17.03.2019 Views

teori sediaan-terkunci

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB – OKTOBER 2008/2009<br />

LIKUIDA<br />

b. Double strength suspension, yaitu suspensi antasid yang memiliki kapasitas penetralan 20-30<br />

mekiv terhadap HCl setiap 5 ml dosis.<br />

c. Antasid mengandung antiflatulen atau anti kembung. Antasid ini dapat single strength atau<br />

double strength, pada umumnya mengandung 20-40 mg simeticone setiap 5 ml dosis<br />

d. Floating antasid suspension. Merupakan antasid yang memiliki kapasitas penetralan asam yang<br />

rendah. Pada umumnya juga mangandung alginate dan antasid berisi karbonat yang berkontak<br />

dengan asam lambung, membentuk lapisan dengan kerapatan rendah dan melapisi permukaan<br />

lambung.<br />

II. FORMULA<br />

Formula Umum Suspensi Antasid dan Clay<br />

a. Zat aktif (antasid, antiflatulen=anti kembung : untuk antasida yang melepaskan CO2 atau kembung<br />

perlu ditambahkan antiflatulen, dan clay).<br />

b. Suspending agent penting diperhatikan karena peranan muatan dalam formulasi.<br />

c. Pemanis (mencegah kontaminasi mikroba dan mencegah polimerisasi).<br />

d. Pengawet. Perlu diperhatikan sifat adsorpsi dan pH efektif.<br />

e. Anticacking dan antigelling agent dari <strong>sediaan</strong>.<br />

f. Flavour.<br />

g. Mouth feel : mempengaruhi rasa mulut agar tidak terasa pasir.<br />

h. Colouring agent<br />

A. Zat Aktif Suspensi Antasida (Pharm. Dosage Form: Disperse System Volume 2, hlm. 209-213)<br />

1. Antasida<br />

a. Al(OH)3<br />

Biasa digunakan dalam bentuk tunggal atau campuran reaksi. Agar reaksi berjalan pada gastric<br />

pH rendah maka digunakan Al(OH)3 dalam bentuk amorf. Al(OH)3 akan mengalami polimerisasi<br />

cepat membentuk kristalin. Dikenal dengan nama gibbsite (bentuk kristalin). Bentuk gibbsite<br />

bereaksi lemah dan lama dengan HCl. Dalam kebanyakan <strong>sediaan</strong> antasida Al(OH) CO3 yang<br />

digunakan. Dimana CO3 akan memberikan stabilisasi reaktivitas asam pada polimerisasi. Al(OH)3<br />

mempunyai kemampuan dapar lambung pada pH 3-4 (uji Rosset Rise Test/RRT). Antasida ideal<br />

mampu mendapar pada pH 3-5 (lambung). Dengan meningkatnya pH lebih dari 3 sebagian pepsin<br />

akan diinaktifkan. Sedangkan bila pH lebih dari 5 kemungkinan terjadi pengikatan kembali<br />

asam/acid rebound. Al(OH)3 adalah antasida non sistemik. Reaksi Al(OH)3 dengan HCl secara<br />

stoikiometri adalah :<br />

Al(OH)3 + 3HCl AlCl3 + 3H2O<br />

Ekivalensi 1 gram Al(OH)3 kering mampu menetralkan 29,4 mekiv HCl. Sehingga bisa single<br />

strength atau double strength.<br />

• Kelemahannya :<br />

− akan mengadsorpsi pepsin PO4 dan garam-garam empedu<br />

− pada dosis tinggi akan menyebabkan konstipasi<br />

− akan memperlama pengosongan lambung.<br />

• Kelebihan : karena kandungan Na rendah maka dapat digunakan untuk penderita hipertensi.<br />

Untuk suspensi biasanya digunakan bentuk gel atau cairan.<br />

b. Mg(OH)2<br />

Mg(OH)2 jarang digunakan sendiri, lazim campuran dengan Al(OH)3 karena keuntungankeuntungan<br />

tadi. Mg(OH)2 berbentuk kristal “brussite” : yang bereaksi dengan cepat dengan HCl<br />

meningkatkan pH lebih cepat pada pH>3. Reaksinya adalah sebagai berikut :<br />

Mg(OH)2 + 2 HCl Mg Cl2 + 2 H2O<br />

Berbeda dengan Al(OH)3, Mg(OH)2 tidak mampu mendapar lambung hingga pHnya 3-5 tetapi<br />

pada pH 8-9. pH tinggi ini akan menimbulkan pengikatan kembali asam. Merupakan antasida<br />

non sistemik. Muatan permukaan tergantung pada pH. Ekivalensinya 1 gr Mg(OH)3 mampu<br />

menetralkan 34,3 mekiv HCl. Mengandung Na rendah sehingga dapat digunakan pada penderita<br />

hipertensi. Menunjukkan efek laksatif, mengikat beberapa garam empedu tapi tidak

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!