07.01.2019 Views

#Test# Koran Kaltara - Selasa, 8 Januari 2019

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

malinau<br />

12 <strong>Koran</strong> <strong>Kaltara</strong> www.korankaltara.com<br />

Email: redaksi.korankaltara@gmail.com<br />

Desa Setulang Tak Nimati<br />

Jaringan Komunikasi Selama 5 Tahun<br />

selasa, 8 <strong>Januari</strong> <strong>2019</strong>, Edisi 1398 Tahun V<br />

Perbaikan Tower BTS<br />

Sudah Diusulkan<br />

ke Pemprov <strong>Kaltara</strong><br />

MALINAU – Sarana komunikasi<br />

dan jaringan internet sangat dibutuhkan<br />

masyarakat Desa Setulang,<br />

Kecamatan Malinau Selatan Hilir.<br />

Sebab, sampai saat ini pihaknya<br />

masih kesulitan mempromosikan<br />

potensi wisata.<br />

Kepada <strong>Koran</strong> <strong>Kaltara</strong>, Kepala<br />

Desa wisata Setulang Udau Hanscov<br />

menyampaikan, bahwa masyarakat<br />

belum menikmati jaringan seluler<br />

selama 5 tahun.<br />

“Selama lima tahun terakhir ini, kita<br />

memang belum merasakan jaringan<br />

telekomunikasi,” kata Udau, Minggu<br />

(6/1).<br />

Menurut dia, pihaknya sudah mengusulkan<br />

agar tower BTS diperbaiki.<br />

“Sudah diusulkan. Bahkan setiap kali<br />

Musrenbang Kecamatan, kami terus<br />

menyampaikan persoalan jaringan<br />

ini,” katanya.<br />

Tidak hanya itu, kata Udau, pada<br />

awal Desember tahun lalu, pihaknya<br />

sudah menghadap ke Dinas Komunikasi<br />

dan Informasi Provinsi Kalimantan<br />

Utara untuk menyampaikan<br />

permohonan agar wilayahnya bisa<br />

menikmati jaringan seluler dan internet.<br />

CARI JARINGAN<br />

Salah seorang warga usai<br />

mengunjungi Desa Setulang,<br />

mencari jaringan di atas bukit,<br />

untuk bisa berkomunikasi.<br />

foto: Sulaiman/<strong>Koran</strong> <strong>Kaltara</strong><br />

“Saya beserta staf sempat ke<br />

sana untuk menyampaikan proposal.<br />

Karena memang kurang lebih lima<br />

tahun tower yang ada itu sudah tidak<br />

berfungsi,” jelasnya.<br />

Dia berharap Pemprov <strong>Kaltara</strong><br />

dapat menindaklanjuti proposal yang<br />

telah diajukan tersebut. “Kami harap<br />

itu bisa ditindaklanjuti oleh Pemprov<br />

ke pusat,” katanya.<br />

Selain itu, kata dia, pihaknya juga<br />

telah mengusulkan ke Pemerintah<br />

Daerah (Pemda). Tetapi, perbaikan<br />

tower itu merupakan kebijakan dan<br />

kewenangannya pusat.<br />

“Di daerah juga sudah disampaikan.<br />

Tapi, kami diminta untuk tetap<br />

bersabar. Dan memang di daerah<br />

(tingkat II) ini tidak memiliki kewenangan.<br />

Kewenanga ada di Provinsi dan<br />

Pusat,” jelasnya.<br />

Menurut dia, jaringan seluler maupun<br />

internet sangat dibutuhkan untuk<br />

mempromosikan potensi wisata di<br />

wilayahnya.<br />

“Apalagi Setulang ini sudah ditetapkan<br />

sebagai Desa Wisata. Sehingga<br />

internet sangat dibutuhkan untuk<br />

mempromosikan potensi wisata itu,”<br />

jelasnya.<br />

Meski keterbatasan jaringan seluler,<br />

Udau mengatakan, sepanjang<br />

tahun 2018, dari jumlah wisatawan di<br />

wilayahnya mengalami peningkatan.<br />

“Ada peningkatan jika dibandingkan<br />

tahun 2017 lalu,” katanya.<br />

Apalagi, kata dia, Desa Wisata<br />

Setulang sempat menjadi lokasi<br />

produksi jungle trip dari luar negeri.<br />

“Cukup banyak pengunjung di awal<br />

tahun 2018 lalu. Terutama dalam<br />

pembuatan film jungle trip itu,” katanya.<br />

(man)<br />

Tiga Pasar<br />

di Pedalaman<br />

Resmi Difungsikan<br />

MALINAU – Kepala Dinas Perindustrian,<br />

Perdagangan, Koperasi dan UKM Malinau<br />

Emang Mering mengatakan, bahwa tiga<br />

pasar tradisional yang dibangun menggunakan<br />

anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK)<br />

tahun 2018 telah diresmikan.<br />

“Beberapa hari lalu, sudah diresmikan<br />

Bupati untuk tiga pasar tradisional itu,” kata<br />

Emang kepada <strong>Koran</strong> <strong>Kaltara</strong>, saat ditemui<br />

di ruang kerjanya, Senin (7/1).<br />

Dia menyampaikan tiga pasar tradisional<br />

itu yakni PRuei Luei Desa Langap dan Desa<br />

Metut, Kecamatan Malinau Selatan. Sedangkan<br />

satunya di Desa Sesua, Kecamatan<br />

Malinau Barat.<br />

“Sebenarnya ada beberapa unit pasar<br />

tradisional yang dibangun secara bersamaan.<br />

Tapi sudah diresmikan seperti di<br />

Malinau Selatan Hulu dan Mentarang Hulu.<br />

Rata-rata sudah selesai dan digunakan<br />

masyarakat,” ungkap Emang.<br />

Menurut dia, pasar tradisional yang sudah<br />

diresmikan itu rencananya akan diserahkan<br />

langsung oleh Pemerintahan Desa. Saat ini,<br />

pihaknya sedang menyusun administrasi<br />

pelimpahan pengelolaan pasar tersebut.<br />

“Nah sudah diserahkan, secara penuh<br />

untuk pengelolaannya itu di desa,” katanya.<br />

Dia menjelaskan, bahwa keberadaan<br />

pasar tradisional itu dapat membantu<br />

masyarakat di pedalaman untuk menggerakkan<br />

perekonomian diwilayahnya.<br />

“Setidaknya bisa menggerakan perdagangan<br />

di desa itu. Apalagi kita melihatnya dari<br />

embrio pasar-pasar yang dibangun itu juga<br />

letaknya sangat strategis,” jelasnya.<br />

Karena itu, dia berharap pasar tradisional<br />

tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik.<br />

“Mudah-mudahan pasar-pasar itu bisa efektif<br />

dan dimanfaatkan masyarakat dengan baik,”<br />

harapnya.<br />

Selanjutnya, kata dia, pada tahun ini,<br />

pihaknya kembali mendapatkan bantuan<br />

DAK untuk pembangunan pasar tradisional.<br />

Namun bantuan pembangunan pasar tradisional<br />

hanya ada satu, yakni di Kecamatan<br />

Malinau Utara.<br />

“Jadi dua pasar, satu bangunan pasar<br />

tradisional di wilayah Malinau Utara dan<br />

satunya itu revitalisasi pasar induk Desa<br />

Malinau Kota,” katanya.<br />

Pasar di Desa Malinau Kota, kata dia,<br />

sejauh ini perlu dilakukan pembenahan.<br />

“Karena sejauh ini sangat memprihatinkan<br />

sekali, baik dari segi atap dan sekitarnya.<br />

Makanya tahun ini akan direvitalisasi,”<br />

jelasnya.<br />

Emang belum bisa memastikan besaran<br />

anggaran DAK. “Tapi kita menunggu hasil lelang<br />

saja. Saat ini sedang persiapan proses<br />

lelang,” katanya.<br />

Dalam waktu dekat ini, kata dia, pihaknya<br />

akan ke Jakarta membahas pembangunan<br />

pasar-pasar tradisional tersebut. “Jadi nanti<br />

di sana, akan disusun mengenai RKA di bidang<br />

pasar,” pungkasnya. (man218)<br />

DIRESMIKAN : Pasar Ruei Luei Desa Langgap, salah satu Pasar Tradisional yang siap beroperasi.<br />

(foto: Sulaiman/<strong>Koran</strong> <strong>Kaltara</strong>)<br />

foto: Sulaiman/<strong>Koran</strong> <strong>Kaltara</strong><br />

MENINJAU : Kepala DLH Malinau Tomi Frent Lukas meninjau langsung ke lapangan bersama pegawainya<br />

untuk memungut sampah-sampah di tepi jalan.<br />

Gunakan CSR, DLH Libatkan Tiga Perusahaan<br />

Tahun Ini, TPA Dibangun di Malinau Selatan<br />

MALINAU – Tahun ini, Dinas<br />

Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten<br />

Malinau berencana membangun<br />

Tempat Pembuangan<br />

Akhir (TPA) di Malinau Selatan<br />

Induk. Dan, pembangunan TPA<br />

ini akan melibatkan tiga perusahaan<br />

melalui dana CSR.<br />

Kepala DLH Malinau Tomi<br />

Frent Lukas mengatakan, bahwa<br />

pihaknya sudah menyusun perencanaan<br />

pembangunan TPA<br />

di Malinau Selatan Induk. “Tapi<br />

untuk lokasinya, sejauh ini masih<br />

dikomunikasikan. Jadi belum<br />

bisa ditentukan tempatnya,” jelas<br />

Tomi, kepada <strong>Koran</strong> <strong>Kaltara</strong>,<br />

Senin (7/1).<br />

Tomi memastikan, pelaksanaan<br />

kegiatan pembangunan TPA<br />

ditargetkan tahun ini. Sebab,<br />

populasi jumlah penduduk di<br />

Kecamatan Malinau Selatan<br />

cukup banyak. “Apalagi ada tiga<br />

perusahaan besar yang beroperasi<br />

di wilayah itu. Jadi target<br />

kita harus ada satu TPA di sana,”<br />

ungkapnya.<br />

Sejauh ini, kata Tomi, penghasil<br />

sampah khususnya sampah<br />

organik adalah tiga perusahaan<br />

tersebut. Karena itu, pihaknya<br />

melibatkan ketiga perusahaan<br />

itu untuk ikut andil dalam pembangunan<br />

TPA tersebut. “Jadi,<br />

pembangunan TPA tidak melalui<br />

APBD. Tapi nanti menggunakan<br />

dana CSR dari tiga perusahaan<br />

tersebut,” katanya.<br />

Untuk teknis pelaksanaannya,<br />

ucap Tomi, pihaknya segera<br />

menyusun tahap perencanaannya.<br />

Kemudian, melakukan<br />

sosialisasi ke Kepala Desa,<br />

Kecamatan, tokoh masyarakat<br />

dan lainnya. “Jadi langkah awal<br />

kita sosialisasi terlebih dahulu,<br />

sambil menyusun perencanaannya,”<br />

ujarnya.<br />

Menurut dia, luas lahan yang<br />

dibutuhkan diperkirakan 5 hektar.<br />

“Paling tidak lahan ini, kita<br />

harapkan sebelum dikerjakan<br />

dihibahkan dulu dari Pemerintah<br />

Desa maupun pihak Kecamatan.<br />

Makanya kita perlu sosialisasi,”<br />

jelasnya.<br />

Dia menjelaskan, pembangunan<br />

TPA harus terintegrasi<br />

dengan peternakan. Apalagi,<br />

jumlah sampahnya merupakan<br />

limbah makan-makan. “Jadi atas<br />

intruksi Bupati, TPA itu harus<br />

terintegrasi dengan peternakan,”<br />

katanya.<br />

Menurut dia, apabila dilakukan<br />

secara integrasi, maka perusahaan<br />

maupun masyarakat dapat<br />

merasakan dampak positifnya.<br />

“Diharapkan para peternak di<br />

Malinau Selatan bisa memberikan<br />

pakan ternak untuk peliharaan<br />

mereka. Makanya antara<br />

peternakan dan TPA harus terintegrasi,”<br />

pungkasnya. (man)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!