17.03.2019 Views

teori sediaan-terkunci

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Teori Sediaan APOTEKER ITB - Oktober 2008/2009<br />

steril<br />

INFUS<br />

(Re-New by: Kalman)<br />

I. PENDAHULUAN<br />

Sediaan parenteral volume besar : <strong>sediaan</strong> cair steril mengandung obat yg dikemas dalam wadah<br />

minimal 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia (Diktat Steril,176). Atau larutan produk obat<br />

yang disterilisasi akhir dan dikemas dalam wadah dosis tunggal dengan kapasitas 100 ml atau lebih<br />

dan ditujukan untuk manusia. Parenteral volume besar meliputi infus intravena, larutan irigasi, larutan<br />

dialisis peritonal & blood collecting units with antikoagulant (Lachman Parenteral vol 1 hal 249)<br />

Berdasarkan cara pemberiannya, <strong>sediaan</strong> parenteral volume besar terbagi menjadi 2 macam, yaitu :<br />

1. Secara intravena (Turco hal 163 ) : = infus intravena = venoclysis<br />

2. Non intravena (Turco hal 177) :<br />

a. Larutan dialisis (misal: untuk cuci darah karena keracunan dan transplantasi ginjal), contoh :<br />

Peritoneal Dialysis Solution (Turco,180), Hemodialysis (Turco, 181)<br />

b. Larutan irigasi (misal untuk cuci luka), contoh : Surgical Irrigating Solution (Splash Solution)<br />

= Sodium Chloride for Irrigation (Turco, 178), Urologic Irrigation Solution (Turco, 179),<br />

Glycine Solution (Turco, 179), Sorbitol Solution (Turco, 180), Urologic Solution G / Suby’s<br />

Solution (Turco, 180).<br />

Rute pemakaian secara intravena diindikasikan untuk keadaan : (The Pharmaceutical Codex, ed.12 hal<br />

415)<br />

1. Obat tidak dapat diabsorpsi secara oral<br />

2. Terjadinya absorpsi yang tidak teratur setelah penyuntikan secara intramuskular<br />

3. Obat menjadi tidak aktif dalam saluran pencernaan<br />

4. Perlunya respon yang cepat<br />

5. Pasien tidak dapat mentoleransi obat atau cairan secara oral.<br />

6. Rute pemberian secara intramuskular atau subkutan tidak praktis<br />

7. Obat harus terencerkan secara baik atau diperlukannya cairan pembawa<br />

8. Obat mempunyai waktu paruh yang sangat pendek dan harus diinfus secara terus menerus<br />

9. Diperlukan perbaikan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit<br />

10. Obat hanya bersifat aktif oleh pemberian secara intravena<br />

Keuntungan pemberian secara intravena (Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, hal 401-402)<br />

1. Dapat digunakan untuk pemberian obat agar bekerja cepat, seperti pada keadaan gawat.<br />

2. Dapat digunakan untuk penderita yang tidak dapat diajak bekerja sama dengan baik, tidak sadar,<br />

tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan melalui oral.<br />

3. Pelepasan obat ke dalam darah dapat diatur.<br />

Di samping keuntungan-keuntungan dari pemberian secara intravena, terdapat pula kemungkinan<br />

terjadinya komplikasi seperti : (The Pharmaceutical Codex, ed.12 hal 415)<br />

1. Emboli udara (gumpalan udara pada pembuluh darah)<br />

2. Inkompatibilitas obat (bisa sebelum dan setelah penyuntikan)<br />

3. Hipersensitivitas<br />

4. Infiltrasi atau ekstravasasi (rasa nyeri pada daerah sekitar)<br />

5. Sepsis (infeksi bakteri sistemik)<br />

6. Thrombosis atau phlebitis (terbentuknya trombus akibat rangsang tusukan jarum pada dinding<br />

vena, Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, hal 401)<br />

• Kerugian yg lain:<br />

• Pemakaian <strong>sediaan</strong> lebih sulit dan lebih tidak disukai oleh pasien .<br />

• Obat yang telah diberikan secara intravena tidak dapat ditarik lagi. (Ansel, Pengantar Bentuk<br />

Sediaan Farmasi, hal 401)<br />

• Lebih mahal daripada bentuk <strong>sediaan</strong> non sterilnya karena lebih ketatnya persyaratan yang<br />

harus dipenuhi (steril, bebas pirogen, jernih, praktis bebas partikel).<br />

A. DEFINISI<br />

• FI IV hal 10<br />

51

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!