wisatawan nanti budaya di Lerep akan

terkontaminasi dengan budaya luar, takutnya

nanti pergaulan bebas dan sebagainya. Namun,

semenjak pak Kades mensosialisasikan terusmenerus

kepada masyarakat dan mengedukasi

bahwa desa Lerep itu tidak seperti yang

dibayangkan. Tetapi, berjalannya waktu

masyarakat mulai memahami tujuan dari adaya

desa wisata. Desa wisata itu sendiri kan

menjual potensi yang dimiliki oleh masyarakat,

perilaku masyarakat setiap hari itu yang kami

jual seperti yang mempunyai keterampilan

membuat sangrai kopi, permen susu, sabun

susu, itu yang kami jual. Itu bisa memberikan

nilai lebih ke masyarakat. Kemudian, untuk

masyarakat yang mempunyai home stay, yang

sebelum menjadi desa wisata hanya digunakan

untuk gudang penyimpang barang, dapat

dimanfaatkan menjadi home stay. Itu tentunya

menjadi pendapatan tambahan untuk

masyarakat

Selama masa pandemi apakah ada

kendala dalam pengoperasionalan

Desa wisata Lerep? dan strategi

apa yang dilakukan desa wisata

Lerep dalam mengatasi

permasalahan tersebut?

Semasa pandemi jelas, semua pariwisata

terpuruk. Selama dua tahun ini, kami vakum.

Namun, dalam masa vakum itu kami gunakan

untuk berbenah dengan membuat sekretariat

baru, membuat spot-spot foto. Sehingga,

setelah pandemi itu kami jual lagi. Dan

sekarang alhamdulillah sudah mulai banyak

tamu yang datang, setelah pemerintah

kabupaten memutuskan bahwa boleh

menerima tamu wisatawan yang berkunjung

ke tempat kami.

Menurut Anda, apa arti dari

berdaya dengan budaya sendiri?

Artinya kita mencoba untuk berdaya saing

dengan desa-desa wisata lain yang ada di

daerah kami dan berupaya menjual paket

wisata dan menarik wisatawan yang

berkunjung dengan memanfaatkan potensi

yang kami miliki. Banyak potensi yang kami

miliki tidak hanya edukasi, keterampilan,

alam, namun budaya juga banyak yang kita

miliki dan mulai kita gali dan eksplor serta

daur ulang kembali sehingga dapat menarik

wisatawan yang berkunjung ke tempat kami.

karena desa wisata itu tidak seperti tempat

wisata, tempat wisata itu wisatawan datang

beli tiket dan menikmati. Tetapi desa wisata

itu harus ada atraksi, dan atraksi itu kita

suguhkan kepada wisatawan, sehingga ada

interaksi dengan wisatawan dan itu yang

menjadi tarik para wisatawan sehingga akan

datang kembali untuk berwisata lagi. Kami

juga selalu berinovasi, tarian budaya kami

inovasi, keterampilan kami inovasi, dan

semuanya kita inovasi sehingga tamu yang

datang sekarang setengah tahun lagi datang

sudah berbeda kegiatan yang kita tawarkan.

Menurut anda bagaimana potensi

wisata budaya di Indonesia

saat ini?

Kendala sekarang yaitu perkembangan

teknologi. Budaya di tempat kami pun sudah

agak punah, penerus-penerus budaya pun

sudah mulai berkurang seperti karawitan

juga sekarang sudah tidak ada yang menjadi

penerus. Budaya lainnya juga sudah agak

jarang peminatnya, sehingga menjadi

kesulitan kami, terutama di bidang seni.

Apa harapan anda untuk

perkembangan pariwisata di

Indonesia?

Harapannya kami sebagai pelaku desa wisata

bisa terus berinovasi dan menggali potensipotensi

yang kami miliki. Pariwisata yang

banyak wisatawan datang, sehingga desa

wisata dan tempat-tempat wisata lainnya di

Indonesia dapat berinovasi terus menerus

untuk memperindah, mempercantik tempat

wisata maupun desa wisata yang kita miliki.

Susiyanto

(Ketua Desa Wisata Lerep)

25 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 26


Opini

Perkuat Digital Marketing, Langkah Awal UMKM

Dalam Meningkatkan Daya Saing Produk Lokal

Di Masa pandemi Covid-19

Qurroti A’yun

ejak tahun 2020 lalu, pandemi

SCovid-19 telah melanda ke

berbagai negara belahan dunia,

termasuk Indonesia. Pandemi Covid-19

memberikan dampak signifikan ke semua

sektor kehidupan, mulai dari sektor

kesehatan, sosial, hingga sektor

perekonomian. Berbagai upaya telah

dilakukan pemerintah untuk mengurangi

dampak pandemi, salah satunya dengan

mengeluarkan Peraturan Pemerintah tentang

pemberlakuan PSBB, namun dalam

pelaksanaannya PP ini malah memberikan

dampak negatif ke sektor perekonomian

khususnya pada sektor UMKM. Menurut

pelaku usaha, pandemi memberikan dampak

signifikan pada usahanya. Dari 65 juta UMKM

di Indonesia, 82,9% merasakan dampak

negatif, banyak usaha yang harus gulung

tikar karena sulit bertahan di masa pandemi,

dan mengalami penurunan omset secara

terus menurus.

Sebelum pandemi melanda, tercatat

baru 16% pelaku UMKM yang sudah melek

digital dengan memanfaatkan e-commerce

dalam memasarkan produknya. Pada tahun

2020, tingkat daya saing UMKM lokal dinilai

masih rendah, kemampuan ekspor UMKM

hanya sekitar 15,65% dari total ekspor.

Pemerintah telah berupaya untuk

memulihkan UMKM khususnya pada Produk

Lokal yaitu dengan terus mendorong

digitalisasi. Di tahun 2021 tercatat ada 15,9

juta atau 24,9% dari total UMKM di Indonesia

sudah mulai merambah dunia digital.

Kemudian di tahun 2022 tercatat sudah ada

40% UMKM yang sudah menggunakan

berbagai jaringan marketplace untuk

Kader 2020

memasarkan produknya, dan UMKM sudah

merasakan adanya peningkatan pendapatan.

Hal ini membuktikan bahwa UMKM lokal

sudah cukup tangguh dalam menghadapi

dampak pandemi. Semoga kedepannya

UMKM lokal siap bersaing secara global, dan

diharapkan dapat bertransformasi menjadi

UMKM digital. Sehingga dapat bersaing

dengan produk luar bertaraf internasional

yang tak kalah apik dengan produk lokal.

Di tengah maraknya era digitalisasi,

transformasi digital terus digalakkan demi

menunjang perekonomian dan kestabilan

para pelaku UMKM. Daya saing produk lokal

dengan produk impor kian kompetitif.

Produk kuliner menjadi UMKM yang dinilai

dapat terus bertahan dan eksis di masa

pandemi. Adanya gempuran digitalisasi dan

masifnya produk impor menjadi tantangan

bagi pelaku usaha dalam mempertahankan

eksistensi produknya dipasaran.

Foto : grandcircus.co

Produk UMKM lokal sebetulnya

memiliki peluang untuk bisa bersaing di

pasar global. Sebab, Indonesia memiliki

beragam produk yang unik dan berkualitas.

namun untuk mencapai taraf internasional

masih harus ditingkatkan lagi dari segi

kualitas, marketing, dan branding agar dapat

bersaing. Namun dalam kenyataanya, produk

impor masih mendominasi pasar lokal.

diperlukan strategi pemasaran yang tepat

untuk dapat meraih pangsa pasar sehingga

dapat meningkatkan penjualan produk.

Merespon hal tersebut Pemerintah

mengambil tindakan dengan memberikan

dukungan dengan mengenalkan digital

marketing dan digital branding pada UMKM.

Strategi digital marketing pada

UMKM dilakukan dengan memanfaatkan

sosial media seperti Website, WhatsApp,

Facebook dan Instagram. Media tersebut

umum digunakan oleh masyarakat, cukup

dengan membuat postingan foto atau video

yang berisi konten menarik tentang produk

UMKM secara konsisten. UMKM juga

diarahkan untuk mengenal digital branding

untuk menciptakan nilai produk dengan

mengenalkan logo dan keunikan produk ke

masyarakat luas.

Dalam pengaplikasiannya, usaha

kuliner menjadi salah satu UMKM yang

sudah menerapkan digital marketing.

Maraknya usaha kuliner di indonesia dan tak

pernah sepi peminat membuat pelaku UMKM

harus memutar otak agar dapat bersaing

dengan kompetitor lain. Digital marketing

sangat efektif dalam meningkatkan minat

beli konsumen.

Opini

Roti Gembong menjadi salah satu

usaha kuliner populer di Yogyakarta yang

telah menerapkan digital marketing. Roti

jadul yang berasal dari Kutai ini memiliki

keunikan tersendiri baik dari segi kualitas

maupun pemasarannya. Roti Gembong

memiliki desain yang unik pada kemasannya,

selain itu juga menawarkan berbagai pilihan

menu dan rasa yang banyak disukai

konsumen. Dengan memaksimalkan

marketing, Roti Gembong dapat bersaing

dengan kompetitor lain dan meningkatkan

omset penjualan. Kemudian dari segi digital

branding, ada tiga jenis Branding yang

diterapkan dalam mengenalkan produk.

Pertama, Cultural & Destination Branding,

Yogyakarta menjadi tempat wisata yang

memiliki keunggulan dalam hal budaya dan

pariwisata. Kedua, Product Branding, Roti

Gembong menjadi salah satu brand yang

populer di Yogyakarta, yang menjadi incaran

para wisatawan jika ingin membeli oleh-oleh.

Ketiga, Corporate Branding, visi dan misi dari

UMKM dibangun untuk mengenalkan produk

yang dihasilkan ke khalayak masyarakat.

Adanya strategi digital marketing dan

digital branding, menjadi salah satu solusi

bagi para pelaku UMKM yang mengalami

kemrosotan dalam hal penjualan karena

terdampak pandemi Covid-19. Pelaku UMKM

dituntut untuk terus berinovasi dalam

meningkatkan daya saing produk lokal.

Digital marketing memudahkan pelaku usaha

untuk terus memberikan informasi dan

berinteraksi secara langsung dengan

konsumen, memperluas pangsa pasar,

meningkatkan awareness dan meningkatkan

penjualan produk UMKM lokal.

27

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 28


Sahabat forshei

Sahabat forshei

Cultural Tourism : Menggali Potensi Ekonomi

dalam Keragaman Budaya

M. Syauqi Alghifary

ndonesia terkenal sebagai negara

Iyang memiliki keragaman budaya

yang tersebar di 34 provinsi dari

Sabang sampai Merauke. Berdasarkan hasil

Sensus Penduduk 2010 yang dilakukan oleh

Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah suku

yang berada di Indonesia mencapai 1.331

etnis. Keragaman ini ditambah dengan

jumlah bahasa daerah sebanyak 652 yang

telah diverifikasi oleh Badan Bahasa

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Azanella et al., 2019). Hal ini menjadi

kekuatan spesial bagi Indonesia yang perlu

dioptimalkan untuk menunjang

pertumbuhan ekonomi negara.

Keragaman budaya di Indonesia

dapat bertransformasi menjadi kekuatan

ekonomi apabila gencar dipromosikan dan

dikembangkan menjadi kegiatan produktif

yang dapat menarik perhatian masyarakat

sehingga menyumbang pendapatan bagi

para pelaku budaya. Salah satu pangsa

pasar strategis dari promosi budaya ini

adalah wisatawan yang melakukan rekreasi

untuk menikmati pesona daerah setempat.

Kekuatan pariwisata sebagai pendorong

ekonomi dibuktikan dari sumbangan

terhadap devisa negara yang menempati

posisi kedua terbesar dengan nilai USD 17,6

miliar atau setara dengan Rp 246 triliun

(Anggit, 2019).

Potensi ekonomi dari masyarakat

multikultural sebagaimana yang ada di

Indonesia dapat tumbuh optimal dengan

pengembangan pariwisata berbasis

kebudayaan (cultural tourism). Tidak hanya

Presidium Nasional FoSSEI 2021/2022

keindahan alam, keunikan budaya juga

dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan

untuk berkunjung ke suatu daerah.

Beberapa penelitian telah membuktikan

bahwa budaya daerah memiliki pengaruh

signifikan untuk meningkatkan daya tarik

wisatawan di berbagai daerah antara lain

Sumatera Utara, Sumatera Barat,

Yogyakarta, Bali, dan Kalimantan Barat

(Asnawati, 2017; Darmiati, 2020; Harahap &

Rahmi, 2020; Purba & Simarmata, 2018;

Syahrul, 2018). Menurut survei Trip Advisor,

Bali menjadi destinasi wisata paling populer

di Indonesia. Pada tahun 2021, Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

M. Syauqi Alghifary

(Presidium Nasional FoSSEI 2021/2022)

mengungkapkan bahwa Bali menjadi pintu

masuk utama yang paling banyak menerima

kunjungan wisatawan mancanegara. Bali

juga menjadi daerah penyumbang devisa

terbesar pada sektor pariwisata

(Yanwardhana, 2021). Menurut Gubernur

Bali, Wayan Koster, Bali memiliki daya tarik

wisata berupa budaya, adat istiadat, dan

tradisi yangmampu menyumbang devisa

sebesar Rp 150 triliun. Hal ini menjadi bukti

bahwa daerah dengan keunggulan budaya

memiliki potensi ekonomi yang kuat

melalui pengembangan pariwisata.

Selain Bali, daerah yang lain yang

memiliki potensi besar dalam

mengimplementasikan cultural tourism

adalah Yogyakarta. Sejak tahun 2008,

Yogyakarta telah mempromosikan diri

sebagai kota wisata berbasis budaya

(Eticon, 2021). Yogyakarta memang terkenal

dengan cagar budayanya seperti keraton

dan candi yang memiliki daya tarik khusus

bagi para wisatawan. Yogyakarta juga

memiliki beberapa kampung budaya yang

menjadi tempat bagi para wisatawan untuk

mengenal budaya setempat. Walaupun

tidak sebesar Bali, sektor pariwisata di

Yogyakarta mampu menyumbang Rp 11

triliun terhadap pendapatan daerah.

Pengembangan pariwisata berbasis

budaya dapat dimulai dari pelaksanaan

festival daerah sebagai media promosi

(Sugiyarto & Amaruli, 2018). Festival daerah

tersebut terdiri dari festival wisata, festival

produk kerajinan, serta festival seni dan

budaya. Dalam festival wisata, tempattempat

yang menjadi destinasi wisata

dipromosikan melalui pameran fotografi

atau video disertai dengan penyediaan

informasi seputar kegiatan wisata

setempat. Dalam festival produk kerajinan,

hasil karya dari pengusaha lokal

dipamerkan untuk menjadi referensi buah

tangan yang dapat dibeli wisatawan.

Sedangkan dalam festival seni dan budaya,

masyarakat disuguhkan dengan penampilan

atraksi-atraksi budaya lokal atau kuliner

khas daerah setempat.

Tidak hanya menjadi pendorong

ekonomi, cultural tourism juga dapat

menjadi upaya untuk melestarikan budaya

daerah agar tetap eksis di tengah ancaman

globalisasi. Derasnya arus globalisasi dapat

memicu perubahan identitas budaya lokal

melalui proses infiltrasi yang berasal dari

negara-negara superior (Susanto, 2019).

Untuk menangkal pengaruh tersebut, maka

dibutuhkan karakter yang kuat untuk

mempertahankan budaya setempat agar

tidak tergerus oleh dampak globalisasi.

Penanaman karakter ini dapat dibentuk

dengan lebih gencar memasukkan unsur

budaya dalam berbagai elemen kehidupan

terutama aktivitas-aktivitas yang bersifat

esensial seperti perekonomian.

Foto: Tirto.id

33 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 34


Resensi Buku

Resensi Buku

Lestarikan Budaya, Kembangkan Perekonomian

Hui Aminu Rabih Kader 2020

ndonesia terdiri dari beribu-ribu

Ipulau yang terbentang dari

Sabang sampai Merauke

menjadikan Indonesia memiliki berbagai

macam suku dan etnik, sehingga Indonesia

memiliki berbagai macam budaya. Budayabudaya

yang ada di Indonesia terdiri dari

tarian daerah, musik daerah, pakaian daerah,

bangunan-bangunan kuno yang menjadi ciri

khas suatu daerah sampai makanan daerah.

Dalam buku yang ditulis oleh Sobarsa

yang berjudul “Mengembangkan Budaya

Membangun Ekonomi Rakyat”, kita akan

menyadari ternyata Indonesia memiliki

begitu banyak budaya yang sangat

berpotensi sebagai objek untuk mengenalkan

Indonesia kepada masyarakat luas, bahkan

bisa dijadikan sebagai suatu kegiatan

ekonomi.

Setiap daerah di Indonesia memiliki

legenda atau dongeng yang dipercayai oleh

masyarakat, seperti Nyi Roro Kidul di Jawa

Barat dan Malin Kundang di Sumatera Barat.

Dengan beredarnya legenda-legenda

tersebut dapat menarik perhatian banyak

orang dari segala penjuru, bahkan ada

beberapa tempat yang akhirnya dijadikan

sebagai objek wisata. Salah satu contohnya,

seperti Candi Borobudur yang bahkan

sampai saat ini masih menjadi perdebatan

para ahli budaya apakah benar candi

tersebut merupakan peninggalan dari Nabi

Sulaiman. Saking misteriusnya Candi

Borobudur ini, membuatnya masuk ke dalam

kategori “7 Keajaiban Dunia”.

Selain memiliki berbagai budaya dan

adat istiadat yang menarik, Indonesia juga

memiliki keindahan alam yang tak kalah

ndahnya dari negara-negara maju

lainnya yang tidak akan kita temui di negara

Foto : shopee

Judul: Mengembangkan Budaya

Membangun Ekonomi Rakyat

Penulis: Sobarsa. ME., Ph.D

Penerbit: Mitra Wacana Media

Tahun Terbit: 2015

Tebal: 162 halaman

manapun, sehingga ini akan menjadi

daya tarik tersendiri bagi Indonesia, seperti

berbagai macam flora dan fauna, kandungan

laut sampai kandungan bumi. Dengan

melihat begitu banyak budaya dan keindahan

alam di Indonesia, hal tersebut dapat

menjadi salah satu faktor dalam memajukan

perekonomian di Indonesia sendiri.

Selain budaya daerah, Indonesia juga

terdiri dari berbagai macam agama, seperti

agama Islam ,Hindu, Budha dan Kristen.

Kegiatan keagamaan yang berasal dari

agama-agama tersebut akan selalu

menciptakan kebutuhan terhadap jasa atau

barang lainnya. Atas permintaan terhadap

suatu jasa atau barang lain tersebut, maka

secara otomatis kegiatan ekonomi akan

terjadi. Salah satu contohnya jika sudah

memasuki Bulan Ramadhan berbagai macam

penjual akan bermunculan untuk menjual

berbagai macam hal, seperti makanan untuk

berbuka puasa, pakaian untuk hari raya

bahkan restoran selalu penuh untuk tempat

berbuka puasa bersama.

Namun, agar budaya dan keindahan

alam yang ada di Indonesia ini dapat bernilai

ekonomis, pemerintah harus mampu

memberikan suatu kepuasan terhadap para

wisatawan. Kepuasan terhadap suatu budaya

bukan hanya terletak pada melihat

pertunjukannya saja, tapi terletak pada

semua aspek yang berhubungan dengan

budaya tersebut, seperti saat di perjalanan

pergi-pulang, saat sampai di tempat tujuan

dan saat menyaksikan suatu budaya atau

keindahan alam.

Selain itu keberadaan infrastruktur yang

memadai juga penting, seperti alat

transportasi, penginapan, air bersih, rasa

aman dan nyaman. Apabila seseorang telah

merasa aman dan nyaman berada di suatu

wilayah, maka suatu saat orang tersebut akan

kembali lagi untuk mengunjungi wilayah

tersebut. Sayangnya, infrastruktur di

Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini

dapat kita lihat pada sebagian masyarakat

lebih menyukai menggunakan kendaraan

pribadi daripada kendaraan umum yang

dapat menimbulkan kemacetan. Seringnya

terjadi pemadaman listrik secara bergilir

pada suatu daerah menandakan bahwa

pasokan energi listrik di Indonesia belum

mencukupi, padahal penggunaan energi

listrik merupakan salah satu hal terpenting.

Selain itu, pada transportasi udara Indonesia

sebenarnya sudah cukup bagus, namun

maskapi penerbangan yang digunakan di

Indonesia belum terlalu banyak, sehingga

sering terjadinya delay yang menyebabkan

para penumpang terlambat sampai tujuan.

Setelah selesai membaca buku ini,

saya menyadari bahwa ternyata Indonesia

memiliki begitu banyak budaya yang dapat

dinikmati oleh para wisatawan. Budaya yang

dimiliki oleh Indonesia apabila dikelola dan

dijaga dengan baik pasti akan memberikan

dampak yang sangat bermanfaat untuk

Indonesia sendiri. Salah satunya dapat

meningkatkan perekonomian masyarakat

dengan menjadikan beberapa budaya sebagai

tempat wisata yang memiliki kesan tersendiri

bagi wisatawan, sehingga dapat menarik

wisatawan yang lain untuk datang ke

Indonesia. Hal ini juga tentunya harus

didukung dengan keadaan infrastruktur yang

cukup memadai. Seperti, memberikan rasa

nyaman dan aman, memperbaiki kondisi

kendaraan umum agar lebih layak serta

menyediakan tempat penginapan pada

beberapa lokasi wisata agar para pengunjung

tidak kesulitan unutk mencari tempat

penginapan.

Tidak hanya bergantung pada budaya

dan tempat wisata saja, untuk dapat

memajukan perekonomian masyarakat bisa

dimulai dari hal yang paling mudah, seperti

adanya membangun gedung atau acara-acara

keagamaan yang juga dapat mendatangkan

keuntungan bagi suatu masyarakat.

35 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 36


Telusur

Telusur

Berbagai Program dan Gerakan Pemberdayaan

Ekonomi Lokal

Apresiasi Kreasi Indonesia

Irma Ryanding Tyas Kader 2020

Program pengembangan ekonomi kreatif

melalui peningkatan kapasitas dan pameran

kepada para pelaku ekonomi kreatif lokal

dari berbagai sektor ekonomi.

Bekraf

Bekraf berfungsi memperkuat sektor

ekonomi kreatif, termasuk perlindungan bagi

karya kreatif seniman Indonesia. Bekraf

memanfaatkan program IKKON (inovasi,

kreativitas, kolaborasi) untuk mendorong dan

membantu pengembangan potensi ekonomi

kreatif lokal.

Cigudek Kreatif

Gerakan lokal yang menerapkan

pengembangan ekonomi kreatif lokal di

wilayah Cigudek, Kabupaten Bogor berupa

Pondok Bambu sebagai rumah kreatif

pemuda dan mahasiswa.

Desa Kreatif

Sebuah kawasan yang terletak di wilayah

administratif desa/kelurahan yang

masyarakatnya telah mengembangkan

produk unggulan di satu atau lebih 17

subsektor ekonomi kreatif di Indonesia.

Gebu Minang (Gerakan

Budaya Minang)

Suatu organisasi masyarakat Minangkabau

yang bertujuan menghimpun dan membina

potensi masyarakat Minang yang berada di

perantauan di bidang ekonomi dan

kebudayaan.

Gernas BBI (Gerakan Nasional

Bangga Buatan Indonesia)

Gerakan yang mengajak masyarakat

Indonesia untuk bangga menggunakan

produk lokal sehingga bisa menciptakan

industri, kreasi, dan inovasi baru serta pasar

yang lebih besar.

ICCN (Indonesia Creative

Cities Network)

Kata Kreatif

Salah satu program unggulan

Kemenparekraf/Baperekraf untuk menggali,

mengelola, dan menumbuhkembangkan

kreativitas, dan potensi lokal kabupaten atau

kota di Indonesia.

Kharisma Event Nusantara

Sebuah event karnaval yang bertujuan untuk

mempromosikan destinasi pariwisata,

meningkatkan kunjungan wisatawan,

memberdayakan potensi lokal, serta

memberikan dampak positif terhadap

ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan

dengan prinsip berkelanjutan.

Lakoat Kujawas

Sebuah komunitas kewirausahaan sosial di

Nusa Tenggara Timur yang bergerak dibidang

kewirausahaan sosial. Komunitas ini berfokus

dalam menjalankan program kewirausahaan

sosial dengan petani dan penenun.

Pekan Kreatif Nusantara

Ajang pameran yang dibuat sebagai wadah

untuk memperkenalkan ragam produk

ekonomi kreatif. Kegiatan ini digelar untuk

memberikan kesempatan kepada pelaku

industri ekonomi dan UMKM lokal.

Program OVOP (One Village

One Product)

Gerakan masyarakat dengan melibatkan

pemerintah untuk menggerakan produk khas

dari kreativitas masyarakat lokal di daerah dari

tingkat desa hingga kabupaten atau kota

dengan pendekatan pemberdayaan

masyarakat.

Unity In Diversoto

Program untuk memperkenalkan kuliner soto

yang beranekaragam kepada dunia

Internasional. Harapannya keragaman soto

akan berpotensi menjadi gastrodiplomasi

Indonesia.

Warung Rojali

Foto : itera.ac.id

Organisasi yang berkomitmen mewujudkan

10 Prinsip Kota Kreatif untuk memajukan

kota-kota kreatif di Indonesia, dengan

melakukan riset dan pengembangan

ekonomi dengan harapan dapat memajukkan

ekonomi lokal.

Foto : biennalejogja.org

Program ini merupakan wujud dukungan

Kemenparekraf terhadap produk ekonomi

kreatif dan UMKM lokal. Kemenparekraf

mendukung pelaku UMKM untuk

memaksimalkan platform digital, sebagai salah

satu langkah efektif dalam meningkatkan

peluang usaha.

39

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 40


Inspirasi

Inspirasi

Ide Kreatif Anak Bangsa

M. Ali Ibnu Mubarok Kader 2021

ai sobat forshei, sudah

Hbanyak gagasan Inspirasi

anak bangsa yang

mengembangkan produk unik. Produk yang

kita bahas ini merupakan sebuah karya anak

bangsa dari melihat barang-barang yang

sudah tidak terpakai dan menghasilkan

sebuah produk. Kultur Indonesia yang kental

akan kebudayaan daerah memotivasi para

pemuda untuk berkembang sesuai

daerahnya. Keunggulan produk ini adalah

mengkulturasikan barang-barang modern

dengan kearifan lokal, memanfaatkan

berbagai Sumber Daya Alam, dan

memberdayakan Sumber Daya Manusia yang

unggul dalam bidangnya. Yuk simak

penjelasan selanjutnya!.

Tinung Rambu

Tinung Rambu mengambil konsep

tenun dengan batik, produk ini mendukung

pemberdayaan budaya, wanita, dan anak.

Selain itu Tinung Rambu ini mendukung

program makan sehat, juga melakukan

pembangunan sekolah. Sekitar 65 anak dari 6

PAUD yang Tinung Rambu dukung sejak 2020

hingga sekarang, Akhirnya lulus paud dan

akan melanjutkan ke jenjang SD. dan

kerennya produk Tinang Rambu sudah

tersebar ke berbagai dunia.

Sejauh Mata Memandang

Bersama dengan Ecotouch membuat

program daur ulang pakaian. Dalam berbagai

jalur sirkularitas, kolaborasi spesial Sejauh

Mata Memandang dengan Toja dan

terinspirasi dari tenun Nusa Tenggara Timur

yang digabungkan dan mengasilkan sebuah

karya.

Peci Batik Jogokariyan

Tak kenal maka tak sayang. kalimat ini

cukup sebagai pembuka untuk mengulas

sebuah atribut kaum muslim yaitu kopyah,

ternyata peci tersebut meniru atau

mengadopsi sorban yang dikenakan oleh

abdi dalem ulama Keraton Yogyakarta yang

disebut dalem Suronoto.

Waikitekstil

#Jangan ada sisa, ini lah jargon yang

mereka buat. Mereka memilih garmen

Karena komitmen akan sustainable akan

sebanding dengan adanya kuantiti. Teknik

mokume menghasilkan motif yang identik

dengan garis pararel tidak beraturan,

memberikan kesan sederhana yang

menimbulkan efek natural seperti “Wood

Grain” atau “Serat Kayu”.

Mereka Tidak hanya memasarkan tetapi juga

mengadakan kelas belajar bagi seorang yang

ingin tau pemanfaatan garmen.

Gunagoni

Produk ini mengambil konsep goni

bekas dengan mengimpor goni coklat dari

India dan Afrika. yang uniknya setelah

dibentuk menjadi barang jadi terbuatlah

produk yang mempunyai nilai jual tinggi.

Estetik Dari Desa

Ada makna dari setiap jejak garis

tegas yang dibuat, dimensi waktu

mengajarkan kepada mereka untuk terus

beranjak. Kain batik yang diproses dengan

memanfaatkan alam sekitar ini bernuansa

akan ciri khas orang desa. Biden Pilosa

adalah sebuah tanaman liar yang kerap

digunakan untuk ecoprint dalam

pemanfaatan ramah lingkungan wilayah

Tuban.

Tinung

Rambu

Foto : tinungrambu.com

Peci

Batik

Jogokariyan

Foto : pecibatikjogokariyan.blogspot.com

Gunagoni

Foto : gunagoni.wordpress.com

Sejauh

Mata

Memandang

Foto : neighbourlist.com

Waiki

Tekstil

Foto : tokopedia.com/waikitekstil

Estetik Dari

Desa

Foto : tokopedia.com/estetikdaridesa

41 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 42


Hiburan

Hiburan

1

8

5

10

4

6

9

Baca semua edisi majalah falah di

majalahfalah.my.id

11

14

2 3

7

7

Mainkan secara online di

https://bit.ly/forquiz14

13

3 Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya

Penguatan Ekonomi Lokal Antara Budaya dan Berdaya 4


Designer & Layouter

Media Edukasi

Ekonomi Syariah

Edisi XII Desember 2020

Falah

Media Edukasi Ekonomi Syariah

KA forshei

Menyelamatkan Pasar Modal

di Tengah Pandemi Covid-19

Wahyu Budi Utomo

Yumniatul Yumna

450

Fatma Nurrohmah

Dwi Nur Aini

Temukan kami di

#forsheibisa

ksei_forshei

Khulaila Lathuba

Nanik Mifrodah

Forum Studi Hukum Ekonomi Islam


Prestasi

Agenda forshei

#FORINFO

MUSTATA 2021/2022

SET 1 2021

SET 2 2022

ForTalk

Gathering Night

#forsheibisa

ksei_forshei

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!