Sriwijaya Inflight Magazine Agustus 2018

DESTINATION
75
Para penduduk yang mendiami desa merupakan
salah satu suku Bali Aga. Suku Bali Aga disebut
sebagai penduduk keturunan asli yang tinggal
di pulau Bali, bahkan sebelum invasi Kerajaan
Majapahit. Desa ini masih mempertahankan
bangunan rumah dan adat tradisionalnya.
Para pengunjung yang masuk ke desa tidak
diwajibkan untuk membayar tiket masuk, hanya
terdapat kotak donasi di tempat pendaftaran tamu.
Di pintu masuk terdapat seniman lokal yang menjual hasil lukisan di
atas daun lontar. Lukisan peta Bali dan kisah Ramayana adalah yang
paling umum ditemui. Mereka dapat menambahkan ukiran nama pembeli
dalam lukisan sesuai pesanan.
Keasrian desa terlihat jelas sepanjang berjalan kaki mengitari desa.
Pepohonan besar dan rimbun ada di mana-mana. Beberapa jalan dilapisi
batu-batu besar. Sebagian lagi berupa tanah datar yang ditumbuhi
rerumputan yang terpotong rapi. Arsitektur rumah penduduk dan balai
desa masih sangat tradisional dengan bahan seperti batu, kayu dan ijuk.
B
C
D
F
Anak-anak bermain bersama sambil
sesekali memperhatikan turis yang
lewat. Kebanyakan yang datang adalah
turis asing. Aktivitas warga terlihat
seperti pada desa umumnya, duduk
bercengkrama, menyapu halaman rumah,
atau memberi makan ternak.
Di siang hingga sore hari, para wanita
duduk di pendapa untuk menenun.
Tangan mereka terlihat sangat luwes
dan cekatan. Soal hasil kerajinan tangan
penduduk, kain tenun gringsing termasuk
yang paling diminati. Warna, bahan dan
pengerjaannya semua alami.
A
B
C
D
E
F
Indahnya keasrian Desa
Tenganan menyambut
di pintu masuk.
Kain tenun yang dijual
sebagai suvenir.
Beberapa jualan
kerajinan tangan
terpajang di tembok
rumah penduduk.
Sepeda motor, salah
satu sarana modern
yang dipakai di tengah
kesederhanaan desa.
Para gadis sedang
menenun kain untuk
mencari penghasilan.
Beberapa penduduk
tengah bercengkrama
di pendapa.
| EDISI 90 | AGUSTUS 2018