17.03.2019 Views

teori sediaan-terkunci

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ OKTOBER 2008/2009<br />

STERIL<br />

konsentrasi yang mencukupi. Meyakinkan penyampaian konsentrasi obat yang mencukupi ke<br />

bagian tubuh/ jaringan sakit.<br />

• Untuk mencapai parameter farmakologi tertentu yang terkontrol, seperti waktu onset, serum<br />

peak, kecepatan eliminasi obat dari dalam tubuh.<br />

• Untuk pasien yang tidak bisa melakukan self medicate<br />

• Untuk mendapatkan efek biologik yang tidak didapatkan melalui pemakaian oral<br />

• Untuk alternatif bila rute yang diharapkan (oral) tidak tersedia<br />

• Untuk mendapatkan efek lokal, untuk meminimalkan efek toksik sistemik<br />

• Untuk pasien yang tidak sadar, tidak kooperatif, tidak terkontrol<br />

• Untuk pengobatan ketidakseimbangan elektrolit dan cairan untuk supply nutrisi jangka<br />

panjang/pendek<br />

• Untuk mendapatkan efek lokal yang diharapkan<br />

Faktor farmasetikal yang berpengaruh pada pemakaian parenteral: (Lachman Parenteral Medication<br />

vol. 1, 2 nd ed., 1992, 19)<br />

• Kelarutan obat dan volume injeksi<br />

• Karakteristik pembawa<br />

• pH dan osmolalitas larutan injeksi<br />

• bentuk <strong>sediaan</strong> (cth: larutan, suspensi, atau rekonstitusi)<br />

• formulation ingredient (eksipien)<br />

C. Bentuk-Bentuk Sediaan Parenteral (Codex 12 th ed., 1994, 94-97)<br />

1. Larutan Air<br />

Merupakan bentuk yang paling sederhana dan banyak digunakan. Bentuk larutan air dapat<br />

digunakan untuk semua rute pemberian.<br />

2. Suspensi air<br />

Suspensi biasanya diberikan dalam rute intramuscular(IM) dan subkutan (SK). Suspensi tidak<br />

pernah diberikan secara intravena (IV), intraarteri, inraspinal, inrakardiak, atau injeksi<br />

optalmik. Ukuran partikel suspensi biasanya kecil dan distribusi ukuran partikel harus dikontrol<br />

untuk meyakinkan partikel dapat melewati jarum suntik saat pemberian. Ukuran partikel tidak<br />

boleh membesar dan tidak boleh terjadi caking saat penyimpanan.<br />

3. Larutan kering<br />

Untuk <strong>sediaan</strong> yang larut dalam air, tetapi tidak stabil di air.<br />

4. Larutan minyak<br />

Dibuat bila zat aktif tidak larut air tetapi larut dalam minyak dan diberikan melalui IM. Larutan<br />

minyak menimbulkan efek depo, untuk masalah iritasi dan sensitisasi, suspensi air lebih dipilih<br />

dibanding larutan minyak (Lachman Parenteral Medication vol. 1, 2 nd ed., 1992, 192)<br />

5. Suspensi Minyak<br />

Injeksi suspensi bisa juga dibuat dalam pembawa minyak, meskipun pembuatannya lebih<br />

jarang dibanding suspensi air. Suspensi minyak dapat menimbulkan efek depot/lepas lambat<br />

pada rute pemberian IM.<br />

6. Injeksi Minyak<br />

Senyawa yang bersifat lipofilik banyak yang dibuat dalam bentuk injeksi minyak. Sediaan ini<br />

secara umum digunakan dengan rute IM, dan pada keadaan normal tidak digunakan untuk rute<br />

lain.<br />

7. Emulsi<br />

Zat yang bersifat lipofilik juga dapat dibuat dalam bentuk emulsi o/w. Zat dapat dilarutkan<br />

dalam larutan minyak atau zatnya sendiri sudah benbentuk minyak. Droplet minyak harus<br />

dikontrol dengan hati-hati dan pada saat penyimpanan emulsi tidak akan pecah. Ukuran droplet<br />

ideal 3 μm. Biasanya dalam bentuk nutrisi parenteral.<br />

8. Larutan Koloidal<br />

Biasanya diberikan melalui rute IM.<br />

9. Sistem pelarut campur<br />

7

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!