SRIWIJAYA MAGZ APRIL 2019

66
JOURNEY
Reksa Harmoni
Bali Aga di Karangasem
Teks & Foto: DEDDY HUANG
JAUH DARI RIUH RENDAH GAYA HIDUP PERKOTAAN BALI, KARANGASEM
MENAWARKAN SEMANGAT HIDUP WARGA BALI ASLI. TAK SEPERTI DAERAH KOTA
YANG BERLOMBA MENUJU KOMERSIALISASI. KARANGASEM SEDANG MEMPERKUAT
RASA PERCAYA DIRI DENGAN MENJAGA ROH BALI YANG SESUNGGUHNYA.
MENGEDEPANKAN KEBAHAGIAAN, KEDAMAIAN DAN KERAMAHAN.
A
K
abupaten Karangasem berlokasi di tepian
Selat Lombok. Sepanjang jalan menuju ke
sana terlihat hamparan laut bergantian
dengan persawahan. Hanya butuh waktu 2 jam
dari Bandara Ngurah Rai menuju sisi timur Bali
ini. Saya berpetualang bersama seorang teman
dengan menyewa mobil. Kendaraan dilaju menuju
pemberhentian pertama di sebuah pantai yang
tersembunyi di balik perbukitan.
Suara debur ombak mulai terdengar memanggil.
Warga lokal menyebut pantai ini dengan nama Perasi.
Wisatawan luar memanggilnya White Sand Beach
atau Virgin Beach. Pantai dengan garis sepanjang 500
meter ini memiliki pasir lembut dan putih. Sementara
pasir di sekitar pantai berwarna hitam.
Tak perlu kuatir lapar dan haus saat berada
disini. Sejumlah warung di tepi pantai
menunggu untuk disinggahi para pencari
makan dan minum.
WARISAN KERAJAAN KARANGASEM
Taman Ujung Soekasada kondisinya sempat
terbengkalai. Imajinasi saya melayang ke
masa lampau saat memasuki taman tempat
peristirahatan Raja Karangasem yang sempat
menjadi kerajaan terbesar di pulau Dewata.
Kekuasaannya menjangkau hingga ke Pulau
Lombok. Meski akhirnya Kerajaan Karangasem
dihapuskan di tahun 1908 oleh Belanda, warga
setempat tetap menjaga kenangan kejayaannya
melalui tempat-tempat bersejarahnya.
A
B
C
Virgin Beach.
Taman Ujung Soekasada
dikellingi vegetasi hijau.
Spot menikmati sunset
di Taman Ujung.
EDISI 98 | APRIL 2019 |