Enewsletter Jejaring AMPL Juni 2018
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>Jejaring</strong> Bersinergi dan Berbagi Cerita<br />
BERSINERGI DAN BERBAGI CERITA<br />
Kearifan lokal mendukung pencapaian Bebas BABS<br />
Semangat dan energi gotong royong dapat terlihat di<br />
berbagai tingkatan di masyarakat. Contohnya di Desa<br />
Banyumas – desa pertama di Kecamatan Candipuro<br />
yang bebas BABS – ada seorang Ibu yang sudah lanjut<br />
usia yang tidak memiliki toilet. Dengan semangat gotong<br />
royong, masyarakat, staf puskesmas dan kepala desa<br />
membantu Ibu tersebut untuk membangun toilet<br />
sehingga beliau mendapat akses yang layak terhadap<br />
sanitasi.<br />
Berdaya Tanpa Batas<br />
Pada peringatan Hari Kebersihan Menstruasi tahun <strong>2018</strong> ini,<br />
<strong>Jejaring</strong> <strong>AMPL</strong> menyelenggarakan bincang sehat dengan tema<br />
“Peduli Menstruasi, Berdaya Tanpa Batas.” Acara tersebut<br />
diselenggarakan pada tanggal 24 Mei <strong>2018</strong> di studio 4 CGV<br />
Grand Indonesia, Jakarta Pusat.<br />
Penyusunan Strategi Sanitasi Sekolah<br />
Pada tanggal 30-31 Mei <strong>2018</strong> yang lalu Kementerian Pendidikan<br />
dan Kebudayaan menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek)<br />
Strategi Sanitasi Sekolah dengan menggandeng Kelompok Kerja<br />
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Nasional (Pokja <strong>AMPL</strong><br />
Nasional) bertempat di Hotel Mega Anggrek, Jakarta.<br />
Peserta Bimtek berasal dari daerah peserta Program PPSP<br />
(Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman), khususnya<br />
Regional Barat (Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan sebagian<br />
Kalimantan) dengan total 23 Kabupaten/ Kota.<br />
Kewirausahaan Sanitasi Berbasis Minat untuk Masyarakat Pedesaan di<br />
Kabupaten Manggarai Barat<br />
Peningkatan kapasitas melalui pendekatan STBM 5 Pilar dilaksanakan untuk memunculkan wirausaha<br />
sanitasi organik. Para wirausahawan hadir atas minat sendiri setelah pelaksanaan sosialisasi 5 pilar<br />
STBM di tingkat kecamatan dan desa.<br />
<strong>Enewsletter</strong> <strong>Juni</strong> <strong>2018</strong> Halaman 1
<strong>Jejaring</strong> Bersinergi dan Berbagi Cerita<br />
Kearifan lokal sebagai inspirasi gerakan sanitasi<br />
untuk mencapai bebas BABS<br />
“Yang Anda temui ini bukanlah sebuah tim, kami adalah KELUARGA<br />
yang berdedikasi untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Lampung<br />
Selatan” ujar Dedy Prabowo, memperkenalkan tim sanitasinya.<br />
6 bulan telah berlalu seusai SNV menyelesaikan<br />
program sanitasi perdesaan mendukung STBM<br />
dengan pendekatan Sustainable Sanitation and<br />
Hygiene for All (SSH4A) di Provinsi Lampung,<br />
saat studi evaluasi untuk program dijalankan.<br />
Dedy Prabowo, yang merupakan staf lapangan<br />
SNV pada saat itu memperkenalkan evaluator<br />
kepada tim sanitasinya. Yang sangat menarik<br />
adalah beliau tidak memperkenalkan mereka<br />
sebagai tim – melainkan sebuah keluarga.<br />
Indonesia merupakan negara dengan lebih dari<br />
380 suku daerah yang memiliki berbagai bahasa,<br />
budaya, kearifan lokal, dan nilai-nilai norma yang<br />
dianut. Banyak dari kearifan lokal dan nilai<br />
budaya tersebut yang dilestarikan dan<br />
diturunkan dari generasi ke generasi<br />
selanjutnya. Salah satu contohnya adalah<br />
kekeluargaan dan gotong royong.<br />
Dalam praktisnya di era modern ini, dapat<br />
terlihat bahwa implementasi dari nilai-nilai ini<br />
sangat beragam. Namun, cerita berikut<br />
membuktikan bahwa kearifan lokal Indonesia<br />
masih sangat kuat hingga saat ini.<br />
Cerita ini berasal dari dua kecamatan di<br />
Lampung Selatan; Candipuro dan Tanjung Sari.<br />
Pada tahun 2014, kedua lokasi ini mengalami<br />
berbagai masalah di bidang air, sanitasi dan<br />
kebersihan (WASH): dari total 20.000 rumah<br />
tangga, terdapat 1.500 di antaranya tanpa toilet;<br />
6.000 dengan masalah fungsional fasilitas<br />
sanitasi; dan juga 12.000 rumah tangga tanpa<br />
tempat cuci tangan. Untuk menyelesaikan<br />
permasalahan tersebut, SNV bersama dengan<br />
Pemerintah Kabupaten melaksanakan gerakan<br />
Swasembada WC, yang berarti masyarakat<br />
secara mandiri memenuhi kebutuhan<br />
sanitasinya.<br />
Tim STBM di Lampung Selatan yang berkomitmen<br />
mendukung STBM melalui gerakan Swasembada WC<br />
Swasembada WC memiliki 4 pilar utama, yaitu:<br />
(1) pemahaman dari pentingnya sanitasi, (2)<br />
fasilitasi dan bekerja dengan gembira, (3)<br />
gotong royong, dan (4) kader militan.<br />
Menurut salah satu anggota tim STBM, kader ini<br />
datang dari berbagai institusi: mulai dari staf<br />
puskesmas, petugas desa, sampai guru. Kunci<br />
kesuksesan dari gerakan Swasembada WC ini<br />
adalah keberadaan kader militan tersebut.<br />
“Usaha yang kami lakukan adalah<br />
cara kami untuk berkontribusi bagi<br />
masyarakat” ujar M. Roshid Ridho,<br />
anggota tim Swasembada WC.<br />
“Kami berharap kami dapat<br />
menciptakan perubahan positif<br />
untuk kami sendiri, keluarga kami<br />
dan juga generasi selanjutnya.”<br />
<strong>Enewsletter</strong> <strong>Juni</strong> <strong>2018</strong> Halaman 2
<strong>Jejaring</strong> Bersinergi dan Berbagi Cerita<br />
Semangat dan energi gotong royong dapat<br />
terlihat di berbagai tingkatan di masyarakat.<br />
Contohnya di Desa Banyumas – desa pertama<br />
di Kecamatan Candipuro yang bebas BABS –<br />
ada seorang Ibu yang sudah lanjut usia yang<br />
tidak memiliki toilet. Dengan semangat gotong<br />
royong, masyarakat, staf puskesmas dan kepala<br />
desa membantu Ibu tersebut untuk membangun<br />
toilet sehingga beliau mendapat akses yang<br />
layak terhadap sanitasi.<br />
Pada Juli 2017, kerja keras dan kegigihan tim<br />
Swasembada WC membuahkan hasil yang luar<br />
biasa saat Kecamatan Candipuro dan<br />
Tanjungsari dideklarasikan bebas BABS. Di<br />
akhir program, terdapat lebih dari 20.000<br />
rumah tangga yang memiliki toilet yang ramah<br />
lingkungan dan 97% rumah tangga memiliki<br />
tempat cuci tangan.<br />
Artikel dari: SNV<br />
Gerakan ini juga telah memberikan dampak<br />
positif untuk penerapan norma sosial di<br />
masyarakat. Masyarakat kini mengerti<br />
kebutuhan akan sanitasi yang layak; pengaruh<br />
perilaku tersebut bagi kesehatan diri sendiri dan<br />
orang lain, serta meningkatkan rasa aman<br />
karena tidak perlu lagi pergi ke sungai atau<br />
semak untuk BAB di malam hari.<br />
Sebagai apresiasi atas kerja keras dan strategi<br />
mereka dalam pemberdayaan masyarakat,<br />
Swasembada WC mendapatkan penghargaan<br />
inovasi pembangunan sanitasi yang diberikan<br />
oleh Pokja <strong>AMPL</strong> Nasional pada tahun 2017.<br />
Tidak berhenti ketika program SNV usai, hingga<br />
saat ini tim Swasembada WC tetap<br />
melaksanakan upaya advokasi, pelatihan teknis<br />
baik di dalam maupun luar Lampung Selatan,<br />
serta bergerak menuju Kabupaten ODF <strong>2018</strong>.<br />
“Berdaya Tanpa Batas”<br />
Peringatan Hari Kebersihan Menstruasi <strong>2018</strong><br />
Secara global, peringatan Hari Kebersihan<br />
Menstruasi diadakan mulai tahun 2014 setiap<br />
tanggal 28 Mei. Sejak tahun 2017, Indonesia<br />
mulai memperingatinya juga. Alasan pemilihan<br />
tanggal 28 Mei karena terkait dengan fakta<br />
tentang menstruasi itu sendiri, yaitu rata-rata<br />
menstruasi mempunyai interval 28 hari dengan<br />
rata-rata lama menstruasi selama 5 hari. Angka<br />
28 digunakan sebagai tanggal dan angka 5<br />
digunakan sebagai bulan, sehingga gabungan<br />
keduanya menjadi sebuah tanggal yaitu 28 Mei.<br />
Pada peringatan Hari Kebersihan Menstruasi<br />
tahun <strong>2018</strong> ini, <strong>Jejaring</strong> <strong>AMPL</strong> (Air Minum dan<br />
Penyehatan Lingkungan) yang merupakan<br />
kolaborasi dari beberapa lembaga, antara lain<br />
seperti Plan Indonesia, Unicef, SNV, SIMAVI,<br />
Wahana Visi Indonesia, SPEAK Indonesia, dan<br />
YPCII menyelenggarakan bincang sehat dengan<br />
tema “Peduli Menstruasi, Berdaya Tanpa<br />
Batas.” Acara tersebut diselenggarakan pada<br />
tanggal 24 Mei <strong>2018</strong> di studio 4 CGV Grand<br />
Indonesia, Jakarta Pusat.<br />
Para pembicara yang hadir adalah Drs. P. Agung<br />
Tri Wahyunto, M.Ed (Kementerian Pendidikan<br />
dan Kebudayaan), dr. Eni Gustina, MPH<br />
(Direktur Kesehatan Keluarga, Ditjen.<br />
Kesehatan Masyarakat, Kementerian<br />
Kesehatan), Nadine Alexandra (Puteri<br />
Indonesia 2010), Shahnaz Haque beserta Gilang<br />
Ramadhan dan putri kedua mereka Charlotte,<br />
serta dr. Dyana Safitri Velies, SpOG(K), MKes<br />
(pengajar di FK Universitas Pelita Harapan).<br />
Moderator saat sesi bincang sehat dibawakan<br />
oleh Kenia Gusnaeni, sedangkan Host<br />
dibawakan oleh Arie Kriting.<br />
Acara dibuka dengan tarian khas betawi yaitu<br />
tari Sirih Kuning yang dibawakan oleh delapan<br />
anak di daerah dampingan Wahana Visi<br />
Indonesia dari Penjaringan. Selanjutnya, host<br />
acara Arie Kriting menyambut audiens dalam<br />
suasana akrab dengan joke segar namun berisi.<br />
<strong>Enewsletter</strong> <strong>Juni</strong> <strong>2018</strong> Halaman 3
<strong>Jejaring</strong> Bersinergi dan Berbagi Cerita<br />
Arie Kriting juga menyampaikan kepeduliannya<br />
tentang tingginya kasus kematian bayi yang<br />
antara lain disebabkan karena masih rendahnya<br />
kesadaran kesehatan reproduksi. Salah satunya<br />
berkaitan dengan kebersihan menstruasi.<br />
Selanjutnya, dr Eni dalam sambutannya<br />
menyampaikan apresiasi kepada Kemendikbud<br />
yang memasukkan isu kesehatan reproduksi<br />
dalam kurikulum sekolah. Program Upaya<br />
Kesehatan Sekolah (UKS) dilakukan oleh<br />
Kemenkes terintegrasi dengan Kemendikbud<br />
melalui puskesmas yang berkoordinasi dengan<br />
Dinas Pendidikan. Dr Eni juga menyebutkan<br />
bahwa usia anak perempuan yang mendapatkan<br />
menstruasi makin muda, yaitu di sekolah dasar.<br />
Menurut Pak Agung, topik manajemen<br />
kebersihan menstruasi (MKM) bisa masuk<br />
dalam materi pelajaran karena dalam kurikulum<br />
tahun 2013 menggunakan pelajaran tematik.<br />
Guru bisa memasukkan topik tersebut saat<br />
pelajaran tematik tentang manusia, namun hal<br />
tersebut juga tergantung dari kemampuan guru<br />
dan minat siswa untuk bertanya.<br />
Nadine Alexandra menceritakan<br />
pengalamannya saat menstruasi di sekolah.<br />
Ketika harus minta ijin ke toilet kepada guru<br />
laki-laki, Nadine merasa canggung menjelaskan<br />
alasan mengapa harus ke toilet saat pelajaran<br />
sedang berlangsung. Hal itu berbeda dengan<br />
pengalamannya di rumah. Ibu Nadine sudah<br />
memberi informasi tentang menstruasi ketika<br />
Nadine masih berusia sekitar 12-13 tahun. Ibu<br />
Nadine berpesan supaya Nadine<br />
memberitahunya ketika mendapat menstruasi.<br />
Nadine mendapat menstruasi di usia 15 tahun<br />
dan dia hanya menceritakan hal itu kepada<br />
ibunya.<br />
Shahnaz dan keluarganya juga membagikan<br />
pengalaman seru mereka ketika menghadapi<br />
anak-anak perempuannya yang sudah<br />
menstruasi. Menurut Shahnaz, seharusnya ilmu<br />
di sekolah digabungkan dengan ilmu parenting.<br />
Kalau anak nyaman, mereka tidak akan merasa<br />
tabu bicara tentang menstruasi. Shahnaz<br />
berprinsip bahwa sebaiknya anaknya<br />
mengetahui tentang menstruasi darinya. “Tapi<br />
saya juga butuh dukungan. Kasih informasinya<br />
harus berdua. Butuh bantuan Gilang sebagai<br />
Bapak,” ungkap Shahnaz.<br />
Pembicara bincang sehat lainnya yaitu dr.<br />
Dyana banyak memberi informasi penting dan<br />
praktis terkait dengan menstruasi. Dr. Dyana<br />
mengingatkan kalau memang air di toilet umum<br />
tidak bersih, sebaiknya kita menggunakan tisu<br />
untuk membersihkan area vagina. Tentu saja<br />
tisu perlu disimpan rapi dalam kemasan<br />
sehingga kondisinya bersih. "Kalau pakai tisu<br />
basah, harus pakai tisu kering setelahnya karena<br />
daerah vagina harus tetap kering, kalau lembap<br />
akan timbulkan jamur dan bakteri,” tambah dr.<br />
Dyana. Dr. Dyana juga membahas hal-hal yang<br />
menjadi mitos seputar menstruasi dengan<br />
bahasa sederhana dan jelas sehingga mudah<br />
dipahami oleh audiens.<br />
Promosi manajemen kebersihan menstruasi<br />
(MKM) perlu didukung oleh banyak pihak,<br />
termasuk kaum laki-laki. Dukungan dari banyak<br />
pihak diharapkan dapat meluruskan mitos-mitos<br />
dan hal-hal tabu sehingga membuat kaum<br />
perempuan, termasuk anak perempuan,<br />
berdaya tanpa batas bahkan di saat menstruasi.<br />
Artikel dari: C. Vita Aristyanita, WVI<br />
<strong>Enewsletter</strong> <strong>Juni</strong> <strong>2018</strong> Halaman 4
<strong>Jejaring</strong> Bersinergi dan Berbagi Cerita<br />
Bimbingan Teknis<br />
Penyusunan Dokumen Strategi Sanitasi Sekolah<br />
Direktur Pembinaan Sekolah Dasar pada Pembukaan<br />
Bimtek SSS<br />
Pada tanggal 30-31 Mei <strong>2018</strong> yang lalu<br />
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan<br />
menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek)<br />
Strategi Sanitasi Sekolah dengan menggandeng<br />
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan<br />
Lingkungan Nasional (Pokja <strong>AMPL</strong> Nasional)<br />
bertempat di Hotel Mega Anggrek, Jakarta.<br />
Peserta Bimtek SSS berasal dari daerah peserta<br />
Program PPSP (Percepatan Pembangunan<br />
Sanitasi Permukiman), khususnya Regional Barat<br />
(Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan sebagian<br />
Kalimantan) dengan total 23 Kabupaten/ Kota<br />
yang masing-masing mengirimkan 4 (empat)<br />
orang perwakilan yaitu terdiri atas instansi<br />
Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan,<br />
dan Fasilitator PPSP/ <strong>AMPL</strong>.<br />
Program sanitasi sekolah diyakini mempunyai<br />
dampak signifikan dalam memberikan daya<br />
ungkit terhadap terjadinya perubahan perilaku<br />
hidup bersih dan sehat di tingkat sekolah yang<br />
akan berimbas pada perubahan perilaku di<br />
keluarga dan di tengah masyarakat. Selain itu<br />
Pemerintah mulai menyadari bahwa program<br />
pembangunan sanitasi sekolah menjadi salah<br />
satu strategi potensial untuk mendukung<br />
pencapaian target pembangunan <strong>AMPL</strong> dalam<br />
mencapai akses universal.<br />
Menyadari bahwa program kegiatan<br />
pembangunan sanitasi sekolah menjadi salah<br />
satu strategi potensial untuk mendukung<br />
pencapaian target pembangunan <strong>AMPL</strong> dalam<br />
mencapai akses universal, Direktorat<br />
Pendidikan Dasar yang selama ini aktif<br />
mengikuti kegiatan <strong>AMPL</strong>, berkolaborasi<br />
dengan Pokja <strong>AMPL</strong> Nasional dibawah<br />
Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan<br />
Permukiman - Bappenas dan UNICEF untuk<br />
dapat memastikan Kabupaten/ Kota memiliki<br />
kapasitas dalam menyusun strategi sanitasi<br />
sekolah yang terintegrasi didalam dokumen<br />
strategi sanitasi kabupaten/ kota (SSK).<br />
Pada sambutannya dalam pembukaan, Direktur<br />
Pembinaan Sekolah Dasar, Bapak Dr. Khamim,<br />
M.Pd, menegaskan bahwa pentingnya memiliki<br />
suatu dokumen perencanaan sehingga dapat<br />
diketahui kebutuhan real sanitasi di sekolah<br />
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Lebih<br />
lanjut Direktur PSD juga mengapresiasi peserta<br />
yang datang dari unsur Bappeda, Dinas<br />
Pendidikan, Dinas Kesehatan, serta Fasilitator<br />
<strong>AMPL</strong> dari berbagai daerah yang merupakan<br />
daerah pelaksana program Percepatan<br />
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Hal<br />
ini menunjukkan adanya komitmen untuk<br />
berkolaborasi bersama demi tercapainya<br />
sanitasi sekolah yang berkualitas untuk<br />
menciptakan generasi sehat.<br />
<strong>Enewsletter</strong> <strong>Juni</strong> <strong>2018</strong> Halaman 5
<strong>Jejaring</strong> Bersinergi dan Berbagi Cerita<br />
Kegiatan berlangsung selama dua hari dengan<br />
metode pembelajaran dewasa yaitu dengan<br />
melibatkan peserta secara aktif untuk dapat<br />
mempraktikan tahapan-tahapan penyusunan<br />
dokumen strategi sanitasi sekolah. Melalui<br />
Bimtek SSS peserta diberikan pembekalan<br />
materi pemetaan/ mapping sanitasi sekolah;<br />
peserta dimampukan untuk dapat memahami<br />
kuesioner, melakukan pengumpulan data dan<br />
menganalisa data tersebut sehingga diketahui<br />
permasalahan sanitasi di sekolah dan<br />
Kabupaten/ Kota mampu merumuskan program<br />
dan kegiatan yang tepat untuk mengatasi<br />
permasalahan sanitasi di sekolah tersebut.<br />
Lebih lanjut, peserta yang berasal dari berbagai<br />
instansi diharapkan mampu mensinergikan<br />
sanitasi sekolah dalam lingkup perencanaan<br />
kabupaten/ kota sehingga adanya integrasi baik<br />
dalam perencanaan maupun layanan air bersih<br />
dan sanitasi di permukiman yang menjangkau<br />
sampai ke sekolah-sekolah.<br />
Artikel dari: Unicef<br />
Kewirausahaan Sanitasi Berbasis Minat untuk Masyarakat<br />
Pedesaan di Kabupaten Manggarai Barat<br />
Usaha kecil kini memainkan peran yang semakin<br />
penting dalam penyediaan produk dan jasa<br />
sanitasi Indonesia. Di Kabupaten Manggarai<br />
Barat, minimnya infrastruktur, akses geografis<br />
dan wirausahawan sanitasi yang masih terpusat<br />
di kota Labuhan Bajo merupakan kendala dalam<br />
pemerataan layanan sanitasi. Akibatnya harga<br />
produk dan layanan menjadi sangat tinggi di<br />
desa. Selain itu, sulitnya akses pembiayaan dan<br />
kurangnya dukungan pemerintah menyebabkan<br />
rendahnya minat kewirausahaan masyarakat.<br />
Peningkatan kapasitas melalui pendekatan STBM<br />
5 Pilar dilaksanakan untuk memunculkan<br />
wirausaha sanitasi organik. Wirausahawan ini<br />
hadir atas dasar minat sendiri setelah<br />
pelaksanaan sosialisasi 5 pilar STBM di tingkat<br />
kecamatan dan desa. Wirausahawan yang<br />
berminat kemudian dilatih untuk membuat<br />
kloset dan membangun jamban sehat<br />
menggunakan bahan lokal serta memasarkan<br />
produknya kepada masyarakat yang telah<br />
terpicu.<br />
Hingga akhir tahun 2017, telah ada 44<br />
wirausaha sanitasi berbasis minat yang tersebar<br />
di 30 desa dan 10 kecamatan. Adapun jamban<br />
yang dibangun sebanyak 1.512 buah. Melalui<br />
wirausaha sanitasi berbasis minat ini, partisipasi<br />
aktif masyarakat umum juga tercipta selama<br />
proses pembangunan jamban. Hal ini<br />
menunjukkan adanya kesadaran masyarakat<br />
untuk mendapatkan akses sanitasi yang layak<br />
dengan harga terjangkau.<br />
Pemerintah daerah dan desa memainkan peran<br />
penting untuk menghubungkan permintaan dan<br />
penyediaan serta memfasilitasi pengembangan<br />
pasar untuk mencapai akses universal pada<br />
tahun 2019. Oleh karenanya, perlu ada<br />
kebijakan untuk mewadai wirausaha sanitasi<br />
berbasis minat terutama paska deklarasi STBM<br />
5 pilar.<br />
Artikel dari: SIMAVI dan Yayasan Dian Desa<br />
Pemerintah daerah juga dikapasitasi untuk<br />
menyediakan dukungan anggaran dan regulasi.<br />
Pendekatan ini dilakukan untuk memastikan<br />
produk dan layanan sanitasi dapat terjangkau<br />
secara luas, khususnya masyarakat miskin di<br />
desa terpencil.<br />
<strong>Enewsletter</strong> <strong>Juni</strong> <strong>2018</strong> Halaman 6
<strong>Jejaring</strong> Bersinergi dan Berbagi Cerita<br />
<strong>Jejaring</strong> <strong>AMPL</strong> menerima artikel terkait pembangunan air minum dan sanitasi setiap bulannya.<br />
Layangkan artikel lembaga Anda ke indriany@gmail.com, cc ke jejaringampl@gmail.com<br />
Lampirkan juga foto artikel beserta keterangan foto.<br />
Semua enewsletter <strong>Jejaring</strong> <strong>AMPL</strong> bisa diakses di www.jejaringampl.org<br />
Sekretariat <strong>Jejaring</strong> Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (<strong>AMPL</strong>)<br />
Menteng Square Apartment, Tower B, 22th floor No. 11<br />
Jl. Matraman Raya No 30E<br />
Jakarta Pusat 10430<br />
Email: info@jejaringampl.org, jejaring.ampl@gmail.com<br />
<strong>Enewsletter</strong> <strong>Juni</strong> <strong>2018</strong> Halaman 7