28.01.2021 Views

Isu Perencanaan Wilayah - Belum Optimalnya Kawasan Agropolitan Sebagai Penunjang Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Trenggalek

Kabupaten Trenggalek memiliki program unggulan untuk mendukung berbagai sektor pengembangan. Salah satu program tersebut adalah Pengembangan Kawasan Agropolitan sebagai penunjang sektor pertanian. Namun ternyata, berdasarkan penelitian pribadi ini menunjukkan bahwa pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Trenggalek ternyata masih belum optimal. // Trenggalek Regency has several main programs to support various development sectors. One of these programs is the Development of Agropolitan Area which functions as a support for the agricultural sector. However, based on this personal research, it shows that the development of the Agropolitan Area in Trenggalek Regency is still not optimal.

Kabupaten Trenggalek memiliki program unggulan untuk mendukung berbagai sektor pengembangan. Salah satu program tersebut adalah Pengembangan Kawasan Agropolitan sebagai penunjang sektor pertanian. Namun ternyata, berdasarkan penelitian pribadi ini menunjukkan bahwa pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Trenggalek ternyata masih belum optimal. // Trenggalek Regency has several main programs to support various development sectors. One of these programs is the Development of Agropolitan Area which functions as a support for the agricultural sector. However, based on this personal research, it shows that the development of the Agropolitan Area in Trenggalek Regency is still not optimal.

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Studio

Trenggalek

Laporan

Studio

Analisis

Wilayah


Kabupaten

Trenggalek

Studio Analisis Wilayah


treng

ga -

lek

Fabian Mohammad

44854

Belum Optimalnya Kawasan

Agropolitan sebagai Penunjang

Pengembangan Sektor Pertanian di

Kabupaten Trenggalek

Laporan Analisis Wilayah

Kabupaten Trenggalek 2018


PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

S e b a g a i n e g a r a a g r a r i s , I n d o n e s i a

dianugerahi berbagai macam kekayaan alam yang

melimpah, tanahnya yang subur, ditambah letak

wilayah Indonesia yang dinilai sangat strategis.

Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena

mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian

di bidang pertanian atau bercocok tanam. Hasil dari

bidang tersebut juga bahkan menjadi salah satu roda

penggerak perekonomian Indonesia dengan proses

ekspornya, komoditas tersebut diantaranya seperti

padi, jagung, dan kedelai. Bahkan pada tahun 1980-

an, Indonesia pernah mengalami swasembada

pangan pada komoditas beras. Namun pada

beberapa tahun belakangan, Indonesia juga kerap

memiliki banyak permasalahan di bidang pertanian,

mulai dari persediaan yang kurang, kualitas yang

tidak terlalu bersaing, hingga permasalahan seperti

kenakalan oknum yang terkait dengan proses

distribusi.

Di Kabupaten Trenggalek, mata pencaharian

utama bagi masyarakatnya adalah dari sektor

pertanian. Menurut data Badan Pusat Statistik

Kabupaten Trenggalek tahun 2017, penduduk di

atas 15 tahun yang bekerja di kelompok bidang

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan &

Perikanan adalah sebanyak 48,48%. Selain itu juga

menurut data Dinas Pertanian dan Pangan

Kabupaten Trenggalek tahun 2017, luas lahan

produktif pertanian yang ada di kabupaten

Trenggalek adalah sebesar 12.881 hektar. Dengan

begitu banyaknya potensi pada sektor pertanian,

membuat sektor ini menjadi sebuah potensi

pembangunan yang dapat dikembangkan sehingga

nantinya sektor ini akan memiliki peran yang

strategis.

Salah satu konsep pembangunan/pengembangan

pertanian adalah konsep pengembangan kawasan

agropolitan.

Pengembangan Kawasan Agropolitan (PKA)

merupakan salah satu fokus pembangunan

Kabupaten Trenggalek yang tertuang dalam RPJP

Kabupaten Trenggalek. Dibuatnya kawasan

agropolitan ini adalah sebuah bentuk konsep

pembangunan berkelanjutan dalam sektor

pertanian melalui pengembangan komoditaskomoditas

unggul yang intensif, efisien, serta

terintegrasi.

LANDASAN HUKUM

· RTRW Kabupaten Trenggalek Tahun 2012-

2032

· Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-

2021

· K e p u t u s a n G u b e r n u r N o .

188/40/KPTS/013/2015 tanggal 20 Januari

2015 tentang Kelompok Kerja (POKJA)

Pengembangan Kawasan Agropolitan dan

Minapolitan Provinsi Jawa Timur 2015.

· Surat Menteri Pertanian Republik Indonesia

No. 144/OT.210/A/V/2002 tentang

Pengembangan Kawasan Agropolitan

dengan lampirannya tentang Pedoman

U m u m P e n g e m b a n g a n K a w a s a n

Agropolitan dan Pedoman Operasional

Pengembangan Kawasan Agropolitan

Departemen Pertanian Tahun 2002

· Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 51

Tahun 2007 tentang pembangunan

Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat

Laporan Analisis Wilayah

Kabupaten Trenggalek 1 2018


KERANGKA BERPIKIR

PENDAHULUAN

Alur Kerangka Berpikir Isu

Sumber : Analisis Pribadi, 2018

KAJIAN TEORITIS

Dimulai dari sejarah perkembangan konsep

pembangunan wilayah.

1. P a d a t a h u n 1 9 9 3 , C h r i s t a l l e r

memperkenalkan sebuah konsep teori

central place. Teori ini mengemukakan

p e m i l i h a n t e r h a d a p l o k a s i - l o k a s i

penempatan bagi sektor-sektor publik

maupun pribadi sehingga akan dapat

menghasilkan alokasi fungsi layanan

ekonomi yang optimal. Suatu tempat sentral

akan memiliki masing-masing tingkatan

p e l a y a n a n t e r t e n t u s e s u a i d e n g a n

keampuannya dalam melayani kebutuhan

wilayah tersebut.

2. Konsep Neoklasik, oleh W. S. Jevon, A.

M a r s h a l l , d k k . M e n y a t a k a n b a h w a

mekanisme pasar menjadi suatu hal yang

penting untuk diatur dengan semestinya.

Implikasinya adalah penggunaan sumber

daya akan dapat dioptimalkan serta distribusi

pendapatan dan pertumbuhan antar wilayah

akan merata, apabila mekanisme pasar dapat

berfungsi dengan baik.

3. Centre-Periphery-Models, yang dicetuskan

oleh Gunard Myrdal pada tahun 1957

sebagai tanggapan terhadap konsep

neoklasik yang diterapkan di wilayah

berkembang. Myrdal mengungkapkan

bahwa wilayah yang berkembang tidak

mungkin berdampingan dengan wilayah

maju dalam kerangka mekanisme pasar. Hal

ini justru akan membuat kesenjangan

semakin tinggi. Myrdal mengungkapkan

bahwa wilayah berkembang justru harus

memperoleh perhatian yang khusus,

sehingga nantinya kesenjangan akan dapat

dihilangkan.

Konsep pembangunan agropolitan di

kawasan berkembang, khususnya pada negaranegara

Asia yang umumnya berpenduduk padat,

diterapkan dari pemikiran awal konsep Myrdal.

Friedmann dan Douglas (1978) kemudian

mengimplementasikan pemikiran Myrdal ke dalam

konsep Agropolitan. Agropolitan merupakan

pendekatan perencanaan pembangunan tipe

b o t t o m - u p y a n g b e r k e i n g i n a n

m e n c a p a i ke s e j a h te ra a n d a n p e m e ra t a a n

pendapatan lebih cepat dibanding strategi growth

pole (Friedmann dalam N. Iwan, Journal of Indonesian

Applied Economics, Vol. 2 No. 2 Oktober 2008, hal.

175).

CIRI KAWASAN

AGROPOLITAN

K a w a s a n A g r o p o l i t a n y a n g s u d a h

berkembang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Sebagian besar kegiatan masyarakat

didominasi oleh kegiatan pertanian dan atau

agribisnis dalam suatu sistem yang utuh dan

terintegrasi mulai dari :

a. Subsistem agribisnis hulu (up

s t r e a m a g r i b u s i n e s s ) y a n g

m e n c a k u p : m e s i n , p e ra l a t a n

pertanian pupuk, dan lain-lain.

b. Subsistem usaha tani/pertanian

primer (on farm agribusiness) yang

m e n c a k u p : t a n a m a n p a n g a n ,

hortikultura, perkebunan, perikanan

peternakan, dan kehutanan.

Laporan Analisis Wilayah

Kabupaten Trenggalek 1 2018


PENDAHULUAN

c. Subsistem agribisnis hilir (down

s t r e a m a g r i b u s i n e s s ) y a n g

mencakup : industri pengolahan dan

pemasaran, termasuk perdagangan

untuk kegiatan ekspor. .

d. Subsistem jasa-jasa penunjang

(kegiatan yang menyediakan jasa

bagi agribisnis) meliputi : perkreditan,

asuransi, transportasi, penelitian dan

p e n g e m b a n g a n , p e n d i d i k a n ,

penyuluhan, infrastruktur, dan

kebijakan pemerintah.

2) Adanya keterkaitan antara kota dengan

desa (urban-rural linkages) yang bersifat

interdependensi/timbal balik dan saling

membutuhkan. Kawasan pertanian di

perdesaan mengembangkan usaha budi

daya (on farm), sebaliknya kota menyediakan

fasilitas untuk berkembangnya usaha budi

daya dan agribisnis seperti penyediaan

sarana pertanian antara lain: modal,

teknologi, informasi, peralatan pertanian dan

lain sebagainya.

3) Kegiatan masyarakat di dalamnya

termasuk usaha industri (pengolahan)

pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian

(termasuk perdagangan untuk kegiatan

ekspor), perdagangan agribisnis hulu (sarana

pertanian dan permodalan), agrowisata dan

jasa pelayanan.

4) Kehidupan di kawasan agropolitan sama

dengan suasana kehidupan di perkotaan,

Laporan Analisis Wilayah

Kabupaten Trenggalek 1 2018


PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

Salah satu upaya dalam mengembangkan

s e k t o r p e r t a n i a n w i l a ya h a d a l a h d e n g a n

mengembangkan kawasan agropolitan. Dalam

Undang-Undang no. 26 tahun 2007 tentang

Penataan Ruang, Agropolitan adalah kawasan yang

terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada

wilayah perdesaan sebagai sistem produksi

pertanian dan pengelolaan sumber daya alam

tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan

fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem

permukiman dan Agrobisnis.

Kawasan Agropolitan dicirikan sebagai

kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang

karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis di

pusat agropolitan dengan harapan dapat melayani

dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan

pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya

(Agropolitan dan Pembangunan Ekonomi Pedesaan

(Kristiana W, Suryo E), dalam Saintis, Vol. 9, No.2

Oktober 2017). Lebih lanjutnya, agribisnis adalah

kegiatan yang berhubungan dengan penanganan

komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi

salah satu atau keseluruhan dari mata rantai

produksi, pengolahan masukan dan keluaran

produksi (agroindustri), pemasaran masukankeluaran

pertanian dan kelembagaan penunjang

kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan

adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan

pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh

kegiatan pertanian (Downey dan Erikson (1998),

dalam buku Saragih (1998 : 86)). Kawasan

Agropolitan diharapkan akan dapat menjadi sebuah

elemen penyeimbang antara perkotaan dan

perdesaan khususnya di Kabupaten Trenggalek.

Secara umum tujuan pengembangan kawasan

a g r o p o l i t a n a d a l a h u n t u k m e n i n g k a t k a n

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui

p e r c e p a t a n p e n g e m b a n g a n w i l a y a h d a n

peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan

mendorong berkembangnya sistem dan usaha

agribisnis yang berdaya saing berbasis kerakyatan,

berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) dan

terdesentralisasi (wewenang berada di Pemerintah

Daerah dan Masyarakat) di kawasan agropolitan.

Secara khusus tujuan PKA adalah:

a. M e n g u r a n g i k e s e n j a n g a n

kesejahteraan antar wilayah;

b. Mengurangi kesenjangan antara

kota dan desa;

c. M e n g u r a n g i k e s e n j a n g a n

pendapatan antar masyarakat;

d. Mengurangi kemiskinan;

e. Mencegah terjadinya urbanisasi

tenaga produktif;

f. Meningkatkan pendapatan asli daerah

(PAD).

Terkait dengan arahan dari Rencana Tata

Ruang Kabupaten Trenggalek 2012-2032, kawasan

yang direncanakan akan menjadi kawasan

a g ro p o l i t a n a d a l a h Ke c a m a t a n Wa t u l i m o,

Kecamatan Bendungan, dan Kecamatan Pule.

Analisis persyaratan kawasan agropolitan

menggunakan beberapa aspek yang mengacu

kepada Peraturan Menteri Pertanian no. 41 tahun

2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan

Pertanian yang disesuaikan dengan analisis penulis.

Laporan Analisis Wilayah

Kabupaten Trenggalek 1 2018


PEMBAHASAN

PERSYARATAN KAWASAN

AGROPOLITAN

ANALISIS LOKASI

Trenggalek, Kecamatan Bendungan maupun Pule

memiliki dominansi peruntukkan lahan kawasan

budidaya dan penyangga, yang menandakan bahwa

kawasan tersebut sesuai untuk pengembangan

kegiatan yang didasarkan pada kondisi dan potensi

sumber daya alam, manusia, maupun buatan, dan

dalam konteks ini adalah pengembangan kegiatan

berbasis pertanian yaitu pengembangan kawasan

agropolitan. Sedangkan untuk Kecamatan Watulimo

memiliki dominansi peruntukkan lahan kawasan

penyangga dan lindung, yang secara tidak langsung

mengindikasikan bahwa terdapat banyak daerah

yang peruntukkannya terbatas sehingga perlu

adanya perhatian khusus dalam memilih lokasi

penempatan aktivitas kawasan agropolitan.

Peta Kawasan Pengembangan Agropolitan

Sumber : Analisis Penulis, 2018

Secara geografis, Kecamatan Watulimo,

Bendungan, dan juga Pule merupakan kawasan yang

sesuai untuk pengembangan kawasan agropolitan

karena memiliki karakteristik kawasan yang baik dan

juga cenderung memiliki kerawanan bencana yang

rendah-sedang. Selain itu juga pada kecamatankecamatan

tersebut dekat dengan jalan-jalan besar,

sehingga letaknya strategis

STRUKTUR RUANG DAN POLA

RUANG

Banyaknya aktivitas yang ada ditunjukkan

oleh adanya simpul perkotaan yang menandakan

bahwa terdapat agregasi permukiman serta

beragamnya akivitas yang dilakukan oleh

masyarakat kecamatan tersebut. Namun dalam

kasus yang dianalisis saat ini, hanya Kecamatan

Watulimo yang memiliki simpul perkotaan. Itu artinya

bahwa pada Kecamatan Bendungan dan Kecamatan

Pule belum memiliki agregasi permukiman yang baik

serta aktivitas yang dinamis pada masyarakatnya.

Walaupun begitu, ketiga kecamatan ini tetaplah

menjadi prospek yang baik bagi perkembangan

kawasan agropolitan. Diharapkan nantinya dengan

adanya kawasan agropolitan di Kecamatan

Bendungan dan juga Pule akan mengurangi

kesenjangan antara kota dan desa serta membuat

aktivitas masyarakatnya menjadi lebih dinamis.

Melihat pola ruang eksisting Kabupaten

Peta Developability untuk Kawasan Pengembangan Agropolitan

Sumber : Analisis Penulis, 2018

Hasil Overlay Peta Kesesuaian Lahan dan Peta Rawan Bencana = Peta

Developability. Setelah itu peta Developability dioverlay lagi dengan peta

Kecamatan namun hanya 3 kecamatan yaitu Bendungan, Pule, dan Watulimo

kemudian dilakukan kategorisasi dengan pertimbangan dari hasil overlay.

Peta Kesesuaian Lahan pada Kawasan Pengembangan Agropolitan

Sumber : Analisis Penulis, 2018

Hasil Overlay Peta Curah Hujan, Jenis Tanah, dan Kelerengan = Peta Kesesuaian

Lahan. Setelah itu peta Kesesuaian Lahan dioverlay lagi dengan peta Kecamatan

namun hanya 3 kecamatan yaitu Bendungan, Pule, dan Watulimo kemudian

dilakukan kategorisasi dengan acuan dari SK Mentan no. 837/KPTS/UM/11/1980

Laporan Analisis Wilayah

Kabupaten Trenggalek 1 2018


TENAGA KERJA DI SEKTOR

PERTANIAN

Sektor Jumlah Pekerja Persentase Pekerja Jumlah Pekerja Sektoral

Pertanian, Kehutanan, Perikanan 48,48% 183.626

Pertambangan dan Penggalian 1,44% 5.454

Industri 13,81% 52.308

Listrik, Gas, dan Air Minum 0,10% 379

Konstruksi 6,54% 24.771

Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa

Akomodasi

378.767

16,54% 62.648

Transportasi, Pergudangan, dan

Telekomunikasi

2,74% 10.378

Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha

Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan

Perorangan

1,20% 4.545

9,15% 34.657

Tabel Jumlah Tenaga Kerja Per Kelompok Sektor

Sumber : BPS, Analisis Penulis, 2018

Pada tahun 2017, tenaga kerja terbanyak

yang ada di Kabupaten Trenggalek adalah berasal

dari kelompok sektor Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan dengan jumlah 183.626 jiwa. Hal ini

mengindikasikan bahwa kelompok sektor ini

masihlah menjadi lapangan pekerjaan utama yang

mendominasi di Kabupaten Trenggalek. Namun

yang menjadi sorotan adalah tiap tahunnya

persentase tenaga kerja pada kelompok ini

cenderung terus menurun. Pada tahun 2014

berjumlah 56,94%, kemudian 2015 berjumlah

55,11%, kemudian pada 2016 tidak ada data, dan

2017 berjumlah 48,48% (Kabupaten dalam angka

2018). Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat

dalam kelompok sektor ini cenderung semakin

menurun. Dengan adanya kegiatan di kawasan

agropolitan ini nantinya diharapkan dapat membuka

lapangan pekerjaan, meminimalisir terjadinya

migrasi dari dalam ke luar, serta menumbuhkan

minat masyarakat dalam pertanian.

KEADAAN EKSISTING INDUSTRI

SENTRA DI KAB. TRENGGALEK

Komoditas Kecamatan Jumlah Unit Usaha

Pemasaran

Lokal Regional Nasional

Tepung Tapioka Bendungan 821 40 60 -

Gula merah kelapa Watulimo 80 100 - -

Gula merah kelapa Watulimo 22 100 - -

Pindang Ikan Tongkol Watulimo 39 20 50 30

Pindang Ikan Tongkol Watulimo 29 20 50 30

Pindang Ikan Tongkol Watulimo 77 20 50 30

Kapur tohor Watulimo 4 60 40 -

Genteng plentong pres tangan Pule 5 100 - -

Sejenis Kerupuk (Emping Mlinjo) Pule 12 40 60 -

Minyak Atsiri Pule 18 30 70 -

Tabel Eksisting Jumlah Industri Sentra di Kecamatan Kawasan Agropolitan

Sumber : Data Dinas Industri Kabupaten Trenggalek, 2018

Kawasan Agropolitan merupakan konsep

pengembangan kawasan yang terintegrasi mulai dari

tahap produksi, pengolahan, hingga pemasaran.

Salah satu upaya dalam mewujudkannya adalah

dengan mengembangkan industri pertanian. Dari

data yang didapatkan, saat ini di ketiga kecamatan

perencanaan kawasan agropolitan baru terdapat

beberapa sentra industry, khususnya untuk industri

pertanian. Jenis-jenis industrinya pun masih terbatas

PEMBAHASAN

dan belum beragam. Maka dari itu perlu adanya

pengembangan industri-industri lain seiring dengan

berjalannya pengembangan kawasan agropolitan.

Industri yang harus ada nantinya adalah yang dapat

mencakup proses produksi, pengolahan, serta

pemasaran dari komoditas-komoditas unggulan

pertanian Kabupaten Trenggalek.

KOMODITAS UNGGULAN

Dalam dokumen perubahan RPJMD tahun

2016-2021 terdapat 16 komoditas yang menjadi

prioritas pengembangan yaitu padi, jagung, kedelai,

ubi kayu, kakao, kopi, cengkeh, kelapa, durian,

janggelan, nilam, manggis, jahe, temulawak, sapi

potong, sapi peras, dan kambing. Juga disebutkan

bahwa ada 8 komoditas yang teridentifikasi memiliki

prospek untuk dikembangkan agroindustrinya, yaitu

Ubi Kayu, Kakao, Kopi, Cengkeh, Kelapa, Durian,

Janggelan, dan Nilam. Berdasarkan data yang ada,

jumlah panen dari komoditas-komoditas tersebut

memiliki jumlah yang lumayan banyak. Namun pada

kenyataannya saat ini, hasil panen tersebut langsung

didistribusikan menuju pasar. Hal ini yang kemudian

menyebabkan harga jual yang masih berada di

ambang rata-rata. Nantinya ketika kawasan

agropolitan sudah benar-benar berjalan, hasil panen

komoditas tersebut lebih baik diolah terlebih dahulu

menjadi barang setengah jadi ataupun barang jadi

sehingga nilai jual dari barang tersebut akan

meningkat berkali lipat.

Jenis Komoditas

Luas Lahan Jumlah Hasil Panen

Panen (Ha)

(Ton)

Padi 31.361 187.226

Jagung 11.072 66.897

Kedelai 7.318 11.421

Ubi Kayu 10.172 228.245

Kakao 2.253,96 1.306,91

Kopi 368,27 304,19

Cengkeh 2.509,60 593,4

Kelapa 9.813,70 11.509,73

Durian 558,35 11.480,50

Janggelan - -

Nilam 565,05 2.743,20

Manggis 258,46 2.746,50

Jahe 161,1 1.575,41

Temulawak 63,12 11.547,01

Jenis Komoditas Populasi Produksi Susu (Ton) Produksi Daging (Ton)

Sapi 39.496 9.609.168 1.225,93

Kambing 398.012 971.364 848,54

Tabel Komoditas Unggulan Kabupaten Trenggalek

Sumber : Data Dinas Pertanian dan Pangan diolah, 2018

Laporan Analisis Wilayah

Kabupaten Trenggalek 1 2018


PEMBAHASAN

KELEMBAGAAN PETANI

Kecamatan Kelompok Tani GAPOKTAN

Panggul 76 17

Munjungan 100 11

Watulimo 90 12

Kampak 64 7

Dongko 51 10

Pule 91 10

Karangan 57 12

Suruh 58 7

Gandusari 57 11

Durenan 51 14

Pogalan 45 10

Trenggalek 53 13

Tugu 78 15

Bendungan 48 8

Jumlah 949 157

Tabel Jumlah Kelembagaan Petani Tahun 2016

Sumber : Pertanian dalam Angka Kabupaten Trenggalek, 2017

Jumlah kelembagaan petani pada tahun

2016 adalah 949 kelompok tani dan 157 Gabungan

Kelompok Tani (GAPOKTAN). Hal ini menunjukkan

bahwa ada terdapat banyak kelompok yang dapat

diberdayakan oleh pemerintah melalui programprogram

pelatihan, penambahan skill petani, serta

pemberian bantuan alat-alat pertanian. Kelompok

inilah yang nantinya menjadi salah satu sumber daya

besar dalam proses pengembangan kawasan

agropolitan.

ANALISIS LQ

Sektor SLQ DLQ Keterangan

Pertanian. Kehutanan. dan

2.35 0.29 Prospektif

Perikanan

Pertambangan dan Penggalian 1.18 4.10 Unggulan

Industri Pengolahan 0.51 2.63 Andalan

Pengadaan Listrik dan Gas 0.14 1.09 Andalan

Pengadaan Air, Pengelolaan

0.62 0.72 Tertinggal

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi 0.82 1.09 Andalan

Perdagangan besar dan

eceran;reparasi mobil dan sepeda 0.92 1.21 Andalan

motor

Transportasi dan pergudangan 0.51 1.26 Andalan

Penyediaan akomodasi dan makan

0.36 1.93 Andalan

minum

Informasi dan komunikasi 1.12 0.67 Prospektif

Jasa keuangan dan asuransi 1.02 7.67 Unggulan

Real estate 1.26 1.68 Unggulan

Jasa perusahaan 0.33 1.85 Andalan

Administrasi pemerintahan.

pertahanan dan jaminan sosial 1.98 1.04 Unggulan

wajib

Jasa Pendidikan 1.71 0.34 Prospektif

Jasa kesehatan 1.40 2.16 Unggulan

Jasa lainnya 2.02 1.00 Unggulan

Tabel Hasil Analisis LQ

Sumber : Analisis Studio Kabupaten Trenggalek 1, 2018

Dari hasil perhitungan LQ yang telah

dilakukan, didapatkan hasil berupa tabel di atas.

Kelompok Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

berada pada posisi sektor prospektif, yaitu sektor

dengan keadaan pendapatan rendah namun

dengan laju pertumbuhan yang tinggi (jika

dibandingkan dengan rerata data PDRB Provinsi). Hal

ini mengindikasikan bahwa walaupun saat ini

pendapatan dari sektor pertanian masih rendah,

namun merupakan salah satu sektor yang memiliki

tingkat pertumbuhan yang baik kedepannya.

ANALISIS SHIFT-SHARE

Pertumbuhan

Komponen (Milyar Rupiah)

Sektor

Rn Rin Rij Nij Mij Cij Dij

Pertanian, Kehutanan, dan

0,111216 0,144459 652,4195 -354,345 89,09543 387,17

Perikanan

Pertambangan dan Penggalian 0,365465 0,173498 154,4766 77,44391 -121,82 110,1

Industri Pengolahan 0,255459 0,292909 324,9804 16,06209 49,99748 391,04

Pengadaan Listrik dan Gas 0,050033 0,103837 1,078383 -0,85674 0,238355 0,46

Pengadaan Air dan Pengelolaan

Sampah Limbah dan Daur Ulang

0,181593 0,206186 1,416747 -0,35988 0,143129 1,2

Konstruksi 0,232166 0,234594 171,2439 -7,92214 1,708279 165,03

Perdagangan Besar dan Eceran:

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

0,24615 0,234425 388,145 4,340557 -18,6955 373,79

Transportasi dan Pergudangan 0,280191 0,362377 31,29016 4,725637 10,56421 46,58

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum

0,373013 0,345608 40,12657 21,36097 -4,51754 56,97

Informasi dan Komunikasi 0,296801 0,337999 134,793 29,55461 22,81235 187,16

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,254253 0,252767 58,93864 2,621026 -0,35966 61,2

Real Estate 0,227694 0,253347 48,35928 -3,1256 5,096317 50,33

Jasa Perusahaan 0,270092 0,285903 5,525802 0,60528 0,358918 6,49

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan, dan Jaminan Sosial

0,133204 0,145832 106,1295 -48,055 5,505552 63,58

Wajib

Jasa Pendidikan 0,277179 0,245664 104,2721 14,45766 -13,4998 105,23

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial

0,283291 0,31603 19,69571 3,225391 2,648899 25,57

Jasa Lainnya 0,210394 0,243338 65,40407 -8,87537 8,8513 65,38

TOTAL 0,243427 0,243427 0,221174 2308,295 -249,143 38,12722 2097,28

Tabel Hasil Analisis Shift-Share

Sumber : Analisis Studio Kabupaten Trenggalek 1, 2018

Berdasarkan analisis shift share di atas, dapat

diketahui bahwa pada tahun 2013-2017, PDRB

Kabupaten Trenggalek mengalami pertambahan

nilai absolut atau mengalami kenaikan kinerja

perekonomian wilayah sebesar Rp2.097,28 miliar.

Hal ini dapat dilihat dari nilai dampak riil

pertumbuhan ekonomi daerah (Dij) yang positif pada

semua sektor ekonominya. Kenaikan kinerja

perekonomian Kabupaten Trenggalek tertinggi

berada pada kelompok sektor Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan. Milai (Nij) dan (Mij) yang belum baik,

menunjukkan bahwa keadaan pertumbuhan

Kabupaten Trenggalek yang masih minim jika

dibandingkan dengan keadaan Provinsi Jawa Timur.

Namun demikian, pergeseran nilai (Cij) yang positif,

menunjukkan bahwa tingkat kompetitif dari

Kabupaten Trenggalek relatif tinggi dan dapat

bersaing dengan kabupaten lain di Provinsi Jawa

Timur, khususnya pada sektor Pertaniannya.

Laporan Analisis Wilayah

Kabupaten Trenggalek 1 2018


Komponen-Komponen

untuk Kawasan Agropolitan

Kesesuaian Lokasi

Kecamatan Watulimo Kecamatan Pule Kecamatan Bendungan

Kerawanan Bencana 1 1 1

Kestrategisan Lokasi 1 1 1

Struktur Ruang dan Pola Ruang

Kecamatan untuk Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan

Agregasi Permukiman 1 0,25 0,25

Peruntukkan Lahan 0,25 1 1

Tingkat Developability 0,5 0,75 1

Jumlah Tenaga Kerja 1 1 1

Kondisi Eksisting Industri 0,25 0,25 0,25

Keterangan : Angka 1 = Sangat baik. Semakin mendekati angka 1, berarti semakin baik nilai skoring

Komoditas Unggulan 1 1 1

Kelembagaan Petani 1 1 1

TOTAL 7 7,25 7,5

Tabel Hasil Skoring Kesiapan Kawasan Agropolitan Kabupaten Trenggalek

Sumber : Analisis Pribadi, 2018

ANALISIS SWOT

PEMBAHASAN

HASIL TEMUAN

SKORING KESIAPAN KAWASAN

AGROPOLITAN

D a r i h a s i l s k o r i n g y a n g

didapatkan, beberapa variabel sudah

menunjukkan bahwa kesiapan untuk

PKA di Kabupaten Trenggalek sudah baik.

Namun yang masih memiliki nilai yang

rendah adalah pada kondisi eksisting

i n d u s t r i p e r t a n i a n d i K a b u p a te n

Trenggalek. Hal ini cukup menjadi suatu

hambatan dikarenakan teknologi serta

i n d u s t r i p e r t a n i a n ( i n d u s t r i

pengumpulan, industri pengolahan, dll)

merupakan faktor yang paling penting

d a l a m p e n g e m b a n g a n k a w a s a n

agropolitan.

Analisis SWOT dilakukan dengan

m e n g g u n a k a n d a t a - d a t a y a n g t e l a h

didapatkan dan dianalisis pada tahap

pembahasan. Keempat aspek SWOT kemudian

akan diletakkan pada letaknya masing-masing

kemudian dihubungkan satu sama lain

sehingga pada akhirnya dilakukanlah

penentuan stratefi-strategi yang dirasa tepat

untuk menanggulangi permasalahan yang ada

berdasarkan data dan fakta yang dianalisis oleh

penulis.

Faktor Eksternal

Faktor Internal

Strengths (S)

a. Letak Kawasan

Agropolitan yang strategis,

yaitu dekat dengan Jalan

Besar Provinsi

b. Keadaan alam yang

memang cocok untuk

budidaya pertanian

c. Keadaan sumber daya

manusia/tenaga kerja

yang banyak

d. Adanya strategi khusus

kawasan agropolitan dari

pemerintah daerah

e. Adanya kelembagaan

GAPOKTAN yang cukup

banyak

Weakness (W)

a. Keadaan saranaprasarana

yang belum

memadai

b. Kurangnya teknologi

tepat guna

c. Kurangnya

keterampilan/skill petani

dalam hal produksi,

pengolahan, serta pemasaran

olahan pertanian

Opportunities (O)

Strategi S-O

Strategi W-O

Tabel Hasil Analisis SWOT

Sumber : Analisis Pribadi, 2018

a. Adanya dukungan

pemerintah provinsi

b. Pasar yang terbuka lebar

baik itu dalam domestik

maupun luar

c. Adanya potensi

kemitraan dengan pihak

luar/swasta

d. Perdagangan bebas

Threats (T)

a. Penguasaan lahan oleh

pihak lain

b. Menekan daerah-daerah

sekitar yang lebih rendah

kondisinya

c. Produk sejenis dari

wilayah lain

- Mengedukasi petani mengenai

cara-cara pengoptimalan produksi

pertanian

- Mengoptimalkan SDA yang

sudah ada untuk pengembangan

sector pertanian, dengan

didukung oleh penumbuhan

industry-industri pengolahan serta

pemasaran dalam pengembangan

agropolitan

- Memperkenalkan serta

menghubungkan GAPOKTAN

dengan pihak-pihak luar/swasta

Strategi S-T

- Meningkatkan peran pemerintah

dalam melindungi lahan-lahan

pertanian agar tidak terjadi alih

fungsi lahan demi peningkatan

kegiatan pertanian

- Menjalin kerjasama kuat antar

kecamatan

- Penguatan kelembagaan

GAPOKTAN

- Membangun sarana-prasarana

pertanian yang baik

- Peng-upgrade-an terhadap

sumber daya manusia, melatih

petani untuk dapat mengolah hasil

panennya sehingga akan

menambah nilai jual

- Melakukan pengadaan teknologi

tepat guna serta mengajarkannya

kepada para petani guna menekan

efisiensi serta menambah nilai jual

Strategi W-T

- Mengajarkan petani mengenai

inovasi produk-produk pertanian

- Melakukan penyuluhan tentang

tahapan-tahapan produksi,

pengolahan, serta pemasaran dan

juga dibarengi dengan

pengaplikasian teknologi

Laporan Analisis Wilayah

Kabupaten Trenggalek 1 2018


KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN

REKOMENDASI

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan,

terbukti bahwa sebenarnya untuk persyaratan

terkait PKA sudah memenuhi kriteria yang ada.

Selain itu ditambah dengan variable-variabel lain

seperti ketenagakerjaan, keberadaan kelembagaan

petani, serta banyaknya komoditas unggulan,

membuktikan bahwa sebenarnya Kabupaten

Trenggalek sudah siap untuk mengembangkan

Kawasan agropolitannya. Namun yang masih

m e n j a d i h a m b a t a n a d a l a h k u r a n g n y a

keberadaan teknologi serta industri pertanian

guna menunjang dengan baik Pengembangan

Kawasan Agropolitan.

c. Mengembangkan industri kecil,

menengah, hingga besar yang berfokus

pada pengolahan barang-barang

mentah hasil pertanian.

d. Meningkatkan keterampilan sumber

daya manusia yang ada sehingga

mengerti cara-cara pengolahan yang

baik dan benar.

e. Membangun sedikit demi sedikit

mulai dari perbaikan aksesinilitas,

p e n a m b a h a n f a s i l i t a s - f a s i l i t a s

pendukung, hingga membangun

sentra industri agropolitan.

REKOMENDASI

Rekomendasi yang dapat diberikan antara lain :

a. Membangun serta mengoptimalkan

fasilitas penunjang kawasan agropolitan,

seperti tempat penampungan hasil

panen, tempat pengolahan hasil panen

d a r i t i a p - t i a p k o m o d i t i , t e m p a t

pengemasan hasil-hasil olahan, dan lain

l a i n , s e h i n g g a n a n t i n y a d a p a t

m e n d u k u n g p r o s e s p r o d u k s i ,

pengolahan, serta pemasaran produkproduk

hasil pertanian Kabupaten

Trenggalek.

b. Mengendalikan ruang agar lahan

pertanian tetap tersedia disertai jaringan

irigasi/system pengairan yang memadai.

Hal ini ditujukan untuk memastikan

terjaminnya lapangan pekerjaan serta

terjaminnya lahan untuk penanaman

komoditas-komoditas.

Laporan Analisis Wilayah

Kabupaten Trenggalek 1 2018


DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Trenggalek. 2012. Materi Teknis Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Trenggalek Tahun 2012-2032.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Trenggalek. 2016. Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Kabupaten Trenggalek tahun 2016-2021.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. Kabupaten Trenggalek dalam Angka 2018.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Kecamatan Watulimo dalam Angka 2017.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Kecamatan Bendungan dalam Angka 2017.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Kecamatan Pule dalam Angka 2018.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Statistik Daerah Kabupaten Trenggalek 2017.

Baladina N., Anindita R., Isaskar R., Sukardi. 2013. Identifikasi Potensi Komoditi Pertanian Unggulan Dalam Penerapan

Konsep Agropolitan di Kecamatan Poncokusomo, Kabupaten Malang. Jurnal AGRISE. 13(1):30-41

Basuki A. T. 2012. Pengembangan Kawasan Agropolitan. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1,

April 2012, halaman 53-71.

Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek. 2018. Data Permintaan UGM.

Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek. 2017. Pertanian dalam Angka 2012-2016.

Haryono A., Sunfianah L. 2014. Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Malang. JESP-vol.6 no.2,

November 2014.

Kelompok Studio Analisis Wilayah Kabupaten Tegal. 2017. Laporan Analisis Kabupaten Tegal. Studio Analisis Program

Sarjana Perencanaan Wlayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Martadona I., Purnamadewi Y., Najib M. 2014. Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Tanaman Pangan di

Kota Padang. Tata Loka vol. 16 no. 4, November 2014. Biro Penerbit Planologi UNDIP.

N. Iwan. 2008. Journal of Indonesian Applied Economics, Vol. 2 No. 2 Oktober 2008.

Saragih, B. 1998. Agribisnis, Paradigma Baru Pembanguan Ekonomi Berbasis Pertanian. Yayasan Mulia Persada, Jakarta: PT

Surveyor Indonesia dan PSP LP-IPB.

Sintaningrum, Setiawan, T. 2017. Quo Vadis Kebijakan Kawasan Agropolitan di Indonesia. Jurnal Manajemen Pelayanan

P u b l i k . 1 . 8 8 . 1 0 . 2 4 1 9 8 / j m p p . v 1 i 1 . 1 3 5 5 1 .

https://www.researchgate.net/publication/319649617_Quo_Vadis_Kebijakan_Kawasan_Agropolitan_di_Indone

sia. Diakses 21 November 2018.

Sirojuzilam. 2013. Potensi Wilayah dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Toba Samosir.

https://jurnal.usu.ac.id/index.php/edk/article/view/1852/1018. Diakses 21 November 2018.

Studio Wilayah Kabupaten Tegal. 2017. Buku Laporan Studio Analisis Wilayah Kabupaten Tegal.

Laporan Analisis Wilayah

Kabupaten Trenggalek 1 2018

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!