17.03.2019 Views

teori sediaan-terkunci

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Teori Sediaan APOTEKER ITB - Oktober 2007/2008<br />

solida<br />

c. Basis surfaktan<br />

Surfaktan tertentu disarankan sebagai basis hidrofilik sehingga dapat digunakan tanpa<br />

penambahan zat tambahan lain. Surfaktan juga dapat dikombinasikan dengan basis lain. Basis ini<br />

dapat digunakan untuk memformulasi obat yang larut air dan larut lemak.<br />

Keuntungan :<br />

− Dapat disimpan pada suhu tinggi<br />

− Mudah penanganannya<br />

− Dapat bercampur dengan obat<br />

− Tidak mendukung pertumbuhan mikroba<br />

− Nontoksik dan tidak mensensitisasi<br />

(Lachman, Teory and Practice of Industrial Pharmacy, 575, 578)<br />

3. Pemilihan bahan pembantu yang dapat meningkatkan homogenitas produk, kelarutan, dll<br />

Bahan pembantu digunakan untuk:<br />

a. Meningkatkan penggabungan (inkorporasi) dari serbuk zat aktif<br />

Peningkatan jumlah serbuk zat aktif dapat mengganggu integritas suppositoria dengan<br />

menyebabkan peningkatan viskositas lelehan, sehingga menghambat alirannya ke dalam<br />

cetakan. Ajuvan yang digunakan untuk mengatasi hal ini yaitu: Mg karbonat, minyak netral<br />

(gliserida asam lemak jenuh C-8 hingga C-12 dengan viskositas rendah) 10 % dari bobot<br />

suppositoria, dan air (1 – 2 %).<br />

b. Meningkatkan hidrofilisitas<br />

Penambahan bahan peningkat hidrofilisitas digunakan untuk mempercepat disolusi suppositoria<br />

di rektum, sehingga meningkatkan absorpsi, jika digunakan dengan konsentrasi rendah. Tetapi,<br />

jika digunakan dalam konsentrasi besar, bahan ini malah menurunkan absorpsi. Bahan peningkat<br />

hidrofilisitas juga dapat menyebabkan iritasi lokal.<br />

Contoh bahan ini yaitu:<br />

1. surfaktan anionik, misalnya: garam empedu, Ca oleat, setil stearil alkohol plus 10 % Na<br />

alkil sulfat, Na dioktilsulfosuksinat, Na lauril sulfat (1 %), Na stearat (1 %), dan trietanol<br />

amin stearat (3 – 5 %);<br />

2. surfaktan nonionik dan amfoterik, misalnya: ester asam lemak dari sorbitan (Span &<br />

Arlacel), ester asam lemak dari sorbitan teretoksilasi (Tween), ester dan eter teretoksilasi<br />

(polietilenglikol 400 miristat, Myrj, eter polietilenglikol dari alkohol lemak), minyak<br />

natural termodifikasi (Labrafil M2273, Cremophor EL, lesitin, kolesterol);<br />

3. gliserida parsial, misalnya: mono- dan digliserida mengandung asam lemak tergliserolisasi<br />

(Atmul 84), mono- dan digliserida (gliserin monostearat dan gliserin monooleat),<br />

monogliserida asam stearat dan palmitat, mono- dan digliserida dari asam palmitat dan<br />

stearat.<br />

c. Meningkatkan viskositas<br />

Pengaturan viskositas dari lelehan suppositoria selama pendinginan merupakan titik kritis<br />

untuk mencegah sedimentasi. Bahan yang digunakan yaitu: asam lemak dan derivatnya (Al<br />

monostearat, gliseril monostearat, & asam stearat), alkohol lemak (setil, miristat dan stearil<br />

alkohol), serbuk inert (bentonit & silika koloidal).<br />

d. Mengubah suhu leleh<br />

Contoh bahan yang digunakan: asam lemak dan derivatnya (gliserol stearat dan asam stearat),<br />

alkohol lemak (setil alkohol dan setil stearat alkohol), hidrokarbon (parafin), dan malam<br />

(malam lebah, setil alkohol, dan malam carnauba).<br />

e. Meningkatkan kekuatan mekanis<br />

Pecahnya suppositoria merupakan masalah yang ditemui saat digunakan basis sintetik. Untuk<br />

mengatasinya dapat ditambahkan ajuvan seperti: polisorbat, minyak jarak (castor oil),<br />

monogliserida asam lemak, gliserin, dan propilenglikol.<br />

f. Mengubah penampilan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!