You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
yang maksimal dimana arus sangat berperan untuk transportasi makanan,
penyebaran larva dan merangsang terjadinya fotosintesis. Sedangkan pada
Stasiun I banyak ditemukan substrat yang berpasir sehingga soft coral tidak
dapat tumbuh. Sebagaimana Benayahu (1985), menyatakan bahwa salah satu
faktor pembatas utama terhadap penyebaran soft coral yaitu ketersediaan
substrat yang keras yang cocok untuk pelekatan.
2. Kondisi Penutupan Karang Hidup
Berdasarkan data yang diperoleh dialapangan mengenai kondisi terumbu
karang di setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 10 berikut:
Tabel 10. Persentase Tutupan Komponen Terumbu Karang di Pulau Kapota
Kategori
Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV
3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10 m
Live Coral 51.16 61.9 74.46 53.9 47.52 37.04 55.6 45.14
Dead Coral 0.48 6.32 0.8 3.02 4.08 5.4 5.6 6.04
Algae 1.62 0 2.98 4.28 0.44 18.08 7.3 3.04
Other 33 18.06 8.78 30.56 24.42 28.64 20.56 26.98
Abiotik 13.74 13.72 12.98 8.24 23.54 10.84 10.94 18.8
Kondisi Baik Baik Baik Baik Sedang Sedang Baik Sedang
Pada Tabel 7 diatas, berdasarkan tutupan karang hidupnya (Live Coral)
menurut Brown (1986), dapat dilihat bahwa kondisi tutupan karang di lokasi
penelitian berkisar sedang-baik. Pada Stasiun I dan II kondisi tutupan karangnya
baik di masing-masing kedalaman (3 m dan 10 m), Stasiun III pada kedalaman 3
m dan 10 m dalam kondisi sedang serta Stasiun
IV pada kedalaman 3 m
kondisinya baik sedangkan di kedalaman 10 m kondisinya sedang. Pada lokasi
penelitian di setiap stasiunnya tidak ditemukan indikasi kerusakan oleh
masyarakat akibat penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
terutama bom dan potasium. Jenis kerusakan hanya terjadi secara alami oleh
ikan-ikan pemangsa polip karang dan gelombang.
Pada Stasiun III memiliki kondisi penutupan yang menurut Brown (1986)
termasuk dalam kategori sedang karena pada stasiun ini penutupan karang
46