17.11.2020 Views

Pengembangan Masyarakat dalam Perspektif Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan

Tulisan saya berjudul Pengembangan Ekowisata Laut berbasis Pemberdayaan Masyarakat dan Ekonomi Kreatif di Bunguran Selatan, Kabupaten Natuna Ditulis bersama Dr. S. Djuni Prihatin M.Si

Tulisan saya berjudul Pengembangan Ekowisata Laut berbasis Pemberdayaan Masyarakat dan Ekonomi Kreatif di Bunguran Selatan, Kabupaten Natuna

Ditulis bersama Dr. S. Djuni Prihatin M.Si

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

1991). Namun, topik tubuh masih dipandang secara reaktif dan

opresif di dalam diskursus disabilitas termasuk praktek kebijakan

sosial itu sendiri. Membicarakan tubuh dianggap melecehkan dan

merendahkan kaum disabilitas. Keengganan di dalam membahas

tubuh terjadi karena kajian disabilitas selama ini terlalu menekankan

perbedaan antara kecacatan (impairment) dan ketidakmampuan

(disability) yang memiliki konsekuensi pada tersingkirnya diskusi

serius ataupun teorisasi mengenai kecacatan itu sendiri (Hughes

& Paterson 1997; Hughes 1999). Di tengah-tengah masyarakat

modern, kecacatan dilekatkan pada dimensi biologis, sementara

disabilitas berkaitan dengan hal-hal sosial. Masyarakat modern yang

melakukan fetisisasi terhadap penampilan dan rupa, sebenarnya

secara pararel juga telah menjadi tekanan bagi orang-orang disabled.

Hughes (1999) melihat logika masyarakat modern yang seperti itu

telah mengkonstruksi kaum disabled sebagai ‘yang lain’ (other).

Morris (1991) telah mengkritisi sebelumnya mengenai

kebijakan sosial yang melupakan pengalaman subjektif dari orangorang

disabled seperti rasa sakit pada tubuh, di mana pengalaman

seperti ini berakar dari kecacatan tadi. Mengatasi kecenderungan

yang demikian, gerakan feminisme yang terinspirasi dari

pendekatan posmodern telah mencoba melakukan renegosiasi

batasan antara biologi dan sosial yang tampak pada dekonstruksi

perbedaan seks dan gender, dan hal ini sebenarnya bisa dipakai di

dalam kajian disabilitas. Pengalaman rasa sakit pada tubuh yang

dialami oleh orang-orang disabled perlu dimaknai bukan saja pada

tataran biologis tapi juga secara sosiologis. Bila perlu kedua-duanya

tidak dilihat secara terpisah. Gagasan yang demikian menjadi

sangat signifikan bagi pengkayaan pendekatan di dalam kebijakan

sosial tentang bagaimana konsep disabilitas dibangun secara sosial

tapi juga dialami secara personal. Ini juga menjadi tantangan bagi

kebijakan yang terkait dengan aborsi selektif dan bedah tubuh atau

wajah yang disesuaikan dengan konstruksi standar tubuh sehat

dan sempurna (Seymour, 1998).

Pengembangan Masyarakat dalam Perspektif Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan

177

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!