STUDI KONDISI BIOFISIK EKOSISTEM TERUMBU KARANG PULAU KAPOTA WAKATOBI_Irwanto
Faktor utama yang mempengaruhi sebaran vertikal karang adalah intensitas cahaya,oksigen, suhu dan kecerahan air (Suharsono, 1996).Distribusi spasial dari taksa karang-karang pada biotop dasar karang dapatdianggap sebagai refleksi yang statis dari struktur komunitas mereka, sebab haltersebut merupakan hasil dari proses stokhastik rekruitmen, pertumbuhan dansurvival dari individu karang, dan dari hubungan sosio-ekologi yang umum daripopulasi yang spesifik, di antara mereka dan lingkungan dengan baik (Dana, 1976dalamSorokin, 1993). Selanjutnya dijelaskan beberapa faktor yang mengontroldistribusi spasial dari karang adalah; (1) tingkat pengaruh dari parameter yangmenyebabkan pengaruh fisik, seperti gelombang, arus, tinggi pasang surut,konsentrasi nutrien, kecerahan dan kekeruhan air; (2) faktor sosial: formasimonospesifik, interspesifik atau kelompok yang reproduksinya biseksual; (3)hubungan interorganisme: komensalisme, simbiosis, antagonis, predatorisme; (4)berbagai kejadian yang ekstrim dan stokhastik seperti, badai, banjir, wabahAcanthaster; dan (5) penyebab antropogenik.Pada ekosistem terumbu karang, apakah terumbu karang itu termasuk tipefringing reef, barrier reef atau atoll, pada dasarnya dapat dijumpai 3 macam bentukpermukaan dasar, yaitu: bentuk permukaan dasar yang mendatar di tempat dangkalyang disebut dengan istilah rataan terumbu (reef flat), bentuk permukaan dasar yangmiring ke arah tempat yang lebih dalam yang disebut lereng terumbu (reef slope), disini dapat landai atau curam; dan bentuk permukaan dasar yang mendatar di tempatyang lebih dalam yang disebut goba (lagoon floor) atau teras dasar (sub-marineterrace) (Sukarno, 2001).Genus Porites dan Acropora adalah jenis karang yang ditemukan tumbuhdominan di luar tepian terumbu, sedangkan jenis Montipora dan Acropora ditemukan16
dominan di reef crest dan reef slope pada daerah yang terlindung. Kondisi karang didaerah laguna, umumnya sama dengan kondisi karang yang terdapat di bagian luar,namun dengan koloni yang lebih besar dan mudah pecah (rapuh), sedangkan padadaerah reef flat biasa ditumbuhi padang lamun dan algae yang didominasi olehThallasia sp. (Salm et al., 1982 dan EMDI Project, 1993 dalam PSTK, 2002).Morton (1990) mengatakan bahwa pola penyebaran biota karang padaterumbu karangIndo-Pasifik secara umum hampir sama. Pada daerah dimanaenergi gelombang paling besar diterima oleh terumbu dan kondisi turbulen besar,didominasi oleh Pocillopora spp, yang berasosiasi dengan karang api Millepora sp.Pada lereng terumbu paling luar dimana pergerkan air kecil, kecepatan danpergerakan arus berkurang, didominasi oleh Acropora spp, dengan beberapaPocillopora dan Millepora sebagai selingan. Bentuk utama Acropora yangmendominasi daerah ini yaitu bentuk seperti meja (tabulate) dan bercabang(branching). Pada daerah rataan terumbu, daerah antara permukaan terumbu danpantai yang merupakan daerah yang tenang, Porites merupakan jenis karang yangpaling banyak terdapat dan biasanya berasosiasi dengan Pavona atau Acropora bilaterdapat pergerakan air.B. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan LautPengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan pada hakekatnyamempumyai makna yang sama dalam pengelolaan lingkungan hidup seperti yangdimaksud dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1993 tentang PengelolaanLingkungan Hidup. Dalam Undang-Undang tersebut yang dimaksud denganPengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsilingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,penegembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian17
- Page 1 and 2: STUDI KONDISI BIOFISIK EKOSISTEM TE
- Page 3 and 4: iiHALAMAN PENGESAHANJudulNama: Stud
- Page 5 and 6: ivKATA PENGANTARAssalamu Alaikum Wa
- Page 7 and 8: viDAFTAR ISIHalamanDAFTAR ISI......
- Page 9 and 10: viiiDAFTAR TABELNo. Teks Halaman1.2
- Page 11 and 12: x25.26.27.28.29.30.31.Kegiatan dan
- Page 13 and 14: I. PENDAHULUANA. Latar BelakangLuas
- Page 15 and 16: keberadaan terumbu karang sangat be
- Page 17 and 18: II. TINJAUAN PUSTAKAA. Ekosistem Te
- Page 19 and 20: Harrison, 1984 mengemukakan bahwa f
- Page 21 and 22: d. Sebagai sumber keindahan karena
- Page 23 and 24: matahari yang diperlukan untuk foto
- Page 25 and 26: gastroderm. Ektoderm merupakan jari
- Page 27: baru (Sumich, 1996). Morton (1990)
- Page 31 and 32: mengubah profesi sesorang yang suda
- Page 33 and 34: kekauatan dan peluang perusahaan se
- Page 35 and 36: Tabel 1. Matriks analisis SWOT (Ran
- Page 37 and 38: III. METODE PENELITIANA. Waktu dan
- Page 39: 27Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian2
- Page 42 and 43: Tabel 2. LanjutanAlgae- Alagae Asse
- Page 44 and 45: Major Group C meliputi famili Scari
- Page 46 and 47: Kepadatan dihitung dengan menggunak
- Page 48 and 49: Indeks ini dapat menerangkan bilama
- Page 50 and 51: secara internal. Pengumpulan data m
- Page 52 and 53: IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Gambaran
- Page 54 and 55: 1. ArusTabel 9. Kondisi Oseanografi
- Page 56 and 57: C. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang
- Page 58 and 59: dengan kondisi topografi yang landa
- Page 60 and 61: hidupnya pada kedalaman 3 meter han
- Page 62 and 63: 3 m 10 m 3 m 10 m3 m 10 m 3 m 10 mG
- Page 64 and 65: Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa y
- Page 66 and 67: target. Kelimpahan ikan karang dipi
- Page 68 and 69: kondisi terumbu karang, tetapi pada
- Page 70 and 71: meter, Stasiun III kedalaman 3 dan
- Page 72 and 73: Berdasarkan uji statistik dengan me
- Page 74 and 75: abGambar 15. Kepadatan karang keras
- Page 76 and 77: Pada gambar dapat diketahui bahwa r
dominan di reef crest dan reef slope pada daerah yang terlindung. Kondisi karang di
daerah laguna, umumnya sama dengan kondisi karang yang terdapat di bagian luar,
namun dengan koloni yang lebih besar dan mudah pecah (rapuh), sedangkan pada
daerah reef flat biasa ditumbuhi padang lamun dan algae yang didominasi oleh
Thallasia sp. (Salm et al., 1982 dan EMDI Project, 1993 dalam PSTK, 2002).
Morton (1990) mengatakan bahwa pola penyebaran biota karang pada
terumbu karang
Indo-Pasifik secara umum hampir sama. Pada daerah dimana
energi gelombang paling besar diterima oleh terumbu dan kondisi turbulen besar,
didominasi oleh Pocillopora spp, yang berasosiasi dengan karang api Millepora sp.
Pada lereng terumbu paling luar dimana pergerkan air kecil, kecepatan dan
pergerakan arus berkurang, didominasi oleh Acropora spp, dengan beberapa
Pocillopora dan Millepora sebagai selingan. Bentuk utama Acropora yang
mendominasi daerah ini yaitu bentuk seperti meja (tabulate) dan bercabang
(branching). Pada daerah rataan terumbu, daerah antara permukaan terumbu dan
pantai yang merupakan daerah yang tenang, Porites merupakan jenis karang yang
paling banyak terdapat dan biasanya berasosiasi dengan Pavona atau Acropora bila
terdapat pergerakan air.
B. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut
Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan pada hakekatnya
mempumyai makna yang sama dalam pengelolaan lingkungan hidup seperti yang
dimaksud dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1993 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Dalam Undang-Undang tersebut yang dimaksud dengan
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
penegembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian
17