23.06.2019 Views

Mboislife Magazine Vol. 1

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

SPORT, CULTURE & TOURISM free magz presented by Mbois Community V 1. MAR - APR ‘19<br />

JONI SURF CAMP<br />

Galeh RC Maulan<br />

TUNGGANGI OMBAK<br />

Sejak Usia 3 Tahun<br />

Eloknya<br />

Pantai Wedi Awu<br />

Nomadic Tourism<br />

Ada di Pantai<br />

Wedi Awu<br />

1


EDITORIAL<br />

Kabupaten Malang memiliki garis pantai<br />

yang membentang sepanjang 102 kilometer.<br />

Mulai dari sisi barat yang berbatasan<br />

dengan Kabupaten Blitar, sampai sisi timur<br />

yang berbatasan dengan Kabupaten<br />

Lumajang.<br />

Di sepanjang garis pantai itu, ada lebih<br />

dari 40 pantai. Masing-masing pantai itu<br />

punya keunikannya sendiri-sendiri. Ada<br />

Pantai Nganteb yang punya hamparan<br />

pasir putih sepanjang satu kilometer. Ada<br />

pula Pantai Wedi Awu yang cocok untuk<br />

mereka yang baru belajar surfing.<br />

Di luar itu, sejatinya masih ada puluhan<br />

pantai lain yang belum terekspos. Bahkan,<br />

potensinya mungkin tak disadari oleh<br />

masyarakatnya sendiri.<br />

Karena itulah, <strong>Mboislife</strong> <strong>Magazine</strong> hadir<br />

untuk mengangkat potensi-potensi pantai<br />

itu. Tak hanya soal view-nya yang indah,<br />

tapi juga bagaimana geliat masyarakat di<br />

sekitarnya. Termasuk potensi ekonomi,<br />

seni dan budaya.<br />

Pada edisi perdana kali ini, <strong>Mboislife</strong><br />

banyak mengulas soal Pantai Nganteb dan<br />

Pantai Wedi Awu. Juga event-event yang<br />

sudah digelar dalam setahun belakangan.<br />

Redaksi Mbois Life<br />

Selamat membaca!<br />

2


3


Nomadic Tourism<br />

Joni Surf Camp<br />

6<br />

14<br />

Jl. Mayjen Sungkono VII<br />

Malang-Indonesia<br />

082232842828<br />

085755638697<br />

www.mboislife.com<br />

Facebook: <strong>Mboislife</strong> Magz<br />

Instagram : @mbois_community<br />

Twitter : @mboislife<br />

Email : mboislife@gmail.com<br />

CONTENT CREATOR<br />

Initiator :<br />

B. Santoso<br />

Project Director :<br />

Doli Siregar<br />

Content Writer :<br />

Bayu<br />

M Rendra<br />

Photographers :<br />

Doli Siregar<br />

Arif Tirta<br />

Galeh RC Maulan<br />

Tunggangi<br />

Ombak<br />

16<br />

Graphic & Layout :<br />

Andhi Wira Setya<br />

Event & Management :<br />

Bagus Agung Triwibowo<br />

M. Hafis Iqbal<br />

Pre-press + Printing :<br />

CV. Wijaya Kusuma<br />

Wedi Awu Festival<br />

COVER : Rizky Maylina,<br />

5th Runner Up<br />

Miss Grand Indonesia 2018<br />

Photo by Doli Siregar<br />

76<br />

Jalani<br />

Dhipuja<br />

4<br />

78


5


6


Joni Surf Camp<br />

Dari Potensi Lokal Menuju Level Internasional<br />

TEXT BY RENDRA<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

Adilan Joni Shahab punya mimpi besar ketika merintis Joni Surf Camp di<br />

Pantai Wedi Awu, Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten<br />

Malang. Dia ingin agar suatu saat, anak-anak dari desanya yang mungkin<br />

dulu dipandang sebelah mata, bisa meraih prestasi. Tak cuma tingkat<br />

nasional, tapi juga internasional.<br />

**<br />

7


Joni Surf Camp dibangun di atas lahan<br />

seluas 15 x 36 meter. Lokasinya berada<br />

sekitar 100 meter dari bibir pantai Wedi Awu.<br />

Seperti namanya, Joni Surf Camp mengusung<br />

konsep perkemahan. Berupa tanah lapang<br />

yang dipagari potongan batang kayu. Tempat<br />

ini, sedikitnya bisa menampung 10 tenda<br />

berukuran kecil.<br />

Di tempat inilah, Joni merajut mimpimimpinya.<br />

Agar anak-anak pesisir pantai<br />

Wedi Awu dan sekitarnya tak lagi dipandang<br />

sebelah mata.<br />

Joni Surf Camp baru dirintis awal tahun<br />

2018. Saat ini, Joni Surf Camp sudah punya<br />

lima anak didik. Berusia antara 8 sampai 11<br />

tahun.<br />

Untuk fasilitas, Joni Surf Camp banyak<br />

terbantu oleh Bawon Santoso, pengusaha<br />

yang memang punya atensi besar pada<br />

dunia surfing. Sedikitnya, ada 15 papan<br />

khusus untuk level pemula yang saat ini<br />

dimiliki Joni Surf Camp. Selain itu, masih<br />

ada 20 papan dari berbagai level lainnya.<br />

Latihan surfing pun biasanya dilakukan<br />

setiap hari. Terutama ketika ada ombak<br />

bagus. “Kalau lagi gak ada ombak bagus,<br />

anak-anak bisa latihan beach clean atau<br />

stand up,” ujar dia.<br />

Anak-anak didik Joni Surf Camp juga bisa<br />

berlatih dari video-video surfing. “Selain itu,<br />

ketika tidak ada latihan, anak-anak saya<br />

ajak untuk bikin kursi dari kayu,” ungkap<br />

dia.<br />

Hasil dari gemblengan Joni Surf Camp<br />

sudah membuahkan hasil. “Mereka belajar<br />

dari nol, mulai dari dasar. Tapi sekarang,<br />

mereka sudah terbiasa ikut kompetisi. Dan<br />

bisa menang,” kata dia.<br />

8


9


Joni mengatakan, prioritasnya adalah<br />

mencetak surfer dari anak-anak lokal pesisir<br />

Wedi Awu. Tapi, dia juga membuka pintu<br />

lebar-lebar bagi orang dari luar desa, bahkan<br />

dari luar kota sekalipun untuk belajar.<br />

Tentu saja ada tarifnya. Joni Surf Camp<br />

mematok Rp 200 ribu untuk tarif latihan selama<br />

1,5 jam. “Saya jamin langsung bisa,” kata dia.<br />

Tiap hari, ada saja wisatawan yang datang<br />

untuk belajar surfing. Ombak Pantai Wedi<br />

Awu tergolong ‘bersahabat’ untuk mereka<br />

yang baru belajar surfing.<br />

Meski relatif aman, tapi pengawasan tetap<br />

menjadi hal paling penting. Joni biasanya<br />

dibantu beberapa orang rekannya untuk<br />

mengawasi wisatawan yang surfing di Pantai<br />

Wedi Awu.<br />

Lebih lanjut, Joni mengatakan bahwa, potensi<br />

wisata surfing di Pantai Wedi Awu sangat<br />

besar. “Saya berharap, penduduk sini makin<br />

menyadari betapa besar potensinya. Sekarang<br />

ini, pemuda desa tidak perlu jauh-jauh cari<br />

nafkah di kota. Sebab, semua bisa didapat di<br />

desa ini,” pungkas dia.<br />

10


11


MAKAN MALAM:<br />

Para kontestan Roro<br />

Kabupaten Malang<br />

2018, dari kiri, Delonix<br />

Regia, Laras, dan Ega<br />

Calvina.<br />

MENGGUGAH<br />

SELERA:<br />

Ikan laut hasil<br />

tangkapan di<br />

Pantai Wedi Awu<br />

dipanggang di grill.<br />

SANTAI:<br />

Kepala Dinas<br />

Pariwisata dan<br />

Kebudayaan<br />

Kabupaten<br />

Malang Made Arya<br />

Wedhantara (kiri),<br />

owner Mabuk Balap<br />

B.Santoso (kanan),<br />

bersama finalis Roro<br />

Kabupaten Malang<br />

2018, di Joni Surf<br />

Camp.<br />

12


Joni<br />

Surf<br />

Camp<br />

13


Nomadic Tourism<br />

Ada di Pantai<br />

Wedi Awu<br />

TEXT BY RENDRA<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

14


Sejak tahun lalu, Kementerian Pariwisata<br />

men dorong pertumbuhan nomadic tourism<br />

di Indonesia. Kabupaten Malang yang memiliki<br />

bentang alam indah, menjadi tempat yang<br />

sudah mulai menerapkan konsep itu.<br />

Nomadic tourism, seperti diketahui merupakan<br />

wisata yang sifatnya temporer (sementara).<br />

Baik akses maupun amenitas (fasilitas).<br />

“Nomadic tourism adalah solusi terbaik.<br />

Sangat ideal bagi destinasi yang tumbuh cepat,<br />

tapi amenitasnya memiliki keterbatasan fasilitas,”<br />

ujar Deputi Bidang Pemasaran I Kementerian<br />

Pari wisata (Kemenpar) Rizki Handayani, belum<br />

lama ini.<br />

Misalnya terkait penginapan. Dalam konsep<br />

nomadic tourism, keberadaan hotel, bahkan<br />

losmen tidak menjadi hal yang penting.<br />

Sebagai gantinya, wisatawan bisa tidur di<br />

tenda-tenda. Atau mereka bisa membawa<br />

caravan.<br />

Nomadic tourism memang tidak ‘menjual’<br />

fasilitas yang wah. Jualan wisata model ini<br />

biasanya adalah bentang alam yang indah.<br />

Bisa gunung, bisa juga pantai.<br />

Di Kabupaten Malang, ada satu contoh konsep<br />

nomadic torism yang sudah berjalan. Yakni di<br />

kawasan Pantai Wedi Awu. Sebuah pantai nan<br />

indah di pesisir Desa Purwodadi, Kecamatan<br />

Tirtoyudo.<br />

Pantai Wedi Awu adalah spot surfing terbaik<br />

di Kabupaten Malang. Ombaknya cocok untuk<br />

mereka yang baru mau belajar surfing sekalipun.<br />

Di kawasan pantai ini, belum ada satu<br />

penginapan pun yang dibangun. Untuk<br />

beristirahat, wisatawan bisa melakukannya<br />

di tenda.<br />

Tepatnya di Joni Surf Camp. Tempat itu bisa<br />

me nampung sekitar 10 tenda kecil.<br />

Untuk ukuran kawasan perkemahan, fasilitas<br />

Joni Surf Camp terbilang bagus. Sebab, ada<br />

sebuah pendapa, lengkap dengan cafenya,<br />

serta toilet yang bersih.<br />

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan<br />

Made Arya Wedanthara mengatakan bahwa<br />

ke depan, pihaknya bakal memperbanyak<br />

spot-spot nomadic tourism. “Kami akan mengumpul<br />

kan Pokdarwis-Pokdarwis untuk sosialisasi,”<br />

ujar dia.<br />

Made mengatakan, dari sisi biaya, merea lisa<br />

sikan konsep nomadic tourism itu tidak<br />

mahal. “Sebab, pengelola hanya menyediakan<br />

satu tempat lapang saja untuk tenda, atau<br />

parkir caravan. Juga menyediakan toilet atau<br />

sumber air bersih,” jelas dia.<br />

15


Galeh RC Maulan<br />

Tunggangi Ombak<br />

Sejak Usia<br />

3 Tahun<br />

Galeh RC Maulan memulai karir di dunia surfing<br />

dengan tepat. Bocah yang kini berusia 9 tahun itu<br />

sudah mulai mengenal ombak ketika berusia 3 tahun.<br />

”Kalau renang sudah bisa sejak usia 2 tahun,” terang<br />

dia. Kecintaannya dengan surfing dimulai saat ia<br />

melihat Joni, surfer lokal asal Kabupaten Malang,<br />

beraksi di Pantai Lenggoksono.<br />

Didukung penuh oleh kedua orang tuanya, Masareh<br />

dan Dela Yuliasih, ia pun menjelma sebagai salah<br />

satu bibit surfer andalan dari Desa Purwodadi Kecamatan<br />

Tirtoyudo Kabupaten Malang. Total sudah empat<br />

ajang surfing yang ia ikuti. ”Dapat piagamnya dua<br />

kali,” terang anak ketiga dari 8 bersaudara itu. Dua<br />

torehan prestasi itu ia ukir saat mengikuti kontes di<br />

Pantai Nganteb Kabupaten Malang, dan Pantai Pancer<br />

Door Kabupaten Pacitan.<br />

TEXT BY BAY<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

16


Rasa penasarannya dengan dunia surfing tetap terjaga hingga<br />

kini. Sejumlah spot, seperti di Pantai Keramas Bali, menjadi target<br />

kunjungannya. ”Ingin juga main (surfing) di Banyuwangi, katanya<br />

ombaknya bagus,”imbuh dia. Terkait target jangka panjang, ia ingin<br />

agar dunia surfing membuat namanya melambung. ”Iya, ingin jadi<br />

atlet, supaya bisa dapat pendapatan dari surfing,” kata dia.<br />

Seperti bocah pada umumnya, gerakannya cukup lincah. Hampir<br />

sulit menemuinya terlihat lelah. Terlebih, saat ini Galeh<br />

mempunyai tandem<br />

berlatih surfing yang sepadan.<br />

Ada nama Arif<br />

Afandi yang kerap menemaninya<br />

menaklukkan<br />

berusia<br />

gelombang. Bocah yang kini<br />

8 tahun itu sudah setahun<br />

belakangan menggeluti dunia<br />

surfing. ”Kalau orang tua mendukung<br />

penuh, yang penting tetap rajin<br />

belajar,” terang putra pasangan Riono<br />

dan Wiwik itu. Bila terus rutin berlatih,<br />

Galeh dan Aril tentu bisa menjadi surfer<br />

andalan Indonesia. (*)<br />

17


18


Tertantang Ikuti<br />

Jejak Kawan<br />

TEXT BY BAY<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

Sudah sejak satu setengah tahun terakhir, Aril<br />

Afandi, fokus mempelajari dunia surfing.<br />

Perkembangan siswa kelas 2 SD (sekolah dasar)<br />

itu cukup signifikan. Kini ini makin mahir<br />

mengendalikan surfboard nya. Kompetisi surfing<br />

tingkat regional Malang raya yang dihelat Februari<br />

lalu juga sudah dijajalnya. Meski belum mendapat<br />

predikat juara, kesempatan itu tentu menambah<br />

pengalamannya.<br />

“Senang bisa bertemu surfer lainnya,” terang<br />

putra dari pasangan Riono dan Wiwik itu.<br />

Hari-harinya dalam berlatih surfing kini lebih<br />

berwarna. Ada Galeh RC Maulan, rekan sekaligus<br />

tandemnya dalam berlatih di Pantai Wediawu.<br />

“Jadinya bisa bermain sekaligus latihan,” imbuh<br />

anak kedua dari tiga bersaudara itu. Disinggung<br />

terkait cita-cita, Aril menjawabnya dengan singkat.<br />

“Ingin jadi surfer profesional,” kata dia.<br />

Didampingi sejumlah surfer lokal di Pantai<br />

Wediawu, ketrampilannya terus diasah. Beberapa<br />

surfer dari Jepang juga sudah menyapanya.<br />

Transformasi ilmu dan ketrampilan pun sudah<br />

kerap didapatkan Aril. Dengan banyak menambah<br />

jam terbang mengikuti kompetisi, kemahirannya<br />

dalam mengendalikan surfboard bakal meningkat.<br />

Dan yang terpenting, ia masih memiliki waktu<br />

yang cukup panjang meniti karirnya.<br />

19


SEKALI NYOBA<br />

Langsung Cinta<br />

19 November 2018. Itulah kali pertama<br />

Delonix Regia menginjakkan kaki di Pantai<br />

Wedi Awu.<br />

Menyandang gelar sebagai Roro Favorit<br />

2018, menuntut Delo harus mengenal<br />

juga mendatangi spot-spot wisata di<br />

Kabupaten Malang. Tak terkecuali Wedi<br />

Awu.<br />

Delonix Regia<br />

TEXT BY RENDRA<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

20


Mahasiswi Hubungan Internasional<br />

Universitas Brawijaya (UB) ini juga harus<br />

menjajal berselancar di Wedi Awu.<br />

“Awalnya aku kira bakal takut gitu main<br />

di laut. Tapi ternyata seru banget. Meski<br />

harus jatuh-jatuh kena ombak,” kata<br />

pemilik akun Instagram @delonixx ini.<br />

Delo tidak belajar sendiri. Ada Adilan<br />

Joni Sahab dari Joni Surf Camp yang<br />

mengajarinya berselancar. Mulai dari<br />

yang paling basic.<br />

“Dari sekali nyoba langsung cinta dan<br />

pingin lagi. Dan harus sabar banget sih<br />

karena surfing itu gak gampang,” ujar<br />

dia.<br />

Alhasil, Delo jadi ketagihan main di<br />

Wedi Awu. Biasanya, satu atau dua bulan<br />

sekali, Delo berkunjung ke pantai yang<br />

masuk teritori Kecamatan Tirtoyudo itu.<br />

Dia pun tak khawatir meski harus<br />

berselancar di bawah terik matahari.<br />

“Gak papa item. Rela sih. Worth it buat<br />

main-main di pantai. Selain surfing, bisa<br />

main jet ski juga. Seru banget,” pungkasnya.<br />

21


SEGAR: Roro Favorit 2018<br />

Delonix Regia bermain<br />

air di Pantai Bolu-Bolu,<br />

Kecamatan Tirtoyudo.<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

22


23


24


Eloknya<br />

Pantai Wedi Awu<br />

TEXT BY RENDRA<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

Pantai Wedi Awu adalah sebuah pantai di<br />

pesisir selatan yang terletak di Dusun Balearjo,<br />

Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo,<br />

Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pantai ini<br />

merupakan salah satu gugusan pantai Bowele,<br />

yaitu Bolu-Bolu, Wediawu, dan Lenggoksono.<br />

Terletak sekitar 74km dari Malang, perjalanan<br />

dapat ditempuh selama 3 jam dengan mobil<br />

maupun sepeda motor.<br />

Pemandangan pantai cukup cekung karena<br />

di kanan dan kiri menjulang dua tebing karang.<br />

Hamparan batu-batu karang yang besar<br />

berserakan di pinggir kiri dan kanan pantai<br />

seperti aksesori yang menambah indahnya<br />

pantai ini. Ditambah ombak yang cocok untuk<br />

olahraga surfing bagi pemula maupun<br />

menengah, pantai ini adalah salah satu<br />

destinasi yang wajib dikunjungi.<br />

25


Ekspektasi<br />

Melebihi<br />

TEXT BY RENDRA<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

5th Runner Up Miss Grand Indonesia 2018<br />

Rizky Maylina Fitri dibuat takjub, saat kali pertama<br />

menginjakkan kakinya di Pantai Wedi Awu, Januari<br />

lalu. “Sebelumnya, aku tahu dari teman-teman<br />

kalau Pantai Wedi Awu itu bagus, beda dengan<br />

yang lain. Aku coba buktikan. Ternyata lebih<br />

spektakuler. Melebihi ekspektasi,” kata dia.<br />

Pantai Wedi Awu punya lansekap yang indah.<br />

Berupa teluk, dengan hamparan pasir putih.<br />

“Pantainya bersih banget,”ujar dia.<br />

Pun demikian dengan ombaknya. Tak seperti<br />

kebanyakan pantai lain di selatan Kabupaten<br />

Malang, ombak di Pantai Wedi Awu relatif<br />

bersahabat.<br />

Kemudian, keberadaan Joni Surf Camp di<br />

sana, menambah rasa kagum Rizky. “Di tempat<br />

lain, di Malang, gak ada yang kayak gitu,” ujar<br />

perempuan yang pernah menjadi Raki Jawa<br />

Timur 2015 itu.<br />

Joni Surf Camp menjadi satu tempat yang<br />

komplit. Mau sewa papan surfing bisa, mau<br />

belajar sufing juga bisa. “Di sini, ada masyarakat<br />

lokal yang mau ngajarin (surfing),” katanya.<br />

Tempat yang dikelola Aldilan Joni itu juga bisa<br />

dimanfaatkan untuk kemah. Fasilitasnya lengkap.<br />

“Yang bikin aku kaget itu toiletnya. Aku pikir,<br />

seperti di banyak pantai lainnya, toiletnya pasti<br />

kotor. Ternyata tidak. Toilet di Joni Surf Camp<br />

ini kualitas VIP,” katanya.<br />

Satu lagi, Pantai Wedi Awu juga terkoneksi<br />

26


27


28


dengan spot-spot wisata lain yang tak kalah<br />

menarik. “Bisa ke (Pantai) Lenggoksono, Banyu<br />

Anjlok. Bener-bener di satu kawasan, kita bisa<br />

dapet semuanya,” ujar perempuan yang kini<br />

mengambil S2 di Universitas Airlangga (Unair)<br />

ini.<br />

Setelah melihat dan merasakan langsung,<br />

Rizky pun tak ragu untuk mempromosikan Pantai<br />

Wedi Awu lebih luas. Apalagi, sebagai Miss<br />

Grand Indonesia Jawa Timur 2018, Rizky kerap<br />

mengikuti agenda Kementerian Pariwisata<br />

(Kemenpar). Baik di dalam negeri maupun di<br />

luar negeri.<br />

Kemudian, dia juga mempromosikan Wedi Awu<br />

29


30


ke komunitasnya. “Aku gabung grup WA bareng<br />

kontestan pageant lain. Aku share foto-foto<br />

Wedi Awu. Banyak yang kaget. Mereka tidak<br />

nyangka kalau di Kabupaten Malang itu ada<br />

tempat untuk surfing, ada tempat buat main<br />

jet ski,” kata lulusan Hubungan Internasional<br />

Universitas Brawijaya (UB) ini.<br />

Rizky juga banyak mengunggah foto-foto Pantai<br />

Wedi Awu melalui akun Instagramnya @<br />

maylinafitri. Ada posenya saat menunggangi<br />

jet ski di Wedi Awu, ada saat duduk-duduk<br />

santai di Joni Surf Camp. “Postingan saya di-IG<br />

diliatin sama mbak Artika Sari Devi (Puteri<br />

Indonesia 2004),” pungkas dia.<br />

31


KAWASAN BUDIDAYA:<br />

Miss Grand Indonesia Jawa<br />

Timur 2018 Rizky Maylina Fitri<br />

di Rumah Apung Pantai Bolu-<br />

Bolu, Kecamatan Tirtoyudo. Di<br />

tempat inilah, budidaya ikan<br />

dilakukan.<br />

32


ENJOY: Rizky Maylina bermain jet ski di Pantai Bolu-Bolu.<br />

SANTAI: Rizky Maylina<br />

Fitri bersandar di jetski,<br />

di Pantai Bolu-Bolu.<br />

33


MABUK<br />

MANCING<br />

Fishing and Resto<br />

Sensasi Makan Ikan di Ketinggian 600 Meter<br />

TEXT BY RENDRA<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

34<br />

Anda ingin merasakan sensasi menyantap<br />

ikan hasil pancingan sendiri di restoran?<br />

Pengalaman seperti itu hanya bisa Anda<br />

dapatkan di Mancing Fishing and Resto, di<br />

Dusun Baran, Kelurahan Lesanpuro,<br />

Kecamatan Kedungkandang.<br />

Resto itu terletak di kawasan bukit buring.<br />

Ketinggiannya 600 meter di atas permukaan<br />

laut. Jauh dari keramaian dan memiliki udara<br />

yang bersih dan sejuk.<br />

Di tempat itu, terdapat dua kolam ikan<br />

berukuran besar yang disediakan untuk<br />

pengunjung. Bila ingin membawa pulang<br />

ikan hasil pancingan, Anda hanya perlu<br />

membayar Rp 45 ribu per kilogramnya.<br />

Jenis ikannya beragam. Mulai dari ikan<br />

Bawal, Gurami, Patin, Tombro hingga Nila.<br />

Bagi yang ingin menyantapnya langsung<br />

di lokasi, cukup membayar biaya tambahan<br />

Rp 30 ribu per kilogram. Maka koki Mabuk<br />

Mancing Fishing and Resto akan memasaknya


dengan cita rasa ala restoran bintang lima.<br />

Bagi Anda yang tidak suka memancing,<br />

Mabuk Mancing Fishing and Resto<br />

menawarkan berbagai menu yang siap untuk<br />

disantap. Di antaranya Gurami Bakar Spesial<br />

dan Gurami Bakar Kecap yang menjadi<br />

andalan resto ini.<br />

Mabuk Mancing Fishing and Resto juga<br />

menyediakan menu-menu bagi mereka<br />

yang tidak suka ikan. Di antaranya pizza,<br />

spaghetti, maupun kudapan seperti french<br />

fries.<br />

Harga yang ditawarkan bervariasi. Dan<br />

pastinya ramah di kantong. Mulai dari Rp<br />

6 ribu hingga Rp 28 ribu untuk minuman,<br />

dan Rp 35 ribu hingga Rp 110 ribu untuk<br />

makanan.<br />

Khusus untuk member, Mabuk Mancing<br />

Fishing and Resto memberikan harga khusus.<br />

Untuk pembelian minimal Rp 200 ribu, ada<br />

diskon 10 persen. 35


Kartu member bisa didapatkan dengan<br />

transaksi pertama minimal Rp 500 ribu.<br />

Keanggotaan itu berlaku hingga 1 tahun<br />

dan bisa diperpanjang.<br />

General Manager Resto Mabuk Mancing<br />

Nanik mengatakan, diskon lebih besar<br />

berlaku untuk pengunjung yang datang<br />

dalam rombongan besar. Juga untuk acara<br />

meeting, gathering, ulang tahun, maupun<br />

wedding.<br />

“Kemudian, untuk pelanggan Resto<br />

Mabuk Mancing yang bertransaksi selama<br />

bulan Agustus akan kami berikan diskon<br />

khusus yaitu 20 %. Ini berlaku untuk<br />

setiap transaksi minimal 300 ribu. Berlaku<br />

untuk semua pengunjung, tidak hanya<br />

member saja. Promo ini digelar setiap<br />

hari, kecuali hari libur, weekend, dan<br />

tanggal merah,” jelas dia.<br />

Lebih lanjut, Nanik mengatakan, Mabuk<br />

Mancing Fishing and Resto rutin menggelar<br />

lomba setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat<br />

antara pukul 19.30-22.30. Sementara di<br />

Hari Minggu, lomba digelar mulai pukul<br />

11.00 hingga 16.00.<br />

Untuk bisa mengikuti lomba memancing,<br />

Anda hanya perlu registrasi Rp 120 ribu.<br />

Jackpot menarik pun disediakan Mabuk<br />

Mancing Fishing and Resto dalam setiap<br />

lombanya.<br />

Seperti 1 Agustus lalu, saat Mabuk<br />

Mancing Fishing and Resto merayakan<br />

hari jadinya yang kedua. Kala itu, Mabuk<br />

Mancing Fishing and Resto menyediakan<br />

uang tunai Rp 7 juta, serta satu unit sepeda<br />

motor Vario 150 cc.<br />

36


37


Night Party<br />

Di Area Mabuk Mancing juga cocok untuk menggelar acara pesta outdoor di malam<br />

hari. seperti ketika Mbois Community merayakan pergantian tahun 2018-2019 dengan<br />

barbakyu dan pesta kembang api.<br />

38


PHOTOS BY DOLI SIREGAR 39


40


SERU: Roro Kabupaten Malang 2018 Ega<br />

Calvina Putri (kanan) dan Roro Favorit<br />

Kabupaten Malang 2018 Delonix Regia<br />

menjajal jetski di Pantai Wedi Awu.<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR 41


PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

42


EKSOTIS: Seperti inilah suasana Pantai Wedi Awu kala sunrise.<br />

43


MEMECAH<br />

OMBAK: Kepala<br />

Dinas Pariwisata<br />

dan Kebudayaan<br />

Kabupaten<br />

Malang Made Arya<br />

Wedhantara bermain<br />

jetski di Pantai Banyu<br />

Anjlok, Kecamatan<br />

Tirtoyudo.<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

44


Jetski<br />

on<br />

the ocean<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

45


46<br />

LINCAH: Anak-anak didik Bolang Skate School bermain<br />

skateboard di Skate Park Taman Merjosari, Kota Malang.


Tidak Sekadar<br />

Hobi,Tapi Juga Ada<br />

Misi Regenerasi<br />

TEXT BY RENDRA<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

Sabtu itu, saat jarum jam menunjukkan pukul<br />

9 ma lam, arena skateboard di Taman Merjosari,<br />

Kota Malang masih cukup ramai. Belasan pemuda,<br />

bahkan ma sih ada yang anak-anak, terlihat<br />

asyik dengan papan skateboard-nya.<br />

Ada yang bermain di bowl, arena berbentuk<br />

se perti mangkuk. Lalu, ada pula obstacle yang<br />

bentuknya seperti bangku memanjang.<br />

Mereka terlihat asyik. Meski beberapa kali<br />

harus terjatuh saat melakuan trik-trik tertentu.<br />

Seperti itulah rutinitas di Skate Park Taman<br />

Merjosari. Dikenal pula sebagai Loop Arena<br />

lantaran pem ba ngu nannya didukung oleh sebuah<br />

brand telekomunikasi.<br />

Hampir setiap malam, ada yang bermain skate<br />

di sana. Apalagi, di skate park itu ada Skate<br />

School-nya.<br />

Yakni Bolang Skate School yang eksis sejak<br />

awal 2018 lalu. Perintisnya adalah Akbar Dani<br />

alias Bolang. “Dulu, kami biasa main di sekitaran<br />

(kantor) Bakorwil. Di Kampus UB (Universitas<br />

Brawijaya) juga,” kata warga Kelurahan Merjosari<br />

ini.<br />

Sampai akhirnya, Wali Kota Malang meresmikan<br />

Loop Arena, akhir 2017 lalu. Perlahan, Bolang<br />

dan teman-temannya sesama pecinta olahraga<br />

skateboard pindah ke Loop Arena.<br />

Tak sekadar bermain, Bolang juga berinisiatif<br />

membuka sekolah skate. Niat itu muncul setelah<br />

melihat kondisi anak-anak muda di sekitaran<br />

tempat tinggalnya, yang tak jauh dari Loop<br />

Arena. “Saya prihatin lihat anak-anak. Kecil-kecil<br />

sudah kecanduan game online. Ada juga yang<br />

cuma nongkrong saja,” ujar dia.<br />

Dia lantas mengajak anak-anak itu bermain<br />

skate. Papan skate-nya dia fasilitasi. Terutama<br />

mereka dari golongan kurang mampu. “Saya<br />

ajari mulai nol putul. Sampai bisa,” kata dia.<br />

Seiring berjalannya waktu, Bolang Skate School<br />

makin banyak peminat. Saat ini, ada 25 anak,<br />

dari usia lima tahun sampai belasan yang belajar<br />

di Bolang Skate School.<br />

Untuk siswa yang berasal dari keluarga mampu,<br />

Bolang menarik iuran. Tapi untuk mereka yang<br />

pas-pasan, Bolang menggratiskan iuran.<br />

Bolang menyebutnya sebagai anak asuh. “Ada<br />

lima anak yang saya fasilitasi. Termasuk papannya,”<br />

ungkap Bolang yang dibantu tiga orang lainnya<br />

mengelola Bolang Skate Park ini.<br />

Program Bolang Skate School pun terukur.<br />

Senin sampai Jumat biasanya ada kelas-kelas.<br />

“Sementara Sabtu-Minggu free. Bisa bermain<br />

sepuasnya,” kata pemuda yang pernah kuliah<br />

di Komunikasi Universitas Muhammadiyah<br />

Malang (UMM) ini.<br />

Lewat Bolang Skate School ini, dia berharap<br />

bakal muncul atlet-atlet skateboard andal di<br />

masa mendatang. “Saya mendirikan skate school<br />

ini disamping karena hobi juga ingin ada<br />

regenerasi. Saya ingin ada yang meraih prestasi<br />

nantinya,” pungkas dia.<br />

47


48


49


Belajar dari Orang Jepang<br />

TEXT BY RENDRA<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

Sebagai warga asli Desa Purwodadi, Kecamatan<br />

Tirtoyudo, Adilan Joni Sahab begitu akrab dengan<br />

laut dan pantai. Joni bahkan sudah mulai belajar<br />

surfing sejak usia 7 tahun.<br />

Tapi kala itu, surfing yang dilakukan Joni masih<br />

berbeda. Bahkan, dia tak tahu bila kegiatan yang<br />

ia lakukan itu adalah surfing.<br />

“Saya pakai papan kayu. Itu digunakan seperti<br />

boogie boat. Jadi meluncur sambil berbaring. Bagi<br />

anak-anak desa sini, bermain seperti itu sudah<br />

biasa,” kata Joni yang kini berusia 24 tahun itu.<br />

Sampai akhirnya, ketika menginjak usia 18 tahun,<br />

Joni melihat ada turis mancanegara yang bermain<br />

surfing di Pantai Lenggoksono. “Dari situ saya<br />

baru tahu kalau itu adalah surfing,” ujar dia.<br />

Joni sempat meminjam papan surfing milik turis<br />

tersebut. “Saya kemudian beli bekas dari anak<br />

kota. Harganya Rp 700 ribu,” kata lulusan SDN<br />

03 Purwodadi ini.<br />

Bakat Joni makin terasah ketika ia mengenal<br />

Santoso dan Mabuk Balap. Pada 2015, Joni sempat<br />

belajar surfing di Bali selama tiga bulan.<br />

Hasilnya, Joni beberapa kali mampu meraih<br />

juara kejuaraan surfing. Baik tingkat lokal, maupun<br />

nasional.<br />

Sekarang, Joni seolah tak bisa dilepaskan dari<br />

surfing. “Saya banyak belajar dari Sakamoto<br />

Yorinobu, orang Jepang yang sering surfing di<br />

sini. Dia bilang ke saya ‘belajarlah dan jangan<br />

malas. Jangan banyak rencana, lakukan saja,”<br />

kata dia.<br />

50


51


PHOTOS BY ARIF TIRTA<br />

JAGA KESEIMBANGAN: Aksi Adilan Joni menghadapi ombak di Pantai Wedi Awu.<br />

52<br />

PHOTOS BY ARIF TIRTA<br />

PHOTOS BY ARIF TIRTA


Big E Boards<br />

Jl. Mertasari 165 Sidaykarya, Depansar, 80221<br />

BALI - INDONESIA<br />

PHOTOS BY ARIF TIRTA 53


54


RILEKS: Kepala Dinas Pariwisata dan<br />

Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten<br />

Malang Made Arya Wedhantara di<br />

Rumah Apung Pantai Bolu-Bolu.<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

55


MENIKMATI ALAM:<br />

Laras, finalis Roro Kabupaten<br />

Malang 2018 di Pantai Bolu-Bolu.<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

56


57


58


CAMPING:<br />

Dari kiri Delonix,<br />

Laras, dan Calvina<br />

di Pantai Bolu-Bolu.<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

59


TENANG: Roro Kabupaten<br />

Malang 2018 Ega Calvina Putri<br />

di Pantai Bolu-Bolu.<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

JONI<br />

LEARN<br />

TO SURF<br />

BELAJAR: Ega Calvina menjajal surfing di Pantai<br />

Wedi Awu. Dia berlatih bersama Joni Surf Camp.<br />

60


JONI<br />

LEARN<br />

TO SURF<br />

61


BARREL: Ombak<br />

seperti ini jadi favorit<br />

surfer profesional.<br />

Foto diambil di<br />

Pantai Nganteb,<br />

Desa Tumpakrejo,<br />

Kecamatan Gedangan.<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

62


Singhasari<br />

surfing<br />

international<br />

63


STABIL: Galeh RC Maulan beraksi di<br />

surfboard-nya, di Pantai Wedi Awu.<br />

64


65


Mabuk Surfing Surf Shop<br />

Jalan Raya Semat No. 412, Tibubeneng, Kuta Utara, Tibubeneng,<br />

North Kuta, Badung Regency, Bali 80361<br />

66


TINGGI: Butuh teknik tinggi untuk<br />

menaklukkan ombak di Pantai<br />

Nganteb.<br />

PHOTOS BY ARIF TIRTA<br />

67


Singhasari surfing<br />

international<br />

J a d i D a y a T a r i k S u r f e r M a n c a n e g a r a<br />

TEXT BY RENDRA PHOTOS BY ARIF TIRTA<br />

Beruntunglah<br />

Kabupaten Malang<br />

punya banyak spot<br />

surfing. Spot untuk<br />

pemula, ada. Untuk<br />

kompetisi, level<br />

internasional sekali<br />

pun, juga ada.<br />

68


Singhasari Surfing International. Begitulah<br />

nama event yang tiga tahun belakangan rutin<br />

digelar di Kabupaten Malang. Yakni 2016, 2017,<br />

dan 2018.<br />

Sama seperti dua tahun sebelumnya, Singhasari<br />

Surfing International ketiga dihelat di Pantai<br />

Nganteb. Sebuah pantai yang berada di wilayah<br />

Desa Tumpakrejo, Kecamatan Gedangan. Sekitar<br />

72 kilometer dari Kota Malang.<br />

Pantai Nganteb punya ombak yang menantang.<br />

Karena itulah, tak heran bila peserta Singhasari<br />

Surfing International 2018 sampai menembus<br />

100 orang.<br />

Pesertanya tak hanya surfer lokal. Tapi juga<br />

mancanegara. Bahkan, ada surfer dari Jepang<br />

yang dua tahun belakangan tak pernah absen<br />

mengikuti Singhasari Surfing International.<br />

Bawon Santoso, Owner Mabuk Balap sebagai<br />

penyelenggara kejuaraan mengatakan bahwa,<br />

keberadaan surfer asing itu memberi pengaruh<br />

positi bagi surfer lokal. “Peselancar asing itu<br />

bisa memberikan pelajaran kepada peselancar<br />

lokal,” ujar Santos, sapaan akrabnya.<br />

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan<br />

69


70<br />

Pariwisata Kabupaten Malang<br />

Made Arya Wedhantara<br />

mengatakan berharap lewat<br />

event ini bisa memberikan<br />

pengaruh positif untuk sektor<br />

pariwisata di Kabupaten<br />

Malang. Utamanya di kawasan<br />

Pantai Nganteb.<br />

Singhasari Surfing<br />

International, seperti diketahui<br />

menjadi bagian dari event<br />

besar Malang Beach Festival<br />

2. Event ini digelar untuk<br />

memeriahkan HUT Kabupaten<br />

Malang yang ke-1.258.<br />

Selain kejuaraan surfing,<br />

Malang Beach Festival 2 juga<br />

diisi lomba paralayang,<br />

layang-layang, hingga pawai<br />

budaya.


71


72


UNTUK PROFESIONAL: Pantai Nganteb yang<br />

ada di Kecamatan Gedangan ini menjadi salah<br />

satu favorit surfer profesional.<br />

73


Rayakan Natal,<br />

‘Sinterklas’<br />

Surfing di Pantai<br />

Wediawu<br />

TEXT BY BAY<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

Belasan surfer Malang selatan senin (17/12) lalu<br />

menjajal spot Pantai Wediawu, di Dusun Balearji<br />

Desa Purwodadi Kecamatan Tirtoyudo. Berbeda<br />

dengan surfing pada umumnya, salah satu surfer<br />

bernama Bawon Santoso sengaja tampil beda. Ia<br />

mengenakan baju ala sinterklas untuk bermain surfing.<br />

”Tidak ada persiapan khusus, ini kami lakukan spontan<br />

saja,” terang Pengelola Joni Surfing Camp, Adilan Joni<br />

Sahab. Bersama belasan surfer lain yang tergabung<br />

dalam Mbois Community tak ketinggalan ikut ambil<br />

bagian dalam pertemuan senin lalu. Ditambahkan<br />

Joni, sejak beberapa hari terakhir ia bersama timnya<br />

memang fokus mempersiapkan diri menyambut libur<br />

panjang Natal dan tahun baru. Menawarkan sejumlah<br />

atraksi olahraga air, ia memastikan kesiapan sejumlah<br />

fasilitas disana.<br />

”Di tempat kami ada tenda yang bisa disewa. Yang<br />

ingin belajar surfing atau bermain jetski juga ada.<br />

Kalau ingin menyeberang ke pantai lain menggunakan<br />

perahu nelayan juga bisa,” papar dia. Kesiapan dan<br />

keterlibatan Joni dkk itu mendapat apresiasi khusus<br />

dari Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud)<br />

Kabupaten Malang, Made Arya Wedhantara. ”Inilah<br />

yang memang kami harapkan, ada peran masyarakat<br />

dan komunitas untuk sama-sama membantu promosi<br />

wisata Kabupaten Malang,” kata dia.<br />

74


Dengan memakai<br />

kostum Sinterklas,<br />

surfer asal Malang<br />

Bawon Santoso<br />

menari di atas ombak<br />

Pantai Wediawu,<br />

Tirtoyudo, Kabupaten<br />

Malang.<br />

75


Kawinkan Budaya Lokal<br />

dan Sport Tourism<br />

Khas Wedi Awu<br />

TEXT BY RENDRA PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

Untuk mengangkat potensi budaya di Pantai<br />

Wediawu Desa Purwodadi Kecamatan Tirtoyudo,<br />

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang<br />

bersama dengan Mbois Community menggelar<br />

acara Wedi Awu Festival Sport, Culture and Tourism,<br />

Minggu (10/2) kemarin. Bukan hanya mengusung<br />

keindahan alam pesisirnya, surga tersembunyi yang<br />

terletak di tenggara Kabupaten Malang tersebut<br />

juga memiliki potensi kearifan lokal yang tak bisa<br />

dianggap remeh.<br />

Kadisparbud Kabupaten Malang Made Arya<br />

Wedhantara menyampaikan bahwa salah satu<br />

persyaratan yang harus dipenuhi agar destinasi<br />

wisata bisa go public adalah 3A. Yakni keberadaan<br />

atraksi, aksesibiltas, serta amenitas (3A). “Nah,<br />

festival budaya inilah yang ingin kami angkat untuk<br />

menunjang dari aspek atraksinya,” kata Made.<br />

Dalam festival tersebut, disparbud melibatkan<br />

Seni Jaranan Campursari Turonggo Budoyo yang<br />

merupakan kearifan lokal asli masyarakat Wediawu.<br />

Beberapa pertunjukkan disajikan seperti pentas<br />

budaya seperti Reog dan Jaran Kepang atau kuda<br />

lumping. “Ada juga kompetisi traditional canoe atau<br />

adu cepat mendayung perahu kunting yang diikuti<br />

oleh nelayan sekitar perairan Bowele,” tambah<br />

Made. Lomba tersebut digelar sebagai representasi<br />

kehidupan sehari-hari para nelayan yang ada dipesisir<br />

Selain menjadi hiburan bagi warga sekitar, Made<br />

76


menuturkan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut juga<br />

dikemas sebagai bentuk apresiasi pemerintah kepada<br />

sanggar seni lokal.<br />

Dan yang pasti tidak ketinggalan yakni kompetisi<br />

surfing yang menjadi ikon dari Pantai Wedi Awu.<br />

“Total ada 30 peserta yang mengikuti kompetisi<br />

ditingkat Malang Raya, baik dari kelas beginner<br />

maupun grommet,” jelas ayah pria asal Bali tersebut.<br />

Meski digelar untuk tingkat lokal, dalam kompetisi<br />

tersebut turut hadir juga beberapa surfer yang<br />

berasal dari negeri sakura, Jepang.<br />

Seperti diberitakan sebelumnya bahwa Pantai Wediawu<br />

merupakan destinasi anyar bagi para penggila sport<br />

tourism di Kabupaten Malang. Bukan hanya surfing,<br />

kedepan Pantai Wedi Awu juga akan dikembangkan<br />

menjadi pusat wisata pantai dengan berbagai atraksi<br />

seperti snorkeling, jetski, banana boats, speed boats,<br />

dan masih banyak yang lainnya.<br />

77


Sarana Bersihkan Diri Lewat Upacara<br />

Jalani Dhipuja<br />

TEXT BY BAY PHOTOS BY BEN<br />

Tak hanya menyajikan view pantai yang<br />

bervariasi, Kabupaten Malang juga dipenuhi<br />

sejumlah acara budaya yang layak dinantikan.<br />

Salah satunya yakni upacara Jalani Dhipuja.<br />

Diselenggarakan di Pantai Balekambang, 4<br />

Maret 2019 lalu, upacara itu menjadi agenda<br />

rutin bagi umat Hindu dari Kabupaten Malang.<br />

Dikatakan Ketua PHDI (Parisada Hindu Dharma<br />

Indonesia) Kabupaten Malang, Sutomo Adiwijoyo,<br />

ritual Jalanidhi Puja tersebut biasa digelar untuk<br />

menyambut Hari Raya Nyepi, yang tahun ini<br />

masuk dalam tahun saka 1941, atau<br />

7 Maret lalu. ”Upacara ini sama<br />

seperti yang digelar di Bali.<br />

78


Hanya saja disini kami masih menggunakan Bahasa<br />

Jawa Kuna, jadi istilahnya Jalanidhi Dipuja,” kata Tomo<br />

saat ditemui usai sembayang, beberapa waktu lalu.<br />

Upacara itu memiliki maksud untuk membersihkan diri<br />

sebelum menyambut tahun baru saka. Dalam rangkaian<br />

upacaranya, ada sesi larung jolan atau sesaji ke laut lepas.<br />

Sesaji tersebut umumnya berisi hasil bumi dan beberapa<br />

hewan ternak yang menyimbolkan penyucian harta. Ada<br />

maksud agar di tahun berikutnya, seluruh umat Hindu<br />

bisa mendapat rezeki yang penuh berkah.<br />

79


Sadar dengan potensi budaya dan wisata<br />

yang melimpah, Kepala Dinas Pariwisata dan<br />

Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Malang,<br />

Made Arya Wedhantara, mengaku bila upacara<br />

itu berpotensi jadi salah satu daya tarik<br />

wisatawan. ”Acara seperti ini adalah salah<br />

satu cara untuk mendatangkan pengunjung,<br />

utamanya yang berasal dari luar Malang,” kata<br />

dia.<br />

Dari Pantai Balekambang, sejumlah pengunjung<br />

juga bisa mengenal spot pantai lainnya.<br />

Utamanya yang ada di sepanjang JLS (Jalur<br />

Lintas Selatan). ”Dari segi alam sudah jelas<br />

sangat menjanjikan, tinggal keramahan<br />

masyarakat dan kenyamanan pengunjung yang<br />

harus ditingkatkan. Itu penting agar wisatawan<br />

betah berlama-lama dan kembali lagi kesini<br />

(Kabupaten Malang),” tutupnya.<br />

80


81


TEXT BY RENDRA<br />

PHOTOS BY DOLI SIREGAR<br />

SENSASI BERBEDA: Para peselancar saat mencoba night<br />

surfing di Pantai Wedi Awu, awal Januari lalu.<br />

Night Surfing yang Menantang di Pantai Wedi Awu<br />

Night surfing kini tak hanya bisa dilakukan di Pantai<br />

Berawa, Bali saja. Di Pantai Wedi Awu, aktivitas<br />

berselancar di malam hari itu juga bisa dilakukan.<br />

Night surfing di Pantai Wedi Awu mulai dirintis,<br />

awal Januari lalu. Mabuk Balap yang dibantu<br />

masyarakat setempat, memasang lampu-lampu<br />

penerangan di delapan titik.<br />

“Ini masih dalam tahap perintisan. Masih perlu<br />

dimaksimalkan lagi. Tapi sudah cukup layak digunakan<br />

untuk surfing malam hari,” ujar Owner Mabuk Balap<br />

Bawon Santoso.<br />

Lampu-lampu itu menyorot area perairan Pantai<br />

Wedi Awu. Di radius hingga 100 meter dari bibir<br />

pantai.<br />

Pada uji coba pertama di awal Januari lalu, sejumlah<br />

surfer lokal sempat menjajal night surfing. Termasuk<br />

surfer cilik Galih Erce.<br />

Sensasinya memang berbeda dibanding berselancar<br />

di siang hari. Pencahayaan yang lebih minim, menjadi<br />

tantangan tersendiri bagi para peselancar. Anda<br />

mau coba?<br />

MENANTANG: Ada delapan titik lampu yang dipasang<br />

di tebing-tebing di sekitar pantai. Lampu-lampu itu<br />

menyinari areal hingga radius 100 meter dari bibir pantai.<br />

82


Dari Bandara Juanda, Pantai Wedi Awu berjarak sekitar<br />

137 kilometer. Normalnya, Pantai Wedi Awu bisa ditempuh<br />

dalam waktu lima jam perjalanan darat.<br />

Mengingat medan jalan yang berkelok-kelok dengan beberapa<br />

tanjakan dan turunan tajam, maka wisatawan harus bisa<br />

memastikan kendaraannya dalam kondisi prima. Terutama<br />

mengecek kondisi mesin, rem, dan ban. Selamat berwisata!<br />

83


84

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!