22.08.2018 Views

Sanghyang Tatwa Ajnyana

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

SANGHYANG TATWA AJNYANA<br />

Teks dan Terjemahan<br />

oleh:<br />

Tien Wartini<br />

Mamat Ruhimat<br />

Ruhaliah<br />

Aditia Gunawan<br />

Diterbitkan atas kerja sama<br />

Perpustakaan Nasional RI<br />

dan Pusat Studi Sunda<br />

2011


Katalog dalam Terbitan (KDT)<br />

<strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong>: Teks dan Terjemahan/oleh: Tien Wartini [et al].-<br />

Jakarta: Perpustakaan Nasional RI bekerja sama dengan Pusat Studi Sunda, 2011.<br />

viii + 138 hlm. ; 16 x 23 cm<br />

Cetakan pertama: 2011<br />

1. Manuskrip I. Tien Wartini II. Mamat Ruhimat III. Ruhaliah IV. Aditia Gunawan<br />

V. Perpustakaan Nasional.<br />

091<br />

ISBN: 978-979-008-411-7<br />

Perancang Sampul &Tata Letak<br />

Aditia Gunawan<br />

Diterbitkan oleh<br />

Perpustakaan Nasional RI<br />

Jl. Salemba Raya 28 A, Jakarta 10430<br />

Telp: (021) 3154863/64/70 eks. 264<br />

Fax: 021-3103554<br />

Email: jumantara@pnri.go.id<br />

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang<br />

Pusat Studi Sunda<br />

Jl.Garut No.2 Bandung<br />

Telp/fax. 022-7272438<br />

- ii -


SAMBUTAN<br />

PERPUSTAKAAN NASIONAL RI<br />

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan<br />

Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang menyimpan<br />

berbagai jenis informasi, baik dalam bentuk buku, maupun<br />

non buku. Sebagian besar di antaranya berisi tentang hal ihwal<br />

Indonesia, baik yang ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa<br />

Daerah, maupun bahasa Asing.<br />

Diantara sekian banyak koleksi Perpustakaan Nasional RI,<br />

koleksi naskah kuno nusantara tergolong istimewa, baik dari<br />

segi fisik maupun isinya. Karya-karya tersebut sebagian besar<br />

merupakan buah tangan leluhur bangsa Indonesia yang<br />

mempunyai nilai historis yang tinggi. Kondisi dari karya<br />

tersebut pada umumnya sangat memprihatinkan dan perlu<br />

segera digarap serta disebarluaskan kepada masyarakat.<br />

Oleh karena itu, Perpustakaan Nasional RI melakukan<br />

berbagai upaya untuk melestarikan karya budaya bangsa<br />

tersebut. Hal ini sesuai dengan tugas dan fungsi Perpustakaan<br />

Nasional RI seperti yang tercantum dalam Undang-undang<br />

Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan dan UU Nomor 5<br />

tahun 1992 tentang Cagar Budaya.<br />

Tahun ini merupakan tahun kedua Perpustakaan Nasional<br />

RI menjalin kerjasama dengan Pusat Studi Sunda. Hasil dari<br />

kerjasama tersebut adalah terbitnya buku ‘<strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong><br />

- iii -


<strong>Ajnyana</strong>: teks dan terjemahan’. Semoga dengan terbitnya buku<br />

ini, masyarakat akan mengetahui salah satu peninggalan para<br />

leluhur yang sangat tinggi nilainya. Saran dan tanggapan dari<br />

pembaca untuk penyempurnaan buku ini akan kami terima<br />

dengan senang hati.<br />

Jakarta, Oktober 2011<br />

Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan<br />

Informasi<br />

ttd.<br />

Dra. Woro Titi Hariyanti, MA<br />

- iv -


PENGANTAR<br />

YAYASAN PUSAT STUDI SUNDA<br />

Alhamdulillah kerjasama Yayasan Pusat Studi Sunda<br />

dengan Perpustakaan Nasional untuk menggarap naskahnaskah<br />

Sunda Kuna yang menjadi koléksi Perpustakaan<br />

Nasional yang dimulai tahun 2010 dan telah berhasil<br />

menerbitkan Tutur Bwana dan Empat Mantra Sunda Kuna,<br />

tahun 2011 ini dapat dilanjutkan, sehingga sekarang dapat<br />

diterbitkan dua judul buku, yaitu <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong>:<br />

Teks dan terjemahan dan <strong>Sanghyang</strong> Swawarcinta: Teks dan<br />

terjemahan yang digarap oleh Tien Wartini, Mamat Ruhimat,<br />

Ruhaliah, dan Aditia Gunawan.<br />

Yayasan Pusat Studi Sunda bermaksud agar naskahnaskah<br />

Sunda Kuna peninggalan karuhun Sunda yang sudah<br />

disimpan lebih dari seratus tahun tapi tidak ada yang<br />

menggarap karena tidak adanya perhatian dari orang Sunda<br />

sendiri, begitu juga dari pemerintah, sedikit demi sedikit<br />

dapat dibuka isinya sehingga dapat diketahui bukan saja oléh<br />

anak cucu para pembuatnya, melainkan juga oléh siapa pun<br />

juga yang ingin mengetahuinya. Seperti diketahui naskah<br />

Sunda Kuna yang disimpan dalam koléksi Perpustakaan<br />

Nasional dan Kabuyutan CIburuy, Garut, baru sebagian kecil<br />

yang sudah digarap oléh para ahli. Orang Sunda sendiri<br />

umumnya baru mengetahui tentang adanya warisan<br />

karuhunnya itu baru setelah Drs. Atja yang dibantu oléh Drs.<br />

Saléh Danasasmita, Dr. Ayatrohaédi dan Dr. Edi S. Ekadjati<br />

- v -


dan murid-muridnya menggarap beberapa naskah Sunda<br />

Kuna yang disimpan di Perpustakaan Nasional pada tahun<br />

1980-an yang diterbitkan oléh Proyék Sundanologi yang<br />

dipimpin oléh Prof. Dr. Edi S. Ekadjati. Setelah Proyék<br />

Sundanologi diganti pimpinan sampai dibubarkan, usaha<br />

menggarap dan menerbitkan naskah Sunda Kuna boléh<br />

dikatakan terhenti walaupun Dr. Edi S. Ekadjati dan Dr.<br />

Ayatrohaédi masih berusaha menggarapnya melalui berbagai<br />

kesempatan.<br />

Karena dari naskah-naskah yang sudah digarap diketahui<br />

isinya banyak yang penting, bukan saja untuk mendapat<br />

gambaran tentang masyarakat dan alam pikiran karuhun<br />

Sunda, melainkan juga tentang sejarah Sunda, maka usaha<br />

membuka semua naskah Sunda Kuna merupakan sesuatu yang<br />

perlu dikerjakan. Dan harus segera, karena kondisi naskahnaskah<br />

yang ditulis di atas daun-daunan yang sudah sangat<br />

mengkhawatirkan, sehingga sudah tidak dapat dibaca. Kalau<br />

naskah-naskah itu tidak segera digarap, tak mustahil akan<br />

keburu hancur sebelum isinya diketahui. Artinya kita akan<br />

kehilangan warisan rohani leluhur kita sendiri.<br />

Mudah-mudahan kerjasama antara Yayasan Pusat Studi<br />

Sunda dengan Perpustakaan Nasional akan terus dapat<br />

dilangsungkan sampai semua naskah Sunda Kuna yang<br />

menjadi koléksi Perpustakaan Nasional selesai digarap.<br />

Mudah-mudahan pula para ahli naskah Sunda Kuna yang<br />

selama ini menjadi Tim Peneliti Yayasan Pusat Studi Sunda<br />

tetap bersemangat dan penuh dédikasi dalam menghadapi<br />

naskah-naskah Sunda Kuna yang kondisinya tidak selalu<br />

prima.<br />

Yayasan Pusat Studi Sunda<br />

Ajip Rosidi<br />

Ketua Déwan Pembina<br />

- vi -


- vii -


Daftar Isi<br />

BAB 1 -Pendahuluan 1<br />

Teks-teks prosa Sunda Kuna 3<br />

Naskah <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> 5<br />

BAB 2 - Terbitan diplomatik 9<br />

BAB 3 - Suntingan teks 56<br />

BAB 4 - Terjemahan teks 96<br />

Glosarium 131<br />

Bibliografi 136<br />

- viii -


Bab 1<br />

Pendahuluan<br />

Meskipun naskah Sunda Kuna (NSK) memiliki ciri<br />

khas tersendiri yang dapat dibedakan dengan<br />

naskah-naskah dari daerah lain di Nusantara, tetapi<br />

sampai saat ini upaya-upaya pengidentifikasian NSK<br />

yang tersebar dalam berbagai tempat penyimpanan<br />

koleksi maupun yang tersimpan di masyarakat,<br />

dirasakan sangat kurang.<br />

Hal ini kiranya berimplikasi terhadap penelitianpenelitian<br />

teks-teks Sunda Kuna. Salah satu<br />

penyebab tersendatnya upaya penelitian terhadap<br />

NSK kiranya dikarenakan belum pernah tersusun<br />

sebuah katalog yang informatif menyangkut<br />

keberadaan NSK. Padahal, keberadaan NSK telah<br />

diberitakan sejak pertengahan abad ke-19. Untuk<br />

- 1 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

pertama kalinya, keberadaan NSK diumumkan oleh<br />

Netscher (1853: 469-479). NSK tersebut berasal dari<br />

Cilegon, Garut (dulu Timbanganten), yang<br />

kemudian oleh Bupati Bandung, R. Tumenggung<br />

Suria Kerta Adi Ningrat, diberikan kepada BGKW.<br />

Menurut Netscher, ketika naskah-naskah tersebut<br />

ditemukan, tidak ada seorang pun yang dapat<br />

membacanya.<br />

K.F. Holle (1867) mengumumkan tiga NSK<br />

pemberian Raden Saleh, dalam artikelnya yang<br />

berjudul Vlugtig Berigt omtrent Eenige Lontar-<br />

Handschriften Afkomstig uit de Soenda-landen, door<br />

Radhen Saleh aan het Bataviaasch Genootschap van<br />

Kunsten en Wetenschappen ten Geschenke gegeven met<br />

toepassing of de inscriptie van Kawali (TBG 1867).<br />

Tentu, yang diupayakan Holle waktu itu sebenarnya<br />

merupakan upaya awal pendeskripsian NSK yang<br />

diakuisisi BGKW.<br />

Pada tahun 1872, Cohen Stuart, konservator<br />

naskah saat itu, menerbitkan katalog pertama yang<br />

memuat deskripsi naskah BGKW, termasuk naskah<br />

kropak. Jumlah NSK yang didaftarkan ada 21 naskah,<br />

yaitu kropak nomor 406–426 yang berasal dari Bupati<br />

Galuh. Namun, deskripsi NSK yang dibuatnya<br />

hanya sebatas nomor naskah, ukuran, jumlah<br />

halaman, dan judul.<br />

Upaya katalogisasi NSK baru diusahakan<br />

kembali oleh Edi S Ekadjati pada tahun 1988. Beliau<br />

mendaftarkan 89 NSK koleksi PNRI, termasuk NSK<br />

yang sudah diteliti. Sayangnya, deskripsinya sangat<br />

ringkas, hanya berupa tabel yang memuat informasi<br />

- 2 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

tentang judul, kode naskah, dan jumlah halaman.<br />

Selain itu, tidak semua naskah yang didaftarkan<br />

diberi judul. Dari 89 naskah yang didaftarkan, hanya<br />

9 naskah yang diberi judul (Ekadjati, 1988: 155-156).<br />

Deskripsinya belum disertai informasi lain yang<br />

dibutuhkan seperti bahasa, aksara, ringkasan isi, dll.<br />

Kiranya penyusun katalog mendaftarkan NSK<br />

berdasarkan asumsi bahwa peti nomor 15, 16, 17, 18,<br />

dan 25 diperkirakan berisi NSK. Ternyata setelah<br />

ditelusuri, dalam peti nomor 17, 18, dan 25 tidak<br />

terdapat satu pun NSK.<br />

Demikian juga dengan Behrend (1998) yang<br />

mendaftarkan hampir semua naskah yang disimpan<br />

di PNRI, termasuk di dalamnya NSK. Tetapi hasil<br />

inventarisnya perlu diperiksa kembali terutama<br />

berkenaan dengan deskripsi NSK yang<br />

diberikannya. Dalam katalognya itu, NSK sendiri<br />

tidak dimasukkan ke dalam kelompok yang terpisah<br />

dalam indeks bahasa yang disusunnya, sehingga<br />

dapat menyulitkan upaya penelusuran terhadap<br />

NSK yang terdapat di PNRI (Behrend, 1998: 459-596).<br />

Kropak 1099 yang diterbitkan kali ini pun, hanya<br />

terdaftar dalam katalog stensilan dan katalog yang<br />

disusun Behrend (1998) dengan deskripsi yang<br />

sangat terbatas.<br />

Teks Prosa Keagamaan Sunda Kuna<br />

Teks yang disajikan dalam penelitian ini<br />

berbentuk prosa didaktis yang dikenal dengan istilah<br />

tutur. Beberapa naskah daun lontar dan gebang yang<br />

berbentuk prosa telah diterbitkan. Beberapa di<br />

antaranya perlu disebutkan.<br />

- 3 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

1. <strong>Sanghyang</strong> Siksa Kandang Karesian (SSKK)<br />

Naskah daun gebang, koleksi Perpustakaan<br />

Nasional RI dengan nomor koleksi L 630 dalam peti<br />

16 atau biasa disebut kropak 630. Ditulis dalam<br />

bentuk prosa. Naskah ini bertitimangsa 1440 saka<br />

atau 1518 M. Teks ini pertama kali diumumkan oleh<br />

Holle (1867) bersama dua naskah lain pemberian<br />

Raden Saleh. Atja dan Danasasmita (1981)<br />

menyajikan teks dan terjemahan dalam bahasa<br />

Indonesia. Kandungan naskah ini sangat kaya, dan<br />

dianggap sebagai ensiklopedi Sunda kuna karena di<br />

dalamnya terkandung kekayaan budaya masyarakat<br />

Sunda pada abad XVI masehi secara lengkap dan<br />

terperinci.<br />

2. Amanat Galunggung (AG)<br />

Naskah daun gebang, disimpan di Perpustakaan<br />

Nasional RI dengan nomor kropak L 632 dalam peti<br />

16. Naskahnya dalam keadaan tidak lengkap, hanya<br />

tinggal 6 lempir daun. Naskah ini telah diteliti oleh<br />

beberapa ahli, di antaranya Holle, Pleyte, dan<br />

Poerbatjaraka. Teks ini berisi ajaran Darmasiksa<br />

kepada anak cucunya untuk menjaga wilayah<br />

Kabuyutan di Galunggung. Dari keterangan inilah<br />

rupanya, Atja dan Danasasmita (1981b) memberikan<br />

judul Amanat Galunggung. Sebelumnya Pleyte<br />

memberi judul “Pseudo-Padjadjaransche Kroniek”<br />

karena bagian pembuka naskah tampak seperti<br />

urutan silsilah raja-raja Sunda.<br />

- 4 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

3. Sang Hyang Hayu (SHH)<br />

Teks ini terdapat dalam beberapa naskah, yaitu<br />

kropak 634, 637, dan 638. Semuanya tertera diatas<br />

daun nipah, beraksara Buda dan berbahasa Jawa<br />

kuna. Naskah yang bertitimangsa adalah kropak 634<br />

(1445 S/1523 M) dan kropak 638 (1357 S/1435 M).<br />

Pemberian judul SHH disarankan oleh Undang A.<br />

Darsa dalam tesisnya berdasarkan kalimat „ndah sang<br />

hyang hayu’ (Inilah Sang Hyang Hayu) pada bagian<br />

permulaan redaksi teks ketiga naskah tersebut.<br />

Istilah Sang Hyang Hayu yang digunakan sebagai<br />

judul ketiga naskah ini dapat diartikan sebagai „kitab<br />

(petunjuk) tentang kebenaran‟, yang berlatarbelakang<br />

konsep-konsep keagamaan Hindu-Buda<br />

(Darsa, 1998: 34). Teks ini menampilkan uraian<br />

tentang prinsip tertinggi beserta segala<br />

manifestasinya yang diajarkan pendeta kepada para<br />

pengabdi darma.<br />

Naskah <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong><br />

Teks <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> (STA) yang<br />

diterbitkan kali ini berasal dari naskah kropak 1099.<br />

Saat ini naskahnya tersimpan di Perpustakaan<br />

Nasional Republik Indonesia di Jakarta dengan<br />

nomor koleksi L 1099 peti 68.<br />

Kropak 1099 ditulis di atas daun gebang, sejenis<br />

daun palem yang oleh para sarjana sebelumnya<br />

disebut nipah. Nipah dan gebang sebetulnya<br />

merupakan spesies tumbuhan yang berbeda, meski<br />

termasuk dalam kelompok yang sama, yaitu palm.<br />

Istilah gebang yang digunakan sebagai media<br />

menulis sempat tercatat dalam teks <strong>Sanghyang</strong> Sasana<br />

- 5 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Maha Guru (SSMG:3), sebuah teks Sunda kuna dari<br />

abad ke-16 sebagai berikut:<br />

Diturunkeun deui, sa(s)tra mu(ng)gu ring<br />

taal, dingaranan ta ya carik, aya éta meunang<br />

utama, kénana lain pikabuyutaneun.<br />

Diturunkeun deui, sa(s)tra mu(ng)gu ring<br />

gebang, dingaranan ta ya ceumeung, ini ma<br />

iña pikabuyutaneun. (SSMG: 3 dalam<br />

Gunawan, 2009)<br />

Dari kutipan di atas patut dicatat dua hal<br />

penting yang membedakan antara lontar dan gebang.<br />

Pertama, tulisan di atas lontar dinamakan carik<br />

(goresan), karena ditulis menggunakan péso pangot<br />

(pengutik) dengan cara digores. Sementara tulisan di<br />

atas gebang yang dinamakan ceumeung „hitam‟. Jelas<br />

kiranya, bahwa yang dimaksud gebang adalah apa<br />

yang biasa disebut dengan nipah yang ditulis<br />

menggunakan tinta hitam.<br />

Kedua, perbedaan penggunaan media agaknya<br />

turut membedakan fungsi tulisannya. Naskah lontar<br />

bukan untuk kabuyutan (lain pikabuyutaneun),<br />

melainkan ditujukan bagi pembaca (atau pendengar)<br />

sebagai sarana memperoleh keutamaan (meunang<br />

utama), sedangkan naskah gebang dipergunakan<br />

untuk kelompok yang lebih khusus, yaitu kabuyutan<br />

(pikabuyutaneun). Keterangan ini sesuai dengan<br />

kenyataan, bahwa pada umumnya naskah lontar<br />

berbentuk puisi yang pola metrumnya berkaitan erat<br />

dengan carita pantun 1 , tradisi lisan Sunda di masa<br />

1 Kaitan antara teks Sunda kuna dan tradisi lisan Sunda carita pantun<br />

- 6 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

lalu. Artinya, teks-teks di atas daun lontar, lebih<br />

memungkinkan untuk ditampilkan secara lisan<br />

dalam sebuah pertunjukan carita pantun, sehingga<br />

menjadi pertunjukan yang dikenal luas oleh<br />

masyarakat untuk memperoleh keutamaan dari<br />

cerita yang disajikan. Sementara naskah gebang, yang<br />

hampir semuanya berbentuk prosa didaktis, berisi<br />

risalah keagamaan yang diajarkan sang pandita<br />

kepada sang séwaka darma. 2 Hal ini diperkuat dengan<br />

pengaruh penggunaan bahasa Jawa kuna, sebagai<br />

bahasa pengantar keagamaan, yang cukup dominan<br />

dalam naskah nipah.<br />

Menurut Holle, naskah gebang ditulis<br />

menggunakan tinta organik, hasil pabrikasi damarsela<br />

dan nagasari (Holle, 1882: 12).<br />

Kropak 1099 dibungkus oleh kotak kayu<br />

berwarna merah, berukuran 24,5 x 3,7 cm. Naskah<br />

terdiri dari 70 lempir dan mengandung 4 baris setiap<br />

lempirnya. Ditulis menggunakan aksara Buda/<br />

Gunung. Bahasa yang digunakan adalah bahasa<br />

Sunda Kuna, sementara teksnya berbentuk prosa.<br />

Penomoran naskah menggunakan nomor asli,<br />

terletak di sebelah kiri teks setiap halaman verso.<br />

telah dibicarakan Noorduyn dan Teeuw (2006: 279)<br />

2 Sejauh penelusuran, hanya ada satu naskah gebang yang berisi teks<br />

berbentuk puisi, yaitu Kakawin Arjunawiwāha (lontar 641) yang saat<br />

ini tersimpan di Perpustakaan Nasional RI. Teks ini adalah teks<br />

tertua Arjunawiwāha, ditulis (atau disalin) pada tahun 1256 Saka<br />

atau 1334 Masehi. Teks telah diumumkan oleh Poerbatjaraka (1926).<br />

Poerbatjaraka berpendapat bahwa teks ini dihasilkan di salah satu<br />

mandala atau kabuyutan di Jawa Barat.<br />

- 7 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Kropak 1099 diperkirakan berasal dari kabuyutan<br />

Koléang, Jasinga (NBG 50, 1912: 44 & 86; NBG 51,<br />

1913: 24; Krom, 1914: 32). Susunan lempir masih<br />

berurutan. Penomoran halaman angka asli (Aksara<br />

Buda), nomor 1–69. Lempir 50 patah akibat gigitan<br />

ngengat.<br />

- Naskah <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> (L 1099 peti 68) –<br />

Selain naskah nipah 1099, terdapat pula salinan<br />

dalam aksara Latin dan Jawa. Salinan dalam aksara<br />

Latin terdapat di PNRI dengan nomor koleksi Plt.<br />

118 peti 119 dan No. 278 peti 89. Salinan dalam<br />

aksara Jawa terdapat di No. 155 peti 89, Ciburuy V.<br />

Peti 119 termasuk dalam koleksi pribadi C.M Pleyte,<br />

sementara peti 89, termasuk ke dalam koleksi K.F.<br />

Holle. Kedua sarjana tersebut terbukti telah<br />

membaca hampir seluruh naskah Sunda Kuna yang<br />

saat ini terdapat di Perpustakaan Nasional.<br />

Pada kolofon terdapat keterangan bahwa penulis<br />

adalah penduduk (dayeuhan) di Banua H(e)neng.<br />

Tempatnya belum dapat ditentukan, tetapi dapat<br />

diperkirakan bahwa Banua Heneng adalah sebuah<br />

kabuyutan yang terdapat di Tatar Sunda.<br />

- 8 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Bab 2<br />

Terbitan Diplomatik<br />

Pengantar<br />

Dalam terbitan kali ini disajikan terbitan<br />

diplomatik teks <strong>Sanghyang</strong> <strong>Ajnyana</strong> dari naskah<br />

gebang L 1099 koleksi Perpustakaan Nasional RI.<br />

Terbitan diplomatik dimaksudkan agar pembaca<br />

sedekat mungkin dapat mengikuti teks sedekat<br />

mungkin sebagaimana termuat dalam naskah<br />

sumber (Wiryamartana, 1987: 56). Meski demikian,<br />

suatu terbitan tidak mungkin menghilangkan sama<br />

sekali jarak pembaca terbitan dengan naskah itu<br />

sendiri. Dalam terbitan ini pun termuat penafsiran<br />

peneliti atas sistem aksara dan sistem ejaan dalam<br />

naskah gebang 1099. Tentu saja, peneliti lain<br />

mungkin mempunyai tafsiran yang lain.<br />

- 9 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Terbitan diplomatik dalam penelitian kali ini<br />

dilaksanakan sebagai berikut:<br />

1. Sistem transliterasi mengikuti sistem<br />

Wiryamartana (1990) dalam menangani<br />

Arjunawiwāha dengan beberapa perubahan,<br />

sesuai dengan penafsiran peneliti ini atas<br />

sistem aksara dalam naskah lontar L 626 dan<br />

harkat bunyi aksara:<br />

ö: eu<br />

é: e taling<br />

ṙ: r final (panglayar)<br />

ṛ: re atau reu<br />

ḷ: le atau leu<br />

ñ: ny<br />

ṅ: ng final (panyecek)<br />

ŋ: nga<br />

ḥ: h final (pangwisad)<br />

. (titik): paten (pamaéh)<br />

2. disajikan transliterasi berdasarkan halaman<br />

dan baris:<br />

a. recto: halaman depan<br />

b. verso: halaman belakang<br />

c. baris ditandai dengan angka arab.<br />

3. Pemisahan kata dilakukan menurut bunyi<br />

teks dan disesuaikan dengan ejaan, sama<br />

dengan ejaan yang dipakai dalam suntingan<br />

teks.<br />

4. Koreksi yang dibuat oleh penulis naskah tidak<br />

dicantumkan dalam terbitan diplomatik.<br />

Koreksi atas bagian yang salah kadang-<br />

- 10 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

kadang berupa pembubuhan panyuku dan<br />

pemepet (panghulu) dalam satu aksara.<br />

Kadang-kadang berupa coretan tanpa<br />

mengenai aksaranya.<br />

- 11 -


Terbitan diplomatik<br />

- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 1v<br />

1. /o/ ndaḣ waraḣ iyatnakna, ini na pakéeun. nu<br />

liwat. ti raga. nu luputa<br />

2. (pamaéh) ti bayu sabda hidep. liwat. ti …<br />

sarira, ḷwiḣ ti hurip. na minget. tutuṙ,<br />

3. saṅ manon. liwat. ti atma wisésa, ḷwiḣ ti aci<br />

tya niṅ ñana ajñana, li<br />

4. tya niṅ taya /o/ ini ti nu sakini, nu nuduḣan.<br />

na raga, nu ngaranan. bayu sabda hi<br />

Lp. 2r<br />

1. dep. nu ñeueuṅ ŋaṛŋeu, deuṅŋeun. rasa,<br />

sarira, hurip. na atma, miŋet. tutuṙ saṅ ma<br />

2. non. wisésa, nu ŋaranan., sakini, iña alit. bayu<br />

sabda hidep.iña alit. bayu sabda hidep.<br />

3. pun./o/ ini nu diboga raga, nu metukeun. na<br />

bayu sabda hidep. nu tutuṙ<br />

4. ñeueuṅ ŋaṛŋeu, nu maka waya rasa, di sarira,<br />

nu maka hurip.atma, aci alita<br />

Lp. 2v<br />

1. . wisésa na pun./o/ ña ini tugal. na alit. na<br />

raga sarira, nu mitukeun. na ba<br />

2. yu, hamo kabayuan.ña ini nu ñabda hamo<br />

kasabda, ña ini ŋahide<br />

3. p. hamo kahidep.ini nu ŋadéŋé, hamo kadéŋé,<br />

ini nu ñeueuṅ<br />

4. hamo kajeueuṅ, ini nu karasa hamo karasa, ña<br />

ini nuy ŋahuripan. hamo<br />

- 12 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 3r<br />

1. dep. tan. katuduḣhan. ku alit. uraṅ sabwana,<br />

iña lita nu maka lita, ŋara<br />

2. nan.alit. uraṅ sabwana, nu ŋaranan. uraṅ<br />

sajagat. tan.köna, diŋaranan. i<br />

3. ña nu wisésa, dina alit. niṅ tan. katon. kaṛŋeu,<br />

tan. kausap. ka<br />

4. hidep. iña nu maka alit. niṅ tan. katuduḣhan.<br />

pun./o/ ini pakéön. nana<br />

Lp. 3v<br />

1. . dina puhun. alit. tugal. bayu sabda<br />

hidep./o/: ini na pakéön. alit. niṅ<br />

2. laṅgeṅ tutuṙ teṅ leṅ niṅ hidep. nis. ku sadi<br />

ñana, paké maṅkat.kön. .‏ajñana ŋa<br />

[leu/3]<br />

3. ḷpas.kön.ñana alit. saṅ manon. /o/ ini sunyi<br />

alit. niṅ laṅgeṅ sa mano<br />

4. n. terus. na ti akasa, padaṅ caaṅ, liwat. ti<br />

rahina sada, hibaṙ caaṅ saluaṙ bwa<br />

Lp. 4r<br />

1. na, luput. böraṅ caaṅ sadakala, paké alit. niṅ<br />

jööṅ di alit. hidip. saṅ ma<br />

2. non. pakön. ŋahusiṙ na jati, ñöö bwana<br />

nis.kala, /o/ ini pakön. ŋahu<br />

3. siṙ abu ayaḣ ka nis.kala, paké alit. na niṙmala,<br />

di alit. ḷöpasa<br />

4. . niṅ ñana, pakön. makat. moksaḣkön. ajñana,<br />

ja nu maka alit. ŋaḷŋit<br />

- 13 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 4v<br />

1. kön. nu alit. hatö nu ḷŋitön. alit. niṅ ajñana,<br />

pulaṅ dii ka nis.kala, a<br />

2. lit. niṅ ñana, dataṅ ka tan. hana, kana désa,<br />

légaṅ héraṅ liṅlaṅ, heniṅ laṅliṅ na<br />

[ru/4]<br />

3. bwana, cuduk. na ñana ka abu ayaḣ pun. /o/<br />

ini pakön.ŋapiḣkön. bumi<br />

4. , niṙ na bumi ti pretiwi, na raga lilaṅ muksaḣ ti<br />

dunia, sunyi lawan. taya, mo<br />

Lp. 5r<br />

1. ksa hilaṅ tapa saṅkan. mesat. muksaḣ hilaṅ ti<br />

akasa, alit. niṅ pretiwi ŋa<br />

2. piḣkön. paŋisi bumi, alit. niṅ bwana,<br />

ŋapiḣkön. raga sarira, alit. niṅ a<br />

3. kasa, ŋapiḣkön. siraḣ tres. sari niṅ bwana,<br />

pada muksaḣkön. pasabuṅ nis. ka<br />

4. la, pakön ŋagös.kön. tapa pun. /o/ ini pakön<br />

beneṙ, paké alit niṅ ñana,<br />

Lp. 5v<br />

1. nu maka waya na rasa, aŋen aŋen. nu<br />

metukeun. bayu sabda hidep. diŋön. nu ñöö<br />

2. ŋaṛŋö, paké alit nu alik. dina ajñana, nu luput.<br />

balik. ti pretiwi<br />

[ruṙ/5]<br />

3. ,liwat. waas. ti dunia, sunyi lawan. taya, nu<br />

liwat. waas. pada, ti bwa<br />

4. na, ḷwiḣ balik. alit. sarira sunya paramarata,<br />

biasara waas. pada, nu liwa<br />

- 14 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 6r<br />

1. t. ti akasa, nu ḷöwiḣ ti paṅŋöusi bumi, nu alit.<br />

dina turu taṅhi, di rahina, la<br />

2. wan. wöŋi, alit. ñana, ñumana di ajñana, nu<br />

maka, bönör hidöp. tinöṅ<br />

3. aŋön aŋön. dalit. ka alit. niṅ ñana, nu tinöṅ<br />

alit. dalit. ka ni<br />

4. s. kala, pakön. hamo sasab. ka abu ayaḣ ka<br />

niskala pun. /o/ ini<br />

Lp. 6v<br />

1. lit. na daṙma, alit. sipön. niṅ ajñana, ña mula<br />

niṅ sabda, saṅkan. pröjña, alita [alit]<br />

2. . niṅ hidöp. lawan. aŋön aŋön., iña nu tan.<br />

katon. kaṙŋö, alit. niṅ ta<br />

[é/6]<br />

3. n. katon. kaṙŋö, iña alit. nu ñööṅ hamo kajööṅ,<br />

ku nu ñööṅ, a.<br />

4. lit. niṅ déŋé hamo kadéŋé, ku nu ŋadéŋé, iña<br />

alit. niṅ bayu, hamo<br />

Lp. 7r<br />

1. kabaywan. ku bayu, alit. na sabda hamo<br />

kasabda ku nu ñabda, alit. na hi<br />

2. dep. hamo kahidep. ku hidep., alit. na rasa,<br />

hamo karasa, ku nu –<br />

3. ŋarasa, alit. na tutuṙ mo katu-tuṙ ku nu tutuṙ,<br />

alit. na miŋet. mo<br />

4. kamiŋet. tan. ku miŋet., tugal. alit. niṅ lageṅ<br />

saṅ manon. nuduḣ ta<br />

- 15 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 7v<br />

1. n. katuduḣhan, alit. na nuduḣ tan. katuduḣ,<br />

alit. niṅ laṅgeṅ ajñana, nu lu_(dibawah) put. ti<br />

2. tata ajñana, wisésa, di alit. niṅ tan.<br />

pakatuduḣhan. alit. ti nu alita<br />

[la/7]<br />

3. . majaṙ ini, tan. kaduhuṙran. ku duhuṙ, tan.<br />

kasoṙran. dénéṅ soṙ, tan.<br />

4. kna kaloṙran. ku loṙ tan. kna kakidulan. ku<br />

kidul., tan. na kulon.-<br />

Lp. 8r<br />

1. kakulonan., na wétan. kawétan. nan, tan. na<br />

adoḣ tan. na ṛk., i<br />

2. ya nu wönaṅ kagal. wenaṅ ka alit. yata wenaṅ<br />

hana wenaṅ tan. hana, luput. ali<br />

3. t. ti laṅgeṅ ḷŋös ajñana, iña ku alit. jati, padita,<br />

nis.kala, ajñana,<br />

4. pun /0/ ini na pakéön. nu luput. ti na alit.<br />

bayu sabda hidep. ḷwiḣ lu<br />

Lp. 8v<br />

1. put. alit. niṅ atos. ñana, wenaṅ tan. hana,<br />

maṅkat.kön. ajñana, alita<br />

2. . sarira, ŋahilaṅkön. raga, ŋaḷŋit.kön. pretiwi,<br />

ŋahilaṅkön. dunia, suniya<br />

[…]<br />

3. bwana, moksaḣkön. akasa, liwat. ti katara<br />

manusa, malik. sarupa ali<br />

4. t. sarira, na awak. törus. héraṅ na rupa,<br />

mamaya terus. déwata, h…öng na ḷŋiṅ tö<br />

- 16 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 9r<br />

1. rus. na ñana, maṅkat. ti bwana laraṅ, liwat. ti<br />

katara, tata, déwata, tina<br />

2. sorga hyiṅ kaḷpasön. dataṅ ka tirus. bwana,<br />

mulia soraṅ, pucak. ni laraṅ<br />

3. , liwat. ti iña, dataṅ ka törus. na laraṅ mayana,<br />

héraṅ bwana, liwat. ti<br />

4. iña dataṅ ka törus. na légaṅ bwana, liwat. ti<br />

iña dayöḣhan, du banua hneṅ mu<br />

Lp. 9v<br />

1. niya kiliṅ, dipukat.kön. ku ti nis.kala, dataṅ ka<br />

pu… ka légaṅ héraṅ na maya,<br />

2. hneṅ bwana, liwat.ḷpas. ti iña, dataṅ ka pucak.<br />

hneṅ terus. na lilaṅ bwana, lupu<br />

[da/9]<br />

3. t. ḷpas. sakaég kana, liwat. ti na soṙga, para<br />

tata niṅ déwata, hiya kaḷ<br />

4. pasön., liwat. taya, saké kana, tke ka katara,<br />

tata banua bwana, nis.kala, pa<br />

Lp. 10r<br />

1. hi turun. ti nis.kala, ñuṅsuṅŋan. lalakon. saṅ<br />

hyaṅ hayu, subaga, ñaga saṅ<br />

2. hyi ajñana, hatö taŋan. lapaḣ masra, niṅ<br />

bwana, aci ti atma wisésa, na lagöṅ<br />

3. na, premana, asra niṅ ñana, atis. ti …ri, na<br />

rupa, mulyi jati, lidaḣ na awak.<br />

4. premana, mulia rupa, tarus. alus. rupa jati,<br />

mulia, sari saṅhyiṅ hayu, li<br />

- 17 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 10v [ga 0/ 10]<br />

1. mang mayana, héraṅ tirus. bwana. metu sari<br />

ruum. ti sarira, tutup. ruum. kuma<br />

2. rat …, ruum. mahabara, saluṙ abwana, jati<br />

sa[nu/]riniṅ ajñana, agös. ta pahayu ja<br />

3. ti saṅhyi ajñana, agös. rasa jati palipuṙna,<br />

puṙna tis. ti nis.kala, jati, ñöt.<br />

4. ḷs. maṅkat.kön. ajñana, asraniṅ ñana, ti<br />

nis.kala, pat.ḷpas. lapaḣ nira<br />

Lp. 11r<br />

1. , pada wörög. lapaḣhira nis.kala, ŋiriṅŋakön.<br />

nira rasa, agis. ti sari budi jati, su<br />

2. ka lapaḣ /0/ ta budi, lumaku budi rahayu,<br />

pada sapak. suka subaga, mamaṙ sati<br />

3. a jati premana, pada gölis. lapaḣhira, tumut<br />

wastu lituhayu, ḷ<br />

4. gös. hidip. tugal. tinöṅ, sampak, sabda, suka<br />

rasa, satikaḣ, sakaṙma, sagö<br />

Lp. 11v [ga ga/ 11]<br />

1. i sapatöṅtiman. satikaḣ, krita, mulia, widu<br />

ajñana, sarua saréanan. na sasipa<br />

2. t. lajaran. ñana, pada agös. sumam. ta, ñana,<br />

sarira ñana, ŋawidu saṅhyaṅ hayu,<br />

3. agis. hayu palipuṙna, paṅkat. nira luput.ḷpas.<br />

sakéṅ bwana, nis.kala,<br />

4. pat.ḷpas.ḷñep. palapaḣhira, töka, maŋi, niṅ<br />

bwana, tan. hana, huwus. nika<br />

Lp. 12r<br />

1. ka saṅ padita, ti puhun. saṅ padita, ñöön.<br />

para, nis. ti déwa, nis. ti déwa<br />

- 18 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

2. ta, nis. ti kasoṙgaan. nis. ti kahyaṅŋan. nis. ti<br />

ajñana, tina wisé<br />

3. sa, saṅ padita, mönaṅ tutuṙ jati, lageṅ sunyi<br />

nilan. tara, niṅ ajñana, laṅgeṅ niṅ<br />

4. bwana, pun. /0/ saṅ padita, tu wenaṅ liwat. ti<br />

taṅkal. nu wenaṅ ḷwiḣ ti jati, nu<br />

Lp. 12v [ga ro/12]<br />

1. wenaṅ luput. ti puhun. wenaṅ takön. wisésa,<br />

ŋahilaṅkön. ajñana, wenaṅ wiṅ mala,<br />

2. sidi ḷpas. mokta hilaṅ tapa sakan. saṅ padita,<br />

awoṙ jatina, ka nis.<br />

3. kala, alit. dalit. di tan. hana, saṅ padita, nu<br />

luput. ti tan. hana,<br />

4. wenaṅ tan. hana, ja sawuit. di mula, niṅ dadi<br />

tan. hana, iña tu sinaṅguḣ caduk.<br />

Lp. 13r<br />

1. syi utama, dayöhan. di pucak. nagara,asra na<br />

hneṅ, pahi ŋamuliakön. na ña<br />

2. na, nu pakön. iña waṅsana, waṅsana, sri légaṅ,<br />

maya, terusna héraṅ, asra na bwana, pa<br />

3. laṅkana, asra ni héraṅ, maya na hneṅ bwana,<br />

paluguḣhan. nan. na tupak. di madyi pu<br />

4. cak. asra terus. niṅ héraṅ, lumarap. na awak.<br />

kadi rupa mamaya, niṅ ajñana, misu.<br />

Lp. 13v [ga leu /13]<br />

1. daan. pasramaya, terus na héraṅ bwana,<br />

dihulu niru bwana, pucakna niru akasa,<br />

mucaṙ<br />

- 19 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

2. caaṅ sabwana, metu na sebawa jati, mijil. téja,<br />

dilaḣ niṅ bwana, séda, jati<br />

3. na waṅsana, héraṅ hneṅ sadakala, pun. agös.<br />

pahi ḷgep. saṅkep. miguna,<br />

4. na waṅsana, pahi syinu aragöṅ, pahi syi mataṅ<br />

désa, nu naganan. para, cita, nu wi<br />

Lp. 14r<br />

1. sésa, syi döna para soṙga, ka paṛkkan. na<br />

déwata, tina soṙga hyiṅ kapö<br />

2. satan. déwata, wisésa, dina soṙga kapösatan.<br />

kapösatan. ti ma<br />

3. nusa, di tapa ŋabiapara, nusyi maŋun. hayu,<br />

ŋahusiṙ soṙga, niṅ daṙma, saṅ<br />

4. hyaṅ atma wisésa, hatö mukuṙ ti widu rahayu,<br />

hatö liwat. ti na kasoṙ<br />

Lp. 14v [ga ru/14]<br />

1. . gaan. déwata, déwa manusa, kawisésa, ku<br />

déwata, déwata, jati nis. ka<br />

2. la, nusyi ŋawidu bumi, katurahan. na ajñana,<br />

maha wisésa, dayö<br />

3. ḣhan. di buana, ŋagölaṅŋacun. para soṙga,<br />

hatö nu liwat. ti iña,<br />

4. nusyi maṅgawé tapa, hatö luput. ti sakitu,<br />

nusyi ŋawidu, maṅŋun. rahayu,<br />

Lp. 15r<br />

1. samilaṅ saṅhyaṅ atma, dipajaṙ wenaṅ, wisésa,<br />

hatö liwat. ti tata, hyiṅ déwa<br />

2. ta, ti na soṙga kahyiṅŋan. //00// hégan.<br />

sauraṅ, liwat. ti na kapösa<br />

- 20 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

3. tan. kina séda, para tata, niṅ déwata, liwat. ti<br />

na kasoṙgaan. ḷ<br />

4. wiḣ ti na para aci, liwat. ti na para cita, mugaḣ<br />

ti nis.kala, sadataṅ<br />

Lp. 15v [ga rur/ 15]<br />

1. ka nu wisésa, nu wisésa, tuluy. miwaraṅ,<br />

lapaḣ ka para gölaṅŋan. pahi ka nusyi, a<br />

2. ragöṅ, ka nusyi, mataṅ gölaṅŋan. pahi cuduk.<br />

miṅpuluṅ, dayöḣhan. di citana,<br />

3. gara, asra, wisésa, dayöḣhan. di cita, gléṅ<br />

nagara asra bwana, dayöḣhan. di<br />

4. pucak. nagara asra na hneṅ, dayöḣhan. di cita,<br />

mayana, asra niṅ héraṅ, dayöḣha<br />

Lp. 16r<br />

1. n. di cita, nagara asri na hneṅ, pahi sapak.<br />

tugal. kreta, saṅ hyaṅ ajñana, dayö<br />

2. han. di pucak. légaṅ nagara asra wisésa, pahi<br />

saṅ kup. nu mahayu, pahi<br />

3. kupul. nu mipuluṅ, ka kadaton. nu wisésa,<br />

kadaton. sri maga wi<br />

4. du bwana, nanataṙ, carénaṅ héraṅ, kadi asra<br />

omas. misaḣ kasilaṅ asra haré<br />

Lp. 16v [ga u/ 16]<br />

1. mas. bwaruan. terus. bwana, hibaṙ nataṙ<br />

saluaṙna, maya na hneṅ bwana, héraṅ pala<br />

2. ka, asraniṅ maya, paluguḣhan. wati hneṅ, na<br />

sadaan. asra maya, héraṅ na li<br />

3. ga téja bwana, dipucak. kan. ka déwata,<br />

saratna séda premana, ali aliṅ<br />

4. ŋan. ajñana, sakitu paṅdifuna paṅluṅguḣhan.<br />

nu wisésa, agös. kupul. nu miṅ<br />

- 21 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 17r<br />

1. puluṅ, papa, hisyi wisésa, pahi sia, mataṅ<br />

désa, ŋagölaṅŋan. para cita, sahuṙ<br />

2. nu wisésa, mana I dé kupul. mipuluṅ aiṅ dék.<br />

maan. ahuman. ka<br />

3. nusyi agagöṅ, nu wisésa, samodana,<br />

ñagatakön. na ajñana, sugan. maka<br />

4. susaḣ, ti kahan. nan. nu maka kami modana,<br />

ka nusyi aragöṅ, pun. ku sabḍa iṅ<br />

Lp. 17v [ga la/ 17]<br />

1. ayöna ini, kami méta, palalun. iŋuŋön. na<br />

kapuguṅŋan. biṛŋöḣ na kapi<br />

2. deṅŋan. nu maka kami méta, di iyatnakön. ku<br />

na kahiwaṅ hiwaṅŋan.ñana, sa<br />

3. bḍa iṅ ayöna ini, jaga dapet. da lurusan. bélot.<br />

ben. neṙkön. kuraṅ tebe<br />

4. yan. lamun. na lain. balikön. lamun. na salaḣ<br />

pagaḣhan. kami pun. nu ma<br />

Lp. 18r<br />

1. ka kami, maan. di hööm. katitisan. sowara,<br />

trita, ajñana, ti madyi niṅ ña<br />

2. na, ŋupadésa ñana, sabḍa wisésa, ka nusyi<br />

aragöṅ, papahi wenaṅ wisésa, sugana<br />

3. . kaŋaduluran. na rahayu, ka nusyi premana,<br />

laraṅ niṅ ñana, ŋajajakön. kana ja<br />

4. ti, titis. sowara pata, ti madyi, pahi ŋösian.<br />

kreta, premana, utama, mu<br />

Lp. 18v [ga ca/18]<br />

1. lia widu, saṅhyiṅ hayu, pahi mijil.kön. paŋasiḣ<br />

jati, premana, wiwu niṅ ajñana<br />

- 22 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

2. pahi syi tumitis. tugal. puluḣ, nusyi<br />

mataṅdésa, papahi wenaṅ wisésa,<br />

3. sakitu nu maka kami modana, ka nusyi para<br />

wenaṅ, pun. sumahuṙ dayöḣha<br />

4. n. di asri na cita, nagara asra wisésa, tugal.<br />

kreta sapak. samadaya, ka nu<br />

Lp. 19r<br />

1. syi aragöṅ, néma ajñana, ka nusyi wisésa,<br />

naréma sabḍa utama, pupn. lamu<br />

2. n. kitu saṅhyaṅ sahuṙ, titis. sowara pata, kreta<br />

saṅhyaṅ ajñana, ti ma<br />

3. dyi, hayaṅ kawöṛg. tinöṅ tuaṅ hidep. kadulu<br />

kasukuṅ kawaŋun. kreta su<br />

4. baga paramarata, satia, pawitra widu saṅhyaṅ<br />

ajñana, sakitu nu maka mihulu<br />

Lp. 19v [ga da/ 19]<br />

1. m. muku kami salaḣ rasa, mönaṅ ñukayan.<br />

ajñana, titis. sowarapata, ti ma<br />

2. dyi ŋan. tu kami hulun. lamun. kaaku kahaup.<br />

ŋawidukön. saṅhyaṅ hayu,<br />

3. paksa tugal. kreta, ti nu wisésa, pun.<br />

ŋajajadikön. na jati, sahuṙ nu wisé<br />

4. sa, mana ai maan. sam. pak. kreta, kana uraṅ<br />

sajagat. kéna saṅhya sahuṙ sa<br />

Lp. 20r<br />

1. kini, mana ai ñalaṙ ka nu réa, pilacan. nön. ai<br />

suka, sam. pak. tugala<br />

2. . kreta, ka nu wisésa, sahuṙ dayöḣhan. di cita,<br />

léṅgaṅ nagara asra bwana, puna<br />

- 23 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

3. Kami hulun. saṅkup. ŋawidu saṅhyaṅ hayu,<br />

sam. pak. suka kreta, samadaya<br />

4. , hatö nu katitigénan. ñana suka ŋaduluṙ<br />

ajñana, tugal. ka nu wisésa, ŋawi<br />

Lp. 20v [ga o] seharusnya [ro o/20]<br />

1. dukön. saṅhyaṅ hayu, sahuṙ nu wisésa, lamun.<br />

agös. weṙg. legep. saṅ köpa<br />

2. . sam. pak. tugal. samadaya, agös. sakup.<br />

kupul. nu mipuluṅ, papahi we<br />

3. naṅ wisésa, pahi syi, mataṅ désa, nusyi pahi<br />

aragöṅ, ka kadaton. nu wisésa, na<br />

4. kadaton. sri aga hneṅ, widu na waŋun. mulia<br />

sra bwana, na bumi terus. na hneṅ héraṅ<br />

Lp. 21r<br />

1. légaṅ na maya, kadi asra niṅ akasa, nanataṙ<br />

carénaṅ héraṅ, kadi asra homas.<br />

2. miraḣ lumarap. kadi asra niṅ harémas.<br />

buruan. terus. bwana, hibaṙ nataṙ sa<br />

3. luaṙna, maya na hneṅ bwana, héraṅ na palaka,<br />

asra niṅ maya, paluguḣhan. wati hneṅ<br />

4. , na sadaan. asra maya, héraṅ liha, téja bwana,<br />

pucak. na agadéta, saratna<br />

Lp. 21v [ro ga/ 21]<br />

1. sada premana, ali aliṅŋan. ajñana, sakitu<br />

weduna, na paṅluṅguḣhan. nu wisésa<br />

2. agös. kupul. nu mipuluṅ, pahi syi wenaṅ<br />

wisésa, sahuṙ nu wisésa, ŋan. tu<br />

3. lamun. agös. saṅkup. sapak. paksa, tugal. pun.<br />

néma sabḍa nu wisé<br />

- 24 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

4. sa, dayöḣhan. di cita ragara asra wisésa, pun.<br />

agös. saṅkup. kupul. nu mipu<br />

Lp. 22r<br />

1. luṅ, ŋawidukön. saṅhyaṅ hayu, ŋutamakön.<br />

saṅhyaṅ ajñana, ŋan. tu sugan. kalawa<br />

2. san. göiṅ di luaṙ, sugan. hatö katö tinöṅkön. ku<br />

uraṅ pun. göra paṅkat. kö<br />

3. n. iña na ñana, pun. mugaḣkön. iña waṅsa na<br />

pahi töluan. nu nuguan.<br />

4. na kahanan. ti manusa, puji makat.kön.<br />

saṅhyaṅ atma na ñana aci wisésa, paṅka<br />

Lp. 22v [ro ro/22]<br />

1. t. ti bwana, jati suda, dataṅ ka bwana nis.kala,<br />

mugaḣ ka bwana, jati tan. hana, sahuṙ<br />

2. nu wisésa, liboḣ kéh bresiḣ sarira, jati, awak.<br />

saṅ hyaṅ ajñana, na atma aci<br />

3. wisésa, agös. aci rupa jati, ajum. alus. atis. luis.<br />

duga héraṅ ma<br />

4. ra maratasan. rupa jati hneṅ ḷgek. kasép. laṅgé<br />

hajiṅ pates. litu hayu,<br />

Lp. 23r<br />

1. terus. rupa, na maya jati premana, na busana,<br />

terus. héraṅ mamaya asra bwana, sabu<br />

2. kna buka han. tara, husian. asra harémas.<br />

dipakanan. pasra cina, di sisi<br />

3. na, pasra keliṅ, di teŋaḣ na réka, asra déwata,<br />

terus. alus. hneṅ tuṅtuṅ, rabu<br />

4. na héraṅ sagala, disilaṅ ku kekembaṅŋan.<br />

carénaṅ höḷt. höḷt. na, siaṅ kembaṅ<br />

- 25 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 23v [ro leu / 23]<br />

1. masa laraṅ, lita na busana, sapaŋadeg.<br />

Samataré, pakön. madeg.kön. ajña<br />

2. na, ini na pisalibut. terusa ibun. cipuk. alus. di<br />

tuṅtuṅna, kuwuṅ kuwuṅ<br />

3. misisi na téja hni, di teŋaḣna téja waṙna,<br />

huruṅ, héraṅ, caaṅ siaṅ hibaṙ ṛji<br />

4. jöṅ sem. bawa, lita paṅwidu saṅhyaṅ hayu, lita<br />

guna, cita maya cina, ñabuṅŋan. Pi<br />

Lp. 24r<br />

1. busanaön. /0/ paké tupak. di waṅsana, agös.<br />

luguḣ was. tu widu, saṅhyaṅ ha<br />

2. yu, lidaḣ pawitra premana, mulia saṅhyaṅ<br />

ajñana, na atma aci wisésa, ditu<br />

3. pakön. kana waṅsana, pahi döṅ na rabi<br />

kasiḣhan. paminiḣhan. ti nis. ka<br />

4. la, nu nugaan. na kahanan. masa syi ti<br />

manusa, nu maku saṅhyaṅ hayu, maka<br />

Lp. 24v [ro ru / 24]<br />

1. t.kön. saṅ hyaṅ ajñana, ṛŋö dipicahakön.<br />

sadataṅ pulaṅ ka taṅkal. sacudu<br />

2. k. dataṅ ka puhun. pahi agös. tupak. waṅsana,<br />

waṅsana sri léṅgaṅ maya,<br />

3. trerus. na héraṅ asra, bwana, palaṅka asra niṅ<br />

héraṅ, mayana, hneṅ bwana na pa<br />

4. luguḣhan. tupak. di pucak. madia, asra, terus.<br />

niṅ héraṅ, awak. Luma<br />

Lp. 25r<br />

1. rap. kadi mamaya ajñana, na sadaan.<br />

asramaya, terusna héraṅ bwana, ti hulu<br />

- 26 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

2. niṅru bwana, pucakna niru akasa, mucaṙ caaṅ<br />

sabwana, metu na sebawa jati, mijil<br />

3. téja dilaḣ ñana niṅ bwana, suda jati na<br />

waṅsana, héraṅ hneṅ nilan. tara, niṅ bwana,<br />

4. na waṅsana, tapiḣ na aasra niṅ omas. silaṅna,<br />

pamapan. asra harémas. carénaṅ<br />

Lp. 25v [ro rur / 25]<br />

1. héraṅ tapiḣna, hibaṙ ṛŋö döṅ sembawa,<br />

tipiṅgina, dikikitiṙ cakra manik. diselaṅ a<br />

2. srana, miraḣ, ti haṛpön. na kikicap. premata,<br />

asra mas. miraḣ, ti tukaṅŋön.<br />

3. tali laya, dikembaṅŋan. asraniṅ omas. pucak.<br />

na asra miraḣ rarawis. na miraḣ<br />

4. manik. diselaṅ ku kembaṅ atuṅ buŋa tujuṅ,<br />

dirurutuy, hneṅ tuṅtu, ḷtik. kabönaṅ<br />

Lp. 26r<br />

1. ŋarigit. na kembaṅ widu laraŋan. na kembaṅ<br />

carénaṅ héraṅ, kadi mamaya, omas.<br />

2. pidaḣ, na sebawa héraṅ waṙna, bijil hneṅ ti<br />

puhun. na lumalarap. bitan. kela<br />

3. t. bijil. Sebawa tina widu paṅluṅguḣhan. mitu<br />

ti saṅhyaṅ hayu, bijila<br />

4. (pamaéh) na tina ajñana, pahi bjil. na sebawa<br />

sebawa jati sarira, byita alit. niṅ ña<br />

Lp. 26v [ro u / 26]<br />

1. na, nu maka widu sarira, /0/. agös. genep.<br />

ḷgep. sakep. na saṅkuan. pituṅ suruṅ,<br />

2. na saṅkuan. Asra miraḣ, sagala, papakön.<br />

ŋaduluṙ saṅ hyaṅ hayu, pakön, ŋawi<br />

- 27 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

3. dukön. dina puhun. pahi nusyi aragöṅ, papahi<br />

wenaṅ wesésa, sahuṙ nu wisésa, li<br />

4. boḣ onam. uraṅ maṅkan. maka pahi pak. sa<br />

tugal. tatabiḣhan. pahi agö<br />

Lp. 27r<br />

1. s. ka saṅkepan. ga sarira héraṅ hneṅ, asra na<br />

os. miraḣ, gooṅ ku, héraṅ hneṅ, a<br />

2. sra na tabaga suk. la, aduan. döṅ omas. pirak.<br />

di papon. galuga haṛta<br />

3. l. asra harémas. siaṅ tupak. na carénaṅ héraṅ,<br />

hilöt. hölöt. na,<br />

4. tataböḣhan. pakön. ŋawereg. saṅkuan. lita<br />

gooṅ gaṅsa, tugal. sarapa<br />

Lp. 27v [ro la / 27]<br />

1. san. pañabuṅŋan. nu wisésa, ḷbuḣkönön. dina,<br />

puhun. pakön. ŋaweṛg. waṅsa<br />

2. na, micahakön. di madyi, lamun. nu cuduk. ka<br />

puhun, sahuṙ nu wisésa, li<br />

3. boḣ onam. uraṅ maṅkat. bray. carénaṅ héraṅ,<br />

na pañawér ka maguṅŋin. na waṅsana<br />

4. , na pañawéṙ, asra miraḣ döṅ harémas. nu<br />

ñawéṙ sanua köpac. hatö pegat. na<br />

Lp. 28r<br />

1. sapajnaṅ jalan. ḷpaṅna, waṅsana, na pañawéṙ<br />

carénaṅ héraṅ nigaṅna, kaburaan. ŋapaṙ<br />

2. héraṅ carénaṅ hölöt. hölöt. na, buruan. terus.<br />

na hneṅ tatapakan. a<br />

3. sra na miraḣ, héraṅ léṅgaṅ sagala, tugul. bubaṅ<br />

kiri kanan. asra ötöṅ<br />

- 28 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

4. miraḣ hötön. kikila ḷpaṅ ti hila, héraṅ na payu<br />

niru kacana, hatöp. na sra<br />

Lp. 28v [ro ca/28]<br />

1. cimaya, héraṅna, miraḣ sagala, pamapan. asra<br />

harémas. héraṅ kuniṅ su<br />

2. ci hneṅ, héraṅ pucak na pasiaman. salinaṙ<br />

mamaya asraniṅ sutra, dipapa<br />

3. n. omas. harémas. héraṅ cénaṅ, lumarap. kadi<br />

helaṙ teka ŋo<br />

4. ra. /0/ brenaṅ gasa ditaböḣ padöri, gasa<br />

tuluy. digéṅgaṅkön. kikila, ma<br />

Lp. 29r<br />

1. ṅkat. ti kadaton. nu wisésa, goñaṅna réma,<br />

sorana gaṅsa, go<br />

2. ñaṅ dipipanöpuḣ, labuṅ baruṅ jöṅ naböḣ<br />

babaanan. babatakan. turut.<br />

3. laun. diridukön. nu nulaṅ nupaṅ soraṅ un.<br />

hateu nu uŋaliŋaṅ liṅŋan.<br />

4. ŋaran. babatakan. nan. na agös. kasiḣ pulaṅ<br />

gölis. haat. kami saja<br />

Lp. 29v [ro da / 29]<br />

1. tina, sorana gaṅsa, ŋawereg. na waṅsana,<br />

ŋaduluṙ saṅhyaṅ hayu, kreta subaga, …<br />

2. ñaga saṅhyaṅ ajñana, suka sapak. saréréa, hatö<br />

nu katitigénan. pahi<br />

3. si anu aragöṅ, papahi wenaṅ, wisésa, nu<br />

ŋajayak. kana mula, nu wisésa<br />

4. , ŋahatuṙkön. kana puhun. agös. luput. ti<br />

buruan. agöṅ, ŋala<br />

- 29 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 30r<br />

1. laṙ ka dora, laraṅŋan. sana cuduk. ka waṅŋun.<br />

ka widu puhun. rahayu, nu wisésa,<br />

2. tuluy. matuṙ ka haṛpön. ka nusyi maka wenaṅ,<br />

pahi syi nu aragöṅ, papahi<br />

3. syi wisésa, sam. pak. paksa tugal. kreta ka nu<br />

wisésa, ñöbaḣ bak. ti<br />

4. jati ka haṛpön. ñana ñumana, mremanakön.<br />

ajñana, kami hulun. ŋayo<br />

Lp. 30v [leu o / 30]<br />

1. göakön. saṅhyaṅ daṙma, premana, aci wisésa,<br />

ka nusyi maka ñana, kana wuit.<br />

2. mula dadi, ka na jati, kana mula niṅ ñana,<br />

kana taṅkal. niṅ ajñana, cuduk. ka pu<br />

3. hun. saṅhyaṅ hayu, dataṅ kana wuit. dadi,<br />

kawekasan. niṅ pretiwi, dataṅ ka taṅka<br />

4. kal. kawekas. niṅ akasa, dataṅ ka mula, wekas.<br />

niṅ bwana, dataṅ kana taṅkal. ka<br />

Lp. 31r<br />

1. wekasan. na nis.kala, wataṅ kana taṅkal.<br />

kawekasan. niṅ tan. hana, dataṅ kana taṅ<br />

2. kal. hana, sadataṅ tan. hana, cuduk. kana<br />

puhun. luput. kana wekas. niṅ ta<br />

3. n. katuduḣhan. wuit. niṅ ḷwiḣ saṅkan. dadi, nu<br />

ŋayugakön. ajñana, nu me<br />

4. tukön. hana sadataṅ tan. hana, nu ŋawayakön.<br />

tan. hana, ŋayuga, bwana, jati,<br />

Lp. 31v [leu ga/ 31]<br />

1. nis.kala, tina takal. pawekasan. laṅgeṅ taya,<br />

nihan. tara niṅ bwana, tugal. pa<br />

- 30 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

2. wekasan. héraṅ lilaṅ, dilageṅni, lilaṅ laṅli, di<br />

pucak. wekas. nihan. tara<br />

3. , niṅ bwana, dina tan. hana, ŋaran. nana, nis.<br />

ta kleṅ /0/ nu wisésa, pahi döṅ nusyi a<br />

4. ragöṅ, papahi wenaṅ wisésa, pahi agös.<br />

kahaṛpön. ŋahatuṙkön. kana puhu<br />

Lp. 32r<br />

1. n. ŋajayak. kana, taṅkal. kana wuit. mula dadi,<br />

agös. cuduk. kana puhu<br />

2. n. agös. dataṅ kana taṅkal. agös. kahusiṙ na<br />

jati, dataṅ kana mula pasra<br />

3. niṅ ajñana, ñahuṙ nu wisésa, pun., kami<br />

hulun. ŋayogiakön. Ajñana<br />

4. , kahaṛpön. sugan. waya ti sakini, pitinöṅŋön.<br />

saṅhyaṅ hidep. lamun. héga<br />

Lp. 32v [leu ro/32]<br />

1. n. sakini, kami sadu dék. jibaṙran. sakitu kami<br />

huluṇ. metu sabḍa ti madi<br />

2. a, padésa ñana, anakeṅ nu wisésa, sui hawara<br />

jibaṙran. kéna ai dék.<br />

3. matitim. ayöna, aiṅ dék. nadaña paritaḣ,<br />

sugan. ka …luy.kön. na da<br />

4. bönaṅ matitim. ku na ŋajajadikön. ŋösian. na<br />

kahanan. na paŋasiḣ ti nusyi<br />

Lp. 33r<br />

1. para wenaṅ, pahi syi tugal. puluḣ titis. kreta<br />

sowarajñana, ti madyi, pa<br />

2. hi syi mataṅ désa, maka tugal. sa…k.<br />

samadaya, lamun. na bécét<br />

- 31 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

3. siriḣhan. maka patitis. kreta sorajñana, kana<br />

saŋa walu pitu, gene<br />

4. p. paca, kapat. tiga, karo tugal., pahi bijel. na<br />

paŋasiḣ, pakön. na ja<br />

Lp. 33v [leu leu/ 33]<br />

1. ti, diwiwu,kön. pahi ŋawayakön. na kahanan.,<br />

pigösanön. na paŋasiḣ pahi nusyi<br />

2. aragöṅ, maka patitis. paligöḣ jati, /0/ sakitu<br />

anakiṅ, nu wisésa, maka<br />

3. puguḣ nuṅtuṅ na rahayu, ñahuṙ nu wisésa, na<br />

réma ajñana, maha premana, pun. ka<br />

4. mi hulun. lamun. kitu saṅ hyaṅ sahuṙ, muku<br />

waya, nu ŋönaḣ ñukayan. ajñana, la<br />

Lp. 34r<br />

1. mun. kitu saṅhyaṅ sahuṙ, agös. nuṅtuṅ na<br />

ajñana, dataṅ ka kami hulun. hégan.<br />

2. tu kami ŋaṛŋökön. puguḣ geusan. ŋawidukön.<br />

sahuṙ saṅhyaṅ hidep. anakiṅ<br />

3. nu wisésa, hadé lamun. dék. jibaṙran pada syi<br />

wenaṅ wisésa, hégan. tu<br />

4. ai höla, nitaḣ abuwa, ŋabreséka iña höla, /0/<br />

sahuṙ nu wisésa, liboḣ<br />

Lp. 34v [leu ru/ 34]<br />

1. kéh uraṅ paksa, tugal. ka haṛpön. uraṅ sadu<br />

dék. jibaran. laku sadu umun.<br />

2. jati, ñebaḣ bak. ti macak. laraṅ, kahaṛpön. ka<br />

nusyi maka adi kañana<br />

3. , sahuṙ saṅhyaṅ hidep. hadé jibaṙran.<br />

patitim.kön. di luaṙ, pahi syi ma<br />

- 32 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

4. taṅ désa, maka patitis. paligöḣ jati, mulaḣ<br />

waya nu kasalaḣhan. maka pa<br />

Lp. 35r<br />

1. hi sapak. suka kreta uraṅ sajagat. kéna ai<br />

hayaṅ ṛjöṅ, sati niṅ, suba<br />

2. ga ñaṅga, saṅhyaṅ ajñana, kéna aiṅ hayaṅ<br />

kaduluṙ kasukuṅ kawaŋun. manaiṅ<br />

3. ñarék. sakitu, ja hégan. hiji ini, nu paṅkat. ti<br />

manusa, nu mönaṅ<br />

4. , atos. hatosa ñana, ŋawakan. saṅhyaṅ daṙma,<br />

nu ŋadoṅkap. ka na<br />

Lp. 35v [leu rur/ 35]<br />

1. taṅkal. nu ŋahusiṙ na jati, nu cuduk. kana<br />

puhun. dataṅ kana taṅkal. wui<br />

2. t. mula dadi niṅ ajñana, /0/ luput. ti widu<br />

rahayu, liwat. ti désa, dé<br />

3. wata, tina tata soṙga kapös. tan. liwat. ti na<br />

soṙga kahyaṅŋa<br />

4. n. tina soṙga niṅ déwata, na déta, pahi agös.<br />

kawisésa, nu maka usaḣ<br />

Lp. 36r<br />

1. sabwana, nu maka ṛtag. sajagat. nu maka ṛduḣ<br />

sabumi, pahi agös. kaga<br />

2. laṙ, salaran. tapa, pakön. ŋawas. tu sahyaṅ<br />

hayu, ka madyi ka widu puhun<br />

3. . rahayu, sahuṙ nu wisésa, agös. saṅkup. pak.<br />

sa tugal. sam. pak.<br />

4. déṅdéṅ paras. padé, kreta uraṅ sajagat. hégan.<br />

tu uraṅ ŋaṛŋökön. agö<br />

- 33 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 36v [leu u/ 36]<br />

1. s. nu ŋawidukön. saṅhyaṅ hayu, hégan. tu<br />

uraṅ maṅké, ti luaṙ, ŋagaway. na ka<br />

2. hanan. pigösanön. na paŋasiḣ /0/ saagös.<br />

cuduka puhun. agös. dataṅ, ka<br />

3. na takal. agös. kahusiṙ na jati, na saṅkan. waya<br />

böhila, ti nis. ka<br />

4. la, na mula saṅkan. ti tan. hana, wuit. jati,<br />

mula way. niṅ ajñana, nuhuṙ ti<br />

Lp. 37r<br />

1. madyi niṅ tan. hana, nu padésa, ajñana, ka<br />

abu iṅ tan. hana wati, wuit. niṅ dadi,<br />

2. jati niṅ pretiwi, mula waya ni bwana, saṅkan.<br />

waya niṅ aksa, abu i tan. hana wa<br />

3. ti, ŋabuk. ti alit. na sari niṅ jati hurip. niṅ<br />

bwana, tugal. pretiwi, lawa<br />

4. n. akasa, di laṅgeṅ ni tugal. di kawekasan. ni<br />

bwana, luput. pretiwi, lu<br />

Lp. 37v [leu la/37]<br />

1. put. akasa, luput. bwana, luput. böraṅ luput.<br />

pitöṅ, luput. cai sada, ka<br />

2. la, héraṅ lilaṅ, sunyi nulan. tara, laṅgeṅ niṅ<br />

bwana, pawekasan. niṅ caaṅ sadakala,<br />

3. hneṅ laṅliṅ, sunyi terus. niṅ caaṅ, laṅgeṅ nilan.<br />

tara, niṅ bwana, luput. ti laṅgeṅ, ti<br />

4. tala han. tara, sunyi lan. tara, ti bwana, ti<br />

oḣhaḣ ni taya, tugal. laṅgeṅ niṅ<br />

Lp. 38r<br />

1. taya bwana, di nis.kala, di tan. hana, puhun.<br />

saṅhyaṅ hayu, wuit. na alit. taṅ<br />

- 34 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

2. kal. na ñana, kahanan. saṅhyaṅ ajñana, wuit.<br />

ni dadi, patugalan. niṅ tu<br />

3. gal. tugal. pretiwi lawan. akasa, iya tugal. ni<br />

ajñana, pun /0/ sahuṙ<br />

4. nu séda, saṅkan. wisésa, ti madia niṅ tan.<br />

hana, ñööṅ na waṅsana, dataṅ na duluṙ<br />

Lp. 38v [leu ca/38]<br />

1. , sakwan. tujuḣ suruṅ, na saṅkwan. asrana.<br />

miraḣ sagala, ti padiri, na paṅweṛg. gaṅsa<br />

2. rari, ditaböḣ diŋön. gooṅ, dipipa nem. puḣ<br />

labuṅ, /0/ nu miṛŋöḣ metu ci<br />

3. pta ti ajñana, mitu na sabḍa padésa, tuluy.<br />

miwaraṅ, abuna, tan. hana wa<br />

4. ti, na wuit. sari niṅ aci, wuit. jati mula niṅ<br />

ajñana, ḷpaṅ onam. husiṙ ka waṅ<br />

Lp. 39r<br />

1. sana, mulaḣ dimaka turun. ku manéh, ti<br />

maṅguṅ na waṅsana, mulaṅ dimaka naka na<br />

2. taṙ, nu néma ajñana, abu, iṅ tan. hana wati, ka<br />

haṛpön. saṅ hyaṅ hidep. sa<br />

3. du méré ñaho, sugan. kamö göra gira, haŋö<br />

haŋö sasaḷŋöṙ görö<br />

4. k. ku pitinöŋön. hamo ṛŋö döṅŋön. saṅhyaṅ<br />

hidep. hégan. tu éboḣ<br />

Lp. 39v [leu dar/39]<br />

1. onam. aiṅ ŋaduluṙ rahayu, ḷpaṅ onam. silihan.<br />

na waṅsana, abui mi waṅ<br />

2. sana, sarira, palalawas. papagaḣ döṅ daṙma,<br />

döŋön. na anak. ajñana, abuiṅ tu<br />

- 35 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

3. run. ŋahuseṙ na wasana, pahi uñut. turun. nu<br />

mahayu saṅhyaṅ hayu, pahi<br />

4. dataṅ ka waṅsana, sahuṙ abuiṅ sakini, anak.<br />

kiṅ abet. ka dini, saṅhya atma<br />

Lp. 40r<br />

1. ajñana, aci wisésa, néma ajñana, ti puhun.<br />

saṅhyaṅ hayu, saṅhyaṅ atma aci<br />

2. wisésa, teheṙ sadu umun. jati bak. ti ñebaḣ ka<br />

haṙpön. hégan. tu<br />

3. kami bocaḣ méta palalun. kami takut. hatö<br />

ñaho dina tutuṙ,<br />

4. guru lagu, hégan. tu padan. kami mo ñaho<br />

dina tikaḣ, tatakaṙma,<br />

Lp. 40v [ru o/40]<br />

1. hégan. tu nu maka mitakut. jarot. sömaṅ töiṅ,<br />

sugan. dipajaṙkön. naṅgö<br />

2. ḣhan. gunuṅ tan. pa töiṅ, ŋadöḷ panon. poé<br />

tan. pa sérab. suga<br />

3. n. göra-göra, sasaḷŋöṙ, lucat. ciuṅ karo laṅkaḣ,<br />

töpak. muka balu<br />

4. bahaṅga, sugan. kasöbölan. kasualan.<br />

kapapahan. ka malaṅŋan. suga<br />

Lp. 41r<br />

1. n.köna ku na cakra kala, upadrawa niṅ ajñana,<br />

hégan. tu sakitu nu maka méta<br />

2. , palalun. hégan. tu kami, lamun. kajayak.<br />

lapaḣ di jalan. kami sadu<br />

3. luṙ, nutuṙkön. saṅhyaṅ hayu, /0/ saṅhyaṅ<br />

atma agös. patég. nu sagata,<br />

- 36 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

4. ŋiyatnakön. na ajñana, sahuṙ abuiṅ sakini aiṅ<br />

nébalan. sabḍa utama, a<br />

Lp. 41v [ru ga/41]<br />

1. nakiṅ saṅhyaṅ ajñana, pihahön. wiraṅ walaṅ<br />

ati, aiṅ titaḣhan. ti madia<br />

2. , siliḣ na waṅsana, na waṅsana, sarira, anakiṅ,<br />

mulaḣ nu dé sala rasa, la<br />

3. in. ai nu ŋatégan. ŋahéganan. tapa,<br />

ŋawuruṅnan. rahayu, ja ai<br />

4. iñana jati, anakiṅ göra onam. lugay. sila idit.<br />

birit. tina widu<br />

Lp.42r<br />

1. paṅluguḣhan. turun. ti maguṅ waṅsaṅna, teheṙ<br />

nu méta, palalun. saḣhuṙ abu<br />

2. iṅ sakini, éboḣ onam. aiṅ néma, taŋan. saṅhyaṅ<br />

ajñana, mumul.<br />

3. di nu turun. kawaŋun. abuiṅ miwaṅsana, sari<br />

niṅ rasa, turun. ti cip. ta so<br />

4. raṅŋan. di paṅku dihalipukön. na aisan. asra<br />

maya, sari asri suci jati,<br />

Lp. 42v [ru leu/43]<br />

1. abuiṅ ŋalapaḣkön. suku taŋan. pahi sapak.<br />

ñaga ñaga, subaga saṅhyaṅ<br />

2. ajñana, uñut. nuturuta nu maku saṅhyaṅ<br />

hayu, abuiṅ maan. uguḣ ka<br />

3. bwana, pawekasan. nis. rira, dina taṅkal. séda<br />

niṅ bwana, nigal.kön. da<br />

4. sakalésa, ŋalaan. na dasamala, moocan. na<br />

rajatamaḣ, dina séda ta<br />

- 37 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 43r<br />

1. kal. mala, abuiṅ agös. mulaṅkön. dribyi kala,<br />

paṅkat. ka bwana jati, ka<br />

2. aci niṅ séda kacana, héraṅ na tatapakan.<br />

pacak. miraḣ, paca omas. pa<br />

3. hi abuiṅ cuduka waŋun. nu tuluy. asup. ka<br />

laṙbuṙ, na miru manik.<br />

4. héraṅ cénaṅ, caaṅ siaṅ pucak. na asra harémas.<br />

hibaṙ ṛŋö döṅ sem. bawa, pahi<br />

Lp. 43v [ru leu/43]<br />

1. abuiṅ luguḣ di labuṙ, öṛn. höla, saṅhyaṅ<br />

ajñana, nurun.kön. tina lahunan.<br />

2. ŋaluguḣkön. saṅhyaṅ hayu, saatma aci wisésa,<br />

diña gösan. diraratan. ŋa<br />

3. bresiḣ sarira jati, ŋabreséka saṅ atma, aci<br />

wisésa, na caaṅ canébraṅ héraṅ<br />

4. , tina jati léṅgaṅ maya, bijil. ti hulu na hneṅ,<br />

bijil. tina asra manik. na<br />

Lp. 44r<br />

1. paniba, salaka miraḣ sagala, ini rajaḣ na<br />

pakön. moocan. na rajatamaḣ sara<br />

2. tna, sarapakön. ŋaḷbuṙ na musuḣ, pakön.<br />

ŋaḷŋöt.kön. alit. mala jati,<br />

3. petukön. ti sarira jati, luput.kön. ti rasa, bayu<br />

sabḍa hidep. jööṅ<br />

4. déŋé tutuṙ saḣkön. ti bwana, ini pamusaḣkön.<br />

maya, ras. sa tamana, ras.<br />

- 38 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 44v [ru ru/44]<br />

1. saḣ tabana, ras. saḣ tamala, ras. saḣ taya, ras.<br />

saḣ ratna, ras. sa ta hilaṅ<br />

2. ta ḷŋit. /0/ sahuṙ abuiṅ éboḣ onam. briséka,<br />

saṅhyaṅ ajñana sahuṙ<br />

3. abuiṅ tan. hana ratna, pahi abuiṅ tan. hana<br />

maya, anakiṅ cupatan.<br />

4. onam. busana, agös. saṅ atma cupat. busana,<br />

abuiṅ maṅku hina paṅluguḣ<br />

Lp. 45r<br />

1. han. midaḣkön. döuk. kana patöḷsan. saṅhyaṅ<br />

ajñana, abuiṅ pahi sam. pa<br />

2. k. maribuksaḣ sarira, pahi pahayu, ŋawaŋun.<br />

saṅhyaṅ hayu, sapak. ŋara<br />

3. ratan. na ajñana, agös. déta, pawiŋa pawéla<br />

ñana, héraṅ sarira, agö<br />

4. s. aci rupa jati, légaṅ premana, rupa ni atma,<br />

agös. hneṅ rupa jati, agös.<br />

Lp. 45v [ru rur/45]<br />

1. awak. luput. rupa, dina kawekasan. rupa jati,<br />

liwat. ti maya na héraṅ<br />

2. hneṅ, agös. kapuṙba ñana, kreta rasa jati<br />

palipuṙna, niṅ ajñana, agös. na sari<br />

3. ra was. tu jati, mulia jati utama, agös. premana<br />

jati wisésa, agös.<br />

4. was. tu na jati saṅhyaṅ hayu, abuiṅ tan. hana<br />

witi, pahi abuiṅ tan. ha<br />

- 39 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 46r<br />

1. na ratna, abuiṅ tan. hana maya, agös. ŋatöḷsan.<br />

ñana, paṅkat. tina mo<br />

2. ksahan. rajatama, disawéṙ ku asra omas.<br />

harémas. na pañawéṙ carénaṅ,<br />

3. héraṅ, ŋapaṙ dina tatapakan. miraḣ, abuiṅ<br />

maku tina panuusan. saasu<br />

4. p. abui ka labuṙ, ŋawidukön. saṅhyaṅ hayu,<br />

abuiṅ ñatön. ñana, saribu sawa<br />

Lp. 46v [ru u/46]<br />

1. , saṅhyaṅ ajñana, dipamukakön. basana,<br />

asrana terus. niṅ rasa, héraṅ laraṅ buka<br />

2. léṅgaṅ, mamaya nu rupa premana, /0/ na<br />

busana pakön. maṅkat.kön. ajñana, ka puhu<br />

3. n. saṅhyaṅ hayu, jati mula, niṅ sarira, ka<br />

taṅkal. niṅ ñana, kahanan. saṅ<br />

4. hyaṅ ajñana, diña wuit. mula, pawekasan. niṅ<br />

déwata, sahuṙ abui énam.<br />

Lp. 47r<br />

1. onam. uraṅ makat. agös. atma rupa jati<br />

palipurna, agös. sari budi jati<br />

2. , agös. rasa budi ñana, agös. was. tu budi<br />

rahayu, agös. ajñana, wa<br />

3. s. tu premana, abuiṅ maṅkat. ti labuṙ maan.<br />

ŋahusiṙ kahanan. pawe<br />

4. kasan. niṅ tan. hana, dataṅ ka madyi niṅ<br />

pawekasan. niṅ ajñana, dina luput. pa<br />

- 40 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 47v [ru la/47]<br />

1. wekasan. niṅ luput. tina luput. tan.<br />

katuduḣhan. ti nu nuduḣ tan. katu<br />

2. daḣ luput. bayu luput. hurip. luput. asra<br />

luput. asri, luput.<br />

3. atma, luput. aci, luput. cit. luput. panas. luput.<br />

tiis.<br />

4. luput. hujan. luput. aŋen. luput. ṣakéṅ suña<br />

taya, luput. sa<br />

Lp. 48r<br />

1. kéṅ adityi, luput. sakéṅ patapaan. luput. niṅ<br />

luput. luput. böraṅ lu<br />

2. put. peteṅ, luput, caaṅ sadakala, tina taṅkal.<br />

pawekasan. nu ma<br />

3. ka caaṅ na bwana, tina puhun. mula jati niṅ<br />

bwana, saṅkan. waya paweka<br />

4. san. Tina puhun. luput. puhun. tan. katuduḣ,<br />

tu puhun. ha éta nu ñöö<br />

Lp. 48v [ru ca/48]<br />

1. n. puhun. éta nu mijil.kön. ajñana, ti tan. han.<br />

bijil. tan. hana, di<br />

2. ŋaranan. ku tan. hana, éta nu luput. di seguḣ<br />

ñaho ku puhun. pun.<br />

3. /0/ abuiṅ pahi cuduk. ka puhun. maku<br />

saṅhyaṅ hayu, dataṅ ka taṅkal.<br />

4. maan. saṅhyaṅ ajñana, ka kahanan. patugalan.<br />

abu ayaḣ dina luput.<br />

Lp. 49r<br />

1. pawekasan. tan. katuduḣ, ti nis.kala dina<br />

laput. mula jati, tina<br />

- 41 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

2. pawekasan. niṅ tan. hana, tina taṅkal.<br />

pawekasan. niṅ ajñana, liwat.<br />

3. tina taṅkal. pawekasan. héraṅ liṅlaṅ, ḷwiḣ tina<br />

pawekasan. hneṅ laṅ<br />

4. liṅ liwat. tina adras. asra pawekasan. ni<br />

bwana, …na laṅgeṅ, niṅ pawekaṣan.<br />

Lp. 49v [ru dar/49]<br />

1. nilan. tara, tina luput. pawekasan. liṅna ḷŋö,<br />

tina nis. tamana, paweka<br />

2. san. niṅ tan. hana, luput. ti kahanan. na<br />

puhun. ja luput. ti nu luput.<br />

3. magawé luput. paratata, waṙnani, kahanan.<br />

nusyi wenaṅ, pahi wisésa,<br />

4. tata nis.kala, ti puhun. nitipkön. iña di bwana<br />

pun /0/ saagös. da<br />

Lp. 50r<br />

1. taṅ ka taṅkal., cuduk. ka puhun. saṅhyaṅ<br />

daṙma, dataṅ ka kahanan. abu ayaḣ<br />

2. , ñahuṙ abuiṅ ka haṛpön. pun. kami na<br />

ñana,paritaḣ göi uraṅ ŋajaja<br />

3. dikön. pun. sahuṙ ti puhun. abu göra<br />

luṅguḣkön. ai ŋaduluṙ rahayu,<br />

4. widukön. inam. saṅhyaṅ hayu, susaṅ ku<br />

palipuṙnakön. sarira maka sapak. su<br />

Lp. 50v [rur o/50]<br />

1. baga, ñaga saṅhyaṅ ajñana, abuiṅ pahi agös.<br />

gönam. ḷgöp. ṣaṅkep. ñu<br />

2. kuṅ ŋawaŋun. ŋawidukön. na paluguḣhan.<br />

saṅkwan. saṅhyaṅ hayu, aci ni hu<br />

- 42 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

3. rip. sari na hneṅ, héraṅ na aci sagala, na<br />

pañawéṙ aci na sari, héraṅ na ra<br />

4. sa, sagala, aciniṅ atma tupa kadi teŋaḣ sari na<br />

hneṅ, héraṅ na légaṅ sagala<br />

Lp. 51r<br />

1. agös. kapahayu, luput. acu rupa jati, agös.<br />

kapalipuṙnakön. saṅhyaṅ<br />

2. ajñana, agös. jati widu saṅhyaṅ hayu, agös.<br />

disaṅku dihalipukön. saṅ a<br />

3. tma aci wisésa, disalin. busana jati, terusna<br />

hneṅ héraṅ na maya, hégaṅna,<br />

4. asra bwana, agös, disalin. busa saṅhyaṅ<br />

ajñana, diwidukön. didöukön. ṛŋö döṅ<br />

Lp. 51v [rur ga/51]<br />

1. döṅ na paŋasiḣ abu ayaḣ nu dipisari pawak.<br />

dwa paluḣ nu ajñana premana, laraṅ saga<br />

2. la, na paṅwas. tu ti puhun. ŋadöukön. saṅhyaṅ<br />

hayu, nu ŋas. kara, teheṙ ŋadeg<br />

3. kön. pawaraṅ, na paŋas. kara, cinacita<br />

premana, ḷwiḣ na laraṅ, na pawaraṅ ŋaran.<br />

4. na terusna laraṅ, premana héraṅ na maya, tan.<br />

hana /0/ hneṅ na aci héraṅ na maya,<br />

Lp. 52r<br />

1. , premana, cita tan. hana, /0/ héraṅ natna,<br />

premana ḷwiḣ na laraṅ, /0/ aci na sari<br />

2. premana, maya na laraṅ /0/ agös. abu ayaḣ,<br />

ŋawas. tu saṅhyaṅ hayu, na kaha<br />

3. nan. luput. tina huruṅ héraṅ tina léṅgaṅ, liṅgaṅ<br />

tina hneṅ laṅliṅ, luput. ti<br />

- 43 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

4. na pawekasan. niṅ bwana, dina bwana nis. na<br />

ḷŋiṅ jati, di iña pigösanön. na kahana<br />

Lp. 52v [rur ro/52]<br />

1. n. nu ti luaṙ, iña luput. ti sakitu na kahanan.<br />

dina luput. pawekasan.<br />

2. abu ayaḣ pun. /0/ agös. ti puhun. nu<br />

ŋawidukön di kahanan. sahuṙ nu wisé<br />

3. sa, hégan. tu kami naña ka nusyi aragöṅ<br />

papahi wenaṅ wisésa, sahuṙ dayöḣ<br />

4. han. di cita nagara asra wisésa, naréma sabḍa<br />

nu wisésa, hégan. tu lamu<br />

Lp. 53r<br />

1. n. agös. sakup. kupul. mipuluṅ, sapak. tugal.<br />

samadaya, patitis<br />

2. . walaṅ wilis. paliḣgi jati, agös. katitis. san.<br />

kreta sowarajñana<br />

3. , uraṅ sajagat. sahuṙ nu wisésa, éboḣ onam.<br />

uraṅ sapak. ŋawayakön. na<br />

4. kanan. pigösan. nön. na paṅŋasiḣ, lain.<br />

kukuryikan. lain. aci<br />

Lp. 53v [rur leu/53]<br />

1. kana jatina, di nis. niṅ bwana ḷŋi gösan. tan.<br />

hana, laraṅ ajñana, ti luaṙ diña<br />

2. gösan. ŋawayakön. na kahanan. nu wisésa,<br />

ŋawayakön. kahanan. asra na<br />

3. hneṅ, terus. na, lageṅ niṅ bwana, lain.<br />

kukuryikan. lain. acina, kéna ja<br />

4. tina, ösina, na paŋasiḣ, sapuluḣ nu<br />

dipipaŋawak. ajñana, laraṅ sagala, dayöḣ<br />

- 44 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 54r<br />

1. hanan. na iña cita maya cina /0/ cita hneṅ,<br />

terusna maya kuni /0/ sari ni cina,<br />

2. héraṅ na maya premana, /0/ sakitu nu ajñana,<br />

premana, paṅwatu nu wisésa, /0/<br />

3. dayöḣhan. di cita nagara, asra wisésa,<br />

ŋawayakön. kahanan. di ni<br />

4. s. ni bwana lageṅ, di nis. na ḷŋiṅ ŋawayakön.<br />

kahanan. saṅkan. niṅ asra, taṅ<br />

Lp. 54v [rur ru /54]<br />

1. kal. niṅ waya, terus. niṅ lageṅ bwana, lain.<br />

kukuryikann. lain. acina,<br />

2. kéna jatina, ösina, na paṅŋasiḣ sapuluḣ<br />

paṅwas. tu saṅhyaṅ hayu, ŋaran. na, cita<br />

3. na, premana, maya laraṅ, /0/ cita na héraṅ<br />

pṙemana ḷeiḣ na laraṅ /0/ sari niṅ<br />

4. cita, héraṅ na maya, ḷwiḣ na laraṅ /0/ sakitu,<br />

pamas. tuna, dayöḣhan.<br />

Lp. 55r<br />

1. di cita nagara, asra wisésa, ka dayöḣhan. nis.<br />

na ḷŋiṅ, ka nu tan. hana, la<br />

2. raṅ ajñana /0/ dayöḣhan. di cita, hégaṅ<br />

nagara, asra bwana, ŋawayakön<br />

3. . kahanan. saṅkan. na léṅgaṅ wit na mula, asra<br />

saṅkan. laṅgeṅ niṅ bwana, lain<br />

4. . kukuryikan. lain. acina, kéna jati, ösina, na<br />

paṅwas. tu sapuluḣ<br />

Lp. 55v [rur rur/55]<br />

1. premana, laraṅ sagala, ŋaran. na cita nis. na<br />

hneṅ héraṅ na maya laraṅ /0/ cita<br />

- 45 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

2. maya premana, saṅkan. na laraṅ /0/ aci sari,<br />

maya na hneṅ /0/ dayöḣhan. di pu<br />

3. cak. nagara, asrana hneṅ, ŋawayakön.<br />

kahanan. saṅkan. niṅ pucak. tuṅtuṅ laṅ<br />

4. geṅ niṅ bwana, saṅkan. asra, wuit. na hneṅ,<br />

lain. kukuryikan. lain. acina, ké<br />

Lp. 56r<br />

1. na jatina, ösina, na paṅwas. tu sapuluḣ, nu<br />

ajñana, laraṅ sagala, ŋaran. na cita<br />

2. niṅ laraṅ, mayana mulia héraṅ /0/ cita nis. niṅ<br />

laraṅ, héraṅ na maya, laraṅ<br />

3. ŋan. /0/ nis. na laraṅ, héraṅ na premana,<br />

maya niṅ laraṅ /0/ sakitu, ti dayöḣha<br />

4. n. di pucak. nagara asra na hneṅ, pahi waya,<br />

na paṅweṛg. saṙwa waya, tatabi<br />

Lp. 56v [rur u/56]<br />

1. ḣhan. suka karaméan. saṅhyaṅ hayu, ŋawas.<br />

tu nu tan. hana, laraṅ ajñana<br />

2. , pun. /0/ dayöḣhan. di cita, mayana, asra niṅ<br />

héraṅ, ŋawayakön. kahana<br />

3. n. saṅkan. na maya, mula niṅ asra, terus. na<br />

lageṅ niṅ héraṅ, lain. ku<br />

4. kuryikan. lain. aci naṅ kéna jatina, ösi saṅ,<br />

sakep. weṛg. saṙwa, tata<br />

Lp. 57r<br />

1. böḣhan. suka karaméan. saṅ hya hayu,<br />

paṅwas. tu sapuluḣ sari saṅhyaṅ ha<br />

2. yu, paṅŋawak. laraṅ sagala, ŋaran. na cita na<br />

laraṅ maya na héraṅ /0/ cita na<br />

- 46 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

3. héraṅ, maya na laraṅ /0/ cita niṅ maya<br />

premana, nu héraṅ ni laraṅ pun. saki<br />

4. tu pamas. tuna, dinu tan. hana, laraṅ ajñana,<br />

pun /0/ dayöhan. di cita<br />

Lp.57v [rur la/57]<br />

1. nagara, asra na hneṅ, ŋawakön. kahanan. di<br />

niṣ. niṅ bwana lageṅ, di nis. na ḷŋiṅ, na ka<br />

2. hanan. saṅkan. héraṅ ni asra, wuit. mula na<br />

hneṅ döṅ laṅgeṅ niṅ terus. na hneṅ, lai<br />

3. n. kukuryikan. lain. acina, kéna jatina, asi na<br />

paṅwas. tu sapuluḣ paŋa<br />

4. wak. premana, laraṅ sagala, pahi wayaköna<br />

paṅweṛg. tataböḣhan. suka ka<br />

Lp. 58r<br />

1. raméan. saṅhyaṅ hayu pun. ösina sari<br />

paṅŋasiḣ, ngaran. na sari niṅ cita, mayaa<br />

2. na laraṅ, ḷwiḣ ni héraṅ /0/ sani niṅ héraṅ, ḷwiḣ<br />

niṅ maya na laraṅ na hneṅ /0/ sari niṅ la<br />

3. raṅ, ḷwiḣ mayana niṅ héraṅ pun. sakitu ŋawas.<br />

tuna, ka nu tan. hana, laraṅ<br />

4. ajñana, pun. /0/ dayöḣhan. di pucak. hégaṅ<br />

nagara asra wisésa, ŋawaya<br />

Lp. 58v [rur ca/58]<br />

1. kön. kahanan. na kahanan. mula ni taya,<br />

sakan. na légaṅ, di terus. na hneṅ, di la<br />

2. geṅ niṅ bwana, lain. kukuryikan. lain. acina,<br />

kéna jatina, pahi saṅkep. na<br />

3. paṅweṛg. tataböḣhan. suka karaméan.<br />

paṅwidu, saṅhyaṅ hayu, hayu paṅwas.<br />

- 47 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

4. tuna, sapuluḣ premana, laraṅ sagala, ŋaran.<br />

cita légaṅ niṅ maya /0/ cita sari niṅ<br />

Lp. 59r<br />

1. premana, héraṅ maya niṅ laraṅ /0/ aci ni rasa,<br />

premana, maya niṅ héraṅ /0/ sakitu<br />

2. ŋawas. tuna, kanu tan. hana, wisésa, laraṅ<br />

ajñana, pun. /0/ ini nu ŋawas.<br />

3. tukön. mijel. ti bwana, tan. hana, nu ŋawaŋun.<br />

saṅhyaṅ hayu, pun /0/ i<br />

4. ni saṅkan. hana, wuit. pawekasan. ni ajñana,<br />

byita padésa, wekas. niṅ sabḍa<br />

Lp. 59v [rur dar/59]<br />

1. ini diyöḣhan. bwana, banua saṅkan. nis.kala,<br />

ŋawayakön. kahanan. na kaha<br />

2. mula ni légaṅ, terus. niṅ héraṅ, di saṅkan.<br />

nilan. tara, laṅgeṅ niṅ bwana, di nis.<br />

3. kala, lain. kukuryikan. lain. acina kéna jatina,<br />

pahi ḷgep. saṅ<br />

4. kep. weṛg. suka karamén, mibuḣwasta<br />

saṅhyaṅ hayu, pamas. tuna, sapuluḣ<br />

Lp. 60r<br />

1. mulia premana, laraṅ, sagala, ŋaran. na cita ni<br />

héraṅ maya ni laraṅ /0/ cita<br />

2. laraṅ, mulia, maya niṅ héraṅ /0/ cita héraṅ<br />

mayana, mulia laraḣ /0/ sakitu<br />

3. , ŋawas. tuna, ka nu tan. hana, wisésa, laraṅ<br />

ajñana, pun /0/ ini nu ŋa<br />

4. was. tu na ajñana, pun. /0/ bejel. ti bwana,<br />

nis.kala, nu ŋawaŋun. saṅhyaṅ ha<br />

- 48 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 60v [u o/60]<br />

1. yu pun. /0/ dayöhan. di pucak. hneṅ di terus<br />

na lilaṅ ni bwana, ŋawayakön. kaha<br />

2. nan. na kahanan. di wit. na hneṅ, di terus na<br />

laṅgeṅ ni bwana, lain. tukuryika<br />

3. n. lain. acina, kéna na jatöna, ösina, sapuluḣ<br />

was. tu premana, mulwi<br />

4. laraṅ sagala, ŋaran. na aci ni maya, héraṅ rat.<br />

na niṅ laraṅ /0/ aciniṅ laraṅ, ma<br />

Lp. 61r<br />

1. ya niṅ héraṅ /0/ aciniṅ héraṅ, maya ni laraṅ,<br />

tiga katuduḣ premana, mulwi na ö<br />

2. si bwana, pahi ḷgep. saṅkep. na paweṛg. suka<br />

mibuḣ, pahi waya, pama<br />

3. s. tu saṅhyaṅ hayu, pun. /0/ sakitu ŋawas.<br />

tuna, ka nu tan. hana, wisé<br />

4. sa, laraṅ ajñana, /0/ ini nu ŋawas. tukön.<br />

mijil. ti bwana nis.kala,<br />

Lp. 61v [u ga/61]<br />

1. ŋawaŋun. saṅhyaṅ ajñana, /0/ dayöḣhan di<br />

pun. cak. légaṅ héraṅ na maya,<br />

2. hneṅ bwana, ŋawayakön. kahanan. na<br />

kahanan di wuit niṅ laṅgaṅ, ni hé<br />

3. raṅ di terus. wekasan. niṅ maya, di teŋaḣ lageṅ<br />

bwana, lain. kukuryikan.<br />

4. lain. acina, kéna jatina, ŋwayakön. kahanan. di<br />

nis. niṅ bwana laṅ<br />

Lp. 62r<br />

1. geṅ, di nis. na ḷŋi, sapuluḣ, was. tu premana<br />

laraṅ sagala, ŋaran.<br />

- 49 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

2. na aci niṅ léṅgang, maya niṅ héraṅ, /0/ aci na<br />

légaṅ maya ni laraṅ /0/ aci na<br />

3. laraṅ na léṅgaṅ maya niṅ héraṅ, pun. sakitu<br />

paṅwas. tuna, ḷgep. saṅke<br />

4. p. sapak. suka suḷga, ñaga saṅhyaṅ ajñana,<br />

pun. ka nu tan. hana, wisé<br />

Lp. 62v [u ro/62]<br />

1. sa, laraṅ niṅ ñana, pun. /0/ pahi bijil. pamas.<br />

tu saṅhyaṅ hayu, ŋawaŋun. na<br />

2. ñana, di saṅhyaṅ ajñana, pun. pahi bijil. ti<br />

bwana, nis.kala, pun. /0/<br />

3. dayöḣhan. di terusna léṅgaṅ bwana,<br />

ŋawayakön. kahanan. na kahanana<br />

4. di wuit. niṅ héraṅ, saṅkana léṅgaṅ bwana, di<br />

laṅgeṅ niṅ tugal. bwana, pun. lai<br />

Lp. 63r<br />

1. n. kukuryikan. lain. acina, kéna jatina, di<br />

nis.kala, ösina, sapuluḣ<br />

2. mulyi, premana, laraṅ sagala, ŋaran. na cita na<br />

mayana, hneṅ, /0/ cita maya<br />

3. na héraṅ /0/ cita maya na kuwiṅ /0/ pahi<br />

ḷgep. sakep. na paṅweṛg. suka<br />

4. subaga, ñaga saṅhyaṅ ajñana, pun. sakitu,<br />

ŋawas. tuna. ka nu tan. hana, wisé<br />

Lp. 63v [u leu/63]<br />

1. sa, laraṅ ajñana, pun. ini nu ŋawas. tukön. ti<br />

terusna légaṅ bwana, ŋawaŋun. saṅ<br />

2. hyaṅ hayu pun. pahi mijil. ti nis.kala, lain. ti<br />

na para soṙga, ni dé<br />

- 50 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

3. wata, nu ŋawayakön. kahanan. ti nis.kala,<br />

jatina pun. ja nu maka soṙ<br />

4. ga déwata, pun. /0/ dayöḣhan. di terusna<br />

laraṅ, maya na héraṅ bwana, ŋawaya<br />

Lp. 64r<br />

1. kön. kahanan. na kahanan. dina saṅkan. héraṅ<br />

mayana, di hneṅ na lageṅ laraṅ niṅ bwa<br />

2. na, pun. lain. kukaryikan. lain. acina, kéna<br />

jatina, ti nis.kala<br />

3. , pun. ösina, sapuluḣ was. tu premana,<br />

mulwia laraṅ sagala, pun. ŋaran. na<br />

4. héraṅ na maya, aci premana, /0/ acina,<br />

premana, maya ni héraṅ /0/ acina, ma<br />

Lp. 64v [u ru/64]<br />

1. ya niṅ laraṅ /0/ pahi ḷgep. sakep. paṅweṛg. ka<br />

suka kreta subaga, ñana, ña<br />

2. ga saṅhyaṅ ajñana, pun. sakitu, ŋawas. tuna,<br />

ka nu tan. hana, wisésa, la<br />

3. raṅ ajñana, pun. iniṅ nu ŋawas. tukön. ti<br />

terusna laraṅ, maya na héraṅ bwana,<br />

4. ŋawaŋun. saṅhyaṅ hayu pun. pahi mijil. lan.<br />

ñana ti nis.kala, pun. /0/<br />

Lp. 65r<br />

1. dayöhan. di terus. bwana, mula, niṅ laraṅ,<br />

pucak. niṅ héraṅ, pun. ŋawayakön.<br />

2. kahanan. na kahanan., di wwit. niṅ bwana, di<br />

terusna légaṅ niṅ laraṅ, di laṅgeṅ pu<br />

3. cak. ni héraṅ pun. lain. kukuryikan. lain.<br />

acina, kéna, jatina,<br />

- 51 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

4. , di nis.kala, pahi ḷgep. saṅkep. na paweṛg.<br />

suka kreta, subaga ñana,<br />

Lp. 65v [u rur/65]<br />

1. mulia premana, ñaga saṅhyaṅ ajñana, pun.<br />

ösisna, sapuluḣ, was. tu mulia<br />

2. premana, laraṅ sagala, pun. ŋaran. na aci ri<br />

maya hneṅ /0/ héraṅna, aci maya<br />

3. nik. … aci na héraṅ, mayana, mulyi laraṅ pun.<br />

/0/ sakitu ŋawas. tuna,<br />

4. ka nu tan. hana, wisésa, laraṅ ajñana, pun. ini<br />

nu ŋawas. tukön. tete<br />

Lp. 66r<br />

1. rus. bwana, mula niṅ laraṅ pucak. ni héraṅ<br />

pun. ŋawaŋun. saṅhyaṅ hayu, pu<br />

2. n. pahi patitis. ñana, ti nis.kala, pun. ///0///<br />

dayöḣhan. di bwa<br />

3. na laraṅ, maya na pucak. niṅ héraṅ, wuit.<br />

tugal. pawekasan. niṅ<br />

4. ajñana, nis.kala, pun. ŋawayakön. kahanan. na<br />

kahanan. wuit. niṅ saṅka<br />

Lp. 66v [u u/66]<br />

1. n. laraṅ mulana, maya, di teŋaḣ laṅgeṅ niṅ<br />

héraṅ, pun. di nis.kala, lain. ku<br />

2. kuryikan. lain. acina, kéna jatina, pun. pahi<br />

ḷgep. sakep. na pa<br />

3. weṛga suka mulyi, kreta pawitra utama<br />

premana, ñana, ñaga saṅhyaṅ a<br />

4. jñana, pun. ösina, sapuluḣ, was. tu utama,<br />

premana, laraṅ sagala, pun. ŋa<br />

- 52 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Lp. 67r<br />

1. ran. na mutyi citana, hneṅ /0/ mutyi cita niṅ<br />

héraṅ /0/ mutyi cita ni laraṅ<br />

2. pun. sakitu, ŋawas. tu na ka nu tan. hana,<br />

wisésa, laraṅ ajñana, pun. i<br />

3. ni ti bwana laraṅ, mayana, pucak. niṅ héraṅ,<br />

ŋawastakön. saṅhyaṅ hayu,<br />

4. ŋawaṅŋun. saṅhyaṅ ajñana, pun. ti nis.kala.,<br />

pahi nis.kön. kahanan.<br />

Lp.67v [u la/67]<br />

1. di nis. niṅ bwana, lageṅ, di nis. na ḷŋiṅ, ka nu<br />

ḷwiḣ ni laraṅ ajñana, pun. pahi<br />

2. pasra ñana, nis.kala, tugal. ajñana, pun. sabḍa<br />

padésa, nu wisésa,<br />

3. agep. tugal. ñana, ti nis.kala, ka madiana, niṅ<br />

ajñana, pun /0/0/<br />

4. sahuṙ nu wisésa, lamun. agös. titi sowara kreta<br />

pasra, tuṅgal. niṅ ajñana<br />

Lp. 68r<br />

1. , hati nu katitigénan. ñana, ti nis.kala, pahi<br />

ŋawayakön. kahanan<br />

2. . di nis. niṅ bwana, lageṅ, di nis. ḷŋiṅ jati, ti<br />

luaṙ, aya ḷwiḣ laraṅ kahana<br />

3. n. ti madyi niṅ tan. hana, dina wekas. niṅ tan.<br />

katuduḣhan. dina wuit<br />

4. . mula pawekasan. niṅ ajñana, di adras. asra<br />

pawekasan. niṅ bwana, dina mu<br />

Lp. 68v [u ca/68]<br />

1. la, adras. pawekasan. niṅ tan. hana, dina<br />

luput. saṅkan. pawekasan. niṅ a<br />

- 53 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

2. ajñana, pun. saketu, kawekasan. nan. na nusyi<br />

tuhu maŋun. rahayu, nu<br />

3. laksana mawa daṙma, nu satyi di ajñana, nu<br />

mönaṅ hatos. sa rasa, hamo<br />

4. tres. na di sarira, pun. dayöḣhan. di banu hneṅ<br />

sunya keliṅ, ti manusa, agös.<br />

Lp. 69r<br />

1. kahusiṙ na jati, agös. cuduk. ka na puhun.<br />

dataṅ kana taṅkal. abu ayaḣ a<br />

2. gös. sasra kreta, palipuṙna, niṅ ajñana, ti abu<br />

ayaḣ, mönaṅ wisésa, di nis<br />

3. . kala, agös. kabéréan. jagag. puṙnama ñana,<br />

wenaṅ, satata, wisé<br />

4. sa, niṅ ajñana, agös. di baan. sa kahanan. suka<br />

kreta maṅlaba laba, ligaṙ<br />

Lp. 69v [u dar/69]<br />

1. ñana, ligaṙ yusa, ajñana, wenaṅ wisésa,<br />

sakama kama niṅ ñana, wenaṅ wisésa, dina<br />

2. bwana, nis.kala, pun. ja nu wenaṅ ñaga ñaga,<br />

saṅhyaṅ ajñana, nu ñukuṅ ŋawaŋu<br />

3. n. saṅhyaṅ hayu, kana mula, ṇiṅ tan. hana<br />

pun. sakitu, agös. na nu lupu<br />

4. t. tapa, wisésa, dö ajñana, mula niṅ daṙma,<br />

saṅkan. nis.kala, lunas. ta<br />

Lp. 70r<br />

1. n. hana, pun. //00// ini pus. taka, bijil. ti<br />

wwiit. mula, niṅ ta<br />

2. n. hana, pun. /0/ nu tan. hana, ḷwiḣ lawaṅ<br />

ajñana, pun. dayöḣhan. di<br />

- 54 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

3. banua hneṅ, sunyi akleṅ, dipigösan. ñumana,<br />

ñyiön. na pus. taka,<br />

4. pun. /0/0/0/<br />

- 55 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Bab 3<br />

Suntingan Teks<br />

Pada bagian ini disajikan suntingan teks. Dapat<br />

dikatakan bahwa suntingan teks merupakan<br />

pengulangan terbitan diplomatik dengan<br />

menghilangkan sedapat mungkin hambatan untuk<br />

pemahaman teks. Di sini terdapat campur tangan<br />

peneliti sebagai pembaca. Suntingan teks tersebut<br />

dilakukan sebagai berikut:<br />

1. Teks dikembalikan dalam bentuk prosa. Tanda<br />

baca dalam naskah diubah menjadi titik (.), koma<br />

(,) atau paragraf disesuaikan dengan kelancaran<br />

kalimat.<br />

2. Kata-kata distandarisasikan berdasarkan kesaksian<br />

kamus. Kamus yang digunakan dalam<br />

terbitan ini antara lain: Kamus Umum Basa Sunda<br />

(LBSS, 1978), Kamus Basa Sunda (Danadibrata,<br />

2006), dan Sundanese-Nederlansche Woordenboek<br />

- 56 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

(Eringa, 1984). Kata-kata yang diperkirakan<br />

berasal dari, atau sama dengan, kata Jawa Kuna<br />

distandarisasikan berdasarkan Kamus Jawa<br />

Kuna-Indonesia (Zoetmulder, 2006) dengan<br />

perubahan ejaan sesuai ejaan bahasa Sunda<br />

sebagaimana diterapkan pada terbitan teks Para<br />

Putera Rama dan Rahwana, Pendakian Sri <strong>Ajnyana</strong>,<br />

dan Perjalanan Bujangga Manik pada terbitan<br />

Noorduyn dan Teeuw (2006).<br />

3. Dalam suntingan teks digunakan tanda-tanda<br />

sebagai berikut:<br />

(…) : ditambahkan pada bacaan;<br />

[…]: dihapuskan pada bacaan.<br />

4. Angka arab dalam teks menunjukkan catatan<br />

kaki. Teks dalam catatan kaki menunjukkan<br />

suku kata atau kata yang terdapat dalam naskah.<br />

- 57 -


Panyajian Suntingan teks<br />

- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Ndah warah iyatnakna. Ini na pakéeun nu<br />

liwat ti raga nu luput ti bayu sabda hidep. Liwat ti<br />

rasa sarira, leuwih ti hurip, na minget tutur sang<br />

manon, liwat ti atma wisésa, leuwih ti aci(n)tya<br />

ning nyana ajnyana, lityaning taya.<br />

Ini ti nu sakini, nu nuduhan na raga, nu<br />

ngaranan bayu sabda hi /1v/dep, nu nyeueung<br />

ngareungeu, deungeun rasa, sarira, hurip na<br />

atma, minget tutur sang manon wisésa, nu<br />

ngaranan sakini. Inya alit bayu sabda hidep [inya<br />

alit bayu sabda hidep] pun.<br />

Ini nu diboga raga, nu metukeun na bayu<br />

sabda hidep, nu tutur nyeueung ngareungeu, nu<br />

maka waya rasa di sarira, nu maka hurip atma, aci<br />

alit /2r/ wisésana, pun.<br />

Nya ini tu(ng)gal na alit na raga sarira, nu<br />

metukeun 3 na bayu, hamo kabayuan. Nya ini nu<br />

nyabda hamo kasabda, nya ini (nu) ngahidep<br />

hamo kahidep, ini nu ngadéngé hamo kadéngé,<br />

ini nu nyeueung hamo kajeueung, ini nu karasa<br />

hamo karasa, nya ini nu[y] ngahuripan hamo /2v/<br />

kahurip 4 .<br />

Tan katuduhan ku alit urang sabwana, inya<br />

lita nu maka lita, (nu) ngaranan alit urang<br />

sabwana, nu ngaranan urang sajagat tan keuna,<br />

3 mitukeun<br />

4 dep<br />

- 58 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

dingaranan inya nu wisésa, dina alit ning tan<br />

katon kareungeu, tan kausap kahidep, inya nu<br />

maka alit ning tan katuduhhan. Pun.<br />

Ini pakéeunana /3r/ dina puhun alit tu(ng)gal<br />

bayu sabda hidep. Ini na pakéeun alit ning<br />

langgeng tutur te[ng]leng ning hidep nis ku<br />

ajnyana sajnyana 5 , paké mangkatkeun<br />

ngaleupaskeun nyana alit sang manon. Ini suniya<br />

alit ning langgeng sa(ng) manon, terusna ti akasa,<br />

padang caang, liwat ti rahina sada, hibar caang<br />

saluar bwa/3v/na, luput beurang caang sadakala,<br />

paké alit ning jeueung di alit hidep 6 sang manon<br />

pakeun ngahusir na jati, nyeueu(ng) bwana<br />

niskala.<br />

Ini pakeun ngahusir a(m)bu ayah ka niskala,<br />

paké alit na nirmala, di alit leupas ning nyana,<br />

pakeun ma(ng)kat moksahkeun ajnyana, ja nu<br />

maka alit ngaleungit/4r/keun nu alit ha(n)teu nu<br />

leungiteun alit ning ajnyana, pulang deui 7 ka<br />

niskala, alit ning nyana, datang ka tan hana, kana<br />

désa, lé(ng)gang hérang linglang, hening linglang 8<br />

na bwana, cu(n)dukna nyana ka a(m)bu ayah.<br />

Pun.<br />

Ini pakeun nga(m)pihkeun bumi, nir na<br />

bumi ti pretiwi, na raga li(ng)lang muksah ti<br />

dunia, suniya lawan taya. Mo/4v/ksa hilang<br />

5 sadinyana<br />

6 hidip<br />

7 dii<br />

8 langling<br />

- 59 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

ta(n)pa sangkan, mesat muksah hilang ti akasa.<br />

Alit ning pretiwi nga(m)pihkeun pangeusi 9<br />

bumi. Alit ning bwana nga(m)pihkeun raga sarira.<br />

Alit ning akasa nga(m)pihkeun sirah tres(na) sari<br />

ning bwana. Pada muksahkeun pasa(m)bung<br />

niskala, pakeun nga(ng)geuskeun tapa. Pun.<br />

Ini pakeun bener, paké alit ning nyana, /5r/<br />

nu maka waya na rasa, angen-angen nu metukeun<br />

bayu sabda hidep deungeun 10 nu nyeueu(ng)<br />

ngareungeu, paké alit nu alit 11 dina ajnyana, nu<br />

luput balik ti pretiwi, liwat waas(pada) ti dunia,<br />

suniya lawan taya, nu liwat waaspada, ti bwana<br />

leuwih, balik alit sarira sunya paramarata,<br />

biapara 12 waaspada, nu liwa/5v/t ti akasa, nu<br />

leuwih ti pangeusi bumi, nu alit dina turu tanghi,<br />

di rahina lawan wengi, alit nyana nyu(k)mana di<br />

ajnyana, nu maka bener hidep tineung angenangen.<br />

Dalit ka alit ning nyana, nu tineung alit<br />

dalit ka niskala, pakeun hamo sasab ka a(m)bu<br />

ayah ka niskala. Pun.<br />

Ini /6r/ (a)lit na darma [alit] si(m)pen ning<br />

ajnyana, nya mula ning sabda, sangkan prajnya 13 ,<br />

alit[a alit] ning hidep lawan angen-angen. Inya nu<br />

tan katon kareungeu. Alit ning tan katon<br />

kareungeu. Inya alit nu nyeueung hamo<br />

9 pangisi<br />

10 dingeun<br />

11 alik<br />

12 biasara<br />

13 prejnya<br />

- 60 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

kajeueung ku nu nyeueung. (Inya) alit ning déngé<br />

hamo kadéngé ku nu ngadéngé.<br />

Inya alit ning bayu hamo /6v/ kabaywan ku<br />

bayu. (Inya) alit na sabda hamo kasabda ku nu<br />

nyabda. (Inya) alit na hidep hamo kahidep ku<br />

hidep. (Inya) alit na rasa hamo karasa ku nu<br />

ngarasa. (Inya) alit na tutur mo katutur ku nu<br />

tutur. (Inya) alit na minget mo kamingetan ku<br />

minget.<br />

Tu(ng)gal alit ning la(ng)geng Sang Manon,<br />

nuduh ta/7r/n katuduhhan, alit na nuduh tan<br />

katuduh, alit ning langgeng ajnyana, nu luput ti<br />

tato 14 ajnyana wisésa di alit ning tanpa<br />

katuduhan. Alit ti nu alit majar ini, tan kaduhuran<br />

ku duhur, tan kasoran dénéng sor, tan k(e)na<br />

kaloran ku lor, tan k(e)na kakidulan ku kidul, tan<br />

(ke)na 3 kakulonan /7v/ ku kulon 15 , (tan ke)na<br />

kawétanan ku wétan 16 . Tan (ke)na adoh tan (ke)na<br />

(pa)rek. Iya nu wenang ka ga(na)l wenang ka alit.<br />

Yata wenang hana wenang tan hana. Luput alit ti<br />

langgeng lengis 17 ajnyana, inya ku alit jati,<br />

pa(n)dita, niskala, ajnyana. Pun.<br />

Ini na pakéeun nu luput ti na alit bayu sabda<br />

hidep leuwih lu/8r/put alit ning atos nyana,<br />

wenang tan hana, mangkatkeun ajnyana, alit[a]<br />

sarira, ngahilangkeun raga, ngaleungitkeun<br />

14 tata<br />

15- 3 kulon kakulonan<br />

16 - 4 wétan kawétanan<br />

17 lenges<br />

- 61 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

pretiwi, ngahilangkeun dunia, sunya bwana,<br />

moksahkeun akasa, liwat ti katara manusa, malik<br />

sarupa alit sarira. Na awak terus hérang, na rupa<br />

(terus ?), na 18 maya terus déwata. H(e)neng na<br />

lenging te/8v/rusna nyana, mangkat ti bwana<br />

larang, liwat ti katara, tata, déwata, tina sorga<br />

hiyang kaleupaseun datang ka terus 19 bwana,<br />

mulia sorang, pu(n)cak ni(ng) larang. Liwat ti<br />

inya, datang ka terus na larang mayana, hérang<br />

bwana. Liwat ti inya datang ka terus na<br />

lé(ng)gang bwana, liwat ti inya dayeuhan, di 20<br />

bwana 21 h(e)neng su/9r/niya 22 keleng 23 ,<br />

dipukatkeun ku ti niskala, datang ka pu(n)cak[a]<br />

lé(ng)gang hérang na maya, h(e)neng bwana.<br />

Liwat leupas ti inya, datang ka pu(n)cak h(e)neng<br />

terus na li(ng)lang bwana, luput leupas sakéng<br />

kana, liwat ti na sorga, para tata ning déwata,<br />

[hiya] /hiya(ng) kaleupaseun, liwat taya, saké(ng)<br />

hana 24 , t[k]eka katara, tata [banua] bwana niskala.<br />

Pa /9v/ hi turun ti niskala, nyungsungan lalakon<br />

sang hyang hayu, subaga, nya(ng)ga sanghiyang<br />

ajnyana, ha(n)teu tangan la(m)pah [m]asra, ning<br />

bwana, aci ti atma wisésa, na la(ng)geng, na<br />

premana, asra ning nyana, atis ti (sa)ri, na rupa<br />

muliya jati, lidah na awak premana, mulia rupa,<br />

terus 25 alus rupa jati, mulia, sari sanghiyang hayu.<br />

18 ma<br />

19 tirus<br />

20 du<br />

21 banua<br />

22 muniya<br />

23 kiling<br />

24 kana<br />

25 tarus<br />

- 62 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Li /10r/mang maya na hérang terus 26 bwana,<br />

metu sari ruum ti sarira, tutup ruum kumaratna,<br />

ruum mahabara, saluar 27 bwana. Jati<br />

sa[nu/]rining ajnyana. Ageus ta pahayu jati<br />

sanghiyang ajnyana, ageus rasa jati palipurna,<br />

purna tis(ti) ti niskala, jati. Nyet les mangkatkeun<br />

ajnyana, rasaning 28 nyana, ti niskala. Pat leupas<br />

la(m)pah nira. /10v/ Pada wereg la(m)pahhira<br />

niskala, ngiringaken nira rasa, ageus 29 ti sari budi<br />

jati, suka la(m)pah /0/<br />

Ta budi, lumaku budi rahayu, pada<br />

sa(m)pak suka subaga, mamarsatia jati premana,<br />

pada geulis la(m)pahhira, tumut wastu lituhayu,<br />

legep hidep 30 tu(ng)gal tineung, sampak sabda<br />

suka rasa, sati(ng)kah, sakarma, sageu/11r/i,<br />

sapatingtiman 31 , sati(ng)kah, kreta 32 , mulia,<br />

wi(n)du ajnyana, sarua saréananna sasipat<br />

la(n)jaran nyana, pada ageus sumamta nyana,<br />

sarir(a) nyana, ngawi(n)du sanghyang hayu.<br />

Ageus 33 hayu palipurna, pangkat nira luput<br />

leupas sakéng bwana, niskala. Pat leupas lenyep<br />

[pa] la(m)pahhira. Teka mangi ning bwana. Tan<br />

hana huwus nika/11v/ ka sang pa(n)dita. ti puhun<br />

26 tirus<br />

27 salura<br />

28 asraning<br />

29 agis<br />

30 hidip<br />

31 sapateungtiman<br />

32 krita<br />

33 agis<br />

- 63 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

sang pa(n)dita nyieun 34 para nis ti déwa, nis ti<br />

déwata, nis ti kasorgaan, nis ti kahyangan, nis ti<br />

ajnyana, tina wisésa, sang pa(n)dita. Meunang<br />

tutur jati, la(ng)geng suniya nilantara, ning<br />

ajnyana, langgeng ning bwana. Pun.<br />

Sang pa(n)dita, nu 35 wenang liwat ti tangkal<br />

nu wenang leuwih ti jati, nu /12r/ wenang luput ti<br />

puhun wenang metukeun 36 wisésa,<br />

ngahilangkeun ajnyana, wenang ning 37 mala, sidi<br />

leupas mokta hilang ta(n)pa sa(ng)kan sang<br />

pa(n)dita, awor 38 jatina, ka niskala, alit dalit di tan<br />

hana, sang pa(n)dita, nu luput ti tan hana, wenang<br />

tan hana, ja saw[u]it di mula, ning dadi tan hana.<br />

Inya tu sinangguh caduk/12v/ siya utama,<br />

dayeuhan di pu(n)cak nagara, asra na h(e)neng,<br />

pahi ngamuliakeunna nyana, nu pakeun inya<br />

wangsana. [wangsana] Sri lé(ng)gang maya,<br />

terusna hérang, asra na bwana, palangkana, asra<br />

ni hérang, maya na h(e)neng bwana,<br />

palu(ng)guhanana tu(m)pak di madiya pu(n)cak<br />

asra terus ning hérang, lumarap na awak kadi<br />

rupa na 39 maya, ning ajnyana, misu/13r/daan<br />

pasra maya, terus na hérang bwana.<br />

Di hulu niru bwana, pu(n)cakna niru akasa,<br />

mu(n)car caang sabwana, metu na se(m)bawa jati.<br />

Mijil téja, dilah ning bwana, séda, jati na<br />

34 nyeueun<br />

35 tu<br />

36 takeun<br />

37 wing<br />

38 agor<br />

39 ma<br />

- 64 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

wangsana, hérang h(e)neng sadakala, pun ageus<br />

pahi legep sangkep miguna, na wangsana, pahi<br />

siya nu arageung, pahi siya matang désa, nu<br />

na(ng)ganan paracita, nu wi/13v/sésa, siya<br />

deung 40 parasorga, kaparekkan na déwata, tina<br />

sorga hiyang kapesatan déwata, wisésa, dina<br />

sorga kapesatan, kapesatan ti manusa, ditapa<br />

ngabiapara, nu siya mangun hayu, ngahusir sorga<br />

ning darma, sanghyang atma wisésa.<br />

Ha(n)teu mu(ng)kur ti wi(n)du rahayu,<br />

ha(n)teu liwat ti na kasor/14r/gaan déwata. Déwa<br />

manusa, kawisésa, ku déwata. Déwata jati niskala,<br />

nu siya ngawi(n)du bumi, katurahan na ajnyana,<br />

mahawisésa, dayeuhan di buana,<br />

ngageulangnga(n) cun(duk) para sorga. Ha(n)teu<br />

nu liwat ti inya, nu siya manggawé tapa.<br />

Ha(n)teu luput ti sakitu, nu siya ngawi(n)du,<br />

mangun rahayu, /14v/ samilang sanghyang atma,<br />

dipajar wenang, wisésa, ha(n)teu liwat ti tata,<br />

hiyang déwata, ti na sorga kahiyang[ng]an.<br />

Hégan saurang, liwat ti na kapesatan ti 41 na<br />

séda, para tata, ning déwata, liwat ti na kasorgaan<br />

leuwih ti na para aci, liwat ti na paracita,<br />

mu(ng)gah ti niskala, sadatang /15r/ ka nu<br />

wisésa. Nu wisésa tuluy miwarang, la(m)pah ka<br />

para geulangan pahi ka nusiya, arageung, ka<br />

nusiya, matanggeulangan pahi cu(n)duk<br />

mingpulung, dayeuhan di cita nagara, asra,<br />

40 deuna<br />

41 ki<br />

- 65 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

wisésa, dayeuhan di cita, geulang 42 nagara asra<br />

bwana, dayeuhan di pu(n)cak nagara asra na<br />

h(e)neng, dayeuhan di cita, mayana, asra ning<br />

hérang, dayeuha/15v/n di cita, nagara asra 43 na<br />

h(e)neng, pahi sa(m)pak tu(ng)gal kreta,<br />

sanghyang ajnyana, dayeuhan di pu(n)cak<br />

lé(ng)gang nagara asra wisésa, pahi sang<br />

ku(m)p(ul) nu mahayu, pahi ku(m)pul nu<br />

mi(ng)pulung, ka kadaton nu wisésa, kadaton sri<br />

ma(r)gawi(n)du bwana, na natar, carénang<br />

hérang, kadi asra omas misah kasilang asra haré<br />

/16r/ mas buruan 44 terus bwana, hibar natar<br />

saluarna, maya na h(e)neng bwana, hérang<br />

pala(ng)ka, asraning maya, palu(ng)guhhan jati 45<br />

h(e)neng, na sadaan asra maya, hérang na li(ng)ga<br />

téja bwana, dipu(n)cakkan ku 46 déwata, saratna<br />

séda premana, ali(ng)-alingan ajnyana, sakitu<br />

pang diguna panglungguhhan nu wisésa, ageus<br />

ku(m)pul nu ming /16v/pulung, [pa] pahi siya<br />

wisésa, pahi sia, matang désa, ngageulangngan<br />

para cita, sahur nu wisésa, mana i(ng) dé(k)<br />

ku(m)pul mipulung aing dék maan ahuman ka<br />

nu siya arageung 47 , nu wisésa, samodana,<br />

nya(ng)gatakeun na ajnyana, sugan maka susah, ti<br />

kahannan nu maka kami modana, ka nu siya<br />

arageung, pun ku sabḍa ing /17r/ ayeuna ini,<br />

kami mé(n)ta, palalun ingu[ng]eunna<br />

42 gléng<br />

43 asri<br />

44 bwaruan<br />

45 wati<br />

46 ka<br />

47 agageung<br />

- 66 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

kapu(ng)gungan bireungeuh na kapindingan 48 nu<br />

maka kami mé(n)ta, diiyatnakeun ku na<br />

kahiwang-hiwangngan nyana, sabda ing ayeuna<br />

ini, jaga dapet na 49 lurusan bélot benerkeun<br />

kurang te(m)beyan lamunna lain balikeun<br />

lamunna salah pagahhan kami pun nu ma/17v/ka<br />

kami, maan diheueum katitisan sowara, tirta 50<br />

ajnyana, ti madiya ning nyana, ngupadésa nyana,<br />

sabḍa wisésa, ka nu siya arageung, [pa] pahi<br />

wenang wisésa, sugana ka ngaduluran na rahayu,<br />

ka nu siya premana, larang ning nyana,<br />

ngajajakeun kana jati, titis sowara pata, ti madiya,<br />

pahi ngeusian kreta, premana, utama, mu/18r/lia<br />

wi(n)du, sanghiyang hayu, pahi mijilkeun<br />

pangasih jati, premana, windu 51 ning ajnyana pahi<br />

siya tumitis tu(ng)gal puluh, nu siya matangdésa,<br />

papahi wenang wisésa, sakitu nu maka kami<br />

modana, ka nu siya para wenang, pun. Sumahur<br />

dayeuhan di asri na cita, nagara asra wisésa,<br />

tu(ng)gal kreta sa(m)pak samadaya, ka nu<br />

/18v/siya arageung, néma ajnyana, ka nu siya<br />

wisésa, naréma sabda utama, pu[p]n. Lamun kitu<br />

sanghyang sahur, titis sowara pata, kreta<br />

sanghyang ajnyana, ti madiya, hayang kawereg 52<br />

tineung tuang hidep kadulu kasukung kawangun<br />

kretasubaga paramarata, satia, pawitra wi(n)du<br />

sanghyang ajnyana, sakitu nu ma(ka) kami hulu<br />

/19r/n 53 mu(ng)ku kami salah rasa, meunang<br />

48 kapidengngan<br />

49 da<br />

50 trita<br />

51 wiwu<br />

52 kaweureug<br />

53 hulum<br />

- 67 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

nyukayan ajnyana, titis sowara pata, ti madiya<br />

ngan tu kami hulun lamun kaaku kahaup<br />

ngawi(n)dukeun sanghyang hayu, paksa<br />

tu(ng)gal kreta, ti nu wisésa, pun. Ngajajadikeun<br />

na jati, sahur nu wisésa, mana ai(ng) maan<br />

sampak kreta, kana urang sajagat kéna<br />

sanghya(ng) sahur sa /19v/ kini, mana ai(ng)<br />

nyalar ka nu réa, pila(n)caneun ai(ng) suka,<br />

sampak tu(ng)gal[a] kreta, ka nu wisésa, sahur<br />

dayeuhan di cita, lénggang nagara asra bwana,<br />

pun[a]. Kami hulun sangkup ngawi(n)du<br />

sanghyang hayu, sampak suka kreta, samadaya,<br />

ha(n)teu nu katiténan 54 nyana suka ngadulur<br />

ajnyana, tu(ng)gal ka nu wisésa, ngawi(n)<br />

/20r/dukeun sanghyang hayu.<br />

Sahur nu wisésa: “Lamun ageus wereg legep<br />

sangkep[a] sampak tu(ng)gal samadaya, ageus<br />

sa(ng)kup ku(m)pul nu mi(ng)pulung, [pa] pahi<br />

wenang wisésa, pahi siya, matang désa, nu siya<br />

pahi arageung, ka kadaton nu wisésa, na kadaton<br />

si raga 55 h(e)neng, wi(n)du na wangun mulia sabwana,<br />

na bumi terusna h(e)neng hérang /20v/<br />

lé(ng)gang na maya, kadi asra ning akasa, na<br />

natar carénang hérang, kadi asra homas mirah<br />

lumarap, kadi asra ning harémas buruan terus<br />

bwana, hibar natar saluarna, maya na h(e)neng<br />

bwana, hérang na palaka, asra ning maya,<br />

palu(ng)guhan jati 56 h(e)neng, na sadaan asra<br />

54 katitigénan<br />

55 sriaga<br />

56 wati<br />

- 68 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

maya, hérang lilang 57 , téja bwana, 5 dipuncakan ku<br />

déwata 58 , saratna /21r/ séda 59 premana, ali(ng)-<br />

alingngan ajnyana, sakitu 7 pang diguna 60 , na<br />

panglungguhhan nu wisésa ageus ku(m)pul nu<br />

mi(ng)pulung, pahi siya wenang wisésa, sahur nu<br />

wisésa, ngan tu lamun ageus sangkup sa(m)pak<br />

paksa, tu(ng)gal, pun. Néma sabḍa nu wisésa,<br />

dayeuhhan di cita raga rasa 61 wisésa, pun.<br />

Ageus sangkup ku(m)pul nu<br />

mi(ng)pu/21v/lung, ngawi(n)dukeun sanghyang<br />

hayu, ngutamakeun sanghyang ajnyana, ngan tu<br />

sugan kalawasan geuing di luar, sugan ha(n)teu<br />

katitineungkeun 62 ku urang pun. Geura<br />

pangkatkeun inya na nyana, pun. Mu(ng)gahkeun<br />

inya wangsa na pahi teuluan nu nu(ng)guan na<br />

kahanan ti manusa, puji ma(ng)katkeun<br />

sanghyang atma na nyana aci wisésa, pangka<br />

/22r/ t ti bwana, jati suda, datang ka bwana<br />

niskala, mu(ng)gah ka bwana, jati tan hana.<br />

Sahur nu wisésa, éboh kéh bresih sarira, jati,<br />

awak sanghyang ajnyana, na atma aci wisésa,<br />

ageus aci rupa jati, ajum alus atis luis duga hérang<br />

mara maratasan rupa jati h(e)neng le(ng)gik kasép<br />

langgé hajeng 63 pa(n)tes lituhayu, /22v/ terus<br />

rupa, na maya jati premana, na busana, terus<br />

57 liha<br />

58- 5 pucakna agadéta<br />

59 sada<br />

60- 7 weduna<br />

61 raasra<br />

62 kateutineungkeun<br />

63 hajing<br />

- 69 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

hérang na 64 maya asra bwana, sabuk na buka<br />

hantara, heusian 65 asra harémas dipakanan<br />

pacar 66 cina, di sisina, pacar 67 keling, di tengah na<br />

réka, asra déwata, terus alus h(e)neng tungtung,<br />

rabuna hérang sagala, disilang ku kekembangan<br />

carénang heuleut heuleutna, siang kembang /23r/<br />

masa larang, lita na busana, sapangadeg samataré,<br />

pakeun madegkeun ajnyana.<br />

Ini na pisalibut terus[a] ibun cip(r)uk alus di<br />

tungtungna kuwung-kuwung, misisina téja<br />

h(e)ni(ng), di tengahna téja warna. Hurung,<br />

hérang, caang siang hibar reu[ji]jeung sembawa,<br />

lita pangwi(n)du sanghyang hayu, lita guna, cita<br />

maya ci(h)na, nya(m)bungngan pi<br />

/23v/busanaeun /0/<br />

Paké tu(m)pak di wangsana, ageus<br />

lu(ng)guh wastu wi(n)du sanghyang hayu, lidah<br />

pawitra premana, mulia sanghyang ajnyana, na<br />

atma aci wisésa, ditu(m)pakeun kana wangsana,<br />

pahi deung na rabi kasihhan paminihhan ti<br />

niskala, nu nugaan na kahanan masa siya ti<br />

manusa, nu ma(ng)ku sanghyang hayu,<br />

ma(ng)ka/24r/tkeun sanghyang ajnyana, reungeu<br />

dipicahakeun. Sadatang pulang ka tangkal<br />

sacu(n)duk datang ka puhun pahi ageus tu(m)pak<br />

wangsana, wangsana sri lénggang maya, trerus na<br />

hérang asra bwana, palangka asra ning hérang,<br />

64 ma<br />

65 husian<br />

66 pasra<br />

67 pasra<br />

- 70 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

maya na h(e)neng bwana, na palu(ng)guhan<br />

tu(m)pak di pu(n)cak madia, asra terus ning<br />

hérang, awak luma /24v/rap kadi na 68 maya<br />

ajnyana na sadaan, asra maya terus na hérang<br />

bwana, ti hulu ni[ng]ru bwana, pu(n)cakna niru<br />

akasa, mu(n)car caang sabwana, metu na<br />

se(m)bawa jati, mijil téja dilah nyana ning bwana,<br />

suda jati na wangsana, hérang h(e)neng nilantara,<br />

ning bwana, na wangsana. Tapihna asra ning<br />

omas silangna, pamapan asra harémas carénang<br />

/25r/ hérang tapihna hibar, reungeu deung<br />

sembawa, ti pinggi(r)na dikikitir cakramanik<br />

diselang asrana mirah, ti hareupeunna kikiceup 69<br />

premata, asra mas mirah, ti tukangeun tali laya,<br />

dikembangan asraning omas, pu(n)cakna asra<br />

mirah, rarawisna mirah manik, diselang ku<br />

kembang acung 70 , bunga tu(n)jung diruru(n)tuy,<br />

h(e)neng tungtu(ng), leutik [ka]beunang /25v/<br />

ngari(ng)git, na kembang wi(n)du larangan, na<br />

kembang carénang hérang, kadi [ma]maya omas<br />

pi(n)dah, na se(m)bawa hérang warna, bijil<br />

h(e)neng ti puhunna, lumalarap bitan kilat 71 , bijil<br />

se(m)bawa tina wi(n)du, panglungguhan metu 72 ti<br />

sanghyang hayu, bijilna tina ajnyana, pahi b(i)jil<br />

na se(m)bawa, se(m)bawa jati sarira, biya(k)ta alit<br />

ning nya /26r/na, nu maka wi(n)du sarira.<br />

Ageus genep legep sa(ng)kep na sangkuan<br />

68 na<br />

69 kikicap<br />

70 atung<br />

71 kelat<br />

72 mitu<br />

- 71 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

pitung surung, na sangkuan asra mirah sagala,<br />

[pa]pakeun ngadulur sanghyang hayu, pakeun<br />

ngawi(n)dukeun dina puhun, pahi nu siya<br />

arageung, papahi wenang wisésa 73 . Sahur nu<br />

wisésa, éboh onam urang mangkat 74 maka pahi<br />

paksa tu(ng)gal, tatabeuhan 75 pahi ageu /26v/s<br />

kasangkepan, (ra)ga sarira hérang h(e)neng, asra<br />

na o(ma)s mirah, goong ku hérang h(e)neng, asra<br />

na ta(m)baga sukla, aduan deung omas pirak,<br />

dipapon galuga haretal, asra harémas siang,<br />

tu(m)pak na carénang hérang heuleut 76 -heuleutna,<br />

tatabeuhan pakeun ngawereg, (na) sangkuan lita<br />

goong, gangsa tu(ng)gal sara(m)pa/27r/san,<br />

panya(m)bung[ng]an nu wisésa, lebuhkeuneun<br />

dina puhun, pakeun ngawereg wangsana,<br />

micahakeun di madiya, lamun nu cu(n)duk ka<br />

puhun.<br />

Sahur nu wisésa: éboh onam urang mangkat,<br />

bray carénang hérang, na panyawér ka<br />

ma(ng)gungngin(g) na wangsana, na panyawér<br />

asra mirah deung harémas, nu nyawér sarua 77<br />

keupac ha(n)teu pegatna, /27v/ sapanjang 78 jalan<br />

leu(m)pangna wangsana, na panyawér carénang<br />

hérang ni(ng)gangna, kaburaan nga(m)par<br />

hérang, carénang heuleut-heuleutna, buruan terus<br />

na h(e)neng tatapakan asra, na mirah hérang<br />

lénggang sagala, tu(ng)gul bu(ng)bang kiri kanan,<br />

73 wesésa<br />

74 mangkan<br />

75 tatabihhan<br />

76 hileut<br />

77 sanua<br />

78 sapajnang<br />

- 72 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

asra eu(n)teung mirah hinten 79 , ki(ng)kila<br />

leu(m)pang ti heula 80 , hérang na payu(ng) niru<br />

ka(n)cana, hateupna (a)sra /28r/ (a)cimaya,<br />

hérang na mirah sagala, pamapan asra harémas<br />

hérang kuning suci h(e)neng, hérang pu(n)cakna<br />

pasiaman, salinar [ma] maya asraning sutra,<br />

dipapon omas harémas hérang cénang, lumarap<br />

kadi helar teka ngora.<br />

Brenang ga(ng)sa ditabeuh pa(n)deuri,<br />

ga(ng)sa tuluy digénggangkeun, ki(ng)kila ma<br />

/28v/ ngkat ti kadaton nu wisésa, goong naréma<br />

sorana gangsa, goong dipipanepuh labung<br />

barung, jeung nabeuh babaanan babatakan, turut<br />

laun diri(n)dukeun, nu mulang 81 nu(m)pang<br />

sorangan 82 , ha(n)teu nu angling 83 anglingan,<br />

ngaran babatakanana, ageus kasih pulang geulis,<br />

haat kami saja /29r/tina, sorana gangsa ngawereg<br />

na wangsana, ngadulur sanghyang hayu, kreta<br />

subaga, nya(ng)ga sanghyang ajnyana, suka<br />

sa(m)pak saréréa, ha(n)teu nu katit[ig]énan pahi<br />

si(y)a nu arageung, [pa]pahi wenang wisésa, nu<br />

ngajayak kana mula nu wisésa, ngahaturkeun<br />

kana puhun, ageus luput ti buruan ageung, ngala<br />

/29v/lar ka dora larangan, sacunduk 84 ka wangun,<br />

ka wi(n)du puhun rahayu. Nu wisésa tuluy<br />

matur, ka hareupeun ka nu siya maka wenang,<br />

pahi siya nu arageung, [pa]pahi siya wisésa,<br />

79 heuteun<br />

80 hila<br />

81 nulang<br />

82 sorangun<br />

83 ungaling<br />

84 sanacuduk<br />

- 73 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

sampak paksa tu(ng)gal kreta ka nu wisésa,<br />

nye(m)bah bakti jati ka hareupeun nyana<br />

nyu(k)mana, mremanakeun ajnyana, kami hulun<br />

ngayo /30r/ giakeun 85 sanghyang darma premana<br />

aci wisésa, ka nu siya maka nyana, kana w[u]it<br />

mula dadi, ka na jati, kana mula ning nyana, kana<br />

tangkal ning ajnyana, cu(n)duk ka puhun<br />

sanghyang hayu, datang kana w[u]it dadi,<br />

kawekasan ning pretiwi, datang ka tang[ka]kal<br />

kawekas ning akasa, datang ka mula wekas ning<br />

bwana, datang kana tangkal ka/30v/wekasan na<br />

niskala, datang kana tangkal kawekasan ning tan<br />

hana, datang kana tangkal hana. Sadatang (kana)<br />

tan hana, cu(n)duk kana puhun luput, kana wekas<br />

ning tan katuduhan, w[u]it ning leuwih sangkan<br />

dadi, nu ngayugakeun ajnyana, nu metukeun<br />

hana. Sadatang (kana) tan hana, nu ngawayakeun<br />

tan hana, ngayuga bwana jati /31r/ niskala, tina<br />

ta(ng)kal pawekasan langgeng taya, nihantara<br />

ning bwana, tu(ng)gal pawekasan hérang<br />

li(ng)lang, di la(ng)geng ni(ng) li(ng)lang,<br />

linglang 86 di pu(n)cak wekas nihantara ning<br />

bwana, dina tan hana, ngaran[na]na nista<br />

k(e)leng.<br />

Nu wisésa pahi deung nu siya arageung,<br />

[pa]pahi wenang wisésa, pahi ageus kahareupeun<br />

ngahaturkeun kana puhu /31v/n ngajayak kana<br />

tangkal, kana w[u]it mula dadi, ageus cu(n)duk<br />

kana puhun ageus datang kana tangkal ageus<br />

kahusir na jati, datang kana mula pasraning<br />

85 ngayogeuakeun<br />

86 lingla<br />

- 74 -


ajnyana.<br />

- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Nyahur nu wisésa, pun, kami hulun<br />

ngayogiakeun ajnyana ka hareupeun, sugan<br />

waya ti sakini, pitineungeun sanghyang hidep<br />

lamun héga /32r/n sakini, kami sadu dék<br />

ji(m)barran sakitu kami huluṇ metu sabda ti<br />

madia, padésa nyana. Anaking 87 nu wisésa, sui<br />

hawara ji(m)barran kéna ai(ng) dék mati(ng)tim<br />

ayeuna, aing dék na[da]nya pari(n)tah, sugan ka<br />

tuluykeun na da beunang mati(ng)tim ku na<br />

ngajajadikeun ngeusian na kahanan na pangasih ti<br />

nu siya /32v/ para wenang, pahi siya tu(ng)gal<br />

puluh titis kreta sowarajnyana ti madiya, pahi<br />

siya matang désa, maka tu(ng)gal sam(p)ak<br />

samadaya. Lamun na bécét sirih[h]an maka patitis<br />

kreta so(wa)rajnyana, kana sanga walu pitu,<br />

genep pa(n)ca, kapat tiga, karo tu(ng)gal. Pahi<br />

bijil 88 na pangasih, pakeun na ja /33r/ti,<br />

diwindukeun 89 pahi ngawayakeun na kahanan,<br />

pigeusaneun na pangasih pahi nu siya arageung,<br />

maka patitis palinggih 90 jati.<br />

Sakitu anaking, nu wisésa, maka puguh<br />

nung<br />

tung na rahayu, nyahur nu wisésa, naréma<br />

ajnya<br />

na, mahapremana, pun, kami hulun lamun<br />

kitu sanghyang sahur, mu(ng)ku waya, nu<br />

87 anakeng<br />

88 bijel<br />

89 diwiwukeun<br />

90 paligeuh<br />

- 75 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

ngeunah nyukayan ajnyana, la /33v/mun kitu<br />

sanghyang sahur, ageus nungtung na ajnyana,<br />

datang ka kami hulun hégan tu kami<br />

ngareungeukeun puguh, geusan ngawi(n)dukeun<br />

sahur sanghyang hidep. Anaking nu wisésa, hadé<br />

lamun dék ji(m)baran pada siya wenang wisésa,<br />

hégan tu ai(ng) heula nitah a(m)buwa ngabreséka<br />

inya heula.<br />

Sahur nu wisésa, éboh /34r/ kéh urang paksa<br />

tu(ng)gal ka hareupeun, urang sadu dék<br />

ji(m)baran, laku sadu umun jati, nye(m)bah bakti<br />

muncak 91 larang, kahareupeun ka nu siya maka<br />

(d)adi ka nyana. Sahur sanghyang hidep, hadé<br />

ji(m)baran pati(ng)timkeun di luar, pahi siya<br />

matang désa, maka patitis palinggih 92 jati, mulah<br />

waya nu kasalahan maka pa /34v/hi sa(m)pak<br />

suka kreta urang sajagat, kéna ai(ng) hayang<br />

reujeung, sa(k)ti ning subaga nyangga sanghyang<br />

ajnyana, kéna aing hayang kadulur kasukung<br />

kawangun. Manaing nyarék sakitu, ja hégan hiji<br />

ini, nu pangkat ti manusa, nu meunang atoshatos[a]<br />

nyana, ngawakan sanghyang darma, nu<br />

ngadongkap ka na /35r/ tangkal nu ngahusir na<br />

jati, nu cu(n)duk kana puhun datang kana tangkal<br />

w[u]it mula dadi ning ajnyana.<br />

Luput ti wi(n)du rahayu, liwat ti désa<br />

déwata, tina tata sorga kaleupasan 93 , tan liwat ti<br />

na sorga kahyang[ng]an, tina sorga ning déwata,<br />

91 macak<br />

92 paligeuh<br />

93 kapeus<br />

- 76 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

na dé(wa)ta pahi ageus kawisésa, nu maka (s)usah<br />

/35v/ sabwana, nu maka re(n)tag sajagat nu maka<br />

reduh sabumi, pahi ageus kagelar 94 , salaran tapa,<br />

pakeun ngawastu sa(ng)hyang hayu, ka madiya<br />

ka wi(n)du puhun rahayu, sahur nu wisésa, ageus<br />

sangkup paksa tu(ng)gal sampak déngdéng<br />

paraspadé, kreta urang sajagat hégan tu urang<br />

ngareungeukeun, ageu /36r/s nu ngawi(n)dukeun<br />

sanghyang hayu, hégan tu urang mangké ti luar,<br />

ngagaway na kahanan pigeusaneun na pangasih.<br />

Saageus cu(n)du(k) ka puhun, ageus datang<br />

kana ta(ng)kal, ageus kahusir na jati, na sangkan<br />

waya beuheula 95 , ti niskala, na mula sangkan ti<br />

tan hana, w[u]it jati, mula way(a) ning ajnyana, nu<br />

hur ti /36v/ madiya ning tan hana, nu padésa<br />

ajnyana, ka a(m)buing tan hana jati 96 , w[u]it ning<br />

dadi, jati ning pretiwi, mula waya ni(ng) bwana,<br />

sangkan waya ning ak(a)sa, a(m)bui(ng) tan hana<br />

jati 97 , ngabukti alit na sari ning jati hurip ning<br />

bwana, tu(ng)gal pretiwi, lawan akasa, di<br />

langgeng ni(ng) tu(ng)gal di kawekasan ni(ng)<br />

bwana. Luput pretiwi, lu/37r/put akasa, luput<br />

bwana, luput beurang luput peuting 98 , luput cai<br />

sadakala, hérang lilang, suniya nilantara 99 ,<br />

langgeng ning bwana, pawekasan ning caang<br />

sadakala, h(e)neng linglang 100 , suniya terus ning<br />

94 kagalar<br />

95 beuhila<br />

96 wati<br />

97 wati<br />

98 piteung<br />

99 nulantara<br />

100 langling<br />

- 77 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

caang, langgeng nilantara, ning bwana, luput ti<br />

langgeng, ti talahantara, suniya lantara, ti bwana,<br />

ti owah 101 ni(ng) taya, tu(ng)gal langgeng ning<br />

/37v/ taya bwana, di niskala, di tan hana, puhun<br />

sanghyang hayu, w[u]it na alit tangkal na nyana,<br />

kahanan sanghyang ajnyana, w[u]it ni dadi,<br />

patu(ng)galan ning tu(ng)gal [tugal] pretiwi<br />

lawan akasa, iya tu(ng)gal ni(ng) ajnyana, pun.<br />

Sahur nu séda, sangkan wisésa, ti madia<br />

ning tan hana, nyeueung na wangsana, datang na<br />

dulur /38r/, sa(ng)kwan tujuh surung, na<br />

sangkwan asrana mirah sagala, ti pandeuri 102 na<br />

pangwereg gangsa rari, ditabeuh deungeun 103<br />

goong, dipipanempuh labung. Nu mireungeuh<br />

metu cipta ti ajnyana, metu 104 na sabda padésa,<br />

tuluy miwarang a(m)buna, tan hana jati 105 , na<br />

w[u]it sari ning aci, w[u]it jati mula ning ajnyana,<br />

leu(m)pang onam husir ka wang /38v/sana,<br />

mulah dimaka turun ku manéh, ti manggung na<br />

wangsana, mulang dimaka naka natar, nu néma<br />

ajnyana, a(m)bu ing tan hana jati 106 , ka hareupeun<br />

sanghyang hidep sadu méré nyaho, sugan<br />

kami 107 geura-geura 108 , hangeu-hangeu<br />

sasalinger 109 gerek ku pitineungeun hamo<br />

101 oh hah<br />

102 padiri<br />

103 dingeun<br />

104 mitu<br />

105 wati<br />

106 wati<br />

107 kameu<br />

108 geura-gira<br />

109 sasaleungeur<br />

- 78 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

reungeu deungeun sanghyang hidep, hégan tu,<br />

éboh /39r/ onam aing ngadulur rahayu,<br />

leu(m)pang onam silihan na wangsana.<br />

A(m)bui(ng) miwangsana sarira, palalawas<br />

papagah deung darma, deungeun na anak<br />

ajnyana, a(m)buing turun ngahusir 110 na<br />

wa(ng)sana, pahi unyut turun nu mahayu<br />

sanghyang hayu, pahi datang ka wangsana. Sahur<br />

a(m)buing sakini, anaking abet ka dini,<br />

sanghya(ng) atma /39v/ ajnyana, aci wisésa, néma<br />

ajnyana, ti puhun sanghyang hayu, sanghyang<br />

atma aci wisésa. Teher sadu umun jati bakti<br />

nye(m)bah ka hareupeun. Hégan tu kami bocah,<br />

mé(n)ta palalun, kami takut ha(n)teu nyaho dina<br />

tutur, gurulagu. Hégan tu padan kami mo nyaho<br />

dina ti(ng)kah tatakrama 111 . /40r/ Hégan tu nu<br />

maka mitakut jarot semang teuing, sugan<br />

dipajarkeun nanggeuhan gunung tanpa teuing,<br />

ngadeuleu panonpoé tanpa sérab sugan geurageura,<br />

sasalinger 112 , lu(n)cat ciung karo langkah,<br />

tepak muka balu bahangga, sugan kasebe(l)an<br />

kasualan kapapahan kamalangan. Suga /40v/n<br />

keuna ku na cakrakala, upadrawa ning ajnyana,<br />

hégan tu sakitu nu maka mé(n)ta, palalun, hégan<br />

tu kami, lamun kajayak la(m)pah di jalan, kami<br />

sadulur, nuturkeun sanghyang hayu.<br />

<strong>Sanghyang</strong> atma ageus pa(n)tég nu<br />

sa(ng)gata, ngiyatnakeun na ajnyana. Sahur<br />

a(m)buing sakini: “Aing né(m)balan sabda utama,<br />

110 ngahuser<br />

111 tatakarma<br />

112 sasaleungeur<br />

- 79 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

a /41r/naking sanghyang ajnyana, pihaheun<br />

wirang walangati, aing titahan ti madia, silih na<br />

wangsana, na wangsana sarira. Anaking, mulah<br />

nu dé(k) sala(h) rasa, lain ai(ng) nu nga(n)tégan<br />

ngahéganan tapa, ngawurung[n]an rahayu, ja<br />

ai(ng) inyana jati. Anaking geura onam lugay sila<br />

i(n)dit birit tina wi(n)du /41v/ panglu(ng)guhan<br />

turun ti ma(ng)gung wangsa[ng]na, teher nu<br />

mé(n)ta palalun.<br />

Sahur a(m)bu ing sakini: “Éboh onam aing<br />

néma, tangan sanghyang ajnyana, mumul di nu<br />

turun ka wangun a(m)bu ing miwangsana, sari<br />

ning rasa, turun ti cipta sorangan dipangku<br />

dihali(m)pukeun na aisan asra maya, sari asri suci<br />

jati, /42r/ a(m)buing ngala(m)pahkeun suku<br />

tangan pahi sa(m)pak nya(ng)ga-nya(ng)ga,<br />

subaga sanghyang ajnyana, unyut nu turuta(n) nu<br />

ma(ng)ku sanghyang hayu, a(m)buing maan<br />

unggah 113 ka bwana, pawekasan ni(ng) s(a)rira,<br />

dina tangkal séda ning bwana, ni(ng)galkeun<br />

dasakalésa, ngalaan na dasamala, moocan na<br />

rajatamah, dina séda ta(ng) /42v/kal mala,<br />

a(m)buing ageus mulangkeun dribiya kala,<br />

pangkat ka bwana jati, ka aci ning séda ka(n)cana,<br />

hérang na tatapakan puncak 114 mirah, puncak 115<br />

omas pahi a(m)buing cu(n)duk (k)a wangun nu<br />

tuluy asup ka la[r]bur, na miru manik hérang<br />

cénang, caang siang pu(n)cak na asra harémas<br />

hibar reungeu deung sembawa, pahi /43r/<br />

113 uguh<br />

114 pacak<br />

115 pacak<br />

- 80 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

a(m)buing lu(ng)guh di labur, eureun heula,<br />

sanghyang ajnyana, nurunkeun tina lahunan,<br />

ngalu(ng)guhkeun sanghyang hayu, sa(ng) atma<br />

aci wisésa, dinya geusan diraratan ngabresih<br />

sarira jati, ngabreséka sang atma, aci wisésa, na<br />

caang cané(m)brang hérang, tina jati lénggang<br />

maya, bijil ti hulu na h(e)neng, bijil tina asra<br />

manik na /43v/ pani(m)ba salaka mirah sagala.<br />

Ini rajah na pakeun moocan na rajatamah<br />

saratna. Sara pakeun ngalebur na musuh, pakeun<br />

ngaleungitkeun 116 alit mala jati, petukeun ti sarira<br />

jati, luputkeun ti rasa, bayu sabda hidep jeueung<br />

déngé tutur sahkeun ti bwana. Ini pamusahkeun<br />

maya, ras sa(h) ta mana, ras /44r/sah ta b(w)ana,<br />

ras sah ta mala, ras sah taya, ras sah ratna, ras<br />

sa(h) ta hilang, (ras sah) ta leungit.<br />

Sahur a(m)buing, éboh onam briséka,<br />

sanghyang ajnyana sahur a(m)buing tan hana<br />

ratna, pahi [abuing] tan hana maya, anaking<br />

cupatan onam busana, ageus sang atma cupat<br />

busana, a(m)buing mangku dina 117 panglu(ng)guh<br />

/44v/[h]an mi(n)dahkeun deuuk kana patilasan 118<br />

sanghyang ajnyana, a(m)buing pahi sampak<br />

maribuk sah sarira, pahi pahayu, ngawangun<br />

sanghyang hayu, sa(m)pak ngararatan na ajnyana,<br />

ageus dé(wa)ta, pawinga pawéla nyana, hérang<br />

sarira. Ageus aci rupa jati, lé(ng)gang premana,<br />

rupa ni(ng) atma, ageus h(e)neng rupa jati. Ageus<br />

116 ngaleungeutkeun<br />

117 hina<br />

118 pateuleusan<br />

- 81 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

/45r/ awak luput rupa, dina kawekasan rupa jati,<br />

liwat ti maya na hérang h(e)neng. Ageus kapurba<br />

nyana, kreta rasa jati palipurna, ning ajnyana.<br />

Ageusna sarira wastu jati, mulia jati utama. Ageus<br />

premana jati wisésa. Ageus wastu na jati<br />

sanghyang hayu. A(m)buing tan hana jati 119 , pahi<br />

a(m)buing tan ha /45v/na ratna, a(m)buing tan<br />

hana maya, ageus ngatelesan nyana, pangkat tina<br />

moksahan rajatama, disawér ku asra omas<br />

harémas, na panyawér carénang hérang,<br />

nga(m)par dina tatapakan mirah. A(m)buing<br />

ma(ng)ku tina panuusan. Saasup a(m)bui(ng) ka<br />

labur, ngawi(n)dukeun sanghyang hayu.<br />

A(m)buing nya(n)ten nyana, sari busana 120 /46r/<br />

sanghyang ajnyana dipa(ng)mukakeun. Basana<br />

asrana terus ning rasa, hérang larang buka<br />

lénggang, ma[ma]ya nu rupa premana.<br />

Na busana pakeun mangkatkeun ajnyana,<br />

ka puhun sanghyang hayu, jati mula ning sarira,<br />

ka tangkal ning nyana, kahanan sanghyang<br />

ajnyana, dinya w[u]it mula, pawekasan ning<br />

déwata.<br />

Sahur a(m)bui(ng): “Énam /46v/ onam<br />

urang ma(ng)kat ageus atma rupa jati palipurna,<br />

ageus sari budi jati, ageus rasa budi nyana, ageus<br />

wastu budi rahayu, ageus ajnyana, wastu<br />

premana, a(m)buing mangkat ti labur maan<br />

ngahusir kahanan pawekasan ning tan hana,<br />

datang ka madiya ning pawekasan ning ajnyana,<br />

119 witi<br />

120 busawa<br />

- 82 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

dina luput pa/47r/wekasan ning luput, tina luput<br />

tan katuduhan, ti nu nuduh tan katuduh 121 , luput<br />

bayu luput hurip, luput asra luput asri, luput<br />

atma luput aci, [luput cit] luput panas luput tiis,<br />

luput hujan luput angin 122 , luput sakéng sunya<br />

taya, luput sa /47v/kéng aditiya, luput sakéng<br />

patapaan, luput ning luput, luput beurang luput<br />

peteng, luput caang sadakala, tina tangkal<br />

pawekasan nu maka caang na bwana, tina puhun<br />

mula jati ning bwana, sangkan waya pawekasan.<br />

Tina puhun luput puhun tan katuduh, ti 123 puhun<br />

(sa)ha éta nu nyieu /48r/n 124 puhun, éta nu<br />

mijilkeun ajnyana, ti tan han(a) bijil tan hana,<br />

dingaranan ku tan hana, éta nu luput dise(ng)guh<br />

nyaho ku puhun, pun.<br />

A(m)buing pahi cu(n)duk ka puhun<br />

ma(ng)ku sanghyang hayu, datang ka tangkal<br />

maan sanghyang ajnyana, ka kahanan<br />

patu(ng)galan a(m)bu ayah dina luput /48v/<br />

pawekasan tan katuduh, ti niskala dina luput 125<br />

mula jati, tina pawekasan ning tan hana, tina<br />

tangkal pawekasan ning ajnyana, liwat tina<br />

tangkal pawekasan hérang linglang, leuwih tina<br />

pawekasan h(e)neng linglang 126 liwat tina adras<br />

asra pawekasan ni bwana, na langgeng ning<br />

pawekaṣan /49r/ nilantara, tina luput pawekasan<br />

ling na leungeu, tina nista mana, pawekasan ning<br />

121 katudah<br />

122 angen<br />

123 tu<br />

124 nyeueun<br />

125 laput<br />

126 langling<br />

- 83 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

tan hana, luput ti kahanan na puhun, ja luput ti<br />

nu luput magawé luput paratra 127 , warna ni(ng)<br />

kahanan nu siya wenang, pahi wisésa, tata<br />

niskala, ti puhun nitipkeun inya di bwana, pun.<br />

Saageus da /49v/tang ka tangkal, cu(n)duk ka<br />

puhun sanghyang darma, datang ka kahanan<br />

a(m)bu ayah, nyahur a(m)buing ka hareupeun,<br />

pun kami na nyana, pari(n)tah geui urang<br />

ngajajadikeun, pun. Sahur ti puhun a(m)bu geura<br />

lungguhkeun ai(ng) ngadulur rahayu,<br />

wi(n)dukeun onam 128 sanghyang hayu,<br />

sasangku 129 palipurnakeun sarira maka sa(m)pak<br />

su /50r/ baga, nya(ng)ga sanghyang ajnyana.<br />

A(m)buing pahi ageus genep 130 legep<br />

sangkep nyukung ngawangun, ngawi(n)dukeun<br />

na palu(ng)guhan sangkwan sanghyang hayu, aci<br />

ni(ng) hurip sari na h(e)neng, hérang na aci<br />

sagala, na panyawér aci na sari, hérang na rasa<br />

sagala, acining atma tu(m)pak[a] di tengah sari na<br />

h(e)neng, hérang na lé(ng)gang sagala /50v/<br />

ageus kapahayu, luput aci rupa jati, ageus<br />

kapalipurnakeun sanghyang ajnyana, ageus jati<br />

wi(n)du sanghyang hayu, ageus disangku<br />

dihali(m)pukeun sang atma aci wisésa, disalin<br />

busana jati, terusna h(e)neng hérang na maya,<br />

hérang 131 na asra bwana, ageus disalin busa(na)<br />

sanghyang ajnyana, diwi(n)dukeun dideuukeun<br />

127 paratata<br />

128 inam<br />

129 susangku<br />

130 geunam<br />

131 hégang<br />

- 84 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

reungeu deung /51r/ [deung] na pangasih a(m)bu<br />

ayah nu dipisari pawak dwa puluh 132 nu ajnyana<br />

premana, larang sagala, na pangwastu ti puhun<br />

ngadeuukeun sanghyang hayu, nu ngaskara,<br />

teher ngadegkeun pawarang, na pangaskara,<br />

ci(h)na cita premana, leuwih na larang, na<br />

pawarang ngaranna terusna larang, premana<br />

hérang na maya tan hana. H(e)neng na aci hérang<br />

na maya, /51v/ premana cita tan hana. Hérang tan<br />

hana 133 , premana leuwih na larang. Aci na sari<br />

premana, maya na larang. Ageus a(m)bu ayah,<br />

ngawastu sanghyang hayu, na kahanan luput tina<br />

hurung-hérang tina lénggang, linglang 134 tina<br />

h(e)neng linglang 135 , luput tina pawekasan ning<br />

bwana, dina bwana nis na (te)lenging jati, di inya<br />

pigeusaneun na kahana /52r/n nu ti luar, inya<br />

luput ti sakitu na kahanan dina luput pawekasan<br />

a(m)bu ayah, pun. Ageus ti puhun nu<br />

ngawi(n)dukeun di kahanan sahur nu wisésa,<br />

hégan tu kami nanya ka nusiya arageung papahi<br />

wenang wisésa, sahur dayeuhan di cita nagara<br />

asra wisésa, naréma sabda nu wisésa, hégan tu<br />

lamu /52v/n ageus sa(ng)kup ku(m)pul<br />

mipulung, sa(m)pak tu(ng)gal samadaya, patitis<br />

walang wilis palinggih 136 jati, ageus katiti[s]san<br />

kreta sowarajnyana, urang sajagat.<br />

Sahur nu wisésa, éboh onam urang sa(m)pak<br />

132 paluh<br />

133 natna<br />

134 linggang<br />

135 langling<br />

136 palihgi<br />

- 85 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

ngawayakeun na ka(ha)nan pigeusanneun na<br />

pangasih, lain kukuriyakan lain aci /53r/ kana<br />

jatina, di nis ning bwana (te)lengi(ng) geusan tan<br />

hana, larang ajnyana, ti luar dinya geusan<br />

ngawayakeun na kahanan nu wisésa,<br />

ngawayakeun kahanan asra na h(e)neng, terusna<br />

la(ng)geng ning bwana, lain kukuriyakan lain<br />

acina, kéna jatina eusina, na pangasih sapuluh nu<br />

dipipangawak ajnyana, larang sagala, dayeuh<br />

/53v/ (ka)hananna inya cita maya ci(h)na cita<br />

h(e)neng, terus na maya kuni(ng), sari ni(ng)<br />

ci(h)na, hérang na maya premana.<br />

Sakitu nu ajnyana premana, pangwa(s)tu nu<br />

wisésa. Dayeuhan di cita nagara, asra wisésa,<br />

ngawayakeun kahanan di nis na 137 bwana<br />

la(ng)geng, di nis na (te)lenging ngawayakeun<br />

kahanan sangkan ning asra, tang/54r/kal ning<br />

waya, terus ning la(ng)geng bwana, lain<br />

kukuriyakan[n] lain acina, kéna jatina, eusina, na<br />

pangasih sapuluh pangwastu sanghyang hayu,<br />

ngaranna, citana premana maya larang. Cita na<br />

hérang premana leuwih na larang, sari ning cita,<br />

hérang na maya, leuwih na larang.<br />

Sakitu, pamastuna, dayeuhan /54v/ di cita<br />

nagara, asra wisésa, ka dayeuhan nis na<br />

(te)lenging, ka nu tan hana, larang ajnyana,<br />

dayeuhhan di cita hérang 138 nagara, asra bwana,<br />

ngawayakeun kahanan sangkan na lénggang wit<br />

na mula, asra sangkan langgeng ning bwana, lain<br />

137 ni<br />

138 hégang<br />

- 86 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

kukuriyakan lain acina, kéna jati, eusina, na<br />

pangwastu sapuluh /55r/premana, larang sagala,<br />

ngaran na cita nis na h(e)neng hérang na maya<br />

larang. Cita maya premana, sangkan na larang, aci<br />

sari maya na h(e)neng, dayeuhan di pu(n)cak<br />

nagara, asra na h(e)neng, ngawayakeun kahanan<br />

sangkan ning pu(n)cak tungtung langgeng ning<br />

bwana, sangkan asra, w[u]it na h(e)neng, lain<br />

kukuriyakan lain acina, ké /55v/na jatina, eusina,<br />

na pangwastu sapuluh, nu ajnyana, larang sagala,<br />

ngaranna cita ning larang, mayana mulia hérang,<br />

cita nis ning larang, hérang na maya larangan.<br />

Nis na larang, hérang na premana, maya ning<br />

larang.<br />

Sakitu, ti dayeuhhan di pu(n)cak nagara asra<br />

na h(e)neng, pahi waya, na pangwereg 139 sarwa<br />

waya, tatabeu/56r/han 140 suka karaméan<br />

sanghyang hayu, ngawastu nu tan hana larang<br />

ajnyana, pun.<br />

Dayeuhan di cita maya na asra ning hérang,<br />

ngawayakeun kahanan sangkan na maya, mula<br />

ning asra, terus na la(ng)geng ning hérang, lain<br />

kukuriyakan lain aci ning 141 kéna jatina, eusi<br />

sang[sa]kep wereg 142 sarwa tata /56v/beuhhan<br />

suka karaméan sanghya(ng) hayu, pangwastu<br />

sapuluh sari sanghyang hayu, pangawak larang<br />

sagala, ngaranna cita na larang maya na hérang,<br />

139 pangwereug<br />

140 tatabihhan<br />

141 nang<br />

142 wereug<br />

- 87 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

cita na hérang, maya na larang, cita ning maya<br />

premana, nu hérang ni(ng) larang, pun.<br />

Sakitu pamastuna, di nu tan hana larang<br />

ajnyana, pun. Dayeuhan di cita /57r/ nagara, asra<br />

na h(e)neng, ngawakeun kahanan di niṣ ning<br />

bwana la(ng)geng, di nis na (te)lenging, na<br />

kahanan sangkan hérang ni(ng) asra, w[u]it mula<br />

na h(e)neng deung langgeng ning terus na<br />

h(e)neng, lain kukuriyakan lain acina, kéna jatina,<br />

aci na pangwastu sapuluh pangawak premana,<br />

larang sagala, pahi wayakeuna pangwereg 143<br />

tatabeuhan suka ka /57v/raméan sanghyang hayu<br />

,pun. Eusina sari pangngasih, ngaranna sari ning<br />

cita, maya na larang, leuwih ni(ng) hérang sari 144<br />

ning hérang, leuwih ning maya na larang na<br />

h(e)neng, sari ning larang, leuwih mayana ning<br />

hérang, pun.<br />

Sakitu ngawastuna, ka nu tan hana, larang<br />

ajnyana, pun. Dayeuhan di pu(n)cak hérang 145<br />

nagara asra wisésa, ngawaya /58r/ keun kahanan<br />

na kahanan mula ni(ng) taya, sa(ng)kan na<br />

lé(ng)gang, di terus na h(e)neng, di la(ng)geng<br />

ning bwana, lain kukuriyakan lain acina, kéna<br />

jatina, pahi sangkepna pangwereg tatabeuhan<br />

suka karaméan pangwi(n)du sanghyang hayu,<br />

hayu pangwastuna, sapuluh premana, larang<br />

sagala, ngaran cita lé(ng)gang ning maya, cita sari<br />

ning /58v/ premana, hérang maya ning larang, aci<br />

143 pangwereug<br />

144 sani<br />

145 hégang<br />

- 88 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

ni(ng) rasa, premana, maya ning hérang.<br />

Sakitu ngawastuna, ka nu tan hana, wisésa,<br />

larang ajnyana, pun. Ini nu ngawastukeun mijil ti<br />

bwana tan hana, nu ngawangun sanghyang hayu,<br />

pun. Ini sangkan hana, w[u]it pawekasan ni(ng)<br />

ajnyana, biya(k)ta (u)padésa, wekas ning sabda<br />

/59r/. Ini dayeuhan 146 bwana, buana 147 sangkan<br />

niskala, ngawayakeun kahanan na kaha(nan)<br />

mula ni lé(ng)gang, terus ning hérang, di sangkan<br />

nilantara, langgeng ning bwana, di niskala, lain<br />

kukuriyakan lain acina kéna jatina, pahi legep<br />

sangkep wereg suka karamén, mi(le)buh wastu 148<br />

sanghyang hayu, pamastuna, sapuluh /59v/ mulia<br />

premana, larang sagala, ngaranna cita ni(ng)<br />

hérang maya ni(ng) larang, cita larang mulia,<br />

maya ning hérang, cita hérang mayana, mulia<br />

larang 149 .<br />

Sakitu ngawastuna, ka nu tan hana wisésa,<br />

larang ajnyana, pun. Ini nu ngawastu na ajnyana,<br />

pun. Bijil ti bwana niskala, nu ngawangun<br />

sanghyang ha/60r/yu, pun. Dayeuhan di pu(n)cak<br />

h(e)neng di terus na li(ng)lang ni(ng) bwana,<br />

ngawayakeun kahanan na kahanan di wit na<br />

h(e)neng, di terus na langgeng ni(ng) bwana, lain<br />

kukuriyakan 150 lain acina, kéna na jatina 151 ,<br />

146 diyeuhan<br />

147 banua<br />

148 wasta<br />

149 larah<br />

150 tukuriyakan<br />

151 jateuna<br />

- 89 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

eusina, sapuluh wastu premana, mulia 152 larang<br />

sagala, ngaranna aci ni(ng) maya, hérang ratna<br />

ning larang, aci ning larang, ma /60v/ya ning<br />

hérang, aci ning hérang, maya ni(ng) larang, tiga<br />

katuduh premana, mulia 153 na eusi bwana, pahi<br />

legep sangkep na pawereg 154 suka mi(le)buh<br />

(wastu sanghyang hayu), pahi waya, pamastu<br />

sanghyang hayu, pun. Sakitu ngawastuna, ka nu<br />

tan hana, wisésa, larang ajnyana.<br />

Ini nu ngawastukeun mijil ti bwana niskala,<br />

/61r/ ngawangun sanghyang ajnyana, dayeuhhan<br />

di puncak lé(ng)gang hérang na maya, h(e)neng<br />

bwana, ngawayakeun kahanan na kahanan, di<br />

w[u]it ning lénggang 155 , ni(ng) hérang di terus<br />

wekasan ning maya, di tengah la(ng)geng bwana,<br />

lain kukuriyakan lain acina, kéna jatina,<br />

ngawayakeun kahanan di nis ning bwana lang<br />

/61v/geng, di nis na (te)lengi(ng) sapuluh, wastu<br />

premana larang sagala, ngaranna aci ning<br />

lénggang, maya ning hérang, aci na lé(ng)gang<br />

maya ni(ng) larang, aci na larang na lénggang<br />

maya ning hérang, pun.<br />

Sakitu pangwastuna, legep sangkep<br />

sa(m)pak suka subaga, nya(ng)ga sanghyang<br />

ajnyana, pun. Ka nu tan hana wisé /62r/sa, larang<br />

ning nyana, pun. Pahi bijil pamastu sanghyang<br />

hayu, ngawangun na nyana, di sanghyang<br />

152 mulwi<br />

153 mulwi<br />

154 pangwereug<br />

155 langgang<br />

- 90 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

ajnyana, pun. Pahi bijil ti bwana niskala, pun.<br />

Dayeuhan di terus na lénggang bwana,<br />

ngawayakeun kahanan na kahanana di w[u]it<br />

ning hérang, sangkana lénggang bwana, di<br />

langgeng ning tu(ng)gal bwana, pun. Lai/62v/n<br />

kukuriyakan lain acina, kéna jatina, di niskala,<br />

eusina, sapuluh muliya, premana, larang sagala,<br />

ngaranna cita na maya na h(e)neng. Cita maya na<br />

hérang, cita maya na kuning. Pahi legep sa(ng)kep<br />

na pangwereg suka subaga, nya(ng)ga sanghyang<br />

ajnyana, pun. Sakitu ngawastuna ka nu tan hana,<br />

wisé/63r/sa, larang ajnyana, pun.<br />

Ini nu ngawastukeun ti terusna lé(ng)gang<br />

bwana, ngawangun sanghyang hayu, pun. Pahi<br />

mijil ti niskala, lain ti na para sorga ni(ng) déwata,<br />

nu ngawayakeun kahanan ti niskala, jatina, pun.<br />

Ja nu maka sorga déwata, pun. Dayeuhan di<br />

terusna larang, maya na hérang bwana,<br />

ngawaya/63v/keun kahanan na kahanan dina<br />

sangkan hérang mayana, di h(e)neng na<br />

la(ng)geng larang ning bwana, pun. Lain<br />

kukuriyakan 156 lain acina, kéna jatina, ti niskala,<br />

pun. Eusina, sapuluh wastu premana, muliya 157<br />

larang sagala, pun. Ngaranna hérang na maya, aci<br />

premana, acina premana, maya ni(ng) hérang,<br />

acina ma/64r/ya ning larang. Pahi legep sa(ng)kep<br />

pangwereg 158 [ka] suka kreta subaga nyana,<br />

nya(ng)ga sanghyang ajnyana, pun. Sakitu,<br />

ngawastuna, ka nu tan hana, wisésa, larang<br />

156 kukariyakan<br />

157 mulwia<br />

158 pangwereug<br />

- 91 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

ajnyana, pun.<br />

Ini[ng] nu ngawastukeun ti terus na larang,<br />

maya na hérang bwana, ngawangun sanghyang<br />

hayu, pun. Pahi miji[l]lan nyana ti niskala, pun.<br />

/64v/ Dayeuhan di terus bwana, mula ning<br />

larang, pu(n)cak ning hérang, pun. Ngawayakeun<br />

kahanan na kahanan, di w[w]it ning bwana, di<br />

terus na lé(ng)gang ning larang, di langgeng<br />

pu(n)cak ni(ng) hérang, pun. Lain kukuriyakan<br />

lain acina, kéna, jatina, di niskala. Pahi legep<br />

sangkep na pangwereg 159 suka kreta, subaga<br />

nyana, /65r/ mulia premana, nya(ng)ga<br />

sanghyang ajnyana, pun. Eusi[s]na sapuluh,<br />

wastu mulia premana, larang sagala, pun.<br />

Ngaranna aci ri maya h(e)neng, hérang na aci<br />

maya, [nik] aci na hérang, maya na muliya larang,<br />

pun. Sakitu ngawastuna, ka nu tan hana, wisésa,<br />

larang ajnyana, pun.<br />

Ini nu ngawastukeun [te]te/65v/rus bwana,<br />

mula ning larang pu(n)cak ni(ng) hérang, pun.<br />

Ngawangun sanghyang hayu, pun. Pahi patitis<br />

nyana, ti niskala, pun. Dayeuhhan di bwana<br />

larang, maya na pu(n)cak ning hérang, w[u]it<br />

tu(ng)gal pawekasan ning ajnyana, niskala, pun.<br />

Ngawayakeun kahanan na kahanan w[u]it ning<br />

sangka/66r/n larang mula na maya, di tengah<br />

langgeng ning hérang, 2 di niskala, pun 160 .<br />

Lain kukuriyakan lain acina, kéna jatina,<br />

pun. Pahi legep sa(ng)kep na pa(ng)wereg[a] suka<br />

muliya, kreta pawitra utama premana, nyana,<br />

nya(ng)ga sanghyang ajnyana, pun. Eusina,<br />

159 pangwereug<br />

160- 2 pun di niskala<br />

- 92 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

sapuluh, wastu utama, premana, larang sagala,<br />

pun. Nga /66v/ranna mutia citana, h(e)neng.<br />

Mutiya cita ning hérang. Mutiya cita ni(ng)<br />

larang, pun. Sakitu, ngawastu na ka nu tan hana,<br />

wisésa, larang ajnyana, pun.<br />

Ini ti bwana larang, mayana, pu(n)cak ning<br />

hérang, ngawastukeun 161 sanghyang hayu,<br />

ngawa[ng]ngun sanghyang ajnyana, pun. Ti<br />

niskala, pahi niskeun kahanan /67r/ di nis ning<br />

bwana, la(ng)geng, di nis na (te)lenging, ka nu<br />

leuwih ni larang ajnyana, pun. Pahi pasra nyana,<br />

niskala, tu(ng)gal ajnyana, pun. Sabda padésa, nu<br />

wisésa, legep tu(ng)gal nyana, ti niskala, ka<br />

madiana, ning ajnyana, pun.<br />

Sahur nu wisésa, lamun ageus titi(s) sowara<br />

kreta pasra, tunggal ning ajnyana /67v/, hanteu 162<br />

nu katiténan 163 nyana, ti niskala. Pahi<br />

ngawayakeun kahanan di nis ning bwana,<br />

la(ng)geng di nis (te)lenging jati, ti luar, aya<br />

leuwih larang kahanan ti madiya ning tan hana,<br />

dina wekas ning tan katuduhhan dina w[u]it mula<br />

pawekasan ning ajnyana, di adras asra pawekasan<br />

ning bwana, dina mu/68r/la, adras pawekasan<br />

ning tan hana, dina luput sangkan pawekasan<br />

ning a ajnyana, pun.<br />

161 ngawastakeun<br />

162 hati<br />

163 katitigénan<br />

- 93 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Sakitu 164 , kawekasannanna nu siya tuhu<br />

mangun rahayu, nu laksana mawa darma, nu<br />

satiya di ajnyana, nu meunang hatos sarasa, hamo<br />

tresna di sarira, pun. Dayeuhan di buana 165<br />

h(e)neng sunya keleng 166 , ti manusa.<br />

Ageus /68v/ kahusir na jati, ageus cu(n)duk<br />

ka na puhun datang kana tangkal a(m)bu ayah<br />

ageus sasra kreta, palipurna, ning ajnyana, ti<br />

a(m)bu ayah, meunang wisésa, di niskala, ageus<br />

kabéréan 4 jagatpramana 167 nyana, wenang satata,<br />

wisésa ning ajnyana.<br />

Ageus dibaan ka 168 kahanan suka kreta<br />

manglaba-laba, ligar /69r/ nyana, ligar yusa,<br />

ajnyana, wenang wisésa, sakama-kama ning<br />

nyana, wenang wisésa, dina bwana, niskala, pun.<br />

Ja nu wenang nya(ng)ga-nya(ng)ga sanghyang<br />

ajnyana, nu nyukung ngawangun sanghyang<br />

hayu, kana mulaning tan hana, pun sakitu. Ageus<br />

na nu luput tapa, wisésa deu(ng) ajnyana,<br />

mulaning darma, sangkan niskala, lunas ta /69v/n<br />

hana, pun.<br />

Ini pustaka, bijil ti wit 169 mula, ning tan<br />

hana, pun. Nu tan hana, leuwih lawang ajnyana,<br />

pun. Dayeuhan di buana 170 h(e)neng, suniya<br />

164 saketu<br />

165 banua<br />

166 keling<br />

167 - 4 jagag purnama<br />

168 sa<br />

169 wwiit<br />

170 banua<br />

- 94 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

keleng 171 , di pigeusan(eun) nyu(k)mana, nyiyeun<br />

na pustaka, pun. /70r/<br />

171 akleng<br />

- 95 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Bab 4<br />

Terjemahan Teks<br />

Pengantar<br />

Terjemahan dalam terbitan kali ini didasarkan<br />

atas suntingan teks sebagaimana terdapat dalam bab<br />

3. Sedapat mungkin terjemahan diusahakan kata<br />

demi kata. Tetapi mengingat konteks kalimat yang<br />

berbentuk prosa serta demi kelancaran bahasa<br />

Indonesia, tidak selalu mungkin menterjemahkan<br />

suatu kata Sunda Kuna secara konsisten dengan kata<br />

yang sama dalam bahasa Indonesia. Berbagai istilah<br />

keagamaan yang khas dan menyangkut konsep<br />

tertentu seperti bayu, sabda, hidep, nyana, <strong>Sanghyang</strong><br />

Hayu, ada kalanya dibiarkan dalam bentuk aslinya<br />

dan tidak diterjemahkan.<br />

- 96 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Penyajian terjemahan teks<br />

Inilah ajaran yang harus diperhatikan. Ini adalah<br />

untuk diamalkan oleh orang yang lewat dari raga,<br />

yang lepas dari bayu sabda hidep. Lewat dari rasa<br />

jasmani, lebih dari hidup, yang mengingat ajaran<br />

Sang Manon, lewat dari ruh yang agung, lebih dari<br />

yang tak tergambarkan acintya pada nyana ajnyana,<br />

ruh dalam ketiadaan. Ini dari yang sekarang, yang<br />

menunjukkan kepada raga, yang dinamakan bayu<br />

sabda hi /1v/dep, yang melihat dan mendengar,<br />

dengan rasa, jasmani, hidupnya ruh, mengingat<br />

ajaran Sang Manon yang agung, yang dinamakan<br />

sekarang, yaitu kegaiban bayu sabda hidep. Demikian.<br />

Ini yang mempunyai raga, yang mengeluarkan<br />

bayu sabda hidep, yang selalu melihat dan mendengar,<br />

yang menyebabkan adanya rasa pada jasmani, yang<br />

menyebabkan hidupnya ruh, inti kegaiban /2r/ yang<br />

agung. Demikian. Ini adalah bersatunya ruh raga<br />

jasmani, yang mengeluarkan bayu, takkan terkena<br />

bayu. Ini adalah yang mengeluarkan sabda takkan<br />

terkena sabda. Ini adalah yang mengeluarkan hidep<br />

takkan terkena hidep. Ini yang mendengar takkan<br />

terdengar. Ini yang melihat takkan terlihat. Ini yang<br />

terasa takkan terasa. Ini adalah yang menghidupkan<br />

takkan terkena hidup. Takkan tertunjukkan dengan<br />

ruh kita sedunia. Ialah yang rata dan menyebabkan<br />

rata, namanya ruh kita sedunia, yang dinamakan<br />

kita sedunia tidak kena, dinamailah Dia Yang<br />

Agung, dalam kegaiban yang tidak terlihat dan<br />

terdengar, tidak teraba dan tak terpikirkan. Dialah<br />

- 97 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

yang menyebabkan ruh yang tak tertunjukkan.<br />

Demikian.<br />

Ini untuk diamalkan /3r/ dalam pangkal ruh<br />

bersatunya bayu sabda hidep. Ini untuk diamalkan ruh<br />

dalam keabadian ajaran kedalaman hidep hilang<br />

ajnyana dengan sebutan, untuk mengangkat<br />

melepaskan nyana ruh Sang Manon. Ini kehampaan<br />

ruh dalam keabadian Sang Manon. Tembus dari<br />

angkasa, terang benderang, lewat dari panjangnya<br />

siang, bersinar terang sekekeliling dunia/3v/.<br />

Meskipun tiada siang tetap terang terus-menerus.<br />

Untuk ruh penglihatan kepada kegaiban hidep Sang<br />

Manon untuk menuju kesejatian, melihat dunia gaib.<br />

Ini untuk mengunjungi ibu dan ayah di niskala,<br />

untuk ruh pada kesucian, pada ruh lepas dalam<br />

nyana. Untuk mengangkat kelepasan ajnyana, karena<br />

yang menyebabkan ruh menghilangkan /4r/ yang<br />

halus, tidak kehilangan ruh dalam ajnyana. Kembali<br />

lagi ke niskala, ruh pada nyana, datang kepada<br />

ketiadaan, kepada asalnya, bening bersih jernih,<br />

hening jernih di dunia, sampailah nyana kepada ibu<br />

dan ayah. Demikian.<br />

Ini untuk menjaga bumi, lenyapnya bumi dari<br />

pretiwi, raga yang bersih lepas dari dunia,<br />

kehampaan dengan ketiadaan. /4v/ Lepas hilang<br />

tanpa sebab, melesat lepas hilang dari angkasa. Ruh<br />

pada pretiwi menjaga pengisi bumi. Ruh di dunia<br />

menjaga raga jasmani. Ruh di angkasa menjaga sirah<br />

tresna di dunia. Bersama-sama melepaskan sendi<br />

niskala, untuk menyelesaikan tapa. Demikian.<br />

- 98 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Ini untuk kebenaran mengamalkan ruh pada<br />

nyana. /5r/ Yang menyebabkan adanya rasa, anganangan,<br />

yang mengeluarkan bayu sabda hidep dengan<br />

yang melihat dan mendengar. Menggunakan ruh<br />

yang halus pada ajnyana, yang terlepas kembali dari<br />

pretiwi. Lewat nyata dari dunia, kehampaan dengan<br />

ketiadaan, yang lewat dari kenyataan di dunia lebih,<br />

kembali ruh jasmani hampa paramarta, selubung<br />

yang nyata, yang lewat /5v/ dari angkasa, yang lebih<br />

dari pengisi bumi, yang halus pada tidur dan<br />

bangun, pada siang dengan malam, ruh nyana, yang<br />

menjadi ruh ajnyana, yang menyebabkan benar hidep<br />

teringat selalu pada cita-cita. Berpadu kepada ruh<br />

nyana yang diingat. Ruh bersatu dengan niskala,<br />

supaya tidak tersesat kepada ibu dan ayah kepada<br />

niskala. Demikian.<br />

Ini /6r/ ruh darma yang disimpan pada ajnyana,<br />

ialah permulaan pada sabda, asal kepandaian. Ruh<br />

pada hidep dengan cita-cita. Dia yang tak terlihat tak<br />

terdengar. Ruh yang tak terlihat tak terdengar. Dia<br />

adalah ruh yang melihat tapi tak terlihat oleh yang<br />

melihat. Dia adalah ruh pada pendengaran yang tak<br />

terdengar oleh yang mendengar. Dia adalah ruh<br />

pada bayu, yang tak /6v/ terkena bayu. Dia adalah<br />

ruh pada sabda yang tak terkena sabda oleh yang<br />

bersabda. Dia adalah hidep yang tak terkena hidep<br />

oleh hidep. Dia adalah ruh pada rasa yang tak terasa<br />

oleh yang merasa. Dia adalah ajaran yang takkan<br />

terikuti oleh yang mengikuti. Dia adalah ruh yang<br />

mengingat yang tak teringat oleh yang mengingat.<br />

- 99 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Tunggallah ruh pada keabadian Sang Manon,<br />

yang menunjuk tapi tak /7r/ tertunjukkan, ruh yang<br />

menunjuk tapi tak tertunjuk, ruh pada keabadian<br />

ajnyana, yang lepas dari tato ajnyana yang agung<br />

pada ruh yang tidak tertunjukkan ruh dari yang ruh<br />

katanya ini, tidak teratasi oleh yang tinggi, tidak<br />

terbawahi oleh yang rendah, tidak terkena utara oleh<br />

utara, tidak terkena selatan oleh selatan, tidak<br />

terkena barat /7v/ oleh barat, tidak terkena timur<br />

oleh timur. Tidak terkena jauh tidak terkena dekat.<br />

Dialah yang wenang kasar dan wenang ruh. Dialah<br />

yang wenang ada dan wenang tiada. Terlepas ruh<br />

dari kebadian cahaya ajnyana, yaitu dengan ruh yang<br />

sejati, pandita, niskala, ajnyana. Demikian.<br />

Ini untuk diamalkan oleh yang terlepas dari ruh<br />

bayu sabda hidep lebih /8r/ lepas ruh pada kekerasan<br />

nyana, wenang tiada, mengangkat ajnyana, ruh pada<br />

jasmani, menghilangkan raga, menghilangkan<br />

pertiwi, menghilangkan dunia, kesunyian dunia,<br />

melepaskan angkasa, lewat dari penglihatan<br />

manusia, kembali menjadi satu rupa dengan ruh<br />

jasmani. Badan menembus beningnya rupa, bayangbayang<br />

menembus dewata.<br />

Heningnya pakaian /8v/ menembus nyana,<br />

berangkat dari bwana larang, lewat dari penglihatan,<br />

tata, dewata, dari sorga hiyang kelepasan datang<br />

menembus buana, mulia tercapai sebagai puncak<br />

kesucian. Lewat dari situ, datang menembus ke<br />

larang mayana, kebeningan buana. Lewat dari situ,<br />

datanglah ke lenggang bwana. Lewat dari situ tempat<br />

tinggal di buana tetap yang sunyi /9r/ terpisah,<br />

- 100 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

dilepaskan dari niskala. Datang ke puncak lenggang<br />

herang, yaitu bayangan heneng buana. Lewat lepas<br />

dari situ datanglah ke puncak heneng terus linglang<br />

buana. Hilang lepas dari situ, lewat dari sorga, para<br />

tata dewata, hiyang kelepasan, lewat tiada, dari situ,<br />

samapai terlihat, tata buana niskala. /9v/<br />

Semua turun dari niskala, menyambut tingkah<br />

Sanghiyang hayu, bahagia, menopang sanghyang<br />

ajnyana, tidak menerima laku permata di buana, sari<br />

dari jiwa yang agung, yang langgeng, yang kuat,<br />

permata pada nyana, dingin dari sari, yang rupanya<br />

sungguh mulia, lidah pada badan yang kuat, mulia<br />

rupanya, terus bagus sungguh rupanya, sari ajnyana.<br />

/10r/ Lima bayangan yang bening menembus buana,<br />

keluar sari wewangian dari jasmani, diliputi dengan<br />

wewangian kumaratna, wewangian luar biasa<br />

semerbak, seluruh buana, sungguh sarinya ajnyana.<br />

Setelah selamat kebenaran sanghyang ajnyana, setelah<br />

rasa sungguh sempurna, sempurna abadi dari<br />

niskala, sungguh. Hilanglah mengangkat ajnyana,<br />

rasa pada nyana, dari niskala.<br />

Lepaslah perjalanannya./10v/ Sama cepat<br />

perjalanannya niskala, mengiringkan rasa, selesai<br />

dari sari pekerti yang benar, suka dalam<br />

perjalanannya.<br />

Pekerti tersebut, melakukan pekerti yang<br />

selamat, sama-sama suka bahagia, sangat mendalam<br />

perasaan hatinya yang sungguh kuat, sama-sama<br />

indah kelakuannya, mengikuti wujud yang indah,<br />

menguasai hidep dengan satu pikiran, memusatkan<br />

sabda dengan suka cita, satu tingkah, satu karma,<br />

- 101 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

satu perasaan, /11r/ sepertimbangan, satu tingkah,<br />

baik, mulia, pusat ajnyana, sama semuanya sejajar<br />

tiang nyana, sama-sama selesai pada kedamaian<br />

nyana, jasmani nyana, memusatkan ajnyana.<br />

Setelah selamat sempurna, kepergiannya hilang<br />

lepas dari buana, niskala. Lepaslah ia dengan pelan<br />

jalannya, datang mewangi di buana. Tidak ada<br />

perkataannya /11v/ kepada sang pandita. Dari<br />

awal sang pandina membuat semua yang hilang dari<br />

dewa, hilang dari dewata, hilang dari kesorgaan,<br />

hilang dari kahyangan, hilang dari ajnyana, dari<br />

keagungan sang pandita. Mendapat ajaran yang<br />

sejati, abadi sunyi terus-menerus pada ajnyana, abadi<br />

di buana. Demikian.<br />

Sang pandita yang wenang lewat dari pokok,<br />

yang wenang lebih dari jati, yang /12r/ wenang lepas<br />

dari pokok, wenang mengeluarkan keagungan,<br />

menghilangkan ajnyana, wenang pada kotor.<br />

Sempurna lepas bebas hilang tanpa sebab. Sang<br />

pandita bersatu jati-nya kepada niskala, ruh bersatu<br />

dalam ketiadaan. Sang pandita yang hilang pada<br />

ketiadaan, wenang tiada, karena satu pokok dari<br />

asal, pada kejadian ketiadaan. Yaitu yang dikira isi<br />

/12v/ dia yang utama, tinggal di puncak negara,<br />

permatanya sabar, semua memuliakan nyana, yang<br />

untuk keturunanannya, sri lénggang maya tembus<br />

bening, permata di buana, tempat duduknya<br />

permata bening, bayangannya dian di buana, tempat<br />

duduknya bertingkat di tengah puncak, permata<br />

tembus bening, dipakai pada badan seperti rupanya<br />

- 102 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

bayangan pada ajnyana. Mengurangi /13r/ permata<br />

bayangan tembus bening di buana.<br />

Di hulu meniru buana, di puncaknya meniru<br />

angkasa, bersinar terang sebuana, keluarlah<br />

kesaktian yang sejati. Keluar cahaya, sinar di buana,<br />

sempurna, sejatinya keturunannya. Bening diam<br />

terus-menerus. Demikian.<br />

Selesai semua terkuasai lengkap kepandaiannya,<br />

pada keturunannya, semua, dia para pembesar,<br />

semua, dia matang desa, nu nangganan, paracita, yang<br />

/13v/ agung, dia dan parasorga, kedekatan pada<br />

dewata, dari sorga hiyang, kelepasan dewata agung,<br />

pada sorga kelepasan, kelepasan dari manusia,<br />

bertapa dalam usaha, yang mulia membangun<br />

kebaikan, menuju sorga dalam darma, <strong>Sanghyang</strong><br />

Atma Wisesa.<br />

Tidak pergi dari gerbang keselamatan, tidak<br />

lewat dari kesorgaan /14r/ dewata. Dewa manusia<br />

terkuasai oleh dewata. Dewata jatiniskala yang mulia<br />

memusatkan bumi, kelebihan pada ajnyana,<br />

mahaagung, tempat di buana, menerangi<br />

kedatangan para sorga. Bukan yang lewat dari situ,<br />

yang mulia melakukan tapa. Tidak lepas dari itu,<br />

yang mulia memusatkan menciptakan keselamatan,<br />

/14v/ memperhitungkan sanghyang atma, dikatakan<br />

wenang, agung, tidak lewat dari tata hiyang dewata,<br />

dari sorga kahiyangan.<br />

Hanya seorang, lewat dari kelepasan yang sakti,<br />

para tata dewata lewat dari kesorgaan, lebih dari<br />

- 103 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

para aci, lewat dari para cita, naik dari niskala,<br />

sesampainya kepada /15r/ yang agung. Yang agung<br />

kemudian memerintah melakukan kepada para<br />

geulangan, semua yang mulia, pembesar, kepada<br />

yang mulia, bersambungan semua datang<br />

berkumpul, bertempat di cita nagara. Permata<br />

agung, bertempat di cita gelang negara, permata<br />

buana, bertempat di puncak negara, permatanya<br />

diam, bertempat di cita bayangannya, permata yang<br />

bening, bertempat /15v/n di cita negara, permatanya<br />

diam. Semua berada bersatu dalam kebenaran<br />

sanghyang ajnyana, bertempat di puncak lenggang<br />

nagara permata yang agung, semua berkumpul<br />

melindungi, semua berkumpul yang<br />

mengumpulkan, ke kedatuan yang agung, kedatuan<br />

Sri Margawindu buana, yang terhampar bening<br />

berkilauan, seperti permata emas terpisah<br />

bersilangan permata /16r/ emas, semburat tembus<br />

buana, bercahaya terhampar sekelilingnya.<br />

Bayangan pada diamnya buana, bening tahtanya,<br />

permatanya bayangan, kedudukan jati heneng, pada<br />

keajegan permata bayangan, bening pada lingga<br />

cahaya buana, dipuncaki oleh dewata, seluruhnya<br />

sempurna berdaulat, bersembunyi pada ajnyana.<br />

Demikian yang dijadikan kedudukan yang<br />

berkuasa, setelah berkumpul yang mengumpulkan,<br />

/16v/ semua dia berkuasa, semua dia matang desa,<br />

melingkari para cita. Kata yang berkuasa, “Adapun<br />

aku akan menyuruh mengumpulkan, aku akan<br />

membawa pertemuan kepada yang mulia para<br />

pembesar, yang berkuasa, ramah, bersama-sama<br />

dengan ajnyana. Barangkali menjadi susah dari<br />

- 104 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

keadaan, yang menyebabkan kami gembira, kepada<br />

yang mulia pembesar. Demikian. Dengan sabdaku<br />

/17r/ ini, kami meminta maaf, kebodohan yang<br />

dipelihara, melihat yang terhalangi, yang<br />

menjadikan kami meminta diwaspadai dengan<br />

kehawatiran nyana. Sabdaku sekarang ini, jagalah<br />

dengan sungguh-sungguh kelurusan. Kalau bengkok<br />

betulkan, kalau kurang tambahi, kalau bukan<br />

balikkan, kalau salah nasihati kami. Demikian.<br />

Yang menyebabkan /17v/ kami membawa<br />

dihadap titisan suara, tirta ajnyana, pertengahan<br />

nyana, ajaran nyana, sabda yang agung, kepada yang<br />

mulia pembesar, semua wenang berkuasa.<br />

Barangkali yang menyertai keselamatan, kepada<br />

yang mulia berdaulat, kesucian nyana, menjelajah<br />

kepada jati, menitis suara turun dari tengah, semua<br />

mengisi kebaikan, daulat, utama, mulia / 18r/ windu,<br />

sanghiyang hayu, semua mengeluarkan pengasih jati,<br />

daulat, pusatnya ajnyana, semua menitis tunggal<br />

puluh, yang mulia matangdesa, semua wenang<br />

berkuasa. Itulah yang menyebabkan kami gembira,<br />

kepada yang mulia para penguasa. Demikian.<br />

Menceritakan tempat keasrian cita, negeri permata<br />

yang agung, tunggal baik, bersedia semua kepada<br />

yang /18v/ mulia pembesar, menerima ajnyana,<br />

kepada yang mulia berkuasa, menerima sabda<br />

utama. Demikian.<br />

Kalau begitu sanghyang sahur, menitis suara ke<br />

bawah, kebenaran sanghyang ajnyana, dari tengah,<br />

ingin mengendalikan pikiran hidep kamu, terlihat,<br />

terdukung, terbangun, baik, bahagia, benar, setia,<br />

- 105 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

suci, pusat sanghyang ajnyana. Itulah yang<br />

menyebabkan kami /19r/ berhamba tidak akan<br />

salah rasa, dapat membayar ajnyana, menitis suara ke<br />

bawah dari tengah. Hanya itulah yang kami jadikan<br />

pengabdian kalau diakui, diperhatikan, memusatkan<br />

ajnyana, pengertian tunggal yang baik, dari yang<br />

berkuasa. Demikian.<br />

Menjadikannya jati, kata yang berkuasa, “Yang<br />

menyebabkan aku menyediakan kebaikan, kepada<br />

manusia sejagat, karena sanghyang sahur sekarang<br />

/19v/. Yang menyebabkan aku menyebarkan pada<br />

orang banyak, untuk lawan aku bersenang-senang,<br />

bersedia tunggal baik kepada yang berkuasa, kata<br />

penduduk dalam cita, lenggang negeri permata<br />

buana. Demikian. Kami hamba yang sanggup<br />

memusatkan ajnyana, bersedia, suka, baik, semuanya<br />

bukan yang terawasi nyana, suka menyertai ajnyana,<br />

tunggal yang terkuasai, memusatkan /20r/ ajnyana.<br />

Ujar yang kuasa,”Kalau sudah terkendali<br />

terkuasai lengkap tersedia bersatu semuanya, telah<br />

sanggup berkumpul yang mengumpulkan, semua<br />

wenang berkuasa, kamu semua matang desa, yang<br />

mulia semua pembesar, kepada kedatuan yang<br />

kuasa, yaitu kedatuan si raga heneng, pusatnya<br />

membangun kemuliaan sebuana. Bumi pun tembus<br />

pada diam yang bening, /20v/ lenggang<br />

bayangannya, seperti permata di angkasa, yang<br />

terhampar bening berkilauan, seperti permata, emas,<br />

mirah, yang dipakai, seperti permata pada emas,<br />

halaman tembus ke buana, bercahaya terhampar<br />

sekelilingnya, bayangannya pada kediaman buana,<br />

- 106 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

beningnya tahta, permatanya bayangan, kedudukan<br />

jati heneng, yaitu keajegan permata bayangan, bening<br />

cerah cahaya buana, dipuncaki oleh dewata,<br />

seluruhnya /21r/ sempurna berdaulat, bersembunyi<br />

pada ajnyana. Demikian yang dijadikan kedudukan<br />

yang berkuasa, setelah berkumpul yang<br />

mengumpulkan, semua dia berkuasa. Kata yang<br />

berkuasa,”hanya itu kalau sudah sanggup bersedia,<br />

pengertian yang satu, demikian. Menerima sabda<br />

yang kuasa, bertempat pada cita raga rasa yang<br />

agung. Demikian.<br />

Setelah sanggup berkumpul yang<br />

mengumpulkan, /21v/ memusatkan ajnyana,<br />

mengutamakan sanghyang ajnyana. Hanya itu<br />

barangkali terlalu lama bertingkah di luar. Brangkali<br />

tidak teringatkan oleh kita, demikian. Segera<br />

berangkatkan dia pada nyana, demikian. Naikkan dia<br />

keturunannya semua tiga orang yang menunggu<br />

pada keaadan manusia, pujian mengangkat<br />

sanghyang atma, yaitu aci wisesa, berangkat /22r/<br />

dari buana, jati suda, datang ke buana niskala, naik ke<br />

buana jati tan hana.<br />

Ujar yang berkuasa,”Ayolah bersihkan badan<br />

sejati, badan yang berkuasa. Ayolah bersihkan<br />

badan sejati, badan sanghyang ajnyana. Pada jiwa aci<br />

wisesa, setelah aci rupa jati, sabar, bagus, sejuk, rapih,<br />

jujur, bening, lemah lembut, menyelesaikan rupa jati<br />

heneng, ramping, tampan, semampai, cantik, pantas,<br />

indah, /22v/ tembus rupanya pada bayangan sejati<br />

berwibawa, pada busana tembus bening pada<br />

bayangan permata buana, sabuknya bukahantara,<br />

- 107 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

berisi permata, emas, diikat dengan pacarcina,<br />

dipinggiran pacarkeling, di tengah direka-reka<br />

dengan permata dewata, tembus bagusnya sampai<br />

ke ujung kediaman. Benangnya semua bening<br />

diselingi dengan bunga-bungaan, berkilauan<br />

antaranya, bermekaran bunga /23r/ masalarang,<br />

rapih pakaiannya, pakaian selengkapnya, untuk<br />

menegakkan ajnyana.<br />

Ini yang memakai selendang embun basah bagus<br />

di ujungnya kuwung-kuwung, di pinggirnya<br />

tejahening, di tengahnya tejawarna. Gemerlapan,<br />

bening, terang benderang bersinar dengan<br />

keagungannya. Rapih pemusatan sangyang hayu,<br />

rapih dalam kepandaian, cita bayangan tanda,<br />

menyumbang /23v/ bahan busana.<br />

Untuk dipakai duduk di singgasana, setelah<br />

duduk benar memusatkan ajnyana, lidah suci yang<br />

berwibawa, mulia sanghyang ajnyana, pada jiwa yang<br />

agung, dinaikkan pada singgasana, semua dengan<br />

istri yang diberikan sebagai bibit dari niskala, yang<br />

sungguh-sungguh pada tempat waktu dia menjadi<br />

manusia, yang memegang ajnyana, mengangkat<br />

/24r/ sanghyang ajnyana, pendengaran dijadikan<br />

keinginan. Sesampainya ke batang asal setibanya ke<br />

pohon asal, semua sudah duduk pada singgasana,<br />

singgasana sri lenggang maya, tembus bagai<br />

beningnya permata buana, tempat duduk permata<br />

yang bening, bayangannya diam di buana, tempat<br />

kedudukan dinaikkan ke puncak tengah, permata<br />

tembus beningnya, badan /24v/ berkilauan seperti<br />

bayangan ajnyana yang terus menerus, permatanya<br />

- 108 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

tembus bening ke buana, pangkalnya meniru buana,<br />

puncaknya meniru angkasa, memancar terang<br />

sebuana, keluar kesaktian sejati, keluar cahaya<br />

terang nyana di buana, suci sejatinya singgasana,<br />

bening diam selamanya, pada buana pada<br />

singgasana.<br />

Kainnya permata diselingi emas, berlatar<br />

permata emas berkilauan/25r/ bening, kainnya<br />

bercahaya, pendengaran dan kesaktian, di<br />

pinggirnya bertatahkan cakramanik, diselingi permata<br />

mirah, di depannya permata berkedip-kedip,<br />

permata emas mirah, di belakangya talilaya, diberi<br />

bunga dari permata emas, berpuncak permata mirah,<br />

rumbai-rumbainya mirah manikam, diselingi bunga<br />

acung, bunga tunjung dirangakaikan, diam di<br />

ujungnya, kecil hasil /25v/ merangkaikan, ialah<br />

bunga windu larangan, yaitu bunga yang bening<br />

berkilauan, seperti bayangan emas pindah,<br />

berwibawa bening warnanya, keluar diam dari<br />

pangkalnya, berkilauan bagai kilat, keluar kesaktian<br />

dari pusat kedudukan, keluar dari ajnyana,<br />

keluarnya dari ajnyana, semua keluar kesaktian,<br />

kesaktian sejati pada jasmani, kenyataan ruh pada<br />

nyana, /26r/ yang menjadikan pusat jasmani.<br />

Setelah genap dan lengkap, pada wadah tujuh<br />

panggung, pada wadah permata mirah segala,<br />

untuk menyertai ajnyana, untuk memusatkan pada<br />

pangkal, semua yang mulia pembesar, semua yang<br />

wenang berkuasa. Ujar yang berkuasa,”Marilah kita<br />

berangkat, semua menjadi tujuan yang tunggal,<br />

bunyi-bunyian semua sudah /26v/ lengkap, badan<br />

- 109 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

jasmani sudah bening, permata dan emas mirah,<br />

gongnya sudah mengkilat, permata tembaga<br />

mengkilat, dipadu dengan emas dan perak, diwarnai<br />

dengan galuga dan haretal, permata benang emas<br />

bersinar, bersusun bening berkilauan berselangseling,<br />

tetabuhan untuk penyemangat, gong pada<br />

wadahnya yang rata, gamelan tunggal satu pasang<br />

/27r/, pemberian yang kuasa, untuk dimasukkan<br />

kedalam pangkal, untuk peneguh singgasana,<br />

menjadikan keinginan di dunia, kalau sudah sampai<br />

ke pangkal.<br />

Ujar yang berkuasa,”marilah kita berangkat!<br />

Bersinar bening berkilauan. Ditaburkan ke atas<br />

singgasana, taburannya permata mirah dan emas,<br />

yang menaburkan sama-sama berlenggang tiada<br />

putusnya, /27v/ berjalanlah singgasananya<br />

sepanjang jalan, taburannya jatuh bening berkilauan,<br />

tersembur menghampar bening, berkialuan<br />

berselang-seling, halaman tembus pada kediaman,<br />

tiang batu permata mirah, bening berlenggang<br />

semua, tunggul bersih kiri kanan, permata cermin<br />

mirah intan, pertanda berjalan di depan, bening<br />

payungnya seperti kencana, tutupnya permata /28r/<br />

acimaya, bening mirah semuanya, berlatar permata<br />

emas, bening kuning suci diam, bening puncaknya<br />

pasiaman, bersinar bayangan permata sutra, diikat<br />

dengan benang emas bening berkilauan, berkilauan<br />

seperti sayap muda.<br />

Gamelan ramai ditabuh di belakang, gamelan<br />

terus ditabuh, pertanda berangkat /28v/ dari<br />

kedatuan yang agung, gong bersahutan dengan<br />

- 110 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

suara gamelan, gong ditabuh bersamaan dengan<br />

menabuh baananan dan babatakan, ditabuh sambil<br />

berjalan pelan-pelan, yang pulang menumpang<br />

sendiri, tanpa ada yang berbicara, nama babatakannya,<br />

sudah diberi di-pulang geulis, baik hati kami<br />

sejatinya, /29r/ suara gamelan mempercepat<br />

singgasana, menyertai ajnyana, sejahtera bahagia,<br />

menyangga sangyang ajnyana, suka tersedia<br />

semuanya, tanpa ada yang mengawasi, semua yang<br />

mulia pembesar, semua wenang berkuasa, yang<br />

membimbing kepada asal yang kuasa,<br />

menyampaikan kepada pangkalnya, sudah lepas di<br />

buruan ageung, melewati /29v/ pintu larangan,<br />

setibanya ke tempat, ke pusat asal keselamatan yang<br />

agung, kemudian berkata kepada yang mulia<br />

wenang, semua yang mulia pembesar, semua yang<br />

mulia kuasa, bersedia bertuhan satu sungguhsungguh<br />

kepada yang kuasa, menyembah dan<br />

berbakti sepenuh hati ke hadapan nyana<br />

nyu(k)mana, menguasai ajnyana, kami hamba<br />

mengindahkan /30r/ sanghyang darma, aturan yang<br />

mahakuasa, kepada yang mulia pencipta nyana,<br />

kepada asal mula jadi, kepada yang mahaasal,<br />

kepada yang menjadi awal adanya nyana, kepada<br />

pokok adanya ajnyana. Sampai kepada asal ajnyana,<br />

datang kepada mula jadi, berakhir pada pretiwi,<br />

datang ke asal, berakhir di angkasa, datang kepada<br />

permulaan, berakhir di buana, datang kepada asal,<br />

/30v/ berakhir di niskala,datang kepada awal,<br />

berakhir pada ketiadaan, datang kepada asal<br />

ketiadaan. Setibanya kepada ketiadaan, datang<br />

kepada asal kelepasa, berakhir pada<br />

ketidaktertunjukkan, yang menjadi asal pada asal<br />

- 111 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

kejadian yang lebih, yang menciptakan ajnyana, yang<br />

mengeluarkan hana, setibanya kepada ketiadaan,<br />

yang mengadakan ketiadaan, menciptakan buana jati<br />

/31r/ niskala. Dari pangkal penghabisan langgeng<br />

gaib, terus menerus di buana, tunggal penghabisan<br />

bening bersih, pada kelanggengan yang bersih,<br />

bersih di puncak tertinggi, terus-menerus di buana,<br />

pada ketiadaan, namanya nista keleng.<br />

Yang mahakuasa dan semua yang mulia<br />

pembesar, semua wenang berkuasa, semua sudah<br />

ada di hadapan, menghaturkan kepada asal /31v/<br />

menuntun kepada asal, kepada asal mula jadi, sudah<br />

sampai kepada pangkal, sudah datang kepada asal,<br />

sudah sampai kepada jati, datang kepada asal<br />

permata ajnyana.<br />

Berkata yang kuasa, “Maaf, hambaku<br />

mengindahkan ajnyana ke hadapan, barangkali<br />

berada dari sekarang, untuk diingatkan sanghyang<br />

hidep, kalau hanya /32r/ini. Ijinkanlah kami akan<br />

membubarkan itu, hambaku keluar sabda dari dunia,<br />

petunjuk nyana. Anakku, yang kuasa, jangan cepatcepat<br />

dibubarkan karena aku akan berbicara<br />

sekarang, aku akan menanyakan perintah,<br />

barangkali dilanjutkan karena hasil menimbang oleh<br />

yang menjadikan, mengisi pada tempat pada<br />

anugrah dari yang mulia /32v/ para wenang, semua<br />

yang mulia tunggal puluh, pasti benar suara ajnyana<br />

dari dunia, semua yang mulia matangdesa, menjadi<br />

tunggal sedia semua. Kalau gaduh tenangkan<br />

supaya jelas benar suara ajnyana, kepada sembilan<br />

delapan tujuh, enam lima, empat tiga, dua satu.<br />

- 112 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Semua mengeluarkan anugerah untuk jati /33r/<br />

dipusatkan semua mengadakan pada tempatnya,<br />

untuk tempat anugerah semua yang mulia<br />

pembesar, supaya jelas kedudukannya yang sejati.<br />

Demikianlah anakku yang kuasa, supaya jelas<br />

akhirnya dalam keselamatan.” Berkata yang<br />

kuasa,”aku terima ajnyana, mahapremana, demikian<br />

hambaku. Kalau begitu sanghyang sahur, tidak ada<br />

yang enak membayar anjyana, /33v/ kalau begitu<br />

sanghyang sahur, sudah berakhir pada ajnyana,<br />

datang kepada hambaku hanya itu kami<br />

mendengarkan dengan jelas, tempat memusatkan<br />

pesan sanghyang hidep. Anakku yang kuasa, baiklah<br />

kalau akan dibubarkan, pada yang mulia wenang<br />

kuasa, hanya itu, aku akan menyuruh ibu<br />

membersihkannya dulu.<br />

Kata yang kuasa,”marilah /34r/ kita satukan<br />

tujuan ke hadapan, ijinkan kami untuk bubar, laku<br />

yang baik menyembah yang sejati, menyembah<br />

berbakti kepada puncak yang suci, ke hadapan yang<br />

mulia penyebab kejadian nyana.” Kata sanghyang<br />

hidep, “baiklah dibubarkan, kita bicarakan di luar,<br />

semua yang mulia matangdesa, supaya jelas<br />

kedudukannya yang sejati, jangan ada yang salah,<br />

supaya semua /34v/ bersedia suka menyenangkan<br />

orang sejagat, karena aku ingin bersama-sama,<br />

bersatu pada kebahagiaan menerima sanghyang<br />

ajnyana, karena aku ingin disertai didukung<br />

dibangun. Adapun sebabnya aku berkata demikian,<br />

karena hanya ada satu ini yang pergi dari manusia,<br />

yang mendapat kewaspadaan nyana, mengamalkan<br />

- 113 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

sanghyang darma, yang datang kepada /35r/<br />

pangkal yang menuju kepada kesejatian, yang<br />

datang kepada asal, datang kepada pangkal asal<br />

mula jadinya ajnyana.<br />

Lepas dari pusat keselamatan, lewat dari desa<br />

para dewata, dari tata sorga kelepasan, tidak lewat<br />

dari sorga kahyangan, dari sorga para dewata,<br />

karena para dewata semua sudah dikuasai, yang<br />

menyebabkan kesusahan /35v/ sebuana, yang<br />

menyebabkan goncang sejagat, yang menyebabkan<br />

gaduh di bumi, semua sudah tergelar, sebentar tapa,<br />

untuk menetapkan ajnyana, ke dunia kepada pusat<br />

pangkal keselamatan.” Kata yang kuasa,”sudah<br />

sanggup satu tujuan, bersedia rata semuanya, baik<br />

orang sejagat, hanya itu, kita mendengarkan, selesai<br />

/36r/ yang memusatkan ajnyana, hanya itu, kita<br />

nanti diluar mengerjakan pada tempat untuk<br />

anugerah.<br />

Setelah sampai ke asal, setelah datang ke<br />

pangkal, sudah tiba pada jati, ke asal ada dahulu dari<br />

niskala, yaitu awal mula dari ketiadaan, asal<br />

kesejatian, awal keberadaan ajnyana, yang terpilih<br />

dari /36v/ dunia ketiadaan, pada ajaran ajnyana,<br />

kepada ibuku Tan Hana Jati, asal kejadian yang sejati<br />

di pretiwi, permulaan adanya di buana, asal berada<br />

di angkasa, ibuku Tan Hana Jati, mewujudkan ruh<br />

pada inti kesejatian hidup di buana, tunggal pertiwi<br />

dengan angkasa, pada keabadian yang tunggal pada<br />

penghabisan buana. Lepas pertiwi /37r/ lepas<br />

angkasa, lepas buana, lepas siang lepas malam, lepas<br />

air abadi, bening bersih, sunyi selamanya, langgeng<br />

- 114 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

di buana, pada akhir yang terang abadi, diam bersih,<br />

sunyi tembus pada terang, langgeng selamanya di<br />

buana, lepas dari langgeng, dari kelanggengan,<br />

sunyi selamanya, dari buana, dari perubahan di<br />

ketiadaan, tunggal langgeng pada /37v/ ketiadaan<br />

buana, di niskala, pada ketiadaan, asal ajnyana, asal<br />

ruh pangkal nyana, tempat sanghyang ajnyana, asal<br />

kejadian, bersatunya pada tunggal pretiwi dengan<br />

angkasa, yaitu tunggalnya ajnyana, demikian.<br />

Ujar yang sempurna, “asal kekuasaan dari dunia<br />

pada ketiadaan, melihat pada amal perbuatan,<br />

datang bersama /38r/ wadah tujuh panggung, pada<br />

wadah permata mirah semua, dari belakang<br />

pengiring gangsa rari, ditabuh dengan gong, dipukul<br />

dengan keras. Yang melihat keluar cipta dari ajnyana,<br />

keluarlah sabda ajaran, kemudian menyuruh ibunya<br />

Tan Hana Jati, pada asal inti pada aci, asal sejati<br />

permulaan ajnyana, berjalanlah mendatangi<br />

wangsana, /38v/ jangan dibiarkan turun sendiri, dari<br />

atas kepada wangsana, kembali pulang supaya<br />

datang ke pelataran, yang menerima ajnyana. Ibuku<br />

Tan Hana Jati, ke hadapan sanghyang hidep mohon<br />

ijin memberi tahu, barangkali kami tergesa-gesa,<br />

tidak sabar tergoda memburu dengan pemikiran,<br />

tidak terdengar dengan sanghyang hidep, hanya itu.<br />

Marilah /39r/ aku menyertai keselamatan, berjalan<br />

bergantian dengan wangsana. Ibuku berhias diri,<br />

berlama-lama memberi nasihat dengan darma, serta<br />

dengan anak ajnyana. Ibuku turun menuju ke<br />

kediamannya, semua ikut turun mengindahkan<br />

ajnyana, semua datang ke kediaman.<br />

- 115 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Ujar ibuku demikian,”Anakku mendekatlah ke<br />

sini, sanghyanag atma, /39v/ ajnyana, aci wisesa,<br />

menerima ajnyana, dari asal ajnyana, sanghyang atma,<br />

atma aci wisesa. Kemudian ijinkanlah mengabdi<br />

berbakti menyembah ke hadapan(mu). Hanya itu<br />

anakku, mohon dimaklumi, kami takut tidak tahu<br />

bertutur dan gurulagu. Hanya itu kemampuan kami,<br />

tidak tahu tingkah tatakrama. /40r/ Hanya itu yang<br />

menyebabkan kami takut segan khawatir sekali,<br />

barangkali dikatakan terlalu percaya diri,<br />

memandang matahari tanpa silau, barangkali<br />

tergesa-gesa tidak sabar, terlalu cepat melangkah,<br />

tebal muka tidak tahu malu, barangkali<br />

menyebalkan, kekesalan, kehinaan, kemalangan.<br />

Barangkali /40v/ terkena dengan perputaran waktu,<br />

kebiadaban pada ajnyana. Hanya itu, itulah yang<br />

menyebabkan kami mohon dimaklumi. Hanya itu,<br />

kami kalau terbimbing laku di jalan, kami bersamasama<br />

mengikuti ajnyana.<br />

<strong>Sanghyang</strong> atma sudah selesai yang menyatukan<br />

mewaspadakan ajnyana. Kata ibuku demikian,” Aku<br />

menjawab sabda utama. /41r/ Anakku sanhyang<br />

ajnyana, apa yang menyebabkan malu dan khwatir?<br />

Aku ini pesuruh dari dunia, pengganti pada<br />

wangsana, pada wangsana diri. Anakku, janganlah<br />

engkau salah merasa, bukan aku yang menghalangi<br />

mengganggu tapa, menggagalkan keselamatan,<br />

karena aku adalah yang sejati. Anakku segeralah<br />

bangkit berdiri dari pusat /41v/ kedudukan turun<br />

dari atas wangsana, kemudian memohon dimaklumi.<br />

- 116 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Ujar ibuku demikian,”Biarlah aku terima tangan<br />

sanghyang ajnyana, malas yang turun ke bangunan.<br />

Ibuku berhias dengan keindahan rasa, turun dari<br />

cipta sendiri, dipangku dengan nyaman pada<br />

gendongan permata bayangan yang indah asri suci<br />

sejati. /42r/ Ibuku, menggerakkan kaki dan tangan<br />

semua siap menerima, kebahagiaan sanghyang<br />

ajnyana, ikut menurut kepada yang memangku<br />

sangyhang hayu. Ibuku membawa naik ke buana,<br />

berakhir pada diri, pada pangkal kesempurnaan di<br />

buana, meninggalkan dasakalesa, melepaskan<br />

dasamala, melepaskan rajatamah, pada kesempurnaan<br />

pangkal /42v/ mala. Ibuku sudah mengembalikan<br />

hakikat waktu, berangkat ke buana jati, kepada inti<br />

kesempurnaan kencana, bening pada tiang puncak<br />

mirah, puncak emas semuanya. Ibuku tiba ke<br />

bangunan, yang kemudian masuk ke gerbang,<br />

dengan meru permata bening berkilauan, terang<br />

siang puncaknya permata emas bercahaya,<br />

pendengaran dengan kesaktian semua. /43r/ Ibuku<br />

duduk di (tepi) jalan, berhenti dulu.<br />

<strong>Sanghyang</strong> ajnyna diturunkan dari pangkuan,<br />

mendudukkan ajnyana, sang atma aci wisesa, di<br />

tempat itu membersihkan badan sejati, membasuh<br />

sang atma aci wisesa, yang terang bening berkilauan,<br />

dari jati lenggang maya. Keluar dari hulunya diam,<br />

keluar dari permata manik, dengan /43v/ gayung<br />

perak dan permata segala.<br />

Ini adalah rajah untuk melepas rajatamah<br />

semuanya. Kekuatan untuk menghancurkan musuh,<br />

untuk menghilangkan ruh mala jati. Keluarkan dari<br />

- 117 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

diri sejati, lepaskan dari rasa, bayu sabda hidep, lihat<br />

dan dengarkan tutur, putuskan dari buana. Ini untuk<br />

memisahkan bayangan. Ingat, putuslah mana. Ingat,<br />

/44r/ putuslah buana. Ingat, putuslah mala. Ingat,<br />

putuslah taya. Ingat, putuslah ratna. Ingat, putuslah<br />

hilang. Ingat, putuslah musnah.<br />

Ujar ibuku demikian,”Marilah kita bersihkan<br />

sanghyang ajnyana.” Ujar ibuku,”tidak ada permata,<br />

semua tidak ada bayangan. Anakku bukalah<br />

pakaianmu!” Setelah sang atma meleepaskan<br />

pakaian, ibuku memangku pada tempat duduk,<br />

/44v/ berpindah duduknya ke petilasan sanghyang<br />

ajnyana. Ibuku, semua siap sedia mengharumkan<br />

diri, semuanya indah, menegakkan ajnyana, sedia<br />

menghaluskan ajnyana. Sudah menjadi dewata,<br />

cemerlang pikiran pada batas akhir nyana, bening<br />

diri. Sudah menjadi inti rupa sejati, lenggang<br />

sempurna rupa atma. Sudah tetap pada rupa yang<br />

sejati. Sudah /45r/ menjadi badan yang tanpa rupa,<br />

dari akhir rupa sejati, lewat dari bayangan yang<br />

bening tetap. Sudah dikuasai oleh nyana, sempurna<br />

rasa sejati paripurna pada ajnyana. Setelah badan<br />

tetap pada kesejatian, mulia sejati utama. Sudah<br />

sempurna sejati dan agung. Sudah tetap pada<br />

kesejatian ajnyana. Ibuku Tan Hana Jati semua, Ibuku<br />

Tan Hana /45v/ Ratna, Ibuku Tan Hana Maya,<br />

sudah selesai membasuh nyana, berangkat dari<br />

kelepasan rajatama, ditabur dengan permata emas,<br />

dengan taburan bening berkilauan, terhampar pada<br />

tiang mirah. Ibuku memangku dari tempat berjemur,<br />

setelah masuk ibuku ke gerbang, memusatkan<br />

ajnyana. Ibuku menyarikan nyana, sari busana /46r/<br />

- 118 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

sanghyang ajnyana dibukakan. Ketika permatanya<br />

tembus pada rasa, bening suci terbuka lenggang,<br />

bayangannya pada rupa yang sempurna.<br />

Busana itu untuk memberangkatkan ajnyana<br />

kepada asal ajnyana, kesejatian awal pada diri,<br />

kepada pangkal nyana, tempat sanghyang ajnyana,<br />

pada asal mula, berakhir pada dewata.<br />

Ujar ibuku,”Marilah /46v/ kita berangkat!<br />

Sudah menjadi atma dengan rupanya yang sejati<br />

paripurna. Setelah menjadi inti budi sejati, sudah<br />

menjadi rasa budi nyana, sudah tetap pada budi yang<br />

selamat. Sudah menjadi ajnyana, tetap sempurna,<br />

ibuku berangkat dari gerbang membawa dan<br />

menuju tempat akhir pada tan hana, datang ke dunia<br />

akhir pada ajnyana. Pada kelepasan berakhir/47r/<br />

pada kelepasan, dari kelepasan tanpa tertunjukkan,<br />

dari yang menunjukkan tanpa tertunjukkan, tanpa<br />

bayu tanpa hidup, tanpa permata tanpa keindahan,<br />

tanpa atma tanpa aci, tanpa panas tanpa dingin,<br />

tanpa hujan tanpa angin, lepas dari kesunyian<br />

ketiadaan, lepas dari /47v/ dari matahari, lepas dari<br />

pertapaan, lepas pada kelepasan, tanpa siang tanpa<br />

malam, lepas terang abadi, dari pangkal akhir yang<br />

menyebabkan terang di buana, dari asal mula<br />

kesejatian di buana, asal keberadaan akhir. Dari asal<br />

lepas asal tidak tertunjukkan. Dari asal siapa yang<br />

membuat /48r/ asal, yaitu yang mengeluarkan<br />

ajnyana dari ketiadaan keluar ketiadaan, dinamai<br />

dengan ketiadaan, yaitu yang lepas, mengerti dan<br />

tahu oleh asal, demikian.<br />

- 119 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Ibuku semua datang ke asal memangku ajnyana,<br />

datang ke pangkal membawa sanghyang ajnyana, ke<br />

tempat bersatunya ibu dan ayah pada kelepasan<br />

/48v/ terakhir yang tak tampak, dari niskala pada<br />

kelepasan awal sejati, dari akhir ketiadaan, dari<br />

pangkal akhir pada ajnyana, lewat dari pangkal<br />

akhir yang bening bersih, lebih dari akhir yang tetap<br />

bersih, lewat dari kekuatan permata akhir di buana,<br />

yang langgeng pada akhir /49r/ selamanya, dari<br />

kelepasan akhir kata yang indah, dari kerendahan<br />

mana, berakhir pada ketiadaan, lepas dari tempat<br />

asal, karena lepas dari yang lepas mengerjakan<br />

kelepasan alam baka, bermacam-macam tempat<br />

yang mulia wenang, semuanya agung, menurut<br />

aturan niskala, dari asal menitipkannya di buana,<br />

demikian. Setelah datang /49v/ ke pangkal, sampai<br />

ke asal sanghyang darma, datang ke tempat ibu dan<br />

ayah, berkata ibuku ke hadapan (kami),”maaf, kami<br />

bertanya, perintah pikiran kita wujudkan. Demikian.<br />

Ujar dari asal,”Ibu, segeralah dudukkan aku<br />

menyertai keselamatan, pusatkanlah pada ajnyana,<br />

satukan sempurnakan diri, supaya siap sedia<br />

berbahagia /50r/ menerima sanghyang ajnyana.<br />

Ibuku semua sudah selesai genap penuh lengkap<br />

mendukung, membangun, memusatkan pada<br />

kedudukan wadah ajnyana, inti kehidupan sari yang<br />

tetap, bening inti semuanya, bertabur dengan inti<br />

yang indah, bening dalam segala rasa, intinya atma<br />

berada di tengah sari yang tetap, bening dan<br />

lenggang, semuanya /50v/ sudah diperindah, lepas<br />

inti rupa yang sejati, sudah disempurnakan<br />

sanghyang ajnyana, sudah menjadi sejati pada pusat<br />

- 120 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

ajnyana, sudah ditempatkan dengan nyaman sang<br />

atma inti keagungan, dipersalin dengan busana<br />

sejati, tembus tetap bening pada bayangannya,<br />

bening permata buana, sudah dipersalin dengan<br />

sanghyang ajnyana, dipusatkan didudukkan,<br />

pendengaran dengan /51r/ anugerah ibu dan ayah,<br />

yang dijadikan sari penjelmaan dua puluh, yang<br />

sempurna ajnyana, suci semuanya.<br />

Dengan ketentuan dari asal mendudukkan<br />

ajnyana, yang menahbiskan, kemudian mengangkat<br />

permaisuri, dengan pentahbisan, bukti pikiran yang<br />

sempurna, lebih suci, dengan permaisuri yang<br />

bernama Terusna Larang, sempurna bening pada<br />

bayangan ketiadaan. Tetap pada inti beningnya<br />

bayangan, /51v/ sempurna pikiran pada ketiadaan.<br />

Bening pada ketiadaan, sempurna lebih suci. Inti<br />

pada sari kesempurnaan, bayangan suci. Setelah ibu<br />

dan ayah mengukuhkan ajnyana, pada tempat<br />

kelepasan dari kilau-kemilau dari lenggang, bersih<br />

dari tetap bersih, lepas dari akhir buana, dari buana<br />

kosong pada kedalaman sejati, di situlah untuk<br />

dijadikan tempat /52r/ bagi orang luar, dia lepas<br />

dari itu, pada tempat kelepasan akhir ibu dan ayah,<br />

demikian. Setelah dari asal yang memusatkan pada<br />

tempat nya, kata yang kuasa,”hanya itu kami<br />

bertanya kepada yang mulia pembesar, semua<br />

wenang berkuasa. Kata yang menguasai di cita<br />

nagara permata agung,”kami terima sabda yang<br />

kuasa, hanya itu bila /52v/ selesai lengkap<br />

berkumpul, siap sedia bersatu semuanya setujuan,<br />

halaman hijau pada kedudukan sejati, sudah<br />

terperciki kemuliaan suara ajnyana orang sejagat.<br />

- 121 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Ujar yang kuasa, ”marilah kita siap sedia<br />

mengadakan tempat untuk menempatkan anugerah.<br />

Bukan untuk memperbanyak pekerjaan, bukan inti<br />

pada /53r/ kesejatiannya, pada kekosongan buana<br />

kedalaman tempat ketiadaan, suci ajnyana dari luar,<br />

di situlah untuk mengadakan tempat yang agung,<br />

mengadakan tempat permata yang tetap, tembus<br />

langgeng di buana. Bukan untuk memperbanyak<br />

pekerjaan, bukan intinya karena kesejatian isinya.<br />

Pada anugerah sepuluh yang dijelmakan ajnyana,<br />

semuanya suci. Tinggal di /53v/ tempatnya pikiran,<br />

bayangan, bukti pikiran yang tetap, tembus pada<br />

bayangan kuning, keindahan pada bukti, bening<br />

pada bayangan sempurna.<br />

Demikianlah yang ajnyana sempurna, penetapan<br />

yang kuasa. Tempat tinggal pada cita negara,<br />

permata yang agung, mengadakan tempat pada<br />

kekosongan buana langgeng, pada kekosongan<br />

tempat terdalam, mengadakan tempat asal permata,<br />

pangkal /54r/ keadaan, tembus langgeng buana.<br />

Bukan untuk memperbanyak pekerjaan, bukan<br />

intinya karena kesejatian isinya, pada anugerah<br />

sepuluh ketetapan ajnyana, namanya pikiran yang<br />

sempurna, sempurna bayangan suci. Pikiran yang<br />

bening sempurna lebih suci, keindahan pikiran,<br />

bening pada bayangan, lebih pada kesucian.<br />

Demikian ketetapannya, tempat tinggal /54v/ di<br />

cita negara, permata yang agung, ke tempat tinggal<br />

kosong di tempat terdalam, ke ketiadaan, suci<br />

ajnyana, tempat tinggal pada pikiran yang bening,<br />

- 122 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

negara permata buana, mengadakan tempat asal<br />

yang lenggang pada asal yang awal, permata asal<br />

kelanggengan di buana. Bukan untuk<br />

memperbanyak pekerjaan, bukan intinya, karena<br />

kesejatian isinya, pada sepuluh ketetapan /55r/<br />

yang sempurna, suci semuanya, namanya pada<br />

pikiran kosong yang tetap bening pada bayangan<br />

suci. Pikiran bayangan sempurna asal yang suci, inti<br />

keindahan bayangan yang tetap, tempat tinggal di<br />

puncak negara, permata yang tetap, mengadakan<br />

tempat asal pada puncak ujung kelanggengan di<br />

buana, asal permata, asal yang tetap. Bukan<br />

memperbanyak pekerjaan, bukan intinya, karena<br />

/55v/ isinya, pada sepuluh ketetapan ajnyana, suci<br />

semuanya. Namanya pikiran yang suci,<br />

bayangannya mulia bening, pikiran kosong pada<br />

kesucian, bening pada bayangan kesucian. Kosong<br />

pada kesucian, bening pada kesempurnaan,<br />

bayangan yang suci.<br />

Demikianlah tempat tinggal di puncak negara,<br />

permata yang tetap, semuanya ada, dengan peneguh<br />

semuanya ada, tetabuhan /56r/ gembira<br />

meramaikan ajnyana, menetapkan ketiadaan yang<br />

suci ajnyana, demikian.<br />

Tempat tinggal pada cita, bayangan permata<br />

yang bening, mengadakan tempat asal bayangan,<br />

permulaan pada permata, tembus langgeng pada<br />

kebeningan. Bukan mempetbanyak pekerjaan, bukan<br />

inti karena sejatinya isi, lengkap diiringi serba<br />

tetabuhan /56v/ gembira keramaian ajnyana,<br />

sepuluh ketetapan sari ajnyana. Sekujur tubuh suci<br />

- 123 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

semuanya, namanya cita yang suci, bayangan yang<br />

bening, cita yang bening, bayangan yang suci, cita<br />

pada bayangan yang tetap, yang bening suci.<br />

Demikian. Itulah ketentuan pada ketiadaan suci<br />

ajnyana. Demikian.<br />

Tempat tinggal di cita /57r/ negara, permata<br />

yang tetap, mendiami tempat pada kekosongan di<br />

buana langgeng, pada kekosongan yang terdalam,<br />

pada tempat asal bening pada permata, asal mula<br />

yang tetap dan langgeng, yang terus yang tetap.<br />

Bukan memperbanyak pekerjaan, bukan intinya<br />

karena sejatinya, intinya sepuluh ketetapan tubuh<br />

yang sempurna, suci semuanya.<br />

Semua mengadakan iringan tetabuhan gembira<br />

/57v/ keramaian ajnyana. Demikian. Isinya sari<br />

anugerah, namnya sari pada cita, bayangan yang<br />

suci, yang lebih dari pada beningnya sari pada<br />

kebeningan, lebih pada bayangan yang suci tetap,<br />

sari pada kesucian, lebih dari bayangan yang bening.<br />

Demikian. Itulah ketentuannya pada ketiadaan, suci<br />

ajnyana. Demikian.<br />

Tempat tinggal di puncak beningnya negara,<br />

permata yang agung. Mengadakan /58r/ tempat<br />

pada tempat asal ketiadaan, asalnya lenggang, pada<br />

terus yang tetap, pada kelanggengan buana. Bukan<br />

memperbanyak pekerjaan, bukan intinya, karena<br />

sejatinya, semuanya lengkap, pengiring tetabuhan<br />

gembira keramaian pemusatan ajnyana. Baik<br />

ketentuannya, sepuluh kesempurnaan, suci<br />

semuanya, namanya cita lenggang pada bayangan,<br />

cita sari pada /58v/ kesempurnaan, bening<br />

- 124 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

banyangan pada kesucian, inti pada perasaan,<br />

sempurna, bayangan pada kebeningan.<br />

Itulah ketentuannya, pada ketiadaan agung, suci<br />

ajnyana, demikian. Ini yang menentukan keluarnya<br />

dari buana ketiadaan, yang mendirikan ajnyana.<br />

Demikian. Ini asal keadaan, asal pada akhir dalam<br />

ajnyana, kenyataan ajaran, ujar pada sabda /59r/. Ini<br />

tempat tinggal buana, buana asal niskala,<br />

mengadakan tempat pada tempat awal yang<br />

lenggang, terus bening pada asal selamanya,<br />

langgeng di buana, di niskala. Bukan memperbanyak<br />

pekerjaan, bukan intinya karena kesejatiannya.<br />

Semua genap lengkap mengiringi kegembiraan<br />

keramaian, memasukki ketentuan ajnyana. Sepuluh<br />

ketentuan /59v/ yang mulia sempurna, semua suci.<br />

Namanya cita yang bening, bayangan pada kesucian,<br />

cita suci mulia, bayangan yang bening, cita yang<br />

bening, bayangan yang mulia, mulia suci.<br />

Itulah ketentuannya, kepada ketiadaan yang<br />

agung, suci ajnyana, demikian. Ini yang menentukan<br />

ajnyana, demikian. Keluar dari buana niskala, yang<br />

mendirikan sanghyang /60r/ hayu, demikian. Tempat<br />

tinggal di puncak yang tetap, yang terus bersih di<br />

buana, mengadakan tempat pada tempat asal yang<br />

tetap, yang terus langgeng di buana. Bukan<br />

memperbanyak pekerjaan, bukan intinya, karena<br />

kesejatiannya. Isinya sepuluh ketentuan yang<br />

sempurna. Mulia suci semuanya. Namanya inti pada<br />

bayangan, bening permata pada kesucian, inti pada<br />

kesucian, /60v/ bayangan yang bening, inti yang<br />

bening, bayangan yang suci, tiga petunjuk<br />

- 125 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

sempurna, mulia isi buana. Semua genap lengkap<br />

dengan pengiring kegembiraan memasuki ajnyana.<br />

Semuanya ada, ketentuan ajnyana, demikian. Itulah<br />

ketentuannya, pada ketiadaan yang agung, suci<br />

ajnyana.<br />

Ini yang menentukan keluarnya dari buana<br />

niskala, /61r/ mendirikan sanghyang ajnyana. Tempat<br />

tinggal di puncak lenggang bening pada bayangan<br />

tetap buana, mengadakan tempat pada tempat asal<br />

yang lenggang, yang bening terus pada akhir<br />

bayangan, di tengah langgeng buana. Bukan<br />

memperbanyak pekerjaan, bukan intinya karena<br />

kesejatiannya, mengadakan tempat pada<br />

kekosongan buana langgeng, /61v/ pada<br />

kekosongan yang terdalam, sepuluh ketentuan<br />

utama, suci semua. Namanya inti pada lenggang,<br />

bayangan yang bening, inti yang lenggang,<br />

bayangan yang suci, inti yang suci yang lenggang,<br />

bayangan yang bening, demikian.<br />

Itulah ketentuannya, genap lengkap sedia,<br />

gembira bahagia menerima sanghyang ajnyana,<br />

demikian. Pada ketiadaan /62r/ yang agung, suci<br />

pada nyana, demikian. Semua keluar ketentuan<br />

ajnyana, mendirikan nyana pada sanghyang ajnyana,<br />

demikian. Semua keluar dari buana niskala,<br />

demikian. Tempat tinggal terus yang lenggang di<br />

buana, mengadakan tempat pada tempat asal yang<br />

bening, asal yang lenggang buana, pada<br />

kelanggengan tunggal buana, demikian. /62v/<br />

Bukan memperbanyak pekerjaan, bukan intinya,<br />

karena kesejatiannya, pada niskala, isinya sepuluh<br />

- 126 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

kemuliaan yang sempurna, suci semuanya.<br />

Namanya cita pada bayangan yang tetap. Cita<br />

bayangan yang bening. Cita bayangan yang kuning.<br />

Semua genap lengkap mengiringkan kegembiraan<br />

dengan bahagia, menerima sanghyang ajnyana,<br />

demikian. Itulah ketentuan ketiadaan yang agung,<br />

/63r/ suci, demikian.<br />

Ini yang membuat ketentuan dari tembusnya<br />

lenggang buana, mendirikan ajnyana, demikian.<br />

Semua keluar dari niskala, bukan dari para sorga<br />

pada dewata, yang mengadakan tempat dari niskala<br />

kesejatiannya. Demikian. Karena yang menjadikan<br />

sorga dewata, demikian. Tempat tinggal yang terus<br />

suci, bayangan yang bening di buana. Mengadakan<br />

/63v/ tempat pada asal beningnya bayangan yang<br />

tetap, langgeng, suci di buana, demikian. Bukan<br />

memperbanyak pekerjaan, bukan intinya karena<br />

kesejatiannya dari niskala, demikian. Isinya sepuluh<br />

ketentuan yang sempurna, mulia suci semuanya,<br />

demikian. Namanya bening pada bayangan, inti<br />

yang sempurna, bayangan yang bening, inti /64r/<br />

bayangan yang suci. Semua genap lengkap<br />

pengiring bergembira bahagia nyana, menerima<br />

sanghyang ajnyana, demikian. Itulah ketentuannya,<br />

pada ketiadaan yang agung, suci ajnyana, demikian.<br />

Ini yang menentukan dari terus yang suci,<br />

bayangan yang bening buana. Mendirikan ajnyana,<br />

demikian. Semua mengeluarkan nyana dari niskala,<br />

demikian. /64v/ Tempat tinggal pada terus buana,<br />

asal yang suci, puncak yang bening, demikian.<br />

Mengadakan tempat pada tempat asal di buana,<br />

- 127 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

pada terus yang lenggang yang suci, pada<br />

kelanggengan puncak yanag bening, demikian.<br />

Bukan memperbanyak pekerjaan, bukan intinya<br />

karena kesejatiannya di niskala. Semua genap<br />

lengkap pengiring gembira bahagia nyana, /65r/<br />

mulia sempurna, menerima sanghyang ajnyana,<br />

demikian. Isinya sepuluh ketentuan mulia<br />

sempurna, suci semuanya, demikian. Namanya inti<br />

bayangan tetap, beningnya inti bayangan, inti yang<br />

suci, bayangan yang mulia suci, demikian. Itulah<br />

ketentuannya, pada ketiadaan yang agung, suci<br />

ajnyana. Demikian.<br />

Ini yang menentukan /65v/ terus buana,<br />

permulaan pada kesucian puncak yang bening,<br />

demikian. Menegakkan ajnyana, demikian. Semua<br />

mengarahkan kepada nyana dari niskala, demikian.<br />

Tempat tinggal di buana suci, bayangan pada<br />

puncak yang bening, asal tunggal berakhir pada<br />

ajnyana, di niskala, demikian. Mengadakan tempat<br />

pada tempat asal pada asal /66r/ kesucian, asal<br />

bayangan, di tengah langgeng bening, di niskala,<br />

demikian. Bukan memperbanyak pekerjaan, bukan<br />

intinya karena kesejatiannya, demikian. Semua<br />

genap lengkap pengiring gembira, mulia, bahagia,<br />

suci, utama, sempurna, nyana, menerima sanghyang<br />

ajnyana, demikian. Isinya sepuluh ketetapan yang<br />

utama, sempurna, suci semuanya, demikian.<br />

Namanya /66v/ mutiara cita yang tetap. Mutiara<br />

cita yang bening. Mutiara cita yang suci, demikian.<br />

Itulah ketetapan pada ketiadaan yang agung, suci<br />

ajnyana, demikian.<br />

- 128 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Ini dari buana suci, bayangan pada puncak yang<br />

bening, menetapkan ajnyana, menegakkan sanghyang<br />

ajnyana, demikian. Dari nsikala semua<br />

mengosongkan tempat /67r/ pada kekosongan<br />

buana, langgeng pada kekosongan terdalam, kepada<br />

yang lebih dari kesucian ajnyana, demikian. Semua<br />

permata, nyana, niskala, tunggal ajnyana, demikian.<br />

Sabda ajaran yang agung, genap tunggal nyana dari<br />

niskala ke dunia, pada ajnyana, demikian.<br />

Ujar yang kuasa, kalau sudah tercapai suara<br />

yang sempurna, permata tunggal pada ajnyana,<br />

/67v/ tidak terawasi nyana dari niskala. Semua<br />

mengadakan tempat pada kekosongan di buana,<br />

langgeng pada kekosongan terdalam yang sejati, dari<br />

luar ada yang lebih suci, tempat di dunia ketiadaan,<br />

pada akhir yang tak tertunjukkan pada asal mula<br />

berakhir di ajnyana. Pada kekuatan permata berakhir<br />

di buana, pada /68r/ awal kekuatan berakhir dalam<br />

ketiadaan, pada kelepasan asal berakhir pada<br />

ajnyana, demikian. Itulah wejangan terakhir yang<br />

mulia setia menegakkan keselamatan, yang berhasil<br />

membawa darma, yang setia pada ajnyana, yang<br />

mendapat kekuatan rasa, tidak akan merasa bingung<br />

pada diri, demikian. Tempat tinggal di buana tetap,<br />

yang sunyi terpisah dari manusia.<br />

Setelah /68v/ tercapai kesejatian, sudah sampai<br />

kepada asal datang kepada pangkal, ibu dan ayah<br />

sudah satu permata mulia, sempurna pada ajnyana.<br />

Dari ibu dan ayah mendapat kekuasaan di niskala,<br />

sudah diberi jagatpramana, nyana, wenang sejajar,<br />

berkuasa, pada ajnyana. Sudah dibawa ke tempat<br />

- 129 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

yang menyenangkan, bahagia tercapai, /69r/ nyana<br />

yang tak terputus, umur yang tak ada putusnya,<br />

ajnyana, wenang berkuasa, semau-maunya dalam<br />

nyana, wenang berkuasa, di buana niskala, demikian.<br />

Karena yang wenang menerima sanghyang ajnyana,<br />

yang menopang menegakkan ajnyana, kepada asal<br />

mula ketiadaan, demikian. Setelah selesai yang<br />

bertapa, kuasa dengan ajnyana, asal dari darma, asal<br />

niskala, dasar ketiadaan, /69v/ demikian.<br />

Ini pustaka keluar dari asal mula pada<br />

ketiadaan, demikian. Yang tidak ada lebih pintu<br />

ajnyana, demikian. Tempat tinggal di buana tetap,<br />

sunyi, terpisah, pada tempat untuk nyukmana,<br />

membuat pustaka, demikian. /70r/<br />

- 130 -


Glosarium<br />

- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

aci rupa jati, intisari rupa yang sesungguhnya, rupa<br />

yang asali.<br />

aci wisésa, intisari yang tertinggi, keagungan,<br />

kemuliaan.<br />

aci, inti sari, pusat terdalam.<br />

acimaya, inti bayangan, pusat cahaya.<br />

acintya, tidak dapat dibayangkan, tidak terjangkau<br />

oleh pikiran, zat laysa kamitslihi say’un „tiada<br />

satupun yang menyerupai-Nya‟.<br />

acung, Amorphophallus spec.<br />

ajnyana, ājñāna, hal tahu, paham, mengerti,<br />

pengetahuan sejati, kebijaksanaan.<br />

baananan,babahanan, tetabuhan yang suaranya<br />

membahana.<br />

babatakan, babatekan (?) ditabuh bersama-sama.<br />

bayu, napas, angin, kekuatan, daya hidup.<br />

bukahantara, ragam hias pada sabuk.<br />

buruan ageung, halaman besar, alun-alun.<br />

bwana larang, dunia yang suci.<br />

cakramanik, lingkaran manikam, untaian permata.<br />

cita, citta, jiwa, perasaan, pikiran, keimanan.<br />

dasakalésa, sepuluh noda karena salah menggunakan<br />

dasaindria: telinga, mata, kulit, lidah, hidung,<br />

mulut, tangan, kaki, dubur, dan kemaluan.<br />

dasamala, sepuluh noda atau cacat, yaitu: tandri<br />

„kelesuan, kemalasan‟, kléda „bimbang, raguragu‟,<br />

leja „sifat bodoh, jahat‟, kuhaka „penipu‟,<br />

métraya „keras kepala, menjengkelkan‟, megata<br />

„merintangi, menghalangi‟, ragastri „maniak<br />

perempuan‟, kutila „curang‟, bhaksabhuwana<br />

„rakus‟, dan kimburu „pencemburu, iri hati‟.<br />

- 131 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

galuga, Bixa orellana, LINN.<br />

gangsa rari, gangsa lari, simbal kuningan.<br />

geulangan, pengawal kebesaran (?).<br />

hana, wujud nyata, keadaan yang nampak.<br />

haretal, atal „tanah halus berwarna kuning yang<br />

setelah diolah dijadikan bedak, boreh, atau<br />

cat.‟<br />

heneng buana, keheningan dunia, dunia tanpa<br />

kegaduhan.<br />

hidep, tekad, niat, pikiran, pendapat.<br />

jagatpramana, pengatur dan penguasa dunia.<br />

jati heneng, sipat dasar yang tetap.<br />

jati lénggang maya, bayangan keasalian yang bening.<br />

jati suda, sipat dasar yang suci.<br />

jati tan hana,sipat dasar yang gaib.<br />

jati, sifat dasar, asali, yang sesungguhnya.<br />

Jatiniskala,kegaiban yang sejati, Tuhan Yang<br />

Mahagaib.<br />

kumaratna, kumkuma, kuma-kuma (Crocus sativus,<br />

LINN).<br />

kuwung-kuwung, pelangi, bianglala.<br />

larang maya, bayangan suci.<br />

lénggang bwana,dunia yang bening tanpa kotoran<br />

atau cela.<br />

lénggang hérang, bening bersih suci.<br />

mahapremana, mahakuasa, hakim yang mahaadil.<br />

mala jati, dosa, kotoran, cacat, noda, cela, yang<br />

terdapat pada ruh yang asali.<br />

mala,kotor, cacat, noda, cela, dosa.<br />

mana, pikiran, pendapat.<br />

masalarang, Massoia aromatica, BECC.<br />

- 132 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

matang désa, pejabat desa yang mendapat tugas<br />

khusu dari kerajaan: pangurang dasa „petugas<br />

pajak perorangan‟, calagara „petugas pajak<br />

kolektif‟, upeti ‘upeti‟, panggeres reuma<br />

„pengumpul hasil panen‟.<br />

niskala, gaib, keadaan yang tak berwujud, tidak<br />

nampak, tak terbagi-bagi.<br />

nista keleng, pangkal kehidupan yang langgeng<br />

setelah kehidupan di dunia yang fana..<br />

nu nangganan, barisan, pejabat negara di atas mantri<br />

di bawah mangkubumi. <strong>Sanghyang</strong><br />

Siksakandang karesian menyebutkan: … sisya<br />

bakti di guru, mantri bakti di nu nangganan, nu<br />

nangganan bakti di mangkubumi, mangku bumi<br />

bakti di ratu, …‟siswa tunduk kepada guru,<br />

mantri tunduk kepada nu nangganan, nu<br />

nangganan tunduk kepada mangkubumi,<br />

mangkubumi tunduk kepada raja …‟ (Saleh<br />

Danasasmita, dkk.1987).<br />

nyana, jñāna, pengetahuan, khususnya pengetahuan<br />

luhur tentang hakikat Tuhan Yang Mutlak<br />

untuk mencapai kesatuan antara manusia<br />

sebagai mahluk dengan penciptanya, ma’rifat.<br />

nyu(k)mana, menjadi satu kesatuan jiwa.<br />

pacarcina, Aglaia odorata, LOUR.<br />

pacarkeling, Bixa Orellana, LINN.<br />

paracita, para cendekia, orang-orang berilmu tinggi,<br />

ilmuwan.<br />

paramarta,kebenaran yang sempurna, kebenaran<br />

yang sejati.<br />

parasorga, ahli surga.<br />

pasiaman, pasiangan (?) berwarna tua, warga gelap.<br />

pretiwi, bumi, tanah, dunia.<br />

- 133 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

pulang geulis, mengembalikan wadah/tempat<br />

kiriman kosong, tanpa diisi dengan kiriman<br />

yang lain sebagai tanda terima kasih.<br />

rajatamah, kegelapan, kebingungan, kebutaan rohani,<br />

hawa nafsu yang keji.<br />

ratna,permata.<br />

rupa jati heneng, rupa yang asali dan tetap.<br />

sabda, ucap, tutur, sabda.<br />

sanghiyang hayu, ajaran tentang kebaikan, kebenaran,<br />

kesalehan, kesejahteraan.<br />

<strong>Sanghyang</strong> Atma Wisésa, Yang Mahagaib dan<br />

Mahakuasa.<br />

sanghyang sahur, jawaban.<br />

si raga heneng, badan, jasmani yang tetap.<br />

sirah tresna,pangkal kasih sayang, pengatur kasih<br />

sayang.<br />

sri lénggang maya,cahaya kekuasaan atau kesaktian<br />

yang bening memancar dari bayangan.<br />

talilaya, bunga tali-tali, Quamoclit pennata, BOJER.<br />

tapa, konsep etos kerja dalam masyarakat Sunda<br />

yang mengutamakan profesionalisme dan<br />

kesungguhan. Konsep tapa dalam kehidupan<br />

masyarakat Sunda ada dua macam:<br />

1) tapa di nagara: melaksanakan tugas dengan<br />

sungguh-sungguh sesuai dengan<br />

profesinya, suhud (Sd.M), zuhud (Ar.).<br />

Dalam <strong>Sanghyang</strong> Siksakandang Karesian<br />

disebutkan: … raré angon, pacéléngan,<br />

pakotokan, palika, preteuleum, sing sawatek<br />

guna, aya ma satya di guna di kahulunan. éta<br />

kéhna turutaneun kéna éta ngawakan tapa di<br />

nagara.‟… anak gembala, peternak babi,<br />

peternak ayam, penangkap ikan, juruselam,<br />

- 134 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

dan segala jenis pekerjaan, semua setia<br />

kepada tugas untuk berbakti kepada<br />

negara. Itu semua patut ditiru sebab<br />

mereka melakukan tapa dalam negara.<br />

(Saleh Danasasmita, dkk. 1987).<br />

2) tapa di mandala: melaksanakan perintah<br />

agama dengan sesuai dengan ajaran dan<br />

keyakinan dengan sungguh-sungguh dan<br />

khusu.<br />

tato ajnyana, tattwa ajnyana: ilmu kebenaran, ilmu<br />

hakikat tertinggi.<br />

taya, ketiadaan, pengingkaran.<br />

téjahening, cahaya bening.<br />

téjawarna,cahaya berwarna-warni.<br />

tirta ajnyana, air suci yang membersihkan<br />

pengetahuan.<br />

wangsana, wasāna, akhir kehidupan, alam akhirat.<br />

windu larangan, bunga yang bening berkilauan.<br />

windu, pusat, pemusatan.<br />

- 135 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Bibliografi<br />

Atja dan Saleh Danasasmita, 1981a, <strong>Sanghyang</strong> Siksa<br />

Kandang Karesian; (Naskah Sunda Kuno tahun<br />

1518 Masehi). Bandung: Proyek Pengembangan<br />

Permuseuman Jawa Barat.<br />

--------, 1981b, Amanat dari Galunggung (Kropak 632<br />

dari Kanuyutan Ciburuy Bayongbong-Garut).<br />

Bandung: Proyek Pengembangan Permuseuman<br />

Jawa Barat.<br />

Ayatrohaédi dan Munawar Holil, 1995, Kawih<br />

Paningkes; Alihaksara dan Terjemahan Naskah K.<br />

419 Khasanah Perpustakaan Nasional Jakarta.<br />

Laporan Penelitian Fakultas Sastra Universitas<br />

Indonesia.<br />

Behrend (ed.), T.E., 1998, Perpustakaan Nasional<br />

Republik Indonesia: Katalog induk naskah-naskah<br />

Nusantara Jilid 4. Jakarta: Yayasan Obor<br />

Indonesia dan Ecole Francaise d‟Extreme<br />

Orient.<br />

Danasasmita, Saleh et.al., 1987, Sewaka Darma (Kropak<br />

408), <strong>Sanghyang</strong> Siksakandang Karesian (Kropak<br />

630), Amanat Galunggung (Kropak 632):<br />

Transkripsi dan Terjemahan”. Bandung: Bagian<br />

Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan<br />

Sunda (Sundanologi) Direktorat Jendral<br />

Kebudayaan Dep. Pendidikan Dan<br />

Kebudayaan.<br />

Darsa, Undang A., 1998, <strong>Sanghyang</strong> Hayu: Kajian<br />

Filologi Naskah Bahasa Jawa Kuno di Sunda pada<br />

- 136 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

Abad XVI. Tesis. Bandung: Universitas<br />

Padjadjaran.<br />

Eringa, F.S., 1984, Soendaas-Nederlands woordenboek.<br />

Mede met gebruikmaking van eerder door R.A.<br />

Kern bijeengebrachte gegevens. Dordrecht<br />

/Cinnaminson: Foris. [KITLV].<br />

Ekadjati, Edi S., 1988, Naskah Sunda: Inventarisasi dan<br />

Pencatatan. Bandung: Lembaga Penelitian<br />

Universitas Padjadjaran dengan The Toyota<br />

Foundation.<br />

Gunawan, Aditia, 2009, <strong>Sanghyang</strong> Sasana Maha Guru<br />

dan Kala Purbaka (suntingan dan terjemahan).<br />

Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.<br />

Holle, K.F., 1867, „Vlugtig Berigt Omtrent Eenige<br />

Lontar-Handschriften afkomstig uit de Soendalanden‟.<br />

Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en<br />

Volkenkunde (TBG) 16:450-70.<br />

--------, 1882, Tabel van Oud-en Nieuw-Indische<br />

Alphabetten. Bijdrage tot de Paleographie van<br />

Nederlandsch-Indie. Batavia: s‟Hage.<br />

Krom, N.J & F.D.K. Bosch, 1914, Rapporten van den<br />

Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch Indie.<br />

Weltevreden: Albrecht & co.<br />

Kamus Umum Basa Sunda. Disusuk ku Panitia Kamus<br />

Lembaga Basa & Sastra Sunda. Cet. ke-6.<br />

Bandung: Taraté.<br />

Notulen van de algemeene en directievergaderingen van<br />

het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en<br />

Wetenschappen (NBG), Deel L, 1913, Batavia: G.<br />

KOLFF & Co; „s Gravenhage: M. Nijhoff.<br />

- 137 -


- <strong>Sanghyang</strong> <strong>Tatwa</strong> <strong>Ajnyana</strong> -<br />

--------, Deel LI, 1914, Batavia: G. KOLFF & Co; „s<br />

Gravenhage: M. Nijhoff.<br />

Netscher, E., 1853, „Iets over eenige in de Preangerregentschappen<br />

gevonden Kawihandschriften‟,<br />

Tijdschrift van het Bataviaasch<br />

Genootschap 1: 469-479.<br />

Wiryamartana, I. Kuntara, 1987, Arjunawiwāha;<br />

Transformasi teks Jawa kuna lewat tanggapan dan<br />

Penciptaan di Lingkungan Sastra Jawa. Disertasi.<br />

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.<br />

Zoetmulder, P.J., 2006, Kamus Jawa kuno – Indonesia.<br />

Cetakan kelima. Jakarta: Gramedia Pustaka<br />

Utama.<br />

- 138 -

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!