Tafsir Al Qurthubi Jilid 1

dikatakanny a. Wall aahu a' I a m."
Kedua puluh satu;Umatlslam sepakat akan kewajiban niat ketika
tal<biratul ihram,kwvali ada satu riwayat yang diriwayatkan dari sebagian
satrabat kami. Akan datang keterangannya pada penjelasan ayat bersuci.
Hakikat niat adalah mendekatkan diri kepada Tuhan yang
memerintalrkan suatu perbuatan menurut cara yang diperintahkan.
Ibnu Al Arabi berkata, "Asal @a setiap nia adalah mengukutrkannya
bersamaan dengan perbuatan, atau sebelum itu dengan syarat beriringan. Jika
terdatrulu niat, lalu muncul kelupaan dan saat itu terjadi percampuran pada
ibadah (melalarkan peftuatan lain) maka itu bukan disebut niat. Sebagaimana
bukan disebut sebagai niat apabila niat itu dikukuhkan setelatr terjadi
percampuan pada suatu perbuaan. Namun diberikan keringanan (rultl$lwh)
mendatrulukan niat pada puasa karena begitu berat terus mengukutrkannya
bersamaan dengan awal puasa."
Ibnu Al Arabi berkata lagi, "Abul Hasan Al Qurawi berkata kepada
kami saat berada di Tsagh,r Asqalan, 'Aku pernah mendengar Imamul
Haramain berkata, 'Seseorang harus menghadirkan niat ketika melalcukan
shalat dan memfokuskan hati pada Pencipta dan penciptaan alam juga
kenabian, hingga fokusnya sampai kepada niat shalat. Hal itu tidak
membututrkan waktu yang lam4 akan tetapi itu dapat dilalnrkan dalam waktu
sekejap. Seperti melatih onta membutuhkan waktu yang lama, namun
mengingatkannya dengan apa yang ia sudatr terlatih hanya sekejab.
Di antara niat yang sempurna, batrwa niat itu beriringan dengan
pelaksanaan shalat. Namun karena hal itu sutit, syariat membolehkan hanya
sampai pertengalran. Aku pemah gunr kami, Abu BakarAl Fihri
berkata di mesjidAlAqsh4'Muhammad bin Sahnun berkata'Aku melihat
ayahku, Sahnuq terkadang sudatr menyempurnakan shalat, namrur dia kernbali
mengulangnya.' Maka akupun bertany4 'Kenapa?' Dia menjawab, 'Aku
kehilangan niat di tengah-tengah shalat. Oleh karena itulatr aku mengulang
shalat'."
Tafsir Al Qurthubi
@l