17.03.2019 Views

teori sediaan-terkunci

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB ~ OKTOBER 2008/2009<br />

semisolida<br />

Jika minyak mineral (contoh: parafin liquidum) yang digunakan dalam krim tidak perlu<br />

penambahan antioksidan<br />

5. Penggunaan emulgator harus disesuaikan dengan jenis krim yang dikehendaki dan tersatukan<br />

dengan zat aktif.<br />

6. Penambahan fasa air dalam krim dilakukan secara hati-hati dan secara sebagian-sebagian untuk<br />

mencegah kontaminasi mikroba. Penambahan dilakukan secara tepat dan terhindar dari efek<br />

panas selama pencampuran. Penambahan air secara berlebihan dapat mempengaruhi stabilitas<br />

dari beberapa krim.<br />

7. Pembuatan krim steril sebaiknya dilakukan secara aseptik, semua alat yang dibutuhkan harus<br />

direbus dalam air dan kemudian didinginkan dan dikeringkan (Fornas, Hal 313).<br />

8. Bila <strong>sediaan</strong> yang terutama ditujukan untuk penggunaan pada luka terbuka yang besar atau kulit<br />

yang parah, maka krim harus steril.<br />

9. Jika krim diwadahkan dalam tube aluminium, maka tidak boleh digunakan pengawet senyawa<br />

raksa organik (Fornas, Hal 313) karena akan terbentuk kompleks pengawet aluminium dan<br />

untuk mengatasinya tube harus dilapisi dengan bahan yang inert. Untuk itu, saat memasukkan<br />

krim ke dalam tube, krim dimasukkan beserta kertas perkamennya, untuk melindungi dari<br />

dinding tube, dan juga bisa ditambahkan zat pengkhelat.<br />

7. Untuk tube yang mudah berkarat, maka bagian tube sebelah dalam harus dilapisi dengan larutan<br />

dammar dalam pelarut mudah menguap (Fornas, Hal 313).<br />

8. Pemberian Etiket:<br />

Pada etiket harus tertera “Obat Luar”, dan untuk antibiotika harus tercantum daluarsanya (FI<br />

II)<br />

Pada etiket tercantum : (BP 2002 hal 1904; BP ’88, Hal 650)<br />

− Bila perlu, dapat ditambahkan pada etiket bahwa krim tersebut steril.<br />

− Tanggal kadaluarsa, dimana krim tidak boleh digunakan lagi.<br />

−<br />

−<br />

Kondisi penyimpanan.<br />

Pada label dicantumkan nama dan konsentrasi antimikroba sebagai pengawet yang<br />

ditambahkan.<br />

Penyimpanan :<br />

Krim sebaiknya disimpan pada suhu tidak leih dari 25 o C, kecuali dinyatakan lain oleh produsen.<br />

Krim tidak boleh didinginkan karena airnya dapat mengkristal. (BP 2002, Hal 1905).<br />

Wadah :<br />

Wadah tertutup rapat, sehingga mencegah penguapan dan kontaminasi dari isinya. Bahan dan<br />

konstruksinya harus tahan terhadap absorpsi atau difusi isinya.<br />

D. Sediaan Krim yang Ideal<br />

Dapat menjamin stabilitas sistem dispersi, tetapi juga cukup lunak sehingga mudah dioleskan.<br />

Bebas dari partikel kasar atau partikel yang tidak larut.<br />

Bioavalabilitas optimal.<br />

II. FORMULASI<br />

A. Basis Krim<br />

Pemilihan basis krim tergantung sifat obat, OTT, absorpsi: sifat kulit, aliran darah dan jenis luka.<br />

Pertimbangan utamanya adalah sifat zat berkhasiat yang digunakan dan konsistensi <strong>sediaan</strong> yang<br />

diharapkan.<br />

Persyaratan basis (RPS 18 th ed. hal 1603) antara lain:<br />

− noniritasi<br />

− mudah dibersihkan<br />

− tidak tertinggal di kulit<br />

− stabil<br />

− tidak tergantung pada pH<br />

− tersatukan dengan berbagai obat

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!