You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
SANGHYANG TATWA AJNYANA<br />
Teks dan Terjemahan<br />
oleh:<br />
Tien Wartini<br />
Mamat Ruhimat<br />
Ruhaliah<br />
Aditia Gunawan<br />
Diterbitkan atas kerja sama<br />
Perpustakaan Nasional RI<br />
dan Pusat Studi Sunda<br />
2011
Katalog dalam Terbitan (KDT)<br />
<strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong>: Teks dan Terjemahan/oleh: Tien Wartini [et al].-<br />
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI bekerja sama dengan Pusat Studi Sunda, 2011.<br />
viii + 138 hlm. ; 16 x 23 cm<br />
Cetakan pertama: 2011<br />
1. Manuskrip I. Tien Wartini II. Mamat Ruhimat III. Ruhaliah IV. Aditia Gunawan<br />
V. Perpustakaan Nasional.<br />
091<br />
ISBN: 978-979-008-411-7<br />
Perancang Sampul &Tata Letak<br />
Aditia Gunawan<br />
Diterbitkan oleh<br />
Perpustakaan Nasional RI<br />
Jl. Salemba Raya 28 A, Jakarta 10430<br />
Telp: (021) 3154863/64/70 eks. 264<br />
Fax: 021-3103554<br />
Email: jumantara@pnri.go.id<br />
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang<br />
Pusat Studi Sunda<br />
Jl.Garut No.2 Bandung<br />
Telp/fax. 022-7272438<br />
- ii -
SAMBUTAN<br />
PERPUSTAKAAN NASIONAL RI<br />
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan<br />
Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang menyimpan<br />
berbagai jenis informasi, baik dalam bentuk buku, maupun<br />
non buku. Sebagian besar di antaranya berisi tentang hal ihwal<br />
Indonesia, baik yang ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa<br />
Daerah, maupun bahasa Asing.<br />
Diantara sekian banyak koleksi Perpustakaan Nasional RI,<br />
koleksi naskah kuno nusantara tergolong istimewa, baik dari<br />
segi fisik maupun isinya. Karya-karya tersebut sebagian besar<br />
merupakan buah tangan leluhur bangsa Indonesia yang<br />
mempunyai nilai historis yang tinggi. Kondisi dari karya<br />
tersebut pada umumnya sangat memprihatinkan dan perlu<br />
segera digarap serta disebarluaskan kepada masyarakat.<br />
Oleh karena itu, Perpustakaan Nasional RI melakukan<br />
berbagai upaya untuk melestarikan karya budaya bangsa<br />
tersebut. Hal ini sesuai dengan tugas dan fungsi Perpustakaan<br />
Nasional RI seperti yang tercantum dalam Undang-undang<br />
Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan dan UU Nomor 5<br />
tahun 1992 tentang Cagar Budaya.<br />
Tahun ini merupakan tahun kedua Perpustakaan Nasional<br />
RI menjalin kerjasama dengan Pusat Studi Sunda. Hasil dari<br />
kerjasama tersebut adalah terbitnya buku ‘<strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong><br />
- iii -
<strong>Ajnyana</strong>: teks dan terjemahan’. Semoga dengan terbitnya buku<br />
ini, masyarakat akan mengetahui salah satu peninggalan para<br />
leluhur yang sangat tinggi nilainya. Saran dan tanggapan dari<br />
pembaca untuk penyempurnaan buku ini akan kami terima<br />
dengan senang hati.<br />
Jakarta, Oktober 2011<br />
Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan<br />
Informasi<br />
ttd.<br />
Dra. Woro Titi Hariyanti, MA<br />
- iv -
PENGANTAR<br />
YAYASAN PUSAT STUDI SUNDA<br />
Alhamdulillah kerjasama Yayasan Pusat Studi Sunda<br />
dengan Perpustakaan Nasional untuk menggarap naskahnaskah<br />
Sunda Kuna yang menjadi koléksi Perpustakaan<br />
Nasional yang dimulai tahun 2010 dan telah berhasil<br />
menerbitkan Tutur Bwana dan Empat Mantra Sunda Kuna,<br />
tahun 2011 ini dapat dilanjutkan, sehingga sekarang dapat<br />
diterbitkan dua judul buku, yaitu <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong>:<br />
Teks dan terjemahan dan <strong>Sanghyang</strong> Swawarcinta: Teks dan<br />
terjemahan yang digarap oleh Tien Wartini, Mamat Ruhimat,<br />
Ruhaliah, dan Aditia Gunawan.<br />
Yayasan Pusat Studi Sunda bermaksud agar naskahnaskah<br />
Sunda Kuna peninggalan karuhun Sunda yang sudah<br />
disimpan lebih dari seratus tahun tapi tidak ada yang<br />
menggarap karena tidak adanya perhatian dari orang Sunda<br />
sendiri, begitu juga dari pemerintah, sedikit demi sedikit<br />
dapat dibuka isinya sehingga dapat diketahui bukan saja oléh<br />
anak cucu para pembuatnya, melainkan juga oléh siapa pun<br />
juga yang ingin mengetahuinya. Seperti diketahui naskah<br />
Sunda Kuna yang disimpan dalam koléksi Perpustakaan<br />
Nasional dan Kabuyutan CIburuy, Garut, baru sebagian kecil<br />
yang sudah digarap oléh para ahli. Orang Sunda sendiri<br />
umumnya baru mengetahui tentang adanya warisan<br />
karuhunnya itu baru setelah Drs. Atja yang dibantu oléh Drs.<br />
Saléh Danasasmita, Dr. Ayatrohaédi dan Dr. Edi S. Ekadjati<br />
- v -
dan murid-muridnya menggarap beberapa naskah Sunda<br />
Kuna yang disimpan di Perpustakaan Nasional pada tahun<br />
1980-an yang diterbitkan oléh Proyék Sundanologi yang<br />
dipimpin oléh Prof. Dr. Edi S. Ekadjati. Setelah Proyék<br />
Sundanologi diganti pimpinan sampai dibubarkan, usaha<br />
menggarap dan menerbitkan naskah Sunda Kuna boléh<br />
dikatakan terhenti walaupun Dr. Edi S. Ekadjati dan Dr.<br />
Ayatrohaédi masih berusaha menggarapnya melalui berbagai<br />
kesempatan.<br />
Karena dari naskah-naskah yang sudah digarap diketahui<br />
isinya banyak yang penting, bukan saja untuk mendapat<br />
gambaran tentang masyarakat dan alam pikiran karuhun<br />
Sunda, melainkan juga tentang sejarah Sunda, maka usaha<br />
membuka semua naskah Sunda Kuna merupakan sesuatu yang<br />
perlu dikerjakan. Dan harus segera, karena kondisi naskahnaskah<br />
yang ditulis di atas daun-daunan yang sudah sangat<br />
mengkhawatirkan, sehingga sudah tidak dapat dibaca. Kalau<br />
naskah-naskah itu tidak segera digarap, tak mustahil akan<br />
keburu hancur sebelum isinya diketahui. Artinya kita akan<br />
kehilangan warisan rohani leluhur kita sendiri.<br />
Mudah-mudahan kerjasama antara Yayasan Pusat Studi<br />
Sunda dengan Perpustakaan Nasional akan terus dapat<br />
dilangsungkan sampai semua naskah Sunda Kuna yang<br />
menjadi koléksi Perpustakaan Nasional selesai digarap.<br />
Mudah-mudahan pula para ahli naskah Sunda Kuna yang<br />
selama ini menjadi Tim Peneliti Yayasan Pusat Studi Sunda<br />
tetap bersemangat dan penuh dédikasi dalam menghadapi<br />
naskah-naskah Sunda Kuna yang kondisinya tidak selalu<br />
prima.<br />
Yayasan Pusat Studi Sunda<br />
Ajip Rosidi<br />
Ketua Déwan Pembina<br />
- vi -
- vii -
Daftar Isi<br />
BAB 1 -Pendahuluan 1<br />
Teks-teks prosa Sunda Kuna 3<br />
Naskah <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> 5<br />
BAB 2 - Terbitan diplomatik 9<br />
BAB 3 - Suntingan teks 56<br />
BAB 4 - Terjemahan teks 96<br />
Glosarium 131<br />
Bibliografi 136<br />
- viii -
Bab 1<br />
Pendahuluan<br />
Meskipun naskah Sunda Kuna (NSK) memiliki ciri<br />
khas tersendiri yang dapat dibedakan dengan<br />
naskah-naskah dari daerah lain di Nusantara, tetapi<br />
sampai saat ini upaya-upaya pengidentifikasian NSK<br />
yang tersebar dalam berbagai tempat penyimpanan<br />
koleksi maupun yang tersimpan di masyarakat,<br />
dirasakan sangat kurang.<br />
Hal ini kiranya berimplikasi terhadap penelitianpenelitian<br />
teks-teks Sunda Kuna. Salah satu<br />
penyebab tersendatnya upaya penelitian terhadap<br />
NSK kiranya dikarenakan belum pernah tersusun<br />
sebuah katalog yang informatif menyangkut<br />
keberadaan NSK. Padahal, keberadaan NSK telah<br />
diberitakan sejak pertengahan abad ke-19. Untuk<br />
- 1 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
pertama kalinya, keberadaan NSK diumumkan oleh<br />
Netscher (1853: 469-479). NSK tersebut berasal dari<br />
Cilegon, Garut (dulu Timbanganten), yang<br />
kemudian oleh Bupati Bandung, R. Tumenggung<br />
Suria Kerta Adi Ningrat, diberikan kepada BGKW.<br />
Menurut Netscher, ketika naskah-naskah tersebut<br />
ditemukan, tidak ada seorang pun yang dapat<br />
membacanya.<br />
K.F. Holle (1867) mengumumkan tiga NSK<br />
pemberian Raden Saleh, dalam artikelnya yang<br />
berjudul Vlugtig Berigt omtrent Eenige Lontar-<br />
Handschriften Afkomstig uit de Soenda-landen, door<br />
Radhen Saleh aan het Bataviaasch Genootschap van<br />
Kunsten en Wetenschappen ten Geschenke gegeven met<br />
toepassing of de inscriptie van Kawali (TBG 1867).<br />
Tentu, yang diupayakan Holle waktu itu sebenarnya<br />
merupakan upaya awal pendeskripsian NSK yang<br />
diakuisisi BGKW.<br />
Pada tahun 1872, Cohen Stuart, konservator<br />
naskah saat itu, menerbitkan katalog pertama yang<br />
memuat deskripsi naskah BGKW, termasuk naskah<br />
kropak. Jumlah NSK yang didaftarkan ada 21 naskah,<br />
yaitu kropak nomor 406–426 yang berasal dari Bupati<br />
Galuh. Namun, deskripsi NSK yang dibuatnya<br />
hanya sebatas nomor naskah, ukuran, jumlah<br />
halaman, dan judul.<br />
Upaya katalogisasi NSK baru diusahakan<br />
kembali oleh Edi S Ekadjati pada tahun 1988. Beliau<br />
mendaftarkan 89 NSK koleksi PNRI, termasuk NSK<br />
yang sudah diteliti. Sayangnya, deskripsinya sangat<br />
ringkas, hanya berupa tabel yang memuat informasi<br />
- 2 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
tentang judul, kode naskah, dan jumlah halaman.<br />
Selain itu, tidak semua naskah yang didaftarkan<br />
diberi judul. Dari 89 naskah yang didaftarkan, hanya<br />
9 naskah yang diberi judul (Ekadjati, 1988: 155-156).<br />
Deskripsinya belum disertai informasi lain yang<br />
dibutuhkan seperti bahasa, aksara, ringkasan isi, dll.<br />
Kiranya penyusun katalog mendaftarkan NSK<br />
berdasarkan asumsi bahwa peti nomor 15, 16, 17, 18,<br />
dan 25 diperkirakan berisi NSK. Ternyata setelah<br />
ditelusuri, dalam peti nomor 17, 18, dan 25 tidak<br />
terdapat satu pun NSK.<br />
Demikian juga dengan Behrend (1998) yang<br />
mendaftarkan hampir semua naskah yang disimpan<br />
di PNRI, termasuk di dalamnya NSK. Tetapi hasil<br />
inventarisnya perlu diperiksa kembali terutama<br />
berkenaan dengan deskripsi NSK yang<br />
diberikannya. Dalam katalognya itu, NSK sendiri<br />
tidak dimasukkan ke dalam kelompok yang terpisah<br />
dalam indeks bahasa yang disusunnya, sehingga<br />
dapat menyulitkan upaya penelusuran terhadap<br />
NSK yang terdapat di PNRI (Behrend, 1998: 459-596).<br />
Kropak 1099 yang diterbitkan kali ini pun, hanya<br />
terdaftar dalam katalog stensilan dan katalog yang<br />
disusun Behrend (1998) dengan deskripsi yang<br />
sangat terbatas.<br />
Teks Prosa Keagamaan Sunda Kuna<br />
Teks yang disajikan dalam penelitian ini<br />
berbentuk prosa didaktis yang dikenal dengan istilah<br />
tutur. Beberapa naskah daun lontar dan gebang yang<br />
berbentuk prosa telah diterbitkan. Beberapa di<br />
antaranya perlu disebutkan.<br />
- 3 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
1. <strong>Sanghyang</strong> Siksa Kandang Karesian (SSKK)<br />
Naskah daun gebang, koleksi Perpustakaan<br />
Nasional RI dengan nomor koleksi L 630 dalam peti<br />
16 atau biasa disebut kropak 630. Ditulis dalam<br />
bentuk prosa. Naskah ini bertitimangsa 1440 saka<br />
atau 1518 M. Teks ini pertama kali diumumkan oleh<br />
Holle (1867) bersama dua naskah lain pemberian<br />
Raden Saleh. Atja dan Danasasmita (1981)<br />
menyajikan teks dan terjemahan dalam bahasa<br />
Indonesia. Kandungan naskah ini sangat kaya, dan<br />
dianggap sebagai ensiklopedi Sunda kuna karena di<br />
dalamnya terkandung kekayaan budaya masyarakat<br />
Sunda pada abad XVI masehi secara lengkap dan<br />
terperinci.<br />
2. Amanat Galunggung (AG)<br />
Naskah daun gebang, disimpan di Perpustakaan<br />
Nasional RI dengan nomor kropak L 632 dalam peti<br />
16. Naskahnya dalam keadaan tidak lengkap, hanya<br />
tinggal 6 lempir daun. Naskah ini telah diteliti oleh<br />
beberapa ahli, di antaranya Holle, Pleyte, dan<br />
Poerbatjaraka. Teks ini berisi ajaran Darmasiksa<br />
kepada anak cucunya untuk menjaga wilayah<br />
Kabuyutan di Galunggung. Dari keterangan inilah<br />
rupanya, Atja dan Danasasmita (1981b) memberikan<br />
judul Amanat Galunggung. Sebelumnya Pleyte<br />
memberi judul “Pseudo-Padjadjaransche Kroniek”<br />
karena bagian pembuka naskah tampak seperti<br />
urutan silsilah raja-raja Sunda.<br />
- 4 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
3. Sang Hyang Hayu (SHH)<br />
Teks ini terdapat dalam beberapa naskah, yaitu<br />
kropak 634, 637, dan 638. Semuanya tertera diatas<br />
daun nipah, beraksara Buda dan berbahasa Jawa<br />
kuna. Naskah yang bertitimangsa adalah kropak 634<br />
(1445 S/1523 M) dan kropak 638 (1357 S/1435 M).<br />
Pemberian judul SHH disarankan oleh Undang A.<br />
Darsa dalam tesisnya berdasarkan kalimat „ndah sang<br />
hyang hayu’ (Inilah Sang Hyang Hayu) pada bagian<br />
permulaan redaksi teks ketiga naskah tersebut.<br />
Istilah Sang Hyang Hayu yang digunakan sebagai<br />
judul ketiga naskah ini dapat diartikan sebagai „kitab<br />
(petunjuk) tentang kebenaran‟, yang berlatarbelakang<br />
konsep-konsep keagamaan Hindu-Buda<br />
(Darsa, 1998: 34). Teks ini menampilkan uraian<br />
tentang prinsip tertinggi beserta segala<br />
manifestasinya yang diajarkan pendeta kepada para<br />
pengabdi darma.<br />
Naskah <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong><br />
Teks <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> (STA) yang<br />
diterbitkan kali ini berasal dari naskah kropak 1099.<br />
Saat ini naskahnya tersimpan di Perpustakaan<br />
Nasional Republik Indonesia di Jakarta dengan<br />
nomor koleksi L 1099 peti 68.<br />
Kropak 1099 ditulis di atas daun gebang, sejenis<br />
daun palem yang oleh para sarjana sebelumnya<br />
disebut nipah. Nipah dan gebang sebetulnya<br />
merupakan spesies tumbuhan yang berbeda, meski<br />
termasuk dalam kelompok yang sama, yaitu palm.<br />
Istilah gebang yang digunakan sebagai media<br />
menulis sempat tercatat dalam teks <strong>Sanghyang</strong> Sasana<br />
- 5 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Maha Guru (SSMG:3), sebuah teks Sunda kuna dari<br />
abad ke-16 sebagai berikut:<br />
Diturunkeun deui, sa(s)tra mu(ng)gu ring<br />
taal, dingaranan ta ya carik, aya éta meunang<br />
utama, kénana lain pikabuyutaneun.<br />
Diturunkeun deui, sa(s)tra mu(ng)gu ring<br />
gebang, dingaranan ta ya ceumeung, ini ma<br />
iña pikabuyutaneun. (SSMG: 3 dalam<br />
Gunawan, 2009)<br />
Dari kutipan di atas patut dicatat dua hal<br />
penting yang membedakan antara lontar dan gebang.<br />
Pertama, tulisan di atas lontar dinamakan carik<br />
(goresan), karena ditulis menggunakan péso pangot<br />
(pengutik) dengan cara digores. Sementara tulisan di<br />
atas gebang yang dinamakan ceumeung „hitam‟. Jelas<br />
kiranya, bahwa yang dimaksud gebang adalah apa<br />
yang biasa disebut dengan nipah yang ditulis<br />
menggunakan tinta hitam.<br />
Kedua, perbedaan penggunaan media agaknya<br />
turut membedakan fungsi tulisannya. Naskah lontar<br />
bukan untuk kabuyutan (lain pikabuyutaneun),<br />
melainkan ditujukan bagi pembaca (atau pendengar)<br />
sebagai sarana memperoleh keutamaan (meunang<br />
utama), sedangkan naskah gebang dipergunakan<br />
untuk kelompok yang lebih khusus, yaitu kabuyutan<br />
(pikabuyutaneun). Keterangan ini sesuai dengan<br />
kenyataan, bahwa pada umumnya naskah lontar<br />
berbentuk puisi yang pola metrumnya berkaitan erat<br />
dengan carita pantun 1 , tradisi lisan Sunda di masa<br />
1 Kaitan antara teks Sunda kuna dan tradisi lisan Sunda carita pantun<br />
- 6 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
lalu. Artinya, teks-teks di atas daun lontar, lebih<br />
memungkinkan untuk ditampilkan secara lisan<br />
dalam sebuah pertunjukan carita pantun, sehingga<br />
menjadi pertunjukan yang dikenal luas oleh<br />
masyarakat untuk memperoleh keutamaan dari<br />
cerita yang disajikan. Sementara naskah gebang, yang<br />
hampir semuanya berbentuk prosa didaktis, berisi<br />
risalah keagamaan yang diajarkan sang pandita<br />
kepada sang séwaka darma. 2 Hal ini diperkuat dengan<br />
pengaruh penggunaan bahasa Jawa kuna, sebagai<br />
bahasa pengantar keagamaan, yang cukup dominan<br />
dalam naskah nipah.<br />
Menurut Holle, naskah gebang ditulis<br />
menggunakan tinta organik, hasil pabrikasi damarsela<br />
dan nagasari (Holle, 1882: 12).<br />
Kropak 1099 dibungkus oleh kotak kayu<br />
berwarna merah, berukuran 24,5 x 3,7 cm. Naskah<br />
terdiri dari 70 lempir dan mengandung 4 baris setiap<br />
lempirnya. Ditulis menggunakan aksara Buda/<br />
Gunung. Bahasa yang digunakan adalah bahasa<br />
Sunda Kuna, sementara teksnya berbentuk prosa.<br />
Penomoran naskah menggunakan nomor asli,<br />
terletak di sebelah kiri teks setiap halaman verso.<br />
telah dibicarakan Noorduyn dan Teeuw (2006: 279)<br />
2 Sejauh penelusuran, hanya ada satu naskah gebang yang berisi teks<br />
berbentuk puisi, yaitu Kakawin Arjunawiwāha (lontar 641) yang saat<br />
ini tersimpan di Perpustakaan Nasional RI. Teks ini adalah teks<br />
tertua Arjunawiwāha, ditulis (atau disalin) pada tahun 1256 Saka<br />
atau 1334 Masehi. Teks telah diumumkan oleh Poerbatjaraka (1926).<br />
Poerbatjaraka berpendapat bahwa teks ini dihasilkan di salah satu<br />
mandala atau kabuyutan di Jawa Barat.<br />
- 7 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Kropak 1099 diperkirakan berasal dari kabuyutan<br />
Koléang, Jasinga (NBG 50, 1912: 44 & 86; NBG 51,<br />
1913: 24; Krom, 1914: 32). Susunan lempir masih<br />
berurutan. Penomoran halaman angka asli (Aksara<br />
Buda), nomor 1–69. Lempir 50 patah akibat gigitan<br />
ngengat.<br />
- Naskah <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> (L 1099 peti 68) –<br />
Selain naskah nipah 1099, terdapat pula salinan<br />
dalam aksara Latin dan Jawa. Salinan dalam aksara<br />
Latin terdapat di PNRI dengan nomor koleksi Plt.<br />
118 peti 119 dan No. 278 peti 89. Salinan dalam<br />
aksara Jawa terdapat di No. 155 peti 89, Ciburuy V.<br />
Peti 119 termasuk dalam koleksi pribadi C.M Pleyte,<br />
sementara peti 89, termasuk ke dalam koleksi K.F.<br />
Holle. Kedua sarjana tersebut terbukti telah<br />
membaca hampir seluruh naskah Sunda Kuna yang<br />
saat ini terdapat di Perpustakaan Nasional.<br />
Pada kolofon terdapat keterangan bahwa penulis<br />
adalah penduduk (dayeuhan) di Banua H(e)neng.<br />
Tempatnya belum dapat ditentukan, tetapi dapat<br />
diperkirakan bahwa Banua Heneng adalah sebuah<br />
kabuyutan yang terdapat di Tatar Sunda.<br />
- 8 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Bab 2<br />
Terbitan Diplomatik<br />
Pengantar<br />
Dalam terbitan kali ini disajikan terbitan<br />
diplomatik teks <strong>Sanghyang</strong> <strong>Ajnyana</strong> dari naskah<br />
gebang L 1099 koleksi Perpustakaan Nasional RI.<br />
Terbitan diplomatik dimaksudkan agar pembaca<br />
sedekat mungkin dapat mengikuti teks sedekat<br />
mungkin sebagaimana termuat dalam naskah<br />
sumber (Wiryamartana, 1987: 56). Meski demikian,<br />
suatu terbitan tidak mungkin menghilangkan sama<br />
sekali jarak pembaca terbitan dengan naskah itu<br />
sendiri. Dalam terbitan ini pun termuat penafsiran<br />
peneliti atas sistem aksara dan sistem ejaan dalam<br />
naskah gebang 1099. Tentu saja, peneliti lain<br />
mungkin mempunyai tafsiran yang lain.<br />
- 9 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Terbitan diplomatik dalam penelitian kali ini<br />
dilaksanakan sebagai berikut:<br />
1. Sistem transliterasi mengikuti sistem<br />
Wiryamartana (1990) dalam menangani<br />
Arjunawiwāha dengan beberapa perubahan,<br />
sesuai dengan penafsiran peneliti ini atas<br />
sistem aksara dalam naskah lontar L 626 dan<br />
harkat bunyi aksara:<br />
ö: eu<br />
é: e taling<br />
ṙ: r final (panglayar)<br />
ṛ: re atau reu<br />
ḷ: le atau leu<br />
ñ: ny<br />
ṅ: ng final (panyecek)<br />
ŋ: nga<br />
ḥ: h final (pangwisad)<br />
. (titik): paten (pamaéh)<br />
2. disajikan transliterasi berdasarkan halaman<br />
dan baris:<br />
a. recto: halaman depan<br />
b. verso: halaman belakang<br />
c. baris ditandai dengan angka arab.<br />
3. Pemisahan kata dilakukan menurut bunyi<br />
teks dan disesuaikan dengan ejaan, sama<br />
dengan ejaan yang dipakai dalam suntingan<br />
teks.<br />
4. Koreksi yang dibuat oleh penulis naskah tidak<br />
dicantumkan dalam terbitan diplomatik.<br />
Koreksi atas bagian yang salah kadang-<br />
- 10 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
kadang berupa pembubuhan panyuku dan<br />
pemepet (panghulu) dalam satu aksara.<br />
Kadang-kadang berupa coretan tanpa<br />
mengenai aksaranya.<br />
- 11 -
Terbitan diplomatik<br />
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 1v<br />
1. /o/ ndaḣ waraḣ iyatnakna, ini na pakéeun. nu<br />
liwat. ti raga. nu luputa<br />
2. (pamaéh) ti bayu sabda hidep. liwat. ti …<br />
sarira, ḷwiḣ ti hurip. na minget. tutuṙ,<br />
3. saṅ manon. liwat. ti atma wisésa, ḷwiḣ ti aci<br />
tya niṅ ñana ajñana, li<br />
4. tya niṅ taya /o/ ini ti nu sakini, nu nuduḣan.<br />
na raga, nu ngaranan. bayu sabda hi<br />
Lp. 2r<br />
1. dep. nu ñeueuṅ ŋaṛŋeu, deuṅŋeun. rasa,<br />
sarira, hurip. na atma, miŋet. tutuṙ saṅ ma<br />
2. non. wisésa, nu ŋaranan., sakini, iña alit. bayu<br />
sabda hidep.iña alit. bayu sabda hidep.<br />
3. pun./o/ ini nu diboga raga, nu metukeun. na<br />
bayu sabda hidep. nu tutuṙ<br />
4. ñeueuṅ ŋaṛŋeu, nu maka waya rasa, di sarira,<br />
nu maka hurip.atma, aci alita<br />
Lp. 2v<br />
1. . wisésa na pun./o/ ña ini tugal. na alit. na<br />
raga sarira, nu mitukeun. na ba<br />
2. yu, hamo kabayuan.ña ini nu ñabda hamo<br />
kasabda, ña ini ŋahide<br />
3. p. hamo kahidep.ini nu ŋadéŋé, hamo kadéŋé,<br />
ini nu ñeueuṅ<br />
4. hamo kajeueuṅ, ini nu karasa hamo karasa, ña<br />
ini nuy ŋahuripan. hamo<br />
- 12 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 3r<br />
1. dep. tan. katuduḣhan. ku alit. uraṅ sabwana,<br />
iña lita nu maka lita, ŋara<br />
2. nan.alit. uraṅ sabwana, nu ŋaranan. uraṅ<br />
sajagat. tan.köna, diŋaranan. i<br />
3. ña nu wisésa, dina alit. niṅ tan. katon. kaṛŋeu,<br />
tan. kausap. ka<br />
4. hidep. iña nu maka alit. niṅ tan. katuduḣhan.<br />
pun./o/ ini pakéön. nana<br />
Lp. 3v<br />
1. . dina puhun. alit. tugal. bayu sabda<br />
hidep./o/: ini na pakéön. alit. niṅ<br />
2. laṅgeṅ tutuṙ teṅ leṅ niṅ hidep. nis. ku sadi<br />
ñana, paké maṅkat.kön. .ajñana ŋa<br />
[leu/3]<br />
3. ḷpas.kön.ñana alit. saṅ manon. /o/ ini sunyi<br />
alit. niṅ laṅgeṅ sa mano<br />
4. n. terus. na ti akasa, padaṅ caaṅ, liwat. ti<br />
rahina sada, hibaṙ caaṅ saluaṙ bwa<br />
Lp. 4r<br />
1. na, luput. böraṅ caaṅ sadakala, paké alit. niṅ<br />
jööṅ di alit. hidip. saṅ ma<br />
2. non. pakön. ŋahusiṙ na jati, ñöö bwana<br />
nis.kala, /o/ ini pakön. ŋahu<br />
3. siṙ abu ayaḣ ka nis.kala, paké alit. na niṙmala,<br />
di alit. ḷöpasa<br />
4. . niṅ ñana, pakön. makat. moksaḣkön. ajñana,<br />
ja nu maka alit. ŋaḷŋit<br />
- 13 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 4v<br />
1. kön. nu alit. hatö nu ḷŋitön. alit. niṅ ajñana,<br />
pulaṅ dii ka nis.kala, a<br />
2. lit. niṅ ñana, dataṅ ka tan. hana, kana désa,<br />
légaṅ héraṅ liṅlaṅ, heniṅ laṅliṅ na<br />
[ru/4]<br />
3. bwana, cuduk. na ñana ka abu ayaḣ pun. /o/<br />
ini pakön.ŋapiḣkön. bumi<br />
4. , niṙ na bumi ti pretiwi, na raga lilaṅ muksaḣ ti<br />
dunia, sunyi lawan. taya, mo<br />
Lp. 5r<br />
1. ksa hilaṅ tapa saṅkan. mesat. muksaḣ hilaṅ ti<br />
akasa, alit. niṅ pretiwi ŋa<br />
2. piḣkön. paŋisi bumi, alit. niṅ bwana,<br />
ŋapiḣkön. raga sarira, alit. niṅ a<br />
3. kasa, ŋapiḣkön. siraḣ tres. sari niṅ bwana,<br />
pada muksaḣkön. pasabuṅ nis. ka<br />
4. la, pakön ŋagös.kön. tapa pun. /o/ ini pakön<br />
beneṙ, paké alit niṅ ñana,<br />
Lp. 5v<br />
1. nu maka waya na rasa, aŋen aŋen. nu<br />
metukeun. bayu sabda hidep. diŋön. nu ñöö<br />
2. ŋaṛŋö, paké alit nu alik. dina ajñana, nu luput.<br />
balik. ti pretiwi<br />
[ruṙ/5]<br />
3. ,liwat. waas. ti dunia, sunyi lawan. taya, nu<br />
liwat. waas. pada, ti bwa<br />
4. na, ḷwiḣ balik. alit. sarira sunya paramarata,<br />
biasara waas. pada, nu liwa<br />
- 14 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 6r<br />
1. t. ti akasa, nu ḷöwiḣ ti paṅŋöusi bumi, nu alit.<br />
dina turu taṅhi, di rahina, la<br />
2. wan. wöŋi, alit. ñana, ñumana di ajñana, nu<br />
maka, bönör hidöp. tinöṅ<br />
3. aŋön aŋön. dalit. ka alit. niṅ ñana, nu tinöṅ<br />
alit. dalit. ka ni<br />
4. s. kala, pakön. hamo sasab. ka abu ayaḣ ka<br />
niskala pun. /o/ ini<br />
Lp. 6v<br />
1. lit. na daṙma, alit. sipön. niṅ ajñana, ña mula<br />
niṅ sabda, saṅkan. pröjña, alita [alit]<br />
2. . niṅ hidöp. lawan. aŋön aŋön., iña nu tan.<br />
katon. kaṙŋö, alit. niṅ ta<br />
[é/6]<br />
3. n. katon. kaṙŋö, iña alit. nu ñööṅ hamo kajööṅ,<br />
ku nu ñööṅ, a.<br />
4. lit. niṅ déŋé hamo kadéŋé, ku nu ŋadéŋé, iña<br />
alit. niṅ bayu, hamo<br />
Lp. 7r<br />
1. kabaywan. ku bayu, alit. na sabda hamo<br />
kasabda ku nu ñabda, alit. na hi<br />
2. dep. hamo kahidep. ku hidep., alit. na rasa,<br />
hamo karasa, ku nu –<br />
3. ŋarasa, alit. na tutuṙ mo katu-tuṙ ku nu tutuṙ,<br />
alit. na miŋet. mo<br />
4. kamiŋet. tan. ku miŋet., tugal. alit. niṅ lageṅ<br />
saṅ manon. nuduḣ ta<br />
- 15 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 7v<br />
1. n. katuduḣhan, alit. na nuduḣ tan. katuduḣ,<br />
alit. niṅ laṅgeṅ ajñana, nu lu_(dibawah) put. ti<br />
2. tata ajñana, wisésa, di alit. niṅ tan.<br />
pakatuduḣhan. alit. ti nu alita<br />
[la/7]<br />
3. . majaṙ ini, tan. kaduhuṙran. ku duhuṙ, tan.<br />
kasoṙran. dénéṅ soṙ, tan.<br />
4. kna kaloṙran. ku loṙ tan. kna kakidulan. ku<br />
kidul., tan. na kulon.-<br />
Lp. 8r<br />
1. kakulonan., na wétan. kawétan. nan, tan. na<br />
adoḣ tan. na ṛk., i<br />
2. ya nu wönaṅ kagal. wenaṅ ka alit. yata wenaṅ<br />
hana wenaṅ tan. hana, luput. ali<br />
3. t. ti laṅgeṅ ḷŋös ajñana, iña ku alit. jati, padita,<br />
nis.kala, ajñana,<br />
4. pun /0/ ini na pakéön. nu luput. ti na alit.<br />
bayu sabda hidep. ḷwiḣ lu<br />
Lp. 8v<br />
1. put. alit. niṅ atos. ñana, wenaṅ tan. hana,<br />
maṅkat.kön. ajñana, alita<br />
2. . sarira, ŋahilaṅkön. raga, ŋaḷŋit.kön. pretiwi,<br />
ŋahilaṅkön. dunia, suniya<br />
[…]<br />
3. bwana, moksaḣkön. akasa, liwat. ti katara<br />
manusa, malik. sarupa ali<br />
4. t. sarira, na awak. törus. héraṅ na rupa,<br />
mamaya terus. déwata, h…öng na ḷŋiṅ tö<br />
- 16 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 9r<br />
1. rus. na ñana, maṅkat. ti bwana laraṅ, liwat. ti<br />
katara, tata, déwata, tina<br />
2. sorga hyiṅ kaḷpasön. dataṅ ka tirus. bwana,<br />
mulia soraṅ, pucak. ni laraṅ<br />
3. , liwat. ti iña, dataṅ ka törus. na laraṅ mayana,<br />
héraṅ bwana, liwat. ti<br />
4. iña dataṅ ka törus. na légaṅ bwana, liwat. ti<br />
iña dayöḣhan, du banua hneṅ mu<br />
Lp. 9v<br />
1. niya kiliṅ, dipukat.kön. ku ti nis.kala, dataṅ ka<br />
pu… ka légaṅ héraṅ na maya,<br />
2. hneṅ bwana, liwat.ḷpas. ti iña, dataṅ ka pucak.<br />
hneṅ terus. na lilaṅ bwana, lupu<br />
[da/9]<br />
3. t. ḷpas. sakaég kana, liwat. ti na soṙga, para<br />
tata niṅ déwata, hiya kaḷ<br />
4. pasön., liwat. taya, saké kana, tke ka katara,<br />
tata banua bwana, nis.kala, pa<br />
Lp. 10r<br />
1. hi turun. ti nis.kala, ñuṅsuṅŋan. lalakon. saṅ<br />
hyaṅ hayu, subaga, ñaga saṅ<br />
2. hyi ajñana, hatö taŋan. lapaḣ masra, niṅ<br />
bwana, aci ti atma wisésa, na lagöṅ<br />
3. na, premana, asra niṅ ñana, atis. ti …ri, na<br />
rupa, mulyi jati, lidaḣ na awak.<br />
4. premana, mulia rupa, tarus. alus. rupa jati,<br />
mulia, sari saṅhyiṅ hayu, li<br />
- 17 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 10v [ga 0/ 10]<br />
1. mang mayana, héraṅ tirus. bwana. metu sari<br />
ruum. ti sarira, tutup. ruum. kuma<br />
2. rat …, ruum. mahabara, saluṙ abwana, jati<br />
sa[nu/]riniṅ ajñana, agös. ta pahayu ja<br />
3. ti saṅhyi ajñana, agös. rasa jati palipuṙna,<br />
puṙna tis. ti nis.kala, jati, ñöt.<br />
4. ḷs. maṅkat.kön. ajñana, asraniṅ ñana, ti<br />
nis.kala, pat.ḷpas. lapaḣ nira<br />
Lp. 11r<br />
1. , pada wörög. lapaḣhira nis.kala, ŋiriṅŋakön.<br />
nira rasa, agis. ti sari budi jati, su<br />
2. ka lapaḣ /0/ ta budi, lumaku budi rahayu,<br />
pada sapak. suka subaga, mamaṙ sati<br />
3. a jati premana, pada gölis. lapaḣhira, tumut<br />
wastu lituhayu, ḷ<br />
4. gös. hidip. tugal. tinöṅ, sampak, sabda, suka<br />
rasa, satikaḣ, sakaṙma, sagö<br />
Lp. 11v [ga ga/ 11]<br />
1. i sapatöṅtiman. satikaḣ, krita, mulia, widu<br />
ajñana, sarua saréanan. na sasipa<br />
2. t. lajaran. ñana, pada agös. sumam. ta, ñana,<br />
sarira ñana, ŋawidu saṅhyaṅ hayu,<br />
3. agis. hayu palipuṙna, paṅkat. nira luput.ḷpas.<br />
sakéṅ bwana, nis.kala,<br />
4. pat.ḷpas.ḷñep. palapaḣhira, töka, maŋi, niṅ<br />
bwana, tan. hana, huwus. nika<br />
Lp. 12r<br />
1. ka saṅ padita, ti puhun. saṅ padita, ñöön.<br />
para, nis. ti déwa, nis. ti déwa<br />
- 18 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
2. ta, nis. ti kasoṙgaan. nis. ti kahyaṅŋan. nis. ti<br />
ajñana, tina wisé<br />
3. sa, saṅ padita, mönaṅ tutuṙ jati, lageṅ sunyi<br />
nilan. tara, niṅ ajñana, laṅgeṅ niṅ<br />
4. bwana, pun. /0/ saṅ padita, tu wenaṅ liwat. ti<br />
taṅkal. nu wenaṅ ḷwiḣ ti jati, nu<br />
Lp. 12v [ga ro/12]<br />
1. wenaṅ luput. ti puhun. wenaṅ takön. wisésa,<br />
ŋahilaṅkön. ajñana, wenaṅ wiṅ mala,<br />
2. sidi ḷpas. mokta hilaṅ tapa sakan. saṅ padita,<br />
awoṙ jatina, ka nis.<br />
3. kala, alit. dalit. di tan. hana, saṅ padita, nu<br />
luput. ti tan. hana,<br />
4. wenaṅ tan. hana, ja sawuit. di mula, niṅ dadi<br />
tan. hana, iña tu sinaṅguḣ caduk.<br />
Lp. 13r<br />
1. syi utama, dayöhan. di pucak. nagara,asra na<br />
hneṅ, pahi ŋamuliakön. na ña<br />
2. na, nu pakön. iña waṅsana, waṅsana, sri légaṅ,<br />
maya, terusna héraṅ, asra na bwana, pa<br />
3. laṅkana, asra ni héraṅ, maya na hneṅ bwana,<br />
paluguḣhan. nan. na tupak. di madyi pu<br />
4. cak. asra terus. niṅ héraṅ, lumarap. na awak.<br />
kadi rupa mamaya, niṅ ajñana, misu.<br />
Lp. 13v [ga leu /13]<br />
1. daan. pasramaya, terus na héraṅ bwana,<br />
dihulu niru bwana, pucakna niru akasa,<br />
mucaṙ<br />
- 19 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
2. caaṅ sabwana, metu na sebawa jati, mijil. téja,<br />
dilaḣ niṅ bwana, séda, jati<br />
3. na waṅsana, héraṅ hneṅ sadakala, pun. agös.<br />
pahi ḷgep. saṅkep. miguna,<br />
4. na waṅsana, pahi syinu aragöṅ, pahi syi mataṅ<br />
désa, nu naganan. para, cita, nu wi<br />
Lp. 14r<br />
1. sésa, syi döna para soṙga, ka paṛkkan. na<br />
déwata, tina soṙga hyiṅ kapö<br />
2. satan. déwata, wisésa, dina soṙga kapösatan.<br />
kapösatan. ti ma<br />
3. nusa, di tapa ŋabiapara, nusyi maŋun. hayu,<br />
ŋahusiṙ soṙga, niṅ daṙma, saṅ<br />
4. hyaṅ atma wisésa, hatö mukuṙ ti widu rahayu,<br />
hatö liwat. ti na kasoṙ<br />
Lp. 14v [ga ru/14]<br />
1. . gaan. déwata, déwa manusa, kawisésa, ku<br />
déwata, déwata, jati nis. ka<br />
2. la, nusyi ŋawidu bumi, katurahan. na ajñana,<br />
maha wisésa, dayö<br />
3. ḣhan. di buana, ŋagölaṅŋacun. para soṙga,<br />
hatö nu liwat. ti iña,<br />
4. nusyi maṅgawé tapa, hatö luput. ti sakitu,<br />
nusyi ŋawidu, maṅŋun. rahayu,<br />
Lp. 15r<br />
1. samilaṅ saṅhyaṅ atma, dipajaṙ wenaṅ, wisésa,<br />
hatö liwat. ti tata, hyiṅ déwa<br />
2. ta, ti na soṙga kahyiṅŋan. //00// hégan.<br />
sauraṅ, liwat. ti na kapösa<br />
- 20 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
3. tan. kina séda, para tata, niṅ déwata, liwat. ti<br />
na kasoṙgaan. ḷ<br />
4. wiḣ ti na para aci, liwat. ti na para cita, mugaḣ<br />
ti nis.kala, sadataṅ<br />
Lp. 15v [ga rur/ 15]<br />
1. ka nu wisésa, nu wisésa, tuluy. miwaraṅ,<br />
lapaḣ ka para gölaṅŋan. pahi ka nusyi, a<br />
2. ragöṅ, ka nusyi, mataṅ gölaṅŋan. pahi cuduk.<br />
miṅpuluṅ, dayöḣhan. di citana,<br />
3. gara, asra, wisésa, dayöḣhan. di cita, gléṅ<br />
nagara asra bwana, dayöḣhan. di<br />
4. pucak. nagara asra na hneṅ, dayöḣhan. di cita,<br />
mayana, asra niṅ héraṅ, dayöḣha<br />
Lp. 16r<br />
1. n. di cita, nagara asri na hneṅ, pahi sapak.<br />
tugal. kreta, saṅ hyaṅ ajñana, dayö<br />
2. han. di pucak. légaṅ nagara asra wisésa, pahi<br />
saṅ kup. nu mahayu, pahi<br />
3. kupul. nu mipuluṅ, ka kadaton. nu wisésa,<br />
kadaton. sri maga wi<br />
4. du bwana, nanataṙ, carénaṅ héraṅ, kadi asra<br />
omas. misaḣ kasilaṅ asra haré<br />
Lp. 16v [ga u/ 16]<br />
1. mas. bwaruan. terus. bwana, hibaṙ nataṙ<br />
saluaṙna, maya na hneṅ bwana, héraṅ pala<br />
2. ka, asraniṅ maya, paluguḣhan. wati hneṅ, na<br />
sadaan. asra maya, héraṅ na li<br />
3. ga téja bwana, dipucak. kan. ka déwata,<br />
saratna séda premana, ali aliṅ<br />
4. ŋan. ajñana, sakitu paṅdifuna paṅluṅguḣhan.<br />
nu wisésa, agös. kupul. nu miṅ<br />
- 21 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 17r<br />
1. puluṅ, papa, hisyi wisésa, pahi sia, mataṅ<br />
désa, ŋagölaṅŋan. para cita, sahuṙ<br />
2. nu wisésa, mana I dé kupul. mipuluṅ aiṅ dék.<br />
maan. ahuman. ka<br />
3. nusyi agagöṅ, nu wisésa, samodana,<br />
ñagatakön. na ajñana, sugan. maka<br />
4. susaḣ, ti kahan. nan. nu maka kami modana,<br />
ka nusyi aragöṅ, pun. ku sabḍa iṅ<br />
Lp. 17v [ga la/ 17]<br />
1. ayöna ini, kami méta, palalun. iŋuŋön. na<br />
kapuguṅŋan. biṛŋöḣ na kapi<br />
2. deṅŋan. nu maka kami méta, di iyatnakön. ku<br />
na kahiwaṅ hiwaṅŋan.ñana, sa<br />
3. bḍa iṅ ayöna ini, jaga dapet. da lurusan. bélot.<br />
ben. neṙkön. kuraṅ tebe<br />
4. yan. lamun. na lain. balikön. lamun. na salaḣ<br />
pagaḣhan. kami pun. nu ma<br />
Lp. 18r<br />
1. ka kami, maan. di hööm. katitisan. sowara,<br />
trita, ajñana, ti madyi niṅ ña<br />
2. na, ŋupadésa ñana, sabḍa wisésa, ka nusyi<br />
aragöṅ, papahi wenaṅ wisésa, sugana<br />
3. . kaŋaduluran. na rahayu, ka nusyi premana,<br />
laraṅ niṅ ñana, ŋajajakön. kana ja<br />
4. ti, titis. sowara pata, ti madyi, pahi ŋösian.<br />
kreta, premana, utama, mu<br />
Lp. 18v [ga ca/18]<br />
1. lia widu, saṅhyiṅ hayu, pahi mijil.kön. paŋasiḣ<br />
jati, premana, wiwu niṅ ajñana<br />
- 22 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
2. pahi syi tumitis. tugal. puluḣ, nusyi<br />
mataṅdésa, papahi wenaṅ wisésa,<br />
3. sakitu nu maka kami modana, ka nusyi para<br />
wenaṅ, pun. sumahuṙ dayöḣha<br />
4. n. di asri na cita, nagara asra wisésa, tugal.<br />
kreta sapak. samadaya, ka nu<br />
Lp. 19r<br />
1. syi aragöṅ, néma ajñana, ka nusyi wisésa,<br />
naréma sabḍa utama, pupn. lamu<br />
2. n. kitu saṅhyaṅ sahuṙ, titis. sowara pata, kreta<br />
saṅhyaṅ ajñana, ti ma<br />
3. dyi, hayaṅ kawöṛg. tinöṅ tuaṅ hidep. kadulu<br />
kasukuṅ kawaŋun. kreta su<br />
4. baga paramarata, satia, pawitra widu saṅhyaṅ<br />
ajñana, sakitu nu maka mihulu<br />
Lp. 19v [ga da/ 19]<br />
1. m. muku kami salaḣ rasa, mönaṅ ñukayan.<br />
ajñana, titis. sowarapata, ti ma<br />
2. dyi ŋan. tu kami hulun. lamun. kaaku kahaup.<br />
ŋawidukön. saṅhyaṅ hayu,<br />
3. paksa tugal. kreta, ti nu wisésa, pun.<br />
ŋajajadikön. na jati, sahuṙ nu wisé<br />
4. sa, mana ai maan. sam. pak. kreta, kana uraṅ<br />
sajagat. kéna saṅhya sahuṙ sa<br />
Lp. 20r<br />
1. kini, mana ai ñalaṙ ka nu réa, pilacan. nön. ai<br />
suka, sam. pak. tugala<br />
2. . kreta, ka nu wisésa, sahuṙ dayöḣhan. di cita,<br />
léṅgaṅ nagara asra bwana, puna<br />
- 23 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
3. Kami hulun. saṅkup. ŋawidu saṅhyaṅ hayu,<br />
sam. pak. suka kreta, samadaya<br />
4. , hatö nu katitigénan. ñana suka ŋaduluṙ<br />
ajñana, tugal. ka nu wisésa, ŋawi<br />
Lp. 20v [ga o] seharusnya [ro o/20]<br />
1. dukön. saṅhyaṅ hayu, sahuṙ nu wisésa, lamun.<br />
agös. weṙg. legep. saṅ köpa<br />
2. . sam. pak. tugal. samadaya, agös. sakup.<br />
kupul. nu mipuluṅ, papahi we<br />
3. naṅ wisésa, pahi syi, mataṅ désa, nusyi pahi<br />
aragöṅ, ka kadaton. nu wisésa, na<br />
4. kadaton. sri aga hneṅ, widu na waŋun. mulia<br />
sra bwana, na bumi terus. na hneṅ héraṅ<br />
Lp. 21r<br />
1. légaṅ na maya, kadi asra niṅ akasa, nanataṙ<br />
carénaṅ héraṅ, kadi asra homas.<br />
2. miraḣ lumarap. kadi asra niṅ harémas.<br />
buruan. terus. bwana, hibaṙ nataṙ sa<br />
3. luaṙna, maya na hneṅ bwana, héraṅ na palaka,<br />
asra niṅ maya, paluguḣhan. wati hneṅ<br />
4. , na sadaan. asra maya, héraṅ liha, téja bwana,<br />
pucak. na agadéta, saratna<br />
Lp. 21v [ro ga/ 21]<br />
1. sada premana, ali aliṅŋan. ajñana, sakitu<br />
weduna, na paṅluṅguḣhan. nu wisésa<br />
2. agös. kupul. nu mipuluṅ, pahi syi wenaṅ<br />
wisésa, sahuṙ nu wisésa, ŋan. tu<br />
3. lamun. agös. saṅkup. sapak. paksa, tugal. pun.<br />
néma sabḍa nu wisé<br />
- 24 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
4. sa, dayöḣhan. di cita ragara asra wisésa, pun.<br />
agös. saṅkup. kupul. nu mipu<br />
Lp. 22r<br />
1. luṅ, ŋawidukön. saṅhyaṅ hayu, ŋutamakön.<br />
saṅhyaṅ ajñana, ŋan. tu sugan. kalawa<br />
2. san. göiṅ di luaṙ, sugan. hatö katö tinöṅkön. ku<br />
uraṅ pun. göra paṅkat. kö<br />
3. n. iña na ñana, pun. mugaḣkön. iña waṅsa na<br />
pahi töluan. nu nuguan.<br />
4. na kahanan. ti manusa, puji makat.kön.<br />
saṅhyaṅ atma na ñana aci wisésa, paṅka<br />
Lp. 22v [ro ro/22]<br />
1. t. ti bwana, jati suda, dataṅ ka bwana nis.kala,<br />
mugaḣ ka bwana, jati tan. hana, sahuṙ<br />
2. nu wisésa, liboḣ kéh bresiḣ sarira, jati, awak.<br />
saṅ hyaṅ ajñana, na atma aci<br />
3. wisésa, agös. aci rupa jati, ajum. alus. atis. luis.<br />
duga héraṅ ma<br />
4. ra maratasan. rupa jati hneṅ ḷgek. kasép. laṅgé<br />
hajiṅ pates. litu hayu,<br />
Lp. 23r<br />
1. terus. rupa, na maya jati premana, na busana,<br />
terus. héraṅ mamaya asra bwana, sabu<br />
2. kna buka han. tara, husian. asra harémas.<br />
dipakanan. pasra cina, di sisi<br />
3. na, pasra keliṅ, di teŋaḣ na réka, asra déwata,<br />
terus. alus. hneṅ tuṅtuṅ, rabu<br />
4. na héraṅ sagala, disilaṅ ku kekembaṅŋan.<br />
carénaṅ höḷt. höḷt. na, siaṅ kembaṅ<br />
- 25 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 23v [ro leu / 23]<br />
1. masa laraṅ, lita na busana, sapaŋadeg.<br />
Samataré, pakön. madeg.kön. ajña<br />
2. na, ini na pisalibut. terusa ibun. cipuk. alus. di<br />
tuṅtuṅna, kuwuṅ kuwuṅ<br />
3. misisi na téja hni, di teŋaḣna téja waṙna,<br />
huruṅ, héraṅ, caaṅ siaṅ hibaṙ ṛji<br />
4. jöṅ sem. bawa, lita paṅwidu saṅhyaṅ hayu, lita<br />
guna, cita maya cina, ñabuṅŋan. Pi<br />
Lp. 24r<br />
1. busanaön. /0/ paké tupak. di waṅsana, agös.<br />
luguḣ was. tu widu, saṅhyaṅ ha<br />
2. yu, lidaḣ pawitra premana, mulia saṅhyaṅ<br />
ajñana, na atma aci wisésa, ditu<br />
3. pakön. kana waṅsana, pahi döṅ na rabi<br />
kasiḣhan. paminiḣhan. ti nis. ka<br />
4. la, nu nugaan. na kahanan. masa syi ti<br />
manusa, nu maku saṅhyaṅ hayu, maka<br />
Lp. 24v [ro ru / 24]<br />
1. t.kön. saṅ hyaṅ ajñana, ṛŋö dipicahakön.<br />
sadataṅ pulaṅ ka taṅkal. sacudu<br />
2. k. dataṅ ka puhun. pahi agös. tupak. waṅsana,<br />
waṅsana sri léṅgaṅ maya,<br />
3. trerus. na héraṅ asra, bwana, palaṅka asra niṅ<br />
héraṅ, mayana, hneṅ bwana na pa<br />
4. luguḣhan. tupak. di pucak. madia, asra, terus.<br />
niṅ héraṅ, awak. Luma<br />
Lp. 25r<br />
1. rap. kadi mamaya ajñana, na sadaan.<br />
asramaya, terusna héraṅ bwana, ti hulu<br />
- 26 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
2. niṅru bwana, pucakna niru akasa, mucaṙ caaṅ<br />
sabwana, metu na sebawa jati, mijil<br />
3. téja dilaḣ ñana niṅ bwana, suda jati na<br />
waṅsana, héraṅ hneṅ nilan. tara, niṅ bwana,<br />
4. na waṅsana, tapiḣ na aasra niṅ omas. silaṅna,<br />
pamapan. asra harémas. carénaṅ<br />
Lp. 25v [ro rur / 25]<br />
1. héraṅ tapiḣna, hibaṙ ṛŋö döṅ sembawa,<br />
tipiṅgina, dikikitiṙ cakra manik. diselaṅ a<br />
2. srana, miraḣ, ti haṛpön. na kikicap. premata,<br />
asra mas. miraḣ, ti tukaṅŋön.<br />
3. tali laya, dikembaṅŋan. asraniṅ omas. pucak.<br />
na asra miraḣ rarawis. na miraḣ<br />
4. manik. diselaṅ ku kembaṅ atuṅ buŋa tujuṅ,<br />
dirurutuy, hneṅ tuṅtu, ḷtik. kabönaṅ<br />
Lp. 26r<br />
1. ŋarigit. na kembaṅ widu laraŋan. na kembaṅ<br />
carénaṅ héraṅ, kadi mamaya, omas.<br />
2. pidaḣ, na sebawa héraṅ waṙna, bijil hneṅ ti<br />
puhun. na lumalarap. bitan. kela<br />
3. t. bijil. Sebawa tina widu paṅluṅguḣhan. mitu<br />
ti saṅhyaṅ hayu, bijila<br />
4. (pamaéh) na tina ajñana, pahi bjil. na sebawa<br />
sebawa jati sarira, byita alit. niṅ ña<br />
Lp. 26v [ro u / 26]<br />
1. na, nu maka widu sarira, /0/. agös. genep.<br />
ḷgep. sakep. na saṅkuan. pituṅ suruṅ,<br />
2. na saṅkuan. Asra miraḣ, sagala, papakön.<br />
ŋaduluṙ saṅ hyaṅ hayu, pakön, ŋawi<br />
- 27 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
3. dukön. dina puhun. pahi nusyi aragöṅ, papahi<br />
wenaṅ wesésa, sahuṙ nu wisésa, li<br />
4. boḣ onam. uraṅ maṅkan. maka pahi pak. sa<br />
tugal. tatabiḣhan. pahi agö<br />
Lp. 27r<br />
1. s. ka saṅkepan. ga sarira héraṅ hneṅ, asra na<br />
os. miraḣ, gooṅ ku, héraṅ hneṅ, a<br />
2. sra na tabaga suk. la, aduan. döṅ omas. pirak.<br />
di papon. galuga haṛta<br />
3. l. asra harémas. siaṅ tupak. na carénaṅ héraṅ,<br />
hilöt. hölöt. na,<br />
4. tataböḣhan. pakön. ŋawereg. saṅkuan. lita<br />
gooṅ gaṅsa, tugal. sarapa<br />
Lp. 27v [ro la / 27]<br />
1. san. pañabuṅŋan. nu wisésa, ḷbuḣkönön. dina,<br />
puhun. pakön. ŋaweṛg. waṅsa<br />
2. na, micahakön. di madyi, lamun. nu cuduk. ka<br />
puhun, sahuṙ nu wisésa, li<br />
3. boḣ onam. uraṅ maṅkat. bray. carénaṅ héraṅ,<br />
na pañawér ka maguṅŋin. na waṅsana<br />
4. , na pañawéṙ, asra miraḣ döṅ harémas. nu<br />
ñawéṙ sanua köpac. hatö pegat. na<br />
Lp. 28r<br />
1. sapajnaṅ jalan. ḷpaṅna, waṅsana, na pañawéṙ<br />
carénaṅ héraṅ nigaṅna, kaburaan. ŋapaṙ<br />
2. héraṅ carénaṅ hölöt. hölöt. na, buruan. terus.<br />
na hneṅ tatapakan. a<br />
3. sra na miraḣ, héraṅ léṅgaṅ sagala, tugul. bubaṅ<br />
kiri kanan. asra ötöṅ<br />
- 28 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
4. miraḣ hötön. kikila ḷpaṅ ti hila, héraṅ na payu<br />
niru kacana, hatöp. na sra<br />
Lp. 28v [ro ca/28]<br />
1. cimaya, héraṅna, miraḣ sagala, pamapan. asra<br />
harémas. héraṅ kuniṅ su<br />
2. ci hneṅ, héraṅ pucak na pasiaman. salinaṙ<br />
mamaya asraniṅ sutra, dipapa<br />
3. n. omas. harémas. héraṅ cénaṅ, lumarap. kadi<br />
helaṙ teka ŋo<br />
4. ra. /0/ brenaṅ gasa ditaböḣ padöri, gasa<br />
tuluy. digéṅgaṅkön. kikila, ma<br />
Lp. 29r<br />
1. ṅkat. ti kadaton. nu wisésa, goñaṅna réma,<br />
sorana gaṅsa, go<br />
2. ñaṅ dipipanöpuḣ, labuṅ baruṅ jöṅ naböḣ<br />
babaanan. babatakan. turut.<br />
3. laun. diridukön. nu nulaṅ nupaṅ soraṅ un.<br />
hateu nu uŋaliŋaṅ liṅŋan.<br />
4. ŋaran. babatakan. nan. na agös. kasiḣ pulaṅ<br />
gölis. haat. kami saja<br />
Lp. 29v [ro da / 29]<br />
1. tina, sorana gaṅsa, ŋawereg. na waṅsana,<br />
ŋaduluṙ saṅhyaṅ hayu, kreta subaga, …<br />
2. ñaga saṅhyaṅ ajñana, suka sapak. saréréa, hatö<br />
nu katitigénan. pahi<br />
3. si anu aragöṅ, papahi wenaṅ, wisésa, nu<br />
ŋajayak. kana mula, nu wisésa<br />
4. , ŋahatuṙkön. kana puhun. agös. luput. ti<br />
buruan. agöṅ, ŋala<br />
- 29 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 30r<br />
1. laṙ ka dora, laraṅŋan. sana cuduk. ka waṅŋun.<br />
ka widu puhun. rahayu, nu wisésa,<br />
2. tuluy. matuṙ ka haṛpön. ka nusyi maka wenaṅ,<br />
pahi syi nu aragöṅ, papahi<br />
3. syi wisésa, sam. pak. paksa tugal. kreta ka nu<br />
wisésa, ñöbaḣ bak. ti<br />
4. jati ka haṛpön. ñana ñumana, mremanakön.<br />
ajñana, kami hulun. ŋayo<br />
Lp. 30v [leu o / 30]<br />
1. göakön. saṅhyaṅ daṙma, premana, aci wisésa,<br />
ka nusyi maka ñana, kana wuit.<br />
2. mula dadi, ka na jati, kana mula niṅ ñana,<br />
kana taṅkal. niṅ ajñana, cuduk. ka pu<br />
3. hun. saṅhyaṅ hayu, dataṅ kana wuit. dadi,<br />
kawekasan. niṅ pretiwi, dataṅ ka taṅka<br />
4. kal. kawekas. niṅ akasa, dataṅ ka mula, wekas.<br />
niṅ bwana, dataṅ kana taṅkal. ka<br />
Lp. 31r<br />
1. wekasan. na nis.kala, wataṅ kana taṅkal.<br />
kawekasan. niṅ tan. hana, dataṅ kana taṅ<br />
2. kal. hana, sadataṅ tan. hana, cuduk. kana<br />
puhun. luput. kana wekas. niṅ ta<br />
3. n. katuduḣhan. wuit. niṅ ḷwiḣ saṅkan. dadi, nu<br />
ŋayugakön. ajñana, nu me<br />
4. tukön. hana sadataṅ tan. hana, nu ŋawayakön.<br />
tan. hana, ŋayuga, bwana, jati,<br />
Lp. 31v [leu ga/ 31]<br />
1. nis.kala, tina takal. pawekasan. laṅgeṅ taya,<br />
nihan. tara niṅ bwana, tugal. pa<br />
- 30 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
2. wekasan. héraṅ lilaṅ, dilageṅni, lilaṅ laṅli, di<br />
pucak. wekas. nihan. tara<br />
3. , niṅ bwana, dina tan. hana, ŋaran. nana, nis.<br />
ta kleṅ /0/ nu wisésa, pahi döṅ nusyi a<br />
4. ragöṅ, papahi wenaṅ wisésa, pahi agös.<br />
kahaṛpön. ŋahatuṙkön. kana puhu<br />
Lp. 32r<br />
1. n. ŋajayak. kana, taṅkal. kana wuit. mula dadi,<br />
agös. cuduk. kana puhu<br />
2. n. agös. dataṅ kana taṅkal. agös. kahusiṙ na<br />
jati, dataṅ kana mula pasra<br />
3. niṅ ajñana, ñahuṙ nu wisésa, pun., kami<br />
hulun. ŋayogiakön. Ajñana<br />
4. , kahaṛpön. sugan. waya ti sakini, pitinöṅŋön.<br />
saṅhyaṅ hidep. lamun. héga<br />
Lp. 32v [leu ro/32]<br />
1. n. sakini, kami sadu dék. jibaṙran. sakitu kami<br />
huluṇ. metu sabḍa ti madi<br />
2. a, padésa ñana, anakeṅ nu wisésa, sui hawara<br />
jibaṙran. kéna ai dék.<br />
3. matitim. ayöna, aiṅ dék. nadaña paritaḣ,<br />
sugan. ka …luy.kön. na da<br />
4. bönaṅ matitim. ku na ŋajajadikön. ŋösian. na<br />
kahanan. na paŋasiḣ ti nusyi<br />
Lp. 33r<br />
1. para wenaṅ, pahi syi tugal. puluḣ titis. kreta<br />
sowarajñana, ti madyi, pa<br />
2. hi syi mataṅ désa, maka tugal. sa…k.<br />
samadaya, lamun. na bécét<br />
- 31 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
3. siriḣhan. maka patitis. kreta sorajñana, kana<br />
saŋa walu pitu, gene<br />
4. p. paca, kapat. tiga, karo tugal., pahi bijel. na<br />
paŋasiḣ, pakön. na ja<br />
Lp. 33v [leu leu/ 33]<br />
1. ti, diwiwu,kön. pahi ŋawayakön. na kahanan.,<br />
pigösanön. na paŋasiḣ pahi nusyi<br />
2. aragöṅ, maka patitis. paligöḣ jati, /0/ sakitu<br />
anakiṅ, nu wisésa, maka<br />
3. puguḣ nuṅtuṅ na rahayu, ñahuṙ nu wisésa, na<br />
réma ajñana, maha premana, pun. ka<br />
4. mi hulun. lamun. kitu saṅ hyaṅ sahuṙ, muku<br />
waya, nu ŋönaḣ ñukayan. ajñana, la<br />
Lp. 34r<br />
1. mun. kitu saṅhyaṅ sahuṙ, agös. nuṅtuṅ na<br />
ajñana, dataṅ ka kami hulun. hégan.<br />
2. tu kami ŋaṛŋökön. puguḣ geusan. ŋawidukön.<br />
sahuṙ saṅhyaṅ hidep. anakiṅ<br />
3. nu wisésa, hadé lamun. dék. jibaṙran pada syi<br />
wenaṅ wisésa, hégan. tu<br />
4. ai höla, nitaḣ abuwa, ŋabreséka iña höla, /0/<br />
sahuṙ nu wisésa, liboḣ<br />
Lp. 34v [leu ru/ 34]<br />
1. kéh uraṅ paksa, tugal. ka haṛpön. uraṅ sadu<br />
dék. jibaran. laku sadu umun.<br />
2. jati, ñebaḣ bak. ti macak. laraṅ, kahaṛpön. ka<br />
nusyi maka adi kañana<br />
3. , sahuṙ saṅhyaṅ hidep. hadé jibaṙran.<br />
patitim.kön. di luaṙ, pahi syi ma<br />
- 32 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
4. taṅ désa, maka patitis. paligöḣ jati, mulaḣ<br />
waya nu kasalaḣhan. maka pa<br />
Lp. 35r<br />
1. hi sapak. suka kreta uraṅ sajagat. kéna ai<br />
hayaṅ ṛjöṅ, sati niṅ, suba<br />
2. ga ñaṅga, saṅhyaṅ ajñana, kéna aiṅ hayaṅ<br />
kaduluṙ kasukuṅ kawaŋun. manaiṅ<br />
3. ñarék. sakitu, ja hégan. hiji ini, nu paṅkat. ti<br />
manusa, nu mönaṅ<br />
4. , atos. hatosa ñana, ŋawakan. saṅhyaṅ daṙma,<br />
nu ŋadoṅkap. ka na<br />
Lp. 35v [leu rur/ 35]<br />
1. taṅkal. nu ŋahusiṙ na jati, nu cuduk. kana<br />
puhun. dataṅ kana taṅkal. wui<br />
2. t. mula dadi niṅ ajñana, /0/ luput. ti widu<br />
rahayu, liwat. ti désa, dé<br />
3. wata, tina tata soṙga kapös. tan. liwat. ti na<br />
soṙga kahyaṅŋa<br />
4. n. tina soṙga niṅ déwata, na déta, pahi agös.<br />
kawisésa, nu maka usaḣ<br />
Lp. 36r<br />
1. sabwana, nu maka ṛtag. sajagat. nu maka ṛduḣ<br />
sabumi, pahi agös. kaga<br />
2. laṙ, salaran. tapa, pakön. ŋawas. tu sahyaṅ<br />
hayu, ka madyi ka widu puhun<br />
3. . rahayu, sahuṙ nu wisésa, agös. saṅkup. pak.<br />
sa tugal. sam. pak.<br />
4. déṅdéṅ paras. padé, kreta uraṅ sajagat. hégan.<br />
tu uraṅ ŋaṛŋökön. agö<br />
- 33 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 36v [leu u/ 36]<br />
1. s. nu ŋawidukön. saṅhyaṅ hayu, hégan. tu<br />
uraṅ maṅké, ti luaṙ, ŋagaway. na ka<br />
2. hanan. pigösanön. na paŋasiḣ /0/ saagös.<br />
cuduka puhun. agös. dataṅ, ka<br />
3. na takal. agös. kahusiṙ na jati, na saṅkan. waya<br />
böhila, ti nis. ka<br />
4. la, na mula saṅkan. ti tan. hana, wuit. jati,<br />
mula way. niṅ ajñana, nuhuṙ ti<br />
Lp. 37r<br />
1. madyi niṅ tan. hana, nu padésa, ajñana, ka<br />
abu iṅ tan. hana wati, wuit. niṅ dadi,<br />
2. jati niṅ pretiwi, mula waya ni bwana, saṅkan.<br />
waya niṅ aksa, abu i tan. hana wa<br />
3. ti, ŋabuk. ti alit. na sari niṅ jati hurip. niṅ<br />
bwana, tugal. pretiwi, lawa<br />
4. n. akasa, di laṅgeṅ ni tugal. di kawekasan. ni<br />
bwana, luput. pretiwi, lu<br />
Lp. 37v [leu la/37]<br />
1. put. akasa, luput. bwana, luput. böraṅ luput.<br />
pitöṅ, luput. cai sada, ka<br />
2. la, héraṅ lilaṅ, sunyi nulan. tara, laṅgeṅ niṅ<br />
bwana, pawekasan. niṅ caaṅ sadakala,<br />
3. hneṅ laṅliṅ, sunyi terus. niṅ caaṅ, laṅgeṅ nilan.<br />
tara, niṅ bwana, luput. ti laṅgeṅ, ti<br />
4. tala han. tara, sunyi lan. tara, ti bwana, ti<br />
oḣhaḣ ni taya, tugal. laṅgeṅ niṅ<br />
Lp. 38r<br />
1. taya bwana, di nis.kala, di tan. hana, puhun.<br />
saṅhyaṅ hayu, wuit. na alit. taṅ<br />
- 34 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
2. kal. na ñana, kahanan. saṅhyaṅ ajñana, wuit.<br />
ni dadi, patugalan. niṅ tu<br />
3. gal. tugal. pretiwi lawan. akasa, iya tugal. ni<br />
ajñana, pun /0/ sahuṙ<br />
4. nu séda, saṅkan. wisésa, ti madia niṅ tan.<br />
hana, ñööṅ na waṅsana, dataṅ na duluṙ<br />
Lp. 38v [leu ca/38]<br />
1. , sakwan. tujuḣ suruṅ, na saṅkwan. asrana.<br />
miraḣ sagala, ti padiri, na paṅweṛg. gaṅsa<br />
2. rari, ditaböḣ diŋön. gooṅ, dipipa nem. puḣ<br />
labuṅ, /0/ nu miṛŋöḣ metu ci<br />
3. pta ti ajñana, mitu na sabḍa padésa, tuluy.<br />
miwaraṅ, abuna, tan. hana wa<br />
4. ti, na wuit. sari niṅ aci, wuit. jati mula niṅ<br />
ajñana, ḷpaṅ onam. husiṙ ka waṅ<br />
Lp. 39r<br />
1. sana, mulaḣ dimaka turun. ku manéh, ti<br />
maṅguṅ na waṅsana, mulaṅ dimaka naka na<br />
2. taṙ, nu néma ajñana, abu, iṅ tan. hana wati, ka<br />
haṛpön. saṅ hyaṅ hidep. sa<br />
3. du méré ñaho, sugan. kamö göra gira, haŋö<br />
haŋö sasaḷŋöṙ görö<br />
4. k. ku pitinöŋön. hamo ṛŋö döṅŋön. saṅhyaṅ<br />
hidep. hégan. tu éboḣ<br />
Lp. 39v [leu dar/39]<br />
1. onam. aiṅ ŋaduluṙ rahayu, ḷpaṅ onam. silihan.<br />
na waṅsana, abui mi waṅ<br />
2. sana, sarira, palalawas. papagaḣ döṅ daṙma,<br />
döŋön. na anak. ajñana, abuiṅ tu<br />
- 35 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
3. run. ŋahuseṙ na wasana, pahi uñut. turun. nu<br />
mahayu saṅhyaṅ hayu, pahi<br />
4. dataṅ ka waṅsana, sahuṙ abuiṅ sakini, anak.<br />
kiṅ abet. ka dini, saṅhya atma<br />
Lp. 40r<br />
1. ajñana, aci wisésa, néma ajñana, ti puhun.<br />
saṅhyaṅ hayu, saṅhyaṅ atma aci<br />
2. wisésa, teheṙ sadu umun. jati bak. ti ñebaḣ ka<br />
haṙpön. hégan. tu<br />
3. kami bocaḣ méta palalun. kami takut. hatö<br />
ñaho dina tutuṙ,<br />
4. guru lagu, hégan. tu padan. kami mo ñaho<br />
dina tikaḣ, tatakaṙma,<br />
Lp. 40v [ru o/40]<br />
1. hégan. tu nu maka mitakut. jarot. sömaṅ töiṅ,<br />
sugan. dipajaṙkön. naṅgö<br />
2. ḣhan. gunuṅ tan. pa töiṅ, ŋadöḷ panon. poé<br />
tan. pa sérab. suga<br />
3. n. göra-göra, sasaḷŋöṙ, lucat. ciuṅ karo laṅkaḣ,<br />
töpak. muka balu<br />
4. bahaṅga, sugan. kasöbölan. kasualan.<br />
kapapahan. ka malaṅŋan. suga<br />
Lp. 41r<br />
1. n.köna ku na cakra kala, upadrawa niṅ ajñana,<br />
hégan. tu sakitu nu maka méta<br />
2. , palalun. hégan. tu kami, lamun. kajayak.<br />
lapaḣ di jalan. kami sadu<br />
3. luṙ, nutuṙkön. saṅhyaṅ hayu, /0/ saṅhyaṅ<br />
atma agös. patég. nu sagata,<br />
- 36 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
4. ŋiyatnakön. na ajñana, sahuṙ abuiṅ sakini aiṅ<br />
nébalan. sabḍa utama, a<br />
Lp. 41v [ru ga/41]<br />
1. nakiṅ saṅhyaṅ ajñana, pihahön. wiraṅ walaṅ<br />
ati, aiṅ titaḣhan. ti madia<br />
2. , siliḣ na waṅsana, na waṅsana, sarira, anakiṅ,<br />
mulaḣ nu dé sala rasa, la<br />
3. in. ai nu ŋatégan. ŋahéganan. tapa,<br />
ŋawuruṅnan. rahayu, ja ai<br />
4. iñana jati, anakiṅ göra onam. lugay. sila idit.<br />
birit. tina widu<br />
Lp.42r<br />
1. paṅluguḣhan. turun. ti maguṅ waṅsaṅna, teheṙ<br />
nu méta, palalun. saḣhuṙ abu<br />
2. iṅ sakini, éboḣ onam. aiṅ néma, taŋan. saṅhyaṅ<br />
ajñana, mumul.<br />
3. di nu turun. kawaŋun. abuiṅ miwaṅsana, sari<br />
niṅ rasa, turun. ti cip. ta so<br />
4. raṅŋan. di paṅku dihalipukön. na aisan. asra<br />
maya, sari asri suci jati,<br />
Lp. 42v [ru leu/43]<br />
1. abuiṅ ŋalapaḣkön. suku taŋan. pahi sapak.<br />
ñaga ñaga, subaga saṅhyaṅ<br />
2. ajñana, uñut. nuturuta nu maku saṅhyaṅ<br />
hayu, abuiṅ maan. uguḣ ka<br />
3. bwana, pawekasan. nis. rira, dina taṅkal. séda<br />
niṅ bwana, nigal.kön. da<br />
4. sakalésa, ŋalaan. na dasamala, moocan. na<br />
rajatamaḣ, dina séda ta<br />
- 37 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 43r<br />
1. kal. mala, abuiṅ agös. mulaṅkön. dribyi kala,<br />
paṅkat. ka bwana jati, ka<br />
2. aci niṅ séda kacana, héraṅ na tatapakan.<br />
pacak. miraḣ, paca omas. pa<br />
3. hi abuiṅ cuduka waŋun. nu tuluy. asup. ka<br />
laṙbuṙ, na miru manik.<br />
4. héraṅ cénaṅ, caaṅ siaṅ pucak. na asra harémas.<br />
hibaṙ ṛŋö döṅ sem. bawa, pahi<br />
Lp. 43v [ru leu/43]<br />
1. abuiṅ luguḣ di labuṙ, öṛn. höla, saṅhyaṅ<br />
ajñana, nurun.kön. tina lahunan.<br />
2. ŋaluguḣkön. saṅhyaṅ hayu, saatma aci wisésa,<br />
diña gösan. diraratan. ŋa<br />
3. bresiḣ sarira jati, ŋabreséka saṅ atma, aci<br />
wisésa, na caaṅ canébraṅ héraṅ<br />
4. , tina jati léṅgaṅ maya, bijil. ti hulu na hneṅ,<br />
bijil. tina asra manik. na<br />
Lp. 44r<br />
1. paniba, salaka miraḣ sagala, ini rajaḣ na<br />
pakön. moocan. na rajatamaḣ sara<br />
2. tna, sarapakön. ŋaḷbuṙ na musuḣ, pakön.<br />
ŋaḷŋöt.kön. alit. mala jati,<br />
3. petukön. ti sarira jati, luput.kön. ti rasa, bayu<br />
sabḍa hidep. jööṅ<br />
4. déŋé tutuṙ saḣkön. ti bwana, ini pamusaḣkön.<br />
maya, ras. sa tamana, ras.<br />
- 38 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 44v [ru ru/44]<br />
1. saḣ tabana, ras. saḣ tamala, ras. saḣ taya, ras.<br />
saḣ ratna, ras. sa ta hilaṅ<br />
2. ta ḷŋit. /0/ sahuṙ abuiṅ éboḣ onam. briséka,<br />
saṅhyaṅ ajñana sahuṙ<br />
3. abuiṅ tan. hana ratna, pahi abuiṅ tan. hana<br />
maya, anakiṅ cupatan.<br />
4. onam. busana, agös. saṅ atma cupat. busana,<br />
abuiṅ maṅku hina paṅluguḣ<br />
Lp. 45r<br />
1. han. midaḣkön. döuk. kana patöḷsan. saṅhyaṅ<br />
ajñana, abuiṅ pahi sam. pa<br />
2. k. maribuksaḣ sarira, pahi pahayu, ŋawaŋun.<br />
saṅhyaṅ hayu, sapak. ŋara<br />
3. ratan. na ajñana, agös. déta, pawiŋa pawéla<br />
ñana, héraṅ sarira, agö<br />
4. s. aci rupa jati, légaṅ premana, rupa ni atma,<br />
agös. hneṅ rupa jati, agös.<br />
Lp. 45v [ru rur/45]<br />
1. awak. luput. rupa, dina kawekasan. rupa jati,<br />
liwat. ti maya na héraṅ<br />
2. hneṅ, agös. kapuṙba ñana, kreta rasa jati<br />
palipuṙna, niṅ ajñana, agös. na sari<br />
3. ra was. tu jati, mulia jati utama, agös. premana<br />
jati wisésa, agös.<br />
4. was. tu na jati saṅhyaṅ hayu, abuiṅ tan. hana<br />
witi, pahi abuiṅ tan. ha<br />
- 39 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 46r<br />
1. na ratna, abuiṅ tan. hana maya, agös. ŋatöḷsan.<br />
ñana, paṅkat. tina mo<br />
2. ksahan. rajatama, disawéṙ ku asra omas.<br />
harémas. na pañawéṙ carénaṅ,<br />
3. héraṅ, ŋapaṙ dina tatapakan. miraḣ, abuiṅ<br />
maku tina panuusan. saasu<br />
4. p. abui ka labuṙ, ŋawidukön. saṅhyaṅ hayu,<br />
abuiṅ ñatön. ñana, saribu sawa<br />
Lp. 46v [ru u/46]<br />
1. , saṅhyaṅ ajñana, dipamukakön. basana,<br />
asrana terus. niṅ rasa, héraṅ laraṅ buka<br />
2. léṅgaṅ, mamaya nu rupa premana, /0/ na<br />
busana pakön. maṅkat.kön. ajñana, ka puhu<br />
3. n. saṅhyaṅ hayu, jati mula, niṅ sarira, ka<br />
taṅkal. niṅ ñana, kahanan. saṅ<br />
4. hyaṅ ajñana, diña wuit. mula, pawekasan. niṅ<br />
déwata, sahuṙ abui énam.<br />
Lp. 47r<br />
1. onam. uraṅ makat. agös. atma rupa jati<br />
palipurna, agös. sari budi jati<br />
2. , agös. rasa budi ñana, agös. was. tu budi<br />
rahayu, agös. ajñana, wa<br />
3. s. tu premana, abuiṅ maṅkat. ti labuṙ maan.<br />
ŋahusiṙ kahanan. pawe<br />
4. kasan. niṅ tan. hana, dataṅ ka madyi niṅ<br />
pawekasan. niṅ ajñana, dina luput. pa<br />
- 40 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 47v [ru la/47]<br />
1. wekasan. niṅ luput. tina luput. tan.<br />
katuduḣhan. ti nu nuduḣ tan. katu<br />
2. daḣ luput. bayu luput. hurip. luput. asra<br />
luput. asri, luput.<br />
3. atma, luput. aci, luput. cit. luput. panas. luput.<br />
tiis.<br />
4. luput. hujan. luput. aŋen. luput. ṣakéṅ suña<br />
taya, luput. sa<br />
Lp. 48r<br />
1. kéṅ adityi, luput. sakéṅ patapaan. luput. niṅ<br />
luput. luput. böraṅ lu<br />
2. put. peteṅ, luput, caaṅ sadakala, tina taṅkal.<br />
pawekasan. nu ma<br />
3. ka caaṅ na bwana, tina puhun. mula jati niṅ<br />
bwana, saṅkan. waya paweka<br />
4. san. Tina puhun. luput. puhun. tan. katuduḣ,<br />
tu puhun. ha éta nu ñöö<br />
Lp. 48v [ru ca/48]<br />
1. n. puhun. éta nu mijil.kön. ajñana, ti tan. han.<br />
bijil. tan. hana, di<br />
2. ŋaranan. ku tan. hana, éta nu luput. di seguḣ<br />
ñaho ku puhun. pun.<br />
3. /0/ abuiṅ pahi cuduk. ka puhun. maku<br />
saṅhyaṅ hayu, dataṅ ka taṅkal.<br />
4. maan. saṅhyaṅ ajñana, ka kahanan. patugalan.<br />
abu ayaḣ dina luput.<br />
Lp. 49r<br />
1. pawekasan. tan. katuduḣ, ti nis.kala dina<br />
laput. mula jati, tina<br />
- 41 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
2. pawekasan. niṅ tan. hana, tina taṅkal.<br />
pawekasan. niṅ ajñana, liwat.<br />
3. tina taṅkal. pawekasan. héraṅ liṅlaṅ, ḷwiḣ tina<br />
pawekasan. hneṅ laṅ<br />
4. liṅ liwat. tina adras. asra pawekasan. ni<br />
bwana, …na laṅgeṅ, niṅ pawekaṣan.<br />
Lp. 49v [ru dar/49]<br />
1. nilan. tara, tina luput. pawekasan. liṅna ḷŋö,<br />
tina nis. tamana, paweka<br />
2. san. niṅ tan. hana, luput. ti kahanan. na<br />
puhun. ja luput. ti nu luput.<br />
3. magawé luput. paratata, waṙnani, kahanan.<br />
nusyi wenaṅ, pahi wisésa,<br />
4. tata nis.kala, ti puhun. nitipkön. iña di bwana<br />
pun /0/ saagös. da<br />
Lp. 50r<br />
1. taṅ ka taṅkal., cuduk. ka puhun. saṅhyaṅ<br />
daṙma, dataṅ ka kahanan. abu ayaḣ<br />
2. , ñahuṙ abuiṅ ka haṛpön. pun. kami na<br />
ñana,paritaḣ göi uraṅ ŋajaja<br />
3. dikön. pun. sahuṙ ti puhun. abu göra<br />
luṅguḣkön. ai ŋaduluṙ rahayu,<br />
4. widukön. inam. saṅhyaṅ hayu, susaṅ ku<br />
palipuṙnakön. sarira maka sapak. su<br />
Lp. 50v [rur o/50]<br />
1. baga, ñaga saṅhyaṅ ajñana, abuiṅ pahi agös.<br />
gönam. ḷgöp. ṣaṅkep. ñu<br />
2. kuṅ ŋawaŋun. ŋawidukön. na paluguḣhan.<br />
saṅkwan. saṅhyaṅ hayu, aci ni hu<br />
- 42 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
3. rip. sari na hneṅ, héraṅ na aci sagala, na<br />
pañawéṙ aci na sari, héraṅ na ra<br />
4. sa, sagala, aciniṅ atma tupa kadi teŋaḣ sari na<br />
hneṅ, héraṅ na légaṅ sagala<br />
Lp. 51r<br />
1. agös. kapahayu, luput. acu rupa jati, agös.<br />
kapalipuṙnakön. saṅhyaṅ<br />
2. ajñana, agös. jati widu saṅhyaṅ hayu, agös.<br />
disaṅku dihalipukön. saṅ a<br />
3. tma aci wisésa, disalin. busana jati, terusna<br />
hneṅ héraṅ na maya, hégaṅna,<br />
4. asra bwana, agös, disalin. busa saṅhyaṅ<br />
ajñana, diwidukön. didöukön. ṛŋö döṅ<br />
Lp. 51v [rur ga/51]<br />
1. döṅ na paŋasiḣ abu ayaḣ nu dipisari pawak.<br />
dwa paluḣ nu ajñana premana, laraṅ saga<br />
2. la, na paṅwas. tu ti puhun. ŋadöukön. saṅhyaṅ<br />
hayu, nu ŋas. kara, teheṙ ŋadeg<br />
3. kön. pawaraṅ, na paŋas. kara, cinacita<br />
premana, ḷwiḣ na laraṅ, na pawaraṅ ŋaran.<br />
4. na terusna laraṅ, premana héraṅ na maya, tan.<br />
hana /0/ hneṅ na aci héraṅ na maya,<br />
Lp. 52r<br />
1. , premana, cita tan. hana, /0/ héraṅ natna,<br />
premana ḷwiḣ na laraṅ, /0/ aci na sari<br />
2. premana, maya na laraṅ /0/ agös. abu ayaḣ,<br />
ŋawas. tu saṅhyaṅ hayu, na kaha<br />
3. nan. luput. tina huruṅ héraṅ tina léṅgaṅ, liṅgaṅ<br />
tina hneṅ laṅliṅ, luput. ti<br />
- 43 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
4. na pawekasan. niṅ bwana, dina bwana nis. na<br />
ḷŋiṅ jati, di iña pigösanön. na kahana<br />
Lp. 52v [rur ro/52]<br />
1. n. nu ti luaṙ, iña luput. ti sakitu na kahanan.<br />
dina luput. pawekasan.<br />
2. abu ayaḣ pun. /0/ agös. ti puhun. nu<br />
ŋawidukön di kahanan. sahuṙ nu wisé<br />
3. sa, hégan. tu kami naña ka nusyi aragöṅ<br />
papahi wenaṅ wisésa, sahuṙ dayöḣ<br />
4. han. di cita nagara asra wisésa, naréma sabḍa<br />
nu wisésa, hégan. tu lamu<br />
Lp. 53r<br />
1. n. agös. sakup. kupul. mipuluṅ, sapak. tugal.<br />
samadaya, patitis<br />
2. . walaṅ wilis. paliḣgi jati, agös. katitis. san.<br />
kreta sowarajñana<br />
3. , uraṅ sajagat. sahuṙ nu wisésa, éboḣ onam.<br />
uraṅ sapak. ŋawayakön. na<br />
4. kanan. pigösan. nön. na paṅŋasiḣ, lain.<br />
kukuryikan. lain. aci<br />
Lp. 53v [rur leu/53]<br />
1. kana jatina, di nis. niṅ bwana ḷŋi gösan. tan.<br />
hana, laraṅ ajñana, ti luaṙ diña<br />
2. gösan. ŋawayakön. na kahanan. nu wisésa,<br />
ŋawayakön. kahanan. asra na<br />
3. hneṅ, terus. na, lageṅ niṅ bwana, lain.<br />
kukuryikan. lain. acina, kéna ja<br />
4. tina, ösina, na paŋasiḣ, sapuluḣ nu<br />
dipipaŋawak. ajñana, laraṅ sagala, dayöḣ<br />
- 44 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 54r<br />
1. hanan. na iña cita maya cina /0/ cita hneṅ,<br />
terusna maya kuni /0/ sari ni cina,<br />
2. héraṅ na maya premana, /0/ sakitu nu ajñana,<br />
premana, paṅwatu nu wisésa, /0/<br />
3. dayöḣhan. di cita nagara, asra wisésa,<br />
ŋawayakön. kahanan. di ni<br />
4. s. ni bwana lageṅ, di nis. na ḷŋiṅ ŋawayakön.<br />
kahanan. saṅkan. niṅ asra, taṅ<br />
Lp. 54v [rur ru /54]<br />
1. kal. niṅ waya, terus. niṅ lageṅ bwana, lain.<br />
kukuryikann. lain. acina,<br />
2. kéna jatina, ösina, na paṅŋasiḣ sapuluḣ<br />
paṅwas. tu saṅhyaṅ hayu, ŋaran. na, cita<br />
3. na, premana, maya laraṅ, /0/ cita na héraṅ<br />
pṙemana ḷeiḣ na laraṅ /0/ sari niṅ<br />
4. cita, héraṅ na maya, ḷwiḣ na laraṅ /0/ sakitu,<br />
pamas. tuna, dayöḣhan.<br />
Lp. 55r<br />
1. di cita nagara, asra wisésa, ka dayöḣhan. nis.<br />
na ḷŋiṅ, ka nu tan. hana, la<br />
2. raṅ ajñana /0/ dayöḣhan. di cita, hégaṅ<br />
nagara, asra bwana, ŋawayakön<br />
3. . kahanan. saṅkan. na léṅgaṅ wit na mula, asra<br />
saṅkan. laṅgeṅ niṅ bwana, lain<br />
4. . kukuryikan. lain. acina, kéna jati, ösina, na<br />
paṅwas. tu sapuluḣ<br />
Lp. 55v [rur rur/55]<br />
1. premana, laraṅ sagala, ŋaran. na cita nis. na<br />
hneṅ héraṅ na maya laraṅ /0/ cita<br />
- 45 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
2. maya premana, saṅkan. na laraṅ /0/ aci sari,<br />
maya na hneṅ /0/ dayöḣhan. di pu<br />
3. cak. nagara, asrana hneṅ, ŋawayakön.<br />
kahanan. saṅkan. niṅ pucak. tuṅtuṅ laṅ<br />
4. geṅ niṅ bwana, saṅkan. asra, wuit. na hneṅ,<br />
lain. kukuryikan. lain. acina, ké<br />
Lp. 56r<br />
1. na jatina, ösina, na paṅwas. tu sapuluḣ, nu<br />
ajñana, laraṅ sagala, ŋaran. na cita<br />
2. niṅ laraṅ, mayana mulia héraṅ /0/ cita nis. niṅ<br />
laraṅ, héraṅ na maya, laraṅ<br />
3. ŋan. /0/ nis. na laraṅ, héraṅ na premana,<br />
maya niṅ laraṅ /0/ sakitu, ti dayöḣha<br />
4. n. di pucak. nagara asra na hneṅ, pahi waya,<br />
na paṅweṛg. saṙwa waya, tatabi<br />
Lp. 56v [rur u/56]<br />
1. ḣhan. suka karaméan. saṅhyaṅ hayu, ŋawas.<br />
tu nu tan. hana, laraṅ ajñana<br />
2. , pun. /0/ dayöḣhan. di cita, mayana, asra niṅ<br />
héraṅ, ŋawayakön. kahana<br />
3. n. saṅkan. na maya, mula niṅ asra, terus. na<br />
lageṅ niṅ héraṅ, lain. ku<br />
4. kuryikan. lain. aci naṅ kéna jatina, ösi saṅ,<br />
sakep. weṛg. saṙwa, tata<br />
Lp. 57r<br />
1. böḣhan. suka karaméan. saṅ hya hayu,<br />
paṅwas. tu sapuluḣ sari saṅhyaṅ ha<br />
2. yu, paṅŋawak. laraṅ sagala, ŋaran. na cita na<br />
laraṅ maya na héraṅ /0/ cita na<br />
- 46 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
3. héraṅ, maya na laraṅ /0/ cita niṅ maya<br />
premana, nu héraṅ ni laraṅ pun. saki<br />
4. tu pamas. tuna, dinu tan. hana, laraṅ ajñana,<br />
pun /0/ dayöhan. di cita<br />
Lp.57v [rur la/57]<br />
1. nagara, asra na hneṅ, ŋawakön. kahanan. di<br />
niṣ. niṅ bwana lageṅ, di nis. na ḷŋiṅ, na ka<br />
2. hanan. saṅkan. héraṅ ni asra, wuit. mula na<br />
hneṅ döṅ laṅgeṅ niṅ terus. na hneṅ, lai<br />
3. n. kukuryikan. lain. acina, kéna jatina, asi na<br />
paṅwas. tu sapuluḣ paŋa<br />
4. wak. premana, laraṅ sagala, pahi wayaköna<br />
paṅweṛg. tataböḣhan. suka ka<br />
Lp. 58r<br />
1. raméan. saṅhyaṅ hayu pun. ösina sari<br />
paṅŋasiḣ, ngaran. na sari niṅ cita, mayaa<br />
2. na laraṅ, ḷwiḣ ni héraṅ /0/ sani niṅ héraṅ, ḷwiḣ<br />
niṅ maya na laraṅ na hneṅ /0/ sari niṅ la<br />
3. raṅ, ḷwiḣ mayana niṅ héraṅ pun. sakitu ŋawas.<br />
tuna, ka nu tan. hana, laraṅ<br />
4. ajñana, pun. /0/ dayöḣhan. di pucak. hégaṅ<br />
nagara asra wisésa, ŋawaya<br />
Lp. 58v [rur ca/58]<br />
1. kön. kahanan. na kahanan. mula ni taya,<br />
sakan. na légaṅ, di terus. na hneṅ, di la<br />
2. geṅ niṅ bwana, lain. kukuryikan. lain. acina,<br />
kéna jatina, pahi saṅkep. na<br />
3. paṅweṛg. tataböḣhan. suka karaméan.<br />
paṅwidu, saṅhyaṅ hayu, hayu paṅwas.<br />
- 47 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
4. tuna, sapuluḣ premana, laraṅ sagala, ŋaran.<br />
cita légaṅ niṅ maya /0/ cita sari niṅ<br />
Lp. 59r<br />
1. premana, héraṅ maya niṅ laraṅ /0/ aci ni rasa,<br />
premana, maya niṅ héraṅ /0/ sakitu<br />
2. ŋawas. tuna, kanu tan. hana, wisésa, laraṅ<br />
ajñana, pun. /0/ ini nu ŋawas.<br />
3. tukön. mijel. ti bwana, tan. hana, nu ŋawaŋun.<br />
saṅhyaṅ hayu, pun /0/ i<br />
4. ni saṅkan. hana, wuit. pawekasan. ni ajñana,<br />
byita padésa, wekas. niṅ sabḍa<br />
Lp. 59v [rur dar/59]<br />
1. ini diyöḣhan. bwana, banua saṅkan. nis.kala,<br />
ŋawayakön. kahanan. na kaha<br />
2. mula ni légaṅ, terus. niṅ héraṅ, di saṅkan.<br />
nilan. tara, laṅgeṅ niṅ bwana, di nis.<br />
3. kala, lain. kukuryikan. lain. acina kéna jatina,<br />
pahi ḷgep. saṅ<br />
4. kep. weṛg. suka karamén, mibuḣwasta<br />
saṅhyaṅ hayu, pamas. tuna, sapuluḣ<br />
Lp. 60r<br />
1. mulia premana, laraṅ, sagala, ŋaran. na cita ni<br />
héraṅ maya ni laraṅ /0/ cita<br />
2. laraṅ, mulia, maya niṅ héraṅ /0/ cita héraṅ<br />
mayana, mulia laraḣ /0/ sakitu<br />
3. , ŋawas. tuna, ka nu tan. hana, wisésa, laraṅ<br />
ajñana, pun /0/ ini nu ŋa<br />
4. was. tu na ajñana, pun. /0/ bejel. ti bwana,<br />
nis.kala, nu ŋawaŋun. saṅhyaṅ ha<br />
- 48 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 60v [u o/60]<br />
1. yu pun. /0/ dayöhan. di pucak. hneṅ di terus<br />
na lilaṅ ni bwana, ŋawayakön. kaha<br />
2. nan. na kahanan. di wit. na hneṅ, di terus na<br />
laṅgeṅ ni bwana, lain. tukuryika<br />
3. n. lain. acina, kéna na jatöna, ösina, sapuluḣ<br />
was. tu premana, mulwi<br />
4. laraṅ sagala, ŋaran. na aci ni maya, héraṅ rat.<br />
na niṅ laraṅ /0/ aciniṅ laraṅ, ma<br />
Lp. 61r<br />
1. ya niṅ héraṅ /0/ aciniṅ héraṅ, maya ni laraṅ,<br />
tiga katuduḣ premana, mulwi na ö<br />
2. si bwana, pahi ḷgep. saṅkep. na paweṛg. suka<br />
mibuḣ, pahi waya, pama<br />
3. s. tu saṅhyaṅ hayu, pun. /0/ sakitu ŋawas.<br />
tuna, ka nu tan. hana, wisé<br />
4. sa, laraṅ ajñana, /0/ ini nu ŋawas. tukön.<br />
mijil. ti bwana nis.kala,<br />
Lp. 61v [u ga/61]<br />
1. ŋawaŋun. saṅhyaṅ ajñana, /0/ dayöḣhan di<br />
pun. cak. légaṅ héraṅ na maya,<br />
2. hneṅ bwana, ŋawayakön. kahanan. na<br />
kahanan di wuit niṅ laṅgaṅ, ni hé<br />
3. raṅ di terus. wekasan. niṅ maya, di teŋaḣ lageṅ<br />
bwana, lain. kukuryikan.<br />
4. lain. acina, kéna jatina, ŋwayakön. kahanan. di<br />
nis. niṅ bwana laṅ<br />
Lp. 62r<br />
1. geṅ, di nis. na ḷŋi, sapuluḣ, was. tu premana<br />
laraṅ sagala, ŋaran.<br />
- 49 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
2. na aci niṅ léṅgang, maya niṅ héraṅ, /0/ aci na<br />
légaṅ maya ni laraṅ /0/ aci na<br />
3. laraṅ na léṅgaṅ maya niṅ héraṅ, pun. sakitu<br />
paṅwas. tuna, ḷgep. saṅke<br />
4. p. sapak. suka suḷga, ñaga saṅhyaṅ ajñana,<br />
pun. ka nu tan. hana, wisé<br />
Lp. 62v [u ro/62]<br />
1. sa, laraṅ niṅ ñana, pun. /0/ pahi bijil. pamas.<br />
tu saṅhyaṅ hayu, ŋawaŋun. na<br />
2. ñana, di saṅhyaṅ ajñana, pun. pahi bijil. ti<br />
bwana, nis.kala, pun. /0/<br />
3. dayöḣhan. di terusna léṅgaṅ bwana,<br />
ŋawayakön. kahanan. na kahanana<br />
4. di wuit. niṅ héraṅ, saṅkana léṅgaṅ bwana, di<br />
laṅgeṅ niṅ tugal. bwana, pun. lai<br />
Lp. 63r<br />
1. n. kukuryikan. lain. acina, kéna jatina, di<br />
nis.kala, ösina, sapuluḣ<br />
2. mulyi, premana, laraṅ sagala, ŋaran. na cita na<br />
mayana, hneṅ, /0/ cita maya<br />
3. na héraṅ /0/ cita maya na kuwiṅ /0/ pahi<br />
ḷgep. sakep. na paṅweṛg. suka<br />
4. subaga, ñaga saṅhyaṅ ajñana, pun. sakitu,<br />
ŋawas. tuna. ka nu tan. hana, wisé<br />
Lp. 63v [u leu/63]<br />
1. sa, laraṅ ajñana, pun. ini nu ŋawas. tukön. ti<br />
terusna légaṅ bwana, ŋawaŋun. saṅ<br />
2. hyaṅ hayu pun. pahi mijil. ti nis.kala, lain. ti<br />
na para soṙga, ni dé<br />
- 50 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
3. wata, nu ŋawayakön. kahanan. ti nis.kala,<br />
jatina pun. ja nu maka soṙ<br />
4. ga déwata, pun. /0/ dayöḣhan. di terusna<br />
laraṅ, maya na héraṅ bwana, ŋawaya<br />
Lp. 64r<br />
1. kön. kahanan. na kahanan. dina saṅkan. héraṅ<br />
mayana, di hneṅ na lageṅ laraṅ niṅ bwa<br />
2. na, pun. lain. kukaryikan. lain. acina, kéna<br />
jatina, ti nis.kala<br />
3. , pun. ösina, sapuluḣ was. tu premana,<br />
mulwia laraṅ sagala, pun. ŋaran. na<br />
4. héraṅ na maya, aci premana, /0/ acina,<br />
premana, maya ni héraṅ /0/ acina, ma<br />
Lp. 64v [u ru/64]<br />
1. ya niṅ laraṅ /0/ pahi ḷgep. sakep. paṅweṛg. ka<br />
suka kreta subaga, ñana, ña<br />
2. ga saṅhyaṅ ajñana, pun. sakitu, ŋawas. tuna,<br />
ka nu tan. hana, wisésa, la<br />
3. raṅ ajñana, pun. iniṅ nu ŋawas. tukön. ti<br />
terusna laraṅ, maya na héraṅ bwana,<br />
4. ŋawaŋun. saṅhyaṅ hayu pun. pahi mijil. lan.<br />
ñana ti nis.kala, pun. /0/<br />
Lp. 65r<br />
1. dayöhan. di terus. bwana, mula, niṅ laraṅ,<br />
pucak. niṅ héraṅ, pun. ŋawayakön.<br />
2. kahanan. na kahanan., di wwit. niṅ bwana, di<br />
terusna légaṅ niṅ laraṅ, di laṅgeṅ pu<br />
3. cak. ni héraṅ pun. lain. kukuryikan. lain.<br />
acina, kéna, jatina,<br />
- 51 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
4. , di nis.kala, pahi ḷgep. saṅkep. na paweṛg.<br />
suka kreta, subaga ñana,<br />
Lp. 65v [u rur/65]<br />
1. mulia premana, ñaga saṅhyaṅ ajñana, pun.<br />
ösisna, sapuluḣ, was. tu mulia<br />
2. premana, laraṅ sagala, pun. ŋaran. na aci ri<br />
maya hneṅ /0/ héraṅna, aci maya<br />
3. nik. … aci na héraṅ, mayana, mulyi laraṅ pun.<br />
/0/ sakitu ŋawas. tuna,<br />
4. ka nu tan. hana, wisésa, laraṅ ajñana, pun. ini<br />
nu ŋawas. tukön. tete<br />
Lp. 66r<br />
1. rus. bwana, mula niṅ laraṅ pucak. ni héraṅ<br />
pun. ŋawaŋun. saṅhyaṅ hayu, pu<br />
2. n. pahi patitis. ñana, ti nis.kala, pun. ///0///<br />
dayöḣhan. di bwa<br />
3. na laraṅ, maya na pucak. niṅ héraṅ, wuit.<br />
tugal. pawekasan. niṅ<br />
4. ajñana, nis.kala, pun. ŋawayakön. kahanan. na<br />
kahanan. wuit. niṅ saṅka<br />
Lp. 66v [u u/66]<br />
1. n. laraṅ mulana, maya, di teŋaḣ laṅgeṅ niṅ<br />
héraṅ, pun. di nis.kala, lain. ku<br />
2. kuryikan. lain. acina, kéna jatina, pun. pahi<br />
ḷgep. sakep. na pa<br />
3. weṛga suka mulyi, kreta pawitra utama<br />
premana, ñana, ñaga saṅhyaṅ a<br />
4. jñana, pun. ösina, sapuluḣ, was. tu utama,<br />
premana, laraṅ sagala, pun. ŋa<br />
- 52 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Lp. 67r<br />
1. ran. na mutyi citana, hneṅ /0/ mutyi cita niṅ<br />
héraṅ /0/ mutyi cita ni laraṅ<br />
2. pun. sakitu, ŋawas. tu na ka nu tan. hana,<br />
wisésa, laraṅ ajñana, pun. i<br />
3. ni ti bwana laraṅ, mayana, pucak. niṅ héraṅ,<br />
ŋawastakön. saṅhyaṅ hayu,<br />
4. ŋawaṅŋun. saṅhyaṅ ajñana, pun. ti nis.kala.,<br />
pahi nis.kön. kahanan.<br />
Lp.67v [u la/67]<br />
1. di nis. niṅ bwana, lageṅ, di nis. na ḷŋiṅ, ka nu<br />
ḷwiḣ ni laraṅ ajñana, pun. pahi<br />
2. pasra ñana, nis.kala, tugal. ajñana, pun. sabḍa<br />
padésa, nu wisésa,<br />
3. agep. tugal. ñana, ti nis.kala, ka madiana, niṅ<br />
ajñana, pun /0/0/<br />
4. sahuṙ nu wisésa, lamun. agös. titi sowara kreta<br />
pasra, tuṅgal. niṅ ajñana<br />
Lp. 68r<br />
1. , hati nu katitigénan. ñana, ti nis.kala, pahi<br />
ŋawayakön. kahanan<br />
2. . di nis. niṅ bwana, lageṅ, di nis. ḷŋiṅ jati, ti<br />
luaṙ, aya ḷwiḣ laraṅ kahana<br />
3. n. ti madyi niṅ tan. hana, dina wekas. niṅ tan.<br />
katuduḣhan. dina wuit<br />
4. . mula pawekasan. niṅ ajñana, di adras. asra<br />
pawekasan. niṅ bwana, dina mu<br />
Lp. 68v [u ca/68]<br />
1. la, adras. pawekasan. niṅ tan. hana, dina<br />
luput. saṅkan. pawekasan. niṅ a<br />
- 53 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
2. ajñana, pun. saketu, kawekasan. nan. na nusyi<br />
tuhu maŋun. rahayu, nu<br />
3. laksana mawa daṙma, nu satyi di ajñana, nu<br />
mönaṅ hatos. sa rasa, hamo<br />
4. tres. na di sarira, pun. dayöḣhan. di banu hneṅ<br />
sunya keliṅ, ti manusa, agös.<br />
Lp. 69r<br />
1. kahusiṙ na jati, agös. cuduk. ka na puhun.<br />
dataṅ kana taṅkal. abu ayaḣ a<br />
2. gös. sasra kreta, palipuṙna, niṅ ajñana, ti abu<br />
ayaḣ, mönaṅ wisésa, di nis<br />
3. . kala, agös. kabéréan. jagag. puṙnama ñana,<br />
wenaṅ, satata, wisé<br />
4. sa, niṅ ajñana, agös. di baan. sa kahanan. suka<br />
kreta maṅlaba laba, ligaṙ<br />
Lp. 69v [u dar/69]<br />
1. ñana, ligaṙ yusa, ajñana, wenaṅ wisésa,<br />
sakama kama niṅ ñana, wenaṅ wisésa, dina<br />
2. bwana, nis.kala, pun. ja nu wenaṅ ñaga ñaga,<br />
saṅhyaṅ ajñana, nu ñukuṅ ŋawaŋu<br />
3. n. saṅhyaṅ hayu, kana mula, ṇiṅ tan. hana<br />
pun. sakitu, agös. na nu lupu<br />
4. t. tapa, wisésa, dö ajñana, mula niṅ daṙma,<br />
saṅkan. nis.kala, lunas. ta<br />
Lp. 70r<br />
1. n. hana, pun. //00// ini pus. taka, bijil. ti<br />
wwiit. mula, niṅ ta<br />
2. n. hana, pun. /0/ nu tan. hana, ḷwiḣ lawaṅ<br />
ajñana, pun. dayöḣhan. di<br />
- 54 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
3. banua hneṅ, sunyi akleṅ, dipigösan. ñumana,<br />
ñyiön. na pus. taka,<br />
4. pun. /0/0/0/<br />
- 55 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Bab 3<br />
Suntingan Teks<br />
Pada bagian ini disajikan suntingan teks. Dapat<br />
dikatakan bahwa suntingan teks merupakan<br />
pengulangan terbitan diplomatik dengan<br />
menghilangkan sedapat mungkin hambatan untuk<br />
pemahaman teks. Di sini terdapat campur tangan<br />
peneliti sebagai pembaca. Suntingan teks tersebut<br />
dilakukan sebagai berikut:<br />
1. Teks dikembalikan dalam bentuk prosa. Tanda<br />
baca dalam naskah diubah menjadi titik (.), koma<br />
(,) atau paragraf disesuaikan dengan kelancaran<br />
kalimat.<br />
2. Kata-kata distandarisasikan berdasarkan kesaksian<br />
kamus. Kamus yang digunakan dalam<br />
terbitan ini antara lain: Kamus Umum Basa Sunda<br />
(LBSS, 1978), Kamus Basa Sunda (Danadibrata,<br />
2006), dan Sundanese-Nederlansche Woordenboek<br />
- 56 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
(Eringa, 1984). Kata-kata yang diperkirakan<br />
berasal dari, atau sama dengan, kata Jawa Kuna<br />
distandarisasikan berdasarkan Kamus Jawa<br />
Kuna-Indonesia (Zoetmulder, 2006) dengan<br />
perubahan ejaan sesuai ejaan bahasa Sunda<br />
sebagaimana diterapkan pada terbitan teks Para<br />
Putera Rama dan Rahwana, Pendakian Sri <strong>Ajnyana</strong>,<br />
dan Perjalanan Bujangga Manik pada terbitan<br />
Noorduyn dan Teeuw (2006).<br />
3. Dalam suntingan teks digunakan tanda-tanda<br />
sebagai berikut:<br />
(…) : ditambahkan pada bacaan;<br />
[…]: dihapuskan pada bacaan.<br />
4. Angka arab dalam teks menunjukkan catatan<br />
kaki. Teks dalam catatan kaki menunjukkan<br />
suku kata atau kata yang terdapat dalam naskah.<br />
- 57 -
Panyajian Suntingan teks<br />
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Ndah warah iyatnakna. Ini na pakéeun nu<br />
liwat ti raga nu luput ti bayu sabda hidep. Liwat ti<br />
rasa sarira, leuwih ti hurip, na minget tutur sang<br />
manon, liwat ti atma wisésa, leuwih ti aci(n)tya<br />
ning nyana ajnyana, lityaning taya.<br />
Ini ti nu sakini, nu nuduhan na raga, nu<br />
ngaranan bayu sabda hi /1v/dep, nu nyeueung<br />
ngareungeu, deungeun rasa, sarira, hurip na<br />
atma, minget tutur sang manon wisésa, nu<br />
ngaranan sakini. Inya alit bayu sabda hidep [inya<br />
alit bayu sabda hidep] pun.<br />
Ini nu diboga raga, nu metukeun na bayu<br />
sabda hidep, nu tutur nyeueung ngareungeu, nu<br />
maka waya rasa di sarira, nu maka hurip atma, aci<br />
alit /2r/ wisésana, pun.<br />
Nya ini tu(ng)gal na alit na raga sarira, nu<br />
metukeun 3 na bayu, hamo kabayuan. Nya ini nu<br />
nyabda hamo kasabda, nya ini (nu) ngahidep<br />
hamo kahidep, ini nu ngadéngé hamo kadéngé,<br />
ini nu nyeueung hamo kajeueung, ini nu karasa<br />
hamo karasa, nya ini nu[y] ngahuripan hamo /2v/<br />
kahurip 4 .<br />
Tan katuduhan ku alit urang sabwana, inya<br />
lita nu maka lita, (nu) ngaranan alit urang<br />
sabwana, nu ngaranan urang sajagat tan keuna,<br />
3 mitukeun<br />
4 dep<br />
- 58 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
dingaranan inya nu wisésa, dina alit ning tan<br />
katon kareungeu, tan kausap kahidep, inya nu<br />
maka alit ning tan katuduhhan. Pun.<br />
Ini pakéeunana /3r/ dina puhun alit tu(ng)gal<br />
bayu sabda hidep. Ini na pakéeun alit ning<br />
langgeng tutur te[ng]leng ning hidep nis ku<br />
ajnyana sajnyana 5 , paké mangkatkeun<br />
ngaleupaskeun nyana alit sang manon. Ini suniya<br />
alit ning langgeng sa(ng) manon, terusna ti akasa,<br />
padang caang, liwat ti rahina sada, hibar caang<br />
saluar bwa/3v/na, luput beurang caang sadakala,<br />
paké alit ning jeueung di alit hidep 6 sang manon<br />
pakeun ngahusir na jati, nyeueu(ng) bwana<br />
niskala.<br />
Ini pakeun ngahusir a(m)bu ayah ka niskala,<br />
paké alit na nirmala, di alit leupas ning nyana,<br />
pakeun ma(ng)kat moksahkeun ajnyana, ja nu<br />
maka alit ngaleungit/4r/keun nu alit ha(n)teu nu<br />
leungiteun alit ning ajnyana, pulang deui 7 ka<br />
niskala, alit ning nyana, datang ka tan hana, kana<br />
désa, lé(ng)gang hérang linglang, hening linglang 8<br />
na bwana, cu(n)dukna nyana ka a(m)bu ayah.<br />
Pun.<br />
Ini pakeun nga(m)pihkeun bumi, nir na<br />
bumi ti pretiwi, na raga li(ng)lang muksah ti<br />
dunia, suniya lawan taya. Mo/4v/ksa hilang<br />
5 sadinyana<br />
6 hidip<br />
7 dii<br />
8 langling<br />
- 59 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
ta(n)pa sangkan, mesat muksah hilang ti akasa.<br />
Alit ning pretiwi nga(m)pihkeun pangeusi 9<br />
bumi. Alit ning bwana nga(m)pihkeun raga sarira.<br />
Alit ning akasa nga(m)pihkeun sirah tres(na) sari<br />
ning bwana. Pada muksahkeun pasa(m)bung<br />
niskala, pakeun nga(ng)geuskeun tapa. Pun.<br />
Ini pakeun bener, paké alit ning nyana, /5r/<br />
nu maka waya na rasa, angen-angen nu metukeun<br />
bayu sabda hidep deungeun 10 nu nyeueu(ng)<br />
ngareungeu, paké alit nu alit 11 dina ajnyana, nu<br />
luput balik ti pretiwi, liwat waas(pada) ti dunia,<br />
suniya lawan taya, nu liwat waaspada, ti bwana<br />
leuwih, balik alit sarira sunya paramarata,<br />
biapara 12 waaspada, nu liwa/5v/t ti akasa, nu<br />
leuwih ti pangeusi bumi, nu alit dina turu tanghi,<br />
di rahina lawan wengi, alit nyana nyu(k)mana di<br />
ajnyana, nu maka bener hidep tineung angenangen.<br />
Dalit ka alit ning nyana, nu tineung alit<br />
dalit ka niskala, pakeun hamo sasab ka a(m)bu<br />
ayah ka niskala. Pun.<br />
Ini /6r/ (a)lit na darma [alit] si(m)pen ning<br />
ajnyana, nya mula ning sabda, sangkan prajnya 13 ,<br />
alit[a alit] ning hidep lawan angen-angen. Inya nu<br />
tan katon kareungeu. Alit ning tan katon<br />
kareungeu. Inya alit nu nyeueung hamo<br />
9 pangisi<br />
10 dingeun<br />
11 alik<br />
12 biasara<br />
13 prejnya<br />
- 60 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
kajeueung ku nu nyeueung. (Inya) alit ning déngé<br />
hamo kadéngé ku nu ngadéngé.<br />
Inya alit ning bayu hamo /6v/ kabaywan ku<br />
bayu. (Inya) alit na sabda hamo kasabda ku nu<br />
nyabda. (Inya) alit na hidep hamo kahidep ku<br />
hidep. (Inya) alit na rasa hamo karasa ku nu<br />
ngarasa. (Inya) alit na tutur mo katutur ku nu<br />
tutur. (Inya) alit na minget mo kamingetan ku<br />
minget.<br />
Tu(ng)gal alit ning la(ng)geng Sang Manon,<br />
nuduh ta/7r/n katuduhhan, alit na nuduh tan<br />
katuduh, alit ning langgeng ajnyana, nu luput ti<br />
tato 14 ajnyana wisésa di alit ning tanpa<br />
katuduhan. Alit ti nu alit majar ini, tan kaduhuran<br />
ku duhur, tan kasoran dénéng sor, tan k(e)na<br />
kaloran ku lor, tan k(e)na kakidulan ku kidul, tan<br />
(ke)na 3 kakulonan /7v/ ku kulon 15 , (tan ke)na<br />
kawétanan ku wétan 16 . Tan (ke)na adoh tan (ke)na<br />
(pa)rek. Iya nu wenang ka ga(na)l wenang ka alit.<br />
Yata wenang hana wenang tan hana. Luput alit ti<br />
langgeng lengis 17 ajnyana, inya ku alit jati,<br />
pa(n)dita, niskala, ajnyana. Pun.<br />
Ini na pakéeun nu luput ti na alit bayu sabda<br />
hidep leuwih lu/8r/put alit ning atos nyana,<br />
wenang tan hana, mangkatkeun ajnyana, alit[a]<br />
sarira, ngahilangkeun raga, ngaleungitkeun<br />
14 tata<br />
15- 3 kulon kakulonan<br />
16 - 4 wétan kawétanan<br />
17 lenges<br />
- 61 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
pretiwi, ngahilangkeun dunia, sunya bwana,<br />
moksahkeun akasa, liwat ti katara manusa, malik<br />
sarupa alit sarira. Na awak terus hérang, na rupa<br />
(terus ?), na 18 maya terus déwata. H(e)neng na<br />
lenging te/8v/rusna nyana, mangkat ti bwana<br />
larang, liwat ti katara, tata, déwata, tina sorga<br />
hiyang kaleupaseun datang ka terus 19 bwana,<br />
mulia sorang, pu(n)cak ni(ng) larang. Liwat ti<br />
inya, datang ka terus na larang mayana, hérang<br />
bwana. Liwat ti inya datang ka terus na<br />
lé(ng)gang bwana, liwat ti inya dayeuhan, di 20<br />
bwana 21 h(e)neng su/9r/niya 22 keleng 23 ,<br />
dipukatkeun ku ti niskala, datang ka pu(n)cak[a]<br />
lé(ng)gang hérang na maya, h(e)neng bwana.<br />
Liwat leupas ti inya, datang ka pu(n)cak h(e)neng<br />
terus na li(ng)lang bwana, luput leupas sakéng<br />
kana, liwat ti na sorga, para tata ning déwata,<br />
[hiya] /hiya(ng) kaleupaseun, liwat taya, saké(ng)<br />
hana 24 , t[k]eka katara, tata [banua] bwana niskala.<br />
Pa /9v/ hi turun ti niskala, nyungsungan lalakon<br />
sang hyang hayu, subaga, nya(ng)ga sanghiyang<br />
ajnyana, ha(n)teu tangan la(m)pah [m]asra, ning<br />
bwana, aci ti atma wisésa, na la(ng)geng, na<br />
premana, asra ning nyana, atis ti (sa)ri, na rupa<br />
muliya jati, lidah na awak premana, mulia rupa,<br />
terus 25 alus rupa jati, mulia, sari sanghiyang hayu.<br />
18 ma<br />
19 tirus<br />
20 du<br />
21 banua<br />
22 muniya<br />
23 kiling<br />
24 kana<br />
25 tarus<br />
- 62 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Li /10r/mang maya na hérang terus 26 bwana,<br />
metu sari ruum ti sarira, tutup ruum kumaratna,<br />
ruum mahabara, saluar 27 bwana. Jati<br />
sa[nu/]rining ajnyana. Ageus ta pahayu jati<br />
sanghiyang ajnyana, ageus rasa jati palipurna,<br />
purna tis(ti) ti niskala, jati. Nyet les mangkatkeun<br />
ajnyana, rasaning 28 nyana, ti niskala. Pat leupas<br />
la(m)pah nira. /10v/ Pada wereg la(m)pahhira<br />
niskala, ngiringaken nira rasa, ageus 29 ti sari budi<br />
jati, suka la(m)pah /0/<br />
Ta budi, lumaku budi rahayu, pada<br />
sa(m)pak suka subaga, mamarsatia jati premana,<br />
pada geulis la(m)pahhira, tumut wastu lituhayu,<br />
legep hidep 30 tu(ng)gal tineung, sampak sabda<br />
suka rasa, sati(ng)kah, sakarma, sageu/11r/i,<br />
sapatingtiman 31 , sati(ng)kah, kreta 32 , mulia,<br />
wi(n)du ajnyana, sarua saréananna sasipat<br />
la(n)jaran nyana, pada ageus sumamta nyana,<br />
sarir(a) nyana, ngawi(n)du sanghyang hayu.<br />
Ageus 33 hayu palipurna, pangkat nira luput<br />
leupas sakéng bwana, niskala. Pat leupas lenyep<br />
[pa] la(m)pahhira. Teka mangi ning bwana. Tan<br />
hana huwus nika/11v/ ka sang pa(n)dita. ti puhun<br />
26 tirus<br />
27 salura<br />
28 asraning<br />
29 agis<br />
30 hidip<br />
31 sapateungtiman<br />
32 krita<br />
33 agis<br />
- 63 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
sang pa(n)dita nyieun 34 para nis ti déwa, nis ti<br />
déwata, nis ti kasorgaan, nis ti kahyangan, nis ti<br />
ajnyana, tina wisésa, sang pa(n)dita. Meunang<br />
tutur jati, la(ng)geng suniya nilantara, ning<br />
ajnyana, langgeng ning bwana. Pun.<br />
Sang pa(n)dita, nu 35 wenang liwat ti tangkal<br />
nu wenang leuwih ti jati, nu /12r/ wenang luput ti<br />
puhun wenang metukeun 36 wisésa,<br />
ngahilangkeun ajnyana, wenang ning 37 mala, sidi<br />
leupas mokta hilang ta(n)pa sa(ng)kan sang<br />
pa(n)dita, awor 38 jatina, ka niskala, alit dalit di tan<br />
hana, sang pa(n)dita, nu luput ti tan hana, wenang<br />
tan hana, ja saw[u]it di mula, ning dadi tan hana.<br />
Inya tu sinangguh caduk/12v/ siya utama,<br />
dayeuhan di pu(n)cak nagara, asra na h(e)neng,<br />
pahi ngamuliakeunna nyana, nu pakeun inya<br />
wangsana. [wangsana] Sri lé(ng)gang maya,<br />
terusna hérang, asra na bwana, palangkana, asra<br />
ni hérang, maya na h(e)neng bwana,<br />
palu(ng)guhanana tu(m)pak di madiya pu(n)cak<br />
asra terus ning hérang, lumarap na awak kadi<br />
rupa na 39 maya, ning ajnyana, misu/13r/daan<br />
pasra maya, terus na hérang bwana.<br />
Di hulu niru bwana, pu(n)cakna niru akasa,<br />
mu(n)car caang sabwana, metu na se(m)bawa jati.<br />
Mijil téja, dilah ning bwana, séda, jati na<br />
34 nyeueun<br />
35 tu<br />
36 takeun<br />
37 wing<br />
38 agor<br />
39 ma<br />
- 64 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
wangsana, hérang h(e)neng sadakala, pun ageus<br />
pahi legep sangkep miguna, na wangsana, pahi<br />
siya nu arageung, pahi siya matang désa, nu<br />
na(ng)ganan paracita, nu wi/13v/sésa, siya<br />
deung 40 parasorga, kaparekkan na déwata, tina<br />
sorga hiyang kapesatan déwata, wisésa, dina<br />
sorga kapesatan, kapesatan ti manusa, ditapa<br />
ngabiapara, nu siya mangun hayu, ngahusir sorga<br />
ning darma, sanghyang atma wisésa.<br />
Ha(n)teu mu(ng)kur ti wi(n)du rahayu,<br />
ha(n)teu liwat ti na kasor/14r/gaan déwata. Déwa<br />
manusa, kawisésa, ku déwata. Déwata jati niskala,<br />
nu siya ngawi(n)du bumi, katurahan na ajnyana,<br />
mahawisésa, dayeuhan di buana,<br />
ngageulangnga(n) cun(duk) para sorga. Ha(n)teu<br />
nu liwat ti inya, nu siya manggawé tapa.<br />
Ha(n)teu luput ti sakitu, nu siya ngawi(n)du,<br />
mangun rahayu, /14v/ samilang sanghyang atma,<br />
dipajar wenang, wisésa, ha(n)teu liwat ti tata,<br />
hiyang déwata, ti na sorga kahiyang[ng]an.<br />
Hégan saurang, liwat ti na kapesatan ti 41 na<br />
séda, para tata, ning déwata, liwat ti na kasorgaan<br />
leuwih ti na para aci, liwat ti na paracita,<br />
mu(ng)gah ti niskala, sadatang /15r/ ka nu<br />
wisésa. Nu wisésa tuluy miwarang, la(m)pah ka<br />
para geulangan pahi ka nusiya, arageung, ka<br />
nusiya, matanggeulangan pahi cu(n)duk<br />
mingpulung, dayeuhan di cita nagara, asra,<br />
40 deuna<br />
41 ki<br />
- 65 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
wisésa, dayeuhan di cita, geulang 42 nagara asra<br />
bwana, dayeuhan di pu(n)cak nagara asra na<br />
h(e)neng, dayeuhan di cita, mayana, asra ning<br />
hérang, dayeuha/15v/n di cita, nagara asra 43 na<br />
h(e)neng, pahi sa(m)pak tu(ng)gal kreta,<br />
sanghyang ajnyana, dayeuhan di pu(n)cak<br />
lé(ng)gang nagara asra wisésa, pahi sang<br />
ku(m)p(ul) nu mahayu, pahi ku(m)pul nu<br />
mi(ng)pulung, ka kadaton nu wisésa, kadaton sri<br />
ma(r)gawi(n)du bwana, na natar, carénang<br />
hérang, kadi asra omas misah kasilang asra haré<br />
/16r/ mas buruan 44 terus bwana, hibar natar<br />
saluarna, maya na h(e)neng bwana, hérang<br />
pala(ng)ka, asraning maya, palu(ng)guhhan jati 45<br />
h(e)neng, na sadaan asra maya, hérang na li(ng)ga<br />
téja bwana, dipu(n)cakkan ku 46 déwata, saratna<br />
séda premana, ali(ng)-alingan ajnyana, sakitu<br />
pang diguna panglungguhhan nu wisésa, ageus<br />
ku(m)pul nu ming /16v/pulung, [pa] pahi siya<br />
wisésa, pahi sia, matang désa, ngageulangngan<br />
para cita, sahur nu wisésa, mana i(ng) dé(k)<br />
ku(m)pul mipulung aing dék maan ahuman ka<br />
nu siya arageung 47 , nu wisésa, samodana,<br />
nya(ng)gatakeun na ajnyana, sugan maka susah, ti<br />
kahannan nu maka kami modana, ka nu siya<br />
arageung, pun ku sabḍa ing /17r/ ayeuna ini,<br />
kami mé(n)ta, palalun ingu[ng]eunna<br />
42 gléng<br />
43 asri<br />
44 bwaruan<br />
45 wati<br />
46 ka<br />
47 agageung<br />
- 66 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
kapu(ng)gungan bireungeuh na kapindingan 48 nu<br />
maka kami mé(n)ta, diiyatnakeun ku na<br />
kahiwang-hiwangngan nyana, sabda ing ayeuna<br />
ini, jaga dapet na 49 lurusan bélot benerkeun<br />
kurang te(m)beyan lamunna lain balikeun<br />
lamunna salah pagahhan kami pun nu ma/17v/ka<br />
kami, maan diheueum katitisan sowara, tirta 50<br />
ajnyana, ti madiya ning nyana, ngupadésa nyana,<br />
sabḍa wisésa, ka nu siya arageung, [pa] pahi<br />
wenang wisésa, sugana ka ngaduluran na rahayu,<br />
ka nu siya premana, larang ning nyana,<br />
ngajajakeun kana jati, titis sowara pata, ti madiya,<br />
pahi ngeusian kreta, premana, utama, mu/18r/lia<br />
wi(n)du, sanghiyang hayu, pahi mijilkeun<br />
pangasih jati, premana, windu 51 ning ajnyana pahi<br />
siya tumitis tu(ng)gal puluh, nu siya matangdésa,<br />
papahi wenang wisésa, sakitu nu maka kami<br />
modana, ka nu siya para wenang, pun. Sumahur<br />
dayeuhan di asri na cita, nagara asra wisésa,<br />
tu(ng)gal kreta sa(m)pak samadaya, ka nu<br />
/18v/siya arageung, néma ajnyana, ka nu siya<br />
wisésa, naréma sabda utama, pu[p]n. Lamun kitu<br />
sanghyang sahur, titis sowara pata, kreta<br />
sanghyang ajnyana, ti madiya, hayang kawereg 52<br />
tineung tuang hidep kadulu kasukung kawangun<br />
kretasubaga paramarata, satia, pawitra wi(n)du<br />
sanghyang ajnyana, sakitu nu ma(ka) kami hulu<br />
/19r/n 53 mu(ng)ku kami salah rasa, meunang<br />
48 kapidengngan<br />
49 da<br />
50 trita<br />
51 wiwu<br />
52 kaweureug<br />
53 hulum<br />
- 67 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
nyukayan ajnyana, titis sowara pata, ti madiya<br />
ngan tu kami hulun lamun kaaku kahaup<br />
ngawi(n)dukeun sanghyang hayu, paksa<br />
tu(ng)gal kreta, ti nu wisésa, pun. Ngajajadikeun<br />
na jati, sahur nu wisésa, mana ai(ng) maan<br />
sampak kreta, kana urang sajagat kéna<br />
sanghya(ng) sahur sa /19v/ kini, mana ai(ng)<br />
nyalar ka nu réa, pila(n)caneun ai(ng) suka,<br />
sampak tu(ng)gal[a] kreta, ka nu wisésa, sahur<br />
dayeuhan di cita, lénggang nagara asra bwana,<br />
pun[a]. Kami hulun sangkup ngawi(n)du<br />
sanghyang hayu, sampak suka kreta, samadaya,<br />
ha(n)teu nu katiténan 54 nyana suka ngadulur<br />
ajnyana, tu(ng)gal ka nu wisésa, ngawi(n)<br />
/20r/dukeun sanghyang hayu.<br />
Sahur nu wisésa: “Lamun ageus wereg legep<br />
sangkep[a] sampak tu(ng)gal samadaya, ageus<br />
sa(ng)kup ku(m)pul nu mi(ng)pulung, [pa] pahi<br />
wenang wisésa, pahi siya, matang désa, nu siya<br />
pahi arageung, ka kadaton nu wisésa, na kadaton<br />
si raga 55 h(e)neng, wi(n)du na wangun mulia sabwana,<br />
na bumi terusna h(e)neng hérang /20v/<br />
lé(ng)gang na maya, kadi asra ning akasa, na<br />
natar carénang hérang, kadi asra homas mirah<br />
lumarap, kadi asra ning harémas buruan terus<br />
bwana, hibar natar saluarna, maya na h(e)neng<br />
bwana, hérang na palaka, asra ning maya,<br />
palu(ng)guhan jati 56 h(e)neng, na sadaan asra<br />
54 katitigénan<br />
55 sriaga<br />
56 wati<br />
- 68 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
maya, hérang lilang 57 , téja bwana, 5 dipuncakan ku<br />
déwata 58 , saratna /21r/ séda 59 premana, ali(ng)-<br />
alingngan ajnyana, sakitu 7 pang diguna 60 , na<br />
panglungguhhan nu wisésa ageus ku(m)pul nu<br />
mi(ng)pulung, pahi siya wenang wisésa, sahur nu<br />
wisésa, ngan tu lamun ageus sangkup sa(m)pak<br />
paksa, tu(ng)gal, pun. Néma sabḍa nu wisésa,<br />
dayeuhhan di cita raga rasa 61 wisésa, pun.<br />
Ageus sangkup ku(m)pul nu<br />
mi(ng)pu/21v/lung, ngawi(n)dukeun sanghyang<br />
hayu, ngutamakeun sanghyang ajnyana, ngan tu<br />
sugan kalawasan geuing di luar, sugan ha(n)teu<br />
katitineungkeun 62 ku urang pun. Geura<br />
pangkatkeun inya na nyana, pun. Mu(ng)gahkeun<br />
inya wangsa na pahi teuluan nu nu(ng)guan na<br />
kahanan ti manusa, puji ma(ng)katkeun<br />
sanghyang atma na nyana aci wisésa, pangka<br />
/22r/ t ti bwana, jati suda, datang ka bwana<br />
niskala, mu(ng)gah ka bwana, jati tan hana.<br />
Sahur nu wisésa, éboh kéh bresih sarira, jati,<br />
awak sanghyang ajnyana, na atma aci wisésa,<br />
ageus aci rupa jati, ajum alus atis luis duga hérang<br />
mara maratasan rupa jati h(e)neng le(ng)gik kasép<br />
langgé hajeng 63 pa(n)tes lituhayu, /22v/ terus<br />
rupa, na maya jati premana, na busana, terus<br />
57 liha<br />
58- 5 pucakna agadéta<br />
59 sada<br />
60- 7 weduna<br />
61 raasra<br />
62 kateutineungkeun<br />
63 hajing<br />
- 69 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
hérang na 64 maya asra bwana, sabuk na buka<br />
hantara, heusian 65 asra harémas dipakanan<br />
pacar 66 cina, di sisina, pacar 67 keling, di tengah na<br />
réka, asra déwata, terus alus h(e)neng tungtung,<br />
rabuna hérang sagala, disilang ku kekembangan<br />
carénang heuleut heuleutna, siang kembang /23r/<br />
masa larang, lita na busana, sapangadeg samataré,<br />
pakeun madegkeun ajnyana.<br />
Ini na pisalibut terus[a] ibun cip(r)uk alus di<br />
tungtungna kuwung-kuwung, misisina téja<br />
h(e)ni(ng), di tengahna téja warna. Hurung,<br />
hérang, caang siang hibar reu[ji]jeung sembawa,<br />
lita pangwi(n)du sanghyang hayu, lita guna, cita<br />
maya ci(h)na, nya(m)bungngan pi<br />
/23v/busanaeun /0/<br />
Paké tu(m)pak di wangsana, ageus<br />
lu(ng)guh wastu wi(n)du sanghyang hayu, lidah<br />
pawitra premana, mulia sanghyang ajnyana, na<br />
atma aci wisésa, ditu(m)pakeun kana wangsana,<br />
pahi deung na rabi kasihhan paminihhan ti<br />
niskala, nu nugaan na kahanan masa siya ti<br />
manusa, nu ma(ng)ku sanghyang hayu,<br />
ma(ng)ka/24r/tkeun sanghyang ajnyana, reungeu<br />
dipicahakeun. Sadatang pulang ka tangkal<br />
sacu(n)duk datang ka puhun pahi ageus tu(m)pak<br />
wangsana, wangsana sri lénggang maya, trerus na<br />
hérang asra bwana, palangka asra ning hérang,<br />
64 ma<br />
65 husian<br />
66 pasra<br />
67 pasra<br />
- 70 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
maya na h(e)neng bwana, na palu(ng)guhan<br />
tu(m)pak di pu(n)cak madia, asra terus ning<br />
hérang, awak luma /24v/rap kadi na 68 maya<br />
ajnyana na sadaan, asra maya terus na hérang<br />
bwana, ti hulu ni[ng]ru bwana, pu(n)cakna niru<br />
akasa, mu(n)car caang sabwana, metu na<br />
se(m)bawa jati, mijil téja dilah nyana ning bwana,<br />
suda jati na wangsana, hérang h(e)neng nilantara,<br />
ning bwana, na wangsana. Tapihna asra ning<br />
omas silangna, pamapan asra harémas carénang<br />
/25r/ hérang tapihna hibar, reungeu deung<br />
sembawa, ti pinggi(r)na dikikitir cakramanik<br />
diselang asrana mirah, ti hareupeunna kikiceup 69<br />
premata, asra mas mirah, ti tukangeun tali laya,<br />
dikembangan asraning omas, pu(n)cakna asra<br />
mirah, rarawisna mirah manik, diselang ku<br />
kembang acung 70 , bunga tu(n)jung diruru(n)tuy,<br />
h(e)neng tungtu(ng), leutik [ka]beunang /25v/<br />
ngari(ng)git, na kembang wi(n)du larangan, na<br />
kembang carénang hérang, kadi [ma]maya omas<br />
pi(n)dah, na se(m)bawa hérang warna, bijil<br />
h(e)neng ti puhunna, lumalarap bitan kilat 71 , bijil<br />
se(m)bawa tina wi(n)du, panglungguhan metu 72 ti<br />
sanghyang hayu, bijilna tina ajnyana, pahi b(i)jil<br />
na se(m)bawa, se(m)bawa jati sarira, biya(k)ta alit<br />
ning nya /26r/na, nu maka wi(n)du sarira.<br />
Ageus genep legep sa(ng)kep na sangkuan<br />
68 na<br />
69 kikicap<br />
70 atung<br />
71 kelat<br />
72 mitu<br />
- 71 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
pitung surung, na sangkuan asra mirah sagala,<br />
[pa]pakeun ngadulur sanghyang hayu, pakeun<br />
ngawi(n)dukeun dina puhun, pahi nu siya<br />
arageung, papahi wenang wisésa 73 . Sahur nu<br />
wisésa, éboh onam urang mangkat 74 maka pahi<br />
paksa tu(ng)gal, tatabeuhan 75 pahi ageu /26v/s<br />
kasangkepan, (ra)ga sarira hérang h(e)neng, asra<br />
na o(ma)s mirah, goong ku hérang h(e)neng, asra<br />
na ta(m)baga sukla, aduan deung omas pirak,<br />
dipapon galuga haretal, asra harémas siang,<br />
tu(m)pak na carénang hérang heuleut 76 -heuleutna,<br />
tatabeuhan pakeun ngawereg, (na) sangkuan lita<br />
goong, gangsa tu(ng)gal sara(m)pa/27r/san,<br />
panya(m)bung[ng]an nu wisésa, lebuhkeuneun<br />
dina puhun, pakeun ngawereg wangsana,<br />
micahakeun di madiya, lamun nu cu(n)duk ka<br />
puhun.<br />
Sahur nu wisésa: éboh onam urang mangkat,<br />
bray carénang hérang, na panyawér ka<br />
ma(ng)gungngin(g) na wangsana, na panyawér<br />
asra mirah deung harémas, nu nyawér sarua 77<br />
keupac ha(n)teu pegatna, /27v/ sapanjang 78 jalan<br />
leu(m)pangna wangsana, na panyawér carénang<br />
hérang ni(ng)gangna, kaburaan nga(m)par<br />
hérang, carénang heuleut-heuleutna, buruan terus<br />
na h(e)neng tatapakan asra, na mirah hérang<br />
lénggang sagala, tu(ng)gul bu(ng)bang kiri kanan,<br />
73 wesésa<br />
74 mangkan<br />
75 tatabihhan<br />
76 hileut<br />
77 sanua<br />
78 sapajnang<br />
- 72 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
asra eu(n)teung mirah hinten 79 , ki(ng)kila<br />
leu(m)pang ti heula 80 , hérang na payu(ng) niru<br />
ka(n)cana, hateupna (a)sra /28r/ (a)cimaya,<br />
hérang na mirah sagala, pamapan asra harémas<br />
hérang kuning suci h(e)neng, hérang pu(n)cakna<br />
pasiaman, salinar [ma] maya asraning sutra,<br />
dipapon omas harémas hérang cénang, lumarap<br />
kadi helar teka ngora.<br />
Brenang ga(ng)sa ditabeuh pa(n)deuri,<br />
ga(ng)sa tuluy digénggangkeun, ki(ng)kila ma<br />
/28v/ ngkat ti kadaton nu wisésa, goong naréma<br />
sorana gangsa, goong dipipanepuh labung<br />
barung, jeung nabeuh babaanan babatakan, turut<br />
laun diri(n)dukeun, nu mulang 81 nu(m)pang<br />
sorangan 82 , ha(n)teu nu angling 83 anglingan,<br />
ngaran babatakanana, ageus kasih pulang geulis,<br />
haat kami saja /29r/tina, sorana gangsa ngawereg<br />
na wangsana, ngadulur sanghyang hayu, kreta<br />
subaga, nya(ng)ga sanghyang ajnyana, suka<br />
sa(m)pak saréréa, ha(n)teu nu katit[ig]énan pahi<br />
si(y)a nu arageung, [pa]pahi wenang wisésa, nu<br />
ngajayak kana mula nu wisésa, ngahaturkeun<br />
kana puhun, ageus luput ti buruan ageung, ngala<br />
/29v/lar ka dora larangan, sacunduk 84 ka wangun,<br />
ka wi(n)du puhun rahayu. Nu wisésa tuluy<br />
matur, ka hareupeun ka nu siya maka wenang,<br />
pahi siya nu arageung, [pa]pahi siya wisésa,<br />
79 heuteun<br />
80 hila<br />
81 nulang<br />
82 sorangun<br />
83 ungaling<br />
84 sanacuduk<br />
- 73 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
sampak paksa tu(ng)gal kreta ka nu wisésa,<br />
nye(m)bah bakti jati ka hareupeun nyana<br />
nyu(k)mana, mremanakeun ajnyana, kami hulun<br />
ngayo /30r/ giakeun 85 sanghyang darma premana<br />
aci wisésa, ka nu siya maka nyana, kana w[u]it<br />
mula dadi, ka na jati, kana mula ning nyana, kana<br />
tangkal ning ajnyana, cu(n)duk ka puhun<br />
sanghyang hayu, datang kana w[u]it dadi,<br />
kawekasan ning pretiwi, datang ka tang[ka]kal<br />
kawekas ning akasa, datang ka mula wekas ning<br />
bwana, datang kana tangkal ka/30v/wekasan na<br />
niskala, datang kana tangkal kawekasan ning tan<br />
hana, datang kana tangkal hana. Sadatang (kana)<br />
tan hana, cu(n)duk kana puhun luput, kana wekas<br />
ning tan katuduhan, w[u]it ning leuwih sangkan<br />
dadi, nu ngayugakeun ajnyana, nu metukeun<br />
hana. Sadatang (kana) tan hana, nu ngawayakeun<br />
tan hana, ngayuga bwana jati /31r/ niskala, tina<br />
ta(ng)kal pawekasan langgeng taya, nihantara<br />
ning bwana, tu(ng)gal pawekasan hérang<br />
li(ng)lang, di la(ng)geng ni(ng) li(ng)lang,<br />
linglang 86 di pu(n)cak wekas nihantara ning<br />
bwana, dina tan hana, ngaran[na]na nista<br />
k(e)leng.<br />
Nu wisésa pahi deung nu siya arageung,<br />
[pa]pahi wenang wisésa, pahi ageus kahareupeun<br />
ngahaturkeun kana puhu /31v/n ngajayak kana<br />
tangkal, kana w[u]it mula dadi, ageus cu(n)duk<br />
kana puhun ageus datang kana tangkal ageus<br />
kahusir na jati, datang kana mula pasraning<br />
85 ngayogeuakeun<br />
86 lingla<br />
- 74 -
ajnyana.<br />
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Nyahur nu wisésa, pun, kami hulun<br />
ngayogiakeun ajnyana ka hareupeun, sugan<br />
waya ti sakini, pitineungeun sanghyang hidep<br />
lamun héga /32r/n sakini, kami sadu dék<br />
ji(m)barran sakitu kami huluṇ metu sabda ti<br />
madia, padésa nyana. Anaking 87 nu wisésa, sui<br />
hawara ji(m)barran kéna ai(ng) dék mati(ng)tim<br />
ayeuna, aing dék na[da]nya pari(n)tah, sugan ka<br />
tuluykeun na da beunang mati(ng)tim ku na<br />
ngajajadikeun ngeusian na kahanan na pangasih ti<br />
nu siya /32v/ para wenang, pahi siya tu(ng)gal<br />
puluh titis kreta sowarajnyana ti madiya, pahi<br />
siya matang désa, maka tu(ng)gal sam(p)ak<br />
samadaya. Lamun na bécét sirih[h]an maka patitis<br />
kreta so(wa)rajnyana, kana sanga walu pitu,<br />
genep pa(n)ca, kapat tiga, karo tu(ng)gal. Pahi<br />
bijil 88 na pangasih, pakeun na ja /33r/ti,<br />
diwindukeun 89 pahi ngawayakeun na kahanan,<br />
pigeusaneun na pangasih pahi nu siya arageung,<br />
maka patitis palinggih 90 jati.<br />
Sakitu anaking, nu wisésa, maka puguh<br />
nung<br />
tung na rahayu, nyahur nu wisésa, naréma<br />
ajnya<br />
na, mahapremana, pun, kami hulun lamun<br />
kitu sanghyang sahur, mu(ng)ku waya, nu<br />
87 anakeng<br />
88 bijel<br />
89 diwiwukeun<br />
90 paligeuh<br />
- 75 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
ngeunah nyukayan ajnyana, la /33v/mun kitu<br />
sanghyang sahur, ageus nungtung na ajnyana,<br />
datang ka kami hulun hégan tu kami<br />
ngareungeukeun puguh, geusan ngawi(n)dukeun<br />
sahur sanghyang hidep. Anaking nu wisésa, hadé<br />
lamun dék ji(m)baran pada siya wenang wisésa,<br />
hégan tu ai(ng) heula nitah a(m)buwa ngabreséka<br />
inya heula.<br />
Sahur nu wisésa, éboh /34r/ kéh urang paksa<br />
tu(ng)gal ka hareupeun, urang sadu dék<br />
ji(m)baran, laku sadu umun jati, nye(m)bah bakti<br />
muncak 91 larang, kahareupeun ka nu siya maka<br />
(d)adi ka nyana. Sahur sanghyang hidep, hadé<br />
ji(m)baran pati(ng)timkeun di luar, pahi siya<br />
matang désa, maka patitis palinggih 92 jati, mulah<br />
waya nu kasalahan maka pa /34v/hi sa(m)pak<br />
suka kreta urang sajagat, kéna ai(ng) hayang<br />
reujeung, sa(k)ti ning subaga nyangga sanghyang<br />
ajnyana, kéna aing hayang kadulur kasukung<br />
kawangun. Manaing nyarék sakitu, ja hégan hiji<br />
ini, nu pangkat ti manusa, nu meunang atoshatos[a]<br />
nyana, ngawakan sanghyang darma, nu<br />
ngadongkap ka na /35r/ tangkal nu ngahusir na<br />
jati, nu cu(n)duk kana puhun datang kana tangkal<br />
w[u]it mula dadi ning ajnyana.<br />
Luput ti wi(n)du rahayu, liwat ti désa<br />
déwata, tina tata sorga kaleupasan 93 , tan liwat ti<br />
na sorga kahyang[ng]an, tina sorga ning déwata,<br />
91 macak<br />
92 paligeuh<br />
93 kapeus<br />
- 76 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
na dé(wa)ta pahi ageus kawisésa, nu maka (s)usah<br />
/35v/ sabwana, nu maka re(n)tag sajagat nu maka<br />
reduh sabumi, pahi ageus kagelar 94 , salaran tapa,<br />
pakeun ngawastu sa(ng)hyang hayu, ka madiya<br />
ka wi(n)du puhun rahayu, sahur nu wisésa, ageus<br />
sangkup paksa tu(ng)gal sampak déngdéng<br />
paraspadé, kreta urang sajagat hégan tu urang<br />
ngareungeukeun, ageu /36r/s nu ngawi(n)dukeun<br />
sanghyang hayu, hégan tu urang mangké ti luar,<br />
ngagaway na kahanan pigeusaneun na pangasih.<br />
Saageus cu(n)du(k) ka puhun, ageus datang<br />
kana ta(ng)kal, ageus kahusir na jati, na sangkan<br />
waya beuheula 95 , ti niskala, na mula sangkan ti<br />
tan hana, w[u]it jati, mula way(a) ning ajnyana, nu<br />
hur ti /36v/ madiya ning tan hana, nu padésa<br />
ajnyana, ka a(m)buing tan hana jati 96 , w[u]it ning<br />
dadi, jati ning pretiwi, mula waya ni(ng) bwana,<br />
sangkan waya ning ak(a)sa, a(m)bui(ng) tan hana<br />
jati 97 , ngabukti alit na sari ning jati hurip ning<br />
bwana, tu(ng)gal pretiwi, lawan akasa, di<br />
langgeng ni(ng) tu(ng)gal di kawekasan ni(ng)<br />
bwana. Luput pretiwi, lu/37r/put akasa, luput<br />
bwana, luput beurang luput peuting 98 , luput cai<br />
sadakala, hérang lilang, suniya nilantara 99 ,<br />
langgeng ning bwana, pawekasan ning caang<br />
sadakala, h(e)neng linglang 100 , suniya terus ning<br />
94 kagalar<br />
95 beuhila<br />
96 wati<br />
97 wati<br />
98 piteung<br />
99 nulantara<br />
100 langling<br />
- 77 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
caang, langgeng nilantara, ning bwana, luput ti<br />
langgeng, ti talahantara, suniya lantara, ti bwana,<br />
ti owah 101 ni(ng) taya, tu(ng)gal langgeng ning<br />
/37v/ taya bwana, di niskala, di tan hana, puhun<br />
sanghyang hayu, w[u]it na alit tangkal na nyana,<br />
kahanan sanghyang ajnyana, w[u]it ni dadi,<br />
patu(ng)galan ning tu(ng)gal [tugal] pretiwi<br />
lawan akasa, iya tu(ng)gal ni(ng) ajnyana, pun.<br />
Sahur nu séda, sangkan wisésa, ti madia<br />
ning tan hana, nyeueung na wangsana, datang na<br />
dulur /38r/, sa(ng)kwan tujuh surung, na<br />
sangkwan asrana mirah sagala, ti pandeuri 102 na<br />
pangwereg gangsa rari, ditabeuh deungeun 103<br />
goong, dipipanempuh labung. Nu mireungeuh<br />
metu cipta ti ajnyana, metu 104 na sabda padésa,<br />
tuluy miwarang a(m)buna, tan hana jati 105 , na<br />
w[u]it sari ning aci, w[u]it jati mula ning ajnyana,<br />
leu(m)pang onam husir ka wang /38v/sana,<br />
mulah dimaka turun ku manéh, ti manggung na<br />
wangsana, mulang dimaka naka natar, nu néma<br />
ajnyana, a(m)bu ing tan hana jati 106 , ka hareupeun<br />
sanghyang hidep sadu méré nyaho, sugan<br />
kami 107 geura-geura 108 , hangeu-hangeu<br />
sasalinger 109 gerek ku pitineungeun hamo<br />
101 oh hah<br />
102 padiri<br />
103 dingeun<br />
104 mitu<br />
105 wati<br />
106 wati<br />
107 kameu<br />
108 geura-gira<br />
109 sasaleungeur<br />
- 78 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
reungeu deungeun sanghyang hidep, hégan tu,<br />
éboh /39r/ onam aing ngadulur rahayu,<br />
leu(m)pang onam silihan na wangsana.<br />
A(m)bui(ng) miwangsana sarira, palalawas<br />
papagah deung darma, deungeun na anak<br />
ajnyana, a(m)buing turun ngahusir 110 na<br />
wa(ng)sana, pahi unyut turun nu mahayu<br />
sanghyang hayu, pahi datang ka wangsana. Sahur<br />
a(m)buing sakini, anaking abet ka dini,<br />
sanghya(ng) atma /39v/ ajnyana, aci wisésa, néma<br />
ajnyana, ti puhun sanghyang hayu, sanghyang<br />
atma aci wisésa. Teher sadu umun jati bakti<br />
nye(m)bah ka hareupeun. Hégan tu kami bocah,<br />
mé(n)ta palalun, kami takut ha(n)teu nyaho dina<br />
tutur, gurulagu. Hégan tu padan kami mo nyaho<br />
dina ti(ng)kah tatakrama 111 . /40r/ Hégan tu nu<br />
maka mitakut jarot semang teuing, sugan<br />
dipajarkeun nanggeuhan gunung tanpa teuing,<br />
ngadeuleu panonpoé tanpa sérab sugan geurageura,<br />
sasalinger 112 , lu(n)cat ciung karo langkah,<br />
tepak muka balu bahangga, sugan kasebe(l)an<br />
kasualan kapapahan kamalangan. Suga /40v/n<br />
keuna ku na cakrakala, upadrawa ning ajnyana,<br />
hégan tu sakitu nu maka mé(n)ta, palalun, hégan<br />
tu kami, lamun kajayak la(m)pah di jalan, kami<br />
sadulur, nuturkeun sanghyang hayu.<br />
<strong>Sanghyang</strong> atma ageus pa(n)tég nu<br />
sa(ng)gata, ngiyatnakeun na ajnyana. Sahur<br />
a(m)buing sakini: “Aing né(m)balan sabda utama,<br />
110 ngahuser<br />
111 tatakarma<br />
112 sasaleungeur<br />
- 79 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
a /41r/naking sanghyang ajnyana, pihaheun<br />
wirang walangati, aing titahan ti madia, silih na<br />
wangsana, na wangsana sarira. Anaking, mulah<br />
nu dé(k) sala(h) rasa, lain ai(ng) nu nga(n)tégan<br />
ngahéganan tapa, ngawurung[n]an rahayu, ja<br />
ai(ng) inyana jati. Anaking geura onam lugay sila<br />
i(n)dit birit tina wi(n)du /41v/ panglu(ng)guhan<br />
turun ti ma(ng)gung wangsa[ng]na, teher nu<br />
mé(n)ta palalun.<br />
Sahur a(m)bu ing sakini: “Éboh onam aing<br />
néma, tangan sanghyang ajnyana, mumul di nu<br />
turun ka wangun a(m)bu ing miwangsana, sari<br />
ning rasa, turun ti cipta sorangan dipangku<br />
dihali(m)pukeun na aisan asra maya, sari asri suci<br />
jati, /42r/ a(m)buing ngala(m)pahkeun suku<br />
tangan pahi sa(m)pak nya(ng)ga-nya(ng)ga,<br />
subaga sanghyang ajnyana, unyut nu turuta(n) nu<br />
ma(ng)ku sanghyang hayu, a(m)buing maan<br />
unggah 113 ka bwana, pawekasan ni(ng) s(a)rira,<br />
dina tangkal séda ning bwana, ni(ng)galkeun<br />
dasakalésa, ngalaan na dasamala, moocan na<br />
rajatamah, dina séda ta(ng) /42v/kal mala,<br />
a(m)buing ageus mulangkeun dribiya kala,<br />
pangkat ka bwana jati, ka aci ning séda ka(n)cana,<br />
hérang na tatapakan puncak 114 mirah, puncak 115<br />
omas pahi a(m)buing cu(n)duk (k)a wangun nu<br />
tuluy asup ka la[r]bur, na miru manik hérang<br />
cénang, caang siang pu(n)cak na asra harémas<br />
hibar reungeu deung sembawa, pahi /43r/<br />
113 uguh<br />
114 pacak<br />
115 pacak<br />
- 80 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
a(m)buing lu(ng)guh di labur, eureun heula,<br />
sanghyang ajnyana, nurunkeun tina lahunan,<br />
ngalu(ng)guhkeun sanghyang hayu, sa(ng) atma<br />
aci wisésa, dinya geusan diraratan ngabresih<br />
sarira jati, ngabreséka sang atma, aci wisésa, na<br />
caang cané(m)brang hérang, tina jati lénggang<br />
maya, bijil ti hulu na h(e)neng, bijil tina asra<br />
manik na /43v/ pani(m)ba salaka mirah sagala.<br />
Ini rajah na pakeun moocan na rajatamah<br />
saratna. Sara pakeun ngalebur na musuh, pakeun<br />
ngaleungitkeun 116 alit mala jati, petukeun ti sarira<br />
jati, luputkeun ti rasa, bayu sabda hidep jeueung<br />
déngé tutur sahkeun ti bwana. Ini pamusahkeun<br />
maya, ras sa(h) ta mana, ras /44r/sah ta b(w)ana,<br />
ras sah ta mala, ras sah taya, ras sah ratna, ras<br />
sa(h) ta hilang, (ras sah) ta leungit.<br />
Sahur a(m)buing, éboh onam briséka,<br />
sanghyang ajnyana sahur a(m)buing tan hana<br />
ratna, pahi [abuing] tan hana maya, anaking<br />
cupatan onam busana, ageus sang atma cupat<br />
busana, a(m)buing mangku dina 117 panglu(ng)guh<br />
/44v/[h]an mi(n)dahkeun deuuk kana patilasan 118<br />
sanghyang ajnyana, a(m)buing pahi sampak<br />
maribuk sah sarira, pahi pahayu, ngawangun<br />
sanghyang hayu, sa(m)pak ngararatan na ajnyana,<br />
ageus dé(wa)ta, pawinga pawéla nyana, hérang<br />
sarira. Ageus aci rupa jati, lé(ng)gang premana,<br />
rupa ni(ng) atma, ageus h(e)neng rupa jati. Ageus<br />
116 ngaleungeutkeun<br />
117 hina<br />
118 pateuleusan<br />
- 81 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
/45r/ awak luput rupa, dina kawekasan rupa jati,<br />
liwat ti maya na hérang h(e)neng. Ageus kapurba<br />
nyana, kreta rasa jati palipurna, ning ajnyana.<br />
Ageusna sarira wastu jati, mulia jati utama. Ageus<br />
premana jati wisésa. Ageus wastu na jati<br />
sanghyang hayu. A(m)buing tan hana jati 119 , pahi<br />
a(m)buing tan ha /45v/na ratna, a(m)buing tan<br />
hana maya, ageus ngatelesan nyana, pangkat tina<br />
moksahan rajatama, disawér ku asra omas<br />
harémas, na panyawér carénang hérang,<br />
nga(m)par dina tatapakan mirah. A(m)buing<br />
ma(ng)ku tina panuusan. Saasup a(m)bui(ng) ka<br />
labur, ngawi(n)dukeun sanghyang hayu.<br />
A(m)buing nya(n)ten nyana, sari busana 120 /46r/<br />
sanghyang ajnyana dipa(ng)mukakeun. Basana<br />
asrana terus ning rasa, hérang larang buka<br />
lénggang, ma[ma]ya nu rupa premana.<br />
Na busana pakeun mangkatkeun ajnyana,<br />
ka puhun sanghyang hayu, jati mula ning sarira,<br />
ka tangkal ning nyana, kahanan sanghyang<br />
ajnyana, dinya w[u]it mula, pawekasan ning<br />
déwata.<br />
Sahur a(m)bui(ng): “Énam /46v/ onam<br />
urang ma(ng)kat ageus atma rupa jati palipurna,<br />
ageus sari budi jati, ageus rasa budi nyana, ageus<br />
wastu budi rahayu, ageus ajnyana, wastu<br />
premana, a(m)buing mangkat ti labur maan<br />
ngahusir kahanan pawekasan ning tan hana,<br />
datang ka madiya ning pawekasan ning ajnyana,<br />
119 witi<br />
120 busawa<br />
- 82 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
dina luput pa/47r/wekasan ning luput, tina luput<br />
tan katuduhan, ti nu nuduh tan katuduh 121 , luput<br />
bayu luput hurip, luput asra luput asri, luput<br />
atma luput aci, [luput cit] luput panas luput tiis,<br />
luput hujan luput angin 122 , luput sakéng sunya<br />
taya, luput sa /47v/kéng aditiya, luput sakéng<br />
patapaan, luput ning luput, luput beurang luput<br />
peteng, luput caang sadakala, tina tangkal<br />
pawekasan nu maka caang na bwana, tina puhun<br />
mula jati ning bwana, sangkan waya pawekasan.<br />
Tina puhun luput puhun tan katuduh, ti 123 puhun<br />
(sa)ha éta nu nyieu /48r/n 124 puhun, éta nu<br />
mijilkeun ajnyana, ti tan han(a) bijil tan hana,<br />
dingaranan ku tan hana, éta nu luput dise(ng)guh<br />
nyaho ku puhun, pun.<br />
A(m)buing pahi cu(n)duk ka puhun<br />
ma(ng)ku sanghyang hayu, datang ka tangkal<br />
maan sanghyang ajnyana, ka kahanan<br />
patu(ng)galan a(m)bu ayah dina luput /48v/<br />
pawekasan tan katuduh, ti niskala dina luput 125<br />
mula jati, tina pawekasan ning tan hana, tina<br />
tangkal pawekasan ning ajnyana, liwat tina<br />
tangkal pawekasan hérang linglang, leuwih tina<br />
pawekasan h(e)neng linglang 126 liwat tina adras<br />
asra pawekasan ni bwana, na langgeng ning<br />
pawekaṣan /49r/ nilantara, tina luput pawekasan<br />
ling na leungeu, tina nista mana, pawekasan ning<br />
121 katudah<br />
122 angen<br />
123 tu<br />
124 nyeueun<br />
125 laput<br />
126 langling<br />
- 83 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
tan hana, luput ti kahanan na puhun, ja luput ti<br />
nu luput magawé luput paratra 127 , warna ni(ng)<br />
kahanan nu siya wenang, pahi wisésa, tata<br />
niskala, ti puhun nitipkeun inya di bwana, pun.<br />
Saageus da /49v/tang ka tangkal, cu(n)duk ka<br />
puhun sanghyang darma, datang ka kahanan<br />
a(m)bu ayah, nyahur a(m)buing ka hareupeun,<br />
pun kami na nyana, pari(n)tah geui urang<br />
ngajajadikeun, pun. Sahur ti puhun a(m)bu geura<br />
lungguhkeun ai(ng) ngadulur rahayu,<br />
wi(n)dukeun onam 128 sanghyang hayu,<br />
sasangku 129 palipurnakeun sarira maka sa(m)pak<br />
su /50r/ baga, nya(ng)ga sanghyang ajnyana.<br />
A(m)buing pahi ageus genep 130 legep<br />
sangkep nyukung ngawangun, ngawi(n)dukeun<br />
na palu(ng)guhan sangkwan sanghyang hayu, aci<br />
ni(ng) hurip sari na h(e)neng, hérang na aci<br />
sagala, na panyawér aci na sari, hérang na rasa<br />
sagala, acining atma tu(m)pak[a] di tengah sari na<br />
h(e)neng, hérang na lé(ng)gang sagala /50v/<br />
ageus kapahayu, luput aci rupa jati, ageus<br />
kapalipurnakeun sanghyang ajnyana, ageus jati<br />
wi(n)du sanghyang hayu, ageus disangku<br />
dihali(m)pukeun sang atma aci wisésa, disalin<br />
busana jati, terusna h(e)neng hérang na maya,<br />
hérang 131 na asra bwana, ageus disalin busa(na)<br />
sanghyang ajnyana, diwi(n)dukeun dideuukeun<br />
127 paratata<br />
128 inam<br />
129 susangku<br />
130 geunam<br />
131 hégang<br />
- 84 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
reungeu deung /51r/ [deung] na pangasih a(m)bu<br />
ayah nu dipisari pawak dwa puluh 132 nu ajnyana<br />
premana, larang sagala, na pangwastu ti puhun<br />
ngadeuukeun sanghyang hayu, nu ngaskara,<br />
teher ngadegkeun pawarang, na pangaskara,<br />
ci(h)na cita premana, leuwih na larang, na<br />
pawarang ngaranna terusna larang, premana<br />
hérang na maya tan hana. H(e)neng na aci hérang<br />
na maya, /51v/ premana cita tan hana. Hérang tan<br />
hana 133 , premana leuwih na larang. Aci na sari<br />
premana, maya na larang. Ageus a(m)bu ayah,<br />
ngawastu sanghyang hayu, na kahanan luput tina<br />
hurung-hérang tina lénggang, linglang 134 tina<br />
h(e)neng linglang 135 , luput tina pawekasan ning<br />
bwana, dina bwana nis na (te)lenging jati, di inya<br />
pigeusaneun na kahana /52r/n nu ti luar, inya<br />
luput ti sakitu na kahanan dina luput pawekasan<br />
a(m)bu ayah, pun. Ageus ti puhun nu<br />
ngawi(n)dukeun di kahanan sahur nu wisésa,<br />
hégan tu kami nanya ka nusiya arageung papahi<br />
wenang wisésa, sahur dayeuhan di cita nagara<br />
asra wisésa, naréma sabda nu wisésa, hégan tu<br />
lamu /52v/n ageus sa(ng)kup ku(m)pul<br />
mipulung, sa(m)pak tu(ng)gal samadaya, patitis<br />
walang wilis palinggih 136 jati, ageus katiti[s]san<br />
kreta sowarajnyana, urang sajagat.<br />
Sahur nu wisésa, éboh onam urang sa(m)pak<br />
132 paluh<br />
133 natna<br />
134 linggang<br />
135 langling<br />
136 palihgi<br />
- 85 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
ngawayakeun na ka(ha)nan pigeusanneun na<br />
pangasih, lain kukuriyakan lain aci /53r/ kana<br />
jatina, di nis ning bwana (te)lengi(ng) geusan tan<br />
hana, larang ajnyana, ti luar dinya geusan<br />
ngawayakeun na kahanan nu wisésa,<br />
ngawayakeun kahanan asra na h(e)neng, terusna<br />
la(ng)geng ning bwana, lain kukuriyakan lain<br />
acina, kéna jatina eusina, na pangasih sapuluh nu<br />
dipipangawak ajnyana, larang sagala, dayeuh<br />
/53v/ (ka)hananna inya cita maya ci(h)na cita<br />
h(e)neng, terus na maya kuni(ng), sari ni(ng)<br />
ci(h)na, hérang na maya premana.<br />
Sakitu nu ajnyana premana, pangwa(s)tu nu<br />
wisésa. Dayeuhan di cita nagara, asra wisésa,<br />
ngawayakeun kahanan di nis na 137 bwana<br />
la(ng)geng, di nis na (te)lenging ngawayakeun<br />
kahanan sangkan ning asra, tang/54r/kal ning<br />
waya, terus ning la(ng)geng bwana, lain<br />
kukuriyakan[n] lain acina, kéna jatina, eusina, na<br />
pangasih sapuluh pangwastu sanghyang hayu,<br />
ngaranna, citana premana maya larang. Cita na<br />
hérang premana leuwih na larang, sari ning cita,<br />
hérang na maya, leuwih na larang.<br />
Sakitu, pamastuna, dayeuhan /54v/ di cita<br />
nagara, asra wisésa, ka dayeuhan nis na<br />
(te)lenging, ka nu tan hana, larang ajnyana,<br />
dayeuhhan di cita hérang 138 nagara, asra bwana,<br />
ngawayakeun kahanan sangkan na lénggang wit<br />
na mula, asra sangkan langgeng ning bwana, lain<br />
137 ni<br />
138 hégang<br />
- 86 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
kukuriyakan lain acina, kéna jati, eusina, na<br />
pangwastu sapuluh /55r/premana, larang sagala,<br />
ngaran na cita nis na h(e)neng hérang na maya<br />
larang. Cita maya premana, sangkan na larang, aci<br />
sari maya na h(e)neng, dayeuhan di pu(n)cak<br />
nagara, asra na h(e)neng, ngawayakeun kahanan<br />
sangkan ning pu(n)cak tungtung langgeng ning<br />
bwana, sangkan asra, w[u]it na h(e)neng, lain<br />
kukuriyakan lain acina, ké /55v/na jatina, eusina,<br />
na pangwastu sapuluh, nu ajnyana, larang sagala,<br />
ngaranna cita ning larang, mayana mulia hérang,<br />
cita nis ning larang, hérang na maya larangan.<br />
Nis na larang, hérang na premana, maya ning<br />
larang.<br />
Sakitu, ti dayeuhhan di pu(n)cak nagara asra<br />
na h(e)neng, pahi waya, na pangwereg 139 sarwa<br />
waya, tatabeu/56r/han 140 suka karaméan<br />
sanghyang hayu, ngawastu nu tan hana larang<br />
ajnyana, pun.<br />
Dayeuhan di cita maya na asra ning hérang,<br />
ngawayakeun kahanan sangkan na maya, mula<br />
ning asra, terus na la(ng)geng ning hérang, lain<br />
kukuriyakan lain aci ning 141 kéna jatina, eusi<br />
sang[sa]kep wereg 142 sarwa tata /56v/beuhhan<br />
suka karaméan sanghya(ng) hayu, pangwastu<br />
sapuluh sari sanghyang hayu, pangawak larang<br />
sagala, ngaranna cita na larang maya na hérang,<br />
139 pangwereug<br />
140 tatabihhan<br />
141 nang<br />
142 wereug<br />
- 87 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
cita na hérang, maya na larang, cita ning maya<br />
premana, nu hérang ni(ng) larang, pun.<br />
Sakitu pamastuna, di nu tan hana larang<br />
ajnyana, pun. Dayeuhan di cita /57r/ nagara, asra<br />
na h(e)neng, ngawakeun kahanan di niṣ ning<br />
bwana la(ng)geng, di nis na (te)lenging, na<br />
kahanan sangkan hérang ni(ng) asra, w[u]it mula<br />
na h(e)neng deung langgeng ning terus na<br />
h(e)neng, lain kukuriyakan lain acina, kéna jatina,<br />
aci na pangwastu sapuluh pangawak premana,<br />
larang sagala, pahi wayakeuna pangwereg 143<br />
tatabeuhan suka ka /57v/raméan sanghyang hayu<br />
,pun. Eusina sari pangngasih, ngaranna sari ning<br />
cita, maya na larang, leuwih ni(ng) hérang sari 144<br />
ning hérang, leuwih ning maya na larang na<br />
h(e)neng, sari ning larang, leuwih mayana ning<br />
hérang, pun.<br />
Sakitu ngawastuna, ka nu tan hana, larang<br />
ajnyana, pun. Dayeuhan di pu(n)cak hérang 145<br />
nagara asra wisésa, ngawaya /58r/ keun kahanan<br />
na kahanan mula ni(ng) taya, sa(ng)kan na<br />
lé(ng)gang, di terus na h(e)neng, di la(ng)geng<br />
ning bwana, lain kukuriyakan lain acina, kéna<br />
jatina, pahi sangkepna pangwereg tatabeuhan<br />
suka karaméan pangwi(n)du sanghyang hayu,<br />
hayu pangwastuna, sapuluh premana, larang<br />
sagala, ngaran cita lé(ng)gang ning maya, cita sari<br />
ning /58v/ premana, hérang maya ning larang, aci<br />
143 pangwereug<br />
144 sani<br />
145 hégang<br />
- 88 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
ni(ng) rasa, premana, maya ning hérang.<br />
Sakitu ngawastuna, ka nu tan hana, wisésa,<br />
larang ajnyana, pun. Ini nu ngawastukeun mijil ti<br />
bwana tan hana, nu ngawangun sanghyang hayu,<br />
pun. Ini sangkan hana, w[u]it pawekasan ni(ng)<br />
ajnyana, biya(k)ta (u)padésa, wekas ning sabda<br />
/59r/. Ini dayeuhan 146 bwana, buana 147 sangkan<br />
niskala, ngawayakeun kahanan na kaha(nan)<br />
mula ni lé(ng)gang, terus ning hérang, di sangkan<br />
nilantara, langgeng ning bwana, di niskala, lain<br />
kukuriyakan lain acina kéna jatina, pahi legep<br />
sangkep wereg suka karamén, mi(le)buh wastu 148<br />
sanghyang hayu, pamastuna, sapuluh /59v/ mulia<br />
premana, larang sagala, ngaranna cita ni(ng)<br />
hérang maya ni(ng) larang, cita larang mulia,<br />
maya ning hérang, cita hérang mayana, mulia<br />
larang 149 .<br />
Sakitu ngawastuna, ka nu tan hana wisésa,<br />
larang ajnyana, pun. Ini nu ngawastu na ajnyana,<br />
pun. Bijil ti bwana niskala, nu ngawangun<br />
sanghyang ha/60r/yu, pun. Dayeuhan di pu(n)cak<br />
h(e)neng di terus na li(ng)lang ni(ng) bwana,<br />
ngawayakeun kahanan na kahanan di wit na<br />
h(e)neng, di terus na langgeng ni(ng) bwana, lain<br />
kukuriyakan 150 lain acina, kéna na jatina 151 ,<br />
146 diyeuhan<br />
147 banua<br />
148 wasta<br />
149 larah<br />
150 tukuriyakan<br />
151 jateuna<br />
- 89 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
eusina, sapuluh wastu premana, mulia 152 larang<br />
sagala, ngaranna aci ni(ng) maya, hérang ratna<br />
ning larang, aci ning larang, ma /60v/ya ning<br />
hérang, aci ning hérang, maya ni(ng) larang, tiga<br />
katuduh premana, mulia 153 na eusi bwana, pahi<br />
legep sangkep na pawereg 154 suka mi(le)buh<br />
(wastu sanghyang hayu), pahi waya, pamastu<br />
sanghyang hayu, pun. Sakitu ngawastuna, ka nu<br />
tan hana, wisésa, larang ajnyana.<br />
Ini nu ngawastukeun mijil ti bwana niskala,<br />
/61r/ ngawangun sanghyang ajnyana, dayeuhhan<br />
di puncak lé(ng)gang hérang na maya, h(e)neng<br />
bwana, ngawayakeun kahanan na kahanan, di<br />
w[u]it ning lénggang 155 , ni(ng) hérang di terus<br />
wekasan ning maya, di tengah la(ng)geng bwana,<br />
lain kukuriyakan lain acina, kéna jatina,<br />
ngawayakeun kahanan di nis ning bwana lang<br />
/61v/geng, di nis na (te)lengi(ng) sapuluh, wastu<br />
premana larang sagala, ngaranna aci ning<br />
lénggang, maya ning hérang, aci na lé(ng)gang<br />
maya ni(ng) larang, aci na larang na lénggang<br />
maya ning hérang, pun.<br />
Sakitu pangwastuna, legep sangkep<br />
sa(m)pak suka subaga, nya(ng)ga sanghyang<br />
ajnyana, pun. Ka nu tan hana wisé /62r/sa, larang<br />
ning nyana, pun. Pahi bijil pamastu sanghyang<br />
hayu, ngawangun na nyana, di sanghyang<br />
152 mulwi<br />
153 mulwi<br />
154 pangwereug<br />
155 langgang<br />
- 90 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
ajnyana, pun. Pahi bijil ti bwana niskala, pun.<br />
Dayeuhan di terus na lénggang bwana,<br />
ngawayakeun kahanan na kahanana di w[u]it<br />
ning hérang, sangkana lénggang bwana, di<br />
langgeng ning tu(ng)gal bwana, pun. Lai/62v/n<br />
kukuriyakan lain acina, kéna jatina, di niskala,<br />
eusina, sapuluh muliya, premana, larang sagala,<br />
ngaranna cita na maya na h(e)neng. Cita maya na<br />
hérang, cita maya na kuning. Pahi legep sa(ng)kep<br />
na pangwereg suka subaga, nya(ng)ga sanghyang<br />
ajnyana, pun. Sakitu ngawastuna ka nu tan hana,<br />
wisé/63r/sa, larang ajnyana, pun.<br />
Ini nu ngawastukeun ti terusna lé(ng)gang<br />
bwana, ngawangun sanghyang hayu, pun. Pahi<br />
mijil ti niskala, lain ti na para sorga ni(ng) déwata,<br />
nu ngawayakeun kahanan ti niskala, jatina, pun.<br />
Ja nu maka sorga déwata, pun. Dayeuhan di<br />
terusna larang, maya na hérang bwana,<br />
ngawaya/63v/keun kahanan na kahanan dina<br />
sangkan hérang mayana, di h(e)neng na<br />
la(ng)geng larang ning bwana, pun. Lain<br />
kukuriyakan 156 lain acina, kéna jatina, ti niskala,<br />
pun. Eusina, sapuluh wastu premana, muliya 157<br />
larang sagala, pun. Ngaranna hérang na maya, aci<br />
premana, acina premana, maya ni(ng) hérang,<br />
acina ma/64r/ya ning larang. Pahi legep sa(ng)kep<br />
pangwereg 158 [ka] suka kreta subaga nyana,<br />
nya(ng)ga sanghyang ajnyana, pun. Sakitu,<br />
ngawastuna, ka nu tan hana, wisésa, larang<br />
156 kukariyakan<br />
157 mulwia<br />
158 pangwereug<br />
- 91 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
ajnyana, pun.<br />
Ini[ng] nu ngawastukeun ti terus na larang,<br />
maya na hérang bwana, ngawangun sanghyang<br />
hayu, pun. Pahi miji[l]lan nyana ti niskala, pun.<br />
/64v/ Dayeuhan di terus bwana, mula ning<br />
larang, pu(n)cak ning hérang, pun. Ngawayakeun<br />
kahanan na kahanan, di w[w]it ning bwana, di<br />
terus na lé(ng)gang ning larang, di langgeng<br />
pu(n)cak ni(ng) hérang, pun. Lain kukuriyakan<br />
lain acina, kéna, jatina, di niskala. Pahi legep<br />
sangkep na pangwereg 159 suka kreta, subaga<br />
nyana, /65r/ mulia premana, nya(ng)ga<br />
sanghyang ajnyana, pun. Eusi[s]na sapuluh,<br />
wastu mulia premana, larang sagala, pun.<br />
Ngaranna aci ri maya h(e)neng, hérang na aci<br />
maya, [nik] aci na hérang, maya na muliya larang,<br />
pun. Sakitu ngawastuna, ka nu tan hana, wisésa,<br />
larang ajnyana, pun.<br />
Ini nu ngawastukeun [te]te/65v/rus bwana,<br />
mula ning larang pu(n)cak ni(ng) hérang, pun.<br />
Ngawangun sanghyang hayu, pun. Pahi patitis<br />
nyana, ti niskala, pun. Dayeuhhan di bwana<br />
larang, maya na pu(n)cak ning hérang, w[u]it<br />
tu(ng)gal pawekasan ning ajnyana, niskala, pun.<br />
Ngawayakeun kahanan na kahanan w[u]it ning<br />
sangka/66r/n larang mula na maya, di tengah<br />
langgeng ning hérang, 2 di niskala, pun 160 .<br />
Lain kukuriyakan lain acina, kéna jatina,<br />
pun. Pahi legep sa(ng)kep na pa(ng)wereg[a] suka<br />
muliya, kreta pawitra utama premana, nyana,<br />
nya(ng)ga sanghyang ajnyana, pun. Eusina,<br />
159 pangwereug<br />
160- 2 pun di niskala<br />
- 92 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
sapuluh, wastu utama, premana, larang sagala,<br />
pun. Nga /66v/ranna mutia citana, h(e)neng.<br />
Mutiya cita ning hérang. Mutiya cita ni(ng)<br />
larang, pun. Sakitu, ngawastu na ka nu tan hana,<br />
wisésa, larang ajnyana, pun.<br />
Ini ti bwana larang, mayana, pu(n)cak ning<br />
hérang, ngawastukeun 161 sanghyang hayu,<br />
ngawa[ng]ngun sanghyang ajnyana, pun. Ti<br />
niskala, pahi niskeun kahanan /67r/ di nis ning<br />
bwana, la(ng)geng, di nis na (te)lenging, ka nu<br />
leuwih ni larang ajnyana, pun. Pahi pasra nyana,<br />
niskala, tu(ng)gal ajnyana, pun. Sabda padésa, nu<br />
wisésa, legep tu(ng)gal nyana, ti niskala, ka<br />
madiana, ning ajnyana, pun.<br />
Sahur nu wisésa, lamun ageus titi(s) sowara<br />
kreta pasra, tunggal ning ajnyana /67v/, hanteu 162<br />
nu katiténan 163 nyana, ti niskala. Pahi<br />
ngawayakeun kahanan di nis ning bwana,<br />
la(ng)geng di nis (te)lenging jati, ti luar, aya<br />
leuwih larang kahanan ti madiya ning tan hana,<br />
dina wekas ning tan katuduhhan dina w[u]it mula<br />
pawekasan ning ajnyana, di adras asra pawekasan<br />
ning bwana, dina mu/68r/la, adras pawekasan<br />
ning tan hana, dina luput sangkan pawekasan<br />
ning a ajnyana, pun.<br />
161 ngawastakeun<br />
162 hati<br />
163 katitigénan<br />
- 93 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Sakitu 164 , kawekasannanna nu siya tuhu<br />
mangun rahayu, nu laksana mawa darma, nu<br />
satiya di ajnyana, nu meunang hatos sarasa, hamo<br />
tresna di sarira, pun. Dayeuhan di buana 165<br />
h(e)neng sunya keleng 166 , ti manusa.<br />
Ageus /68v/ kahusir na jati, ageus cu(n)duk<br />
ka na puhun datang kana tangkal a(m)bu ayah<br />
ageus sasra kreta, palipurna, ning ajnyana, ti<br />
a(m)bu ayah, meunang wisésa, di niskala, ageus<br />
kabéréan 4 jagatpramana 167 nyana, wenang satata,<br />
wisésa ning ajnyana.<br />
Ageus dibaan ka 168 kahanan suka kreta<br />
manglaba-laba, ligar /69r/ nyana, ligar yusa,<br />
ajnyana, wenang wisésa, sakama-kama ning<br />
nyana, wenang wisésa, dina bwana, niskala, pun.<br />
Ja nu wenang nya(ng)ga-nya(ng)ga sanghyang<br />
ajnyana, nu nyukung ngawangun sanghyang<br />
hayu, kana mulaning tan hana, pun sakitu. Ageus<br />
na nu luput tapa, wisésa deu(ng) ajnyana,<br />
mulaning darma, sangkan niskala, lunas ta /69v/n<br />
hana, pun.<br />
Ini pustaka, bijil ti wit 169 mula, ning tan<br />
hana, pun. Nu tan hana, leuwih lawang ajnyana,<br />
pun. Dayeuhan di buana 170 h(e)neng, suniya<br />
164 saketu<br />
165 banua<br />
166 keling<br />
167 - 4 jagag purnama<br />
168 sa<br />
169 wwiit<br />
170 banua<br />
- 94 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
keleng 171 , di pigeusan(eun) nyu(k)mana, nyiyeun<br />
na pustaka, pun. /70r/<br />
171 akleng<br />
- 95 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Bab 4<br />
Terjemahan Teks<br />
Pengantar<br />
Terjemahan dalam terbitan kali ini didasarkan<br />
atas suntingan teks sebagaimana terdapat dalam bab<br />
3. Sedapat mungkin terjemahan diusahakan kata<br />
demi kata. Tetapi mengingat konteks kalimat yang<br />
berbentuk prosa serta demi kelancaran bahasa<br />
Indonesia, tidak selalu mungkin menterjemahkan<br />
suatu kata Sunda Kuna secara konsisten dengan kata<br />
yang sama dalam bahasa Indonesia. Berbagai istilah<br />
keagamaan yang khas dan menyangkut konsep<br />
tertentu seperti bayu, sabda, hidep, nyana, <strong>Sanghyang</strong><br />
Hayu, ada kalanya dibiarkan dalam bentuk aslinya<br />
dan tidak diterjemahkan.<br />
- 96 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Penyajian terjemahan teks<br />
Inilah ajaran yang harus diperhatikan. Ini adalah<br />
untuk diamalkan oleh orang yang lewat dari raga,<br />
yang lepas dari bayu sabda hidep. Lewat dari rasa<br />
jasmani, lebih dari hidup, yang mengingat ajaran<br />
Sang Manon, lewat dari ruh yang agung, lebih dari<br />
yang tak tergambarkan acintya pada nyana ajnyana,<br />
ruh dalam ketiadaan. Ini dari yang sekarang, yang<br />
menunjukkan kepada raga, yang dinamakan bayu<br />
sabda hi /1v/dep, yang melihat dan mendengar,<br />
dengan rasa, jasmani, hidupnya ruh, mengingat<br />
ajaran Sang Manon yang agung, yang dinamakan<br />
sekarang, yaitu kegaiban bayu sabda hidep. Demikian.<br />
Ini yang mempunyai raga, yang mengeluarkan<br />
bayu sabda hidep, yang selalu melihat dan mendengar,<br />
yang menyebabkan adanya rasa pada jasmani, yang<br />
menyebabkan hidupnya ruh, inti kegaiban /2r/ yang<br />
agung. Demikian. Ini adalah bersatunya ruh raga<br />
jasmani, yang mengeluarkan bayu, takkan terkena<br />
bayu. Ini adalah yang mengeluarkan sabda takkan<br />
terkena sabda. Ini adalah yang mengeluarkan hidep<br />
takkan terkena hidep. Ini yang mendengar takkan<br />
terdengar. Ini yang melihat takkan terlihat. Ini yang<br />
terasa takkan terasa. Ini adalah yang menghidupkan<br />
takkan terkena hidup. Takkan tertunjukkan dengan<br />
ruh kita sedunia. Ialah yang rata dan menyebabkan<br />
rata, namanya ruh kita sedunia, yang dinamakan<br />
kita sedunia tidak kena, dinamailah Dia Yang<br />
Agung, dalam kegaiban yang tidak terlihat dan<br />
terdengar, tidak teraba dan tak terpikirkan. Dialah<br />
- 97 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
yang menyebabkan ruh yang tak tertunjukkan.<br />
Demikian.<br />
Ini untuk diamalkan /3r/ dalam pangkal ruh<br />
bersatunya bayu sabda hidep. Ini untuk diamalkan ruh<br />
dalam keabadian ajaran kedalaman hidep hilang<br />
ajnyana dengan sebutan, untuk mengangkat<br />
melepaskan nyana ruh Sang Manon. Ini kehampaan<br />
ruh dalam keabadian Sang Manon. Tembus dari<br />
angkasa, terang benderang, lewat dari panjangnya<br />
siang, bersinar terang sekekeliling dunia/3v/.<br />
Meskipun tiada siang tetap terang terus-menerus.<br />
Untuk ruh penglihatan kepada kegaiban hidep Sang<br />
Manon untuk menuju kesejatian, melihat dunia gaib.<br />
Ini untuk mengunjungi ibu dan ayah di niskala,<br />
untuk ruh pada kesucian, pada ruh lepas dalam<br />
nyana. Untuk mengangkat kelepasan ajnyana, karena<br />
yang menyebabkan ruh menghilangkan /4r/ yang<br />
halus, tidak kehilangan ruh dalam ajnyana. Kembali<br />
lagi ke niskala, ruh pada nyana, datang kepada<br />
ketiadaan, kepada asalnya, bening bersih jernih,<br />
hening jernih di dunia, sampailah nyana kepada ibu<br />
dan ayah. Demikian.<br />
Ini untuk menjaga bumi, lenyapnya bumi dari<br />
pretiwi, raga yang bersih lepas dari dunia,<br />
kehampaan dengan ketiadaan. /4v/ Lepas hilang<br />
tanpa sebab, melesat lepas hilang dari angkasa. Ruh<br />
pada pretiwi menjaga pengisi bumi. Ruh di dunia<br />
menjaga raga jasmani. Ruh di angkasa menjaga sirah<br />
tresna di dunia. Bersama-sama melepaskan sendi<br />
niskala, untuk menyelesaikan tapa. Demikian.<br />
- 98 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Ini untuk kebenaran mengamalkan ruh pada<br />
nyana. /5r/ Yang menyebabkan adanya rasa, anganangan,<br />
yang mengeluarkan bayu sabda hidep dengan<br />
yang melihat dan mendengar. Menggunakan ruh<br />
yang halus pada ajnyana, yang terlepas kembali dari<br />
pretiwi. Lewat nyata dari dunia, kehampaan dengan<br />
ketiadaan, yang lewat dari kenyataan di dunia lebih,<br />
kembali ruh jasmani hampa paramarta, selubung<br />
yang nyata, yang lewat /5v/ dari angkasa, yang lebih<br />
dari pengisi bumi, yang halus pada tidur dan<br />
bangun, pada siang dengan malam, ruh nyana, yang<br />
menjadi ruh ajnyana, yang menyebabkan benar hidep<br />
teringat selalu pada cita-cita. Berpadu kepada ruh<br />
nyana yang diingat. Ruh bersatu dengan niskala,<br />
supaya tidak tersesat kepada ibu dan ayah kepada<br />
niskala. Demikian.<br />
Ini /6r/ ruh darma yang disimpan pada ajnyana,<br />
ialah permulaan pada sabda, asal kepandaian. Ruh<br />
pada hidep dengan cita-cita. Dia yang tak terlihat tak<br />
terdengar. Ruh yang tak terlihat tak terdengar. Dia<br />
adalah ruh yang melihat tapi tak terlihat oleh yang<br />
melihat. Dia adalah ruh pada pendengaran yang tak<br />
terdengar oleh yang mendengar. Dia adalah ruh<br />
pada bayu, yang tak /6v/ terkena bayu. Dia adalah<br />
ruh pada sabda yang tak terkena sabda oleh yang<br />
bersabda. Dia adalah hidep yang tak terkena hidep<br />
oleh hidep. Dia adalah ruh pada rasa yang tak terasa<br />
oleh yang merasa. Dia adalah ajaran yang takkan<br />
terikuti oleh yang mengikuti. Dia adalah ruh yang<br />
mengingat yang tak teringat oleh yang mengingat.<br />
- 99 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Tunggallah ruh pada keabadian Sang Manon,<br />
yang menunjuk tapi tak /7r/ tertunjukkan, ruh yang<br />
menunjuk tapi tak tertunjuk, ruh pada keabadian<br />
ajnyana, yang lepas dari tato ajnyana yang agung<br />
pada ruh yang tidak tertunjukkan ruh dari yang ruh<br />
katanya ini, tidak teratasi oleh yang tinggi, tidak<br />
terbawahi oleh yang rendah, tidak terkena utara oleh<br />
utara, tidak terkena selatan oleh selatan, tidak<br />
terkena barat /7v/ oleh barat, tidak terkena timur<br />
oleh timur. Tidak terkena jauh tidak terkena dekat.<br />
Dialah yang wenang kasar dan wenang ruh. Dialah<br />
yang wenang ada dan wenang tiada. Terlepas ruh<br />
dari kebadian cahaya ajnyana, yaitu dengan ruh yang<br />
sejati, pandita, niskala, ajnyana. Demikian.<br />
Ini untuk diamalkan oleh yang terlepas dari ruh<br />
bayu sabda hidep lebih /8r/ lepas ruh pada kekerasan<br />
nyana, wenang tiada, mengangkat ajnyana, ruh pada<br />
jasmani, menghilangkan raga, menghilangkan<br />
pertiwi, menghilangkan dunia, kesunyian dunia,<br />
melepaskan angkasa, lewat dari penglihatan<br />
manusia, kembali menjadi satu rupa dengan ruh<br />
jasmani. Badan menembus beningnya rupa, bayangbayang<br />
menembus dewata.<br />
Heningnya pakaian /8v/ menembus nyana,<br />
berangkat dari bwana larang, lewat dari penglihatan,<br />
tata, dewata, dari sorga hiyang kelepasan datang<br />
menembus buana, mulia tercapai sebagai puncak<br />
kesucian. Lewat dari situ, datang menembus ke<br />
larang mayana, kebeningan buana. Lewat dari situ,<br />
datanglah ke lenggang bwana. Lewat dari situ tempat<br />
tinggal di buana tetap yang sunyi /9r/ terpisah,<br />
- 100 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
dilepaskan dari niskala. Datang ke puncak lenggang<br />
herang, yaitu bayangan heneng buana. Lewat lepas<br />
dari situ datanglah ke puncak heneng terus linglang<br />
buana. Hilang lepas dari situ, lewat dari sorga, para<br />
tata dewata, hiyang kelepasan, lewat tiada, dari situ,<br />
samapai terlihat, tata buana niskala. /9v/<br />
Semua turun dari niskala, menyambut tingkah<br />
Sanghiyang hayu, bahagia, menopang sanghyang<br />
ajnyana, tidak menerima laku permata di buana, sari<br />
dari jiwa yang agung, yang langgeng, yang kuat,<br />
permata pada nyana, dingin dari sari, yang rupanya<br />
sungguh mulia, lidah pada badan yang kuat, mulia<br />
rupanya, terus bagus sungguh rupanya, sari ajnyana.<br />
/10r/ Lima bayangan yang bening menembus buana,<br />
keluar sari wewangian dari jasmani, diliputi dengan<br />
wewangian kumaratna, wewangian luar biasa<br />
semerbak, seluruh buana, sungguh sarinya ajnyana.<br />
Setelah selamat kebenaran sanghyang ajnyana, setelah<br />
rasa sungguh sempurna, sempurna abadi dari<br />
niskala, sungguh. Hilanglah mengangkat ajnyana,<br />
rasa pada nyana, dari niskala.<br />
Lepaslah perjalanannya./10v/ Sama cepat<br />
perjalanannya niskala, mengiringkan rasa, selesai<br />
dari sari pekerti yang benar, suka dalam<br />
perjalanannya.<br />
Pekerti tersebut, melakukan pekerti yang<br />
selamat, sama-sama suka bahagia, sangat mendalam<br />
perasaan hatinya yang sungguh kuat, sama-sama<br />
indah kelakuannya, mengikuti wujud yang indah,<br />
menguasai hidep dengan satu pikiran, memusatkan<br />
sabda dengan suka cita, satu tingkah, satu karma,<br />
- 101 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
satu perasaan, /11r/ sepertimbangan, satu tingkah,<br />
baik, mulia, pusat ajnyana, sama semuanya sejajar<br />
tiang nyana, sama-sama selesai pada kedamaian<br />
nyana, jasmani nyana, memusatkan ajnyana.<br />
Setelah selamat sempurna, kepergiannya hilang<br />
lepas dari buana, niskala. Lepaslah ia dengan pelan<br />
jalannya, datang mewangi di buana. Tidak ada<br />
perkataannya /11v/ kepada sang pandita. Dari<br />
awal sang pandina membuat semua yang hilang dari<br />
dewa, hilang dari dewata, hilang dari kesorgaan,<br />
hilang dari kahyangan, hilang dari ajnyana, dari<br />
keagungan sang pandita. Mendapat ajaran yang<br />
sejati, abadi sunyi terus-menerus pada ajnyana, abadi<br />
di buana. Demikian.<br />
Sang pandita yang wenang lewat dari pokok,<br />
yang wenang lebih dari jati, yang /12r/ wenang lepas<br />
dari pokok, wenang mengeluarkan keagungan,<br />
menghilangkan ajnyana, wenang pada kotor.<br />
Sempurna lepas bebas hilang tanpa sebab. Sang<br />
pandita bersatu jati-nya kepada niskala, ruh bersatu<br />
dalam ketiadaan. Sang pandita yang hilang pada<br />
ketiadaan, wenang tiada, karena satu pokok dari<br />
asal, pada kejadian ketiadaan. Yaitu yang dikira isi<br />
/12v/ dia yang utama, tinggal di puncak negara,<br />
permatanya sabar, semua memuliakan nyana, yang<br />
untuk keturunanannya, sri lénggang maya tembus<br />
bening, permata di buana, tempat duduknya<br />
permata bening, bayangannya dian di buana, tempat<br />
duduknya bertingkat di tengah puncak, permata<br />
tembus bening, dipakai pada badan seperti rupanya<br />
- 102 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
bayangan pada ajnyana. Mengurangi /13r/ permata<br />
bayangan tembus bening di buana.<br />
Di hulu meniru buana, di puncaknya meniru<br />
angkasa, bersinar terang sebuana, keluarlah<br />
kesaktian yang sejati. Keluar cahaya, sinar di buana,<br />
sempurna, sejatinya keturunannya. Bening diam<br />
terus-menerus. Demikian.<br />
Selesai semua terkuasai lengkap kepandaiannya,<br />
pada keturunannya, semua, dia para pembesar,<br />
semua, dia matang desa, nu nangganan, paracita, yang<br />
/13v/ agung, dia dan parasorga, kedekatan pada<br />
dewata, dari sorga hiyang, kelepasan dewata agung,<br />
pada sorga kelepasan, kelepasan dari manusia,<br />
bertapa dalam usaha, yang mulia membangun<br />
kebaikan, menuju sorga dalam darma, <strong>Sanghyang</strong><br />
Atma Wisesa.<br />
Tidak pergi dari gerbang keselamatan, tidak<br />
lewat dari kesorgaan /14r/ dewata. Dewa manusia<br />
terkuasai oleh dewata. Dewata jatiniskala yang mulia<br />
memusatkan bumi, kelebihan pada ajnyana,<br />
mahaagung, tempat di buana, menerangi<br />
kedatangan para sorga. Bukan yang lewat dari situ,<br />
yang mulia melakukan tapa. Tidak lepas dari itu,<br />
yang mulia memusatkan menciptakan keselamatan,<br />
/14v/ memperhitungkan sanghyang atma, dikatakan<br />
wenang, agung, tidak lewat dari tata hiyang dewata,<br />
dari sorga kahiyangan.<br />
Hanya seorang, lewat dari kelepasan yang sakti,<br />
para tata dewata lewat dari kesorgaan, lebih dari<br />
- 103 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
para aci, lewat dari para cita, naik dari niskala,<br />
sesampainya kepada /15r/ yang agung. Yang agung<br />
kemudian memerintah melakukan kepada para<br />
geulangan, semua yang mulia, pembesar, kepada<br />
yang mulia, bersambungan semua datang<br />
berkumpul, bertempat di cita nagara. Permata<br />
agung, bertempat di cita gelang negara, permata<br />
buana, bertempat di puncak negara, permatanya<br />
diam, bertempat di cita bayangannya, permata yang<br />
bening, bertempat /15v/n di cita negara, permatanya<br />
diam. Semua berada bersatu dalam kebenaran<br />
sanghyang ajnyana, bertempat di puncak lenggang<br />
nagara permata yang agung, semua berkumpul<br />
melindungi, semua berkumpul yang<br />
mengumpulkan, ke kedatuan yang agung, kedatuan<br />
Sri Margawindu buana, yang terhampar bening<br />
berkilauan, seperti permata emas terpisah<br />
bersilangan permata /16r/ emas, semburat tembus<br />
buana, bercahaya terhampar sekelilingnya.<br />
Bayangan pada diamnya buana, bening tahtanya,<br />
permatanya bayangan, kedudukan jati heneng, pada<br />
keajegan permata bayangan, bening pada lingga<br />
cahaya buana, dipuncaki oleh dewata, seluruhnya<br />
sempurna berdaulat, bersembunyi pada ajnyana.<br />
Demikian yang dijadikan kedudukan yang<br />
berkuasa, setelah berkumpul yang mengumpulkan,<br />
/16v/ semua dia berkuasa, semua dia matang desa,<br />
melingkari para cita. Kata yang berkuasa, “Adapun<br />
aku akan menyuruh mengumpulkan, aku akan<br />
membawa pertemuan kepada yang mulia para<br />
pembesar, yang berkuasa, ramah, bersama-sama<br />
dengan ajnyana. Barangkali menjadi susah dari<br />
- 104 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
keadaan, yang menyebabkan kami gembira, kepada<br />
yang mulia pembesar. Demikian. Dengan sabdaku<br />
/17r/ ini, kami meminta maaf, kebodohan yang<br />
dipelihara, melihat yang terhalangi, yang<br />
menjadikan kami meminta diwaspadai dengan<br />
kehawatiran nyana. Sabdaku sekarang ini, jagalah<br />
dengan sungguh-sungguh kelurusan. Kalau bengkok<br />
betulkan, kalau kurang tambahi, kalau bukan<br />
balikkan, kalau salah nasihati kami. Demikian.<br />
Yang menyebabkan /17v/ kami membawa<br />
dihadap titisan suara, tirta ajnyana, pertengahan<br />
nyana, ajaran nyana, sabda yang agung, kepada yang<br />
mulia pembesar, semua wenang berkuasa.<br />
Barangkali yang menyertai keselamatan, kepada<br />
yang mulia berdaulat, kesucian nyana, menjelajah<br />
kepada jati, menitis suara turun dari tengah, semua<br />
mengisi kebaikan, daulat, utama, mulia / 18r/ windu,<br />
sanghiyang hayu, semua mengeluarkan pengasih jati,<br />
daulat, pusatnya ajnyana, semua menitis tunggal<br />
puluh, yang mulia matangdesa, semua wenang<br />
berkuasa. Itulah yang menyebabkan kami gembira,<br />
kepada yang mulia para penguasa. Demikian.<br />
Menceritakan tempat keasrian cita, negeri permata<br />
yang agung, tunggal baik, bersedia semua kepada<br />
yang /18v/ mulia pembesar, menerima ajnyana,<br />
kepada yang mulia berkuasa, menerima sabda<br />
utama. Demikian.<br />
Kalau begitu sanghyang sahur, menitis suara ke<br />
bawah, kebenaran sanghyang ajnyana, dari tengah,<br />
ingin mengendalikan pikiran hidep kamu, terlihat,<br />
terdukung, terbangun, baik, bahagia, benar, setia,<br />
- 105 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
suci, pusat sanghyang ajnyana. Itulah yang<br />
menyebabkan kami /19r/ berhamba tidak akan<br />
salah rasa, dapat membayar ajnyana, menitis suara ke<br />
bawah dari tengah. Hanya itulah yang kami jadikan<br />
pengabdian kalau diakui, diperhatikan, memusatkan<br />
ajnyana, pengertian tunggal yang baik, dari yang<br />
berkuasa. Demikian.<br />
Menjadikannya jati, kata yang berkuasa, “Yang<br />
menyebabkan aku menyediakan kebaikan, kepada<br />
manusia sejagat, karena sanghyang sahur sekarang<br />
/19v/. Yang menyebabkan aku menyebarkan pada<br />
orang banyak, untuk lawan aku bersenang-senang,<br />
bersedia tunggal baik kepada yang berkuasa, kata<br />
penduduk dalam cita, lenggang negeri permata<br />
buana. Demikian. Kami hamba yang sanggup<br />
memusatkan ajnyana, bersedia, suka, baik, semuanya<br />
bukan yang terawasi nyana, suka menyertai ajnyana,<br />
tunggal yang terkuasai, memusatkan /20r/ ajnyana.<br />
Ujar yang kuasa,”Kalau sudah terkendali<br />
terkuasai lengkap tersedia bersatu semuanya, telah<br />
sanggup berkumpul yang mengumpulkan, semua<br />
wenang berkuasa, kamu semua matang desa, yang<br />
mulia semua pembesar, kepada kedatuan yang<br />
kuasa, yaitu kedatuan si raga heneng, pusatnya<br />
membangun kemuliaan sebuana. Bumi pun tembus<br />
pada diam yang bening, /20v/ lenggang<br />
bayangannya, seperti permata di angkasa, yang<br />
terhampar bening berkilauan, seperti permata, emas,<br />
mirah, yang dipakai, seperti permata pada emas,<br />
halaman tembus ke buana, bercahaya terhampar<br />
sekelilingnya, bayangannya pada kediaman buana,<br />
- 106 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
beningnya tahta, permatanya bayangan, kedudukan<br />
jati heneng, yaitu keajegan permata bayangan, bening<br />
cerah cahaya buana, dipuncaki oleh dewata,<br />
seluruhnya /21r/ sempurna berdaulat, bersembunyi<br />
pada ajnyana. Demikian yang dijadikan kedudukan<br />
yang berkuasa, setelah berkumpul yang<br />
mengumpulkan, semua dia berkuasa. Kata yang<br />
berkuasa,”hanya itu kalau sudah sanggup bersedia,<br />
pengertian yang satu, demikian. Menerima sabda<br />
yang kuasa, bertempat pada cita raga rasa yang<br />
agung. Demikian.<br />
Setelah sanggup berkumpul yang<br />
mengumpulkan, /21v/ memusatkan ajnyana,<br />
mengutamakan sanghyang ajnyana. Hanya itu<br />
barangkali terlalu lama bertingkah di luar. Brangkali<br />
tidak teringatkan oleh kita, demikian. Segera<br />
berangkatkan dia pada nyana, demikian. Naikkan dia<br />
keturunannya semua tiga orang yang menunggu<br />
pada keaadan manusia, pujian mengangkat<br />
sanghyang atma, yaitu aci wisesa, berangkat /22r/<br />
dari buana, jati suda, datang ke buana niskala, naik ke<br />
buana jati tan hana.<br />
Ujar yang berkuasa,”Ayolah bersihkan badan<br />
sejati, badan yang berkuasa. Ayolah bersihkan<br />
badan sejati, badan sanghyang ajnyana. Pada jiwa aci<br />
wisesa, setelah aci rupa jati, sabar, bagus, sejuk, rapih,<br />
jujur, bening, lemah lembut, menyelesaikan rupa jati<br />
heneng, ramping, tampan, semampai, cantik, pantas,<br />
indah, /22v/ tembus rupanya pada bayangan sejati<br />
berwibawa, pada busana tembus bening pada<br />
bayangan permata buana, sabuknya bukahantara,<br />
- 107 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
berisi permata, emas, diikat dengan pacarcina,<br />
dipinggiran pacarkeling, di tengah direka-reka<br />
dengan permata dewata, tembus bagusnya sampai<br />
ke ujung kediaman. Benangnya semua bening<br />
diselingi dengan bunga-bungaan, berkilauan<br />
antaranya, bermekaran bunga /23r/ masalarang,<br />
rapih pakaiannya, pakaian selengkapnya, untuk<br />
menegakkan ajnyana.<br />
Ini yang memakai selendang embun basah bagus<br />
di ujungnya kuwung-kuwung, di pinggirnya<br />
tejahening, di tengahnya tejawarna. Gemerlapan,<br />
bening, terang benderang bersinar dengan<br />
keagungannya. Rapih pemusatan sangyang hayu,<br />
rapih dalam kepandaian, cita bayangan tanda,<br />
menyumbang /23v/ bahan busana.<br />
Untuk dipakai duduk di singgasana, setelah<br />
duduk benar memusatkan ajnyana, lidah suci yang<br />
berwibawa, mulia sanghyang ajnyana, pada jiwa yang<br />
agung, dinaikkan pada singgasana, semua dengan<br />
istri yang diberikan sebagai bibit dari niskala, yang<br />
sungguh-sungguh pada tempat waktu dia menjadi<br />
manusia, yang memegang ajnyana, mengangkat<br />
/24r/ sanghyang ajnyana, pendengaran dijadikan<br />
keinginan. Sesampainya ke batang asal setibanya ke<br />
pohon asal, semua sudah duduk pada singgasana,<br />
singgasana sri lenggang maya, tembus bagai<br />
beningnya permata buana, tempat duduk permata<br />
yang bening, bayangannya diam di buana, tempat<br />
kedudukan dinaikkan ke puncak tengah, permata<br />
tembus beningnya, badan /24v/ berkilauan seperti<br />
bayangan ajnyana yang terus menerus, permatanya<br />
- 108 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
tembus bening ke buana, pangkalnya meniru buana,<br />
puncaknya meniru angkasa, memancar terang<br />
sebuana, keluar kesaktian sejati, keluar cahaya<br />
terang nyana di buana, suci sejatinya singgasana,<br />
bening diam selamanya, pada buana pada<br />
singgasana.<br />
Kainnya permata diselingi emas, berlatar<br />
permata emas berkilauan/25r/ bening, kainnya<br />
bercahaya, pendengaran dan kesaktian, di<br />
pinggirnya bertatahkan cakramanik, diselingi permata<br />
mirah, di depannya permata berkedip-kedip,<br />
permata emas mirah, di belakangya talilaya, diberi<br />
bunga dari permata emas, berpuncak permata mirah,<br />
rumbai-rumbainya mirah manikam, diselingi bunga<br />
acung, bunga tunjung dirangakaikan, diam di<br />
ujungnya, kecil hasil /25v/ merangkaikan, ialah<br />
bunga windu larangan, yaitu bunga yang bening<br />
berkilauan, seperti bayangan emas pindah,<br />
berwibawa bening warnanya, keluar diam dari<br />
pangkalnya, berkilauan bagai kilat, keluar kesaktian<br />
dari pusat kedudukan, keluar dari ajnyana,<br />
keluarnya dari ajnyana, semua keluar kesaktian,<br />
kesaktian sejati pada jasmani, kenyataan ruh pada<br />
nyana, /26r/ yang menjadikan pusat jasmani.<br />
Setelah genap dan lengkap, pada wadah tujuh<br />
panggung, pada wadah permata mirah segala,<br />
untuk menyertai ajnyana, untuk memusatkan pada<br />
pangkal, semua yang mulia pembesar, semua yang<br />
wenang berkuasa. Ujar yang berkuasa,”Marilah kita<br />
berangkat, semua menjadi tujuan yang tunggal,<br />
bunyi-bunyian semua sudah /26v/ lengkap, badan<br />
- 109 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
jasmani sudah bening, permata dan emas mirah,<br />
gongnya sudah mengkilat, permata tembaga<br />
mengkilat, dipadu dengan emas dan perak, diwarnai<br />
dengan galuga dan haretal, permata benang emas<br />
bersinar, bersusun bening berkilauan berselangseling,<br />
tetabuhan untuk penyemangat, gong pada<br />
wadahnya yang rata, gamelan tunggal satu pasang<br />
/27r/, pemberian yang kuasa, untuk dimasukkan<br />
kedalam pangkal, untuk peneguh singgasana,<br />
menjadikan keinginan di dunia, kalau sudah sampai<br />
ke pangkal.<br />
Ujar yang berkuasa,”marilah kita berangkat!<br />
Bersinar bening berkilauan. Ditaburkan ke atas<br />
singgasana, taburannya permata mirah dan emas,<br />
yang menaburkan sama-sama berlenggang tiada<br />
putusnya, /27v/ berjalanlah singgasananya<br />
sepanjang jalan, taburannya jatuh bening berkilauan,<br />
tersembur menghampar bening, berkialuan<br />
berselang-seling, halaman tembus pada kediaman,<br />
tiang batu permata mirah, bening berlenggang<br />
semua, tunggul bersih kiri kanan, permata cermin<br />
mirah intan, pertanda berjalan di depan, bening<br />
payungnya seperti kencana, tutupnya permata /28r/<br />
acimaya, bening mirah semuanya, berlatar permata<br />
emas, bening kuning suci diam, bening puncaknya<br />
pasiaman, bersinar bayangan permata sutra, diikat<br />
dengan benang emas bening berkilauan, berkilauan<br />
seperti sayap muda.<br />
Gamelan ramai ditabuh di belakang, gamelan<br />
terus ditabuh, pertanda berangkat /28v/ dari<br />
kedatuan yang agung, gong bersahutan dengan<br />
- 110 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
suara gamelan, gong ditabuh bersamaan dengan<br />
menabuh baananan dan babatakan, ditabuh sambil<br />
berjalan pelan-pelan, yang pulang menumpang<br />
sendiri, tanpa ada yang berbicara, nama babatakannya,<br />
sudah diberi di-pulang geulis, baik hati kami<br />
sejatinya, /29r/ suara gamelan mempercepat<br />
singgasana, menyertai ajnyana, sejahtera bahagia,<br />
menyangga sangyang ajnyana, suka tersedia<br />
semuanya, tanpa ada yang mengawasi, semua yang<br />
mulia pembesar, semua wenang berkuasa, yang<br />
membimbing kepada asal yang kuasa,<br />
menyampaikan kepada pangkalnya, sudah lepas di<br />
buruan ageung, melewati /29v/ pintu larangan,<br />
setibanya ke tempat, ke pusat asal keselamatan yang<br />
agung, kemudian berkata kepada yang mulia<br />
wenang, semua yang mulia pembesar, semua yang<br />
mulia kuasa, bersedia bertuhan satu sungguhsungguh<br />
kepada yang kuasa, menyembah dan<br />
berbakti sepenuh hati ke hadapan nyana<br />
nyu(k)mana, menguasai ajnyana, kami hamba<br />
mengindahkan /30r/ sanghyang darma, aturan yang<br />
mahakuasa, kepada yang mulia pencipta nyana,<br />
kepada asal mula jadi, kepada yang mahaasal,<br />
kepada yang menjadi awal adanya nyana, kepada<br />
pokok adanya ajnyana. Sampai kepada asal ajnyana,<br />
datang kepada mula jadi, berakhir pada pretiwi,<br />
datang ke asal, berakhir di angkasa, datang kepada<br />
permulaan, berakhir di buana, datang kepada asal,<br />
/30v/ berakhir di niskala,datang kepada awal,<br />
berakhir pada ketiadaan, datang kepada asal<br />
ketiadaan. Setibanya kepada ketiadaan, datang<br />
kepada asal kelepasa, berakhir pada<br />
ketidaktertunjukkan, yang menjadi asal pada asal<br />
- 111 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
kejadian yang lebih, yang menciptakan ajnyana, yang<br />
mengeluarkan hana, setibanya kepada ketiadaan,<br />
yang mengadakan ketiadaan, menciptakan buana jati<br />
/31r/ niskala. Dari pangkal penghabisan langgeng<br />
gaib, terus menerus di buana, tunggal penghabisan<br />
bening bersih, pada kelanggengan yang bersih,<br />
bersih di puncak tertinggi, terus-menerus di buana,<br />
pada ketiadaan, namanya nista keleng.<br />
Yang mahakuasa dan semua yang mulia<br />
pembesar, semua wenang berkuasa, semua sudah<br />
ada di hadapan, menghaturkan kepada asal /31v/<br />
menuntun kepada asal, kepada asal mula jadi, sudah<br />
sampai kepada pangkal, sudah datang kepada asal,<br />
sudah sampai kepada jati, datang kepada asal<br />
permata ajnyana.<br />
Berkata yang kuasa, “Maaf, hambaku<br />
mengindahkan ajnyana ke hadapan, barangkali<br />
berada dari sekarang, untuk diingatkan sanghyang<br />
hidep, kalau hanya /32r/ini. Ijinkanlah kami akan<br />
membubarkan itu, hambaku keluar sabda dari dunia,<br />
petunjuk nyana. Anakku, yang kuasa, jangan cepatcepat<br />
dibubarkan karena aku akan berbicara<br />
sekarang, aku akan menanyakan perintah,<br />
barangkali dilanjutkan karena hasil menimbang oleh<br />
yang menjadikan, mengisi pada tempat pada<br />
anugrah dari yang mulia /32v/ para wenang, semua<br />
yang mulia tunggal puluh, pasti benar suara ajnyana<br />
dari dunia, semua yang mulia matangdesa, menjadi<br />
tunggal sedia semua. Kalau gaduh tenangkan<br />
supaya jelas benar suara ajnyana, kepada sembilan<br />
delapan tujuh, enam lima, empat tiga, dua satu.<br />
- 112 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Semua mengeluarkan anugerah untuk jati /33r/<br />
dipusatkan semua mengadakan pada tempatnya,<br />
untuk tempat anugerah semua yang mulia<br />
pembesar, supaya jelas kedudukannya yang sejati.<br />
Demikianlah anakku yang kuasa, supaya jelas<br />
akhirnya dalam keselamatan.” Berkata yang<br />
kuasa,”aku terima ajnyana, mahapremana, demikian<br />
hambaku. Kalau begitu sanghyang sahur, tidak ada<br />
yang enak membayar anjyana, /33v/ kalau begitu<br />
sanghyang sahur, sudah berakhir pada ajnyana,<br />
datang kepada hambaku hanya itu kami<br />
mendengarkan dengan jelas, tempat memusatkan<br />
pesan sanghyang hidep. Anakku yang kuasa, baiklah<br />
kalau akan dibubarkan, pada yang mulia wenang<br />
kuasa, hanya itu, aku akan menyuruh ibu<br />
membersihkannya dulu.<br />
Kata yang kuasa,”marilah /34r/ kita satukan<br />
tujuan ke hadapan, ijinkan kami untuk bubar, laku<br />
yang baik menyembah yang sejati, menyembah<br />
berbakti kepada puncak yang suci, ke hadapan yang<br />
mulia penyebab kejadian nyana.” Kata sanghyang<br />
hidep, “baiklah dibubarkan, kita bicarakan di luar,<br />
semua yang mulia matangdesa, supaya jelas<br />
kedudukannya yang sejati, jangan ada yang salah,<br />
supaya semua /34v/ bersedia suka menyenangkan<br />
orang sejagat, karena aku ingin bersama-sama,<br />
bersatu pada kebahagiaan menerima sanghyang<br />
ajnyana, karena aku ingin disertai didukung<br />
dibangun. Adapun sebabnya aku berkata demikian,<br />
karena hanya ada satu ini yang pergi dari manusia,<br />
yang mendapat kewaspadaan nyana, mengamalkan<br />
- 113 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
sanghyang darma, yang datang kepada /35r/<br />
pangkal yang menuju kepada kesejatian, yang<br />
datang kepada asal, datang kepada pangkal asal<br />
mula jadinya ajnyana.<br />
Lepas dari pusat keselamatan, lewat dari desa<br />
para dewata, dari tata sorga kelepasan, tidak lewat<br />
dari sorga kahyangan, dari sorga para dewata,<br />
karena para dewata semua sudah dikuasai, yang<br />
menyebabkan kesusahan /35v/ sebuana, yang<br />
menyebabkan goncang sejagat, yang menyebabkan<br />
gaduh di bumi, semua sudah tergelar, sebentar tapa,<br />
untuk menetapkan ajnyana, ke dunia kepada pusat<br />
pangkal keselamatan.” Kata yang kuasa,”sudah<br />
sanggup satu tujuan, bersedia rata semuanya, baik<br />
orang sejagat, hanya itu, kita mendengarkan, selesai<br />
/36r/ yang memusatkan ajnyana, hanya itu, kita<br />
nanti diluar mengerjakan pada tempat untuk<br />
anugerah.<br />
Setelah sampai ke asal, setelah datang ke<br />
pangkal, sudah tiba pada jati, ke asal ada dahulu dari<br />
niskala, yaitu awal mula dari ketiadaan, asal<br />
kesejatian, awal keberadaan ajnyana, yang terpilih<br />
dari /36v/ dunia ketiadaan, pada ajaran ajnyana,<br />
kepada ibuku Tan Hana Jati, asal kejadian yang sejati<br />
di pretiwi, permulaan adanya di buana, asal berada<br />
di angkasa, ibuku Tan Hana Jati, mewujudkan ruh<br />
pada inti kesejatian hidup di buana, tunggal pertiwi<br />
dengan angkasa, pada keabadian yang tunggal pada<br />
penghabisan buana. Lepas pertiwi /37r/ lepas<br />
angkasa, lepas buana, lepas siang lepas malam, lepas<br />
air abadi, bening bersih, sunyi selamanya, langgeng<br />
- 114 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
di buana, pada akhir yang terang abadi, diam bersih,<br />
sunyi tembus pada terang, langgeng selamanya di<br />
buana, lepas dari langgeng, dari kelanggengan,<br />
sunyi selamanya, dari buana, dari perubahan di<br />
ketiadaan, tunggal langgeng pada /37v/ ketiadaan<br />
buana, di niskala, pada ketiadaan, asal ajnyana, asal<br />
ruh pangkal nyana, tempat sanghyang ajnyana, asal<br />
kejadian, bersatunya pada tunggal pretiwi dengan<br />
angkasa, yaitu tunggalnya ajnyana, demikian.<br />
Ujar yang sempurna, “asal kekuasaan dari dunia<br />
pada ketiadaan, melihat pada amal perbuatan,<br />
datang bersama /38r/ wadah tujuh panggung, pada<br />
wadah permata mirah semua, dari belakang<br />
pengiring gangsa rari, ditabuh dengan gong, dipukul<br />
dengan keras. Yang melihat keluar cipta dari ajnyana,<br />
keluarlah sabda ajaran, kemudian menyuruh ibunya<br />
Tan Hana Jati, pada asal inti pada aci, asal sejati<br />
permulaan ajnyana, berjalanlah mendatangi<br />
wangsana, /38v/ jangan dibiarkan turun sendiri, dari<br />
atas kepada wangsana, kembali pulang supaya<br />
datang ke pelataran, yang menerima ajnyana. Ibuku<br />
Tan Hana Jati, ke hadapan sanghyang hidep mohon<br />
ijin memberi tahu, barangkali kami tergesa-gesa,<br />
tidak sabar tergoda memburu dengan pemikiran,<br />
tidak terdengar dengan sanghyang hidep, hanya itu.<br />
Marilah /39r/ aku menyertai keselamatan, berjalan<br />
bergantian dengan wangsana. Ibuku berhias diri,<br />
berlama-lama memberi nasihat dengan darma, serta<br />
dengan anak ajnyana. Ibuku turun menuju ke<br />
kediamannya, semua ikut turun mengindahkan<br />
ajnyana, semua datang ke kediaman.<br />
- 115 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Ujar ibuku demikian,”Anakku mendekatlah ke<br />
sini, sanghyanag atma, /39v/ ajnyana, aci wisesa,<br />
menerima ajnyana, dari asal ajnyana, sanghyang atma,<br />
atma aci wisesa. Kemudian ijinkanlah mengabdi<br />
berbakti menyembah ke hadapan(mu). Hanya itu<br />
anakku, mohon dimaklumi, kami takut tidak tahu<br />
bertutur dan gurulagu. Hanya itu kemampuan kami,<br />
tidak tahu tingkah tatakrama. /40r/ Hanya itu yang<br />
menyebabkan kami takut segan khawatir sekali,<br />
barangkali dikatakan terlalu percaya diri,<br />
memandang matahari tanpa silau, barangkali<br />
tergesa-gesa tidak sabar, terlalu cepat melangkah,<br />
tebal muka tidak tahu malu, barangkali<br />
menyebalkan, kekesalan, kehinaan, kemalangan.<br />
Barangkali /40v/ terkena dengan perputaran waktu,<br />
kebiadaban pada ajnyana. Hanya itu, itulah yang<br />
menyebabkan kami mohon dimaklumi. Hanya itu,<br />
kami kalau terbimbing laku di jalan, kami bersamasama<br />
mengikuti ajnyana.<br />
<strong>Sanghyang</strong> atma sudah selesai yang menyatukan<br />
mewaspadakan ajnyana. Kata ibuku demikian,” Aku<br />
menjawab sabda utama. /41r/ Anakku sanhyang<br />
ajnyana, apa yang menyebabkan malu dan khwatir?<br />
Aku ini pesuruh dari dunia, pengganti pada<br />
wangsana, pada wangsana diri. Anakku, janganlah<br />
engkau salah merasa, bukan aku yang menghalangi<br />
mengganggu tapa, menggagalkan keselamatan,<br />
karena aku adalah yang sejati. Anakku segeralah<br />
bangkit berdiri dari pusat /41v/ kedudukan turun<br />
dari atas wangsana, kemudian memohon dimaklumi.<br />
- 116 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Ujar ibuku demikian,”Biarlah aku terima tangan<br />
sanghyang ajnyana, malas yang turun ke bangunan.<br />
Ibuku berhias dengan keindahan rasa, turun dari<br />
cipta sendiri, dipangku dengan nyaman pada<br />
gendongan permata bayangan yang indah asri suci<br />
sejati. /42r/ Ibuku, menggerakkan kaki dan tangan<br />
semua siap menerima, kebahagiaan sanghyang<br />
ajnyana, ikut menurut kepada yang memangku<br />
sangyhang hayu. Ibuku membawa naik ke buana,<br />
berakhir pada diri, pada pangkal kesempurnaan di<br />
buana, meninggalkan dasakalesa, melepaskan<br />
dasamala, melepaskan rajatamah, pada kesempurnaan<br />
pangkal /42v/ mala. Ibuku sudah mengembalikan<br />
hakikat waktu, berangkat ke buana jati, kepada inti<br />
kesempurnaan kencana, bening pada tiang puncak<br />
mirah, puncak emas semuanya. Ibuku tiba ke<br />
bangunan, yang kemudian masuk ke gerbang,<br />
dengan meru permata bening berkilauan, terang<br />
siang puncaknya permata emas bercahaya,<br />
pendengaran dengan kesaktian semua. /43r/ Ibuku<br />
duduk di (tepi) jalan, berhenti dulu.<br />
<strong>Sanghyang</strong> ajnyna diturunkan dari pangkuan,<br />
mendudukkan ajnyana, sang atma aci wisesa, di<br />
tempat itu membersihkan badan sejati, membasuh<br />
sang atma aci wisesa, yang terang bening berkilauan,<br />
dari jati lenggang maya. Keluar dari hulunya diam,<br />
keluar dari permata manik, dengan /43v/ gayung<br />
perak dan permata segala.<br />
Ini adalah rajah untuk melepas rajatamah<br />
semuanya. Kekuatan untuk menghancurkan musuh,<br />
untuk menghilangkan ruh mala jati. Keluarkan dari<br />
- 117 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
diri sejati, lepaskan dari rasa, bayu sabda hidep, lihat<br />
dan dengarkan tutur, putuskan dari buana. Ini untuk<br />
memisahkan bayangan. Ingat, putuslah mana. Ingat,<br />
/44r/ putuslah buana. Ingat, putuslah mala. Ingat,<br />
putuslah taya. Ingat, putuslah ratna. Ingat, putuslah<br />
hilang. Ingat, putuslah musnah.<br />
Ujar ibuku demikian,”Marilah kita bersihkan<br />
sanghyang ajnyana.” Ujar ibuku,”tidak ada permata,<br />
semua tidak ada bayangan. Anakku bukalah<br />
pakaianmu!” Setelah sang atma meleepaskan<br />
pakaian, ibuku memangku pada tempat duduk,<br />
/44v/ berpindah duduknya ke petilasan sanghyang<br />
ajnyana. Ibuku, semua siap sedia mengharumkan<br />
diri, semuanya indah, menegakkan ajnyana, sedia<br />
menghaluskan ajnyana. Sudah menjadi dewata,<br />
cemerlang pikiran pada batas akhir nyana, bening<br />
diri. Sudah menjadi inti rupa sejati, lenggang<br />
sempurna rupa atma. Sudah tetap pada rupa yang<br />
sejati. Sudah /45r/ menjadi badan yang tanpa rupa,<br />
dari akhir rupa sejati, lewat dari bayangan yang<br />
bening tetap. Sudah dikuasai oleh nyana, sempurna<br />
rasa sejati paripurna pada ajnyana. Setelah badan<br />
tetap pada kesejatian, mulia sejati utama. Sudah<br />
sempurna sejati dan agung. Sudah tetap pada<br />
kesejatian ajnyana. Ibuku Tan Hana Jati semua, Ibuku<br />
Tan Hana /45v/ Ratna, Ibuku Tan Hana Maya,<br />
sudah selesai membasuh nyana, berangkat dari<br />
kelepasan rajatama, ditabur dengan permata emas,<br />
dengan taburan bening berkilauan, terhampar pada<br />
tiang mirah. Ibuku memangku dari tempat berjemur,<br />
setelah masuk ibuku ke gerbang, memusatkan<br />
ajnyana. Ibuku menyarikan nyana, sari busana /46r/<br />
- 118 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
sanghyang ajnyana dibukakan. Ketika permatanya<br />
tembus pada rasa, bening suci terbuka lenggang,<br />
bayangannya pada rupa yang sempurna.<br />
Busana itu untuk memberangkatkan ajnyana<br />
kepada asal ajnyana, kesejatian awal pada diri,<br />
kepada pangkal nyana, tempat sanghyang ajnyana,<br />
pada asal mula, berakhir pada dewata.<br />
Ujar ibuku,”Marilah /46v/ kita berangkat!<br />
Sudah menjadi atma dengan rupanya yang sejati<br />
paripurna. Setelah menjadi inti budi sejati, sudah<br />
menjadi rasa budi nyana, sudah tetap pada budi yang<br />
selamat. Sudah menjadi ajnyana, tetap sempurna,<br />
ibuku berangkat dari gerbang membawa dan<br />
menuju tempat akhir pada tan hana, datang ke dunia<br />
akhir pada ajnyana. Pada kelepasan berakhir/47r/<br />
pada kelepasan, dari kelepasan tanpa tertunjukkan,<br />
dari yang menunjukkan tanpa tertunjukkan, tanpa<br />
bayu tanpa hidup, tanpa permata tanpa keindahan,<br />
tanpa atma tanpa aci, tanpa panas tanpa dingin,<br />
tanpa hujan tanpa angin, lepas dari kesunyian<br />
ketiadaan, lepas dari /47v/ dari matahari, lepas dari<br />
pertapaan, lepas pada kelepasan, tanpa siang tanpa<br />
malam, lepas terang abadi, dari pangkal akhir yang<br />
menyebabkan terang di buana, dari asal mula<br />
kesejatian di buana, asal keberadaan akhir. Dari asal<br />
lepas asal tidak tertunjukkan. Dari asal siapa yang<br />
membuat /48r/ asal, yaitu yang mengeluarkan<br />
ajnyana dari ketiadaan keluar ketiadaan, dinamai<br />
dengan ketiadaan, yaitu yang lepas, mengerti dan<br />
tahu oleh asal, demikian.<br />
- 119 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Ibuku semua datang ke asal memangku ajnyana,<br />
datang ke pangkal membawa sanghyang ajnyana, ke<br />
tempat bersatunya ibu dan ayah pada kelepasan<br />
/48v/ terakhir yang tak tampak, dari niskala pada<br />
kelepasan awal sejati, dari akhir ketiadaan, dari<br />
pangkal akhir pada ajnyana, lewat dari pangkal<br />
akhir yang bening bersih, lebih dari akhir yang tetap<br />
bersih, lewat dari kekuatan permata akhir di buana,<br />
yang langgeng pada akhir /49r/ selamanya, dari<br />
kelepasan akhir kata yang indah, dari kerendahan<br />
mana, berakhir pada ketiadaan, lepas dari tempat<br />
asal, karena lepas dari yang lepas mengerjakan<br />
kelepasan alam baka, bermacam-macam tempat<br />
yang mulia wenang, semuanya agung, menurut<br />
aturan niskala, dari asal menitipkannya di buana,<br />
demikian. Setelah datang /49v/ ke pangkal, sampai<br />
ke asal sanghyang darma, datang ke tempat ibu dan<br />
ayah, berkata ibuku ke hadapan (kami),”maaf, kami<br />
bertanya, perintah pikiran kita wujudkan. Demikian.<br />
Ujar dari asal,”Ibu, segeralah dudukkan aku<br />
menyertai keselamatan, pusatkanlah pada ajnyana,<br />
satukan sempurnakan diri, supaya siap sedia<br />
berbahagia /50r/ menerima sanghyang ajnyana.<br />
Ibuku semua sudah selesai genap penuh lengkap<br />
mendukung, membangun, memusatkan pada<br />
kedudukan wadah ajnyana, inti kehidupan sari yang<br />
tetap, bening inti semuanya, bertabur dengan inti<br />
yang indah, bening dalam segala rasa, intinya atma<br />
berada di tengah sari yang tetap, bening dan<br />
lenggang, semuanya /50v/ sudah diperindah, lepas<br />
inti rupa yang sejati, sudah disempurnakan<br />
sanghyang ajnyana, sudah menjadi sejati pada pusat<br />
- 120 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
ajnyana, sudah ditempatkan dengan nyaman sang<br />
atma inti keagungan, dipersalin dengan busana<br />
sejati, tembus tetap bening pada bayangannya,<br />
bening permata buana, sudah dipersalin dengan<br />
sanghyang ajnyana, dipusatkan didudukkan,<br />
pendengaran dengan /51r/ anugerah ibu dan ayah,<br />
yang dijadikan sari penjelmaan dua puluh, yang<br />
sempurna ajnyana, suci semuanya.<br />
Dengan ketentuan dari asal mendudukkan<br />
ajnyana, yang menahbiskan, kemudian mengangkat<br />
permaisuri, dengan pentahbisan, bukti pikiran yang<br />
sempurna, lebih suci, dengan permaisuri yang<br />
bernama Terusna Larang, sempurna bening pada<br />
bayangan ketiadaan. Tetap pada inti beningnya<br />
bayangan, /51v/ sempurna pikiran pada ketiadaan.<br />
Bening pada ketiadaan, sempurna lebih suci. Inti<br />
pada sari kesempurnaan, bayangan suci. Setelah ibu<br />
dan ayah mengukuhkan ajnyana, pada tempat<br />
kelepasan dari kilau-kemilau dari lenggang, bersih<br />
dari tetap bersih, lepas dari akhir buana, dari buana<br />
kosong pada kedalaman sejati, di situlah untuk<br />
dijadikan tempat /52r/ bagi orang luar, dia lepas<br />
dari itu, pada tempat kelepasan akhir ibu dan ayah,<br />
demikian. Setelah dari asal yang memusatkan pada<br />
tempat nya, kata yang kuasa,”hanya itu kami<br />
bertanya kepada yang mulia pembesar, semua<br />
wenang berkuasa. Kata yang menguasai di cita<br />
nagara permata agung,”kami terima sabda yang<br />
kuasa, hanya itu bila /52v/ selesai lengkap<br />
berkumpul, siap sedia bersatu semuanya setujuan,<br />
halaman hijau pada kedudukan sejati, sudah<br />
terperciki kemuliaan suara ajnyana orang sejagat.<br />
- 121 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Ujar yang kuasa, ”marilah kita siap sedia<br />
mengadakan tempat untuk menempatkan anugerah.<br />
Bukan untuk memperbanyak pekerjaan, bukan inti<br />
pada /53r/ kesejatiannya, pada kekosongan buana<br />
kedalaman tempat ketiadaan, suci ajnyana dari luar,<br />
di situlah untuk mengadakan tempat yang agung,<br />
mengadakan tempat permata yang tetap, tembus<br />
langgeng di buana. Bukan untuk memperbanyak<br />
pekerjaan, bukan intinya karena kesejatian isinya.<br />
Pada anugerah sepuluh yang dijelmakan ajnyana,<br />
semuanya suci. Tinggal di /53v/ tempatnya pikiran,<br />
bayangan, bukti pikiran yang tetap, tembus pada<br />
bayangan kuning, keindahan pada bukti, bening<br />
pada bayangan sempurna.<br />
Demikianlah yang ajnyana sempurna, penetapan<br />
yang kuasa. Tempat tinggal pada cita negara,<br />
permata yang agung, mengadakan tempat pada<br />
kekosongan buana langgeng, pada kekosongan<br />
tempat terdalam, mengadakan tempat asal permata,<br />
pangkal /54r/ keadaan, tembus langgeng buana.<br />
Bukan untuk memperbanyak pekerjaan, bukan<br />
intinya karena kesejatian isinya, pada anugerah<br />
sepuluh ketetapan ajnyana, namanya pikiran yang<br />
sempurna, sempurna bayangan suci. Pikiran yang<br />
bening sempurna lebih suci, keindahan pikiran,<br />
bening pada bayangan, lebih pada kesucian.<br />
Demikian ketetapannya, tempat tinggal /54v/ di<br />
cita negara, permata yang agung, ke tempat tinggal<br />
kosong di tempat terdalam, ke ketiadaan, suci<br />
ajnyana, tempat tinggal pada pikiran yang bening,<br />
- 122 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
negara permata buana, mengadakan tempat asal<br />
yang lenggang pada asal yang awal, permata asal<br />
kelanggengan di buana. Bukan untuk<br />
memperbanyak pekerjaan, bukan intinya, karena<br />
kesejatian isinya, pada sepuluh ketetapan /55r/<br />
yang sempurna, suci semuanya, namanya pada<br />
pikiran kosong yang tetap bening pada bayangan<br />
suci. Pikiran bayangan sempurna asal yang suci, inti<br />
keindahan bayangan yang tetap, tempat tinggal di<br />
puncak negara, permata yang tetap, mengadakan<br />
tempat asal pada puncak ujung kelanggengan di<br />
buana, asal permata, asal yang tetap. Bukan<br />
memperbanyak pekerjaan, bukan intinya, karena<br />
/55v/ isinya, pada sepuluh ketetapan ajnyana, suci<br />
semuanya. Namanya pikiran yang suci,<br />
bayangannya mulia bening, pikiran kosong pada<br />
kesucian, bening pada bayangan kesucian. Kosong<br />
pada kesucian, bening pada kesempurnaan,<br />
bayangan yang suci.<br />
Demikianlah tempat tinggal di puncak negara,<br />
permata yang tetap, semuanya ada, dengan peneguh<br />
semuanya ada, tetabuhan /56r/ gembira<br />
meramaikan ajnyana, menetapkan ketiadaan yang<br />
suci ajnyana, demikian.<br />
Tempat tinggal pada cita, bayangan permata<br />
yang bening, mengadakan tempat asal bayangan,<br />
permulaan pada permata, tembus langgeng pada<br />
kebeningan. Bukan mempetbanyak pekerjaan, bukan<br />
inti karena sejatinya isi, lengkap diiringi serba<br />
tetabuhan /56v/ gembira keramaian ajnyana,<br />
sepuluh ketetapan sari ajnyana. Sekujur tubuh suci<br />
- 123 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
semuanya, namanya cita yang suci, bayangan yang<br />
bening, cita yang bening, bayangan yang suci, cita<br />
pada bayangan yang tetap, yang bening suci.<br />
Demikian. Itulah ketentuan pada ketiadaan suci<br />
ajnyana. Demikian.<br />
Tempat tinggal di cita /57r/ negara, permata<br />
yang tetap, mendiami tempat pada kekosongan di<br />
buana langgeng, pada kekosongan yang terdalam,<br />
pada tempat asal bening pada permata, asal mula<br />
yang tetap dan langgeng, yang terus yang tetap.<br />
Bukan memperbanyak pekerjaan, bukan intinya<br />
karena sejatinya, intinya sepuluh ketetapan tubuh<br />
yang sempurna, suci semuanya.<br />
Semua mengadakan iringan tetabuhan gembira<br />
/57v/ keramaian ajnyana. Demikian. Isinya sari<br />
anugerah, namnya sari pada cita, bayangan yang<br />
suci, yang lebih dari pada beningnya sari pada<br />
kebeningan, lebih pada bayangan yang suci tetap,<br />
sari pada kesucian, lebih dari bayangan yang bening.<br />
Demikian. Itulah ketentuannya pada ketiadaan, suci<br />
ajnyana. Demikian.<br />
Tempat tinggal di puncak beningnya negara,<br />
permata yang agung. Mengadakan /58r/ tempat<br />
pada tempat asal ketiadaan, asalnya lenggang, pada<br />
terus yang tetap, pada kelanggengan buana. Bukan<br />
memperbanyak pekerjaan, bukan intinya, karena<br />
sejatinya, semuanya lengkap, pengiring tetabuhan<br />
gembira keramaian pemusatan ajnyana. Baik<br />
ketentuannya, sepuluh kesempurnaan, suci<br />
semuanya, namanya cita lenggang pada bayangan,<br />
cita sari pada /58v/ kesempurnaan, bening<br />
- 124 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
banyangan pada kesucian, inti pada perasaan,<br />
sempurna, bayangan pada kebeningan.<br />
Itulah ketentuannya, pada ketiadaan agung, suci<br />
ajnyana, demikian. Ini yang menentukan keluarnya<br />
dari buana ketiadaan, yang mendirikan ajnyana.<br />
Demikian. Ini asal keadaan, asal pada akhir dalam<br />
ajnyana, kenyataan ajaran, ujar pada sabda /59r/. Ini<br />
tempat tinggal buana, buana asal niskala,<br />
mengadakan tempat pada tempat awal yang<br />
lenggang, terus bening pada asal selamanya,<br />
langgeng di buana, di niskala. Bukan memperbanyak<br />
pekerjaan, bukan intinya karena kesejatiannya.<br />
Semua genap lengkap mengiringi kegembiraan<br />
keramaian, memasukki ketentuan ajnyana. Sepuluh<br />
ketentuan /59v/ yang mulia sempurna, semua suci.<br />
Namanya cita yang bening, bayangan pada kesucian,<br />
cita suci mulia, bayangan yang bening, cita yang<br />
bening, bayangan yang mulia, mulia suci.<br />
Itulah ketentuannya, kepada ketiadaan yang<br />
agung, suci ajnyana, demikian. Ini yang menentukan<br />
ajnyana, demikian. Keluar dari buana niskala, yang<br />
mendirikan sanghyang /60r/ hayu, demikian. Tempat<br />
tinggal di puncak yang tetap, yang terus bersih di<br />
buana, mengadakan tempat pada tempat asal yang<br />
tetap, yang terus langgeng di buana. Bukan<br />
memperbanyak pekerjaan, bukan intinya, karena<br />
kesejatiannya. Isinya sepuluh ketentuan yang<br />
sempurna. Mulia suci semuanya. Namanya inti pada<br />
bayangan, bening permata pada kesucian, inti pada<br />
kesucian, /60v/ bayangan yang bening, inti yang<br />
bening, bayangan yang suci, tiga petunjuk<br />
- 125 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
sempurna, mulia isi buana. Semua genap lengkap<br />
dengan pengiring kegembiraan memasuki ajnyana.<br />
Semuanya ada, ketentuan ajnyana, demikian. Itulah<br />
ketentuannya, pada ketiadaan yang agung, suci<br />
ajnyana.<br />
Ini yang menentukan keluarnya dari buana<br />
niskala, /61r/ mendirikan sanghyang ajnyana. Tempat<br />
tinggal di puncak lenggang bening pada bayangan<br />
tetap buana, mengadakan tempat pada tempat asal<br />
yang lenggang, yang bening terus pada akhir<br />
bayangan, di tengah langgeng buana. Bukan<br />
memperbanyak pekerjaan, bukan intinya karena<br />
kesejatiannya, mengadakan tempat pada<br />
kekosongan buana langgeng, /61v/ pada<br />
kekosongan yang terdalam, sepuluh ketentuan<br />
utama, suci semua. Namanya inti pada lenggang,<br />
bayangan yang bening, inti yang lenggang,<br />
bayangan yang suci, inti yang suci yang lenggang,<br />
bayangan yang bening, demikian.<br />
Itulah ketentuannya, genap lengkap sedia,<br />
gembira bahagia menerima sanghyang ajnyana,<br />
demikian. Pada ketiadaan /62r/ yang agung, suci<br />
pada nyana, demikian. Semua keluar ketentuan<br />
ajnyana, mendirikan nyana pada sanghyang ajnyana,<br />
demikian. Semua keluar dari buana niskala,<br />
demikian. Tempat tinggal terus yang lenggang di<br />
buana, mengadakan tempat pada tempat asal yang<br />
bening, asal yang lenggang buana, pada<br />
kelanggengan tunggal buana, demikian. /62v/<br />
Bukan memperbanyak pekerjaan, bukan intinya,<br />
karena kesejatiannya, pada niskala, isinya sepuluh<br />
- 126 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
kemuliaan yang sempurna, suci semuanya.<br />
Namanya cita pada bayangan yang tetap. Cita<br />
bayangan yang bening. Cita bayangan yang kuning.<br />
Semua genap lengkap mengiringkan kegembiraan<br />
dengan bahagia, menerima sanghyang ajnyana,<br />
demikian. Itulah ketentuan ketiadaan yang agung,<br />
/63r/ suci, demikian.<br />
Ini yang membuat ketentuan dari tembusnya<br />
lenggang buana, mendirikan ajnyana, demikian.<br />
Semua keluar dari niskala, bukan dari para sorga<br />
pada dewata, yang mengadakan tempat dari niskala<br />
kesejatiannya. Demikian. Karena yang menjadikan<br />
sorga dewata, demikian. Tempat tinggal yang terus<br />
suci, bayangan yang bening di buana. Mengadakan<br />
/63v/ tempat pada asal beningnya bayangan yang<br />
tetap, langgeng, suci di buana, demikian. Bukan<br />
memperbanyak pekerjaan, bukan intinya karena<br />
kesejatiannya dari niskala, demikian. Isinya sepuluh<br />
ketentuan yang sempurna, mulia suci semuanya,<br />
demikian. Namanya bening pada bayangan, inti<br />
yang sempurna, bayangan yang bening, inti /64r/<br />
bayangan yang suci. Semua genap lengkap<br />
pengiring bergembira bahagia nyana, menerima<br />
sanghyang ajnyana, demikian. Itulah ketentuannya,<br />
pada ketiadaan yang agung, suci ajnyana, demikian.<br />
Ini yang menentukan dari terus yang suci,<br />
bayangan yang bening buana. Mendirikan ajnyana,<br />
demikian. Semua mengeluarkan nyana dari niskala,<br />
demikian. /64v/ Tempat tinggal pada terus buana,<br />
asal yang suci, puncak yang bening, demikian.<br />
Mengadakan tempat pada tempat asal di buana,<br />
- 127 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
pada terus yang lenggang yang suci, pada<br />
kelanggengan puncak yanag bening, demikian.<br />
Bukan memperbanyak pekerjaan, bukan intinya<br />
karena kesejatiannya di niskala. Semua genap<br />
lengkap pengiring gembira bahagia nyana, /65r/<br />
mulia sempurna, menerima sanghyang ajnyana,<br />
demikian. Isinya sepuluh ketentuan mulia<br />
sempurna, suci semuanya, demikian. Namanya inti<br />
bayangan tetap, beningnya inti bayangan, inti yang<br />
suci, bayangan yang mulia suci, demikian. Itulah<br />
ketentuannya, pada ketiadaan yang agung, suci<br />
ajnyana. Demikian.<br />
Ini yang menentukan /65v/ terus buana,<br />
permulaan pada kesucian puncak yang bening,<br />
demikian. Menegakkan ajnyana, demikian. Semua<br />
mengarahkan kepada nyana dari niskala, demikian.<br />
Tempat tinggal di buana suci, bayangan pada<br />
puncak yang bening, asal tunggal berakhir pada<br />
ajnyana, di niskala, demikian. Mengadakan tempat<br />
pada tempat asal pada asal /66r/ kesucian, asal<br />
bayangan, di tengah langgeng bening, di niskala,<br />
demikian. Bukan memperbanyak pekerjaan, bukan<br />
intinya karena kesejatiannya, demikian. Semua<br />
genap lengkap pengiring gembira, mulia, bahagia,<br />
suci, utama, sempurna, nyana, menerima sanghyang<br />
ajnyana, demikian. Isinya sepuluh ketetapan yang<br />
utama, sempurna, suci semuanya, demikian.<br />
Namanya /66v/ mutiara cita yang tetap. Mutiara<br />
cita yang bening. Mutiara cita yang suci, demikian.<br />
Itulah ketetapan pada ketiadaan yang agung, suci<br />
ajnyana, demikian.<br />
- 128 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Ini dari buana suci, bayangan pada puncak yang<br />
bening, menetapkan ajnyana, menegakkan sanghyang<br />
ajnyana, demikian. Dari nsikala semua<br />
mengosongkan tempat /67r/ pada kekosongan<br />
buana, langgeng pada kekosongan terdalam, kepada<br />
yang lebih dari kesucian ajnyana, demikian. Semua<br />
permata, nyana, niskala, tunggal ajnyana, demikian.<br />
Sabda ajaran yang agung, genap tunggal nyana dari<br />
niskala ke dunia, pada ajnyana, demikian.<br />
Ujar yang kuasa, kalau sudah tercapai suara<br />
yang sempurna, permata tunggal pada ajnyana,<br />
/67v/ tidak terawasi nyana dari niskala. Semua<br />
mengadakan tempat pada kekosongan di buana,<br />
langgeng pada kekosongan terdalam yang sejati, dari<br />
luar ada yang lebih suci, tempat di dunia ketiadaan,<br />
pada akhir yang tak tertunjukkan pada asal mula<br />
berakhir di ajnyana. Pada kekuatan permata berakhir<br />
di buana, pada /68r/ awal kekuatan berakhir dalam<br />
ketiadaan, pada kelepasan asal berakhir pada<br />
ajnyana, demikian. Itulah wejangan terakhir yang<br />
mulia setia menegakkan keselamatan, yang berhasil<br />
membawa darma, yang setia pada ajnyana, yang<br />
mendapat kekuatan rasa, tidak akan merasa bingung<br />
pada diri, demikian. Tempat tinggal di buana tetap,<br />
yang sunyi terpisah dari manusia.<br />
Setelah /68v/ tercapai kesejatian, sudah sampai<br />
kepada asal datang kepada pangkal, ibu dan ayah<br />
sudah satu permata mulia, sempurna pada ajnyana.<br />
Dari ibu dan ayah mendapat kekuasaan di niskala,<br />
sudah diberi jagatpramana, nyana, wenang sejajar,<br />
berkuasa, pada ajnyana. Sudah dibawa ke tempat<br />
- 129 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
yang menyenangkan, bahagia tercapai, /69r/ nyana<br />
yang tak terputus, umur yang tak ada putusnya,<br />
ajnyana, wenang berkuasa, semau-maunya dalam<br />
nyana, wenang berkuasa, di buana niskala, demikian.<br />
Karena yang wenang menerima sanghyang ajnyana,<br />
yang menopang menegakkan ajnyana, kepada asal<br />
mula ketiadaan, demikian. Setelah selesai yang<br />
bertapa, kuasa dengan ajnyana, asal dari darma, asal<br />
niskala, dasar ketiadaan, /69v/ demikian.<br />
Ini pustaka keluar dari asal mula pada<br />
ketiadaan, demikian. Yang tidak ada lebih pintu<br />
ajnyana, demikian. Tempat tinggal di buana tetap,<br />
sunyi, terpisah, pada tempat untuk nyukmana,<br />
membuat pustaka, demikian. /70r/<br />
- 130 -
Glosarium<br />
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
aci rupa jati, intisari rupa yang sesungguhnya, rupa<br />
yang asali.<br />
aci wisésa, intisari yang tertinggi, keagungan,<br />
kemuliaan.<br />
aci, inti sari, pusat terdalam.<br />
acimaya, inti bayangan, pusat cahaya.<br />
acintya, tidak dapat dibayangkan, tidak terjangkau<br />
oleh pikiran, zat laysa kamitslihi say’un „tiada<br />
satupun yang menyerupai-Nya‟.<br />
acung, Amorphophallus spec.<br />
ajnyana, ājñāna, hal tahu, paham, mengerti,<br />
pengetahuan sejati, kebijaksanaan.<br />
baananan,babahanan, tetabuhan yang suaranya<br />
membahana.<br />
babatakan, babatekan (?) ditabuh bersama-sama.<br />
bayu, napas, angin, kekuatan, daya hidup.<br />
bukahantara, ragam hias pada sabuk.<br />
buruan ageung, halaman besar, alun-alun.<br />
bwana larang, dunia yang suci.<br />
cakramanik, lingkaran manikam, untaian permata.<br />
cita, citta, jiwa, perasaan, pikiran, keimanan.<br />
dasakalésa, sepuluh noda karena salah menggunakan<br />
dasaindria: telinga, mata, kulit, lidah, hidung,<br />
mulut, tangan, kaki, dubur, dan kemaluan.<br />
dasamala, sepuluh noda atau cacat, yaitu: tandri<br />
„kelesuan, kemalasan‟, kléda „bimbang, raguragu‟,<br />
leja „sifat bodoh, jahat‟, kuhaka „penipu‟,<br />
métraya „keras kepala, menjengkelkan‟, megata<br />
„merintangi, menghalangi‟, ragastri „maniak<br />
perempuan‟, kutila „curang‟, bhaksabhuwana<br />
„rakus‟, dan kimburu „pencemburu, iri hati‟.<br />
- 131 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
galuga, Bixa orellana, LINN.<br />
gangsa rari, gangsa lari, simbal kuningan.<br />
geulangan, pengawal kebesaran (?).<br />
hana, wujud nyata, keadaan yang nampak.<br />
haretal, atal „tanah halus berwarna kuning yang<br />
setelah diolah dijadikan bedak, boreh, atau<br />
cat.‟<br />
heneng buana, keheningan dunia, dunia tanpa<br />
kegaduhan.<br />
hidep, tekad, niat, pikiran, pendapat.<br />
jagatpramana, pengatur dan penguasa dunia.<br />
jati heneng, sipat dasar yang tetap.<br />
jati lénggang maya, bayangan keasalian yang bening.<br />
jati suda, sipat dasar yang suci.<br />
jati tan hana,sipat dasar yang gaib.<br />
jati, sifat dasar, asali, yang sesungguhnya.<br />
Jatiniskala,kegaiban yang sejati, Tuhan Yang<br />
Mahagaib.<br />
kumaratna, kumkuma, kuma-kuma (Crocus sativus,<br />
LINN).<br />
kuwung-kuwung, pelangi, bianglala.<br />
larang maya, bayangan suci.<br />
lénggang bwana,dunia yang bening tanpa kotoran<br />
atau cela.<br />
lénggang hérang, bening bersih suci.<br />
mahapremana, mahakuasa, hakim yang mahaadil.<br />
mala jati, dosa, kotoran, cacat, noda, cela, yang<br />
terdapat pada ruh yang asali.<br />
mala,kotor, cacat, noda, cela, dosa.<br />
mana, pikiran, pendapat.<br />
masalarang, Massoia aromatica, BECC.<br />
- 132 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
matang désa, pejabat desa yang mendapat tugas<br />
khusu dari kerajaan: pangurang dasa „petugas<br />
pajak perorangan‟, calagara „petugas pajak<br />
kolektif‟, upeti ‘upeti‟, panggeres reuma<br />
„pengumpul hasil panen‟.<br />
niskala, gaib, keadaan yang tak berwujud, tidak<br />
nampak, tak terbagi-bagi.<br />
nista keleng, pangkal kehidupan yang langgeng<br />
setelah kehidupan di dunia yang fana..<br />
nu nangganan, barisan, pejabat negara di atas mantri<br />
di bawah mangkubumi. <strong>Sanghyang</strong><br />
Siksakandang karesian menyebutkan: … sisya<br />
bakti di guru, mantri bakti di nu nangganan, nu<br />
nangganan bakti di mangkubumi, mangku bumi<br />
bakti di ratu, …‟siswa tunduk kepada guru,<br />
mantri tunduk kepada nu nangganan, nu<br />
nangganan tunduk kepada mangkubumi,<br />
mangkubumi tunduk kepada raja …‟ (Saleh<br />
Danasasmita, dkk.1987).<br />
nyana, jñāna, pengetahuan, khususnya pengetahuan<br />
luhur tentang hakikat Tuhan Yang Mutlak<br />
untuk mencapai kesatuan antara manusia<br />
sebagai mahluk dengan penciptanya, ma’rifat.<br />
nyu(k)mana, menjadi satu kesatuan jiwa.<br />
pacarcina, Aglaia odorata, LOUR.<br />
pacarkeling, Bixa Orellana, LINN.<br />
paracita, para cendekia, orang-orang berilmu tinggi,<br />
ilmuwan.<br />
paramarta,kebenaran yang sempurna, kebenaran<br />
yang sejati.<br />
parasorga, ahli surga.<br />
pasiaman, pasiangan (?) berwarna tua, warga gelap.<br />
pretiwi, bumi, tanah, dunia.<br />
- 133 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
pulang geulis, mengembalikan wadah/tempat<br />
kiriman kosong, tanpa diisi dengan kiriman<br />
yang lain sebagai tanda terima kasih.<br />
rajatamah, kegelapan, kebingungan, kebutaan rohani,<br />
hawa nafsu yang keji.<br />
ratna,permata.<br />
rupa jati heneng, rupa yang asali dan tetap.<br />
sabda, ucap, tutur, sabda.<br />
sanghiyang hayu, ajaran tentang kebaikan, kebenaran,<br />
kesalehan, kesejahteraan.<br />
<strong>Sanghyang</strong> Atma Wisésa, Yang Mahagaib dan<br />
Mahakuasa.<br />
sanghyang sahur, jawaban.<br />
si raga heneng, badan, jasmani yang tetap.<br />
sirah tresna,pangkal kasih sayang, pengatur kasih<br />
sayang.<br />
sri lénggang maya,cahaya kekuasaan atau kesaktian<br />
yang bening memancar dari bayangan.<br />
talilaya, bunga tali-tali, Quamoclit pennata, BOJER.<br />
tapa, konsep etos kerja dalam masyarakat Sunda<br />
yang mengutamakan profesionalisme dan<br />
kesungguhan. Konsep tapa dalam kehidupan<br />
masyarakat Sunda ada dua macam:<br />
1) tapa di nagara: melaksanakan tugas dengan<br />
sungguh-sungguh sesuai dengan<br />
profesinya, suhud (Sd.M), zuhud (Ar.).<br />
Dalam <strong>Sanghyang</strong> Siksakandang Karesian<br />
disebutkan: … raré angon, pacéléngan,<br />
pakotokan, palika, preteuleum, sing sawatek<br />
guna, aya ma satya di guna di kahulunan. éta<br />
kéhna turutaneun kéna éta ngawakan tapa di<br />
nagara.‟… anak gembala, peternak babi,<br />
peternak ayam, penangkap ikan, juruselam,<br />
- 134 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
dan segala jenis pekerjaan, semua setia<br />
kepada tugas untuk berbakti kepada<br />
negara. Itu semua patut ditiru sebab<br />
mereka melakukan tapa dalam negara.<br />
(Saleh Danasasmita, dkk. 1987).<br />
2) tapa di mandala: melaksanakan perintah<br />
agama dengan sesuai dengan ajaran dan<br />
keyakinan dengan sungguh-sungguh dan<br />
khusu.<br />
tato ajnyana, tattwa ajnyana: ilmu kebenaran, ilmu<br />
hakikat tertinggi.<br />
taya, ketiadaan, pengingkaran.<br />
téjahening, cahaya bening.<br />
téjawarna,cahaya berwarna-warni.<br />
tirta ajnyana, air suci yang membersihkan<br />
pengetahuan.<br />
wangsana, wasāna, akhir kehidupan, alam akhirat.<br />
windu larangan, bunga yang bening berkilauan.<br />
windu, pusat, pemusatan.<br />
- 135 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Bibliografi<br />
Atja dan Saleh Danasasmita, 1981a, <strong>Sanghyang</strong> Siksa<br />
Kandang Karesian; (Naskah Sunda Kuno tahun<br />
1518 Masehi). Bandung: Proyek Pengembangan<br />
Permuseuman Jawa Barat.<br />
--------, 1981b, Amanat dari Galunggung (Kropak 632<br />
dari Kanuyutan Ciburuy Bayongbong-Garut).<br />
Bandung: Proyek Pengembangan Permuseuman<br />
Jawa Barat.<br />
Ayatrohaédi dan Munawar Holil, 1995, Kawih<br />
Paningkes; Alihaksara dan Terjemahan Naskah K.<br />
419 Khasanah Perpustakaan Nasional Jakarta.<br />
Laporan Penelitian Fakultas Sastra Universitas<br />
Indonesia.<br />
Behrend (ed.), T.E., 1998, Perpustakaan Nasional<br />
Republik Indonesia: Katalog induk naskah-naskah<br />
Nusantara Jilid 4. Jakarta: Yayasan Obor<br />
Indonesia dan Ecole Francaise d‟Extreme<br />
Orient.<br />
Danasasmita, Saleh et.al., 1987, Sewaka Darma (Kropak<br />
408), <strong>Sanghyang</strong> Siksakandang Karesian (Kropak<br />
630), Amanat Galunggung (Kropak 632):<br />
Transkripsi dan Terjemahan”. Bandung: Bagian<br />
Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan<br />
Sunda (Sundanologi) Direktorat Jendral<br />
Kebudayaan Dep. Pendidikan Dan<br />
Kebudayaan.<br />
Darsa, Undang A., 1998, <strong>Sanghyang</strong> Hayu: Kajian<br />
Filologi Naskah Bahasa Jawa Kuno di Sunda pada<br />
- 136 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
Abad XVI. Tesis. Bandung: Universitas<br />
Padjadjaran.<br />
Eringa, F.S., 1984, Soendaas-Nederlands woordenboek.<br />
Mede met gebruikmaking van eerder door R.A.<br />
Kern bijeengebrachte gegevens. Dordrecht<br />
/Cinnaminson: Foris. [KITLV].<br />
Ekadjati, Edi S., 1988, Naskah Sunda: Inventarisasi dan<br />
Pencatatan. Bandung: Lembaga Penelitian<br />
Universitas Padjadjaran dengan The Toyota<br />
Foundation.<br />
Gunawan, Aditia, 2009, <strong>Sanghyang</strong> Sasana Maha Guru<br />
dan Kala Purbaka (suntingan dan terjemahan).<br />
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.<br />
Holle, K.F., 1867, „Vlugtig Berigt Omtrent Eenige<br />
Lontar-Handschriften afkomstig uit de Soendalanden‟.<br />
Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en<br />
Volkenkunde (TBG) 16:450-70.<br />
--------, 1882, Tabel van Oud-en Nieuw-Indische<br />
Alphabetten. Bijdrage tot de Paleographie van<br />
Nederlandsch-Indie. Batavia: s‟Hage.<br />
Krom, N.J & F.D.K. Bosch, 1914, Rapporten van den<br />
Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch Indie.<br />
Weltevreden: Albrecht & co.<br />
Kamus Umum Basa Sunda. Disusuk ku Panitia Kamus<br />
Lembaga Basa & Sastra Sunda. Cet. ke-6.<br />
Bandung: Taraté.<br />
Notulen van de algemeene en directievergaderingen van<br />
het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en<br />
Wetenschappen (NBG), Deel L, 1913, Batavia: G.<br />
KOLFF & Co; „s Gravenhage: M. Nijhoff.<br />
- 137 -
- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />
--------, Deel LI, 1914, Batavia: G. KOLFF & Co; „s<br />
Gravenhage: M. Nijhoff.<br />
Netscher, E., 1853, „Iets over eenige in de Preangerregentschappen<br />
gevonden Kawihandschriften‟,<br />
Tijdschrift van het Bataviaasch<br />
Genootschap 1: 469-479.<br />
Wiryamartana, I. Kuntara, 1987, Arjunawiwāha;<br />
Transformasi teks Jawa kuna lewat tanggapan dan<br />
Penciptaan di Lingkungan Sastra Jawa. Disertasi.<br />
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.<br />
Zoetmulder, P.J., 2006, Kamus Jawa kuno – Indonesia.<br />
Cetakan kelima. Jakarta: Gramedia Pustaka<br />
Utama.<br />
- 138 -