17.03.2019 Views

teori sediaan-terkunci

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB - OKTOBER 2007/2008<br />

LIKUIDA<br />

EMULGATOR UNTUK EMULSI<br />

Codex h.84: Jenis – Jenis Surfaktan Untuk Emulsi<br />

1. Surfaktan anionik<br />

Surfaktan jenis ini sebaiknya tidak digunakan untuk emulsi untuk pemakaian internal karena<br />

rasanya yang tidak enak dan dapat mengiritasi mukosa.<br />

a. Asam lemak, co: asam stearat<br />

Digunakan setelah netralisasi sebagian dengan basa organik/inorganik<br />

b. Logam alkali dan sabun amonium, co: natrium stearat<br />

Bagus untuk emulsi M/A (khususnya dengan sabun alkali), tapi tidak stabil pada pH>10.<br />

Inkompatibel dengan asam dan inorganik polivalen dan kation organik rantai panj ang.<br />

c. Sabun divalen dan logam trivalen, co:kalsium stearat<br />

Surfaktan jenis ini yang mengandung Ca, Mg, Zn, dan Al tidak larut dalam air dan baik<br />

untuk membuat emulsi A/M<br />

d. Sabun amin<br />

Akan menghasilkan emulsi M/A (pH sekitar 8). Tahan terhadap perubahan pH dan<br />

adanya ion Ca.<br />

e. Alkil sulfat, co: sodium lauril sulfat, sodium cetostearyl sulfat, trietanol amin lauril<br />

sulfat<br />

Akan menghasilkan emulsi M/A (pH sekuer 7). Dipakai sebagai pembasah.Biasanya<br />

membutuhkan emulgator sekunder agar mencapai stabilitas yang cukup baik. Sedikit<br />

terpengaruh oleh pH dan cenderung terhidrolisis sehingga memerlukan kontrol pH.<br />

f. Alkil fosfat<br />

Idem alkil sulfat.<br />

g. Alkil sulfonat, co: docusate sodium<br />

Digunakan sebagai pembasah. Akan menghasilkan emulsi M/A jika dikombinasi dengan<br />

emulgator sekunder.<br />

h. Carbomer<br />

Baik untuk emulsi M/A untuk penggunaan internal maupun eksternal tetapi sebaiknya<br />

dikombinasi dengan emulgator sekunder.<br />

2. Surfaktan kationik, co: gol. Amonium kuartener : cetrimide, benzalkonium klorida, domiphen<br />

bromide<br />

− Agar efektif perlu diionisasi terlebih dahulu<br />

− Digunakan dalam pembuatan emulsi M/A (pH 3-7), untuk penggunaan eksternal<br />

− Kompatibel dengan anion inorganik divalen<br />

− Inkompatibel dengan anion inorganik dengan valensi >2 dan dengan anion organik rantai<br />

panj ang.<br />

3. Surfaktan non-ionik<br />

Bisa untuk emulsi A/M ataupun M/A tergantung harga HLB dan emulsi yang dihasilkan<br />

dapat digunakan baik internal maupun eksternal. Keuntungan penggunaan surfaktan<br />

non-ionik : resisten terhadap efek elektrolit, kompatibel dengan surfaktan lain, stabil<br />

pada pH 4-9, emulsi yang terbentuk tidak terlalu iritan jika dibandingkan dengan<br />

surfaktan ionik. Kekurangan surfaktan non ionik : jika jumlah yang digunakan berlebih,<br />

akan mengikat/menginaktivasi pengawet yang memiliki gugus fenol dan asam<br />

karboksilat. Surfaktan non-ionik yang memiliki gugus ester dapat menghidrolisis dengan<br />

cepat pada pH.9. Surfaktan polisorbat dan ester sorbitan cocok untuk emulsi oral.<br />

a. Ester alkohol polihidrik<br />

Meliputi :<br />

− Glikol ester, co: propylene glycol (PG) monostearat,PG alginate, PG diacetate<br />

− Gliserol ester, co: gliseril monostearat

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!