SRIWIJAYA MAGAZINE MEI 2019

Official magazine of Sriwijaya Air and NAM Air on May 2019 Official magazine of Sriwijaya Air and NAM Air on May 2019

07.05.2019 Views

36 JOURNEY Setapak Lestari Dari Waerebo Teks & Foto: DEDDY HUANG TUJUH RUMAH ADAT BERBENTUK KERUCUT BERDIRI KOKOH DI ATAS SEBIDANG TANAH BERUMPUT HIJAU, GUNUNG TINGGI MENJULANG MELINGKUPI SELURUH SISI RUMAH. KABUT TEBAL TURUN DARI SISI GUNUNG DAN BIAS CAHAYA MATAHARI JATUH MENEMBUS RUMAH. PEMANDANGAN INI MAGIS BAGI SAYA BERADA DI WAE REBO.

37 A W ae Rebo menempati posisi istimewa di hati para pejalan pun saya. Padahal, biaya ke Wae Rebo terbilang cukup mahal. Belum lagi, perjalanan menuju Wae Rebo bukan perjalanan ringan. Perjalanan darat sekitar tujuh jam, jalanan rusak, trekking naik gunung selama tiga jam bukanlah hal yang mudah. MENEMBUS BATAS DIRI Dari Labuan Bajo menuju Desa Wae Rebo bisa ditempuh 4 jam perjalanan darat dari Ruteng dengan medan berkelok menuju Desa Dintor. Dari Dintor kemudian jalan menanjak. Melewati pematang sawah dan jalan setapak dari Sebu sampai Desa Denge. Perjalanan berlanjut menuju Sungai Wae Lomba. Barulah setelah sungai itu akan tiba di Desa Wae Rebo. “Ini memang akses jalan ke Wae Rebo, pak?” tanya saya ke supir. “Jalan pintas, bang. Kalau nggak, bisa malam hari sampai ke Wae Rebo. Jalur ini pangkas waktu 3 jam saja!” seru sang supir. “Satu… Dua… Tiga..!” sorak kami ikut mendorong mobil dari arah belakang. Perjalanan tinggal separuh jalan lagi hingga menuju Desa Denge. TREKKING MELEWATI HUTAN, GUNUNG, DAN LEMBAH Kendaraan berhenti di tengah puluhan pemuda dengan motor berjejer. Warga lokal sangat bergantung hidup dari jasa ojek dan porter yang mengantarkan kami sampai ke pos 1 sebagai titik awal trekking menuju Wae Rebo. Pendakian menembus kawasan perbukitan hutan dengan jalan setapak, lebar hanya sekitar 1-2 m, mengikuti lereng bukit. Dimulai dari Wae Lomba menuju Poco Roko, pos 2 menuju Desa Waerebo. Mendekati Poco Roko, kabut mulai terlihat apalagi menjelang sore. Nafas ikut terasa berat karena kadar oksigen yang mulai menurun. Ditambah meningkatnya otot tubuh berkontraksi dalam waktu panjang selama trekking, membuat beberapa kali rombongan kami beristirahat sejenak. A B C Mbaru Niang. Jalur menuju Desa Denge. Trekking sekitar 3 jam perjalanan. B C EDISI 99 | MEI 2019 |

37<br />

A<br />

W<br />

ae Rebo menempati<br />

posisi istimewa di hati<br />

para pejalan pun saya.<br />

Padahal, biaya ke Wae Rebo terbilang<br />

cukup mahal. Belum lagi, perjalanan<br />

menuju Wae Rebo bukan perjalanan<br />

ringan. Perjalanan darat sekitar tujuh<br />

jam, jalanan rusak, trekking naik<br />

gunung selama tiga jam bukanlah hal<br />

yang mudah.<br />

MENEMBUS BATAS DIRI<br />

Dari Labuan Bajo menuju Desa Wae<br />

Rebo bisa ditempuh 4 jam perjalanan<br />

darat dari Ruteng dengan medan<br />

berkelok menuju Desa Dintor. Dari<br />

Dintor kemudian jalan menanjak.<br />

Melewati pematang sawah dan jalan<br />

setapak dari Sebu sampai Desa Denge.<br />

Perjalanan berlanjut menuju Sungai<br />

Wae Lomba. Barulah setelah sungai itu<br />

akan tiba di Desa Wae Rebo.<br />

“Ini memang akses jalan ke Wae<br />

Rebo, pak?” tanya saya ke supir.<br />

“Jalan pintas, bang. Kalau nggak, bisa<br />

malam hari sampai ke Wae Rebo.<br />

Jalur ini pangkas waktu 3 jam saja!”<br />

seru sang supir.<br />

“Satu… Dua… Tiga..!” sorak kami<br />

ikut mendorong mobil dari arah<br />

belakang. Perjalanan tinggal<br />

separuh jalan lagi hingga menuju<br />

Desa Denge.<br />

TREKKING MELEWATI HUTAN,<br />

GUNUNG, DAN LEMBAH<br />

Kendaraan berhenti di tengah<br />

puluhan pemuda dengan motor<br />

berjejer. Warga lokal sangat<br />

bergantung hidup dari jasa ojek dan<br />

porter yang mengantarkan kami<br />

sampai ke pos 1 sebagai titik awal<br />

trekking menuju Wae Rebo.<br />

Pendakian menembus kawasan<br />

perbukitan hutan dengan jalan<br />

setapak, lebar hanya sekitar 1-2 m,<br />

mengikuti lereng bukit. Dimulai dari<br />

Wae Lomba menuju Poco Roko, pos<br />

2 menuju Desa Waerebo. Mendekati<br />

Poco Roko, kabut mulai terlihat<br />

apalagi menjelang sore. Nafas ikut<br />

terasa berat karena kadar oksigen<br />

yang mulai menurun. Ditambah<br />

meningkatnya otot tubuh berkontraksi<br />

dalam waktu panjang selama trekking,<br />

membuat beberapa kali rombongan<br />

kami beristirahat sejenak.<br />

A<br />

B<br />

C<br />

Mbaru<br />

Niang.<br />

Jalur menuju<br />

Desa Denge.<br />

Trekking<br />

sekitar 3 jam<br />

perjalanan.<br />

B<br />

C<br />

EDISI 99 | <strong>MEI</strong> <strong>2019</strong> |

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!