17.03.2019 Views

teori sediaan-terkunci

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Teori <strong>sediaan</strong> apoteker ITB ~ oktober 2008/2009<br />

steril<br />

Viskositas untuk larutan obat mata dipandang optimal jika berkisar antara 15-25 centipoise<br />

(cps). Peningkat viskositas yang biasa dipakai adalah metilselulosa 4000 cps sebanyak<br />

0,25% atau 25 cps sebanyak 1%, HPMC, atau polivinil alkohol (Ansel, 548-552). Menurut<br />

Codex, dapat digunakan turunan metil selulosa, polivinil alkohol, PVP, dekstran and<br />

makrogol.<br />

Na CMC jarang digunakan karena tidak tahan terhadap elektrolit sehingga kekentalan<br />

menurun; kadang tidak tercampurkan dengan zat aktif (Diktat kuliah teknologi steril, 303).<br />

Pada umumnya penggunaan senyawa selulosa dapat meningkatkan penetrasi obat dalam<br />

tetes mata, demikian juga dengan PVP dan dekstran. Jadi, pemilihan bahan pengental<br />

dalam obat tetes mata didasarkan pada (Diktat kuliah teknologi steril, 304):<br />

• Ketahanan pada saat sterilisasi,<br />

• Kemungkinan dapat disaring,<br />

• Stabilitas, dan<br />

• Ketidakbercampuran dengan bahan-bahan lain.<br />

Pangental yang sering dipakai adalah : Metilselulosa, HPMC dan PVP.<br />

e. ANTI OKSIDAN<br />

Zat aktif untuk <strong>sediaan</strong> mata ada yang dapat teroksidasi oleh udara. Untuk itu kadang<br />

dibutuhkan antioksidan. Antioksidan yang sering digunakan adalah Na metabisulfit atau Na<br />

sulfit dengan konsentrasi sampai 0,3%. Vitamin C (asam askorbat) dan asetilsistein pun<br />

dapat dipakai terutama untuk <strong>sediaan</strong> fenilefrin.<br />

Degradasi oksidatif seringkali dikatalisa oleh adanya logam berat, maka dapat ditambahkan<br />

pengkelat seperti EDTA. Penggunaan wadah plastik yang permeabel terhadap gas dapat<br />

meningkatkan proses oksidatif selama penyimpanan (Codex, 161-165; RPS, 1590).<br />

f. SURFAKTAN<br />

Pemakaian surfaktan dalam obat tetes mata harus memenuhui berbagai aspek (Diktat kuliah<br />

teknologi steril, 304) :<br />

1. Sebagai antimikroba (Surfaktan golongan kationik seperti benzalkonium klorida, setil<br />

piridinium klorida, dll).<br />

2. Menurunkan tegangan permukaan antara obat mata dan kornea sehingga meningkatkan<br />

aktivitas terapeutik zat aktif.<br />

3. Meningkatkan ketercampuran antara obat tetes mata dengan cairan lakrimal,<br />

meningkatkan kontak zat aktif dengan kornea dan konjungtiva sehingga meningkatkan<br />

penembusan dan penyerapan obat.<br />

4. Tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak boleh iritan dan merusak<br />

kormea. Surfaktan golongan non ionik lebih dapat diterima dibandingkan dengan<br />

surfaktan golongan lainnya.<br />

Penggunaan surfaktan dalam <strong>sediaan</strong> optalmik terbatas karena bisa melarutkan bagian<br />

lipofil dari mata. Surfaktan non ionik, yang paling tidak toksik dibandingkan golongan lain,<br />

digunakan dalam konsentrasi yang rendah dalam suspensi steroid dan sebagai pembantu<br />

untuk membentuk larutan yang jernih.<br />

Surfaktan dapat juga digunakan sebagai kosolven untuk meningkatkan solubilitas (jarang<br />

dilakukan). Surfaktan non ionik dapat mengadsorpsi senyawa pengawet antimikroba dan<br />

menginaktifkannya. (RPS, 1590)<br />

Menurut Codex, surfaktan non ionik yang sering dipakai adalah Polisorbat 80 (Tween 80).<br />

Sedangkan menurut Diktat kuliah teknologi steril dapat juga digunakan Tween 20,<br />

benzetonium klorida, miristil-gamma-picolinium klorida, polioxil 40-stearat, alkil-arilpolietil<br />

alkohol, dioktil sodium sulfosuksinat, dll.<br />

85

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!