20.07.2018 Views

Sensus Ekonomi 2016 Analisis Hasil Listing Potensi Ekonomi Papua Barat_2

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

https://papuabarat.bps.go.id


https://papuabarat.bps.go.id


https://papuabarat.bps.go.id


https://papuabarat.bps.go.id


© Badan Pusat Stask Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

<strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong> <strong>Hasil</strong> Lisng<br />

<strong>Potensi</strong> <strong>Ekonomi</strong> Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

ISBN : 978‐602‐438‐166‐0<br />

No. Publikasi : 91550.1707<br />

Katalog BPS : 9102055.91<br />

Ukuran Buku : 17,6 x 25cm<br />

Jumlah Halaman : xxi + 109 Halaman<br />

Naskah :<br />

Bidang Neraca Wilayah dan <strong>Analisis</strong> Lintas Sektor<br />

Badan Pusat Stask Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Gambar Kulit :<br />

Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Stask<br />

Badan Pusat Stask Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Diterbitkan oleh :<br />

Badan Pusat Stask Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/ atau<br />

menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin<br />

tertulis dari Badan Pusat Stask Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


https://papuabarat.bps.go.id


TIM PENYUSUN<br />

Pengarah<br />

Endang Retno Sri Subiyandani<br />

Penanggung Jawab<br />

Jerison Sumual<br />

Editor<br />

Yeddi Aprian Syakh<br />

Penulis<br />

Fitrah Sarah Ramadhani<br />

Pengolah Data<br />

Fitrah Sarah Ramadhani<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Desain Cover<br />

Akbari Wafridh<br />

Desain dan Tata Letak Layout<br />

Fitrah Sarah Ramadhani


https://papuabarat.bps.go.id


Kata Pengantar<br />

esuai amanat Undang‐Undang (UU) Nomor 16 Tahun<br />

S 1997 tentang Stask, Badan Pusat Stask (BPS)<br />

telah melaksanakan <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong> (SE<strong>2016</strong>).<br />

Pelaksanaan SE<strong>2016</strong> dilakukan dalam beberapa tahapan,<br />

salah satunya adalah lisng atau pendaaran usaha/<br />

perusahaan (SE<strong>2016</strong>‐L). Lisng merupakan kegiatan<br />

pendataan secara lengkap seluruh kegiatan unit usaha/<br />

perusahaan di wilayah Indonesia kecuali Akvitas<br />

Pertanian, Kehutanan & Perikanan (Kategori A), Akvitas<br />

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan<br />

Sosial Wajib (Kategori O) dan Akvitas Rumah Tangga<br />

(Kategori T). Tujuan lisng adalah untuk memperoleh<br />

data dan informasi mengenai unit usaha/perusahaan<br />

beserta karakterisk usahanya. Dengan ketersediaan data<br />

yang lengkap mencakup seluruh wilayah Indonesia, maka<br />

hasil SE<strong>2016</strong>‐L dapat digunakan untuk mengidenfikasi<br />

akvitas usaha yang potensial baik dalam hal penyerapan<br />

tenaga kerja maupun penyediaan lapangan usaha.<br />

Publikasi <strong>Potensi</strong> <strong>Ekonomi</strong> Indonesia <strong>2016</strong> ditujukan untuk<br />

memperoleh gambaran dan informasi potensi ekonomi<br />

regional menurut pulau atau koridor ekonomi. Informasi<br />

ini sangat bermanfaat bagi pemerintah dalam<br />

mengevaluasi program‐program terkait pengembangan<br />

potensi wilayah yang sudah dilakukan selama ini.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak<br />

yang telah ikut berparsipasi baik secara langsung<br />

maupun dak langsung dalam menyukseskan SE<strong>2016</strong>‐L<br />

hingga penyusunan publikasi ini dapat terlaksana. Semoga<br />

publikasi ini dapat memberikan manfaat kepada segenap<br />

penggunanya.<br />

Manokwari, November 2017<br />

Kepala Badan Pusat Stask<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Endang Retno Sri Subiyandani, S.Si, MM<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

i


https://papuabarat.bps.go.id


Daftar Istilah<br />

Kategori B: Pertambangan dan Penggalian<br />

Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha pengambilan mineral dalam<br />

bentuk alami, yaitu padat (batu bara dan bijih logam), cair (minyak bumi) atau gas (gas<br />

alam). Kegiatan ini dapat dilakukan dengan metode yang berbeda seper penambangan<br />

dan penggalian di permukaan tanah atau di bawah tanah, pengoperasian sumur<br />

pertambangan, penambangan di dasar laut dan lain‐lain. Kategori ini juga mencakup<br />

kegiatan tambahan untuk penyiapan barang tambang dan galian mentah untuk<br />

dipasarkan seper pemecahan, pengasahan, pembersihan, pengeringan, sortasi,<br />

pemurnian bijih logam, pencairan gas alam dan aglomerasi bahan bakar padat.<br />

Kategori C: Industri Pengolahan<br />

Kategori ini melipu kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang perubahan secara kimia<br />

atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi produk baru. Bahan baku industri<br />

pengolahan berasal dari produk pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan atau<br />

penggalian seper produk dari kegiatan industri pengolahan lainnya. Perubahan,<br />

pembaharuan atau rekonstruksi yang pokok dari barang secara umum diperlakukan<br />

sebagai industri pengolahan. Unit industri pengolahan digambarkan sebagai pabrik,<br />

mesin, atau peralatan yang khusus digerakkan dengan mesin dan tangan. Termasuk<br />

kategori industri pengolahan di sini adalah unit yang mengubah bahan menjadi produk<br />

baru dengan menggunakan tangan, kegiatan maklon atau kegiatan penjualan produk yang<br />

dibuat di tempat yang sama di mana produk tersebut dijual dan unit yang melakukan<br />

pengolahan bahan‐bahan dari pihak lain atas dasar kontrak.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Kategori D: Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara Dingin<br />

Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha pengadaan tenaga listrik, gas<br />

alam, uap panas, air panas dan sejenisnya melalui jaringan, saluran atau pipa infrastruktur<br />

permanen. Dimensi jaringan/infrastruktur dak dapat ditentukan dengan pas, termasuk<br />

kegiatan pendistribusian listrik, gas, uap panas, dan air panas serta sejenisnya dalam<br />

lokasi pabrik atau bangunan tempat nggal. Kategori ini juga mencakup pengoperasian<br />

mesin pembangkit listrik dan gas, yang menghasilkan, mengontrol dan menyalurkan<br />

tenaga listrik atau gas. Juga mencakup pengadaan uap panas dan udara dingin/sistem tata<br />

udara. Termasuk kegiatan produksi es baik untuk kebutuhan konsumsi maupun<br />

kebutuhan lainnya.<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

iii


Daftar Istilah<br />

Kategori E: Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan dan Daur Ulang<br />

Sampah, dan Akvitas Remediasi<br />

Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha yang berhubungan dengan<br />

pengelolaan air. Kategori ini juga mencakup pengelolaan berbagai bentuk limbah sampah,<br />

seper limbah/sampah padat atau bukan yang berasal dari rumah tangga dan industri,<br />

yang dapat mencemari lingkungan. <strong>Hasil</strong> dari proses pengolahan limbah/sampah dapat<br />

dibuang atau menjadi input dalam proses produksi lainnya.<br />

Kategori F: Konstruksi<br />

Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang konstruksi, yaitu<br />

kegiatan konstruksi umum dan konstruksi khusus pekerjaan bangunan gedung dan<br />

bangunan sipil. Kegiatan konstruksi mencakup pekerjaan baru, perbaikan, penambahan<br />

dan perubahan, pendirian bangunan atau struktur prafabrikasi di lokasi proyek dan juga<br />

konstruksi yang bersifat sementara. Kegiatan konstruksi umum berupa konstruksi<br />

bangunan tempat nggal, bangunan kantor, pertokoan, dan bangunan lainnya.<br />

Sedangkan konstruksi bangunan sipil seper jalan kendaraan bermotor, jalan raya,<br />

jembatan, terowongan, jalan rel, lapangan udara, pelabuhan dan bangunan air lainnya,<br />

sistem irigasi, sistem limbah, fasilitas olahraga, dan lain‐lain. Kegiatan konstruksi khusus,<br />

seper penyiapan lahan, instalasi gedung dan penyelesaian gedung dan lain‐lain.<br />

Pekerjaan konstruksi dapat dilakukan atas nama sendiri atau atas dasar balas jasa/<br />

kontrak. Sebagian pekerjaan dan dimungkinkan keseluruhan pekerjaan konstruksi dapat<br />

disubkontrakan. Unit yang melakukan subkontrak kegiatan konstruksi diklasii kasikan di<br />

sini. Kategori ini mencakup juga kegiaan perbaikan bangunan gedung dan bangunan sipil.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Kategori G: Perdagangan Besar Dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil & Sepeda<br />

Motor<br />

Kategori ini melipu kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang perdagangan besar dan<br />

eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari berbagai jenis barang, dan<br />

memberikan imbalan jasa yang mengiringi penjualan barang‐barang tersebut. Baik<br />

penjualan secara grosir (perdagangan besar) maupun eceran merupakan tahap akhir<br />

dalam pendistribusian barang dagangan. Kategori ini juga mencakup reparasi mobil dan<br />

sepeda motor. Penjualan tanpa perubahan teknis juga mengikutkan kegiatan yang terkait<br />

dengan perdagangan, seper penyorran, pemisahan kualitas dan penyusunan barang,<br />

pencampuran, pembotolan, pengepakan, pembongkaran dari ukuran besar dan<br />

pengepakan ulang menjadi ukuran yang lebih kecil, penggudangan, baik dengan<br />

iv<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


Daftar Istilah<br />

pendingin maupun dak, pembersihan dan pengeringan hasil pertanian, pemotongan<br />

lembaran kayu atau logam. Perdagangan besar adalah penjualan kembali (tanpa<br />

perubahan teknis) baik barang baru maupun barang bekas kepada pengecer, industri,<br />

komersial, instusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang besar lainnya, atau<br />

yang berndak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan barang, baik<br />

perorangan maupun perusahaan.<br />

Kategori H: Pengangkutan dan Pergudangan<br />

Kategori ini mencakup penyediaan angkutan penumpang atau barang, baik yang<br />

berjadwal maupun dak, dengan menggunakan jalan rel, saluran pipa, darat, perairan,<br />

atau udara dan kegiatan yang berhubungan dengan itu seper fasilitas terminal dan<br />

parkir, penanganan kargo/bongkar muat barang, pergudangan dan lain‐lain. Termasuk<br />

dalam kategori ini penyewaan alat angkutan dengan pengemudi atau operator, juga<br />

kegiatan pos dan kurir.<br />

Kategori I: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum<br />

Kategori ini mencakup penyediaan akomodasi penginapan jangka pendek untuk<br />

pengunjung dan pelancong lainnya serta penyediaan makanan dan minuman untuk<br />

konsumsi segera. Jumlah dan jenis layanan tambahan yang disediakan dalam kategori ini<br />

sangat bervariasi. Tidak termasuk penyediaan akomodasi jangka panjang seper tempat<br />

nggal utama, penyiapan makanan atau minuman bukan untuk dikonsumsi segera atau<br />

yang dijual melalui kegiatan perdagangan besar dan eceran.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Kategori J: Informasi dan Komunikasi<br />

Kategori ini mencakup produksi dan distribusi informasi dan produk kebudayaan,<br />

persediaan alat untuk mengirimkan atau mendistribusikan produk‐produk ini dan juga<br />

data atau kegiatan komunikasi, informasi, teknologi informasi dan pengolahan data serta<br />

kegiatan jasa informasi lainnya. Termasuk penerbitan yang mencakup perolehan hak cipta<br />

untuk isinya (produk informasi) dan membuat isinya tersedia ke masyarakat umum<br />

dengan cara atau melalui reproduksi dan distribusi dalam berbagai bentuk. Semua bentuk<br />

yang layak dari penerbitan (dalam bentuk cetakan, elektronik atau audio pada internet<br />

seper produk mulmedia seper buku reforensi CD rom dan lain‐lain) dicakup dalam<br />

kategori ini.<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

v


Daftar Istilah<br />

Kategori K: Akvitas Keuangan dan Asuransi<br />

Kategori ini mencakup jasa keuangan, termasuk asuransi, reasuransi dan kegiatan dana<br />

pensiun dan jasa penunjang keuangan. Kategori ini juga mencakup kegiatan dari<br />

pemegang aset, seper kegiatan perusahaan holding dan kegiatan dari lembaga<br />

penjaminan atau pendanaan dan lembaga keuangan sejenis.<br />

Kategori L: Real Estat<br />

Kategori ini mencakup kegiatan orang yang menyewakan, agen dan atau broker/<br />

perantara dalam penjualan atau pembelian real estat, penyewaan real estat dan<br />

penyediaan jasa real estat lainnya, seper jasa penaksir real estat atau berndak sebagai<br />

agen pemegang wasiat real estat. Kegiatan dalam kategori ini bisa dilakukan atas milik<br />

sendiri atau milik orang lain yang disewa dan bisa dilakukan atas dasar balas jasa atau<br />

kontrak. Termasuk kegiatan pembangunan gedung, yang disatukan dengan pemeliharaan<br />

atau penyewaan bangunan tersebut. Kategori ini mencakup pengelola bangunan real<br />

estat. Real estat adalah proper berupa tanah dan bangunan.<br />

Kategori M: Akvitas Profesional, Ilmiah dan Teknis<br />

Kategori ini mencakup kegiatan profesional, Ilmu pengetahuan, dan teknik, yang<br />

membutuhkan keahlian khusus atau menghasilkan ilmu pengetahuan.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Kategori N: Akvitas Penyewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi,<br />

Ketenagakerjaan, Agen Perjalanan dan Penunjang Usaha Lainnya<br />

Kategori ini mencakup kegiatan pendukung operasional bisnis secara umum, yang<br />

berbeda dari kegiatan di kategori M.<br />

Kategori P: Pendidikan<br />

Kategori ini mencakup kegiatan pendidikan pada berbagai ngkatan dan untuk berbagai<br />

pekerjaan, baik secara lisan atau tertulis seper halnya dengan berbagai cara komunikasi.<br />

Kategori ini juga mencakup pendidikan yang diselenggarakan oleh instusi yang berbeda<br />

dalam sistem sekolah umum pada ngkat yang berbeda‐beda seper halnya pendidikan<br />

untuk usia dewasa, program literasi dan lain‐lain. Juga mencakup akademi dan sekolah<br />

militer, sekolah penjara dan lain‐lain sesuai dengan ngkatan masing‐masing. Untuk<br />

seap ngkat pendidikan pertama, kelompok ini mencakup pendidikan khusus termasuk<br />

siswa cacat baik mental atau fisik. Kategori ini mencakup pendidikan negeri dan swasta<br />

vi<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


Daftar Istilah<br />

juga mencakup pengajaran yang terutama mengenai kegiatan olahraga dan hiburan dan<br />

kegiatan penunjang pendidikan. Pendidikan dapat disediakan dalam ruangan, melalui<br />

penyiaran radio dan televisi, internet dan surat menyurat.<br />

Kategori Q: Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas Sosial<br />

Kategori ini mencakup kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Kegiatan<br />

yang termasuk cukup luas cakupannya, dimulai dari pelayanan kesehatan yang diberikan<br />

oleh tenaga profesional terlah di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain, sampai<br />

kegiatan perawatan di rumah yang melibatkan ngkatan kegiatan pelayanan kesehatan<br />

sampai kegiatan sosial yang dak melibatkan tenaga kesehatan profesional.<br />

Kategori R: Kesenian,Hiburan dan Rekreasi<br />

Kategori ini mencakup segala bentuk kegiatan kesenian dan kebudayaan, hiburan dan<br />

rekreasi masyarakat umum. Pertunjukan langsung, pengoperasian museum,<br />

perpustakaan, dan olaghraga termasuk didalamnya.<br />

Kategori S: Akvitas Jasa Lainnya<br />

Kategori ini mencakup berbagai kegiatan terkait jasa yang dak dicakup oleh kategori<br />

lainnya.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Kategori U: Akvitas Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya<br />

Kategori ini mencakup berbagai kegiatan Badan Internasional, seper perwakilan PBB,<br />

WHO, OPEC, dan Kedutaan Besar negara lain, tercakup pada kategori ini.<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

vii


https://papuabarat.bps.go.id


Daftar Isi<br />

Kata Pengantar<br />

Daar Islah<br />

Daar Isi<br />

Daar Tabel<br />

Daar Gambar<br />

Daar Lampiran<br />

BAB 1 1<br />

<strong>Potensi</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Sumber Daya Manusia yang Melimpah 3<br />

Usaha Mikro Kecil Penopang Perekonomian 6<br />

Penggerak Utama Perekonomian <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> 7<br />

BAB 2 11<br />

Tantangan Perekonomian <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Kualitas Sumber Daya Manusia yang Masih Rendah 13<br />

Ketergantungan <strong>Ekonomi</strong> <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Terhadap Komoditas Migas 15<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

i<br />

iii<br />

ix<br />

xiii<br />

xv<br />

xxi<br />

BAB 3 19<br />

Pengembangan <strong>Potensi</strong> <strong>Ekonomi</strong> Lokal Untuk<br />

Pemerataan Pembangunan<br />

Opmalisasi Sektor <strong>Potensi</strong>al untuk Pemerataan Pembangunan 21<br />

<strong>Potensi</strong> <strong>Ekonomi</strong> Regional 23<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

ix


BAB 4 37<br />

Konstruksi Sebagai Pilar <strong>Ekonomi</strong> Baru <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Peranan Konstruksi Dalam Perekonomian <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> 39<br />

Karakterisk Usaha Konstruksi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> 41<br />

BAB 5 45<br />

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum<br />

Sang Pencipta Lapangan Kerja <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

<strong>Potensi</strong> Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum<br />

dalam Pengembangan <strong>Ekonomi</strong> <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

BAB 6 51<br />

Akvitas Keuangan dan Asuransi Sebagai Pendongkrak<br />

Perekonomian <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Akvitas Keuangan dan Asuransi menyokong Usaha Mikro dan Kecil 53<br />

BAB 7 57<br />

Real Estat Sebagai Usaha Mikro Kecil <strong>Potensi</strong>al<br />

Kekuatan Usaha Real Estat di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> 59<br />

BAB 8 63<br />

Jasa Perusahaan Sebagai Primadona <strong>Ekonomi</strong> Baru<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Peluang Jasa Perusahaan dalam Perekonomian <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> 65<br />

Profil Usaha Jasa Perusahaan di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> 66<br />

47<br />

x<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


BAB 9 69<br />

Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas Sosial<br />

Sebagai Penyokong Perekonomian <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Peranan Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas Sosial dalam<br />

Perekonomian <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

BAB 10 77<br />

Jasa Lainnya Sebagai Usaha Pendukung Perekonomian<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Opmalisasi Usaha Jasa Lainnya di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> 79<br />

BAB 11 83<br />

<strong>Potensi</strong> Lapangan Usaha Lain di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 85<br />

Penyerap Tenaga Kerja Terbaik<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Transportasi dan Pergudangan Penyokong Distribusi Barang Jasa 88<br />

Pendidikan Pembentuk SDM Mumpuni 89<br />

71<br />

BAB 12 91<br />

Insari<br />

Insari 93<br />

Daar Pustaka 95<br />

Catatan Teknis 99<br />

Lampiran 103<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

xi


https://papuabarat.bps.go.id


Daftar Tabel<br />

Tabel 3.1<br />

Tabel 3.2<br />

Tabel 3.3<br />

<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Shi Share (SS) <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan Wilayah<br />

Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong>, <strong>2016</strong><br />

<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Tipologi Klassen <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan Wilayah<br />

Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong>, <strong>2016</strong><br />

<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Overlay <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan Wilayah<br />

Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong>, <strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

29<br />

32<br />

34<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

xiii


https://papuabarat.bps.go.id


Daftar Gambar<br />

Gambar 1.1 Perkembangan Penduduk di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> 2013‐<strong>2016</strong> 3<br />

Gambar 1.2<br />

Perkembangan Penduduk Usia Kerja <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

Gambar 1.3 TPAK dan TKK <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> (Persen) 2013‐<strong>2016</strong> 5<br />

Gambar 1.4<br />

Gambar 1.5<br />

Gambar 1.6<br />

Gambar 1.7<br />

Gambar 2.1<br />

Gambar 2.2<br />

Gambar 3.1<br />

Gambar 3.2<br />

Gambar 3.3<br />

Persentase Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, <strong>2016</strong><br />

Persentase Usaha Menurut Kategori Lapangan Usaha<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, <strong>2016</strong><br />

Persentase Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan<br />

Usaha <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, <strong>2016</strong><br />

Distribusi PDRB Menurut Kategori Lapangan Usaha Tanpa<br />

Kategori A dan O <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, <strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Penduduk Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan yang<br />

Ditamatkan di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, 2013‐<strong>2016</strong><br />

Kontribusi Komoditas Migas Terhadap PDRB <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

Kontribusi PDRB Menurut Provinsi di Wilayah Maluku dan<br />

<strong>Papua</strong>, 2013‐<strong>2016</strong><br />

<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Locaon Quoent (LQ) <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan<br />

Wilayah Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong>, <strong>2016</strong><br />

<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Model Rasio Pertumbuhan (MRP) <strong>Papua</strong><br />

<strong>Barat</strong> dengan Wilayah Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong>, <strong>2016</strong><br />

Gambar 3.4 <strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Tipologi Klassen <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan Wilayah<br />

Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong>, <strong>2016</strong><br />

4<br />

6<br />

7<br />

8<br />

9<br />

13<br />

15<br />

20<br />

24<br />

26<br />

33<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

xv


Gambar 4.1 Kontribusi Konstruksi terhadap PDRB <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> 39<br />

Gambar 4.2<br />

Gambar 4.3<br />

Gambar 4.4<br />

Gambar 5.1<br />

Laju Pertumbuhan PDRB Konstruksi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

Persentase Usaha Konstruksi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut Lama<br />

Beroperasi, <strong>2016</strong><br />

Jumlah Usaha Konstruksi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut Kode<br />

Kualifikasi Usaha, <strong>2016</strong><br />

Kinerja <strong>Ekonomi</strong> Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan<br />

Makan Minum, 2013‐<strong>2016</strong><br />

Gambar 5.2 Persentase Usaha Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan<br />

Makan Minum <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut Kabupaten/ Kota,<br />

<strong>2016</strong><br />

Gambar 5.3 Persentase Usaha Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan<br />

Makan Minum <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut Skala Usaha, <strong>2016</strong><br />

Gambar 6.1<br />

Persebaran Usaha AKvitas Keuangan dan Asuransi di<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, <strong>2016</strong><br />

Gambar 7.1 Kinerja <strong>Ekonomi</strong> Real Estat <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> 2103‐<strong>2016</strong> 59<br />

Gambar 7.2<br />

Gambar 7.3<br />

Gambar 8.1<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Persebaran Usaha Real Estat di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut<br />

Kabupaten/ Kota, 2013‐<strong>2016</strong><br />

Usaha Real Estat di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut Skala Usaha,<br />

<strong>2016</strong><br />

Laju Pertumbuhan PDRB Jasa Perusahaan <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

40<br />

41<br />

42<br />

47<br />

48<br />

49<br />

54<br />

60<br />

60<br />

66<br />

xvi<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


Gambar 8.2<br />

Gambar 8.3<br />

Gambar 9.1<br />

Gambar 9.2<br />

Gambar 9.3<br />

Gambar 9.4<br />

Gambar<br />

10.1<br />

Gambar<br />

10.2<br />

Gambar<br />

10.3<br />

Gambar<br />

10.4<br />

Persentase Usaha Jasa Perusahaan <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut<br />

Kabupten/ Kota, <strong>2016</strong><br />

Persentase Usaha Jasa Perusahaan <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut<br />

Lama Beroperasi, <strong>2016</strong><br />

Laju Pertumbuhan PDRB Akvitas Kesehatan Manusia dan<br />

Akvitas Sosial <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> 2013‐<strong>2016</strong><br />

Kontribusi Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas<br />

Sosial terhadap PDRB <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> 2013‐<strong>2016</strong><br />

Persentase Usaha Akvitas Kesehatan Manusia dan<br />

Akvitas Sosial <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut Kabupaten/ Kota,<br />

<strong>2016</strong><br />

Persentase Usaha Akvitas Kesehatan Manusia dan<br />

Akvitas Sosial <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut Jumlah Tenaga Kerja<br />

<strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Laju Pertumbuhan PDRB Jasa Lainnya <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

Persentase Usaha Jasa Lainnya <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut<br />

Kabupaten/ Kota, <strong>2016</strong><br />

Persentase Usaha Jasa Lainnya <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut<br />

Skala Usaha, <strong>2016</strong><br />

Persentase Usaha Jasa Lainnya <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut<br />

Lama Beroperasi, <strong>2016</strong><br />

66<br />

67<br />

71<br />

72<br />

73<br />

74<br />

79<br />

80<br />

81<br />

81<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

xvii


Gambar<br />

11.1<br />

Gambar<br />

11.2<br />

Gambar<br />

11.3<br />

Gambar<br />

11.4<br />

Gambar<br />

11.5<br />

Banyaknya Usaha/ Perusahaan Perdagangan Besar dan<br />

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Menurut<br />

Kabupaten/ Kota di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, <strong>2016</strong><br />

Banyaknya Tenaga Kerja Perdagangan Besar dan Eceran;<br />

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Menurut Kabupaten/<br />

Kota di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, <strong>2016</strong><br />

Laju Pertumbuhan PDRB Perdagangan Besar dan Eceran;<br />

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, 2013‐<strong>2016</strong><br />

Laju Pertumbuhan PDRB Transportasi dan Pergudangan<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, 2013‐<strong>2016</strong><br />

Laju Pertumbuhan PDRB Jasa Pendidikan <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>,<br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

85<br />

87<br />

87<br />

88<br />

89<br />

xviii<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


https://papuabarat.bps.go.id


https://papuabarat.bps.go.id


Daftar Lampiran<br />

Lampiran 1.<br />

Lampiran 2.<br />

Lampiran 3.<br />

Lampiran 4.<br />

Tenaga Kerja dan PDRB Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dan<br />

Wilayah Maluku dan <strong>Papua</strong><br />

Penghitungan LQ <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan Wilayah Referensi<br />

Maluku dan <strong>Papua</strong> Tahun <strong>2016</strong><br />

Penghitungan MRP <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan Wilayah Referensi<br />

Maluku dan <strong>Papua</strong> Tahun <strong>2016</strong><br />

Penghitungan SS <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan Wilayah Referensi<br />

Maluku dan <strong>Papua</strong> Tahun <strong>2016</strong><br />

Lampiran 5. Penghitungan Tipologi Klassen <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan Wilayah<br />

Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong> Tahun <strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

101<br />

102<br />

103<br />

104<br />

105<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

xxi


https://papuabarat.bps.go.id


ab<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

<strong>Potensi</strong> <strong>Ekonomi</strong><br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


https://papuabarat.bps.go.id


<strong>Potensi</strong> <strong>Ekonomi</strong><br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Dari <strong>Hasil</strong><br />

Pencacahan<br />

Lengkap SE<strong>2016</strong>,<br />

sebagian besar<br />

usaha/ perusahaan<br />

di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

memiliki skala usaha<br />

Mikro dan Kecil,<br />

yakni mencapai<br />

97,80 persen dari<br />

keseluruhan usaha/<br />

perusahaan yang<br />

menjadi cakupan<br />

SE<strong>2016</strong>.<br />

A. Sumber Daya Manusia yang Melimpah<br />

Dalam sebuah proses ekonomi, salah satu modal produksi yang<br />

penng adalah tenaga kerja. Tenaga kerja memiliki peran sebagai<br />

penggerak serta pengolah faktor produksi lain sehingga proses<br />

ekonomi bisa menghasilkan output atau hasil yang sesuai harapan.<br />

Tenaga kerja tentu dihasilkan dari Sumber Daya Manusia (SDM)<br />

yang dimiliki sebuah daerah. Berdasarkan <strong>Hasil</strong> Proyeksi Penduduk,<br />

hingga tahun <strong>2016</strong> Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> memiliki penduduk<br />

mencapai 893.362 orang. Jumlah penduduk Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

memiliki tren perkembangan jumlah penduduk yang cukup nggi.<br />

Laju pertumbuhan penduduk Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dalam 3 tahun<br />

terakhir diproyeksikan berkisar diantara 2,51 hingga 2,60 persen.<br />

Dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup nggi ini,<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Gambar 1.1<br />

Perkembangan Penduduk di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

Jumlah Penduduk (orang)<br />

Laju Pertumbuhan Penduduk<br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Proyeksi Jumlah Penduduk 2013‐<strong>2016</strong><br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

3


erdampak pada melimpahnya SDM yang tersedia. Hal ini secara dak langsung akan<br />

meningkatkan jumlah Tenaga Kerja yang dimiliki Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> juga.<br />

Konsep definisi tenaga kerja yang digunakan BPS adalah penduduk berusia 15 tahun<br />

ke atas (penduduk usia kerja) yang dimiliki suatu daerah. Tenaga kerja dapat dibedakan<br />

menjadi Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Penduduk yang termasuk dalam<br />

golongan Angkatan Kerja ialah penduduk usia 15 tahun ke atas yang akf secara ekonomi<br />

di suatu wilayah. Di sisi lain, penduduk yang digolongkan dalam kelompok Bukan<br />

Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dak akf secara ekonomi di<br />

suatu wilayah, seper penduduk yang mengurus rumah tangga, sekolah, dan lainnya.<br />

Kondisi ketenagakerjaan Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dalam masa 4 tahun terakhir tersajikan<br />

dalam Gambar 1.2. Jumlah Penduduk Usia Kerja Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> cenderung<br />

meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut juga diiringi oleh peningkatan<br />

Angkatan Kerja. Peningkatan Angkatan Kerja ini tercermin dari Tingkat Parsipasi<br />

Angkatan Kerja (TPAK) yang semula sebesar 66,41 persen di tahun 2013 menjadi 70,05<br />

persen di tahun <strong>2016</strong>. Kondisi Angkatan Kerja yang terus meningkat ini menunjukkan<br />

bahwa supply (ketersediaan) angkatan kerja yang siap untuk menjadi faktor produksi<br />

Gambar 1.2<br />

Perkembangan Penduduk Usia Kerja <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Tingkat Parsipasi Angkatan Kerja<br />

Tingkat Parsipasi Bukan Angkatan Kerja<br />

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2013‐<strong>2016</strong><br />

4<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


Gambar 1.3<br />

TPAK dan TKK <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> (Persen)<br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

Tingkat Parsipasi Angkatan Kerja<br />

(TPAK)<br />

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2013‐<strong>2016</strong><br />

Tingkat Kesempatan Kerja<br />

(TKK)<br />

dalam kegiatan perekonomian selalu bertambah dari tahun ke tahun.<br />

Melimpahnya supply Angkatan Kerja yang siap sedia akf dalam kegiatan ekonomi di<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dapat dikatakan terserap cukup baik. Penyerapan Angkatan Kerja ini<br />

ditunjukkan dari Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) yang berkisar di atas 90 persen paling<br />

dak selama 4 tahun terakhir. Nilai TKK pada tahun 2013 sebesar 95,38 persen<br />

merupakan TKK ternggi sepanjang periode 2013‐<strong>2016</strong>. TKK Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> sempat<br />

mengalami penurunan selama 2 tahun berturut‐turut tetapi sedikit meningkat kembali<br />

pada tahun <strong>2016</strong> mencapai 92,54 persen. Nilai tersebut dapat diarkan bahwa 92,54<br />

persen Angkatan Kerja di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> pada tahun <strong>2016</strong> memiliki status Bekerja.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Pengelolaan ketenagakerjaan suatu daerah harus memperhakan ngkat penyerapan<br />

Angkatan Kerja yang dicerminkan melalui TKK. Nilai TKK yang menjauhi 100 persen<br />

merupakan suatu indikasi bahwa lapangan kerja yang tersedia pada suatu daerah dak<br />

cukup menampung angkatan kerja yang dimiliki. Tidak terserapnya seluruh Angkatan<br />

Kerja untuk bekerja menunjukkan adanya faktor produksi yang belum termanfaatkan<br />

dalam kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah sebagai penyeimbang dan<br />

pengambil kebijakan harus memperhakan keseimbangan antara supply Angkatan Kerja<br />

dan lapangan kerja yang tersedia untuk menampung sehingga perekonomian daerah<br />

terjadi secara maksimal memanfaatkan seluruh faktor produksi yang tersedia .<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

5


B. Usaha Mikro Kecil Penopang Perekonomian<br />

Berdasarkan skalanya, usaha dalam perekonomian dapat diklasifikasikan menjadi<br />

Mikro, Kecil, Menengah, dan Besar. <strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong> menunjukkan<br />

bahwa lebih dari 97 persen usaha yang terdapat di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> adalah usaha<br />

dengan skala Mikro dan Kecil (UMK). Usaha Menengah hanya berkisar pada 2 persen saja,<br />

sementara Usaha Besar bahkan dak mencapai 1 persen. Dominasi UMK ini secara dak<br />

langsung menunjukkan bahwa perekonomian <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> memang ditopang oleh UMK.<br />

Tidak berbeda dengan komposisi Usaha yang terdapat di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>,<br />

sebagian besar tenaga kerja yang tercatat dalam Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong> juga<br />

terserap dalam usaha dengan skala Mikro dan Kecil (UMK). Tenaga kerja yang tercatat<br />

bekerja pada UMK mencapai 77,26 persen, sementara tenaga kerja pada Usaha<br />

Menengah sebesar 14,22 persen dan Usaha Besar mencapai 8,52 persen.<br />

Gambar 1.4<br />

Persentase Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, <strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Usaha<br />

Tenaga Kerja<br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE <strong>2016</strong><br />

Tidak bisa dipungkiri, secara umum UMK memang memiliki peranan yang cukup<br />

besar dalam perekonomian suatu daerah. Hal ini didukung oleh beberapa kelebihan yang<br />

dimiliki UMK dan dak pada kelompok usaha lain yang skalanya lebih besar. Kelebihan<br />

tersebut seper mampu menciptakan kesempatan kerja yang banyak; fleksibel dalam<br />

menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang dapat berubah dengan cepat; serta proses<br />

inovasi dan pengembangan produk yang dihasilkan dapat dilakukan dengan mudah.<br />

6<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


C. Penggerak Utama Perekonomian <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Di luar lapangan usaha Pertanian dan Administrasi Pemerintahan, usaha di Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> sebagian besar bergerak pada lapangan usaha Perdagangan Besar Dan<br />

Eceran; Reparasi Dan Perawatan Mobil Dan Sepeda Motor (G). Usaha yang termasuk<br />

pada lapangan usaha tersebut tercatat mencapai 54,27 persen atau lebih dari separuh<br />

usaha yang ada di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. Lapangan usaha lain yang turut mendominasi<br />

dari sisi jumlah usaha yang ada ialah Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan<br />

Minum (I) dan Pengangkutan dan Pergudangan (H). Kedua lapangan usaha tersebut<br />

secara berturut‐turut terdapat sebanyak 14,65 persen dan 8,97 persen.<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> sebagai sebuah provinsi yang masih terhitung baru berdiri<br />

memang masih belum mampu memenuhi kebutuhan domesk secara mandiri. Hal ini<br />

menyebabkan Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> cukup bergantung terhadap pemenuhan kebutuhan<br />

dari luar daerah. Kondisi ini ditengarai menjadi sebab usaha distribusi barang‐jasa<br />

Gambar 1.5<br />

Persentase Usaha Menurut<br />

Kategori Lapangan Usaha<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, <strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE <strong>2016</strong><br />

KETERANGAN KATEGORI:<br />

B,D,E ; Pertambangan, Energi,<br />

Pengelolaan Air dan Limbah<br />

C ; Industri Pengolahan<br />

F ; Konstruksi<br />

G ; Perdagangan Besar Dan<br />

Eceran; Reparasi Dan<br />

Perawatan Mobil Dan Sepeda<br />

Motor<br />

H ; Pengangkutan dan<br />

Pergudangan<br />

I ; Penyediaan Akomodasi Dan<br />

Penyediaan Makan Minum<br />

J ; Informasi Dan Komunikasi<br />

K ; Akvitas Keuangan Dan<br />

Asuransi<br />

L ; Real Estat<br />

M,N ; Jasa Perusahaan<br />

P ; Pendidikan<br />

Q ; Akvitas Kesehatan Manusia<br />

Dan Akvitas Sosial<br />

R,S,U ; Jasa Lainnya<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

7


Gambar 1.6<br />

Persentase Tenaga Kerja Menurut<br />

Kategori Lapangan Usaha<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, <strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE <strong>2016</strong><br />

memiliki peluang yang sangat<br />

baik sehingga banyak digelu.<br />

Seiring dengan dominasinya<br />

dari sisi jumlah usaha,<br />

penyerapan tenaga kerja pada<br />

lapangan usaha Perdagangan<br />

Besar Dan Eceran; Reparasi Dan<br />

Perawatan Mobil Dan Sepeda<br />

Motor (G) juga memegang<br />

peranan yang terbesar. Sekitar 33<br />

persen tenaga kerja yang ada di<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> bekerja<br />

pada lapangan usaha ini. Hal ini<br />

dapat dikatakan wajar, sebab<br />

seiring banyaknya jumlah usaha<br />

yang ada pada lapangan<br />

Perdagangan Besar Dan Eceran;<br />

Reparasi Dan Perawatan Mobil<br />

Dan Sepeda Motor tentu akan<br />

membutuhkan banyak tenaga<br />

kerja sebagai faktor produksinya.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja terbanyak berikutnya adalah Konstruksi<br />

(F). Sekitar 15 persen tenaga kerja yang tercatat pada <strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> bekerja pada lapangan usaha Konstruksi. Jumlah usaha Konstruksi<br />

relaf lebih kecil dibandingkan lapangan usaha lain, tetapi ternyata lapangan usaha ini<br />

mampu menyerap tenaga kerja dengan sangat baik. Kondisi ini mengindikasikan bahwa<br />

lapangan usaha Konstruksi adalah lapangan usaha yang cenderung memiliki sifat padat<br />

karya. Dengan kata lain, secara khusus di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> usaha tersebut<br />

membutuhkan faktor produksi berupa tenaga kerja yang cukup banyak.<br />

Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum (I) juga menjadi penyerap<br />

tenaga kerja yang cukup besar di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. Tercatat 11,49 persen pekerja<br />

yang ada di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> berada di lapangan usaha Penyediaan Akomodasi Dan<br />

Penyediaan Makan Minum. Banyaknya jumlah usaha pada kategori ini diduga mendorong<br />

penyerapan tenaga kerja yang besar.<br />

8<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


Gambar 1.7<br />

Distribusi PDRB Menurut<br />

Kategori Lapangan Usaha Tanpa Kategori A dan O<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, <strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Sumber : BPS, PDRB menurut Lapangan Usaha, <strong>2016</strong><br />

Bila dilihat dari PDRB yang<br />

dihasilkan, lapangan usaha<br />

Industri Pengolahan (C)<br />

menghasilkan PDRB terbesar<br />

dibandingkan lapangan usaha<br />

lainnya. Konstribusi Industri<br />

Pengolahan terhadap PDRB<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> tanpa<br />

Kategori A dan O pada tahun<br />

<strong>2016</strong> mencapai 33,61 persen.<br />

Pilar ekonomi selanjutnya di<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dipegang<br />

oleh Pertambangan, Energi,<br />

Pengelolaan Air dan Limbah<br />

(B,D,E). Persentase nilai tambah<br />

lapangan usaha ini terhadap<br />

pembentukan PDRB Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> tanpa Kategori A<br />

dan O pada tahun <strong>2016</strong><br />

mencapai 24,54 persen.<br />

Sementara itu, lapangan usaha Konstruksi turut berkontribusi cukup besar terhadap<br />

PDRB Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> tanpa Kategori A dan O pada tahun <strong>2016</strong>, yakni sekitar 18<br />

persen.<br />

Fakta menarik terlihat jika persentase usaha dan tenaga kerja lapangan usaha yang<br />

ada disandingkan dengan nilai tambah yang dihasilkan masing‐masing lapangan usaha<br />

tersebut. Meskipun Perdagangan Besar Dan Eceran; Reparasi Dan Perawatan Mobil Dan<br />

Sepeda Motor (G) memiliki jumlah usaha sekaligus menyerap tenaga kerja terbanyak<br />

diantara lapangan usaha lain, ternyata dak serta merta menghasilkan PDRB yang<br />

terbesar pula. Adapun Industri Pengolahan sebagai pilar utama perekonomian Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> menghasilkan PDRB yang sangat besar karena didorong oleh nilai tambah<br />

yang sangat besar yang dihasilkan Industri Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

9


https://papuabarat.bps.go.id


ab<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Tantangan<br />

Perekonomian<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


https://papuabarat.bps.go.id


Tantangan<br />

Perekonomian<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Perekonomian<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

sangat bergantung<br />

pada komoditas<br />

migas. Hal ini<br />

tercermin dari<br />

kontribusi<br />

komoditas migas<br />

terhadap<br />

pembentukan PDRB<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

yang mencapai 40<br />

hingga 50 persen<br />

dalam kurun waktu<br />

2013‐<strong>2016</strong>.<br />

A. Kualitas Sumber Daya Manusia yang Masih Rendah<br />

Sebagai salah satu faktor produksi dalam kegiatan ekonomi,<br />

tenaga kerja idealnya memiliki kualitas yang baik sehingga dapat<br />

melakukan kegiatan produksi secara maksimal. Kualitas yang dimiliki<br />

seorang tenaga kerja tentunya dak terlepas dari pendidikan<br />

ataupun pelahan‐pelahan tertentu yang pernah diiku tenaga<br />

kerja tersebut.<br />

Dari hasil Sakernas Agustus tahun 2013‐<strong>2016</strong>, bila ngkat<br />

pendidikan dibedakan menjadi 5 ngkatan, antara lain Tidak Pernah<br />

Sekolah Atau Belum Tamat SD, SD, SLTP, SLTA, dan Pendidikan<br />

Gambar 2.1<br />

Penduduk Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan<br />

di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, 2013‐<strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2013‐<strong>2016</strong><br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

13


Tinggi, maka terlihat bahwa selama periode tersebut penduduk bekerja di Provinsi <strong>Papua</strong><br />

<strong>Barat</strong> masih didominasi oleh penduduk bekerja tamatan sengkat SLTA. Sepanjang 2013‐<br />

<strong>2016</strong>, penduduk bekerja yang merupakan tamatan sengkat SLTA berkisar antara 28<br />

hingga 31 persen dari seluruh penduduk bekerja di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

Penduduk bekerja di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> juga didominasi oleh penduduk bekerja<br />

yang merupakan tamatan sengkat SD, yakni sekitar 19 hingga 22 persen dari<br />

keseluruhan penduduk bekerja di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. Sejak tahun 2014 persentase<br />

penduduk bekerja dari kelompok ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada<br />

tahun <strong>2016</strong>, hingga 21,63 persen penduduk bekerja merupakan tamatan sengkat SD.<br />

Nilai ini merupakan persentase ternggi dalam periode 4 tahun terakhir.<br />

Pendidikan dasar di Indonesia telah ditetapkan menjadi 12 tahun, dengan kata lain<br />

sengkat tamatan SLTA. Dari Gambar 2.1, terlihat bahwa penduduk bekerja di Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> masih didominasi oleh tamatan pendidikan di bawah sengkat SLTA.<br />

Dominasi ini ditunjukkan dari persentase penduduk bekerja yang merupakan tamatan<br />

pendidikan di bawah sengkat SLTA yang mencapai lebih dari 50 persen, atau lebih dari<br />

separuh penduduk bekerja secara keseluruhan. Perkembangan penduduk bekerja yang<br />

merupakan tamatan pendidikan di bawah sengkat SLTA memang memiliki<br />

kecenderungan untuk menurun dari tahun ke tahun. Hal ini tentu bermakna posif<br />

terhadap karakterisk penduduk bekerja Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, sebab mencerminkan<br />

adanya peningkatan kualitas SDM yang menjadi tenaga kerja dalam perekonomian<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Meskipun kondisi ketenagakerjaan Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> memang menunjukkan<br />

perbaikan dari segi pendidikan yang dienyam penduduk bekerjanya, tetapi upaya<br />

perbaikan kualitas SDM masih tetap menjadi tugas bagi pemerintah selaku pengambil<br />

kebijakan. Dengan isu globalisasi yang kian mencuat dalam beberapa tahun terakhir,<br />

menjadi tantangan yang harus dihadapi, terutama dalam hal persaingan tenaga kerja<br />

yang semakin bebas direkrut dari luar daerah bahkan luar Indonesia. Peningkatan kualitas<br />

SDM dari segi pendidikan harus lebih digenjot lagi sehingga tenaga kerja dari Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> juga mumpuni berperan dalam perekonomian daerah. Dengan SDM yang<br />

berkualitas maka perekonomian Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> bisa dikembangkan secara<br />

maksimal sekaligus memberi manfaat nyata pada penduduknya secara ekonomis.<br />

14<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


B. Ketergantungan <strong>Ekonomi</strong> <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Terhadap Komoditas Migas<br />

Kondisi perekonomian suatu daerah dapat digambarkan melalu PDRB daerah<br />

tersebut. PDRB mencerminkan nilai tambah yang dihasilkan di dalam sebuah daerah dari<br />

segala kegiatan ekonomi yang terjadi pada daerah tersebut. Oleh karena itu, melalui<br />

PDRB dapat diketahui bagaimana struktur ekonomi suatu daerah atau lapangan usaha<br />

yang menjadi andalan dalam perekonomian daerah tersebut.<br />

Komoditas Migas merupakan salah satu komoditas pendorong yang melejitkan PDRB<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> memiliki 2 jenis komoditas migas yang dihasilkan, yakni<br />

dalam bentuk pertambangan migas serta industri pengolahan migas. Nilai tambah yang<br />

dihasilkan dari 2 komoditas tersebut sangatlah besar. Bila dilihat peranannya dalam<br />

Gambar 2.2<br />

Kontribusi Komoditas Migas Terhadap<br />

PDRB <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Sumber : BPS, PDRB Menurut Lapangan Usaha 2013‐<strong>2016</strong><br />

pembentukan PDRB Provinsi <strong>Papua</strong><br />

<strong>Barat</strong>, nilai tambah yang dihasilkan<br />

komoditas migas mencapai hampir<br />

separuh PDRB Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

secara keseluruhan.<br />

Gambar 2.2 mengilustrasikan<br />

perkembangan kontribusi komoditas<br />

migas terhadap PDRB Provinsi <strong>Papua</strong><br />

<strong>Barat</strong>. Terlihat bahwa peranan<br />

komoditas tersebut selama 4 tahun<br />

terakhir berkisar antara 41 hingga 50<br />

persen. Perkembangan peranan<br />

komoditas migas terhadap PDRB Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> secara kasat mata terlihat memiliki<br />

kecenderungan untuk menurun dari tahun ke tahun.<br />

Komoditas migas memang menjadi dongkrak bagi PDRB Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

sehingga memiliki nilai yang cukup nggi. Meskipun demikian, nilai tambah yang sangat<br />

nggi dari komoditas tersebut hanya dapat dirasakan oleh segelinr kelompok saja,<br />

yakni kelompok tenaga kerja yang bersentuhan langsung dalam usaha migas tersebut.<br />

Padahal, sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya, berdasarkan <strong>Hasil</strong><br />

Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong> lebih dari separuh tenaga kerja di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

terserap di lapangan usaha Perdagangan Besar Dan Eceran; Reparasi Dan Perawatan<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

15


Mobil Dan Sepeda Motor (G), Konstruksi (F), dan Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan<br />

Makan Minum (I). Dengan kata lain, perekonomian Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> yang cukup<br />

besar nilainya seakan‐akan menjadi “semu” karena sebagian besar PDRB yang dihasilkan<br />

justru hanya “dinikma” oleh segelinr kelompok saja.<br />

Tidak hanya itu, komoditas migas yang dihasilkan dalam perekonomian Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> sangat mengandalkan Sumber Daya Alam (SDA) yang sulit diperbaharui.<br />

Dengan demikian, seiring habisnya SDA yang dapat dieksploitasi untuk menghasilkan<br />

komoditas migas, maka akan runtuh pula perekonomian Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

Perkembangan kontribusi komoditas migas yang cenderung menurun dapat<br />

dimaknai sebagai suatu hal posif karena secara dak langsung mencerminkan bahwa<br />

secara berangsur‐angsur Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> mulai melepaskan ketergantungan<br />

perekonomiannya terhadap komoditas migas. Sebaliknya, lapangan‐lapangan usaha lain<br />

mulai beranjak menguat dalam membangun perekonomian Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

Pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mencerma kondisi perekonomian<br />

ini. Upaya‐upaya untuk menguatkan lapangan usaha lain di luar komoditas migas perlu<br />

diterapkan. Perekonomian Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dapat lebih berkembang bila<br />

mengandalkan usaha yang sifatnya lebih mengandalkan pemanfaatan SDA yang dapat<br />

diperbaharui serta inovasi dan keterampilan.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

16<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


https://papuabarat.bps.go.id


https://papuabarat.bps.go.id


ab<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Pengembangan<br />

<strong>Potensi</strong> <strong>Ekonomi</strong><br />

Lokal Untuk<br />

Pemerataan<br />

Pembangunan


https://papuabarat.bps.go.id


Pengembangan <strong>Potensi</strong><br />

<strong>Ekonomi</strong> Lokal Untuk<br />

Pemerataan Pembangunan<br />

Terdapat 7 (tujuh)<br />

lapangan usaha di<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

yang memiliki<br />

keunggulan<br />

komparaf dari sisi<br />

penyerapan tenaga<br />

kerja bila<br />

dibandingkan<br />

dengan wilayah<br />

Maluku dan <strong>Papua</strong>.<br />

Kategori tersebut<br />

antara lain:<br />

Konstruksi (F); Jasa<br />

Lainnya (R,S,U);<br />

Akvitas Keuangan<br />

dan Asuransi (K);<br />

Penyediaan<br />

Akomodasi dan<br />

Penyediaan Makan<br />

Minum (I); Real<br />

Estat (L); Akvitas<br />

Kesehatan Manusia<br />

dan Akvitas Sosial<br />

(Q); dan Jasa<br />

Perusahaan (M,N).<br />

A. Opmalisasi Sektor <strong>Potensi</strong>al untuk Pemerataan<br />

Pembangunan<br />

Kempangan pembangunan, khususnya pembangunan<br />

ekonomi, merupakan sebuah permasalahan yang seakan dak habis<br />

terpecahkan. Ada begitu banyak penyebab kempangan terjadi<br />

pada suatu daerah. Kempangan pembangunan bisa terjadi akibat<br />

perbedaan infrastruktur yang ada hingga perbedaan sumber daya<br />

yang dimiliki suatu daerah. Untuk mengurangi ngkat kempangan<br />

pembangunan ekonomi ini, satu‐satunya jalan yang harus ditempuh<br />

ialah dengan menggenjot pembangunan ekonomi di daerah yang<br />

relaf masih ternggal.<br />

Pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan serangkaian<br />

proses yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kondisi<br />

perekonomian daerah tersebut. Seap daerah memiliki sumber<br />

daya serta kondisi alam dan infrastruktur yang berbeda satu sama<br />

lainnya. Perbedaan kondisi seap daerah tentunya akan berdampak<br />

pada perbedaan potensi ekonomi yang dimilikinya. Penerapan<br />

kebijakan ekonomi di suatu daerah belum tentu akan membawa<br />

hasil yang baik bila diterapkan di daerah lainnya. Oleh karena itu,<br />

potensi ekonomi daerah harus diidenfikasi sejak awal sehinga<br />

kebijakan perekonomian yang diambil dapat fokus untuk<br />

mengembangkan potensi‐potensi ekonomi unggulan tersebut dan<br />

secara dak langsung akan mendongkrak perekonomian daerah.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Idenfikasi potensi ekonomi yang dimiliki sebuah daerah tentu<br />

dak bisa dilakukan tanpa dasar ilmiah. <strong>Analisis</strong> ekonomi yang<br />

bersifat kewilayahan merupakan suatu metode analisis yang dapat<br />

dilakukan untuk mengetahui potensi suatu sektor ekonomi suatu<br />

daerah dibandingkan dengan potensi sektor tersebut pada suatu<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

21


daerah referensi. <strong>Hasil</strong> analisis tersebut dapat menunjukkan sektor‐sektor ekonomi apa<br />

saja yang memiliki perkembangan dan kondisi lebih baik bila dibandingkan dengan<br />

sektor ekonomi yang sama pada daerah referensi. Hal ini berar analisis ekonomi yang<br />

bersifat kewilayahan dapat mengungkapkan sektor ekonomi apa saja yang memiliki<br />

keunggulan komparaf. Dengan demikian, sektor ekonomi potensial tersebut dapat<br />

lebih dikembangkan secara intensif sehingga dapat membantu mendongkrak<br />

perekonomian daerah.<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> sebagai salah satu provinsi yang berada di Kawasan Timur<br />

Indonesia (KTI) termasuk wilayah yang dapat dikatakan memiliki ngkat pembangunan<br />

yang relaf ternggal dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia. Kempangan<br />

pembangunan dibandingkan wilayah lain di Indonesia dapat terlihat dari berbagai sisi,<br />

mulai dari ketersediaan supply untuk pemenuhan kebutuhan barang‐jasa daerah, pilihan<br />

transportasi, hingga perbedaan ngkat harga.<br />

Tidak hanya pada level nasional, bahkan dalam lingkup wilayah KTI sendiri<br />

kempangan pembangunan ekonomi juga terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa berada<br />

dalam suatu rumpun wilayah yang sama dan berdekatan dak serta merta meniadakan<br />

kempangan pembangunan. Gambar 3.1 menunjukkan perkembangan kontribusi PDRB<br />

menurut Provinsi di Wilayah Maluku dan <strong>Papua</strong>. Dari gambar tersebut, terlihat bahwa<br />

Gambar 3.1<br />

Kontribusi PDRB Menurut Provinsi di<br />

Wilayah Maluku dan <strong>Papua</strong>, 2013‐<strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Sumber : BPS, PDRB Menurut Lapangan Usaha 2013‐<strong>2016</strong><br />

22<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


Provinsi <strong>Papua</strong> memiliki porsi yang sangat besar terhadap PDRB wilayah Maluku dan<br />

<strong>Papua</strong> secara keseluruhan, yakni lebih dari 50 persen. Nilai PDRB yang sangat besar ini<br />

ditengarai dihasilkan oleh lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian, di mana<br />

terdapat tambang emas skala besar di Provinsi <strong>Papua</strong>, yakni PT Freeport. Berbanding<br />

terbalik, Provinsi Maluku Utara berkontribusi paling kecil, yang bahkan dak mencapai<br />

10 persen terhadap total PDRB Maluku dan <strong>Papua</strong> secara keseluruhan.<br />

Dalam publikasi ini, sektor ekonomi yang potensial di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> akan<br />

diidenfikasi dengan mengambil wilayah referensi yang masih termasuk dalam satu<br />

rumpun KTI, yakni wilayah Maluku dan <strong>Papua</strong>. Wilayah yang dimaksud mencakup 4<br />

provinsi, antara lain Provinsi: Maluku, Maluku Utara, <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, dan <strong>Papua</strong>.<br />

B. <strong>Potensi</strong> <strong>Ekonomi</strong> Regional<br />

Penentuan potensi ekonomi yang dimiliki suatu daerah tentu dak dapat dilakukan<br />

tanpa dasar. Adapun dalam publikasi ini akan diidenfikasi kategori atau lapangan usaha<br />

yang potensial di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan menggunakan 4 (empat) alat analisis, yakni<br />

<strong>Analisis</strong> Locaon Quoent (LQ); <strong>Analisis</strong> Model Rasio Pertumbuhan (MRP); <strong>Analisis</strong> Shi<br />

Share; dan <strong>Analisis</strong> Tipologi Klassen. <strong>Hasil</strong> dari 4 alat analisis tersebut kemudian akan<br />

disandingkan (overlay) sehingga dapat menunjukkan lapangan usaha apa yang potensial<br />

di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

I. <strong>Analisis</strong> Locaon Quoent (LQ)<br />

<strong>Analisis</strong> Locaon Quoent digunakan untuk menunjukkan besar kecilnya<br />

peranan kategori perekonomian suatu wilayah dengan membandingkan kategori<br />

yang sama pada wilayah yang lebih besar. Metode ini digunakan untuk<br />

mengidenfikasi kategori ekonomi unggulan yang dapat dikembangkan pada<br />

suatu wilayah. Selain itu, analisis ini juga dipergunakan untuk mengidenfikasi<br />

keunggulan komparaf (comparave advantage) suatu wilayah.<br />

Rumus LQ yang digunakan dalam publikasi ini adalah sebagai berikut:<br />

Keterangan:<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

S ij : Tenaga Kerja pada kategori i pada wilayah analisis j.<br />

S j : Tenaga Kerja pada wilayah analisis j.<br />

S in : Tenaga Kerja pada sektor i di wilayah referensi.<br />

: Tenaga Kerja di wilayah referensi.<br />

S n<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

23


Nilai penghitungan <strong>Analisis</strong> LQ dapat diinterpretasikan sebagai berikut:<br />

<br />

Jika nilai LQ > 1, berar kategori tersebut merupakan kategori unggulan<br />

dalam menyerap tenaga kerja dibandingkan dengan kategori yang sama<br />

di wilayah Maluku dan <strong>Papua</strong>.<br />

<br />

Jika nilai LQ < 1, berar kategori tersebut bukan merupakan kategori<br />

unggulan karena penyerapan tenaga kerjanya lebih rendah dibandingkan<br />

dengan penyerapan tenaga kerja dari kategori yang sama di wilayah<br />

Maluku dan <strong>Papua</strong>.<br />

Kesimpulan yang dapat ditarik bahwa bila nilai LQ > 1, kategori tersebut<br />

merupakan kategori unggulan atau memiliki keunggulan komparaf di wilayah<br />

Maluku dan <strong>Papua</strong>. Dengan kata lain, kategori tersebut potensial untuk<br />

dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Sebaliknya, bila suatu<br />

kategori memiliki nilai LQ < 1, berar kategori tersebut bukan merupakan<br />

kategori unggulan di daerah dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai<br />

penggerak perekonomian daerah.<br />

Adapun hasil olah analisis LQ dengan wilayah referensi Maluku dan <strong>Papua</strong><br />

tersajikan dalam Gambar 3.2.<br />

Gambar 3.2<br />

<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Locaon Quoent (LQ) <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan<br />

Wilayah Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong>, <strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Keterangan :<br />

LQ > 1<br />

LQ < 1<br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

24<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> LQ yang dilakukan menunjukkan bahwa Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

memiliki 7 (tujuh) kategori yang memiliki keunggulan komparaf di wilayah<br />

Maluku dan <strong>Papua</strong>. Kategori tersebut antara lain: Konstruksi (F); Jasa Lainnya<br />

(R,S,U); Akvitas Keuangan dan Asuransi (K); Penyediaan Akomodasi dan<br />

Penyediaan Makan Minum (I); Real Estat (L); Akvitas Kesehatan Manusia dan<br />

Akvitas Sosial (Q); dan Jasa Perusahaan (M,N).<br />

II. <strong>Analisis</strong> Model Rasio Pertumbuhan (MRP)<br />

Selain alat analisis LQ, alat analisis lain dirasakan penng dipergunakan untuk<br />

mengidenfikasi kategori ekonomi potensial suatu daerah. Hal ini mengacu<br />

kepada rekomendasi Yusuf (1999), yang menganjurkan untuk menggunakan lebih<br />

dari satu alat analisis dalam mengidenfikasi kategori ekonomi potensial di suatu<br />

wilayah. <strong>Analisis</strong> berikut yang digunaan untuk mengidenfikasi kategori ekonomi<br />

yang potensial adalah analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP). Metode<br />

idenfikasi dari analisis ini ialah berdasarkan kriteria pertumbuhan PDRB.<br />

Tujuan analisis MRP adalah untuk mengidenfikasi sektor‐sektor ekonomi<br />

potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan PDRB (compeve advantage).<br />

Rumus yang digunakan dalam penghitungan analisis MRP adalah:<br />

<strong>Analisis</strong> MRP akan menyandingkan<br />

RP ip dan RP in suatu kategori lapangan<br />

usaha. Penyandingan nilai RPip dan<br />

RPin tersebut ditampilkan dalam<br />

kuadran‐kuadran.<br />

Adapun interpretasi yang dapat<br />

diambil dari hasil analisis MRP adalah<br />

sebagai berikut:<br />

Keterangan:<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

y ipt<br />

= PDRB kategori i wilayah analisis p<br />

tahun <strong>2016</strong><br />

y ip0<br />

= PDRB kategori i wilayah analisis p<br />

tahun 2010<br />

y pt<br />

= PDRB total wilayah analisis p tahun<br />

<strong>2016</strong><br />

y p0<br />

= PDRB total wilayah analisis p tahun<br />

2010<br />

y int<br />

= PDRB kategori i wilayah referensi<br />

tahun <strong>2016</strong><br />

y in0<br />

= PDRB kategori i wilayah referensi<br />

tahun 2010<br />

y nt<br />

= PDRB wilayah referensi tahun <strong>2016</strong><br />

y n0<br />

= PDRB wilayah referensi tahun 2010<br />

RPip = Rasio Pertumbuhan kategori I<br />

wilayah analisis p<br />

RPin = Rasio Pertumbuhan kategori I<br />

wilayah referensi n<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

25


Jika nilai RP ip > 1 dan RP in >1 maka pertumbuhan sektor i di wilayah<br />

analisis dan wilayah referensi sama‐sama nggi, sektor tersebut<br />

merupakan potensi baik di ngkat regional maupun global (di level<br />

wilayah referensinya)<br />

<br />

<br />

<br />

Jika nilai RP ip > 1 dan RP in < 1 maka pertumbuhan sektor i di wilayah<br />

analisis lebih nggi dari wilayah referensi, sektor tersebut merupakan<br />

potensi di ngkat regional namun secara global dak berpotensi<br />

Jika nilai RP ip < 1 dan RP in > 1 maka pertumbuhan sektor i di wilayah<br />

analisis lebih rendah dari wilayah referensi, sektor tersebut merupakan<br />

potensi di ngkat global namun secara regional dak berpotensi<br />

Jika nilai RP ip < 1 dan RP in < 1 maka pertumbuhan sektor i di wilayah<br />

analisis dan wilayah referensi sama‐sama rendah, sektor tersebut dak<br />

berpotensi baik di ngkat regional maupun global (wilayah referensi)<br />

Adapun hasil olah analisis MRP dengan wilayah referensi Maluku dan <strong>Papua</strong><br />

tersajikan dalam Gambar 3.3.<br />

Gambar 3.3<br />

<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Model Rasio Pertumbuhan (MRP) <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan<br />

Wilayah Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong>, <strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah PDRB menurut Lapangan Usaha <strong>2016</strong><br />

26<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> MRP yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat 9 (sembilan)<br />

kategori lapangan usaha yang memiliki nilai RPp > 1 dan Rpn >1. Dengan kata<br />

lain, terdapat 9 kategori lapangan usaha yang memiliki unggul dari sisi<br />

pertumbuhan ekonominya, baik di level Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> maupun level<br />

wilayah Maluku dan <strong>Papua</strong>. Kategori tersebut antara lain: Konstruksi (F); Akvitas<br />

Keuangan dan Asuransi (K); Transportasi dan Pergudangan (H); Informasi dan<br />

Komunikasi (J); Real Estat (L); Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan<br />

Perawatan Mobil dan Sepeda Motor (G); Jasa Pendidikan (P); Akvitas Kesehatan<br />

Manusia dan Akvitas Sosial (Q); dan Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan<br />

Makan Minum (I).<br />

Selain itu, terdapat 2 (dua) kategori lapangan usaha dengan nilai RPp > 1,<br />

tetapi RPn < 1 yakni Jasa Lainnya (R,S,U); dan Jasa Perusahaan (M,N). Dari hasil<br />

ini, kedua kategori tersebut diindikasikan memiliki keunggulan komparaf di level<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, tetapi dak secara global di level wilayah Maluku dan<br />

<strong>Papua</strong>. Sebaliknya, Industri Pengolahan (C) memiliki nilai RPp < 1, tetapi RPn > 1.<br />

<strong>Hasil</strong> ini menunjukkan Industri Pengolahan merupakan lapangan usaha unggulan<br />

di level Maluku dan <strong>Papua</strong>, hanya saja dak memiliki keunggulan komparaf di<br />

level <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

Terdapat 1 (satu) kategori lapangan usaha yang dak memiliki keunggulan<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

komparaf, baik khusus di level <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> maupun di level wilayah Maluku<br />

dan <strong>Papua</strong>. Lapangan usaha tersebut adalah Pertambangan, Energi, Pengelolaan<br />

Air dan Limbah (B,D,E). Hal ini ditandai oleh nilai RPp maupun RPn yang kurang<br />

dari 1.<br />

III. <strong>Analisis</strong> Shi Share (SS)<br />

Shi Share merupakan salah satu teknik kuantaf untuk menganalisis<br />

perubahan struktur ekonomi suatu wilayah terhadap struktur ekonomi wilayah<br />

administraf yang lebih luas sebagai referensi. Dalam analisis Shi Share terdapat<br />

ga macam rasio pertumbuhan, yaitu :<br />

<br />

Regional Share (RS) merupakan komponen share pertumbuhan ekonomi<br />

daerah yang disebabkan oleh faktor eksternal. RS dapat mengindikasikan<br />

adanya peningkatan kegiatan ekonomi suatu daerah akibat kondisi<br />

perekonomian global yang terjadi.<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

27


Proporonal Shi (PS) komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang<br />

disebabkan oleh struktur ekonomi daerah tersebut yang baik, dengan<br />

berspesialisasi pada sektor yang pertumbuhannya cepat.<br />

<br />

<br />

Differenal Shi (DS) merupakan komponen pertumbuhan ekonomi daerah<br />

karena kondisi spesifik daerah yang kompef. Unsur pertumbuhan ini<br />

merupakan keunggulan kompef daerah yang dapat mendorong<br />

pertumbuhan ekspor daerah.<br />

Shi Share (SS) merupakan penjumlahan dari Regional Share dengan<br />

Proporonal Share dan Differenal Share .<br />

Rumus yang digunakan adalah:<br />

Keterangan :<br />

D ij = Shi Share wilayah analisis<br />

kategori ke‐i<br />

N ij = Regional Share wilayah analisis<br />

kategori ke‐i<br />

M ij = Proporonal Shi wilayah analisis<br />

kategori ke‐i<br />

C ij = Differenal Shi wilayah analisis<br />

kategori ke‐i<br />

E ij = PDRB wilayah analisis sektor ke‐i<br />

tahun 2010.<br />

r n = Pertumbuhan Total PDRB wilayah<br />

referensi <strong>2016</strong> thd Total PDRB<br />

wilayah referensi 2010<br />

r in = Pertumbuhan PDRB wilayah<br />

referensi sektor ke‐i tahun <strong>2016</strong><br />

thd PDRB wilayah referensi sektor<br />

ke‐i tahun 2010<br />

r ij = Pertumbuhan PDRB wilayah<br />

analisis sektor ke‐i tahun <strong>2016</strong> thd<br />

PDRB wilayah analisis sektor ke‐i<br />

tahun 2010<br />

D ij = N ij + M ij +C ij<br />

di mana;<br />

N ij = E ij * r n<br />

M ij = E ij (r in ‐ r n )<br />

C ij = E ij (r ij ‐ r in )<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Penentuan kategori lapangan<br />

usaha yang potensial di suatu daerah<br />

menggunakan <strong>Analisis</strong> Shi Share<br />

(SS) dilakukan dengan cara<br />

memperhakan nilai Proporonal<br />

Shi (M ij ) dan nilai Differenal Shi<br />

(C ij ) dari seap kategori lapangan<br />

usaha yang ada.<br />

<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Shi Share dapat diinterpretasikan sebagai berikut:<br />

<br />

<br />

Jika M ij > 0 tumbuh lebih cepat dari sektor yang sama di daerah lain /daerah<br />

referensi (secara umum)<br />

Jika C ij > 0 tumbuh lebih cepat dari sektor yang lain di daerah analisis (daya<br />

saing yang nggi dibanding sektor lain)<br />

28<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


Jika M ij > 0 dan C ij > 0, arnya wilayah/sektor dengan pertumbuhan sangat<br />

pesat<br />

Jika M ij < 0 dan C ij > 0, arnya wilayah/sektor dengan pertumbuhan<br />

terhambat tetapi berkembang<br />

Jika M ij > 0 dan C ij < 0, arnya wilayah/sektor dengan pertumbuhan<br />

terhambat namun masih berpotensi<br />

Jika M ij < 0 dan C ij < 0, arnya wilayah/sektor dengan daya saing rendah dan<br />

peranan terhadap wilayah juga rendah<br />

Adapun hasil <strong>Analisis</strong> Shi Share di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan wilayah<br />

referensi Maluku dan <strong>Papua</strong> tersaji dalam Tabel 3.1.<br />

Tabel 3.1<br />

<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Shi Share (SS) <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan<br />

Wilayah Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong>, <strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah PDRB menurut Lapangan Usaha <strong>2016</strong><br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

29


Terlihat dari Tabel 3.1, terdapat 4 (empat) kategori lapangan usaha yang<br />

memiliki M ij dan C ij yang bernilai posif atau M ij > 0 dan C ij > 0. <strong>Hasil</strong> ini<br />

mengindikasikan bahwa 4 kategori tersebut merupakan kategori dengan<br />

pertumbuhan sangat pesat. Dengan demikian, berdasarkan <strong>Analisis</strong> Shi Share<br />

(SS), terdapat 4 kategori yang memiliki potensi untuk dikembangkan di Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. Adapun keempat kategori tersebut diantaranya adalah Konstruksi<br />

(F); Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum (I); Informasi dan<br />

Komunikasi (J); dan Real Estat (L).<br />

IV. <strong>Analisis</strong> Tipologi Klassen<br />

Tipologi Klassen mendasarkan pengelompokkan suatu sektor, subsektor,<br />

usaha atau komodi daerah dengan cara membandingkan pertumbuhan<br />

ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah (atau nasional) yang<br />

menjadi acuan dan membandingkan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau<br />

komodi suatu daerah dengan nilai rata‐ratanya di ngkat yang lebih nggi<br />

(daerah acuan atau nasional). <strong>Hasil</strong> analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan<br />

posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komodi<br />

pembentuk variabel regional suatu daerah. Tipologi Klassen dengan pendekatan<br />

sektoral (yang dapat diperluas dak hanya di ngkat sektor tetapi juga subsektor,<br />

usaha ataupun komodi) menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan<br />

karakterisk yang berbeda sebagai berikut:<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

<br />

<br />

Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini<br />

merupakan kuadran sektor dengan laju pertumbuhan PDRB (G i ) yang lebih<br />

besar dibandingkan pertumbuhan daerah yang menjadi acuan (G) dan<br />

memiliki kontribusi terhadap PDRB (S i ) yang lebih besar dibandingkan<br />

kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan (S).<br />

Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan G i lebih besar dari G dan S i lebih<br />

besar dari S. Sektor dalam kuadran I dapat pula diarkan sebagai sektor yang<br />

potensial karena memiliki kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa<br />

yang lebih besar daripada daerah yang menjadi acuan.<br />

Sektor maju tapi tertekan (Kuadran II). Sektor yang berada pada kuadran ini<br />

memiliki nilai pertumbuhan PDRB (G i ) yang lebih rendah dibandingkan<br />

pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (G),<br />

tetapi memiliki kontribusi terhadap PDRB daerah (Si) yang lebih besar<br />

30<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


dibandingkan kontribusi nilai sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang<br />

menjadi acuan atau secara nasional (S). Klasifikasi ini biasa dilambangkan<br />

dengan G i lebih kecil dari G dan S i lebih besar dari S. Sektor dalam kategori ini<br />

juga dapat dikatakan sebagai sektoryang telah jenuh.<br />

<br />

<br />

Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III).<br />

Kuadran ini merupakan kuadran untuk sektor yang memiliki nilai<br />

pertumbuhan PDRB (G i ) yang lebih nggi dari pertumbuhan PDRB daerah<br />

yang menjadi acuan atau secara nasional (G), tetapi kontribusi sektor<br />

tersebut terhadap PDRB (S i ) lebih kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor<br />

tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (S).<br />

Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan G i lebih besar dari G dan S i lebih<br />

kecil dari S. Sektor dalam Kuadran III dapat diarkan sebagai sektor yang<br />

sedang booming. Meskipun pangsa pasar daerahnya relaf lebih kecil<br />

dibandingkan rata‐rata nasional.<br />

Sektor relaf terngggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempa oleh sektor yang<br />

memiliki nilai pertumbuhan PDRB (G i ) yang lebih rendah dibandingkan<br />

pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (G) dan<br />

sekaligus memiliki kontribusi tersebut terhadap PDRB (S i ) yang lebih kecil<br />

dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

menjadi acuan atau secara nasional (S).<br />

Keterangan:<br />

G i : Pertumbuhan sektor i di wilayah analisis<br />

G : Pertumbuhan sektor i di wilayah referensi<br />

S i : Kontribusi sektor i di wilayah analisis<br />

S : Kontribusi sektor i di wilayah referensi<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

31


Kategori lapangan usaha yang dianggap potensial ialah keka kategori<br />

tersebut memenuhi kriteria memiliki pertumbuhan lebih nggi daripada<br />

pertumbuhan kategori yang sama di level wilayah referensi dan memiliki<br />

konstribusi terhadap PDRB lebih nggi daripada kontribusi kategori yang sama di<br />

level wilayah referensi; atau memenuhi salah satu diantaranya. Dengan kata lain,<br />

kategori lapangan usaha yang potensial di sebuah daerah menurut <strong>Analisis</strong><br />

Tipologi Klassen ialah kategori yang masuk pada Kuadran 1, Kuadran 2, dan<br />

Kuadran 4.<br />

Adapun hasil dari <strong>Analisis</strong> Tipologi Klassen Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dapat dilihat<br />

pada Tabel 3.2 berikut.<br />

Tabel 3.2<br />

<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Tipologi Klassen <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan<br />

Wilayah Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong>, <strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah PDRB menurut Lapangan Usaha <strong>2016</strong><br />

32<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Topologi Klassen yang tersaji dalam Tabel 3.2 dapat disusun<br />

dalam bentuk matriks yang membentuk 4 kuadran Tipologi Klassen sebagai<br />

berikut.<br />

Gambar 3.4<br />

<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Tipologi Klassen <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan<br />

Wilayah Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong>, <strong>2016</strong><br />

KUADRAN I<br />

F<br />

KUADRAN III<br />

B,D,E; I; J; L; M,N; R,S,U<br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah PDRB menurut Lapangan Usaha <strong>2016</strong><br />

KUADRAN II<br />

C<br />

KUADRAN IV<br />

G; H; K; P; Q<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

<strong>Analisis</strong> Tipologi Klassen yang dilakukan menunjukkan terdapat 1 (satu)<br />

kategori lapangan usaha berada pada Kuadran I, yakni Konstruksi (F). Hal ini<br />

dapat diarkan bahwa Konstruksi merupakan lapangan usaha yang maju dan<br />

tumbuh dengan pesat di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. Kesimpulan ini didukung oleh dak<br />

hanya laju pertumbuhan Konstruksi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> yang melebihi laju pertumbuhan<br />

Konstruksi di level Maluku dan <strong>Papua</strong>, tetapi kontribusi Konstruksi terhadap PDRB<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> juga lebih besar dibandingkan konstribusi lapangan usaha ini<br />

terhadap perekonomian Maluku dan <strong>Papua</strong> secara global. Kondisi ini<br />

menunjukkan bahwa Konstruksi merupakan salah satu lapangan usaha yang<br />

potensial di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

Selain itu, <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> juga memiliki kategori‐kategori lain yang juga<br />

berpotensi untuk dikembangkan baik karena memiliki kelebihan dari sisi laju<br />

pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kategori yang sama di<br />

wilayah Maluku dan <strong>Papua</strong> (Kuadran II), maupun kategori yang memiliki<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

33


kontribusi lebih besar dibandingkan dengan kontribusi kategori tersebut<br />

terhadap perekonomian di wilayah Maluku dan <strong>Papua</strong> secara keseluruhan<br />

(Kuadran III). Kategori‐kategori yang termasuk golongan ini antara lain: Industri<br />

Pengolahan (C); Pertambangan, Energi, Pengelolaan Air dan Limbah (B,D,E);<br />

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum (I); Informasi dan<br />

Komunikasi (J); Real Estat (L); Jasa Perusahaan (M,N); dan Jasa Lainnya (R,S,U).<br />

V. <strong>Analisis</strong> Overlay<br />

<strong>Analisis</strong> Overlay pada dasarnya menyandingkan hasil idenfikasi potensipotensi<br />

ekonomi dari beberapa alat analisis lainnya. Dalam buku ini, <strong>Analisis</strong><br />

Overlay menyandingkan hasil dari <strong>Analisis</strong> Locaon Quoent (LQ), <strong>Analisis</strong> Model<br />

Rasio Pertumbuhan (MRP), <strong>Analisis</strong> Shi Share (SS), dan <strong>Analisis</strong> Tipologi Klassen.<br />

Penyandingan ini ditujukan agar pemilihan kategori lapangan usaha yang<br />

potensial lebih akurat karena mempermbangkan beberapa kriteria analisis.<br />

Adapun hasil <strong>Analisis</strong> Overlay tersaji dalam table 3.3.<br />

Tabel 3.3<br />

<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Overlay <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan<br />

Wilayah Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong>, 2010‐<strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong> dan PDRB menurut<br />

Lapangan Usaha 2010‐<strong>2016</strong><br />

34<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Overlay menunjukkan bahwa <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> memiliki 7 (tujuh)<br />

kategori lapangan usaha yang bersifat unggulan, yakni Konstruksi (F); Penyediaan<br />

Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum (I); Akvitas Keuangan dan Asuransi<br />

(K); ; Real Estat (L); Jasa Perusahaan (M,N); Akvitas Kesehatan Manusia dan<br />

Akvitas Sosial (Q); dan Jasa Lainnya (R,S,U). Masing‐masing dari 7 kategori<br />

lapangan usaha ini selanjutnya akan dibahas lebih detail di bagian selanjutnya. Di<br />

sisi lain, kategori lainnya yang bersifat potensial akan diulas lebih lanjut dalam<br />

sebuah bagian khusus pada bab berikutnya.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

35


https://papuabarat.bps.go.id


ab<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Konstruksi Sebagai<br />

Pilar <strong>Ekonomi</strong> Baru<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


https://papuabarat.bps.go.id


Konstruksi Sebagai<br />

Pilar <strong>Ekonomi</strong> Baru<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

<strong>Hasil</strong> Pencacahan<br />

Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

mencatat sebagian<br />

besar Usaha/<br />

Perusahaan<br />

Konstruksi di<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

merupakan usaha<br />

yang terbilang<br />

cukup lama telah<br />

beroperasi.<br />

Hingga 44,18 persen<br />

usaha diketahui<br />

telah beroperasi<br />

cukup lama, yakni<br />

selama 6‐10 tahun.<br />

Sementara itu,<br />

paling dak 36<br />

persen usaha/<br />

perusahaan<br />

Konstruksi Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

memiliki masa<br />

operasi selama 1‐5<br />

tahun.<br />

A. Peranan Konstruksi Dalam Perekonomian <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Konsep lapangan usaha Konstruksi adalah kegiatan usaha di<br />

bidang konstruksi umum dan konstruksi khusus pekerjaan gedung<br />

dan bangunan sipil, baik digunakan sebagai tempat nggal atau<br />

sarana kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi mencakup pekerjaan<br />

baru, perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian<br />

prafabrikasi bangunan atau struktur di lokasi proyek dan juga<br />

konstruksi yang bersifat sementara. Kegiatan konstruksi dilakukan<br />

baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan<br />

pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor<br />

khusus, yaitu unit usaha atau individu yang melakukan kegiatan<br />

konstruksi untuk dipakai sendiri.<br />

Konstruksi merupakan salah satu lapangan usaha yang pada<br />

periode 2012 hingga <strong>2016</strong> memiliki kontribusi terhadap PDRB<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Gambar 4.1<br />

Kontribusi Konstruksi terhadap PDRB <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, PDRB Menurut Lapangan Usaha 2013‐<strong>2016</strong><br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

39


Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat pada tahun<br />

2013, kontribusi lapangan usaha konstruksi sebesar 11,85 persen dan mencapai 14,87<br />

persen pada tahun <strong>2016</strong>. Konstruksi masuk ke dalam ga lapangan usaha pemberi<br />

sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, bersama Industri<br />

Pengolahan juga Pertambangan dan Penggalian sejak tahun 2013 hingga saat ini.<br />

Konstribusi yang nggi dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun secara kasat<br />

mata menunjukkan bahwa konstruksi memang memiliki potensi sendiri di Provinsi <strong>Papua</strong><br />

<strong>Barat</strong>. Dari sisi laju pertumbuhan, konstruksi juga memiliki sejarah yang baik dalam<br />

periode 4 tahun terakhir. Laju pertumbuhan konstruksi selalu bernilai posif dan cukup<br />

nggi, yakni selalu di atas 5 persen. Laju pertumbuhan yang posif bermakna bahwa<br />

PDRB yang dihasilkan lapangan usaha Konstruksi di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> mengalami<br />

peningkatan dari tahun sebelumnya. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa PDRB yang<br />

dihasilkan Konstruksi selalu meningkat dari tahun ke tahun.<br />

Perkembangan laju pertumbuhan lapangan usaha Konstruksi diilustrasikan pada<br />

Gambar 4.2. Grafik yang tersaji pada gambar menunjukkan adanya kecenderungan<br />

menurun dari tahun 2013 hingga 2015 dan sedikit meningkat pada tahun <strong>2016</strong> dengan<br />

laju pertumbuhan sebesar 9,77 persen. Penurunan nilai laju pertumbuhan ini bukan<br />

berar nilai PDRB Konstruksi menurun, melainkan menunjukkan adanya perlambatan<br />

pertumbuhan atau peningkatan nilai PDRB yang terjadi pada tahun sebelumnya lebih<br />

nggi dibandingkan peningkatan nilai PDRB yang terjadi pada tahun ini.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Gambar 4.2<br />

Laju Pertumbuhan PDRB Konstruksi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, PDRB Menurut Lapangan Usaha 2013‐<strong>2016</strong><br />

40<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


Perkembangan lapangan usaha Konstruksi di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dapat dikatakan<br />

cukup fantass pada beberapa tahun terakhir. Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> memang sedang<br />

gencar meningkatkan infrastruktur daerah. Infrastruktur seper pembangunan kantorkantor<br />

pemerintahan, jalan‐jalan penghubung antar kabupaten, bandara, pelabuhan<br />

serta pembangunan‐pembangunan lainnya terus menerus dilakukan. Kondisi ini dak<br />

terlepas dari arah pembangunan Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> yang tertuang dalam RPJMD<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Tahun 2012‐<strong>2016</strong>. Pembangunan infrastruktur yang dilakukan<br />

diharapkan dapat menjadi jalan untuk mendongkrak perekonomian Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

sehingga dak ternggal jauh dibandingkan wilayah lain di Indonesia.<br />

B. Karakterisk Usaha Konstruksi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap<br />

SE<strong>2016</strong> mencatat sebagian besar<br />

Usaha/ Perusahaan Konstruksi di<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> merupakan<br />

usaha yang terbilang cukup lama<br />

telah beroperasi.<br />

Gambar 4.3 menunjukkan<br />

persentase usaha/ perusahaan<br />

Konstruksi yang dibedakan<br />

menurut lamanya beroperasi.<br />

Dari ilustrasi tersebut terlihat<br />

bahwa hingga 44,18 persen usaha<br />

diketahui telah beroperasi cukup<br />

lama, yakni selama 6‐10 tahun.<br />

Gambar 4.3<br />

Persentase Usaha Konstruksi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Menurut Lama Beroperasi, <strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

Paling dak 36 persen usaha/ perusahaan Konstruksi Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> memiliki masa<br />

operasi selama 1‐5 tahun.<br />

Usaha Konstruksi di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> memang didominasi oleh usaha kawakan<br />

karena dak sedikit pula usaha/ perusahaan yang beroperasi lebih dari 10 tahun. <strong>Hasil</strong><br />

Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong> mencatat porsi usaha/ perusahaan Konstruksi yang telah<br />

beroperasi lebih dari 10 tahun mencapai 15,39 persen. Sementara itu, usaha/ perusahaan<br />

Konstruksi yang baru beroperasi kurang dari 1 tahun dak terlalu banyak, yakni hanya<br />

berkisar 3 persen saja dari total usaha/ perusahaan Konstruksi yang ada di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

41


Usaha Konstruksi dapat dibedakan berdasarkan kualifikasi khusus. Kualifikasi Usaha/<br />

Perusahaan Konstruksi yang dimaksud adalah penggolongan perusahaan konstruksi<br />

menurut kemampuan melaksanakan pekerjaan berdasarkan kriteria resiko, dan/ atau<br />

kriteria penggunaan teknologi, dan/ atau kriteria besaran biaya. Adapun kualifikasi ini<br />

membedakan usaha/ perusahaan Konstruksi menjadi 9 kualifikasi, diantaranya:<br />

Perorangan : Batas nilai satu pekerjaan ≤ 300 juta<br />

K1 : Batas nilai satu pekerjaan ≤ 1 Milyar<br />

K2 : Batas nilai satu pekerjaan ≤ 1,75 Milyar<br />

K3 : Batas nilai satu pekerjaan ≤ 2,5 Milyar<br />

M1 : Batas nilai satu pekerjaan ≤ 10 Milyar<br />

M2 : Batas nilai satu pekerjaan ≤ 300 juta<br />

B1 : Batas nilai satu pekerjaan ≤ 1 Milyar<br />

B2 : Batas nilai satu pekerjaan ≤ 1,75 Milyar<br />

Non : Masa berlaku serfikat LPJK kadaluarsa<br />

Kualifikasi<br />

Gambar 4.4<br />

Jumlah Usaha Konstruksi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut Kode Kualifikasi Usaha<br />

<strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong> mencatat terdapat 1.865 usaha/ perusahaan yang<br />

bergerak pada lapangan usaha Konstruksi di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. Gambar 4.4<br />

mengilustrasikan usaha Konstruksi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> berdasarkan kualifikasinya. Secara kasat<br />

mata, terlihat bahwa usaha Konstruksi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> didominasi oleh usaha dengan<br />

karakterisk batas nilai pekerjaan dak terlalu besar.<br />

Dari seluruh usaha tersebut, usaha Konstruksi Non Kualifikasi merupakan usaha<br />

konstruksi paling banyak, yakni sebanyak 410 usaha. Selanjutnya, usaha konstruksi<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> didominasi oleh usaha Konstruksi yang memiliki kualifikasi<br />

Perorangan. Jumlah usaha Konstruksi yang memiliki kualifikasi ini terdapat sebanyak 408<br />

usaha. Sementara itu, usaha konstruksi dengan kualifikasi yang lebih besar seper B1<br />

42<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


maupun B2 masih terbilang jarang di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. Dari <strong>Hasil</strong> Pencacahan<br />

Lengkap SE<strong>2016</strong>, Usaha Konstruksi dengan kualifikasi B1 terdapat sebanyak 18 usaha dan<br />

Usaha Konstruksi dengan kualifikasi B2 terdapat sebanyak 9 usaha.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

43


https://papuabarat.bps.go.id


ab<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Penyediaan<br />

Akomodasi dan<br />

Penyediaan Makan<br />

Minum Sang Pencipta<br />

Lapangan Kerja<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


https://papuabarat.bps.go.id


Penyediaan Akomodasi dan<br />

Penyediaan Makan Minum<br />

Sang Pencipta Lapangan<br />

Kerja <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Usaha Penyediaan<br />

Akomodasi dan<br />

Penyediaan Makan<br />

Minum sebagian<br />

besar berada di Kota<br />

Sorong. Sekitar 36<br />

persen dari total<br />

usaha Penyediaan<br />

Akomodasi dan<br />

Penyediaan Makan<br />

Minum yang ada di<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

berada di Kota<br />

Sorong. Lapangan<br />

usaha ini juga<br />

banyak menjamur di<br />

Kabupaten<br />

Manokwari,<br />

mencapai 22,28<br />

persen.<br />

A. <strong>Potensi</strong> Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan<br />

Minum dalam Pengembangan <strong>Ekonomi</strong> <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum memiliki<br />

cakupan sebagai lapangan usaha penyedia akomodasi penginapan<br />

jangka pendek untuk pengunjung dan pelancong lainnya serta<br />

penyedia makanan dan minuman untuk konsumsi segera. Adapun<br />

kegiatan penyediaan akomodasi yang dimaksud merupakan<br />

akomodasi jangka pendek untuk pengunjung ataupun pelancong;<br />

termasuk juga penyediaan akomodasi yang lebih lama untuk pelajar,<br />

pekerja, dan sejenisnya (seper asrama atau rumah kost dengan<br />

makan maupun dak dengan makan). Sementara itu, kegiatan<br />

penyediaan makan minum memiliki batasan berupa pelayanan<br />

makan minum yang menyediakan makanan atau minuman untuk<br />

dikonsumsi segera, baik restoran tradisional, restoran self service<br />

atau restoran take away, baik di tempat tetap maupun sementara<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Gambar 5.1<br />

Kinerja <strong>Ekonomi</strong> Penyediaan Akomodasi dan<br />

Penyediaan Makan Minum, 2013‐<strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, PDRB Menurut Lapangan Usaha 2013‐<strong>2016</strong><br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

47


dengan atau tanpa tempat duduk. Yang dimaksud penyediaan makanan dan minuman<br />

adalah penyediaan makanan dan minuman untuk dikonsumsi segera berdasarkan<br />

pemesanan.<br />

Kinerja perekonomian dari lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan<br />

Makan Minum dapat dikatakan sangat baik. Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, laju<br />

pertumbuhan lapangan usaha ini selalu bernilai posif. Hal ini menunjukkan bahwa nilai<br />

PDRB yang dihasilkan oleh Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum selalu<br />

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bukan hanya itu, laju pertumbuhan juga<br />

memiliki kecenderungan untuk terus naik. Arnya, peningkatan nilai PDRB yang<br />

dihasilkan memiliki nilai yang lebih besar daripada peningkatan yang terjadi pada tahun<br />

sebelumnya. Kondisi ini tentu menunjukkan bahwa Penyediaan Akomodasi dan<br />

Penyediaan Makan Minum memang merupakan salah satu lapangan usaha unggulan<br />

yang dapat diandalkan dalam perekonomian Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

Dari sisi jumlah usaha, Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum<br />

merupakan lapangan usaha yang memiliki jumlah usaha/ perusahaan terbanyak kedua di<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. <strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong> mencatat usaha yang bergerak di<br />

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum terdapat sebanyak 10.797 usaha.<br />

Gambar 5.2<br />

Persentase Usaha Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan<br />

Minum <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut Kabupaten/ Kota, <strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

48<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


Secara umum, Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum juga menjadi<br />

lapangan usaha dengan jumlah usaha terbanyak kedua setelah Perdagangan Besar dan<br />

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor pada level kabupaten/ kota, yakni 8 dari 13<br />

kabupaten/ kota yang ada di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. Tumbuh suburnya usaha Penyediaan<br />

Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum ditengarai disebabkan oleh kemudahan dalam<br />

mendirikan usaha. Selain itu, makanan dan minuman yang merupakan kebutuhan pokok<br />

manusia sehingga lapangan usaha ini dinilai memiliki peluang yang besar di masyarakat.<br />

Usaha Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum sebagian besar berada<br />

di Kota Sorong. Sekitar 36 persen dari total usaha Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan<br />

Makan Minum yang ada di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> berada di Kota Sorong. Lapangan usaha<br />

Gambar 5.3<br />

Persentase Usaha Penyediaan Akomodasi dan<br />

Penyediaan Makan Minum <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Menurut Skala Usaha, <strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

ini juga banyak menjamur di<br />

Kabupaten Manokwari, mencapai<br />

22,28 persen. Fenomena ini<br />

ditengarai disebabkan oleh dua<br />

kabupaten/ kota tersebut merupakan<br />

pusat perdagangan dan pusat<br />

pemerintahan di Provinsi <strong>Papua</strong><br />

<strong>Barat</strong>.<br />

Kota Sorong juga merupakan<br />

pintu masuk menuju <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

Letak Kota Sorong yang berdekatan<br />

dengan wisata popular, yakni Raja<br />

Ampat diduga ikut merangsang<br />

ngginya jumlah usaha penyiapan<br />

akomodasi dan makan minum di Kota<br />

Sorong sebagai tempat transit<br />

sebelum menuju ke Raja Ampat.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong> menunjukkan bahwa usaha Penyediaan Akomodasi<br />

dan Penyediaan Makan Minum didominasi oleh usaha yang merupakan Usaha Mikro dan<br />

Kecil (UMK). Dominasi ini bahkan mencapai hingga 99,51 persen. Usaha Penyediaan<br />

Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum yang memiliki skala usaha Menengah bahkan<br />

dak mencapai 1 persen, sedangkan usaha Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan<br />

Makan Minum yang berskala Besar dak ada di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

49


https://papuabarat.bps.go.id


ab<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Aktivitas Keuangan<br />

dan Asuransi<br />

Sebagai Pendongkrak<br />

Perekonomian<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


https://papuabarat.bps.go.id


Aktivitas Keuangan dan<br />

Asuransi Sebagai<br />

Pendongkrak Perekonomian<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Lapangan usaha<br />

Akvitas Keuangan<br />

dan Asuransi<br />

merupakan salah<br />

satu lapangan<br />

usaha yang memiliki<br />

persebaran yang<br />

dapat dikatakan<br />

“pas ada” di seap<br />

daerah, mulai dari<br />

daerah dengan<br />

karakterisk wilayah<br />

perkotaan hingga<br />

perdesaan.<br />

A. Akvitas Keuangan dan Asuransi menyokong Usaha Mikro dan<br />

Kecil<br />

Kategori ini mencakup jasa perantara keuangan, asuransi dan<br />

pensiun, jasa keuangan lainnya serta jasa penunjang keuangan.<br />

Kategori ini juga mencakup kegiatan pemegang asset, seper<br />

kegiatan perusahaan holding dan kegiatan dari lembaga penjaminan<br />

atau pendanaan dan lembaga keuangan sejenis.<br />

Kegiatan Jasa Perantara Keuangan antara lain bank sentral,<br />

perbankan konvensional maupun syariah, baik bank pemerintah<br />

pusat dan daerah, bank swasta nasional, bank campuran dan asing,<br />

dan bank perkreditan rakyat, juga koperasi simpan pinjam/unit<br />

simpan pinjam, baitul maal wantanwil dan jasa perantara moneter<br />

lainnya. Sementara itu, Asuransi dan dana pensiun mencakup<br />

penjaminan tunjangan hari tua serta polis asuransi, dimana premi<br />

tersebut diinvestasikan untuk digunakan terhadap klaim yang akan<br />

datang. Sub kategori terakhir pada lapangan usaha Akvitas<br />

Keuangan dan Asuransi adalah Jasa keuangan lainnya, melipu<br />

kegiatan jasa keuangan yang mencakup kegiatan leasing, kegiatan<br />

pemberian pinjaman oleh lembaga yang dak tercakup dalam<br />

perantara keuangan, serta kegiatan pendistribusian dana bukan<br />

dalam bentuk pinjaman. Subkategori ini mencakup kegiatan sewa<br />

guna usaha dengan hak opsi, pegadaian, pembiayaan konsumen,<br />

pembiayaan kartu kredit, modal ventura, anjak piutang, dan jasa<br />

keuangan lainnya.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Akvitas Keuangan dan Asuransi memiliki peranan yang<br />

signifikan dalam menyokong perekonomian suatu daerah. Dalam<br />

suatu sistem perekonomian, lapangan usaha ini bergerak sebagai<br />

penunjang bagi akvitas lapangan usaha lain. Tidak dapat dipungkiri,<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

53


egitu banyak usaha, baik skala mikro, kecil bahkan hingga besar, meminta “pertolongan”<br />

permodalan dari Jasa Perantara Keuangan, seper Bank Konvensional juga Syariah, Bank<br />

Perkreditan Rakyat hingga koperasi simpan pinjam. Bahkan sebenarnya bukan hanya<br />

permodalan, jasa dari lapangan usaha Akvitas Keuangan dan Asuransi juga banyak<br />

diandalkan dalam proses pengelolaan keuangan usaha juga asuransi barang modal yang<br />

digunakan.<br />

Persebaran Usaha Akvitas Keuangan dan Asuransi di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

diilustrasikan dalam Gambar 6.1. Terlihat cukup jelas bahwa Usaha Akvitas Keuangan<br />

dan Asuransi di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> paling banyak berada di Kota Sorong, mencapai<br />

37,53 persen. Kabupaten Manokwari sebagai ibukota Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> menjadi lokasi<br />

berdirinya usaha‐usaha Akvitas Keuangan dan Asuransi yang juga cukup banyak, sekitar<br />

21,38 persen. Selanjutnya kurang dari separuh usaha tersebar di kabupaten lain di<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

Cukup menarik bila diperhakan, usaha Akvitas Keuangan dan Asuransi memiliki<br />

persebaran yang dapat dikatakan “pas ada” di seap daerah. Dari wilayah yang<br />

berkarakterisk perkotaan, seper Kota Sorong dan Kabupaten Manokwari, hingga<br />

wilayah perdesaan yang relaf baru mekar, seper Kabupaten Pegunungan Arfak, semua<br />

kabupaten/ kota yang ada di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> memiliki usaha Akvitas Keuangan dan<br />

Asuransi. Hal ini secara implisit memang menunjukkan bahwa keberadaan lapangan usaha<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Gambar 6.1<br />

Persebaran Usaha Akvitas Keuangan dan Asuransi<br />

di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, <strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

54<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


Akvitas Keuangan dan Asuransi sangat esensial bagi seluruh daerah, baik untuk<br />

menunjang perekonomian lapangan usaha lain, maupun menyokong kehidupan sosial<br />

masyarakat daerah tersebut.<br />

Begitu penngnya peranan Akvitas Keuangan dan Asuransi dalam menunjang<br />

perekonomian, menunjukkan bahwa lapangan usaha ini layak untuk dikembangkan<br />

dengan lebih intensif. Hal ini dikarenakan perkembangan lapangan usaha Akvitas<br />

Keuangan dan Asuransi di suatu daerah, dapat mendongkrak lapangan usaha lain untuk<br />

lebih berkembang pula. Dengan demikian, perekonomian daerah secara dak langsung<br />

akan meningkat juga secara simultan.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

55


https://papuabarat.bps.go.id


ab<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Real Estat Sebagai<br />

Usaha Mikro Kecil<br />

<strong>Potensi</strong>al


https://papuabarat.bps.go.id


Real Estat Sebagai Usaha<br />

Mikro Kecil <strong>Potensi</strong>al<br />

<strong>Hasil</strong> Pencacahan<br />

Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

menunjukkan usaha<br />

Real Estat di Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

didominasi oleh<br />

usaha dengan skala<br />

Mikro dan Kecil,<br />

seper persewaan<br />

bangunan rumah<br />

maupun tempat<br />

usaha yang<br />

dilakukan<br />

perseorangan. Hal<br />

ini didukung oleh<br />

fakta bahwa sekitar<br />

95,41 persen<br />

akvitas ini<br />

dilakukan di lokasi<br />

bukan peruntukan<br />

usaha, seper<br />

tempat nggal<br />

pribadi, bangunan<br />

campuran dengan<br />

tempat nggal atau<br />

peruntukan lain.<br />

A. Kekuatan Usaha Real Estat di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Lapangan usaha Real Estat menurut KBLI 2015 merupakan<br />

lapangan usaha yang melipu kegiatan persewaan, agen dan atau<br />

perantara dalam penjualan atau pembelian real estat serta<br />

penyediaan jasa real estat lainnya bisa dilakukan atas milik sendiri<br />

atau milik orang lain yang dilakukan atas dasar balas jasa kontrak.<br />

Selain itu, lapangan usaha Real Estat juga mencakup kegiatan<br />

pembangunan gedung yang disatukan dengan pemeliharaan atau<br />

penyewaan bangunan.<br />

Perkembangan lapangan usaha Real Estat di Provinsi <strong>Papua</strong><br />

<strong>Barat</strong> terbilang cukup memuaskan. Laju pertumbuhan lapangan<br />

usaha ini relaf nggi dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Pada<br />

tahun 2013, Real Estat Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> mengalami laju<br />

pertumbuhan sebesar 5,96 persen. Pada tahun berikutnya, laju<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Gambar 7.1<br />

Kinerja <strong>Ekonomi</strong> Real Estat <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, PDRB Menurut Lapangan Usaha 2013‐<strong>2016</strong><br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

59


pertumbuhan melesat hingga<br />

mencapai 9 persen. Pada tahun<br />

<strong>2016</strong>, pertumbuhan Real Estat<br />

masih cukup nggi, yakni sekitar 8<br />

persen.<br />

Gambar 7.2<br />

Persebaran Usaha Real Estat di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Menurut Kabupaten/ Kota, <strong>2016</strong><br />

Sebaran usaha real estat<br />

mayoritas terkonsentrasi di<br />

Kabupaten Manokwari dan Kota<br />

Sorong. Jumlah penduduk yang<br />

relaf lebih nggi dibandingkan<br />

dengan daerah lain ditengarai<br />

memacu perkembangan usaha real<br />

estat lebih cepat pada 2<br />

kabupaten/ kota tersebut. Salah<br />

Gambar 7.3<br />

Usaha Real Estat di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Menurut Skala Usaha, <strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

satu program pembangunan nasional “Sejuta Rumah” yang dilaksanakan oleh pemerintah<br />

juga diduga menjadi sebab melesatnya pertumbuhan Real Estat di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

Dalam program tersebut, ada begitu banyak pengembang (developer) di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

yang menawarkan perumahan dengan harga yang terjangkau untuk masyarakat.<br />

<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap<br />

SE<strong>2016</strong> menunjukkan usaha<br />

Real Estat di Provinsi <strong>Papua</strong><br />

<strong>Barat</strong> didominasi oleh usaha<br />

dengan skala Mikro dan Kecil,<br />

seper persewaan bangunan<br />

rumah maupun tempat usaha<br />

yang dilakukan perseorangan<br />

(91,48 persen). Hal ini didukung<br />

oleh fakta bahwa sekitar 95,41<br />

persen akvitas ini dilakukan di<br />

lokasi bukan peruntukan usaha,<br />

seper tempat nggal pribadi,<br />

bangunan campuran dengan<br />

tempat nggal atau peruntukan<br />

lain.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

60<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


https://papuabarat.bps.go.id


https://papuabarat.bps.go.id


ab<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Jasa Perusahaan<br />

Sebagai Primadona<br />

<strong>Ekonomi</strong> Baru<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


https://papuabarat.bps.go.id


Jasa Perusahaan Sebagai<br />

Primadona <strong>Ekonomi</strong> Baru<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Berdasarkan<br />

pengumpulan data<br />

dari Pencacahan<br />

Lengkap SE<strong>2016</strong>,<br />

usaha/ perusahaan<br />

yang bergerak di<br />

lapangan usaha Jasa<br />

Perusahaan<br />

sebagian besar<br />

berlokasi di Kota<br />

Sorong. Sebanyak<br />

31,47 persen usaha<br />

Jasa Perusahaan<br />

berada di sana.<br />

A. Peluang Jasa Perusahaan dalam Perekonomian<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Lapangan usaha Jasa Perusahaan merupakan gabungan dari 2<br />

(dua) kategori, yakni kategori M dan kategori N. Kategori M<br />

mencakup kegiatan profesional, ilmu pengetahuan dan teknik yang<br />

membutuhkan ngkat pelahan yang nggi dan menghasilkan ilmu<br />

pengetahuan dan ketrampilan khusus yang tersedia untuk<br />

pengguna. Kegiatan yang termasuk kategori M antara lain: jasa<br />

hukum dan akuntansi, jasa arsitektur dan teknik sipil, penelian dan<br />

pengembangan ilmu pengetahuan, periklanan dan penelian pasar,<br />

serta jasa professional, ilmiah dan teknis lainnya. Kategori N<br />

mencakup berbagai kegiatan yang mendukung operasional usaha<br />

secara umum. Kegiatan yang termasuk kategori N antara lain: jasa<br />

persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi, jasa<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

ketenagakerjaan, jasa agen perjalanan, penyelenggaraan tur dan<br />

jasa reservasi lainnya, jasa keamanan dan penyelidikan, jasa untuk<br />

gedung dan pertamanan, jasa administrasi kantor, serta jasa<br />

penunjang kantor dan jasa penunjang usaha lainnya.<br />

Jasa Perusahaan merupakan salah satu lapangan usaha yang<br />

memiliki kinerja perekonomian yang cukup baik di Provinsi <strong>Papua</strong><br />

<strong>Barat</strong> paling dak dalam periode 4 tahun terakhir. Hal ini tercermin<br />

dari laju pertumbuhan ekonomi lapangan usaha Jasa Perusahaan<br />

selalu bernilai posif dan relaf nggi, yakni di atas 5 persen.<br />

Dengan nilai laju pertumbuhan yang posif, dapat dimaknai bahwa<br />

PDRB yang dihasilkan oleh lapangan usaha Jasa Perusahaan selalu<br />

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.<br />

Peranan Jasa Perusahaan dalam pembentukan PDRB Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> memang relaf kecil bila dibandingkan dengan<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

65


lapangan usaha lainnya. Jasa Perusahaan<br />

berkontribusi sekitar 0,10 hingga 0,11 persen<br />

terhadap PDRB Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> secara<br />

keseluruhan dalam periode 4 tahun terakhir.<br />

Gambar 8.1<br />

Laju Pertumbuhan PDRB Jasa<br />

Perusahaan <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

Di sisi lain, laju pertumbuhan Jasa<br />

Perusahaan memiliki kondisi yang lebih baik.<br />

Dalam periode 3 tahun terakhir, lapangan usaha<br />

ini memiliki laju pertumbuhan yang selalu<br />

bernilai posif. Namun begitu, perkembangan<br />

laju pertumbuhan Jasa Perusahaan mengalami<br />

perlambatan dalam 3 tahun terakhir. Meskipun<br />

demikian, hal ini dak berar kinerja<br />

perekonomian Jasa Perusahaan menurun. Hanya<br />

saja peningkatan kinerja Jasa Perusahaan dak<br />

senggi peningkatan yang terjadi pada tahun<br />

sebelumnya.<br />

B. Profil Usaha Jasa Perusahaan di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Gambar 8.2<br />

Persentase Usaha Jasa Perusahaan <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Menurut Kabupaten/ Kota, <strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, PDRB Menurut Lapangan Usaha<br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

Berdasarkan pengumpulan<br />

data dari Pencacahan Lengkap<br />

SE<strong>2016</strong>, usaha/ perusahaan yang<br />

bergerak di lapangan usaha Jasa<br />

Perusahaan sebagian besar<br />

berlokasi di Kota Sorong.<br />

Sebanyak 31,47 persen usaha<br />

Jasa Perusahaan berada di sana.<br />

Selain itu, usaha Jasa Perusahaan<br />

juga banyak ditemukan di<br />

Kabupaten Manokwari, yakni<br />

sekitar 24 persen. Dengan kata<br />

lain, lebih dari separuh usaha<br />

Jasa Perusahaan cukup terfokus<br />

pada 2 kabupaten/ kota ini saja.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

66<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


Kondisi ini dapat dikatakan wajar<br />

sebab usaha yang bersifat “Jasa”<br />

memang umumnya lebih berkembang<br />

pada wilayah yang memiliki<br />

karakterisk perkotaan.<br />

Gambar 8.3<br />

Persentase Usaha Jasa Perusahaan <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Menurut Lama Beroperasi, <strong>2016</strong><br />

<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

juga mencatat bahwa sebagian besar<br />

usaha Jasa Perusahaan memiliki masa<br />

operasi selama 1‐5 tahun. Lebih dari<br />

separuh, atau sekitar 56 persen usaha<br />

Jasa Perusahaan di Provinsi <strong>Papua</strong><br />

<strong>Barat</strong> telah beroperasi selama 1‐5<br />

tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa<br />

lapangan usaha Jasa Perusahaan<br />

mulai marak bermunculan di Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dalam periode 5 tahun<br />

terakhir.<br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

67


https://papuabarat.bps.go.id


ab<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Aktivitas Kesehatan<br />

Manusia dan Aktivitas<br />

Sosial Sebagai<br />

Penyokong<br />

Perekonomian<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


https://papuabarat.bps.go.id


Aktivitas Kesehatan Manusia<br />

dan Aktivitas Sosial Sebagai<br />

Penyokong Perekonomian<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Pencacahan<br />

Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

mencatat bahwa<br />

sebanyak 19,63<br />

persen usaha/<br />

perusahaan yang<br />

bergerak pada<br />

lapangan usaha<br />

Akvitas Kesehatan<br />

Manusia dan<br />

Akvitas Sosial<br />

berada di<br />

Kabupaten Sorong.<br />

A. Peranan Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas Sosial<br />

dalam Perekonomian <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas Sosial merupakan<br />

salah satu lapangan usaha yang termasuk sektor penyedia jasa.<br />

Kategori ini mencakup kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan<br />

kegiatan sosial yang cukup luas cakupannya, dimulai dari pelayanan<br />

kesehatan yang diberikan oleh tenaga profesional terlah di rumah<br />

sakit dan fasilitas kesehatan lain sampai kegiatan perawatan di<br />

rumah yang melibatkan ngkatan kegiatan pelayanan kesehatan<br />

sampai kegiatan sosial yang dak melibatkan tenaga kesehatan<br />

profesional. Kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan kegiatan sosial<br />

mencakup: Jasa Rumah Sakit; Jasa Klinik; Jasa Rumah Sakit Lainnya;<br />

Prakk Dokter; Jasa Pelayanan Kesehatan yang dilakukan oleh<br />

Paramedis; Jasa Pelayanan Kesehatan Tradisional; Jasa Pelayanan<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Gambar 9.1<br />

Laju Pertumbuhan PDRB Akvitas Kesehatan<br />

Manusia dan Akvitas Sosial <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, PDRB Menurut Lapangan Usaha 2013‐<strong>2016</strong><br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

71


Penunjang Kesehatan; Jasa Angkutan Khusus Pengangkutan Orang Sakit (Medical<br />

Evacuaon); Jasa Kesehatan Hewan; Jasa Kegiatan Sosial.<br />

Lapangan usaha Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas Sosial Provinsi <strong>Papua</strong><br />

<strong>Barat</strong> termasuk salah satu lapangan usaha yang memiliki kinerja yang baik. Laju<br />

pertumbuhan lapangan usaha ini memiliki kecenderungan untuk terus meningkat selama<br />

3 tahun terakhir. Hal ini dapat dimaknai bahwa bukan saja Akvitas Kesehatan Manusia<br />

dan Akvitas Sosial menghasilkan PDRB yang terus meningkat seap tahun, tetapi<br />

peningkatan itu selalu lebih besar dibandingkan peningkatan yang ada pada tahun<br />

sebelumnya. Pada tahun <strong>2016</strong>, laju pertumbuhan lapangan usaha Akvitas Kesehatan<br />

Manusia dan Akvitas Sosial tercatat mencapai 6,48 persen. Nilai ini merupakan laju<br />

pertumbuhan ternggi yang pernah dialami Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas<br />

Sosial dalam periode 4 tahun terakhir.<br />

Laju pertumbuhan yang posif dari Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas Sosial<br />

diindikasikan terjadi karena akvitas penyediaan jasa yang berhubungan dengan<br />

kesehatan semakin marak di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. Jasa kesehatan yang beroperasi dak<br />

hanya terbatas dalam bentuk Rumah Sakit Pemerintah ataupun Puskesmas, melainkan<br />

mulai meluas dalam bentuk Klinik Swasta hingga Praktek Dokter. Hal ini tentu berar<br />

sangat posif, bukan hanya sekedar peningkatan perekonomian Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>,<br />

tetapi juga mencerminkan adanya peningkatan pelayanan kesehatan untuk masyarakat.<br />

Gambar 9.2<br />

Konstribusi Akvitas Kesehatan Manusia dan<br />

Akvitas Sosial Terhadap PDRB <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

2013‐<strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, PDRB Menurut Lapangan Usaha 2013‐<strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Dari sisi kontribusinya<br />

terhadap pembentukan PDRB<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, Akvitas<br />

Kesehatan Manusia dan Akvitas<br />

Sosial juga memiliki tren<br />

perkembangan yang bagus.<br />

Kontribusi Akvitas Kesehatan<br />

Manusia dan Akvitas Sosial<br />

terhadap PDRB tergambarkan<br />

melalui Gambar 9.2. Terlihat<br />

bahwa peranan Akvitas<br />

Kesehatan Manusia dan Akvitas<br />

Sosial dalam pembentukan PDRB<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> memiliki<br />

72<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


kecenderungan untuk meningkat, paling dak dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Secara<br />

nilai, kontribusi lapangan usaha ini memang relaf kecil dibandingkan dengan lapangan<br />

usaha lainnya. Peranan dari Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas Sosial berkisar<br />

antara 0,72 hingga 0,79 persen. Meskipun demikian, dengan perkembangan kinerja yang<br />

dapat dikatakan baik, dak menutup kemungkinan peranan dari Akvitas Kesehatan<br />

Manusia dan Akvitas Sosial terhadap perekonomian Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> akan<br />

meningkat seiring berjalannya waktu.<br />

Persebaran usaha/ perusahaan Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas Sosial di<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dapat dikatakan relaf merata. Gambar 9.3 mengilustrasikan<br />

distribusi usaha/ perusahaan Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas Sosial di Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> berdasarkan kabupaten/ kota. <strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong> mencatat<br />

bahwa sebanyak 19,63 persen usaha/ perusahaan yang bergerak pada lapangan usaha<br />

Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas Sosial berada di Kabupaten Sorong. Sementara<br />

itu, sekitar 11 persen usaha berada di Kabupaten Fakfak.<br />

Di sisi lain, Kabupaten Manokwari Selatan dan Kabupaten Pegunungan Arfak masingmasing<br />

memiliki 1,34 persen usaha/ perusahaan Akvitas Kesehatan Manusia dan<br />

Akvitas Sosial, di mana persentase ini menjadi yang terkecil diantara kabupaten/ kota<br />

lain. Kondisi ini ditengarai disebabkan kedua kabupaten tersebut merupakan kabupaten<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Gambar 9.3<br />

Persentase Usaha Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas<br />

Sosial <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut Kabupaten/ Kota, <strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

73


yang terhitung baru mengalami<br />

pemekaran dari kabupaten<br />

induknya, yaitu Kabupaten<br />

Manokwari pada tahun 2012,<br />

sehingga ketersediaan infrastruktur<br />

dasar, salah satunya fasilitas<br />

kesehatan, masih terbilang jarang.<br />

Keadaan fasilitas kesehatan yang<br />

memadai di daerah sekitar akan<br />

memaksakan masyarakat untuk<br />

pergi ke tempat yang jauh untuk<br />

menjangkau fasilitas kesehatan yang<br />

dibutuhkan. Oleh karena itu,<br />

penambahan fasilitas kesehatan ada<br />

Gambar 9.4<br />

Persentase Usaha Akvitas Kesehatan Manusia<br />

dan Akvitas Sosial <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Menurut Jumlah<br />

Tenaga Kerja, <strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

Usaha/ perusahaan Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas Sosial di Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> didominasi oleh usaha yang dak membutuhkan banyak tenaga kerja. <strong>Hasil</strong><br />

Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong> menangkap bahwa lebih dari 65 persen usaha Akvitas<br />

Kesehatan Manusia dan Akvitas Sosial merupakan usaha dengan tenaga kerja kurang<br />

dari 5 orang. Sebanyak 26,71 persen usaha memiliki tenaga kerja yang berkisar antara 5<br />

hingga 19 orang. Usaha Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas Sosial yang memiliki<br />

tenaga kerja cukup banyak, yakni 100 orang atau lebih, hanya terdapat sekitar 1 persen<br />

saja dari seluruh usaha/ perusahaan Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas Sosial<br />

yang ada di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

74<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


https://papuabarat.bps.go.id


https://papuabarat.bps.go.id


ab<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Jasa Lainnya Sebagai<br />

Usaha Pendukung<br />

Perekonomian<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


https://papuabarat.bps.go.id


Jasa Lainnya Sebagai Usaha<br />

Pendukung Perekonomian<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Lebih dari separuh,<br />

atau hampir 52<br />

persen usaha Jasa<br />

Lainnya di Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> telah<br />

beroperasi selama 1<br />

‐5 tahun. Hal ini<br />

mengindikasikan<br />

bahwa lapangan<br />

usaha Jasa Lainnya<br />

mulai marak<br />

bermunculan di<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dalam<br />

periode 5 tahun<br />

terakhir.<br />

Meskipun demikian,<br />

jumlah usaha Jasa<br />

Lainnya yang<br />

memiliki masa<br />

operasi lebih lama,<br />

yakni di atas 5<br />

tahun, dak kalah<br />

banyaknya,<br />

mencapai lebih dari<br />

37 persen.<br />

A. Opmalisasi Usaha Jasa Lainnya di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Kategori Jasa Lainnya yang menjadi cakupan dalam Pencacahan<br />

Lengkap SE<strong>2016</strong> merupakan gabungan 3 kategori pada KBLI 2015.<br />

Kategori ini mempunyai kegiatan yang cukup luas yang melipu:<br />

Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi; Jasa Reparasi Komputer Dan<br />

Barang Keperluan Pribadi Dan Perlengkapan Rumah Tangga; Jasa<br />

Perorangan yang Melayani Rumah Tangga; Kegiatan Yang<br />

Menghasilkan Barang dan Jasa Oleh Rumah Tangga Yang Digunakan<br />

Sendiri untuk memenuhi kebutuhan; juga Jasa Swasta Lainnya.<br />

Perkembangan kinerja lapangan usaha Jasa Lainnya di Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> terhitung stabil. Sejak tahun 2013, laju pertumbuhan<br />

lapangan usaha ini selalu bernilai posif. Kinerja Jasa Lainnya<br />

sempat mengalami perlambatan di tahun 2014 hingga 2015 dan<br />

kembali meningkat pada tahun <strong>2016</strong> dengan laju pertumbuhan<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Gambar 10.1<br />

Laju Pertumbuhan PDRB Jasa Lainnya<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, 2013‐<strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, PDRB Menurut Lapangan Usaha 2013‐<strong>2016</strong><br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

79


sebesar 7,38 persen. Meskipun demikian, perkembangan laju pertumbuhan dapat<br />

dikatakan relaf stabil dari tahun ke tahun atau dak mengalami fluktuasi yang sangat<br />

bergejolak. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan PDRB yang dihasilkan oleh<br />

lapangan usaha Jasa Lainnya cukup konsisten seap tahunnya.<br />

Berdasarkan pengumpulan data dari Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong>, usaha/ perusahaan<br />

yang bergerak di lapangan usaha Jasa Lainnya sebagian besar berlokasi di Kota Sorong.<br />

Sebanyak 40,65 persen usaha Jasa Lainnya berada di Kota Sorong. Usaha/ perusahaan<br />

Jasa Lainnya juga banyak berkembang di Kabupaten Manokwari, yakni sekitar 21,61<br />

persen. Tidak berbeda jauh dengan persebaran usaha Jasa Perusahaan yang telah dibahas<br />

pada bagian sebelumnya, lebih dari separuh usaha Jasa Lainnya juga terfokus pada 2<br />

kabupaten/ kota ini. Kondisi ini dapat dikatakan wajar sebab usaha yang bersifat “Jasa”<br />

memang umumnya lebih berkembang pada wilayah yang memiliki karakterisk<br />

perkotaan. Ketersediaan fasilitas penunjang dalam proses produksinya seper<br />

kemudahan transportasi, serta akses komunikasi yang lebih baik pada daerah perkotaan<br />

diduga menjadi alasan fenomena ini terjadi. Pengembangan infrastruktur yang lebih<br />

intensif pada daerah‐daerah lain diharapkan dapat dilakukan sehingga pengembangan<br />

lapangan usaha Jasa Lainnya maupun lapangan usaha yang bersifat “Jasa” lainnya dapat<br />

Gambar 10.2<br />

Persentase Usaha Jasa Lainnya <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Menurut Kabupaten/ Kota, <strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

terjadi lebih merata<br />

pada seluruh daerah.<br />

Usaha/ perusahaan<br />

Jasa Lainnya di Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> juga<br />

didominasi oleh usaha<br />

yang memiliki skala<br />

usaha Mikro. <strong>Hasil</strong><br />

Pencacahan Lengkap<br />

SE<strong>2016</strong> menunjukkan<br />

bahwa usaha Jasa<br />

Lainnya dengan skala<br />

usaha Mikro di Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> mencapai<br />

lebih dari 93,76 persen.<br />

Di sisi lain, sebanyak<br />

80<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


Gambar 10.3<br />

Persentase Usaha Jasa Lainnya <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Menurut Skala Usaha, <strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

Meskipun demikian,<br />

jumlah usaha Jasa Lainnya<br />

yang memiliki masa operasi<br />

lebih lama, yakni di atas 5<br />

tahun, dak kalah banyaknya.<br />

Lebih dari 37 persen usaha<br />

Jasa Lainnya di Provinsi <strong>Papua</strong><br />

<strong>Barat</strong> tercatat telah<br />

beroperasi lebih dari 5 tahun.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

5,09 persen usaha Jasa Lainnya<br />

memiliki skala usaha Kecil. Usaha/<br />

perusahaan Jasa Lainnya yang<br />

memiliki skala usaha Menengah dan<br />

Besar di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> hanya<br />

terdapat sekitar 1 persen saja.<br />

<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap<br />

SE<strong>2016</strong> juga mencatat bahwa<br />

sebagian besar usaha Jasa Lainnya<br />

memiliki masa operasi selama 1‐5<br />

tahun. Lebih dari separuh, atau<br />

hampir 52 persen usaha Jasa<br />

Lainnya di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

telah beroperasi selama 1‐5 tahun.<br />

Hal ini mengindikasikan bahwa<br />

lapangan usaha Jasa Lainnya mulai<br />

marak bermunculan di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

dalam periode 5 tahun terakhir.<br />

Gambar 10.4<br />

Persentase Usaha Jasa Lainnya <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Menurut Lama Beroperasi, <strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

81


https://papuabarat.bps.go.id


ab<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

<strong>Potensi</strong> Lapangan<br />

Usaha Lain<br />

di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


https://papuabarat.bps.go.id


<strong>Potensi</strong> Lapangan<br />

Usaha Lain<br />

di <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

<strong>Hasil</strong> Pencacahan<br />

Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

menemukan bahwa<br />

Perdagangan Besar<br />

dan Eceran;<br />

Reparasi Mobil dan<br />

Sepeda Motor<br />

merupakan<br />

lapangan usaha<br />

yang memiliki<br />

jumlah usaha/<br />

perusahaan paling<br />

banyak di Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. Di luar<br />

lapangan usaha<br />

Pertanian, serta<br />

Administrasi<br />

Pemerintahan,<br />

usaha Perdagangan<br />

Besar Dan Eceran;<br />

Reparasi Dan<br />

Perawatan Mobil<br />

Dan Sepeda Motor.<br />

Usaha tercatat<br />

mencapai 54,27<br />

persen.<br />

A. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan<br />

Sepeda Motor Penyerap Tenaga Kerja Terbaik<br />

Lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil<br />

dan Sepeda Motor merupakan salah satu lapangan usaha dengan<br />

cakupan yang cukup luas. Lapangan usaha ini secara umum<br />

mencakup 2 sub lapangan usaha, antara lain Perdagangan, Reparasi<br />

dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor; juga Perdagangan Besar<br />

dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor.<br />

Perdagangan, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor<br />

memiliki cakupan semua kegiatan (kecuali industri dan penyewaan)<br />

yang berhubungan dengan mobil dan motor, termasuk lori dan truk,<br />

sebagaimana perdagangan besar dan eceran, perawatan dan<br />

pemeliharaan mobil dan motor baru maupun bekas. Termasuk<br />

perdagangan besar dan eceran suku cadang dan aksesori mobil dan<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Gambar 11.1<br />

Banyaknya Usaha/Perusahaan Perdagangan Besar dan Eceran;<br />

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor menurut Kabupaten/Kota di<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, <strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

85


motor, juga mencakup kegiatan agen komisi yang terdapat dalam perdagangan besar dan<br />

eceran kendaraan. Sementara itu, juga Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan<br />

Sepeda Motor mencakup kegiatan ekonomi di bidang perdagangan besar dan eceran<br />

(yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari berbagai jenis barang, baik penjualan<br />

secara grosir (perdagangan besar) maupun eceran dan merupakan tahap akhir dalam<br />

pendistribusian barang dagangan selain produk mobil dan sepeda motor. Perdagangan<br />

besar nasional dan internasional atas usaha sendiri atau atas dasar balas jasa atau<br />

kontrak (perdagangan komisi) juga merupakan cakupan dalam sub kategori ini.<br />

<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong> menemukan bahwa Perdagangan Besar dan<br />

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor merupakan lapangan usaha yang memiliki<br />

jumlah usaha/ perusahaan paling banyak di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. Di luar lapangan usaha<br />

Pertanian, serta Administrasi Pemerintahan, usaha di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> sebagian besar<br />

bergerak pada lapangan usaha Perdagangan Besar Dan Eceran; Reparasi Dan Perawatan<br />

Mobil Dan Sepeda Motor. Usaha yang termasuk pada lapangan usaha ini tercatat<br />

mencapai 54,27 persen atau lebih dari separuh usaha yang ada di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

Dominasi usaha Perdagangan Besar Dan Eceran; Reparasi Dan Perawatan Mobil Dan<br />

Sepeda Motor di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> didukung oleh dominasi lapangan usaha tersebut<br />

pula di seap kabupaten/ kota yang ada.<br />

Gambar 11.1 menunjukkan persebaran usaha dari seap lapangan usaha di seluruh<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

kabupaten/ kota di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. Dari 13 kabupaten/ kota, 10 diantaranya<br />

memiliki usaha Perdagangan Besar Dan Eceran; Reparasi Dan Perawatan Mobil Dan<br />

Sepeda Motor dengan persentase di atas 50 persen di daerahnya. Di Kabupaten<br />

Pegunungan Arfak, usaha yang bergerak pada lapangan usaha Perdagangan Besar Dan<br />

Eceran; Reparasi Dan Perawatan Mobil Dan Sepeda Motor bahkan tercatat mencapai<br />

83,03 persen dari seluruh usaha yang ada pada kabupaten tersebut.<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> sebagai sebuah provinsi yang masih terhitung baru berdiri<br />

memang masih belum mampu memenuhi kebutuhan domesk secara mandiri. Hal ini<br />

menyebabkan Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> cukup bergantung terhadap pemenuhan kebutuhan<br />

dari luar daerah. Kondisi ini ditengarai menjadi sebab usaha distribusi barang‐jasa<br />

memiliki peluang yang sangat baik sehingga banyak digelu.<br />

Seiring dengan dominasinya dari sisi jumlah usaha, penyerapan tenaga kerja pada<br />

lapangan usaha Perdagangan Besar Dan Eceran; Reparasi Dan Perawatan Mobil Dan<br />

Sepeda Motor juga memegang peranan yang terbesar. Gambar 11.2 menunjukkan<br />

86<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


Gambar 11.2<br />

Banyaknya Tenaga Kerja Usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi<br />

Mobil dan Sepeda Motor menurut Kabupaten/Kota di<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, <strong>2016</strong><br />

Sumber : BPS, <strong>Hasil</strong> Olah Pencacahan Lengkap SE<strong>2016</strong><br />

persebaran tenaga kerja yang diserap oleh<br />

seap lapangan usaha di seluruh<br />

kabupaten/ kota di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

Dari Kabupaten Fakfak hingga Kota<br />

Sorong, memiliki Perdagangan Besar Dan<br />

Eceran; Reparasi Dan Perawatan Mobil<br />

Dan Sepeda Motor sebagai lapangan<br />

usaha yang menyerap tenaga kerja<br />

terbanyak.<br />

Gambar 11.3<br />

Laju Pertumbuhan PDRB Perdagangan Besar<br />

dan Eceran; Reparasi Mobil dan<br />

Sepeda Motor<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, 2013‐<strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

<strong>Potensi</strong> Perdagangan Besar Dan<br />

Eceran; Reparasi Dan Perawatan Mobil<br />

Dan Sepeda Motor juga tergambarkan<br />

melalui laju pertumbuhan ekonominya.<br />

Sejak tahun 2013, lapangan usaha ini<br />

memiliki laju pertumbuhan yang selalu<br />

Sumber : BPS, PDRB Menurut Lapangan Usaha 2013‐<strong>2016</strong><br />

posif dan relaf nggi. Kondisi ini mencerminkan bahwa nilai PDRB yang dihasilkan<br />

Perdagangan Besar Dan Eceran; Reparasi Dan Perawatan Mobil Dan Sepeda Motor di<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun<br />

<strong>2016</strong>, laju pertumbuhan Perdagangan Besar Dan Eceran; Reparasi Dan Perawatan Mobil<br />

Dan Sepeda Motor tercatat sebesar 9,06 persen.<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

87


B. Transportasi dan Pergudangan Penyokong Distribusi Barang Jasa<br />

Transportasi dan Pergudangan memiliki cakupan lapangan usaha berupa angkutan<br />

penumpang atau barang, baik yang berjadwal maupun dak, dengan menggunakan rel,<br />

saluran pipa, jalan darat, air atau udara dan kegiatan yang berhubungan dengan<br />

pengangkutan. Kategori Transportasi dan Pergudangan terdiri atas: angkutan rel;<br />

angkutan darat; angkutan laut; angkutan sungai, danau dan penyeberangan; angkutan<br />

udara; pergudangan dan jasa penunjang angkutan, pos dan kurir. Kegiatan pengangkutan<br />

melipu kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat<br />

lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun dak<br />

bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang sifatnya<br />

menunjang kegiatan pengangkutan seper: terminal, pelabuhan, pergudangan, dan lainlain.<br />

Dari sisi cakupan lapangan usaha, terlihat jelas bahwa Transportasi dan Pergudangan<br />

memegang peranan penng dalam perhubungan hingga pendistribusian barang‐jasa dari<br />

suatu daerah ke daerah lain. Pemerintah Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> sendiri telah melihat<br />

penngnya peranan perhubungan bagi kemajuan daerah. Sebagaimana tertuang dalam<br />

RPJMD Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Tahun 2012‐<strong>2016</strong>, kegiatan pembangunan di bidang<br />

perhubungan merupakan urusan wajib pemerintah dan menjadi fokus utama<br />

pembangunan. Pelaksanaan<br />

kegiatan pembangunan bidang<br />

perhubungan diharapkan<br />

dalam kurun waktu jangka<br />

menengah dapat mengatasi<br />

keterisolasian antar wilayah di<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Gambar 11.4<br />

Laju Pertumbuhan PDRB Transportasi dan Pergudangan<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, 2013‐<strong>2016</strong><br />

Perencanaan dalam<br />

RPJMD tersebut diwujudkan<br />

pemerintah dalam bentuk<br />

pembukaan jalan‐jalan baru<br />

yang menghubungkan satu<br />

daerah dengan daerah lainnya,<br />

peningkatan kapasitas bandara<br />

sehingga mendatangkan<br />

Sumber : BPS, PDRB Menurut Lapangan Usaha 2013‐<strong>2016</strong><br />

88<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


anyak maskapai pesawat baru di Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> hingga membuka pelabuhanpelabuhan<br />

yang masuk ke dalam jalur Tol Laut, dan masih banyak pembangunan di bidang<br />

perhubungan lainnya.<br />

Kinerja perekonomian Transportasi dan Pergudangan sendiri tercermin melalui laju<br />

pertumbuhan ekonominya. Dalam periode 4 tahun terakhir, laju pertumbuhan<br />

Transportasi dan Pergudangan selalu memiliki nilai yang posif. Hal ini dimaknai bahwa<br />

nilai PDRB yang dihasilkan lapangan usaha ini cenderung meningkat selalu di seap<br />

tahunnya.<br />

C. Pendidikan Pembentuk SDM Mumpuni<br />

Lapangan usaha Jasa Pendidikan mencakup kegiatan pendidikan pada berbagai<br />

ngkatan dan untuk berbagai pekerjaan, baik secara lisan atau tertulis seper halnya<br />

dengan berbagai cara komunikasi. Kategori ini juga mencakup pendidikan negeri dan<br />

swasta juga mencakup pengajaran yang terutama mengenai kegiatan olahraga, hiburan<br />

dan penunjang pendidikan. Pendidikan dapat disediakan dalam ruangan, melalui<br />

penyiaran radio dan televise, internet dan surat menyurat.Tingkat pendidikan<br />

dikelompokan seper kegiatan pendidiakn dasar, pendidikan menengah, pendidikan<br />

nggi dan pendidikan lain, mencakup juga jasa penunjang pendidikan dan pendidikan<br />

anak usia dini.<br />

Gambar 11.5<br />

Peningkatan kualitas SDM melalui<br />

Laju Pertumbuhan PDRB Jasa Pendidikan<br />

pendidikan merupakan salah satu arah<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, 2013‐<strong>2016</strong><br />

pembangunan Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

Pembangunan bidang pendidikan<br />

termasuk ke dalam salah satu program<br />

prioritas yang menjadi urusan wajib<br />

pemerintah dalam RPJMD Provinsi<br />

<strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> Tahun 2012‐<strong>2016</strong>.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Kinerja lapangan usaha Jasa<br />

Pendidikan Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> sendiri<br />

terbilang cukup baik. Sejak tahun 2013,<br />

laju pertumbuhan lapangan usaha ini<br />

selalu bernilai posif, meskipun<br />

memang mengalami perlambatan dari<br />

tahun ke tahun.<br />

Sumber : BPS, PDRB Menurut Lapangan Usaha 2013‐<strong>2016</strong><br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

89


https://papuabarat.bps.go.id


ab<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Intisari


https://papuabarat.bps.go.id


Intisari<br />

D<br />

ari hasil <strong>Analisis</strong> Overlay, mengambil wilayah referensi Maluku dan <strong>Papua</strong>, maka<br />

diperoleh bahwa terdapat 3 (ga)kategori yang memiliki potensi lebih<br />

dibandingkan kategori lain. Kega kategori lapangan usaha tersebut antara lain:<br />

adalah Konstruksi (F); Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum (I); dan Real<br />

Estat (L). Tiga kategori tersebut memenuhi kualifikasi sektor ekonomi unggulan dari 4 alat<br />

analisis yang digunakan, yakni <strong>Analisis</strong> Locaon Quoent (LQ); <strong>Analisis</strong> Model Rasio<br />

Pertumbuhan (MRP); <strong>Analisis</strong> Shi Share (SS); dan <strong>Analisis</strong> Tipologi Klassen.<br />

<strong>Hasil</strong> <strong>Analisis</strong> Locaon Quoent (LQ) menunjukkan terdapat 7 (tujuh) kategori lapangan<br />

usaha yang memiliki keunggulan dari sisi penyerapan tenaga kerja, yakni Konstruksi (F);<br />

Jasa Lainnya (R,S,U); Akvitas Keuangan dan Asuransi (K); Penyediaan Akomodasi dan<br />

Penyediaan Makan Minum (I); Real Estat (L); Akvitas Kesehatan Manusia dan Akvitas<br />

Sosial (Q); dan Jasa Perusahaan (M,N).<br />

Dari hasil <strong>Analisis</strong> Overlay pula, terlihat bahwa seap kategori lapangan usaha memenuhi<br />

minimal satu kriteria potensial dari 4 alat analisis yang digunakan. Hal ini menunjukkan<br />

bahwa kategori lapangan usaha lain juga memiliki potensi untuk dikembangkan di<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

93


https://papuabarat.bps.go.id


Daftar Pustaka<br />

BPS Kabupaten Fakfak. 2017. Produk Domesk Regional Bruto Kabupaten Fakfak<br />

Menurut Lapangan Usaha 2012‐<strong>2016</strong>. Fakfak.<br />

BPS Kabupaten Kaimana. 2017. Produk Domesk Regional Bruto Kabupaten Kaimana<br />

Menurut Lapangan Usaha 2012‐<strong>2016</strong>. Kaimana.<br />

BPS Kabupaten Manokwari. 2017. Produk Domesk Regional Bruto Kabupaten<br />

Manokwari Menurut Lapangan Usaha 2012‐<strong>2016</strong>. Manokwari.<br />

BPS Kabupaten Manokwari Selatan. 2017. Produk Domesk Regional Bruto Kabupaten<br />

Manokwari Selatan Menurut Lapangan Usaha 2012‐<strong>2016</strong>. Manokwari.<br />

BPS Kabupaten Maybrat. 2017. Produk Domesk Regional Bruto Kabupaten Maybrat<br />

Menurut Lapangan Usaha 2012‐<strong>2016</strong>. Teminabuan.<br />

BPS Kabupaten Pegunungan Arfak. 2017. Produk Domesk Regional Bruto Kabupaten<br />

Pegunungan Arfak Menurut Lapangan Usaha 2012‐<strong>2016</strong>. Manokwari.<br />

BPS Kabupaten Raja Ampat. 2017. Produk Domesk Regional Bruto Kabupaten Raja<br />

Ampat Menurut Lapangan Usaha 2012‐<strong>2016</strong>. Waisai.<br />

BPS Kabupaten Sorong. 2017. Produk Domesk Regional Bruto Kabupaten Sorong<br />

Menurut Lapangan Usaha 2012‐<strong>2016</strong>. Sorong.<br />

BPS Kabupaten Sorong Selatan. 2017. Produk Domesk Regional Bruto Kabupaten Sorong<br />

Selatan Menurut Lapangan Usaha 2012‐<strong>2016</strong>. Teminabuan.<br />

BPS Kabupaten Teluk Bintuni. 2017. Produk Domesk Regional Bruto Kabupaten Teluk<br />

Bintuni Menurut Lapangan Usaha 2012‐<strong>2016</strong>. Bintuni.<br />

BPS Kabupaten Teluk Wondama. 2017. Produk Domesk Regional Bruto Kabupaten Teluk<br />

Wondama Menurut Lapangan Usaha 2012‐<strong>2016</strong>. Rasiey.<br />

BPS Kabupaten Tambraw. 2017. Produk Domesk Regional Bruto Kabupaten Tambraw<br />

Menurut Lapangan Usaha 2012‐<strong>2016</strong>. Sorong.<br />

BPS Kota Sorong. 2017. Produk Domesk Regional Bruto Kota Sorong Menurut Lapangan<br />

Usaha 2012‐<strong>2016</strong>. Sorong.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

95


BPS Provinsi Kepulauan Riau. <strong>2016</strong>. <strong>Analisis</strong> Sektor Unggulan Provinsi Kepulauan Riau<br />

<strong>2016</strong>. Tanjung Pinang.<br />

BPS Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. 2017. <strong>Analisis</strong> Kajian <strong>Ekonomi</strong> Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> <strong>2016</strong>.<br />

Manokwari.<br />

BPS Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>. 2017. Produk Domesk Regional Bruto Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

Menurut Lapangan Usaha 2012‐<strong>2016</strong>. Manokwari.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

96<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


https://papuabarat.bps.go.id


https://papuabarat.bps.go.id


CT<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Catatan Teknis


https://papuabarat.bps.go.id


Catatan Teknis<br />

Untuk mendapatkan sektor/kategori unggulan di suatu wilayah ada beberapa tahapan<br />

yang dilakukan antara lain sebagai berikut:<br />

Pertama:<br />

Menentukan wilayah analisis (yang menjadi objek analisis) dan wilayah referensi atau<br />

wilayah yang lebih besar. Wilayah analisis dalam publikasi ini adalah Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>,<br />

sementara wilayah referensi yang digunakan adalah wilayah Maluku‐<strong>Papua</strong> (Provinsi<br />

Maluku, Maluku Utara, <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>, dan <strong>Papua</strong>).<br />

Kedua:<br />

Dilakukan idenfikasi sektor yang mungkin dapat dikelompokkan. Hal ini dilakukan karena<br />

beberapa data kategori sampai level provinsi maupun kabupaten/kota dak tersedia atau<br />

jumlahnya sangat kecil. Oleh sebab itu, terdapat beberapa ketentuan penggabungan data<br />

kategori sektoral sebagai berikut:<br />

• Penggabungan sektoral berdasarkan kategori yang sejenis, misalnya D dengan E; L<br />

dengan M,N; P dengan Q; dan sebagainya.<br />

• Berdasarkan persentase kontribusi sektoral dari PDRB dan tenaga kerja. Jika kedua<br />

indikator tersebut dibawah 5 persen digabung dengan sektor yang berkesuaian.<br />

Kega:<br />

Proses selanjutnya adalah pengukuran sektor unggulan. Beberapa metode pengukuran<br />

yang digunakan antara lain: Locaon Quoent (LQ), Shi‐Share (SS), Model Rasio<br />

Pertumbuhan (MRP), dan Tipologi Klassen. Adapun penjelasan mengenai metode yang<br />

digunakan tersaji dalam Bab 3 dalam publikasi ini.<br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

101


https://papuabarat.bps.go.id


https://papuabarat.bps.go.id<br />

Lampiran


https://papuabarat.bps.go.id


Lampiran 1.<br />

Tenaga Kerja dan PDRB<br />

Provinsi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dan Wilayah Maluku dan <strong>Papua</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

105


Lampiran 2.<br />

Penghitungan LQ <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan Wilayah Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong> Tahun <strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

106<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


Lampiran 3.<br />

Penghitungan MRP <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan Wilayah Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong> Tahun <strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

107


Lampiran 4.<br />

Penghitungan SS <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan Wilayah Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong> Tahun <strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

108<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong>


Lampiran 5.<br />

Penghitungan Tipologi Klassen <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong> dengan Wilayah Referensi Maluku dan <strong>Papua</strong> Tahun <strong>2016</strong><br />

https://papuabarat.bps.go.id<br />

Potret <strong>Ekonomi</strong> Indonesia (<strong>Hasil</strong> Pencacahan Lengkap <strong>Sensus</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>2016</strong>)<br />

<strong>Potensi</strong> ekonomi <strong>Papua</strong> <strong>Barat</strong><br />

109


https://papuabarat.bps.go.id

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!